Anda di halaman 1dari 13

Tongkang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Ponton di dermaga apung Kamal, Jawa Timur

Suatu kapal ponton boat kecil untuk wisata, yang dibangun dari antara dua ponton yang dipadukan

Tongkang atau Ponton adalah suatu jenis kapal yang dengan lambung datar atau suatu kotak besar yang mengapung, digunakan untuk mengangkut barang dan ditarik dengan kapal tunda atau digunakan untuk mengakomodasi pasang-surut seperti pada dermaga apung. Ponton digunakan juga untuk mengangkut mobil menyeberangi sungai, didaerah yang belum memiliki jembatan. Sangat banyak digunakan pada tahun 1960an hingga 1980an di jalur lintas Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua. Sekarang sebagian besar sudah digantikan dengan jembatan. Untuk keperluan wisata, ponton juga masih digunakan. Untuk meningkatkan kestabilan kapal biasanya digunakan dua ponton yang digabungkan secara paralel. tonkang sendiri tidak memiliki sistem pendorong (propulsi) seperti kapal pada umumnya. Pembuatan kapal tongkang juga berbeda karena hanya konstruksi saja, tanpa sistem seperti kapal pada umumnya. Tongkang sendiri umum digunakan untuk mengangkut muatan dalam jumlah besar seperti kayu, batubara, pasir dan lain-

lain. Di Indonesia tongkang banyak diproduksi di daerah Batam (Kepulauan Riau) yang merupakan salah satu basis produksi perkapalan di indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tongkang

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Proteksi_katodik Proteksi Katodik ( Cathodic Protection) adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan korosi pada permukaan logam dengan menjadikan permukaan logam tersebut sebagai katode dari sel elektrokimia.

Proteksi katodik ini merupakan metode yang umum digunakan untuk melindungi struktur logam dari korosi. Sistem proteksi katodik ini biasanya digunakan untuk melindungi baja, jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan lepas pantai dan casing (selubung) sumur minyak di darat.

Efek samping dari penggunaan yang tidak tepat adalah timbulnya molekul hidrogen yang dapat terserap ke dalam logam sehingga menyebabkan hydrogen embrittlement (kegetasan hidrogen).

Proteksi katodik adalah cara yang effektif dalam mencegah stress corrosion cracking (retak karena korosi).

Diposkan olehELEKTRO BLOG | Minggu, 14 Maret 2010 1. Proteksi Katodik Proteksi katodik adalah suatu cara perlindungan korosi secara elektrokimia di mana reaksi oksidasi pada sel galvanik dikonsentrasikan pada anoda dan menghilangkan korosi pada katoda. Struktur yang akan dilindungi secara listrik dibuat negatip sehingga bertindak sebagai katoda. Elektroda yang lain secara listrik dibuat positip dan bertindak sebagai anoda hingga tercipta suatu sistem rangkaian arus listrik searah tertutup sebagaimana hanlnya bila sepotong logam terkorosi. Sistem ini membutuhkan anoda, katoda, aliran listrik di antara keduanya dan adanya elektrolit. Dengan kata lain, penerapannya hanya mungkin bila struktur yang diproteksi dan anoda berada pada hubungan secara langsung baik secara elektronik maupun elektrolit. Proteksi katodik dapat diterapkan dengan dua cara, yaitu : a. Cara arus tanding Keuntungan :

1. Jika tersedia cukup tegangan listrik maka arus proteksi dapat ditingkatkan sesuai yang diinginkan, selama material anoda tetap berfungsi. 2. Tegangan tidak perlu besar walaupun ada kehilangan karena tahanan, karena hal ini dapat diatur dengan meningkatkan arus. Kerugian : 1. Membutuhkan pembangkit arus DC yang tersedia cukup dan kontinu. 2. Harus selalu memperhatikan arah arus yang diberikan agar tidak terbalik 3. Membutuhkan pengawasan tenaga ahli. 4. Anodanya harus tersekat dan tahan air jika pencelupannya memungkinkan, terjadinya korosi pada bagian sekatnya. 5. Sistem arus tanding dengan anoda dari logam-logam inert harus ada pelindung arus. b. Cara anoda korban Keuntungan : 1. Dapat digunakan walaupun tidak ada sumber listrik dari luar. 2. Tidak mengeluarkan tambahan biaya untuk pemakaian alat-alat listrik. 3. Sangat mudah pengawasannya sehingga tidak dibutuhkan orang yang benar-benar ahli. 4. Arus tidak mungkin mengalir pada arah yang salah sehingga proteksi benar-benar terjadi. 5. Pemasangan anoda korban sederhana. Kerugian : 1. Arus yang tersedia bergantung pada luasan anoda, tentunya bersifat lebih konsumtif bila struktur yang diproteksi sangat besar. 2. Bila ada sumber arus DC maka energi yang dibutuhkan dapat tersedia dengan biaya lebih murah. 2. Proteksi Katodik Anoda Korban Beberapa kriteria dalam proteksi katodik baja korban dengan cara anoda korban adalah: 1. Potensial negatif (katoda) sekurangkurangnya 0,800 volt diukur antara permukaan struktur dengan elektroda Ag/AgCl yang dihubungkan di dalam air laut. 2. Minimum negatif penyimpangan potensial (katoda) 0,3 volt yang dihasilkan dari arus proteksi. 3. Minimum negatif penyimpangan potensial (katoda) 0,1 volt yang diukur dengan adanya gangguan arus dan pengukuran perubahan potensial. Penilaian kinerja anoda korban dalam memproteksi baja karbon meliputi : 1. Kapasitas anoda, yaitu jumlah arus yang didapat untuk satu satuan waktu yang dihasilkan dari berat anoda tertentu. Perhitungan kapasitas nyata anoda korban menggunakan persamaan :

Kapasitas = , dimana : i = arus galvanik (ampere). t = waktu pencelupan (jam). w = kehilangan berat anoda (kg). 2. Laju konsumsi anoda, menunjukkan rata-rata berkurangnya berat anoda karena memproteksi katoda. Perhitungan laju konsumsi anoda korban menggunakan persamaan : Laju konsumsi = 3. Efisiensi anoda, menunjukkan persentase kapasitas anoda teoritis yang dicapai dalam prakteknya. Perhitungan efisiensi anoda karbon menggunakan persamaan kapasitas teoritis kapasitas nyata. Efisiensi = kapasitas nyata/kapasitas teoritis 4. Waktu induksi anoda, yaitu waktu yang dibutuhkan anoda untuk menghasilkan potensial katoda yang stabil pada nilai potensial proteksi. Merupakan waktu untuk mempolarisasi-negatifkan logam yang dilindungi menjadi katodik. 5. Potensial proteksi, yaitu potensial yang disuguhkan sewaktu memberikan informasi mengenai perilaku perlindungan anoda terhadap katoda dalam suatu kurun waktu. 6. Pola korosi anoda, anoda harus mempunyai kecenderungan terkorosi sendiri (parasitic corrosion) yang kecil, yang berarti anoda harus mempunyai pola korosi yang merata (uniform corrosion). 7. Perhitungan laju korosi anoda dan katoda menggunakan persamaan : Laju korosi = dimana : K = konstanta laju korosi = 8,76 x 104 untuk satuan laju korosi (cm/jam). W = kehilangan berat (gram). A = luas spesimen yang tercelup (cm2). T = waktu pencelupan (jam). D = densitas (gram/cm3), untuk baja karbon D = 7,86 gr/cm3; paduan Zn, D = 7,13 gr/cm3 dan paduan Al, D = 2,7 gr/cm3 http://jonioke.blogspot.com/2010/03/proteksi-katodik-dan-proteksi-katodik.html

http://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/11/29/pengoperasian-boiler-serta-cara-perawatannya/ D. KOROSI PADA BOILER

a. Bentuk Korosi Pada Boiler.

Dalam bab ini akan diuraikan berbagai bentuk korosi yang terdapat pada boiler. Korosi dapat terjadidi sisi air dan di sisi gas asap bahan. Yang di maksud dengan korosi adalah penyentuhan yang tidak disukai pada bahan oleh pengaruh kimia dipermukaannya. Korosi di sisi air dapat di cegah dengan penanganan air secara baik, sedangkan korosi di sisi gas lebih rumit. Pencegahannya terutama terletak di bidang konstruksi, dalam arti kata dalam bentuk boiler, pola pemipaan, letak pemanas lanjut, pengaturan suhu pendingin gas asap, dan sebagainya. Rancangan boiler masa kini terutama di tunjukkan pada pencegahan korosi di sisi gas asap.

Terkecuali logam mulia emas, perak dan platina logam terdapat dalam alam sebagai oksida, dalam arti kata bersenyawa dengan zat asam. Pengolahan logam murni untuk penerapan praktis terjadi melalui proses reduksi sebagai berikut :

MeO + R

Me + RO

MeO adalah oksida logam, R sarana reduksi, Me logam dan RO oksida sarana reduksi. Misalnya reduksi Fe2O3 dengan CO, seperti berlangsung dalam dapur tinggi adalah sebagai berikut :

Fe2 O3

3CO 2Fe +

3CO2

Walaupun kebanyakan logam tidak dalam bentuk murnimnya tetapi di terapkan sebagai paduan, logam akan mencoba kembali ke bentuk asalnya yaitu oksida. Karena itu oksida dianggap sebagai gejala alami. Pemberantasannya setiap tahun membutuhkan biaya yang sangat besar untuk perbaikan dan sarana pemberantasan di satu pihak dan rugi bahan di lain pihak. Korosi dapat di bagi dalam arti manifestasinya, yaitu : Penyentuhan di seluruh permukaan. Penyentuhan setempat (pembentukan kubangan, lekukan). Garis antar kristal, yaitu penyentuhan di batas-batas kristal pada atau dekat bawah permukaan.

Bagian lain adalah menurut mekanisme korosi : Korosi kimia murni. Koroso elektro kimia

b. Penyebab Korosi Pada Boiler

1. Pengkorosian disebabkan oleh air boiler

Korosi akan terjadi pada bagian dimana air di uapkan secara terus-menerus bila corong asap di atas ruang pembakaran dan menunjukkan pipa air menuju ruang pembakaran, saat beberapa korosi terjadi segera atasi dengan reaksi kimia, ketika reaksi berlangsung cepat maka korosi terjadi tidak sampai mengakar. Jika, bagaimanapun melakukan pencucian dengan reaksi kimia akan memperlambat terjadinya korosi. Beberapa penyebab terjadinya korosi adalah kelalaian dalam blow off, tidak bersihnya pembersihan dalam boiler, tidak cukupnya sirkulasi air boiler dan pemakaian berlebihan.

2 .Korosi yang di sebabkan oleh zat-zat lain

a. Reaksi gas dalam air boiler

Besi berkarat atau berkorosi akibat terendam dalam air atau suhu yang tinggi dan pemakaian bahan yang mudah korosif. Dalam kasus ini terkandungnya oksigen dalam penyediaan air sangat bagus untuk pengubangan atau pelubangan, kejadian ini bagian dalam ruangan uap dimana kurangnya pergantian air, jalannya air dari drum boiler dan pipa-pipa, pipa air dan economiser. Asam karbon hasil dari karbon dioxida ketika pelarutan dalam air dan bereaksi dengan besi untuk menghasilkan karbon besi. Karbon besi bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan oksida besi kedua. Sejak proses reaksi ini berlangsung di mana karbon dioksida terbebaskan, dengan demikian mempercepat siklus pengkorosian lainnya.

b. Korosi oleh alam

Satu bagian dari pengubangan atau pelubangan, perluasan area pengkorosian di sebabkan oleh terpisahnya asam-asam dalam air boiler dan terpisahnya asam besar/gemuk dari binatang atau tanaman tenunan dalam air boiler.

c. Korosi oleh garam

Korosi magnesium klorida pada boiler terjadi sampai berakar. Keadian ini karena terpisahnya hasil asam hidroklorik dalam air boiler dan ini tidak berhenti dalam pelubangan tapi berhenti dalam bentuk karat skala ikan melakukan perluasan, dimana sering terjadi dalam bagian-bagian menunjukkan untuk kuatnya panas dimana gelembung-gelembung udara sukar untuk di lepaskan.

d. Korosi oleh uap panas yang nerlebihan.

Uap adalah pemisah dalam hidrogen dan oksigen ketika suhu dari permukaan baja naik menjadi 400 degrees centrigrade atau lebih tinggi. Oksigen adalah pengkorosi bagian penampang baja.

E. AIR BOILER DAN AIR PENGISI BOILER

a.

Pengertian air boiler dan air pengisi boiler

Kita memerlukan air yang sangat murni untuk mengisi boiler dan untuk menambah akibat dari kebocoran yang terjadi dalam peredaran lingkar yaitu memanaskan menguap mengkondensasi dengan maksud memberi energi. Untuk maksud ini berbagai pesawat terdapat dalam peredaran lingkar yaitu ketel uap turbin kondensor dan pesawat bantu lainnya seperti pompa, pemanas muatan, pemanas bahan bakar dan sebagainya.

Selama peredaran lingkar terdapat rugi air 2%, rugi ini harus di ganti. Di kapal laut, hal ini di lakukan degan penguapan air laut. Uap di kondensasi lagi dan sebagai air suling di simpan dalam tanki persediaan, dari tanki ini di masukkan kembali dalam peredaran lingkar tetapi masih banyak kapal mengambil persediaan air pengisi boiler dari darat.

Jadi pengertian dari air pengisi boiler adalah air yang di sediakan untuk menambah air boiler yang telah hilang dalam peredaran lingkar. Sedangkan air boiler adalah air yang telah ikut atau mengalami peredaran dalam siklus terjadinya uap, hingga di kondensasi, dan jadi uap lagi.

b.

Syarat air pengisi boiler

Pada prinsipnya air pengisi harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : Sejauh mungkin gas O2 dan CO2 terbatas, yang terlarut dalam air boiler menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi terhadap logam atau pipa besi pada boiler. Kadar garam dapur (NaCl dan Na2SO4) serendah mungkin sebab garam ini menyebabkan air boiler mendidih. Jika air pengisi boiler terjadi endapan, maka harus dalam keadaan yang dapat di keluarkan dari boiler. Air pengisi harus bersifat tidak agresif pada besi, cenderung Ph ke arah basa.

c.

Penanganan air boiler dan air pengisi boiler

1. Pelunakan thermis pada air pengisi boiler

Hal ini dilakukan di luar boiler di dalam apa yang di sebut deaerator, pembuang gas atau pembuang angin. Sebuah alat pemanas muka campur, di mana kondensat di campur dengan uap. Suhu campuran kira-kira 110C. Bikarbonat diuraikan sebagai berikut :

Ca(HCO3)2 + Q CaCO3 + H2O + CO2 Mg(HCO3)2 + Q Mg(OH)2 + 2CO2

CaCO3 dan Mg(OH)2 sebagai lumpur halus oleh air di bawa ke dalam boiler. Dengan zat-zat lainnya dalam air boiler di coagulasi menjadi lumpur halus mengambang yang dengan mudah dapat di kuras.

2. Pelunakan kimia pada air boiler

Setelah pelunakan thermis, kekerasan sementara hilang, berarti bahwa ion Ca++ dan Mg++ yang terikat pada HCO3 hilang, kini dalam air masih ada Na++, SO4 dan Cl. Ca++ dan Mg++ harus terikat sedemikian rupa sehingga zat yang tidak menghasilkan endapan yang membahayakan (batu boiler) dan

mudah dapat di kuras. Untuk pelunakan kimia ini dapat di pergunakan Na2Co3 (soda), Na2Co3 dalam keadaan tertentu terurai sebagai berikut :

Na2CO3

2Na+ +

Co3

Dalam boiler timbul CO2 yang tidak dikehendaki, sedangkan Ph air naik, karena ion-ion H+ di tarik dari air juga di pertahankan adanya kelebihan PO4 sebanyak 15 s/d 25ppm PO4. Pada kelebihan PO4 tidak ada lagi Ca++ karena diubah menjadi :

2PO4

3Ca++

Ca3(PO4)2

Fosfat kalsium tudak larut dan di singkirkan pada aktu pengurasan. Pelunakan air di katakan di bawah kontrol apabila di pertahankan kelebihan PO4 tertentu untuk Ca++ dan Ph tertentu untuk Mg++, juga karena alasan lain bahwa air boiler mempunyai Ph tertentu (korosi). Pelunakan air perlu karena pada kondensor yang agak bocor Ca++ dan Mg++ masuk ke dalam sistem air pendingin. Dengan ini suplai Ca++ dan Mg++ masuk ke dalam sistem.

3. Pengawasan terhadap air boiler dan air pengisi boiler.

Pada dasarnya pengawasan yang di lakukan pada air boiler dan air pengisi boiler adalah sama yang meliputi beberapa hal, yaitu :

http://rdsujono.blogspot.com/2011/05/korosi-dan-pengendaliannya-padalambung.html#!/2011/05/korosi-dan-pengendaliannya-pada-lambung.html Korosi dan Pengendaliannya pada Lambung kapal KM. ADRI XLIV

Korosi adalah suatu reaksi redoks antara logam dengan berbagai zat yang ada di lingkungannya sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam kehidupan sehari-hari korosi kita kenal dengan sebutan perkaratan. Salah satu sumber kerusakan terbesar pada kapal laut adalah disebabkan oleh korosi air laut. Sampai saat ini penggunaan besi dan baja sebagai bahan utama pembuatan kapal masih dominan. Dari segi biaya dan kekuatan, penggunaan besi dan baja untuk bangunan kapal memang cukup memadai. Tetapi besi dan baja sangat reaktif dan mempunyai kecenderungan yang besar untuk terserang korosi air laut. Korosi merupakan suatu proses degradasi dari suatu logam yang dikarenakan terjadinya reaksi kimia antara logam tersebut dengan lingkungannya. Pada dasarnya korosi adalah peristiwa pelepasan elektron-elektron dari logam (besi atau baja) yang berada di dalam larutan elektrolit misalnya air laut. Sedangkan atom-atom yang bermuatan positif dari logam (Fe+3) akan bereaksi dengan ion hydroxyl (OH-) membentuk ferri hidroksida [Fe(OH)3] yang dikenal sebagai karat. Berdasarkan segi konstruksi pada kapal laut, pelat lambung kapal adalah daerah yang pertama kali terkena air laut. Pada daerah lambung ini bagian bawah air ataupun daerah atas air rentang terkena korosi. Korosi pada pelat badan kapal dapat mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai kapal, mengurangi kecepatan kapal serta mengurangi jaminan keselamatan dan keamanan muatan barang dan penumpang. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat korosi air laut, maka perawatan dan pemeliharaan kapal harus dilakukan secara berkala. bentuk korosi yang terjadi pada lambung kapal adalah korosi merata. Korosi merata adalah jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju korosi yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar atau terbuka ke lingkungan berlangsung dengan laju yang hampir sama. Hampir seluruh permukaan logam menampakkan terjadinya proses korosi. Sampai saat ini untuk melindungi pelat badan kapal terhadap serangan korosi air laut masih menggunakan 3 (tiga) cara yaitu menghindari penyebab korosi, pelindungan secara aktif (Dengan metode Cathodic Protection) dan perlindungan secara pasif (Dengan proses pengecatan). Metode cathodic protection merupakan metode yang sudah sangat lazim dilaksanakan untuk proteksi korosi pada lambung kapal, namun adakalanya hal ini tidak terlalu diperhatikan secara serius sehingga hasil yang diinginkan biasanya meleset dan tidak efisien. Salah satu metode cathodic protection adalah metode anode korban. Adakalanya di lapangan ditemui pelat-pelat lambung kapal yang terserang korosi berat dikarenakan kurangnya anode korban yang dipasang. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan di bahas mengenai kebutuhan pemasangan perlindungan katode untuk mencegah korosi pada lambung kapal di dalam media air laut, dimana dilakukan perbandingan katode yang sering digunakan yaitu Zinc Cathodic Protection (ZCP) dan Alumunium Cathodic Protection (ACP).

Sebelum dipasang anode korban yang baru, KM. ADRI XLIV mengalami proses Coating terlebih dahulu, dimana memakai satu lapis / layer dengan ditambah 2 lapis intermadiate / top coats, minimum 300 m nominal DFT (Dry Film Thickness) kategori III dengan umur pelapisan adalah selama 5 tahun.

Rencana penggantian anode korban pada KM. ADRI XLIV adalah dengan menggunakan anode korban alumunium dengan bentuk elongated flush mounted tanpa backfill dengan dimensi anode 395 mm x 150 mm x 30 mm dengan berat netto 4.5 Kg sebanyak 24 buah.

Sebelum melakukan perhitungan kebutuhan anode korban pada KM. ADRI XLIV, ada beberapa data yang diperlukan dalam perhitungan. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan proteksi lambung kapal dengan menggunakan anoda korban yaitu : Ukuran luas pelat lambung kapal yang akan di proteksi Coating kapal Jenis anoda

Resistivitas air laut. Nilai resistivitas air laut diperoleh dengan menggunakan acuan pada DNV RPB 401 tentang resistivitas dimana temperature air antara 7oC sampai dengan 12oC, maka nilai resistivitas antara 0,3 dan 1,5(ohm.m). Dalam hal ini diambil 1,5 ohm.m. Umur proteksi

Umur proteksi yang diperlukan sesuai peraturan BKI yaitu 3 tahun karena selama 3 tahun minimal kapal harus docking atau naik dok satu kali. Dimana apabila kapal naik dok maka dapat diganti anoda korban yang lama dengan anoda korban yang baru.

Keperluan arus proteksi.

Nilai keperluan arus proteksi diperoleh dengan mengacu pada DNV RPB 401, dimana desain arus menurut iklim sedang dan kedalaman 0 meter 30 meter dengan temperatur 7 oC 12 oC, maka nilai keperluan arus proteksinya adalah 0,100 A/m2.

gambar dari indonesianship.com

gambar wong168.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai