Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Natural Vol. 11, No.

1, 2011

THE POTENTIAL OF JARAK CINA (JATROPHA MULTIFIDA L.) SECRETION IN HEALING NEW-WOUNDED MICE
Syarfati K. Eriani dan A. Damhoeri Syarfati,
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Syiah Kuala Darussalam - Banda Aceh
Abstract. The aim of this study was to know the potential of jarak cina secretion (Jatropha multifida L.) in healing newwound in mice. The study was conducted by using 15 Swiss Webster male mice 2-3 2 3 months old with 26-28 26 g body weight. eight. All of the mice had been wounded in a circle form with diameter of 0,5 cm on middle back. After the mice wounded, the different greasing is implemented in each wound, they are : control, greasing of jarak cina secretion and betadin. The greasing was done every twelve hours till the wound is healed. From the analysis result of varians (ANOVA) the treatment resulted on the speed of scab forming, but it did not affect to period of scab removing. In the further test (LSD 5%), the secretion of jarak cina has the same potential as betadin toward the period of scab forming. The healing speed of the wound is same of the treatments. The greasing of jarak cina secretion make the surface of wound healed perfectly, while on control and the greasing of betadin, the the surface of wound is not healed perfectly. Keywords : Jarak cina secretion (Jatropha multifida L.), new-wound, healing wound.

I. PENDAHULUAN
Tanaman obat dapat berkhasiat pada tubuh melalui sistem endokrin, kardiovaskuler, maupun pada sistem imun. Tanaman obat yang bekerja pada sistem imun tidak langsung bekerja sebagai efektor dalam alam menghadapi penyebab penyakit, tetapi melalui pengaturan sistem imun, sehingga digolongkan sebagai imunostimulator. Apabila tubuh mengalami infeksi dan mendapat pengobatan imunostimulator, maka imunostimulator tidak langsung memfagosit mikroorganisme, tetapi memacu sistem imun melalui mekanisme efektor sistem imun [1]. . Luka adalah rusaknya kulit dan gangguan jaringan-jaringan jaringan yang berada di dalamnya, seperti pembuluh darah, saraf, otot, selaput tulang dan kadang-kadang kadang tulang itu sendiri [2]. Apabila terjadi rjadi luka dan diabaikan, maka dapat terjadi infeksi [3]. Mikroorganisme yang ada di sekeliling luka dapat masuk ke dalam tubuh sehingga kulit, jaringan pengikat, otot, saraf, pembuluh darah, tendon, dan selaput tulang dapat dijangkitinya [2]. Getah jarak cina (Jatropha multifida L.) yang langsung diambil dari tanamannya banyak digunakan oleh masyarakat Aceh untuk mengobati luka baru. Kajian etnobotani jarak cina sebagai tanaman obat telah dilakukan di Kabupaten Pidie [4]. Zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut antara lain flavonoid, tanin,

saponin dan alkaloid [5] ]. Namun sejauh ini penelitian terhadap manfaat tanaman obat tersebut belum dibuktikan secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi getah jarak cina (Jatropha multifida L.) terhadap penyembuhan luka terbuka.

II. METODOLOGI
Bahan Penelitian ini menggunakan 15 ekor mencit jantan galur Swiss Webster yang berumur 2-3 2 bulan dengan berat badan 26-28 28 gram dan getah jarak cina. Metode Penelitian Perlakuan luka dilakukan sesuai dengan metode Morton yang telah dimodifikasi [6]. Pada hari ke-0 mencit dibius dengan ketamin 0,3 mg/ekor dan rompun 1,5 mg/ekor secara general di bagian intraperitoneal [7], , kemudian diletakkan di atas bak bedah dengan posisi telungkup dan keempat kaki diikat. Dicukur rambut di sekitar punggung bagian tengah mencit, kemudian dibersihkan dengan kapas yang dibasahi alkohol 70%. Untuk

The Potential of Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Secretion In Healing New-Wounded Mice (Syarfati, K. Eriani, dan A. Damhoeri)
_____________________________________________________________________________________________________________

membuat luka berbentuk lingkaran. Kulit diangkat dengan pinset dan digunting di daerah tersebut sampai bagian dermis beserta jaringan ikat di bawahnya dengan diameter 0,5 cm [6]. Setelah dilukai, dioleskan getah tangkai daun yang baru dipetik ke-7 dari apeks dan betadin sampai menutupi seluruh permukaan luka setiap dua belas jam sekali sampai luka sembuh. Masing-masing hewan coba ditempatkan di kandang yang terpisah untuk menghindari jilatan dari hewan coba lain. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 3 kelompok yaitu perlakuan (pengolesan getah jarak cina), kontrol dan pengolesan betadin. Masing-masing kelompok diulang lima kali. Pengolesan dilakukan setiap dua belas jam sekali sampai luka sembuh. Parameter dalam penelitian ini adalah lama terbentuk keropeng, pengelupasan keropeng, dan penyembuhan luka dalam setiap dua belas jam sekali. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian (ANAVA), apabila ditemukan adanya pengaruh perlakuan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT [8].

melekat. Proses penumpukan trombosit didukung oleh tromboksan A2 yang secara langsung mendorong agregasi trombosit sehingga dapat mempercepat pembekuan darah dengan cara mengeluarkan lebih banyak ADP [9]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolesan (pengobatan) luka baru dengan getah jarak cina berpengaruh sangat nyata terhadap lama terbentuk keropeng (P<0,01). Tabel 1. Pengamatan lama terbentuk keropeng setelah pengobatan Rata-Rata Lama Pengamatan (Jam) SD 108b 16,97

Perlakuan Kontrol

Pengolesan Getah 36a 8,48 Jarak Cina Pengolesan Betadin 48a 8,48 Ket : Angka yang diikuti superkrip huruf yang sama tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa lama terbentuk keropeng pada pengolesan getah jarak cina dan betadin terjadi pada pengamatan jam ke36 dan ke-48 berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol (jam ke-108). Kecepatan terbentuk keropeng pada luka yang diobati dengan getah jarak cina disebabkan oleh kandungan senyawa flavonoid, tanin, dan saponin di dalam getah jarak cina [5]. Flavonoid telah diketahui dapat berfungsi sebagai vasodilatator yang dapat memperlancar aliran darah [12]. Tanin bersifat sebagai antiseptik [13]. Betadin juga berfungsi sebagai antiseptik [14], yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga luka cepat kering dan membentuk keropeng. Pembentukan keropeng didukung oleh adanya vasokonstriksi pembuluh darah dan pembentukan kolagen. Tanin juga dapat menimbulkan efek vasokontriksi pembuluh darah kapiler [12]. Kandungan saponin dapat memicu pembentukan kolagen, yaitu protein struktural yang berperan dalam proses penyembuhan luka [15]. 2. Pengamatan lama pengelupasan keropeng Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap lama pengelupasan keropeng. Hasil pengamatan terhadap lama terkelupas keropeng dengan pengobatan getah jarak cina,

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengamatan lama terbentuk keropeng Ada beberapa fase penyembuhan luka baru pada mencit yang diamati selama penelitian ini yaitu fase peradangan (fase inflamasi), fase kering, dan fase granulasi. Fase peradangan terlihat pada pengamatan ke-12 jam (0,5 hari) pada pengolesan getah jarak cina dan betadin serta kontrol, ditandai dengan luka menjadi merah. Jaringan menjadi merah disebabkan oleh peningkatan aliran darah arteri ke jaringan yang rusak. Tujuan dari peradangan adalah menarik protein plasma dan sel-sel fagosit ke permukaan luka untuk dapat menghancurkan benda asing yang masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan dan perbaikan luka [9]. Sel radang terutama sel makrofag akan mengeluarkan zat yang dapat memicu timbulnya angioblas dan fibroblas [10]. Fase kering terjadi lebih cepat pada luka yang diobati dengan getah jarak cina yaitu pada pengamatan ke-24 jam (1 hari), sedangkan pengobatan dengan betadin dan kontrol fase kering terjadi pada pengamatan ke-36 jam (1,5 hari) dan ke-48 jam (2 hari). Hal ini terjadi karena getah jarak cina mengandung jatrophine yang dapat meningkatkan jumlah trombosit [11]. Trombosit akan mengeluarkan adenosin difosfat (ADP), yang menyebabkan permukaan trombosit melekat pada lapisan trombosit yang pertama. Trombosit yang baru melekat mengeluarkan lebih banyak ADP, sehingga bertambah jumlah trombosit yang

17

The Potential of Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Secretion In Healing New-Wounded Mice (Syarfati, K. Eriani, dan A. Damhoeri)
_____________________________________________________________________________________________________________

betadin, dan kontrol rata-rata terjadi pada pengamatan jam ke-276 (11,5 hari), ke-312 (13 hari), dan ke-274 (11,5 hari). Tabel 2. Pengamatan lama pengelupasan keropeng setelah pengobatan Rata-Rata Lama Pengamatan (Jam) SD 274 82,44 276 97,49 312 40,16

Perlakuan Kontrol Pengolesan Getah Jarak Cina Pengolesan Betadin

pengobatan dengan getah jarak cina, betadin, dan kontrol masing-masing adalah pengamatan jam ke468 (19,5 hari), ke-398 (16,5 hari) dan ke-413 (17 hari). Menurut hasil uji analisis varian (ANAVA) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata terhadap penyembuhan luka pada kontrol, pengobatan dengan getah jarak cina, dan betadin. Namun demikian, permukaan luka yang telah sembuh dengan pengobatan getah jarak cina terbentuk sempurna seperti semula (permukaan luka yang telah sembuh sejajar dengan jaringan di sekitarnya). Sedangkan permukaan luka yang telah sembuh dengan pengobatan betadin dan kontrol tidak terbentuk sempurna seperti semula (permukaan luka yang telah sembuh tidak sejajar dengan jaringan di sekitarnya). Getah jarak cina dapat merangsang lendir [16], oleh sebab itu diduga luka yang diobati dengan getah jarak cina terbentuk jaringan granulasi sehingga permukaan luka yang telah sembuh terbentuk sempurna seperti semula. Epitel permukaan luka di bagian tepi mulai melakukan regenerasi [17], selanjutnya epitel yang tipis bermigrasi ke atas permukaan luka. Jaringan di bawah keropeng menjadi sempurna sehingga terbentuk kembali permukaan kulit

Berdasarkan Tabel 2, waktu terkelupas keropeng antara kontrol, getah jarak cina dan betadin tidak berbeda nyata. Luka yang diobati dengan getah jarak cina terjadi pengelupasan keropeng sampai 3 kali, kemudian luka baru sembuh. Keropeng pertama terkelupas dengan permukaan luka terbentuk jaringan granulasi (fase granulasi) yang dirangsang oleh lendir pada luka yang diobati dengan getah jarak cina, sedangkan luka yang diobati dengan betadin dan kontrol tidak terbentuk jaringan granulasi. Keropeng kedua terbentuk dan kemudian terkelupas dengan permukaan luka merah dan tidak ada jaringan granulasi pada semua perlakuan. Luka yang diobati dengan betadin dan kontrol langsung sembuh, sedangkan luka yang diobati dengan getah jarak cina belum sembuh, tetapi terbentuk keropeng ketiga. Setelah terkelupas keropeng yang ketiga luka baru sembuh. Pengobatan dengan betadin dan kontrol proses terkelupas keropeng 2 kali. Pengobatan dengan getah jarak cina terjadi pengelupasan keropeng sampai 3 kali, tetapi permukaan luka yang sembuh terbentuk sempurna seperti semula. 3. Lama Penyembuhan Luka Baru Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap lama penyembuhan luka. Tabel 3. Lama penyembuhan luka baru setelah pengobatan Rata-Rata Lama Pengamatan (Jam) SD 413 80,32 468 98,60 398 38,32

KESIMPULAN
1. Getah jarak cina berpotensi sama dengan betadin dalam lama waktu terbentuk keropeng pada luka baru. 2. Lama pengelupasan keropeng dan penyembuhan luka tidak berbeda nyata antar ketiga perlakuan 3. Permukaan luka yang telah sembuh dengan pengolesan getah jarak cina terbentuk sempurna seperti semula.

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Higher Education Institution Implementing Unit Indonesia Managing Higher Education For Relevance and Efficiency (HEI-IU I-MHERE) Unsyiah yang telah mendanai penelitian ini.

Perlakuan Kontrol Pengolesan Getah Jarak Cina Pengolesan Betadin

REFERENSI
1. Hasanah, N. M. H., Soesatyo, dan Mustofa. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) Pada Aktifitas Fagositosis Makrofag Peritoneal Mencit Terhadap Infeksi Listeria monocytogenes. Jurnal Sains Kesehatan. 19 (3) : 255-270.

Tabel 3. menunjukkan bahwa lama waktu yang diperlukan untuk penyembuhan luka, pada 18

The Potential of Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Secretion In Healing New-Wounded Mice (Syarfati, K. Eriani, dan A. Damhoeri)
_____________________________________________________________________________________________________________

2. Stevens, P. J. M., Bordui, F, and Weyde, J. A. G. Van der. 1999. Ilmu Keperawat an. Edisi kelima. Terjemahan dari Verplegkundige Zorg, oleh Jocelyn Athur Tomasowa, EGC, Jakarta. 3. Prasetyo, B. 2009. Efektifitas Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L.) Terhadap Penyembuhan Luka Perdarahan Kapiler pada Marmut. Skripsi. Universitas Islam Sultan Agung, Semarang. 4. Agustina, I. 2008. Kajian Jenis Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Pengunungan di Kabupaten Pidie. Skripsi. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 5. Suarsini, E. dan Witjoro, A. 2006. Kajian Beberapa Metode Ekstraksi Daun Jarak Tintir (Jatropia multifida L.) terhadap Daya Antimikroba Pada BakteriStaphylococcusaureusdariPenderitaFolik ulitis. http://lemlit.um.ac.id/wpc ontent/uploads/2009/07/ ABSTRAK-20071.pdf. Diakses tanggal 6 Februari 2010. 6. Kusmiati, F., Rachmawati, S., Siregar, S., Nuswantara, dan Malik, A. 2006. Produksi Beta-1,3 Glukan dari Agrobacterium dan Aktivitas Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih. Jurnal Makara Sains. 10 (1) : 2429. 7. Muhammad, K., Eriani, K., Djuwita, I, dan Boediono, A. 1999. Perkembangan in vitro dan in vivo Embrio Mencit Tanpa Zona Pelusida. Jurnal Media Veteriner. 6 (2) : 1-4. 8. Pollet, A. dan Nasrullah. 1994. Penggunaan Metode Statistika Untuk Ilmu Hayati. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 9. Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi kedua. Terjemahan dari Human Physiology : From Sel To System, oleh Brahm U. Pendit, EGC, Jakarta.

10. Pringgoutomo, S., Sutisna, H, dan Achmad, T. 2002. Patologi I (Umum). Edisi ke-1. Sagung Seto. Jakarta. 11. Athoillah, A. I. 2007. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Getah Batang Tanaman Yodium (Jatropha multifida L.) Terhadap Lama Waktu Koagulasi Darah Secara In Vitro (Studi Kasus Lama Waktu Koagulasi Golongan Darah B). Skripsi. Universitas Muhamadiyah, Malang. 12. Prihanti, A. M. H. 2008. Pengaruh Pemberian Perasan Daun Dewa (Gynura segetum (lour). Merr.) Terhadap Bleeding Time dan Clotting Time pada Tikus Wistar Jantan. Skripsi. Universitas Jember. 13. Nadiyansyah. 2009. Efikasi Ekstrak Metanol Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi pada Mencit (Mus musculus). Skripsi. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 14. Bernadus, T. J. 2003. Betadin Raih Sertifikat Merek Superbrands, Harian Umum Sore Sinar Harapan. 27 Januari. 15. Wardani, L. P. 2009. Efek Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle) Pada Kulit Punggung Kelinci. Skripsi. Universitas Muhamadiyah, Surakarta. 16. Permadi, A. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Pustaka Bunda. Jakarta. 17. Price, S. A. dan Wilson, M. L. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Edisi ke-6. Terjemahan dari Phathophysiology : Clinical Conceps of Disease Processes, oleh Brahm U. Pendit, Huriawati Hartanto, Pita Wulansari dan Dewi Asih Mahanani, EGC, Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai