Anda di halaman 1dari 49

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya tanpa resiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Ibu dapat mengalami beberapa keluhan fisik dan mental, bagian kecil mengalami kesukaran selama kehamilan dan persalinan, tetapi kebanyakan ibu tersebut pulih sehat kembali sepenuhnya dengan mempunyai bayi yang normal dan sehat. Sebagian besar kehamilan dan persalinan akan mempunyai hasil yang menggembirakan yaitu ibu dan bayi lahir sehat. Namun sebagian ibu hamil akan menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai bert yang dapat memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan, bahkan

kematian bagi ibu dan atau bayinya, terutama pada kelompok ibu hamil resiko tinggi, maupun ibu hamil resiko rendah yang mengalami komlikasi pada persalinan. Di negara berkembang ada empat komponen pokok perawatan pranatal: skrining risiko untuk mengidentifikasi ibu yang cenderung mengalami persalinan yang sulit dan kehamilan dengan akhir yang buruk, deteksi dan penanganan penyakit terkait, pemeliharaan zat gizi dan kesehatan ibu, dan pendidikan kesehatan tentang pelahiran yang aman dan pengenalan dini serta penatalaksanaan komplikasi. Pada umumnya 80 90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10 12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan adanya penyakit penyerta sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berta baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya. Kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun kehamilan yang mormal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh seorang bidan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 1

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. Apa pengertian dari deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan? Apa tujuan dilakukannya deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan? Alat skrining apa saja yang bisa dipakai untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan? 4. 5. Bagaimana penggambaran jalur deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan? Bagaimana cara untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan?

1.3 TUJUAN MASALAH 1. 2. 3. Untuk memahami pengertian dari deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan. Untuk mengetahui alat skrining yang bisa dipakai untuk mendeteksi dini komplikasi kehamilan. 4. 5. Untuk mengetahui penggambaran jalur deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan. Untuk mengetehui cara mendeteksi dini komplikasi kehamilan.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DETEKSI DINI TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama kehamilan ibu secara dini. Deteksi dini dalam pelayanan antenatal adalah mengarah pada penemuan pada ibu hamil beresiko agar dapat ditangani secara memadai sehingga kesakitan atau kematian dapat dicegah. Skrining resiko merupakan suatu kegiatan, yang di masa lalu, dilakukan dengan susah payah. Beberapa parameter kependudukan, seperti usia dan paritas memang dapat menjelaskan kelompok-kelompok beresiko tinggi yang ada di dalam populasi, tetapi kurang baik jika digunakan untuk mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi secara perorangan. Dari beberapa kategori tersebut, mungkin yang paling bermanfaat adalah nulipara yang berusia dibawah 17 tahun dan grand-multipara. Faktor resiko khusus yang paling dapat dip There are a few conditions and complications that fall into a gray zone of minimal severity when detected early, which midwives do manage. These include some urinary tract infections, anemias, gestational diabetes, and incipient

toxemias.ercaya adalah hubungan antara tubuh yang pendek pada nulipara dan resiko terjadinya disproporsi sefalopelvis. The midwife is an expert on normal childbearing and detection of complications. In order to detect abnormality, a thorough knowledge of the range of normal is essential. Knowledge of the signs and symptoms of the more common or well-known complications enables the midwife to identify possible complications and initiate the process of differential diagnosis and physician consultation at the earliest indications of a problem. There are a few conditions and complications that fall into a gray zone of minimal severity when detected early, which midwives do manage. These include some urinary tract infections, anemias, gestational diabetes, and incipient toxemias. Still other conditions/complications are diagnosed and treated by the midwife, such as vaginal infection, sexually transmitted diseases, and the minor discomforts of pregnancy.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 3

The conditions and complications in this chapter are those the midwife will either manage, consult the physician about, contribute to the management of care in collaboration with the physician or refer to the physician. Terjemahan: Bidan adalah seorang ahli melahirkan normal dan deteksi komplikasi. Dalam rangka untuk mendeteksi kelainan, pengetahuan menyeluruh dari berbagai normal sangat penting. Pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala dari komplikasi yang lebih umum atau terkenal memungkinkan bidan untuk mengidentifikasi kemungkinan komplikasi dan memulai proses diagnosis diferensial dan konsultasi dokter pada indikasi awal dari masalah. Ada beberapa kondisi dan komplikasi yang jatuh ke dalam "zona abu-abu" dari keparahan minimal jika terdeteksi dini, yang mengelola bidan. Ini termasuk beberapa infeksi saluran kemih, anemia, diabetes gestasional, dan toxemias. Kondisi lain / komplikasi yang didiagnosis dan diobati oleh bidan, seperti infeksi vagina, penyakit menular seksual. Kondisi dan komplikasi dalam bab ini adalah mereka bidan baik akan mengelola, konsultasikan dengan dokter mengenai, memberikan kontribusi pada manajemen perawatan bekerja sama dengan dokter atau rujuk ke dokter. Bidan mengasumsikan salah satu dari peran baik pada awalnya, setelah bekerja laboratorium diagnostik, atau dalam hal peningkatan keparahan masalah.

2.2

TUJUAN DILAKUKANNYA DETEKSI DINI TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kehamilan ibu secara dini antara lain untuk memantau kemauan kehamilan; pemantauan terhadap tumbuh kembang janin; mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial; deteksi dini adanya ketidaknormalan; mempersiapkan persalinan cukup bulan dan selamat agar masa nifas normal dan dapat menggunakan ASI eksklusif sehingga mampu mempersiapkan ibu dan keluarga dengan kehadiran bayi baru lahir. Tujuan khusus adalah: a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 4

b.

Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.

c. d.

Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.

2.3 ALAT UNTUK DETEKSI DINI TERHADAP KOMPLIKASI KEHAMILAN (ALAT SKRINING IBU HAMIL) Alat yang digunakan dalam kegiatan skrining ini adalah A. KSPR (Kartu Skor Poedji Rochjati) Kartu skor digunakan sebagai alat rekam kesehatan dari ibu hamil berbasis keluarga. Format KSPR disusun sebagai kombinasi antara Ceklis dan sistim skor. Ceklis dari faktor resiko ada 20 : Kelompok I terdiri dari 10 faktor resiko Kelompok II terdiri dari 8 faktor resiko Kelompok III terdiri dari 2 faktor resiko

Sistim skor : tiap faktor resiko ada gambar masing-masing dengan tertulis 4 dan 8 (Bekas operasi sesar, Letak sungsang, Letak lintang, perdarahan antepartum dan Pre-eklamsia Berat/Eklamsia) Kartu skor mempunyai 5 fungsi : 1. Skrining antenatal/deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil Risiko Tinggi 2. Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan 3. Pencatat kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu/bayi 4. Pedoman untuk member penyuluhan 5. Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB Kartu Skor dibuat dalam satu helai dengan halaman depan dan belakang, dapat dilipat dua, tiap halaman menjadi : 1. Bagian kiri 2. Bagian kanan Disusun dengan praktis untuk mudah dimengerti, digunakan oleh tenaga kesehatan dan non-kesehatan, PKK, Dukun, serta mudah dibawa dan disimpan. Dengan warna hijau agar mudah dikenal dan mudah ditemukan.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 5

Gambar : Kartu Skor Poedji Rochjati. Halaman depan

HALAMAN DEPAN KIRI ATAS Identitas ibu hamil, diisi pada kotak pertama 1. Nama 2. Umur 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Kehamilan ke berapa dan riwayat kehamilan yang lalu Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 6

6. Tanggal hari pertama dari haid terakhir 7. Tanggal dan bulan dari perkiraan persalinan Identitas suami 1. Pendidikan 2. Pekerjaan KIRI TENGAH Isian digunakan untuk melakukan skrining/deteksi dini masalah/faktor risiko yang ditemukan dan jumlah skor. Bagian ini terbagidalam 4 kolom I-IV : 1. Kolom I 2. Kolom II 3. Kolom III : kelompok faktor resiko I, II, dan III : nomor urut dari masalah/faktor risiko 1-20 : skor awal ibu hamil, macam masalah/faktor risiko pada ibu hamil (ada20) Kelompok I (nomor urut 1-10) Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO, 7 terlalu dan 3 pernah Kondisi ibu hamil/faktor risiko yang berhubungan dengan umur, paritas, dan riwayat persalinan yang lalu, yaitu : 1. Primi muda (terlalu muda, hamil I < 16 th) 2. Primi tua (terlalu tua, hamil I > 35th dan terlalu lambat hamil I, kawin > 4th) 3. Terlalu cepat hamil lagi (< 2th) 4. Primi tua sekunder (terlalu lama hamil lagi, > 10th) 5. Grande multi (terlalu banyak anak, 4 atau lebih) 6. Terlalu tua umur ibu > 35 th 7. Tinggi badan terlalu pendek < 145cm 8. Riwayat obstetric jelek (pernah gagal kehamilan yang lalu) 9. Pernah melahirkan dengan tindakan bukan operasi (tarikan tang/vakum, uri dirogoh, diberi infuse/tranfusi) 10. Pernah operasi sesar Faktor risiko yang ditemukan dicocokkan dengan gambar pada nomor yang sesuai dengan faktor risiko, diberikan skor 4 dan khusus untuk bekas seksio 8. Faktor risiko no.1-10 mudah ditemukan melalui tanya jawab dan periksa pandang terhadap ibu hamil pada kontak 1 pada kehamilan muda oleh ibu hamil, suami, keluarga, PKK, dukun, tenaga kesehatan/bidan di desa. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 7

Kelompok II (nomor urut 11-18) Ada Gawat Obstetrik/AGO, 8 Faktor Risiko 1. Penyakit pada ibu hamil 2. Bengkak pada tungkai, muka dan Tekanan darah tinggi 3. Hamil kembar 4. Hidramnion 5. Bayi mati dalam kandungan 6. Kehamilan lebih bulan 7. Letak sungsang 8. Letak lintang Skor diberi 4 kecuali letak sungsang dan letak lintang diberi skor 8. Bila tenaga non-kesehatan, PKK atau dukun menduga adanya suatu faktor risiko misalnya hamil kembar dirujuk ke bidan, kemudian bidan memeriksa bila benar maka diberi skor bersama-sama dengan bidan. Kelompok III (nomor urut 19-20) Ada Gawat Darurat Obstetrik / AGDO Perdarahan antepartum dan pre-eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8. Faktor resiko ini langsung mengancam nyawa ibu dan janin. 4. Kolom IV : pemantauan terhadap ibu hamil selama kehamilan Tanggal dan bulan pada tiap kontak ditulis diatas umur kehamilan yang sesuai : Kontak tribulan I, tribulan II dan dua kali pada tribulan III. Tanggal dari rencana kontak berikutnya juga segera ditulis pada kontakumur kehamilan berikutnya. Tanggal ini ditulis juga dalam buku catatan ibu hamil untuk membantu memudahkan mengingat kapan kontak berikutnya harus dilaksanakan. Berisi nilai skor awal 2 untuk semua ibu hamil. Skor untuk masing-masing faktor risiko adalah 4 atau 8. Untuk pemberian dan pencatatan skor pada tiap kontak. Terdapat 4 kolom kecil untuk pengisian skor dari faktor risiko yang ditemukan pada tiap kontak dengan ibu hamil oleh petugas kesehatan/PKK. Jumlah Skor Untuk mengisi jumlah skor pada tiap kontak, jumlahnya skor awal dari ibu hamil dan skor dari faktor risiko yang ada pada waktu kontak yang sama.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 8

KIRI BAWAH Penyuluhan/Komunikasi Informasi Edukasi-KIE Penyuluhan untuk kehamilan/persalinan aman dan rujukan terencana. Jumlah skor, kelompok risiko denngan kode warnanya akann memudahkan pemberian penyuluhan kepada ibu hamil, suami, dam keluarga dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kehamilan/persalinan aman. Kehamilan 1. Perawatan kehamilan menggunakan buku KIA 2. Rujukan kehamilan bagi ibu risiko tinggi ke puskesmas atau Rumah Sakit Skor 2 Perawatan kehamilan ke Bidan di Desa, baik di Posyandu, Polindes, Puskesmas tidak perlu dirujuk. Skor 6-10 Diberi nasehat periksa kehamilan dan rujukan kehamilan ke bidan atau puskesmas untuk menetapkan dugaan faktor risiko yang ditemukan, misalnya pada gemelli, letak sungsang, janin mati dalam kandungan (IUFD) Skor >12 Ibu hamil dengan faktor risiko ganda (dua atau lebih) dinasehatkan untuk periksa kehamilannya dan bila perlu dirujuk ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan lebih intensip. Persalinan ibu hamil risiko tinggi (KRT), ibu risiko sangat tinggi (KRST) 1. KIE mengenai tempat dan penolong persalinan yang sesuai dengan kelompok risiko dan macam faktor risikonya. 2. Rujukan persalinan dengan pola Rujukan Terencana : Rujukan Dini Berencana (RDB) Meliputi rujukan pada ibu Ada Potensial Gawat Obstetrik (APGO) dan Ibu Ada Gawat Obstetrik (AGO). Ibu hamil dirujuk dalam kondisi SEHAT, walaupun ada faktor risiko ibu dapat berjalan, naik kendaraan umum ke rumah sakit. Rujukan Dalam Rahim (RDR) Dilakukan pada janin risiko tinggi dengan upaya penyelamatan janin dalam rahim, agar setelah dilahirkan dapat langsung ditangani oleh dokter

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 9

Spesialis anak misalnya pada ibu hamil riwayat obstetric jelek dengan penyakit Diabetes Mellitus. Rujukan Tepat Waktu (RTW), pada a. Ibu Ada Gawat Darurat Obstetrik (AGDO) Perdarahan antepartum Pada eklamsi belum menunjukkan tanda-tanda eklamsi lanjut, yaitu tanda-tanda sindroma HELLP (Hemolisis Elevoted of Liver enryme dan penurunan dari Platelet count)dengan tanda gangguan pembekuan darah. b. Pada komplikasi persalinan dini misalnya uri tertinggal Komplikasi persalinan dapat terjadi tidak terduga sebelumnya seperrti Perdarahan postpartum, Retensio placentae, Partus lama / infeksi sebaiknya ditemukan pada tahap awal/dini, masih belum ada tandatanda awal dari syok. Penyuluhan/KIE sangat penting untuk menimbulkan rasa kesadaran, kepedulian, kewaspadaan dan kepatuhan dalam pengambilan keputusandalam keluarga mengenai tempat dan penolong persalinan yang sesuai. Untuk itu dalam masa kehamilan (6 bulan) harus ada persiapan dan perencanaan mental, biaya dan transportasi dalam upaya persalinan aman dengan mendapatkan pertolongan professional yang adekuat di Rumah Sakit. Penggunaan ceklis dari kondisi ibu hamil/faktor risiko dan perhitungan skor Ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Deteksi adanya faktor risiko pada setiap kontak 2. Cara pemberian skor dan cara pencatatan skor dalam kolom IV dengan 4 kolom kecil pada umur kehamilan pada waktu kontak 3. Perhitungan jumlah skor dari skor awal dan skor kondisi ibu hamil/faktor risiko. Cara pengisian kolom IV, tempat menulis skor : Bila ada salah satu ibu hamil dengan faktor risiko no 1-20 maka skor ditulis pada kolom umur kehamilan yang sesuai saat itu. Jumlah skor adalah jumlah dari skor awal dan skor pada faktor risiko no 1-20 ditulis pada baris jumlah skor.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 10

HALAMAN DEPAN KANAN Tempat Perawatan Kehamilan : 1. Posyandu 2. Polindes 3. Rumah Bidan 4. Puskesmas 5. Rumah Sakit Pilih dan tandai dengan melingkari tempat perawatan dari ibu hamil. Data persalinan, ibu dan bayi : Setelah ibu melahirkan dapat mengisi kartu skor tentang persalinan, mengenai : 1. Tanggal dan persalinan 2. Rujukan persalinan Jika dalam persalinan dilakukan rujukan, tanyakan jenis/macam rujukannya, asal rujukan dan tujuan dari rujukan persalinan. Beri lingkaran sesuai jawaban yang didapat. 3. Komplikasi obstetric Jika dalam kehamilan atau persalinan terdapat komplikasi obstetric tandai jawaban yang sesuai. 4. Tempat bersalin Tiap persalinan membutuhkan tempat. Tandai salah satu jawaban yang tersedia dimana tempat ibu binaan melahirkan. 5. Penolong persalinan Tiap persalinan pasti membutuhkan penolong persalinan. Pilih dan tandai

salah satu jawaban yang tersedia. 6. Macam persalinan Dan penolong persalinan dapat diketahui jenis/macam persalinan.pilih dan tandai macam persalinan sesuai dengan yang dialami ibu. 7. Keadaan ibu dan bayi pasca persalinan harus dicatat Jika ibu dalam keadaan sehat dan selamat, tandai pada pilihan hidup. Jika terjadi kematian, tanyakan apa penyebabnya, dan dimana tempat kematian ibu. Sama halnya dengan bayi, tanyakan berat badan lahir, jenis kelaminnya, apakah ada kelainan bawaan. Jika bayi lahir mati atau lahir hidup kemudian mati dalam umur 7 hari, apa penyebabnya dan dimana kematian bayi tersebut.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 11

8. Keadaan ibu selama masa nifas, yaitu 42 hari setelah persalinan Tanyakan pada ibu apakah keadaannya sehat atau sakit pada masa nifas. Tanyakan pada ibu apakah ia memberikan ASI pada bayinya. Jika ibu member makanan tambahan tanyakan apa jenisnya. Jika ibu meninggal, tanyakan pada suami atau keluarganya apa penyebab dan tempat kematian. 9. Perencanaan KB Tanyakan pada ibu atau suami tentang perencanaan KB. Jika ya, jenis KB apa yang dipilih. Tandai jawaban tersebut pada kartu skor. Setelah persalinan apakah pada ibu langsung dilakukan sterilisasi.

Gambar : Kartu Skor Poedji Rochjati. Halaman belakang.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 12

HALAMAN BELAKANG KANAN DAN KIRI Terdapat gambar faktor risiko 1-20 dari Kelompok I, II, dan III dengan nomor urut sesuai dengan urutan pada ceklis. Pada masing-masing nomor ada

penjelasan/batasan dari faktor risiko dan skornya. Pada pojok kanan bawah : identitas instansi/organisasi yang member bantuan biaya untuk pengadaan kartu skor.

2.3.1 Batasan Faktor Risiko / Masalah 2.3.1.1 Ada potensi gawat obstetrik / APGO - Kelompok I : kehamilan yang perlu diwaspadai Kelompok I dengan mudah melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa pandang oleh tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan pada kehamilan muda saat kontak pertama. Ibu resiko tinggi dengna faktor resiko kelompok I tidak mempunyai keluhan. Selama kehamilan ibu dalam keadaan sehat dan merasa sehat. Pada tiap kontak ibu hamil, suami dan keluarganya membutuhkan penyuluhan berulang kali mengenai kemungkinan timbul komlikasi padaa persalinan. Ibu hamil perlu memeriksakan kehamilannya lebih sering. Bersama sama dengan tenaga kesehatan membuat perencanaan persalinan aman untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi. 1. Primi muda Ibu hamil pertama pada umur 16 tahun. Rahim dan panggul ibu seribngkalli

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu bekum cukup dewasa sehingga diragukan ketrampilan perawatan diri dan bayinya. Bahaya yang dapat terjadi antara lain : 1. Bayi lahir belum cukup bulan 2. Perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir 3. Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir Kebutuhan pertolongan medik, bila terdapat kelainan yaitu: 1. Janin tidak dapat lahir normal, biasa dengan tenaga ibu sendiri 2. Persalinan membutuhkan tindakan kemungkinan saesar 3. Bayi yang lahir kurang bulan membutuhkan perawatan khusus

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 13

Pertolongan dapat diberikan oleh PKK dan tenaga kesehatan : 1. Memberikan komunikasi, Informasi dan Edukasi agar memeriksakan kehamilan secara teratur 2. Penngenalan dini adanya tanda perdarahan sebelum bayi lahir 3. Merujuk segera ke bidan / puskesmas bila ada perdarahan 4. Membuat perencanaan persalinan bersama ibu hamil, suami dan keluarga dengan tenaga kesehatan.

2. Primi tua a. Lama perkawinan 4 tahun Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa: a. Suami istri tinggal serumah b. Suami atau istri tidak sering keluar kota c. Tidak sedang memakai alat kontrasepsi (KB) Keluarga sangat mendambakan anak. Bayi dengan nilai sosial tinggi anak mahal. Bahaya yang mungkin terjadi pada primi tua ini antara lain: a. Selama hamil dapat timbul masalah, faktor resiko lain karena kehamilannya misalnya: pre-eklamsi b. Persalinan tidak lancar Kebutuhan pertolongan medik ; a. Perawatan antenatal yang teratur b. Melakukan krujukan kehamilan dan memberi pertolongan c. Pengamatan persalianan ketat terhadap adanya gawat janin, 1 jam bayi tidak lahir dilakukan tindakan tau operasi saesar. Pertolongan dilakukan oleh ibu PKK dan tenaga kesehatan: a. Penyuluhan agar melakukan perawatan kehamilan teratur b. Rujukan kehamilan kepada bidan atau puskesmas c. Deteksi dini adanya penyakit ibu atau penyakit dari kehamilan d. Merencanakan persalinan aman oleh bidan bersama ibu hamil, suami dan keluarga mengenai tempat / penolong persalinan oleh bidan/ dokter di puskesmas Rawat inap atau di rumah Sakit Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 14

b. Pada umur ibu 35 tahun Ibu yang hamil pertama pada umur 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya yang dapat terjadi antara lain: a. Hipertensi b. Pre eklamsi c. Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persaklianan dimulai d. Persalinan tidak lancar/macet: ibu mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa. e. Perdarahan setelah bayi lahir f. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah < 2500 gram Tanda tanda persalinan dimulai adalah keluar darah lendir, perutt sakit dan terasa kencang kencang, yang semakin lama semakin bertambah sering dan lebih sakit. Kebutuhan pertolongan medik: a. Perawatan kehamilan yang teratur agar dapat ditemukan penyakit penyakit pada ibu secara dini b. Pertolongan persalinan ada kemugkinan ditolong dengan tindakan atau operasi sesar

3. Anak terkecil Umur < 2 Tahun Ibu hamil yang jarak kelahirin dengan anaka terkeil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orangtuanya. Bahaya yang dapat terjadi : a. Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah b. Bayi prematur/ lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu c. Bayi dengan berat badan lahir rendah < 2500 gram Kebutuhan pertolongan medik: a. Perawatan kehamilan yang teratur Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 15

b. Pertolongan persalinan ada kemungkinan dengan tindakan Pertolongan dapat ddiberikan oleh PKK dan tenaga kesehatan: a. Memberikan KIE melakukan perawatan kehamilan teratur b. KIE, makan dengan nilai gizi seimbang, 4 sehat 5 sempurna c. Membuat perencanaan persalinan aman pada bidan

4. Primi Tua Sekunder Ibu hamil, dengan persalianan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamialn dan persalinan ini seolah olah mengahdapi kehamilan persalianan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Kehamilan ini bisa terjadi pada: -anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak berKB Bahaya yang dapat terjadi pada ibu primi tua sekinder: a. Persalinan dapat berjalan tidak lancar b. Perdarahan pasca persalinan c. Penyakit ibu: hipertensi, diabetes dan lain lain

5. Grande Multi Ibu pernah hamil atau melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan: Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi Kekendoran pada dinding perut Tampak ibu dengan perut menggantung Kekendoran dinding rahim

Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini antara lain: Kelainan letak, persalinan letak lintang Robekan rahim pada kelaianan letak lintang Persalinan lama Perdarahan pasca persalinan

Kebutuhan pertolongan medik: 1. Perawatan kehamiilan teratur agar gizi seimbang, tidak anemis 2. Sebaiknya persalinan ibu ditolong bidan, di puskesmas atau riumah sakit Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 16

6. Umur 35 tahun atau lebih Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat ditimbulkan pada kelompok ini: a. Hipertensi dan pre eklamsi b. Ketuban pecah dini: ketuban pecah sebelum persalinan dimulai c. Persalinan macet d. Perdarahan setelah bayi lahir Kebutuhan pertolongan medik: a. Perawatan kehamilan teratur agar dapat ditemukan penykit/ faktor resiko lain secara dini dan mendapat pengobatan b. Pertolongan persalinan membutuhkan tindakan opersai sesar

7. Tinggi Badan 145 cm atau kurang Terdapat 3 batassan dalam kelompok resiko ini a. Ibu hamil pertama sanagt membutuhkan peerhatian khusus. Luas panggul dan besar kepala janin mungjin tidak proporsional, dalam hal ini ada 2 kemungkinan yang terjadi: Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin/ kepala tidak besar Panggul ukuran normal tetapi kepala janian besar Pada kedua kemungkinan itu, bayi tidak dapat lahir melalui jalanlahir biasa dan membutuhkan operasi sesar b. Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi cukup bulan tetpai mati dalam waktu 7 hari atau kurang c. Ibu hsmil, kehamilan sebelumnya belum pernah melahirkan cukup bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500gr Bahaya yang dapat terjadi: persalinan tidak lancar, bayi sukar lahir, dlam bahaya serta gawat janin. Kebutuhan pertolongan medik : operasi sesar

8. Riwayat obstetri jelek dapat terjadi pada ibu hamil dengan: Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 17

a. Kehamilan kedua, dimana kehamilan pertama mengalami: - keguguran Lahir belum cukup bulan Lahir mati Lahir hdup lalu 7 hari atau kurang, mati b. Kehamilan ketiga tau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan. Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini antara lain: a. Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda tanda pengeluar buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang b. Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya : DM, radang saluran kencing, dll Kebutuhan pertolongan medik: a. Mencari penyebab kegagalan kehamilan yang lalu, mungkin karena : - Penyakit darah ibu : thalasemia, toxoplasmosis - Diabetes Mellitus - Penyait infeksi saluran kencing b. Memebrikan perawatan kehamilan bersama di rumah sakit dengan dokter spesialis c. Memberikan pengobatan pada penyakit ibu yang ditemukan d. Memberi pertolongan persalianan di rumah sakit oleh dokter spesialis kebidanan, mungkin membutuhkan oerasi sesar e. Bayi yang dilahirkan segera dirawat oleh dokter spesialis anak agar mendapat perawatan intensif

9. Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan yang ditolong dengan alata melalui jalan lahir biasa atau pervaginam. a. Tindakan forceps atau vakum Bahaya yang terjadi akibat tindakan dengan tarikan: Robken atau perlukaan pada jalan lahir Perdarahan pasca persalinan

b. Uri manual, yiatu tindakan pengeluaran plasenta dari ronngga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila: A. Ditungggu sampai setengah jam plasenta tidak lahir

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 18

B. Setelah bayi lahir serta plasenta belum lahir dan terjadi perdarahan lebih dari 500cc Bahaya yang terjadi akibat pengeluaran plasenta secara menual: a. Radang, atau infeksi bila tangan penolong tidak steri b. Perforasi yaitu jari si penolong menembus dinding rahim c. perdarahan

c. ibu diberi infus atau

transfusi pada persalinan yang lalu. Persalinan lalu

mengalami perdarahan pasca persaliann yang beanyak lebih dari 500cc, sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus serta transfusi darah.. pemberian transfusi pada ibu tersebut, merupakan tindakan yang dapat menyelamtakan ibu hamil. Transfusi diberikan di rumah sakit rujukan.

10. Bekas operasi sesar Ibu hamil, pada persalinan lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas operasi. Bekas luka operasi pada dinding rahim merupakan jaringan kaku, ada kemungkinan mudah robek pada kehamilan / persalinan berikutnya yang disebut robekan rahim. Keadaan ini dapat terjadi pada operasi sesar klasik(corporil), yaitu : rahim dibuka pada badan rahim, tetapi tidak pada bagian bawah dari rahim. Bahaya pada robekan : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. Kebutuhan pertolongan medik: a. Saat hamil memeriksakan kehamilan pada bidan/puskesmas b. Pada ibu bekas operasi sesar, indikasi operasi yang lalu dapat: Tetap ada, panggul sempit, maka persalinan yang sekarang harus ditolong dengan operasi sesar lagi. Tidak tetap ada, misalnya sebelum anak lahi. Namun persalinan ini perlu dipercepat dan dibantu dengan tindakan antara lain cunam tang, atau operasi sesar lagi. 2.3.1.2 ADA GAWAT OBSTETRIK KELOMPOK II tanda bahaya pada saaat kehamilan, persalinan dan nifas Kelompok II kebanyakan terjadi pada umur kehamilan 6 bulan atau lebih, misalanya dugaan kehamilan kembar yang sukar ditentukan secara pasti. Untuk mendapatkan kepastian dilakukan rujukan kehamilan ke bidan/ puskesmas terdekat. Ada Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 19

kemungkinan maasih membutuhkan pemeriksaan dengan USG oleh dokter spesialis di Ryumah Sakit. Pada kelompok ini membutuhkan penyuluhan berulang kali agar lebih peduli sepakat dan patuh untuk mengambil keputusan melakuakan persiapan dan perencanaan persalinan aman dengan tempat dan penolong yang sesuai dengan kondisi ibu.

11. Penyakit pada ibu hamil a. Anemia Keluhan yang diraskan ibu hamil adalah: 1. Lemas badan, lesu, lekas lelah 2. Mata berkunang kunang 3. Jantung berdebar Dengan periksa pandang: pucat pada muka, kelompok mata, lidah dan telapak tangan. Bila diperiksa melalui tes laboratorium didapatkan kadar hemoglobin dalam darah kurang 11%. Adapaun pengaruh anemia terhadap kehamilan antara lain: 1. Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit 2. Menghambat pertumbuhan janin, sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah 3. Persalinan prematur Bahaya yang dapat terjadi pada kehamilan dengan anemia berat, yaitu Hb kurang 6gr%: 1. Kematian janin dalam kandungan 2. Persalinan prematur, pada kehamilan kurang dari 37 minggu 3. Persalinan lama 4. Perdarahan pasca persalinan Kebutuhan pertolongan medik: 1. Perawatan antenatal yang teratur, pemberian gizi seimbang 2. Pemberian obat- obatan, tablet zat besi. Ibu hamil mungkin membutuhkan: Perawatan di rumah sakit, pemeriksaan penyebab penyakit yang lain, misalanya: cacing, malaria atau yang lainnya Pemberian tambah darah(tranfusi)

3. Persalinan dengan tindakan tarikan cunam / tarikan vakum Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 20

4. Setelah persalinan membutuhkan perawatan ibu dan bayi prematur Pertolongan yang dapat diberikan oleh tenaga non kesehatan, antara lain: 1. Pengenalan adanya anemia dengan banntuan bidan terdekat 2. Memberikan anjuran untuk banyak istirahat dan kerja ringan 3. Menganjurkan makan makanan yang menngandung protein (mis. Tahu, tempe,dll) serta syuran hijau 4. Memberikan komunikasi, informasi, edukasi perawatan kehamilan teratur ke bidan / puskesmas 5. Membuat perencanaan persalianan dengan bidan di desa/ puskesmas pada ibu dengan anemia berat membutuhkan persalinan di rumah sakit

b. Malaria Keluhan yang diraskan oleh ibu hamil, adalah; 1. Panas tinggi 2. Mengigil, keluar keringat 3. Sakit kepala 4. Muntah muntah Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya yang dapat terjadi antara lain: 1. Abortus/ keguguran 2. Kematian janin dalam kandungan 3. Persalinan prematur Kebutuhan pertolongan medik: 1. Pemberian obat obatan untuk malaria dan anemia 2. Perawatan di rumah sakit untuk megobati ibu dengan malaria Mencegah persalianan prematur Melahirkan bayi bila mati dalam kandungan

3. Perawatan bayi prematur

c. TBC Munculnya keluhan yang diraskan oleh ibu hamil, antara lain: 1. Batuk lama tak sembuh sembuh Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 21

2. Tidak suka makan 3. Badan lemah dan semakin kurus 4. Batuk darah Penyakit ini tidak berpengaruh secara langsung terhadap janin dan tidak memberikan penularan selama kehamilannya. Janin baru akan tertular setelah dilahirkan. Bila TBC sudah berat dapat menurunkan kondisi tubuh ibu hamil, tenaga termasuk ASI ikut berkurang, bahkan ibu dianjurkan untuk tidak memberi ASI secara langsung. Bahaya yang dapat terjadi, bila tuberkulosa/ TBC tambah berat: a. Dapat terjadi keguguran b. Bayi lahir belum cukup bulan c. Janin mati dalam kandungan Kebutuhan pertolongan medik: a. Perawatan kehamilan harus teratur b. Pemberian obat obatan c. Persalinan dipercepat/ dibantu dengan tindakan vakum atau cunam d. Perawatan bayi : bila penyakit tuberkulosa ibu sedang aktif, bayi dirawat secara terpisah dari ibunya agar tidak terjadi penularan Pertolongan yang dapat diberikan masyarakat tau tenaga non kesehatan antara lain: a. Membantu menemukan adanya TBC pada ibu hamil sedini mungkin b. Memberikan saran untuk : Banyak istirhat Kerja ringan Makan banyak protein dan syuran hijau Minum obat TBC secara teratur, tidak terputus

c. Memberikan anjuran untuk perawatan antenatal yang teratur d. Merujuk kehamilan ke puskesmas untuk mendapat pengobatan e. Merujuk ke rumah sakit bila ada keadaann gawat, misalnya batuk darah f. Memberikan saran dan perencvanaan persalinan di rumagh sakit

d. Jantung Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil, adalah: 1. Sesak napas Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 22

2. Jantung berdebar 3. Dada terasa berat, kadang kadang nyeri 4. Nadi cepagt 5. Kakki bengkak Keluhan tersebut timbuk di waktu kerja berat, sedangkan pada payah jantung yang berat dirasa pada saat kerja ringan atau sedang beristirahat atau berbaring. Pada saat kehamilan, penyakit jantung ini akan menjadi lebih berat. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapat menyebabakan gangguan pada pertumbuhan janin dengan berat badan bayi lahir lendah. Bahaya yang dapat terjadi; 1. Payah jangtung bertambah berat 2. Kelahiran prematur 3. Dalam persalinan: Bayi lahir dengan tidak segera menangis Bayi dapat lahir mati

Pertolongan yang dapat diberikan oleh tenaga non kesehatan dan kesehatan antara lain: 1. Membanntu menemukan payah jantung pada ibu hmail secara dini 2. Memberikan saran anatara lain 3. Memberikan anjuran untuk perawatan antenatal yang teratur di Rumah Sakit 4. Merujuk bila ada keadaan gawat ke rumah sakit 5. Memberikan anjuran persalinan di Rumah Sakit

e. Diabetes Mellitus Dugaan pada ibu hamil dengan Diabetes mellitus apabila: 1. Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar dengan berat badan bayi lahir lebih dari 4000 gram 2. Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu minggu terakhir 3. Ditemukan glukosa dalam urin, pemeriksaan laboraturium, yang disebut glikosuria Pengaruh diabetes mellitus terhadap kehamilan tergantung pada berat ringannya penyakit, pengobatan dan perawatannya. Pengobatan kencing manis menjadi lebih Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 23

sulit karena pengaruh kehamilan. Kehamilan akan memperberat kencing manis dan memperbesar kemungkinan timbulnya komplikasi seperti koma (ibu tidak sadar) Bahaya yang dapat terjadi antara lain: 1. Persalinan prematur atau belum cukup bulan atau kurang dari 37 minggu 2. Hydramnion 3. Kelainan bawaan 4. Kelahiran bayi dengan berat badan lebih dari 4000gram 5. Kematian janin dalam kandungan sesuai kehamilan minggu ke-36 6. Kematian bayi perinatal yaitu bayi lahir, kemudian mati pada umur kurang dari 7 hari Kebutuhan pertolongan medik: 1. Perawatan kehamilan yang teratur dilakukan bersama dengan dokter spesialis penyakit dalam dan spesialis anak 2. Persalinan diakhiri 2-3 minggu lebih karena ada kemungkinan janin mati menjelang akhir kehamilan 3. Bayi langsung ditangani oleh dokter spesialis anak dan dirawat sebagai prematur, meskipun berat badannya lebih dari cukup. Pertolongan yang dapat diberikan oleh tenaga non kesehatan; 1. Deteksi dini adanya ibu hamil dengan diabetes melitus sehingga cepat dibawa ke rumah sakit untuk penilaian dan penentuan pengobatan 2. Memberi KIE untuk periksa kehamilan secara teratur dan pengobatan teratur untuk penyakitnya 3. Persalinan dilakukan di rumah sakit untuk persiapan persalinan anjuran atau operasi sesar

f. HIV/AIDS Penyakit human imunodeficiency virus dan acquired immuno deficiency syndrome adalah penyakit yang relatip baru dikenal dengan banyak menimbulkan masalah kesehatan, terutama sekali jika terjadi pada ibu hamil. HIV termasuk penyakit menular seksual, dapat ditularkan melalui seks, transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, penularan dari ibu ke janin melalui plasenta pada masa kehamilan dan saat persalinan. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 24

Bahaya yang dapata terjadi : a. Pada HIV terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi b. Kehamilan akan memperburuk progresifitas infeksi HIV, sebaliknya efek HIV padd kehamilan adalah pertumbuhan intraauterin terhambat dan berat lahir rendah serta peningkatan kelahiran prematur c. Bayi juga dapat tertulaar dalam kandungan atau tertular melalui air susu ibu (ASI) Jika seoraang ibu hamil atau pasangannya dicurigao memiliki resiko menderita HIV atau AIDS maka harus dilakukan penapisan terhadap kedua penyakit tersebut melalui pemeriksaan darah. Wanita hamil yang mendertia HIV atau AIDS akan ditangani secara khusus di rumah sakit pusat rujukan. Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit HIV, maka usaha pencegahan penularan merupakan upaya terpenting. g. Toksoplasmosis Suatu penyakit yang disebabkan oleh toksoplasmosis gandii. Pada orang dewasa kadang kadang tidak menunjukkan gejala klinik yang spesifik. Maka diagnosis pada umumnya dilakukakn melalui uji serologik atau uji darah rutin pada kehamilan muda, eksplorasi penyebab abortus yang berulang kali dan kelainan congenital atau cacat bawaan. Penularan melalui makanan mentah tau kurang masak, yang tercemar ekstreta atau kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya yang dapat terjadi: a. Infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkan abortus b. Infeksi pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus Pertolongan medik yang dapat diberikan: a. Selam kehamilan mendapatkan pengobatan secara rawt jalan b. Diberi obat spiramisin atau setelah kehamilan 14 minggu diberi obat kombinasi dengan pirimetamin dan sulfonamida. Pengobatan ini dapat menanggulangi infeksi dan menghambat kelanjutan proses kelainan kongenital. Persalinan pervaginam atau melalui jalan lair, sangat diupayakan, bila terdapat hdrosefalus tempat persalinannya sebaiknya di Rumah Sakit. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 25

12. PER ringan Kondisi ibu yang disebabkan oleh kehamilan, dengan tanda tanda: a. Edema(pembengkakan), terutama pada tungkai, dapat pada muka. Edema

disebabkan ada penumpukan cairan yang berlebihan disela- sela jaringan tubuh b. Tekanan darah tinggi c. Dalam urin terdapat zat putih telur (pemeriksaan urine dari laboratorium) Sedikit bengkak pada kaki atau tungkai bawah pada kehamilan 6 bulan keatas mungkin masih normal yang disebabkan oleh karena tungkai banyak digantung atau kekurangan vitamin b1. Tetapi bengkak pada tangan atau wajah dengan disertai tekanan darah tinggi sedikit meningkat, berarti ada pre-eklamsi ringan. Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini: Bila keracunan kehamilan tidak mendapati perawatan atau pengobatan dari dokter puskesmas rawat inap, akan menjadi lebih berat disebut pre-eklamsi berat dan kemudian timbul serangan kejang kejang seperti ayan disebt eklamsia. Bahaya bgi janin, pada ibu dengan pre-eklamsi adlah: a. Memberikan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim ibu dan bayi lahir lebih keciil b. Mati dlam kandungan Kebutuhan pertolongan medik: a. Ibu hamil harus mendapat perawatan atau pengobatan b. Melahirkan di rumah sakit dan persalinan akan ditolong dengn tindakan Pertolongan yang dapat diberikan oleh tenaga non kesehatan adalah; a. Membantu menemukan adanya tanda tanda edema sedini mungkin. Caranya : menekan pada tulang kering selama 1 menit. Jika timbul cekungan pda tempat yang ditekan dan tidak mudah rata kembali., maka hal tersebut merupakan tanda adanya edema. Cara lain untuk emlihat adanya edema antara lain: Sandal/ sepatu tidak cukup Cincin terasa sesak Muka lebih lembab

b. Merujuk dengan cepat ke bidan atau puskesmas

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 26

13. Hamil Kembar Ibu hamil dengan dua janin (gemelli) atau tiga (triplet) atau lebih dalam rahim. Pada hamil kembar perut tampak membesar lebih besar dari biasanya. Rahim ibu juga ikut membesar yang menekan organ tubuh di sekitarnya dan menyebabkan keluhan kelluhan: a. Napas tidak longgar, seolah olah sesak napas b. Pembengkakan kedua bibir kemaluan dan tungkai c. Varises d. Hemorrhoid, kadang kadang keluar darah dari dubur Bahaya yang dapat terjadi pada kehamilan kembar yaitu: a. Keracunan kehamilan b. Kembbar air (air ketuban yang banyak) c. Ibu kurang darah d. Persalinan prematur, yaitu bayi lahir kurang bulan dengan berat badan lahir rendah /BBLR, kurang dari 2500 gram e. Kelainan letak, dimana dalam rahim janin atau lebih dengan letak kepala sungsang atau lintang f. Persalinan sukar g. Timbul perdarahan setelah bayi dan plasenta keluar Kebutuhan pertolongan medik: a. Pemberian obat obatan untuk: Kurang darah Keracunan kehamilan

b. Persalinan di rumah sakit Persalinan kembar dari bayi dengan letak sungsang atau letak lintang, perlu tindakan atau operasi Perlu ditambah cairan (infus) atau tambah darah (transfusi) bila ada perdarahan pasca persalinan Perlu perawatan khusus bagi bayi lahir prematur

Pertolongan yang dapat diberikan oleh tenaga non kesehatan antara lain: a. Membantu menemukan adanya tanda tanda kehamilan kembar, yaitu : o Perut membesar dengan cepat tidak sesuai dengan umur kehamilan o Gerakan anak terasa di banyak tempat Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 27

b. Menyarankan bila ada dugaan hamil kembar untuk memeriksakan kehamilan secara rutin ke bidan atau puskesmas, serta melahirkan di rumah sakit c. Merujuk sedini mungkin bila ada: o Tanda tanda keracunan kehamilan o Tanda tanda kurang darah o Tanda tanda permulaan persalinan

14. Hidramnion/ hamil kembar air Kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Keadaan ini mulai tampakpada tribulan III, dapat terjadi secara perlahan-lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah air ketuban setengah sampai 1 liter. Karena rahim sangat besar menekan pada organ tubuh sekitarnya, yang menyebabkan keluhan sebagai berikut: a. Sesak napas, karena sekat rongga dada terdorong keatas. b. Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban 2 liter c. Pembengkakan pada kedua bibir kemaluan dan tungkai Bahaya yang dapat terjadi: a. Keracunan kehamilan b. Cacat bawaan pada bayi c. Kelainan kengenital d. Persalinan prematur, kurang bulan, bberat lahir,2500gram e. Perdarahan pasca persalinan Kebutuhan pertolongan medik, perawata atau penanganan: pengeluaran air ketuban dan persalinan di rumah sakit. Pertolongan dapat diberikan oleh tenaga noon kesehatan dan kesehatan, yaitu dengan : a. Merujuk ke Bidan atau puskesmas, bila ada dugaan hidramnion b. Memberi Komunikasi, Informasi, Edukasi KIE untuk periksa kehamilan secara teratur c. Memberi komunikasi, Informasi, Edukasi KIE untuk perencanaan melahirkan di rumah sakit

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 28

15. Janin Mati dalam rahim Keluhan keluhan dari ibu hamil dengan janin mati dalam kandungan atau rahim: a. Tidak terasa gerakan anak b. Perut terasa mengecil c. Payudara mengecil Pada kehamilan normal, gerakan janin dapat dirasakan ibu pertama kali pada umur kehamilan 4 sampai 5 bulan. Sejak saat itu gerakan janin sering dirasakan ibu. Janin sehat bergerak secara teratur. Bila gerakan janin berkurang, melemah tau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan bayi mungkin terancam. Ibu perlu segera mencari pertolongan. Selain dari keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil, harus dilakukan pemeriksaan, antara lain : a. Denyut jantung janin tidak terdengar b. Pemeriksaan urin hasil tes kehamilan negatif Di rumah sakit pemeriksaan tersebut menggunakan USG. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim yaitu: janin mati terlalu lama dalam rahim menimbulkan gangguan pada ibu. Bahaya yang terjadi berupa gangguan pembukuan darah, disebabkan oleh zat zat berasal dari jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu. Kebutuhan pertolonagn medik : Janin mati dalam rahim, bila ditunggu 4 minggu tidak lahir sendiri, diperlukan persalinan anjuran dengan obat obatan. Pertolongan yang dapat diberikan oleh tenaga non kesehatan: a. Membantu menemukan sedini mungkin adanya kematian janin dalam kandungan, dengan cara menanyakan apakah: o Ibu hamil tidak merasa gerakan anak, perut dirasa mengecil, payudara mengecil b. Memberi saran untuk pergi ke bidan terdekat c. Bila perlu merujuk ke rumah sakit

16. Serotinus Ibu dengan umur kehamilan 42 minggu. Pada hamil lebih bulan, plasenta sebagai alat penyalur zat makanan dan zat asam dari ibu ke janin mengalami penuaan. Dalam keadaan ini fungsi dari jaringan plasenta dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 29

baik bagi janin, yaitu janin mengecil, kulit mengkerut, lahir dengan berat lahir rendah. Janin dalam rahim dapat mati mendadak. Umur kehamilan cukup bulan:40 minggu. Bahaya yang dapat terjadi adalah janin kekurangan makanan dan zat asam, akibatnya: Janin menjadi kurus Janin dapat mati dalam rahim

Kebutuhan pertolongan medik: a. Dilakukan induksi persalinan di Rumah Sakit b. Langsung dilakukan operasi sesar Pertolongan yang dapat diberikan oleh tenaga non kesehatan; a. Memberikan penyuluhan tentang pengertian hamil lebih bulan, bahaya dan pertolongan yang diberikan b. Meneberikan KIE dengan merujuk ibu hamil serotinus ke rmah sakit untuk memeriksakan keadaan janin, peda kondisi janin mulai gawat persalinan anjuran dengan operasi sesar.

17. Letak sungsang Letak sungsang pada kehamilan 8 9 bulan, letak janin dalam rahim dengan kepala di atas dan bokong atau kaki dibawah. Bayi letak sungsang lebih sukar lahir, karena kepala lahir terakhir. Pada kehamilan normal, kepala janin berada di bagian bawah rahim ibu dan menghadap ke arah punggung ibu. Menjelang persalinan, kepala turun dan masuk ke rongga panggul ibu. Bahaya yang dapat timbul pada kelainan letak sungsang: Persalinan dapat macet pada bahu, kepala sangat sukar diahirkannya, akibatnya: Bayi lahir dengan gawat napas Bayi dapat mati

Persalinan letak sungsang sebaiknya di Rumah Sakit, dengan adanya kesiapan kamar operasi dan dokter spesialis.

18. Letak lintang Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua, yaitu pada kehamilan 8 9 bulan. Kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bayi membutuhkan pertolongan operasi sesar. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 30

Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecildan sudah beberapa waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa. Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang: Pada persalinan yang tidak ditangani dengan benar dapat terjadi; Robekan rahim Akibatnya: o Bahaya bagi ibu Perdarahan yang mengakibatkan anemi berat Infeksi]ibu syok dan dapat mati

o Bahya bagi janin, janin dapat mati Kebutuhan pertolongan medik: 1. Persalinan bayi letak lintang hidup harus di rumah sakit 2. Persalinan bayi dengan letak lintang mati: a. Bayi besar, dilahirkan dengan tindakan di rumah sakit b. Bayi kecil dan mati ada kemungkinan lahir biasa, lebih baik di puskesmas rawat inap atau di rumah sakit 3. Bila ketuban pecah dan bagian tubuh kecil tubuh janin terlihat di jalan lahir didalam vagina, misalnya tangan atau tali pusat menumbung, maka ibu harus segera dirujuk ke rumah sakit.

2.3.1.3 ADA GAWAT DARURAT OBSTETRIK/AGDO KELOMPOK III ADA ANCAMAN NYAWA BAGI IBU DAN JANIN 19. Perdarahan antepartum Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi. Tiap perdarahan keluar dari vagina pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus mendapatkan perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa nyawa ibu atau janinnya. Perdarahan dapat keluar: Sedikit sedikit tetapi terus menerus, lama lama ibu menderita anemia berat Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemas atau nadi kecil dan tekanan darah menurun

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 31

Perdarahan dapat terjadi pada: a. Plasenta melekat dibagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim, keadaan ini disebut plasenta previa. Pada kehamilan normal plasenta dalam rahim terletak pada bagian atas. b. Karena suatu sebab misalnya trauma kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre eklamsia, maka terjadilah perdarahan pada tempat melekat plasenta pada dinding rahim. Akibat perdarahan yang terjadi, menyebabkan adanya penumpukan darah beku di belakang plasenta, sehingga plasenta sebagian atau seluruhnya akan lepas dari tempat melekatnya. Keaddan ini disebut solusio plasenta. Bahaya yang dapat terjadi akibat perdarahan yang keluar sebelum bayi lahir : 1. Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan 2. Dapat membahayakan ibu : a. Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok b. Ibu dapat meninggal 3. Dapat membahayakan janinnya mati dalam kandungan Kebutuhan pertolongan medis untuk ibu hamil dengan perdarahan sebelum anak lahir: 1. Ditambah cairan infus dan tambah darah atau tranfusi 2. Membutuhkan pertolongan di Rumah Sakit oleh dokter spesialis ada kemungkinan membutuhkan operasi 20. PEB PEB terjadi bila ibu dengan pre eklamsi ringan tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. PEB, bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang-kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit. Bahaya yang dapat terjadi yaitu : 1. Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar sampai meninggal 2. Bahaya bagi janin: a. Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil b. Mati dalam kandungan Kebutuhan pertolongan medis : 1. Ibu hamil harus mendapatkan perawatan dan melahirkan di Rumah Sakit 2. Persalinan akan ditolong oleh dokter spesialis dengan pengobatan tindakan. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 32

SISTEM SKOR Sejak awal kehamilan, bagi setiap ibu hamil dibutuhkan suatu cara yang mudah dan sederhana untuk mengetahui dan melakukan prakiraan mengenai keadaan kehamilan, persalinan, dugaan terjadinya kesulitan atau komplikasi persalinannya. Pengenalan terjadi komplikasi persalinan harus secara dini dan ditangani dengan benar. Hal ini sangat menentukan hasil persalinan, mungkin baik atau jelek bagi ibu dan atau bayinya. Sangat ideal bila ibu hamil dalam kehamilan muda sudah dapat dilakukan prakiraan kemungkinan terjadi penyulit atau komplikasi saat persalinan. Sehingga jika sudah mendekati persalinan dan betul betul terjadi komplikasi, ibu hamil, suami dan keluarga sudah ada kesipan baik mental, keputusan merujuk, biaya dan transportasi. Komplikasi persalinan dapat terjadi pada semua ibu hamil, baik ibu resiko rendah maupun ibu resiko tinggi dengan faktor resiko yang sudah ditemukan pada skreening antenatal. Tiap faktor resiko mengakibatkan komplikasi tertentu dalam persalinan. Komplikasi persalinan yang tidak ditangani dengan adekuat akan mengakibatkan kematian ibu atau bayinya. Oleh sebab itu dikembangkan, suatu sistem skor untuk memudahkan pengertian adanya faktor resiko kepada ibu hamil, suami dan keluarga dan kebutuhan pertolongan persalinan yang aman.

TUJUAN SISTEM SKOR 1. Membuat pengelompokan dan ibu hamil (kehamilan resiko rendah, kehamilan resiko tinggi dan kehamilan resiko sangat tinggi) agar berkembang perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan yang sesuai dengan kondisi dari ibu hamil 2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami , keluarga danmasyarakat agar peduli dan memberikan dukungan dan bantuan untuk persiapan mental, biaya dan transportasi unntuk melakukan perujukan terecana. FUNGSI SKOR 1. Alat komunikasi informasi dan edukasi bagi klien atau ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat. 2. Alat peringatan bagi petugas kesehatan: Agar lebih waspada. Lebih tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis penilaian atau pertimbaangan klinis pada ibu resiko tinggi dan lebih intensif penanganannya.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 33

CARA PEMBERIAN SKOR Tiap kondisi ibu hamil dan faktor resiko diberi nilai 2, 4 atau 8. Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal. Tiap faktor resiko skornya 4, kecuali bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsia berat atau eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor resiko dapat dilihat pada gambar yang ada dalam KSPR yang telah disusun.

PENGHITUNGAN JUMLAH SKOR DAN KODE WARNA Kasus kehamilan Kontak Pemberian skor Ibu hamil berumur 30 hamil kehamilan ketiga Anak kedua lahir tahun, 3 sudah bula, yang I 4 6 Kuning 2 Jumlah Kode warna

dengan operasi sesar Keadaan tetap Pada umur II,III Tetap 6 Kuning

kehamilan 8 bula, terjadi perdarahan, 8 14 Merah

dirujuk di rawat di IV RS, serta perdarahan berhenti pulangkan Dirumah tidak ada perdarahan dilakukan kontak Mendadak perdarahan banyak, dan V di

Tetap 14 Merah

Tetap 14 Merah

segera merujuk ke RS

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 34

Pada tiap kontak jumlah skor dihitung. Jumlah skor 2, 6 sampai 10, dan 12 atau lebih. Berdasarkan jumlah skor, ibu hamil dapat ditentukan termasuk dalam 3 kelompok resiko KRR, KRT, KRST dengan kode warna hijau, kuning dan merah. - jumlah skor 2 - jumlah skor 6 10 jumlah 12 merah PENYULUHAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN AMAN : kehamilan resiko rendah KRR berwarna hijau : kehamilan resiko tinggi KRT warna kuning : kehamilan resiko sangat tinggi KRST kode warna

Kehamilan Jumlah skor 2 6 10 12 Kehamilan resiko KRR Kode warna Hijau Perawatan Rujukan Tidak dirujuk Polindes, PKM, RS RS

Persalinan Tempat Rumah, polindes Polindes, PKM, RS RS Penolong

Bidan Bidan, Dokter Dokter

Bidan Bidan, Dokter Dokter

KRT KRST

Kuning Merah

B. KPPS (Kartu Perkiraan Persalinan Soedarto) Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas sistim scoring mengenai cara persalinan yang dibutuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat memperkirakan terjadinya distosia (perasalinan sulit atau disfungsional) sebelum persalinan dimulai sehingga rujukan terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah kartu perkiraan persalinan yang dikembangkan oleh Soedarto. Alat tersebut berupa grafik dimana tinggi fundus merupakan sumbu Y dan panjang kaki sebagai sumbu X. Tinggi fundus menujukkan ukuran janin, penurunan kepala atau distensi uterus sehingga bila panjang berarti janin besar, penurunan atau distensi uterus berlebihan. Panjang kaki kanan menujukkan ukuran panggul, berarti bila pendek maka ukuran panggul kecil. Dengan meletakkan tinggi fundus uteri dan panjang kaki wanita hamil cukup bulan (38 minggu) pada grafik dapat diperkirakan terjadinya partus macet. Daerah tersebut terdiri dari 4 area/daerah, yaitu : Daerah hijau tua, menunjukkan distosia hampir tidak mungkin terjadi sehingga persalinan dapat dilakukan di rumah dengan aman. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 35

Daerah hijau muda, menunjukkan kejadian distosia jarang terjadi dan persalinan dirumah dapat dilakukan tetapi tetapi harus dengan pengawasan. Daerah kuning, menunjukkan distosia sering terjadi dan peralinan harus ditangani oleh tenaga kesehatan atau harus dirujuk. Daerah merah, menunjukkan distosia kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak dilakukan.

HALAMAN DEPAN Halaman depan dibagi menjadi dua bagian yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan terdapat data tentang identitas ibu hamil, suami dan nama pemeriksa. Sedangkan pada bagian kiri berisi tentang data kehamilan dan persalinan ibu. Pada data kemahilan berisi umur ibu, kehamilan yang keberapa, jumlah anak hidup, tanggal/bulan terakhir haid, pengukuran fundus uteri dan telapak kaki oleh kader dan bidan. Jika ada faktor resiko juga dapat ditulis disini.

Gambar : Kartu Perkiraan Persalinan Soedarto. Halaman depan

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 36

Pada data persalinan berisi tentang tempat dan tanggal persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan, APGAR skor dan keadaan ibu.

Cara pengukuran menggunakan KPPS Pengukuran dilakukan hanya pada ibu hamil aterm (>38minggu), janin tunggal, letak kepala tanpa kelainan yang berpengaruh terhadap pengukuran, misalnya Hidrosefalus (Kepala busung), Plasenta previa (plasenta yang terletak dibagian bawah rahim), dll.

HALAMAN BELAKANG

Gambar : Kartu Perkiraan Persalinan Soedarto. Halaman belakang

Pada halaman sebelah kiri terdapat grafik untuk mengukur tinggi fundus dan panjang kaki sebelah kanan. Titik perpotongan dicocokkan dengan table hasil pengukuran. Sedangkan pada bagian kanan terdapat penjelasan tentang penggunaan Kartu prakiraan Persalinan Soedarto yang berisi tentang : a. Pengukuran tinggi fundus Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 37

Ibu hamil dalam keadaan berbaring dan kandung kemih dikosongkan. Alat ukur : pita pengukur (meteran) Cara pengukuran : dari simfisis (tepi atas tulang kemaluan) sampai puncak fundus uteri (batas atas dinding rahim) Hasil : diplot pada sumbu tinggi fundus uteri (Y)

Gambar : Pengukuran Tinggi Fundus

b. Pengukuran telapak kaki kanan terpanjang Ibu hamil dalam keadaan berdiri tanpa alas kaki Alat ukur : pita pengukur (meteran) Cara pengukuran : dari tumit sampai ujung kaki kanan terpanjang Hasil : di plot pada sumbu panjang kaki kanan (X)

Gambar : Pengukuran telapak kaki kanan terpanjang Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 38

c. Penilaian Perpotongan proyeksi kedua pengukuran X dan Y pada grafik akan jatuh pada salah satu daerah. d. Kesimpulan penilaian Menentukan terjadinya risiko disproporsi sefalopelvik Menetapkan tempat persalinan Daerah titik perpotongan kedua sumbu Daerah merah Kemungkinan disproporsi sefalopelvik ++++ (90 %) ++++ (50 %) ++ (3 %) ++ (1 %) Gambar : Interpretasi Hasil Pengukuran Tempat persalinan

Rumah Sakit

Daerah Kuning

Rumah Sakit Rumah dengan pengawasan, Puskesmas, RS Rumah, Puskesmas, RS

Daerah hijau muda

Daerah hijau tua

2.4 JALUR DIAGRAM SKRINING PADA IBU HAMIL Pada semua ibu hamil dilakukan skrining. Skrining yang pertama dilakukan untuk memisahkan kelompok ibu hamil tanpa faktor resiko dari kelompok dengan faktor resiko. (Mausner, 1974) Dari tes skrining kedua dapat dipisahkan lagi kelompok ibu hamil dengan faktor resiko tinggi yang membutuhkan rujukan dan penanganan namun masih ada waktu untuk memberikan penyuluhan mengenai rujukan dan penanganan ibu hamil tersebut. Sedangkan kelompok yang lain adalah kelompok ibu hamil dengan resiko sangat tinggi yang harus segera dirujuk dan ditangani dengan tindakan pada waktu itu juga dalam usaha menyelamatkan jiwa ibu dan bayinya yang terancam. Dalam pendekatan resiko, kegiatan skrining antenatal berbasis keluarga di masyarakat harus dilakukan dengan teliti dan sistematis pada semua ibu hamil, berulang kali selama kehamilan sampai dekat persalinan. Seperti tampak gambar di bawah ini.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 39

Gambar : Diagram Pelaksanaan Skrining

2.5 CARA PEMERIKSAAN DETEKSI DINI PADA KEHAMILAN a. Pemantauan Janin Elektronik Gelombang suara yang berfrekuensi tinggi dikirim melalui transmitter (disebut transduser atau probe) ke dalam rahim wanita melalui perut atau vagina. Gelombang suara ini akan memnatul kembali dari berbgai struktur janin, plasenta dan organ- organ internal wanita untuk membentuk sebuah gambaran. Ada dua jenis pemantauan elektronik. 1. Eksternal atau tidak langsung, jenis ini menggunakan transduser eksternal yang dipasang di dinding abdomen maternal untuk mengkaji denyut jantung janin dan aktifitas uterus. Transduser ultrasound Ultrasound, gelombang bunyi frekuensi tinggi, dipancarkan oleh sebuah transduser yang dipasang di atas abdomen maternal. Karena ultrasound membentuk bidang yang bergerak- gerak dalam hal ini jantung janin dan katup sinyal dipantulkan kembali ke transduser, yang mengaktifkan takometer.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 40

Denyut jantung janin dicetak di bagian atas grafik strip, dan lampu indicator di monitor diobservasi secara serempak pada setiap denyutan. Sinyal Doppler ini dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi transduser atau janin. Transduser ultrasound dapat dipakai untuk memantau denyut jantung janin selama periode antepartum intrapartum. Transduser EKG Abdomen Transduser EKG Abdomen dapat mengukur DJJ melalui dinding abdomen maternal. Paling baik digunakan untuk pemantauan antepartum setelah kehamilan 34 minggu dan dapat digunakan untuk pemantauan intrapartum, tetapi secara umum hanya bekerja jika pasien relaks dan tetap berbaring. Pembacaan hasil pencatatan akan sulit atau tidak dapat diinterpretasi sama sekali pada keadaan oligohidramnipon atau hidramnion, kehamilan multiple, usia kehamilan kurang dari 34 minggu, dan periode-periode aktifitas tekanan otot maternal, seperti pada fase aktif dari persalinan. Tokotransduser (Tokodinamometer) Memantau aktifitas uterus secara transabdominal dengan alat peka tekanan yang ditekan oleh kontraksi uterus dan gerakan janin. Panel aktifitas uterus dari kertas grafik menampilkan frekusensi dan durasi kontraksi selama periode antepartum dan intrapartum.

2. Internal atau langsung, jenis ini menggunakan elektroda spiral untuk mengkaji elektrokardiogram janin dan kateter intrauterine atau transervikal untuk mengkaji aktifitas uterus dan tekanan intrauterine. Elektroda Spiral Elektroda spiral memantau EKG janin dari bagian presentasi. Alat ini hanya dapat digunakan setelah membrane ruptur, bila dilatasi servik 2 sampai 3 cm atau lebih, dan bila bagian presentasi dapat dicapai dan diidentifikasi. Oleh karena itu, elektroda spiral hanya dapat digunakan selama periode intrapartum. Penggunaannya dalah kontraindikasi pada pasien yang diduga mempunyai herpes aktif atau stertokokus grup B atau bila terdapat perdarahan vagina yang tidak terdiagnosa. Kateter Intrauterin (Transervikal) Kateter intrauterine memantau kontraksi, durasi, intensitas, dan tonus istirahat. Kateter kecil dimasukkan ke vagina (secara transervikal) menuju uterus setelah Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 41

servik dilatasi 2-3 cm dan membran janin telah ruptur. Kateter ditekan selama kontraksi uterus, memindahkan tekanan ke pengukur tegangan atau transduser tekanan. Tekanan ini kemiudian direfleksikan di atas kertas grafik dalam bentuk tekanan mm Hg.

Pemeriksaan Rutin dan Uji Skrining 1. Pemeriksaan panggul (Vaginal) 2. Pemeriksaan air kemih 3. Pemeriksaan darah 4. Pengecekan tekanan darah 5. Pengecekan berat maternal 6. Pemeriksaan perut 7. Mendengarkan denyut jantung janin(FHT) 8. Pemeriksaan Payudara 9. Pemeriksaan Gigi 10. Penapisan Marker Multipel Sebuah uji yang mengukur kadar dua atau empat substansi berikut ini dalam darah ibu : a. Alfa-fetoprotein (AFP) suatu substansi yang diproduksi oleh hati janin. b. Human korionik gonadotropin (hcG) sebuah hormon yang diproduksi oleh plasenta. c. Estriol (E3) produk samping dari metabolisme estrogen dipengaruhi oleh fungsi janin dan plasenta. d. Dimerik inhibin A, substansi yang diproduksi dalam indung telur. Hasil pemeriksaan biasanya diperoleh dalam waktu satu minggu. Pada usia gestasional 15-20 minggu : Untuk menapis kadar AFP dan estriol yang rendah dikombinasikan dngan kadar hCG dan dimerik inhibin A yang tinggi, yang mengindikasikan adanya sindrom down atau faktor lain yang dapat membahayakan kehamilan Untuk menapis kadar AFP yang tinggi, mengindikasikan adanya cacat tuba saraf yang terbuka (spina bifida anensefali) atau meningkatnya resiko keabnormalan janin atau kematian janin.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 42

11. Penapisan Glukosa Sampel darah diambil dari ibu satu jam sesudah dia minum minuman bergula (glukosa) atau makan makanan atau kudapan karbohidrat khusus. Pada usia gestasional 24-28 minggu untuk menapis adanya diabetes gestasional, yang jika tidak dirawat dapat menimbulkan masalah bagi inbu dan janin.

12. Penapisan Streptokokus B (GBS) Cairan vagina dan anus dibiakan di laboratorium untuk menentukan derajat kolonisasi. Pada usia gestasional 35-37 minggu untuk menapis adanya GBS dan mengidentifikasi wanita yang merupakan pembawa GBS.

Uji Diagnostik Uji berikut ini akan dilakukan jika penapisan menunjukkan kemungkinan timbulnya masalah. Uji diurutkan berdasarkan abjad, bukan frekuensi penggunaan atau kapan dilakukan selama kehamilan. 1. Amniosentesis Menggunakan ultrasonografi untuk penuntun, dokter akan melewatkan sebuah jarum melalui perut dan rahim ke kantung ketuban, menarik cairan dan mengirimkannya ke laboratorium guna dilakukan pemeriksaan. Amniosentesis dapat dilakukan jika ada volume cairan yang memadai. Dapat dilakukan sejak usia gestasional 13 minggu. Cairan ketuban diproses atau diperlakukan dengan cara berbeda, tergantung pada uji yang dilakukan. Untuk mengidentifikasi keabnormalan kromosom, sel-sel janin dipisahkan dari cairan ketuban dan dibiarkan (kira-kira dua minggu) agar berkembang biak sehingga diperoleh cukup banyak sel untuk dianalisa. Pada awal sampai pertengahan kehamilan : Memberiakn informasi tentang cacat lahir tertentu, kelainan metabolisme dan penyakit kromosom atau genetik. Mendeteksi sindrom down, anemia sel sabit, cacat tuba saraf, dan berbagai kelainan. Mengevalusi janin jika hasil dari uji penapisan tertentu menunjukkan adanya masalah. Membantu mengambil keputusan tentang melanjutkan atau menghentikan kehamilan. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 43

Pada kehamilan lanjut : Memberikan informasi tentang kematangan paru-paru janin jika

dipertimbangkan untuk melakukan persalinan awal karena alasan kesehatan ibu maupun bayi. Menunjukan keparahan penyakit Rh atau kelainan darah lainnya padfa janin sehingga dapat memutuskan tindakan yang harus dilakukan pada janin.

2. Profil Biofisik Uji ini mengevaluasi fungsi biofisik janin dan mempunyai lima komponen. Uji non stress (NST) mengecek : a. Respon denyut jantung janin terhadap gerakan. Sken ultrasonografi membantu menilai : b. Gerakan dan aktifitas janin c. Tonus otot janin d. Gerakan pernafasan janin e. Volume cairan ketuban (AFV) Setiap komponen diberi skor 0,1, atau 2. Jadi nilai total tertinggi adalah 10. Profil biofisik janin memakan waktu kurang lebih satu jam. Hal ini bertujuan : Menentukan kesejahteraan janin pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Digunakan untuk menetukan apakah kehamilan beresiko tinggi atau kehamilan lewat bulan dapat dilanjutkan dengan aman atau apakah harus dilakukan induksi persalinan.

3. Sampel Vilus korionik (CVS) Dengan menggunakan ultrasonografi untuk penuntun, dokter akan melewatkan sebuah kateter yang ramping melalui lubang leher rahim (CVS transervical) atau sebuah jarum melalui perut dan rahim (CVS transabdominal) menempatkannnya pada selaput korionik, yang menutupi janin. Sepotong kecil korionik disedot kedalam semprit dan dikirim ke laborat untuk dianalisis. Prosedur ini memakan waktu 15-20 menit. Sampel vilus korionik biasanya dilakukan antara usia gestasional 10-12 minggu dan hasilnya dapat diperoleh 1-2 minggu.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 44

Uji ini bertujuan untuk : Menyajikan informasi tentang abnormalitas kromosom Menyajikan informasi pada usia gestasional yang lebih awal daripada amniosentesis, memungkinkan diambilnya keputusan yang lebih awal mengenai diakhirinya kehamilan. Memberikan sampel yang cukup besar untuk memanfaatkan tegnologi genetik molekular seperti analisa DNA.

4. Uji stress kontraksi (CST) atau opxytosin challenge test (OCT) Uji ini menunjukan bagaimana denyut jantung janin (FHR) berespon terhadap kontraksi rahim. Kontraksi diinduksi sampai si ibu mengalami tiga kontraksi dalam 10 menit. Kemudian, sementara rahim tetap berkontraksi pada kecepatan tersebut, sebuah monitor janin elektronik eksternal digunakan untuk mengukur FHR. Hasil uji menenangkan jika FHR tetap normal selama kontraksi. Uji ini tidak menenangkan atau tidak menyenangkan jika FHR menunjukan adanya distress janin. Kadang-kadang perlu waktu beberapa jam untuk menyelesaikan uji ini.

5. Sampel darah umbilical perkutaneus (PUBS) atau kordosentesis Selama kordosentesis, dokter yang dituntun dengan ultrasonografi, melewatkan sebuah jarum melalui perut ibu dan rahim kedalam korda umbilikalis, memungkinkan darah janin diambil untuk pengujian. Kordosentesis dapat dilakukan sesudah usia gestasional 16-18 minggu. Prosedur ini membutuhkan waktu 10 menit. Hal ini bertujuan Menilai karakteristik darah janin seperti hitung sel darah merah, untuk mendeteksi anemia dan kadar oksigen. Dapat digunakan untuk memberikan tranfusi darah, obat atau memonitor keefektifan perawatan dengan obat pada janin. Dapat mendiagnosis ketidakcocokan Rh, penyakit sel sabit, infeksi janin, hemophilia, dan kondisi lain.

6. Penelitian aliran darah Doppler Sebuah unit ultrasonografi Doppler dipasangpada perut wanita hamil untuk mendapatkan informasi tentang kecepatan aliran darah (velositas) pada arteri umbilikalis, pembuluh darah janin, dan atau arteri rahim dari ibu. Informasi ini dicatat Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 45

sebagai kecepatan berbentuk ngelombang yang menunjukan perbedaan pada aliran darah selama dan antara denyut berikutnya disebut sebagai rasio sistolik atau diastolik. Hal ini bertujuan menyajiakn informasi tentang kondisi rahim-plasenta dan atau sirkulasi janin. Untuk mengidentifikasi janin yang beresiko karena mempunyai masalah aliran darah janin-plasenta (keterlambatan pertumbuhan intrauterin, hipertensi akibat kehamilan).

7. Menghitung gerakan janin Selama kehamilan lanjut, si ibu diminta menghitung dan mencatat gerakan bayinya sepanjang satu periode yang singkat setiap hari. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan janin dan membantu ibu mengenal janinya.

8. Tes toleransi glukosa Tes toleransi glukosa adalah tes yang mengevaluasi kemampuan tubuh untuk mengangani dosis gula atau glukosa yang besar. Klinisi akan mengambil sampel darah sebelum ibu minum minuman bergula dan sesudah satu jam, dua jam, dan tiga jam kemudian. Normalnya kadar glukosa darah tetap stabil meskipun demikian pada keadaan diabetes akan terjadi peningkatan pada dua atau tiga hasil pengukuran. Tes ini digunakan untuk mendiagnosis diabetes gestasional jika uji penapisan mengindikasikan kemungkinan ini.

9. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pencitraaan didapat dengan magnet super-konduktif yang digerakkkan di atas kulit ibu di daerah yang akan divisualisasi. Sejumlah gambar multi-potong akan diproyeksikan pada layar video untuki menunjukan berbagai tingkatan (atau bidang) dari organ-organ ibu atau janin atau pembuluh darah yang dievaluasi. Tujuannya adalah : Memungkinkan diperolehnya gambaran yang rinci dari berbagai lapisan (multiplanar) organ-organ internal dari bayi yang belum lahir. Menentukan ukuran dan volume dari struktur anatomi dan kematangan organorgan janin (misalnya kematangan paru). Membantu menilai organ-organ internal ibu dan pembuluh darah misalnya untuk mendeteksi thrombosis vena bagian dalam. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 46

10. Uji non-stres (NST) Uji non-stres (NST) ini menunjukan bagaimana kecepatan jantung janin (FHR) berespon terhadap gerakan janin. FHR dicatat selama 20-30 menit dengan monitor janin elektrik yang diletakkan eksternal dan si ibu diminta memberitahu setiap kali dia merasakan gerakan bayinya. Jika tidak ada gerakan janin yang spontan, bayi barangkali sedang tidur. Pemeriksa akan menekan perut si ibu atau memperdengarkan suara yang keras di dekat perut ibu untuk merangsang bayi bangun. Kenaikan 15 denyut jantung di atas kecepatan jantung yang menjadi patokan selama 15 detik (sementara janin bergerak) dianggap normal dan merupkan tanda dari kesejahteraan janin serta disebut sebagai uji reaktif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperkirakan kesejahteraan janin dan menentukan apakah kehamilan kehamilan beresiko tinggi dapat dilanjutkan dengan aman atau apakah diperlukan pengujian lebih lanjut.

11. Ultrasonografi atau sonografi Gelombang suara yang berfrekuensi tinggi dikirim melalui transmitter (disebut transduser atau probe) ke dalam rahim wanita melalui perut atau vagina. Gelombang suara ini akan memnatul kembali dari berbgai struktur janin, plasenta dan organ- organ internal wanita untuk membentuk sebuah gambaran pada layar video. Sken ultrasonografi dapat diselesaikan dalam waktu 10-30 menit untuk

mendapatkan gambaran secara menyeluruh dari janin dan struktur lain selama kehamilan. Tujuannnya adalah diantaranya: Membuktikan adanya kehamilan dan kehamilan kembar Membantu menetukan usia janin dengan mengukur berbagai landmark seperti tengkorak, femur, atau panjang ubun-ubun bokong. Membantu menetukan pertumbuhan janin dan beratnya. Membantu menentukan lokasi organ-organ janin dan struktur untuk pemeriksaan dan pengukuran, diagnosis atau perawatan. Membantu menilai posisi, dan kondisi plasenta serta tali pusat. Mendeteksi bagaimana janin berbaring di dalam rahim, menunjukkan posisi dan kedudukan. Membantu menentukan volume cairan ketuban untuk mendeteksi polihidramnion atau oligohidramnion. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan Page 47

Membantu menunjukan jenis kelamin bayi (kekuatannya tergantung pada usia janin, posisi janin, dan kualitas pengujian.)

12. Apusan vagina atau leher rahim Kapan pun selam kehamilan cairan dari vagina atau daerah leher rahim dapat diambil dan diperiksa dengan mikroskop atau dibiakan di laboratorium untuk melakukan pemerikasaan. Tujuannya adalah diantaranya : Mendeteksi organism yang menyebabkan infeksi (bakteri, virus, jamur atau protozoa) Mengevaluasi kandungan lipid dari cairan ketuban dengan robeknya selaput yang premature guna menetukan kematangan paru-paru janin. Mengukur kadar fibronektin janin yang membantu mengidentifikasi persalinan premature.

13. Foto rongten Radiasi ionisasi digunakan untuk mengambil gambaran internal dari ibu dan janin yang dilakukan setelah melampaui trimester pertama. Tujuannnya adalah membantu menentukan ukuran dan bentuk panggul ibu (pelvimetri) membantu melihat posisi janin dan presentasi serta jumlah bayi

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 48

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama kehamilan ibu secara dini. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kehamilan ibu secara dini antara lain untuk memantau kemauan kehamilan; pemantauan terhadap tumbuh kembang janin; mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial; deteksi dini adanya ketidaknormalan; mempersiapkan persalinan cukup bulan dan selamat agar masa nifas normal dan dapat menggunakan ASI eksklusif sehingga mampu mempersiapkan ibu dan keluarga dengan kehadiran bayi baru lahir. Alat yang digunakan untuk mendeteksi komplikasi kehamilan ada dua, yaitu: A. KSPR (Kartu Skor Poedji Rochjati) merupakan kartu skor yang digunakan sebagai alat rekam kesehatan dari ibu hamil berbasis keluarga. B. KPPS (Kartu Perkiraan Persalinan Soedarto) untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas sistim scoring mengenai cara persalinan yang dibutuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat memperkirakan terjadinya distosia (perasalinan sulit atau disfungsional) sebelum persalinan dimulai sehingga rujukan terlambat dapat dicegah.

Deteksi Dini Terhadap Komplikasi Kehamilan

Page 49

Anda mungkin juga menyukai