Anda di halaman 1dari 9

JMK, VOL. 16, NO. 1, MARET 2014, 83–92 DOI: 10.9744/jmk.16.1.

83–92
ISSN 1411-1438 print / ISSN 2338-8234 online

EFEKTIVITAS SOCIAL MEDIA ADVERTISING:


PERAN BRAND FAMILIARITY DAN KONGRUENSI ENDORSER

Sony Kusumasondjaja
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Surabaya
Jl. Airlangga 4–6, Surabaya 60286
Email: s_kusumasondjaja@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh brand familiarity dan kongruensi citra endorser
dengan produk yang diiklankan terhadap respon konsumen pada social media advertising di Twitter. Hasil
menunjukkan bahwa social media advertising produk merek dikenal dan di-endorse selebriti dengan
kongruensi citra yang tinggi berpengaruh pada terciptanya keyakinan konsumen yang tinggi, sikap lebih
positif dan niat beli lebih besar daripada social media advertising lainnya. Menariknya, pada produk dengan
merek tidak dikenal, tidak ada perbedaan respon konsumen antara iklan yang di-endorse selebriti dengan
kongruensi tinggi atau rendah.

Kata Kunci: Brand Familiarity, Citra, Iklan, Kongruensi Endorser, Media Sosial

Abstract
This study examined the impact of brand familiarity and endorsers’ congruence with product being
advertised on consumer responses to social media advertising in Twitter. Findings suggested that the product
with a familiar brand endorsed by celebrity with high image congruence led to greater consumer trust, more
positive attitude, and greater purchase intention than any other familiarity-congruence combinations.
Interestingly, for unfamiliar brand, there is no significant difference between high and low endorsers’
congruence.

Keywords: Brand Familiarity, Image, Advertising, Endorser Congruency, Social Media

PENDAHULUAN Popularitas aplikasi social media di kalangan


pengguna internet tidak terlepas dari berbagai kelebih-
Saat ini mengakses situs social media merupa- an yang ditawarkan. Beberapa penelitian terdahulu
kan hal rutin yang seakan tidak terlepaskan dari menyebutkan bahwa social media memberi pengguna
aktivitas konsumen sehari-hari. Aktivitas konsumen internet kemudahan untuk bersosialisasi (Ellison et
dalam penggunaan situs social media yang terekam al., 2007; Raacke & Raacke, 2008; Walther et al.,
dalam berbagai laporan survei dari berbagai institusi 2008), kecepatan memperoleh informasi (Acquisti &
riset ternyata cukup mengesankan. Tercatat dalam Gross, 2006; Mazer et al., 2007) serta pemenuhan
laporan statistik yang dirilis oleh eMarketer (2012) kebutuhan aktualisasi diri (Gangadharbatla, 2008;
bahwa di Indonesia, pengguna social media dipre- Valenzuela et al., 2009).
diksi mencapai lebih dari 52 juta orang di tahun 2012 Manfaat-manfaat tersebut dapat dengan mudah
dan akan terus meningkat hingga mencapai lebih dari diperoleh pengguna internet, terlebih setelah aplikasi
79 juta orang di tahun 2014. social media dapat diakses dari peralatan komunikasi
Business Measurement Intelligence menyatakan mobile, seperti telepon genggam atau telepon pintar
bahwa pengguna Facebook di Indonesia hingga bulan (smart phone). Tingginya tingkat adopsi konsumen
Pebruari 2012 mencapai 43 juta akun yang merupa- pada social media diterjemahkan sebagai peluang
kan angka pengguna tertinggi ketiga di dunia setelah oleh pemasar yang lalu memanfaatkan media ini
Amerika Serikat dan India, sedangkan pengguna Twi- untuk berbagai aktivitas pemasaran, termasuk untuk
tter tercatat hingga akhir tahun 2011 sebesar 19,5 juta beriklan.
akun dengan tingkat aktivitas 1,5 juta tweet per hari Kemunculan berbagai iklan di situs jejaring
yang menempatkan Indonesia pada peringkat lima sosial seperti Facebook dan Twitter dengan tampilan
dunia setelah Amerika Serikat, Brazil, Jepang dan dan cara endoserment yang berbeda-beda merupakan
Inggris (Djatmiko, 2012). indikasi kuat meningkatnya tingkat adopsi media

83
84 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.16, NO. 1, MARET 2014: 83–92

sosial sebagai media alternatif penempatan iklan. Ada kebutuhan konsumen atas aktualisasi diri dengan
iklan yang menampilkan merek yang sudah familiar memberikan kesempatan untuk mendeskripsikan, me-
dan dikenal luas oleh konsumen, ada pula yang me- rekonstruksikan dan menceritakan pengalaman kon-
majang merek baru yang memang menggunakan sumsi mereka melalui media online (Pudliner, 2007;
media sosial untuk memperoleh kesadaran konsumen Tussyadiah & Fesenmaier, 2009; Xiang & Gretzel,
(consumer awareness). 2010).
Khusus di media Twitter, iklan produk sering- Sejak pertama kali diperkenalkan kepada publik,
kali dilontarkan oleh akun perusahaan penghasil pro- situs-situs social media telah mampu menarik jutaan
duk. Namun, iklan tersebut lebih sering disajikan pengguna internet. Konsumen menjadikan social
dalam bentuk endorsement oleh akun yang populer media sebagai tempat untuk mencurahkan kecintaan
dan dikenal memiliki banyak follower; yang dikenal dan kebencian mereka pada merek (Muniz & Schau,
sebagai celebtweet, karena coverage-nya yang 2005; Flight, 2005; Kahney, 2004), untuk mencari
cenderung lebih luas. Ada akun populer yang dan berbagi informasi (Bambauer-Sachse & Mangold,
memberikan endorsement untuk produk yang relevan 2011; Kusumasondjaja et al., 2012; Muniz & Schau,
dengan aktivitasnya sehari-hari. Namun, ada juga 2007) dan untuk menjalin serta melepas hubungan
akun po-puler yang memberikan endorsement untuk sosial atau pertemanan (Kim et al., 2010). Banyak
produk yang tidak relevan dengan aktivitasnya sehari- konsumen menganggap social media sebagai bagian
hari. Meskipun berbagai macam iklan dan endorse- dari kehidupan sehari-hari yang tidak terpisahkan.
ment di social media Twitter sudah banyak diguna- Sebagian social media memperkuat upaya konsumen
kan, efek-tivitas social media advertising belum mempertahankan jaringan sosial yang tercipta sebelum-
terdukung pe-nelitian empiris (Kaplan & Haenlein, nya, ada pula yang menawarkan manfaat untuk
2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas membantu menghubungkan pengguna dengan orang-
tersebut juga belum banyak dieksplorasi. orang lain yang memiliki kesamaan minat dan
Kesenjangan tersebut dijawab dalam penelitian aktivitas (Kaplan & Haenlein, 2010).
ini melalui pertanyaan penelitian berikut: Pemasar yang menyadari pergeseran peran
1. Apakah terdapat perbedaan keyakinan (trust) dan social media pada konsumen akhirnya turut meman-
niat beli konsumen atas produk yang diiklankan faatkan social media sebagai vehicle penyampai
melalui media sosial Twitter pada tingkatan brand informasi pemasaran (Drury, 2008; Hoffman &
familiarity yang berbeda (merek yang dikenal dan Fodor, 2010; Mangold & Faulds, 2009; Thackeray et
tidak dikenal konsumen)? al., 2008). Mangold & Faulds (2009) mendiskusikan
2. Apakah terdapat perbedaan keyakinan (trust) dan pengaruh interaksi antar konsumen di social media
niat beli konsumen atas produk yang diiklankan pada penyusunan dan eksekusi strategi komunikasi
melalui media sosial Twitter pada kongruensi pemasaran terpadu dan menyajikan saran untuk
endorser yang berbeda (kesesuaian tinggi dan mengadopsi paradigma baru dalam strategi komuni-
rendah)? kasi perusahaan. Reid et al. (2005) mendukung pen-
3. Apakah terdapat efek interaksi antara brand dapat tersebut dan menjelaskan peran strategis social
familiarity dan kongruensi endorser pada keya- media dalam pembentukan customer-based brand
kinan (trust) dan niat beli produk yang diiklankan equity. Sementara itu, Eyrich et al. (2008) meneliti
di media sosial Twitter? proses adopsi social media untuk aktivitas hubungan
masyarakat (public relation) yang dilakukan oleh
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS perusahaan.
Meski tingginya tingkat adopsi dan pengunaan
Social Media Advertising social media sudah merupakan fenomena tak
terbantahkan, literatur di bidang social media masih
Kaplan & Haenlein (2010) mendefinisikan mengkaji tema-tema dengan cakupan yang cukup
social media sebagai layanan aplikasi berbasis inter- terbatas. Kebanyakan penelitian social media berkutat
net yang memungkinkan konsumen untuk berbagi pada pembahasan tentang motivasi pengguna (Ko et
pendapat, pemikiran, cara pandang dan pengalaman. al., 2005; Zheng et al., 2009), proses pencarian
Social media mampu memenuhi kebutuhan kon- informasi (Xiang & Gretzel, 2010), perbedaan gender
sumen atas informasi dengan menawarkan informasi dan interaksi antar pengguna (McMahan et al., 2009),
yang faktual, spesifik, berbasis pengalaman dan ber- sikap konsumen terhadap iklan interaktif (Cheng et
sifat non-komersial, yang dapat diperoleh dan diakses al., 2009), kredibilitas informasi (Kusumasondjaja et
melalui sumber-sumber informasi di luar batasan al., 2012) dan kedekatan online (Calder et al., 2009).
lingkar kehidupan sosial konsumen tersebut (Yoo & Studi tentang respon konsumen terhadap social media
Gretzel, 2011). Social media juga mampu memenuhi advertising belum banyak dieksplorasi.
Kusumasondjaja: Efektivitas Social Media Advertising: Peran Brand Familiarity 85

Brand Familiarity memiliki kongruensi tinggi apabila endorser tersebut


dipersepsikan memiliki kesesuaian (match-up)
Baker et al. (1986) mendefinisikan brand fami- dengan produk yang diiklankannya. Sebaliknya se-
liarity sebagai konstruk yang berhubungan langsung orang endorser dikatakan memiliki kongruensi
dengan alokasi waktu yang dihabiskan untuk mem- rendah apa-bila endorser tersebut dipersepsikan me-
proses informasi tentang sebuah merek tertentu, ter- miliki kesesuaian yang lemah dengan produk yang
lepas dari jenis konten informasi yang diproses. diiklankannya. Penelitian terdahulu menemukan
Brand familiarity mengacu pada sejauh mana bahwa en-dorser yang memiliki kesesuaian tinggi
konsumen memiliki kedekatan langsung maupun pada produk yang diiklankannya direspon lebih
tidak langsung dengan merek (Alba & Hutchinson, positif oleh kon-sumen (Biswas et al., 2006; Fleck et
1987; Kent & Allen, 1994). Konsep ini merupakan al., 2012).
konstruk multi-dimensi yang berkaitan dengan ber- Penelitian lain menyimpulkan bahwa endorser
bagai pengalaman yang dimiliki konsumen dengan yang memiliki kesesuaian tinggi akan membuat kon-
merek. sumen menganggap endorser dan iklannya tersebut
Sebuah merek dikatakan memiliki kedekatan lebih terpercaya dan lebih menarik (Kamins & Gupta,
yang tinggi apabila konsumen mengenal dengan baik 1994). Riset-riset lain yang dilakukan berdasarkan
(familiar) merek tersebut, sebaliknya sebuah merek konsep Match-Up Hypothesis juga menyatakan
dikatakan memiliki kedekatan rendah bila konsumen bahwa endorser yang memiliki kesesuaian yang
tidak mengenal dengan baik (unfamiliar) merek ter- tinggi mampu mendorong niat beli yang lebih besar
sebut. Tingkat pengenalan merek memiliki implykasi daripada iklan dengan endorser yang memiliki kese-
yang sangat berarti bagi konsumen. Misalnya, pada suaian rendah (Amos et al., 2009; Fleck et al., 2012).
saat berhadapan dengan informasi tentang produk, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
konsumen cenderung untuk melakukan proses kog- kongruensi endorser memiliki peran penting dalam
nitif lebih intensif dan menilai kelayakan strategi iklan pembentukan respon konsumen atas informasi pro-
untuk merek yang kurang dikenal (Campbell & Kir- duk. Informasi produk yang disampaikan oleh endor-
mani, 2000; Shiv et al., 1997). Merek yang familiar ser yang memiliki latar belakang atau kepakaran yang
mendorong konsumen untuk membentuk asosiasi relevan atau kongruen dengan produk tersebut akan
positif sebagai dasar memberikan judgment sebagai direspon baik oleh konsumen.
produk yang terpercaya (Aaker, 1991; Keller, 1993).
Pengaruh sikap konsumen pada iklan terhadap Online Trust
respon konsumen pada merek juga lebih kuat apabila
merek yang diiklankan kurang dikenal oleh kon- Pada saat aktivitas pemasaran dilakukan pada
sumen dibandingkan dengan merek yang diiklankan lingkungan online, kepercayaan (trust) konsumen
dikenal baik oleh konsumen (Campbel & Keller, menjadi faktor yang sangat krusial. Hal ini disebab-
2003; Machleit et al., 1993; Machleit & Wilson, kan oleh ketidakmampuan konsumen untuk menilai
1988). Produk dengan merek yang dikenal baik me- kualitas produk yang akan dibelinya atau yang biasa
miliki keunggulan dalam meraih respon positif dari disebut sebagai information asymmetry. Menurut
konsumen berupa perhatian yang lebih intensif mau- Gefen (2002), online trust dibentuk oleh tiga elemen
pun pesan iklan yang lebih mudah diingat (Pae et al., penting yaitu integrity, ability, dan benevolence.
2002). Bahkan, Shapiro et al. (1997) menjelaskan Dalam konteks online, integrity merupakan keper-
bahwa produk dengan merek yang dikenal baik oleh cayaan konsumen bahwa sebuah institusi atau sumber
konsumen akan direspon dengan positif, terlepas dari informasi online akan mampu menyampaikan infor-
isi dan presentasi iklan produk tersebut. Dalam kon- masi secara jujur dan dapat terpercaya.
teks belanja online, konsumen cenderung melakukan Ability merupakan kepercayaan konsumen bah-
pembelian online pada toko yang mereknya sudah wa sebuah institusi atau sumber informasi online me-
dikenal (Park & Stoel, 2005). Untuk merek yang miliki kemampuan dan kompetensi untuk menye-
belum dikenal, konsumen bisa memiliki ketertarikan diakan informasi yang dapat diandalkan tentang produk.
terhadap produk bila informasi produk disampaikan Benevolence merupakan kepercayaan konsumen
dengan iklan online yang kreatif (Machleit et al. bahwa sebuah institusi atau sumber informasi online
1993). mempertimbangkan kepentingan konsumen dan ke-
Kongruensi Endorser dan Respon Konsumen maslahatan orang banyak dalam menjalankan aktivi-
pada Iklan tas penyampaian informasi online tersebut.
Penelitian ini membatasi konstruk online trust
Kongruensi endorser mengacu pada sejauh ma- bukan terhadap produk, melainkan terhadap informasi
na tingkatan kesesuaian citra diri seorang endorser tentang produk yang disampaikan melalui social
dengan produk yang memasang nama dan wajahnya media advertising di Twitter. Dalam konteks per-
(Biswas et al., 2006). Seorang endorser dikatakan tukaran informasi online, Kim et al. (2001) menyata-
86 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.16, NO. 1, MARET 2014: 83–92

kan bahwa konsumen dapat membentuk kepercayaan, Pengamatan dilakukan untuk melihat efek utama
baik terhadap informasi online tentang produk (main effect) dan efek interaksi brand familiarity dan
maupun terhadap produk itu sendiri, sebelum, pada kongruensi endorser pada variabel terikat.
saat atau setelah terjadinya sebuah transaksi online. Fokus dari penelitian ini adalah konsumen dari
Hal ini berbeda dengan kepercayaan yang dibentuk cohort Generasi Y. Menurut penelitian sebelumnya
konsumen dalam lingkungan offline, yang mana (Engebretson, 2004; Paul, 2001; Morton, 2002; Noble
kepercayaan dapat terbentuk setelah terjadinya et al., 2009), Generasi Y adalah kelompok konsumen
transaksi. Konsumen online dapat membentuk ke- yang lahir antara tahun 1977 sampai dengan 1994
percayaan pada sebuah produk atau merek bahkan atau yang berusia 18 hingga 35 tahun pada saat
sebelum konsumsi dilakukan, hanya berdasarkan penelitian dilaksanakan. Pemilihan partisipan dari
informasi yang mereka terima tentang produk Generasi Y didasarkan pada pertimbangan bahwa
tersebut. konsumen dari Generasi Y akan menjadi early
Berdasarkan uraian di pada kajian pustaka di adopter produk-produk berbasis internet (Wolburg &
atas, penelitian ini merumuskan hipotesis penelitian Pokrywczynski, 2001) termasuk social media. Untuk
sebagai berikut: alasan kemudahan akses dan kendali atas homo-
H1: Produk dengan merek dikenal yang diiklankan genitas partisipan, mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi
di media sosial Twitter akan menghasilkan (a) & Bisnis Universitas Airlangga dipilih untuk menjadi
kepercayaan konsumenatas iklan produk ter- parti-sipan dalam penelitian ini. Penelitian ini meng-
anggap bahwa respon yang diharapkan dari partisipan
sebut yang lebih besar, (b) sikap konsumen yang
merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan
lebih positif terhadap produk, dan (c) niat beli
kehidupan mahasiswa sehari-hari, yaitu perilaku
yang lebih kuat, daripada produk dengan merek konsumsi social media. Dengan demikian, mengacu
tidak dikenal yang diiklankan di media yang pada pendapat dari Yavas (1994) bahwa mahasiswa
sama. dapat menjadi subtitusi konsumen dalam riset, studi
H2: Produk yang diiklankan di media sosial Twitter ini memilih untuk menggunakan mahasiswa sebagai
dengan endorser yang memiliki kongruensi partisipan.
tinggi akan menghasilkan (a) kepercayaan
konsumen yang lebih besar atas informasi iklan Desain Eksperimental
produk, (b) sikap konsumen yang lebih positif
terhadap produk, dan (c) niat beli yang lebih Penelitian ini merupakan studi eksperimen
kuat, daripada produk yang diiklankan di media dengan dua variabel eksperimen dan tiga variabel ter-
yang sama dengan endorser berkongruensi ukur. Dua variabel eksperimen tersebut adalah brand
rendah. familiarity yang dimanipulasi dua tingkat (merek
H3: Produk dengan merek yang dikenal dan pesan dikenal dan tidak dikenal) dan kongruensi endorser
iklannya di media sosial Twitter disampaikan dengan produk yang diiklankan yang dimanipulasi
oleh endorser dengan kongruensi tinggi akan dua tingkat (kesesuaian tinggi dan rendah). Tiga
menghasilkan (a) kepercayaan yang lebih besar, variabel terukur pada studi ini adalah kepercayaan
(b) sikap konsumen yang lebih positif, dan (c) pada informasi produk, sikap pada produk yang
niat beli konsumen yang lebih kuat, daripada diiklankan dan niat beli konsumen.
interaksi lainnya. Desain eksperimen between-subject 2 x 2 fac-
H4: Produk dengan merek yang tidak dikenal dan torial design dirancang untuk penelitian ini. Hal ini
pesan iklannya di media sosial Twitter disampai- berarti ada empat kelompok perlakuan yang masing-
kan oleh endorser dengan kongruensi rendah masing perlu disiapkan stimulinya. Stimuli yang di-
akan menghasilkan (a) kepercayaan yang lebih gunakan untuk penelitian ini adalah desain posting
kecil, (b) sikap konsumen yang lebih negatif, seorang selebriti di akun Twitter miliknya yang berisi
dan (c) niat beli konsumen yang lebih lemah, gambar iklan produk (twitpic) dan teks berupa
daripada interaksi lainnya. endorsement. Untuk memutuskan nama selebriti dan
merek produk yang digunakan dalam penelitian ini,
METODE PENELITIAN dilakukan pre-test yang menanyakan celebtweet yang
populer di kalangan mahasiswa yang nantinya men-
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuan- jadi sasaran partisipan. Berdasarkan hasil pre-test, di-
titatif untuk menguji perbedaan kepercayaan (online putuskan untuk menggunakan tokoh pemuda Pandji
trust) atas informasi produk di media sosial, sikap dan Pragiwaksono (@pandji) dan tokoh kuliner Bondan
niat beli konsumen terhadap produk tersebut pada Winarno (@PakBondan) sebagai endorser, serta
brand familiarity dan kongruensi endorser yang menggunakan produk tepung bumbu ayam goreng
berbeda. Desain eksperimen dirancang dengan merek Sasa (merek dikenal) dan merek Yummy
mengacu pada metode dan tahapan yang digunakan (merek fiktif atau tidak dikenal) sebagai nama merek
penelitian terdahulu (Kusumasondjaja et al., 2012). produk yang diteliti.
Kusumasondjaja: Efektivitas Social Media Advertising: Peran Brand Familiarity 87

Selanjutnya, dirancang empat stimuli dengan bach’s Alpha dari konstruk yang diteliti. Pengujian
kombinasi Bondan-Sasa (kongruensi tinggi, kedekat- dilakukan dengan SPSS 18. Apabila diperoleh nilai
an tinggi), Bondan-Yummy (kongruensi tinggi, ke- loading faktor lebih dari 0,45; maka item pertanyaan
dekatan rendah), Pandji-Sasa (kongruensi rendah, untuk mengukur suatu konstruk dikatakan valid. Apa-
kedekatan tinggi) dan Pandji-Yummy (kongruensi bila koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan
rendah, kedekatan rendah). Hasil uji cek manipulasi suatu konstruk lebih besar dari 0,6, maka butir-butir
menyatakan bahwa keempat stimuli mampu dipa- pertanyaan yang digunakan dianggap dapat di-
hami sebagaimana yang dimaksudkan. andalkan (Hair et al., 2009).
Ketiga variabel terukur yang digunakan dalam Pengujian validitas konstruk melalui analisis
penelitian ini akan diuji menggunakan item-item per- faktor dengan rotasi varimax menunjukkan nilai di
tanyaan yang digunakan pada penelitian sebelumnya. atas 0,7 untuk semua item. Mengacu pada rekomen-
Item-item pertanyaan tersebut diukur dengan meng- dasi Hair et al. (2009), penelitian dengan ukuran
gunakan skala Likert 1–5, dengan angka 1 (satu) sampel di atas 150 orang, faktor loading 0,45 sudah
melambangkan sangat tidak setuju dan angka 5 (lima) dapat dikatakan baik dan signifikan secara statistik.
melambangkan sangat setuju. Skala pengukuran Bart Pengujian korelasi faktor juga menunjukkan per-
et al. (2005) digunakan untuk mengukur kepercayaan bedaan signifikan dari nilai 1 (satu) yang meng-
konsumen terhadap informasi produk di media sosial indikasikan bahwa validitas diskriminan tercapai.
Twitter. Variabel sikap diukur dengan skala peng- Hasil uji reliabilitas alat ukur menunjukkan bahwa
ukuran yang digunakan Chang (2001) dan untuk
semua item pengukuran yang digunakan dalam
variabel niat membeli merek, item pengukuran meng-
penelitian ini memiliki kehandalan yang baik. Item
adaptasi item yang digunakan Pascal et al. (2002).
Uji pendahuluan (pre-test) dilakukan dengan pengukuran variabel keyakinan konsumen meraih
melibatkan 30 mahasiswa S-1 Manajemen Fakultas nilai Cron-bach’s Alpha 0,923; sikap konsumen
Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga untuk me- 0,839 dan niat beli konsumen 0,904. Penjelasan rinci
netapkan stimuli yang digunakan untuk eksperimen. tentang hasil uji reliabilitas dan validitas untuk
Mengacu pada rekomendasi Hair et al. (2009), variabel terukur pada penelitian ini tersaji pada
pengumpulan data utama (main study) dilakukan Tabel 1.
dengan melibatkan 200 mahasiswa dari program studi Pengujian main effect untuk brand familiarity
yang sama. Proses pengumpulan data dilakukan se- dilakukan untuk menjawab Hipotesis 1a hingga Hipo-
cara random assignment dengan mengumpulkan tesis 1c. Berdasarkan hasil pengujian, main effect ke-
partisipan di dalam ruang kelas. Agar partisipan me- dekatan merek ditemukan signifikan (F = 70,25; p <
nunjukkan kesungguhan dalam menjawab per- 0,01). Produk dengan merek dikenal yang diiklankan
tanyaan, tiga partisipan memperoleh hadiah yang di media sosial Twitter memperoleh keyakinan kon-
akan diundi setelah eksperimen selesai dilakukan. sumen lebih besar (M = 4,36; SD = 0,49) daripada
Untuk menguji hipotesis penelitian dan men- produk dengan merek yang tidak dikenal (M = 3,72;
jawab rumusan masalah, digunakan teknik analisis uji SD = 0,24). Produk dengan merek dikenal yang di-
t (t-test). Uji ini merupakan pengujian parametrik rata- iklankan di media sosial Twitter juga menghasilkan
rata dari dua kelompok data, baik untuk kelompok sikap konsumen yang lebih positif terhadap produk
data terkait maupun dua kelompok bebas. Tipe t-test (M = 4,04; SD = 0,41) daripada produk dengan merek
yang digunakan adalah independent t-test yang mem- yang tidak dikenal (M = 3,02; SD = 0,11). Akan
bandingkan dua kelompok rata-rata dari dua sampel tetapi, tidak ada perbedaan yang signifikan pada niat
yang berbeda (independent). Dalam penelitian ini, beli konsumen atas produk yang diiklankan di media
perbedaan yang akan diamati adalah perbandingan
sosial antara merek yang sudah dikenal dan tidak
antara kelompok responden yang memperoleh empat
dikenal. Dengan demikian, hipotesis 1a dan 1b ter-
jenis stimuli yang berbeda sebagaimana dijelaskan se-
belumnya. Interpretasi untuk independent t-test di- dukung, namun hipotesis 1c tidak terdukung.
lakukan dengan cara membandingkan nilai hitung t Pengujian main effect kongruensi endorser
terhadap nilai kritisnya. Apabila nilai t-hitung lebih dilakukan untuk menjawab Hipotesis 2a hingga
besar dari nilai kritis atau nilai t-tabel, maka dapat Hipotesis 2c. Hasil pengujian menyatakan bahwa
dikatakan bahwa kedua kelompok tersebut terdapat produk yang diiklankan di media sosial menggunakan
perbedaan yang signifikan. selebriti yang memiliki kesesuaian citra yang tinggi
menimbulkan keyakinan konsumen yang lebih besar
HASIL DAN PEMBAHASAN (M = 4,19; SD = 0,39) daripada pada produk dengan
selebriti yang memiliki kongruensi rendah (M =
Untuk menguji kehandalan pertanyaan di kue- 0,385; SD = 0,21). Produk yang diiklankan di Twitter
sioner, digunakan uji validitas dan reliabilitas yaitu dengan endorser selebriti berkongruensi citra yang
dengan melihat nilai loading faktor dan nilai Cron- tinggi juga menghasilkan sikap konsumen yang lebih
88 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.16, NO. 1, MARET 2014: 83–92

positif terhadap produk (M = 4,15; SD = 0,42) kuat daripada interaksi lainnya,s edangkan produk
daripada produk yang diiklankan di Twitter dengan dengan merek tidak dikenal dan pesan iklannya di
endorser selebriti berkongruensi citra yang rendah (M media sosial Twitter disampaikan oleh endorser de-
= 3,08; SD = 0,14). ngan kongruensi rendah akan menghasilkan keper-
Saat diiklankan melalui media sosial Twitter, cayaan yang lebih kecil, sikap konsumen yang lebih
produk yang diiklankan menggunakan selebriti de- negatif dan niat beli konsumen yang lebih lemah
ngan kesesuaian tinggi mampu menciptakan niat beli daripada interaksi lainnya
konsumen (M = 3,92; SD = 0,48) yang lebih baik Selain hasil di atas, diperoleh juga beberapa
daripada produk yang diiklankan dengan menggu- temuan menarik. Temuan menarik pertama adalah
nakan selebriti dengan kesesuaian rendah (M = 3,28; bahwa respon konsumen pada social media adver-
SD = 0,28). Dengan demikian, hipotesis 2a, 2b dan 2c tising ternyata tidak jauh berbeda dibandingkan de-
terdukung. ngan reaksi mereka terhadap iklan yang dipasang di
Pengujian interaction effect memperoleh hasil media tradisional. Hal ini terlihat dari ditemukannya
yang signifikan (F = 0,965; p < 0,001). Apabila peran pentingnya kedekatan merek dalam menimbul-
produk yang diiklankan di media sosial Twitter ada- kan respon konsumen yang lebih positif terhadap
lah produk dengan merek yang dikenal dan pesan produk yang diiklankan yang juga ditemukan dalam
iklannya disampaikan oleh selebriti dengan kong- beberapa studi terdahulu tentang iklan (Huang et al.,
ruensi tinggi, maka dihasilkan keyakinan (M = 4,44; 2006).
SD = 0,41) dan niat beli konsumen (M = 4,12; SD = Temuan menarik kedua adalah brand familiarity
0,37) pada produk tersebut lebih tinggi daripada kom- memiliki pengaruh lebih besar daripada kongruensi
binasi stimuli lainnya. Sebaliknya, pada produk de- endorser terhadap respon konsumen atas social media
ngan merek yang tidak dikenal dan pesan iklannya advertising. Hal ini dapat dilihat dari temuan bahwa
disampaikan oleh selebriti dengan kongruensi rendah, pada saat produk yang diiklankan di media sosial
maka dihasilkan keyakinan (M = 3,29; SD = 0,44)dan memiliki merek yang tidak dikenal, maka respon
niat beli konsumen pada produk tersebut (M = 3,11; konsumen tidak berbeda signifikan antara iklan pro-
SD = 0,46) lebih rendah daripada kombinasi stimuli duknya disampaikan oleh endorser dengan kese-
suaian tinggi maupun kesesuaian rendah. Temuan ini
lainnya. Dengan demikian, hipotesis 3 dan 4 terdu-
berkaitan dengan peran strategis merek sebagai alat
kung. Menariknya, ditemukan juga bahwa pada
pengurang risiko bagi konsumen (Huang et al., 2006).
produk dengan merek tidak dikenal, tidak terjadi
Merek yang sudah dikenal akan memberikan jaminan
perbedaan signifikan dalam keyakinandan niat beli
kualitas produk (Park & Stoel, 2005). Peran merek
konsumen baik pesan iklannya disampaikan oleh menjadi lebih penting pada saat informasi tentang
selebriti dengan kesesuaian tinggi maupun dengan produk disampaikan melalui media sosial Twitter
kesesuaian rendah. yang mana konsumen penggunanya dihadapkan pada
Dari hasil pengujian statistik, diketahui bahwa begitu banyak informasi online. Dengan demikian,
produk dengan merek dikenal yang diiklankan di saat berhadapan dengan social media advertising,
media sosial Twitter akan menghasilkan kepercayaan konsumen akan memberikan reaksi lebih positif pada
konsumenatas iklan produk tersebut yang lebih besar produk dengan merek yang sudah dikenal.
dan sikap konsumen yang lebih positif terhadap
produk. Namun, niat beli konsumen atas produk tidak KONTRIBUSI PENELITIAN
berbeda signifikan antara produk bermerek yang
dikenal atau tidak dikenal yang diiklankan di media Penelitian ini memberikan kontribusi teoritis
yang sama. Kemudian, diketahui pula bahwa produk maupun praktis. Pertama, keberhasilan validasi ke-
yang diiklankan di media sosial Twitter dengan en- rangka konseptual serta jawaban atas rumusan per-
dorser yang memiliki kongruensi tinggi akan meng- masalahan yang disajikan dalam penelitian ini akan
hasilkan kepercayaan konsumen yang lebih besar atas memberikan pemahaman baru tentang keterkaitan
informasi iklan produk, sikap konsumen yang lebih teoritis antara proses kognisi, sikap dan niat beli
positif terhadap produk dan niat beli yang lebih kuat konsumen atas produk yang diiklankan di social me-
daripada produk yang diiklankan di media yang sama dia. Temuan empiris penelitian ini diharapkan mam-
dengan endorser berkongruensi rendah. pu memberikan kontribusi pada literatur di bidang
Hasil pengujian efek interaksi menjelaskan bah- kajian periklanan, pemasaran dan perilaku konsumen
wa produk dengan merek yang dikenal dan pesan karena penelitian empiris di bidang social media
iklannya di media sosial Twitter disampaikan oleh advertising; terutama dalam konteks Indonesia masih
endorser dengan kongruensi tinggi akan menghasil- sangat terbatas. Kedua, secara praktis, temuan pada
kan kepercayaan yang lebih besar, sikap konsumen penelitian ini diharapkan mampu memberikan kon-
yang lebih positif dan niat beli konsumen yang lebih tribusi manajerial bagi pemasar di Indonesia.
Kusumasondjaja: Efektivitas Social Media Advertising: Peran Brand Familiarity 89

Kontribusi praktis diharapkan akan sangat ber- Campbell, M. C. & Keller, K.L. 2003. Brand
arti mengingat masih terbatasnya penelitian empiris Familiarity and Advertising Repetition Effects.
mengenai topik ini. Meskipun social media advertis- Journal of Consumer Research, 30(2): 292–304.
ing adalah aplikasi baru di dunia pemasaran, namun Campbell, M. C. & Kirmani, A. 2000. Consumers’
perkembangan praktik pemasaran dunia memberikan Use of Persuasion Knowledge: The Effects of
indikasi bahwa pada beberapa masa mendatang, Accessibility and Cognitive Capacity on Per-
aplikasi social media advertising akan banyak di- ceptions of an Influence Agent. Journal of
adopsi oleh banyak perusahaan di seluruh dunia, Consumer Research, 15(3): 111–116.
termasuk Indonesia. Bukti empiris tentang efektivitas Chang, C. 2001. The Impacts of Emotion Elicited by
strategi social media advertising diharapkan dapat Print Political Advertising on Candidate
membuat pemasar di Indonesia mengalihkan alokasi Evaluation. Media Psychology, 3(2): 91–118.
anggaran komunikasi pemasaran dari media massa Djatmiko, H. E. 2012. Cerdik Memanfaatkan Media
berbayar yang membutuhkan dana besar, seperti TV Sosial. SWA, XXVIII, Maret(31): 15–28.
atau media cetak, pada berbagai vehicle social media Drury, G. 2008. Opinion Piece: Social Media: Should
yang relatif lebih murah dan lebih tersegmen. Marketers Engage and How Can It be Done
Effectively? Journal of Direct, Data and Digital
DAFTAR REFERENSI Marketing Practice, 9(3): 274–277.
Ellison, N. B., Steinfeld, C., & Lampe, C. 2007. The
Aaker, D. A. 1991. Managing Brand Equity. New Benefits of Facebook “Friends”: Social Capital
York: The Free Press. and College Students’ Use of Online Social
Acquisti, A. & Gross, R. 2006. Imagined Commu- Network Sites. Journal of Computer-Mediated
nities: Awareness, Information Sharing, and Communication, 12(4): 1143–1168.
Privacy on the Facebook. Privacy Enhancing Marketer. 2012. Men in Asia-Pacific Active on Social
Technologies Lecture Notes in Computer Networks. (http://www.emarketer.com/Mobile/
Science, 4258: 36–58. Article.aspx?R=1009041, diakses 5 Juni 2012).
Alba, J. W. & Hutchinson, J.W. 1987. Dimensions of Engebretson, J. 2004. Odd Gen Out. American
Consumer Expertise. Journal of Consumer Demographics, 26(4): 11–12.
Research, 13(4): 411–454. Eyrich, N., Padman, M. L., & Sweetser, K. D. 2008.
Amos, C., Holmes, G., & Strutton, D. 2008. Explor- PR Practicioners’ Use of Social Media Tools
ing the Relationship between Celebrity Endorser and Communication Technology. Public Rela-
Effects and Advertising Effectiveness. Inter- tion Review, 34(4): 412–414.
national Journal of Advertising, 27(2): 209–234. Fleck, N., Korchia, M., & Le Roy, I. 2012. Celebrities
Baker, W., Hutchinson, J. W., Moore, D., &
in Advertising: Looking for Congruence or
Nedungadi, P. 1986. Brand Familiarity and Ad-
Likability? Psychology & Marketing, 29(9): 651
vertising: Effects on the Evoked Set and Brand
–662.
Preference. Advances in Consumer Research,
Flight, G. 2005. Companies Tap into Consumer
13(1): 637–642.
Bambauer-Sachse, S. & Mangold, S. 2011. Brand Passion. Business 2.0 (October).
Equity Dilution through Negative Online Word- Gangadharbatla, H. 2008. Facebook Me: Collective
of-Mouth Communication. Journal of Retailing Self-esteem, Need to Belong and Internet Self-
and Consumer Services, 18(1): 38–45. efficacy as Predictors of the iGeneration’s Atti-
Bart, Y., Shankar, V., Sultan, F., & Urban, G. L. tudes toward Social Networking Sites. Journal
2005. Are the Drivers and Role of Online Trust of Interactive Advertising, 8(2): 5–15.
the Same for All Web Sites and Consumers? Gefen, D. 2002. Customer Loyalty in E-commerce.
Journal of Marketing, 69(4): 133–152. Journal of the Association for Information Sys-
Biswas, D., Biswas, A., & Das, N. 2006. The tems, 3(1): 27–51.
Differential Effects of Celebrity and Expert Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R.
Endorsements on Consumer Risk Perceptions: E. 2009. Multivariate Data Analysis. Upper
The Role of Consumer Knowledge, Perceived Saddle River: Prentice Hall.
Congruency and Product Technology Orien- Hoffman, D. L. & Fodor, M. 2010. Can You Measure
tation. Journal of Advertising, 35(2): 17–31. the ROI of Your Social Media Marketing. MIT
Calder, B. J., Malthouse, E. C., & Schaedel, U. 2009. Sloan Management Review, 52(1): 40–50.
An Experimental Study of the Relationship Huang, W. Y., Schrank, H., & Dubinsky, A. J. 2006.
between Online Engagement and Advertising Effect of Brand Name on Consumers’ Risk Per-
Effectiveness. Journal of Interactive Marketing, ceptions of Online Shopping. Journal of Con-
23(4): 321–331. sumer Behaviour, 4(1): 40–50.
90 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.16, NO. 1, MARET 2014: 83–92

Kahney, L. 2004. iPod Fans Get into the Picture. Muniz, A. M. Jr. & Schau, H. J. 2005.Religiosity in
(http://wired.com/news/mac/0,2125,66077,00.ht the Abandoned Apple Newton Brand Commu-
ml, diakses 20 Mei 2012). nity. Journal of Consumer Research, 31(4): 737
Kamins, M. A. & Gupta, K. 1994.Congruence bet- –747.
ween Spokesperson and Product Type: A Mat- _______. 2007. Vigilante Marketing and Consumer-
chup Hypothesis Perspective. Psychology & created Communications. Journal of Advertising,
Marketing, 11(6): 569–586. 36(3): 187–202.
Kaplan, A. M. & Haenlein, M. 2010. Users of the Noble, S. M., Haytko, D. L., & Phillips, J. 2009.
World, Unite! The Challenges and Opportunities What Drives College-age Generation Y Con-
of Social Media. Business Horizons, 53(1): 59– sumers? Journal of Business Research, 62(6):
617–628.
68.
Pae, J. H., Samiee, S., & Tai, S. 2002. Global Adver-
Keller, K. L. 1993. Conceptualizing, Measuring and
tising Strategy: The Moderating Role of Brand
Managing Customer-based Brand Equity. Familiarity and Execution Style. International
Journal of Marketing, 57(1): 1–22. Marketing Review, 19(2): 176–189.
Kent, R. J. & Allen, C.T. 1994. Competitive Inter- Park, J. & Stoel, L. 2005. Effect of Brand Familiarity,
ference Effects in Consumer Memory for Experience and Information on Online Apparel
Advertising: The Role of Brand Familiarity. Purchase. International Journal of Retail &
Journal of Marketing, 58(3): 97–105. Distribution Management, 33(2): 148–160.
Kim, D. J., Song, Y. I., Braynov, S. B., & Rao, H.R. Pascal, V. J., Sprott, D. E., & Muehling, D. D. 2002.
2005. A Multidimensional Trust Formation The Influence of Evoked Nostalgia on Consu-
Model in B-to-C e-Commerce: A Conceptual mers’ Responses to Advertising: An Exploratory
Framework and Content Analysis of Academia/ Study. Journal of Current Issue & Research in
Practitioner Perspectives. Decision Support Sys- Advertising, 24(1): 39–47.
tems, 40(2): 143–165. Paul, P. 2001. Getting inside Gen Y. American
Kim, W., Jeong, O. R., & Lee, S. W. 2010. On Social Demographics, 23(9): 42–49.
Websites. Information Systems, 36(2): 215–236. Pudliner, B. A. 2007. Alternative Literature and
Ko, H., Cho, C. H., & Roberts, M. S. 2005. Internet Tourist Experience: Travel and Tourist Weblogs.
Uses and Gratifications: A Structural Equation Journal of Tourism and Cultural Change, 5(1):
Model of Interactive Advertising. Journal of 46–59.
Advertising, 34(2): 57–70. Raacke, J. & Raacke, B. J. 2008. MySpace and
Kusumasondjaja, S., Shanka, T., & Marchegiani, C. Facebook: Applying the Uses and Gratification
2012. Credibility of Online Review and Initial Theory to Exploring Friend-networking Sites.
Trust: The Role of Reviewer’s Identity and CyberPsychology & Behavior, 11(2): 169–174.
Reid, M., Luxton, S., & Mavondo, F. 2005. The
Review Valence. Journal of Vacation Market-
Relationship between Integrated Marketing
ing, 18(3): 185–196.
Communication, Market Orientation, and Brand
Machleit, K. A., Allen, C. T., & Madden, T. J. 1993. Orientation. Journal of Advertising, 34(4): 11–
The Mature Brand and Brand Interest: An Al- 23.
ternative Consequence of Ad-evoked Affect. Shapiro, S., MacInnis, D. J., & Heckler, S. E. 1997.
Journal of Marketing, 57(4): 72–82. The Effects on Incidental Ad Exposure on the
Machleit, K. A. & Wilson, R. D. 1988. Emotional Formation of Consideration Sets. Journal of
Feelings and Attitude toward the Advertisement: Consumer Research, 24(1): 94–104.
The Roles of Brand Familiarity and Repetition. Shiv, B., Edell, J. A., & Payne, J. W. 1997. Factors
Journal of Advertising, 17(3): 27–35. Affecting the Impact of Negatively and Posi-
Mangold, W. G. & Faulds, D. J. 2009. Social Media: tively Framed Ad Messages. Journal of Con-
The New Hybrid Element of the Promotion sumer Research, 24(3): 285–294.
Mix. Business Horizons, 52(4): 357–365. Thackeray, R., Neiger, B. L., Hanson, C. L., &
Mazer, J. P., Murphy, R. E., & Simonds, C.J. 2007. McKenzie, J. F. 2008.Enhancing Promotional
I’ll See You on “Facebook”: The Effects of Strategies within Social Marketing Programs:
Computer-mediated Teacher Self-disclosure on Use of Web 2.0 Social Media. Health Promo-
Student Motivation, Affective Learning and tion Practice, 9(4): 338–343.
Classroom Climate. Communication Education, Tussyadiah, I. P. & Fesenmaier, D. R. 2009. Mediat-
56(1): 1–17. ing Tourist Experiences: Access to Places via
Morton, L. P. 2002. Targeting Generation Y. Public Shared Videos. Annals of Tourism Research, 36
Relations Quarterly, 47(2): 46–47. (1): 24–40.
Kusumasondjaja: Efektivitas Social Media Advertising: Peran Brand Familiarity 91

Valenzuela, S., Park, N., & Kee, K. F. 2009. Is There Xiang, Z. & Gretzel, U.2010. Role of Social Media in
Social Capital in a Social Network Site? Face- Online Travel Information Search. Tourism
book Use and College Students’ Life Satisfac- Management, 31(2): 179–188.
tion, Trust and Participation. Journal of Compu- Yavas, U. 1994. Research Note: Students as Subjects
ter-Mediated Communication, 14(4): 875–901. in Advertising and Marketing Research. Inter-
Walther, J. B., Van der Heide, B., Kim, S. Y., Wester- national Marketing Review, 11(4): 35–43.
man, D., & Tong, S. T. 2008. The Role of Fri- Yoo, K. H. & Gretzel, U. 2011. Creating More Cre-
dible and Persuasive Recommender Systems: The
ends’ Appearance and Behavior on Evaluations
Influence of Source Characteristics on Recom-
of Individuals on Facebook: Are We Known by mender System Evaluations. Recommender Sys-
the Company We Keep? Human Communi- tems Handbook, (Part 3, pp.455–477). Vienna,
cation Research, 34(1): 28–49. Austria: Springer.
Wolburg, J. M. & Pokrywczynski, J. 2001. A Psyc- Zheng, F., Huang, L., & Dou, W. 2009. Social Factors in
hographic Analysis of Generation Y College User Perceptions and Responses to Advertising
Students. Journal of Advertising Research, 41 in Online Social Networking Communities.
(5): 33–52. Journal of Interactive Advertising, 10(1): 1–13.

Anda mungkin juga menyukai