Anda di halaman 1dari 3

Rancangan Penelitian Cross Sectional Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan

secara simultan pada satu saat (sekali waktu). Rancangan penelitian ini juga biasa disebut rancangan potong silang atau lintas bagian. Cross sectional adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dengan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan lainnya, secara serentak pada individu-individu dri suatu populasi pada satu saat. Desain cross sectional merupakan suatu penelitian dimana variabelvariabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Studi cross sectional disebut sebagai studi prevalensi atau survey, merupakan studi yang sederhana yang sering dilakukan. Dalam sebuah desain cross-sectional, adalah sulit untuk menemukan apakah variabel paparan potensial mendahului keluaran (contohnya, perbedaan postur kerja berkonstribusi pada pengembangan sakit tulang belakang) atau apakah variabel paparan potensial eksis sebagai sebuah hasil dari keluaran (contohnya, pekerja yang berbeda dalam postur sebagai adaptasi dari sakit tulang belakang yang diderita). Oleh karena itu, studi cross-sectional sangat berguna untuk mengidentifikasi hubungan paparan-penyakit yang potensial namun tidak untuk menentukan kausalitas. Penelitian lintas-bagian (cross sectional) relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang sering digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian kuesioner. Contoh judul penelitian cross sectional adalah Kualitas menyusui terhadap kelancaran pengeluaran air susu ibu. Peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan terhadap kualitas menyusui, ketiganya diukur secara bersamaan dengan kelancaran pengeluaran ASI setelah melihat variabel yang termasuk dalam kualitas menyusui tersebut. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan penelitian cross sectional: Contoh judul penelitian: Hubungan Kualitas Menyusui dengan Kelancaran Pengeluaran ASI 1. Mengidentifikasi variabel penelitian Berdasarkan judul tersebut, maka variabel yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

Variabel Independen : kualitas menyusui Variabel dependen Variabel kendali : kelancaran pengeluaran ASI : usia, paritas

Kemudian ditentukan batasan parameter yang jelas tentang kualitas menyusui dan kelancaran pengeluaran ASI. 2. Mengidentifikasi subjek penelitian Contoh: Subjek penelitian adalah populasi ibu menyusui dengan jumlah sampel yang telah ditentukan sesuai dengan teknik sampling. 3. Mengobservasi variabel Contoh: Mengukur kualitas menyusui dengan parameter yang digunakan adalah cara dan frekuensinya termasuk dalam kualitas baik atau kurang. Pengukuran kelancaran pengeluaran ASI dilakukan dengan mengamati tingkat kelancaran pengeluaran ASI-nya termasuk baik atau tidak, lalu keduanya diamati dan diukur. 4. Melakukan analisis data Contoh: Melakukan pengujian apakah kualitas menyusui termasuk kategori baik atau kurang. Hal ini dapat memengaruhi kelancaran pengeluaran ASI termasuk kategori lancar atau tidak. Contoh lain penelitian cross sectional: Hubungan Jajan Sembarangan dan Tidak Mencuci Tangan Sebelum makan dengan Kejadian Thypoid. Pada kasus thypoid, dalam studi ini populasi dikelompokan lagi dengan cara random, kemudian dibagi lagi menjadi empat kelompok yaitu jajan sembarangan & tidak cuci tangan (E+D+), jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (E+D-), tidak jajan sembarangan & tidak cuci tangan (E-D+), dan tidak jajan sembarangan & cuci tangan sebelum makan (ED-). Maka dapat diketahui bahwa sakit thypoid ditunjukan dengan E+D+ dan E-D+. Untuk yang tidak sakit thypoid ditunjukan dengan E+D- dan E-D-. prevalence kelompok terpapar (Po) dapat dicari dari = (E+D+) / (E+D+) + (E+D-) Prevalence kelompok tidak terpapar (P1) dapat dicari dari = (E-D+) / (E-D+) + (E-D-) Rasio Prevalence = Po / P1

Desain studi cross sectional pada kasus di atas :

Kelebihan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potong lintang) adalah:

1. Mudah untuk dilakukan 2. Murah 3. Tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (faktor resiko) dan tidak ada subyek yang kehilangan kesempatan untuk memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat. Kelemahan rancangan desain penelitian cross sectional (lintas-bagian atau potong lintang) adalah: 1. Memiliki validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi yang akurat, oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit. 2. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan 3. Dibutuhkan jumlah subyek yang cukup banyak, terutama bila variable yang dipelajari banyak 4. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misalnya kanker lambung, karena pada populasi usia 45-49 tahun diperlukan paling tidak 10.000 subyek untuk mendapatkan suatu kasus

Anda mungkin juga menyukai