KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Atas rahmat dan hidayah Allah SWT semata, penulisan buku PENGANTAR ANALISIS REAL ini dapat diselesaikan. Buku PENGANTAR ANALISIS REAL ini ditulis dengan harapan untuk mengatasi kesulitan mahasiswa Jurusan Matematika dalam memahami buku-. buku PENGANTAR ANALISIS REAL ini sengaja dibuat untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti matakuliah ANALISIS REAL I DAN ANALISIS REAL II. Buku ini menekankan delapan konsep dasar dan menerapkan konsep tersebut dalam banyak. sekali situasi praktis. Dalam gaya, buku ini sederhana dan langsung dengan penjelasan yang terang, dan contoh yang menjelaskan, dan himpunan soal-soal yang telah diperiksa secara saksama. Suatu bentuk baru yang didisain dengan apik mengundang mahasiswa untuk membaca buku ini. kami telah mencoba mencapai suatu penampilan yang rapi dan bersih di mana hasil-hasil yang penting terpampang secara jelas. Bab yang pertama memperkenalkan konsep pokok himpunan dan operasi pada himpunan, fungsi, induksi matematika, Bab 2 Sistem Bilangan Real menerangkan sifat-sifat Aljabar bilangan Real, Nilai Mutlak, Sifat Kelengkapan pada R , Interval dan titik cluster, himpunan buka dan tutup di R, himpunan takhingga, bab 3 mempeljari barisan Bilangan Real, Barisan Konvergen, Ekor Barisan, Teorema Limit, Barisan Monoton, Barisan Cauchy, Barisan Divergen. Selanjutnya untuka menunjang dalam pembelajaran analisis real maka diberikan bab 4 konsep topologi R, persekitaran, titik limit, titik dalam, penutup, titik batas dan titik luar, himpunan kekompakan selanjutnya Bab 5 Limit Fungsi dan Kekontinuan dengan Limit Fungsi dan definisi kontinu, Konsep limit dan Kontinu, Limit kanan, Limit
i
kiri, Kontinu kiri dan Kontinu kanan, Kekontinuan Seragam, Bab 6 Konsep Turunan, pengertian dan konsep Turunan, teorema nilai rata-rata, teorema Taylor dan metode Newton. Untuk memantapkan suatu pengetahuan tentaang integral diberikan pada bab 7 dengan Integral Riemann, definisi Integral Riemann, integral Limit, dan bab terakhir dibahas tentang integral Riemann-Stieltjes, siifatsifat integral Riemann-Stieljes UCAPAN TERIMA KASIH DAN REKOMENDASI Kami menyampaikan terima kasih Yang tulus kepada para penelaah Yang telah sangat banyak memperbaiki usaha-usaha kami. Terima kasih Yang khusus ditujukan Yang membaca dan memberikan komentar terinci pada keseluruhan naskah. Bapak Ibuku yang memberikan segalanya dan kasih sayangnya serta Roefi, Silfa, Mantri, Citra, Ria Nor Fika Yuliandari, ponaknku Faqih dan Fatir, keluarga besar Drs. Sahiruddin, M.Si. abdussakir, M.Pd, teman-teman FSAINTEK UIN Malang. Kritik dan saran kami harapkan demi baiknya buku ini. Semoga bermanfaat bagi kepentingan semua. Malang, Agustus 2008
Penulis.
ii
Saya Persembahkan Buku ini Untuk: Para Peminat Matematika, dan Perkembangannya, Bapak, Ibu, Istriku Ria Norfika Yuliandari. Rofi, Citra, Silva, Mantri, dan Ponakannku Faqih & Fatir
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1 i iv 1 KATA PENGANTAR PENDAHULUAN
1.2. Fungsi 8 22
30
30
2.1. Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real 2.2. Nilai Mutlak 2.3. Sifat Kelengkapan pada R 2.4. Interval dan Titik Cluster 2.6. Himpunan Takhingga 49
48
54
3.1. Barisan Bilangan Real 3.2. Barisan Konvergen 3.3. Ekor Barisan 3.4. Teorema Limit 3.6. Barisan Cauchy 64 68 79
KONSEP TOPOLOGI R
83 84 88 94 95
83
4.3. Titik dalam, penutup 4.4. Titik batas dan Titik luar
100
5.1. Limit Fungsi dan Definisi kontinu 5.2. Konsep Limit dan Kontinu 5.4. Kekontinuan Seragam 120
5.3. Limit Kanan, Limit Kiri, Kontinu Kiri dan Kontinu Kanan
114
KONSEP TURUNAN
124
124 148 136
INTEGRAL RIEMANN
164
157
157
INTEGRAL RIEMANN-STIELTJES
174 177
DAFTAR PUSTAKA
1
PENDAHULUAN
1.1. Himpunan dan Operasi pada Himpunan
Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang terdefinisi dengan jelas (well defined). Objek-objek yang termasuk dalam suatu himpunan disebut unsur atau anggota himpunan. Himpunan biasanya disimbolkan dengan huruf kapital, seperti A, B, C, dan D, sedangkan anggota himpunan disimbolkan dengan huruf kecil, seperti a, b, c, dan d. Jika a adalah unsur pada himpunan A, maka ditulis a A. Jadi, perlu dipahami bahwa tulisan a A mempunyai arti bahwa a anggota himpunan A, a unsur himpunan A, A memuat a, atau a termuat di A. Jika a bukan unsur pada himpunan A, maka ditulis a A. Himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut
/. himpunan kosong dan dinotasikan dengan 0
Himpunan dapat dinyatakan dalam dua bentuk penulisan, yaitu bentuk tabular (tabular form) dan bentuk pencirian (set-builder form). Bentuk tabular adalah penulisan himpunan dengan mendaftar semua anggotanya di dalam tanda kurung kurawal { }. Sebagai contoh, A = {2, 4, 6, 8, 10} menyatakan bahwa himpunan A memuat bilangan 2, 4, 6, 8, dan 10. Bentuk pencirian adalah penulisan himpunan dengan menyebutkan sifat atau syarat keanggotan anggota himpunan tersebut, misalnya A = { x 1 < x < 10}. Secara lebih umum, himpunan dapat didefinisikan sebagai kumpulan semua x yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Notasi 1
A = { x P(x)} mendefinisikan A sebagai himpunan semua x yang memenuhi syarat P(x). Notasi tersebut dibaca A adalah himpunan x sedemikian hingga P(x). Sebagai contoh A = { x 1 < x < 10} dibaca A adalah himpunan x sedemikian hingga 1 < x < 10. Notasi A = {x B P(x)} juga digunakan untuk menyatakan bahwa A memuat semua unsur x di B yang memenuhi syarat P(x). Beberapa himpunan yang akan sering ditemui dalam buku ini adalah sebagai berikut. N = Himpunan bilangan asli atau bilangan bulat positif = {1, 2, 3, } W = Himpunan bilangan cacah atau bilangan bulat nonnegatif Z = Himpunan bilangan bulat = {, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, } Q = Himpunan bilangan rasional = { R = Himpunan bilangan real. Himpunan bilangan real yang tidak dapat dinyatakan sebagai dan b 0 disebut himpunan bilangan irrasional. Bilangan contoh bilangan irrasional. Definisi 1.1.1 Misalkan A dan B himpunan. A dikatakan himpunan bagian (subset) dari B, = {0, 1, 2, }
a a, b Z, b 0} b
a dengan a, b Z b
2,
3 , dan
8 adalah
A B (x A x B)
Tulisan A B dapat dimaknai bahwa A subset B, A termuat di B, atau B memuat
A. Jika A subset B dan ada unsur di B yang tidak termuat di A, maka A disebut
subset sejati dari B, dan ditulis A B.
A = B A B B A.
Definisi 1.1.3 Misalkan A dan B himpunan. Gabungan A dan B, ditulis A B, adalah
A B = { x x A x B}.
Kata atau bermakna bahwa x termuat di A saja, B saja, atau di A sekaligus B. Definisi 1.1.4 Misalkan A dan B himpunan. Irisan A dan B, ditulis A B, adalah
A B = { x x A x B }.
Kata dan bermakna bahwa x termuat di A sekaligus di B. Jika A B = , maka
B\A = { x B x A}.
Jika A adalah subset dari himpunan tertentu B, maka B\A biasanya disebut komplemen dari A dan ditulis Ac. Akan diperoleh bahwa (Ac)c = A dan B = A Ac. Berikut ini disajikan beberapa teorema dasar berkenaan dengan operasi pada himpunan. Teorema 1.1.6 Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Maka,
a. A (B C) = (A B) (A C) b. A (B C) = (A B) (A C)
3
Bukti: Pada buku ini akan dibuktikan bagian a dan yang lain diberikan sebagai latihan. Untuk membuktikan
A (B C) = (A B) (A C),
maka harus ditunjukkan
A (B C) (A B) (A C)
dan (A B) (A C) A (B C) Untuk menunjukkan
A (B C) (A B) (A C),
diambil sebarang
x A (B C),
maka x A dan
x (B C). x (B C)
berarti x B atau x C. Jika x B, maka x A B. Sehingga diperoleh
x (A B) (A C).
Jika x C, maka
x A C.
Sehingga diperoleh
x (A B) (A C).
Karena untuk sebarang
x A (B C)
berlaku
x (A B) (A C),
maka disimpulkan
A (B C) (A B) (A C).
Untuk menunjukkan (A B) (A C) A (B C) 4
diambil sebarang
x (A B) (A C).
Diperolah x (A B) atau x (A C). Jika x (A B), maka x A dan x
x A (B C).
Karena untuk sebarang x (A B) (A C) berlaku
x A (B C),
maka disimpulkan (A B) (A C) A (B C). Dengan demikian, terbukti
A (B C) = (A B) (A C).
Teorema 1.1.7 (Hukum De Morgan) Misalkan A dan B adalah subset himpunan S.
Ac Bc (A B)c .
Untuk menunjukkan (A B)c Ac Bc 5
diambil sebarang x (A B)c, maka x A B. Karena x A B, maka x A dan x B. Jadi, x Ac dan x Bc. Dengan kata lain, x Ac Bc. Diperoleh (A B)c Ac Bc. Untuk menunjukkan
Ac Bc (A B)c
Diambil sebarang x Ac Bc, maka x A dan x B. Diperoleh Sesuai definisi, maka x (A B)c. Jadi,
x A B.
Ac Bc (A B)c
Dengan demikian terbukti (A B)c = Ac Bc. Definisi 1.1.8 Misalkan A dan B himpunan. Perkalian Cartesius dari A dan B, ditulis
A B = {(a, b) a A, b B}.
Sebagai contoh, jika A = {1, 2, 3} dan B = {a, b, c}, maka
A B = {(1, a), (1, b), (1, c), (2, a), (2, b), (2, c), (3, a), (3, b), (3, c)}.
Perkalian Cartesius dari R dan R ditulis dengan R2 dan sering digambarkan sebagai bidang Cartesius.
Latihan 1.1
1. Misalkan A = {-2, -1, 0, 1, 2}, B ={0, 1, 2, 3}, dan C ={0, 2, 4, 6} a. Tentukan A B, B C, A C, A B, A C, B C,
A (B C),
A = .
6
b. A A = A. c. A B = B A.
A A = A. A B = B A.
3. Benar atau salah (Jika benar buktikan, jika salah beri contoh penyangkal) a. Jika A B dan B C, maka A C. b. Jika A C dan B C, maka A B C. c. A (B C) = (A B) C. d. (A B) (B C) (A C) = A B C. 4. Jika A, B, dan C himpunan, buktikan bahwa a. A (B C) = (A B) C. b. A (B C) = (A B) C. 5. Jika A B, buktikan bahwa a. A B = B. b. A B = A. 6. Jika A subset dari himpunan X, buktikan bahwa a. A Ac = X. b. A Ac = . c. (Ac)c = A. 7. Jika A, B, dan C himpunan, buktikan bahwa
A (B C) = (A B) (A C).
8. Jika A dan B adalah subset dari himpunan S, buktikan bahwa Bc. 9. Jika A dan B adalah subset dari himpunan S, buktikan bahwa (A B)c = Ac
A\B = A Bc.
10. Jika A dan B adalah himpunan, tunjukkan bahwa (A B) dan A\B adalah saling lepas dan buktikan bahwa
A = (A B) (A\B)
11. Jika A, B, dan C himpunan, buktikan bahwa (A B) (A C) = A (B C). 7
f 1 (G H ) = f 1 (G ) f 1 (H ) dan f 1 (G H ) = f 1 (G ) f 1 (H ) .
14. Berikan suatu contoh pada fungsi f , g : R R sedemikian sehingga f g akan tetapi berlaku f o g = g o f . 15. Buktikan jika f : A B bijektif dan g : B C bijektif maka g o f bijektif dengan A surjektif pada C. 16. Misalkan f : A B dan g : B C sehingga 17. Tunjukkan jika g o f injektif maka f injektif. 18. Tunjukkan jika g o f surjektif maka f surjektif.
1.2.
Fungsi
Pada sebagian besar buku teks, fungsi f dari himpunan A ke himpunan B didefinisikan sebagai aturan yang memasangkan masing-masing anggota A dengan tepat satu anggota B. Jika a A oleh f dipasangkan dengan b B, maka ditulis f(a) = b. Pada definisi tersebut masih menyisakan masalah mengenai aturan dan memasangkan. Seseorang mungkin bertanya, Aturan yang bagaimana? dan Memasangkan bagaimana?Pada buku-buku teks yang lain, fungsi dedifinisikan sebagai grafik. Definisi ini juga masih belum jelas karena grafik itu sendiri belum jelas definisinya. Jika berbicara grafik pada bidang, akan diperoleh bahwa grafik tersebut adalah kumpulan titik-titik. Masing-masing titik adalah pasangan berurutan bilangan-bilangan. Berdasarkan alasan ini, maka akan diberikan definisi fungsi yang lebih mudah diterima dan dipahami.
Definisi 1.2.1 Misalkan A dan B himpunan. Fungsi f dari A ke B adalah subset dari A B yang memenuhi sifat berikut. 1. 2. Untuk masing-masing a A, ada b B sehingga (a, b) f. Jika (a, b), (a, c) f, maka b = c.
Himpunan A disebut domain dari f, dan ditulis dengan Df. Range dari f, ditulis Rf, didefinisikan dengan Rf = { b B (a, b) f, untuk suatu a A). Pada definisi 1.2.1, fungsi f dari A ke B tidak sekedar subset A B. Kata kunci dari definisi 1.2.1 adalah bahwa masing-masing a A menjadi komponen pertama dari tepat satu pasangan berurutan (a, b) f. Pada definisi 1.2.1, tidak ada syarat bahwa A dan B haruslah himpunan tak kosong. Bagaimana jika himpunan A atau himpunan B adalah himpunan kosong? Jika f fungsi dari A ke B dan (a, b) f, maka b disebut nilai dari fungsi f di a dan akan ditulis b = f(a) atau f : a a b. Dalam buku ini juga digunakan notasi f : A B untuk menyatakan bahwa f fungsi dari A ke B. Notasi f : A B dapat diartikan dengan f memetakan A ke B atau f pemetaan dari A ke B. Jika f : A R, maka f disebut fungsi bernilai real pada A. Berikut ini beberapa contoh untuk lebih memahami definisi fungsi. 1. Misalkan A = {1, 2, 3, 4}dan B = {-2, -1, 0, 1, 2}. Misalkan f subset A B dengan f = {(1, 2), (2, -1), (3, 0), (4, 2)}, maka f adalah fungsi dari A ke B dan Rf = {-1, 0, 2}. Masing-masing a A berada pada tepat satu pasangan berurutan (a, b) f. Meskipun 2 B berada pada dua pasangan berurutan berbeda (1, 2) dan (4, 2), hal ini tidak bertentangan dengan definisi fungsi. 2. Misalkan A dan B sama seperti pada nomor 1, dan g didefinisikan dengan g = {(1, 2), (2, 1), (3, 3), (4, 0)}.
Maka g bukan fungsi dari A ke B karena g bukan subset A B. Ada (3, 3) g tetapi (3, 3) A B. 3. Misalkan A dan B seperti pada nomor 1, dan f didefinisikan dengan f = {(1, -2), (2, -1), (4, 2)}. Maka f bukan fungsi dari A ke B, karena ada 3 A tetapi tidak ada b B sehingga (3, b) f. 4. Misalkan A dan B seperti pada nomor 1, dan h didefinisikan dengan h = {(1, -2), (2, -1), (2, 1), (3, 0), (4, 2)}. Maka h bukan fungsi dari A ke B karena (2, -1), (2, 1) f, tetapi -1 1. 5. Misalkan A = B = R, dan misalkan f didefinisikan dengan f = {(x, y) R2 y = 3x + 2}. Maka f adalah fungsi (Mengapa?) dengan Df = R. Fungsi f dinyatakan oleh persamaan y = 3x + 2. Notasi standar untuk menyatakan fungsi f adalah f(x) = 3x + 2 dengan Df = R. Pada contoh nomor 5, f(x) = 3x + 2 tidak dapat langsung disebut sebagai fungsi sebelum jelas domainnya. Dalam hal ini f(x) = 3x + 2, dengan Df = {x R x > 0} dan g(x) = 3x + 2, dengan Dg = R adalah dua fungsi yang berbeda. Penjelasan ini membawa pada definisi berikut. Definisi 1.2.2 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan A1 A. Fungsi g dari A1 ke B dengan g = {(a, b) f a A1}, disebut penyempitan (restriksi) dari f pada A1. Sesuai definisi 1.2.2, diperoleh bahwa g adalah restriksi dari f jika Dg Df dan g(x) = f(x), untuk semua x A.
10
Definisi 1.2.3 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan A A1. Fungsi g dengan domain A1 sedemikian hingga g(x) = f(x), untuk semua x A, disebut perluasan (ekstensi) dari f pada A1. Pada contoh sebelumnya f(x) = 3x + 2, dengan Df = {x R x > 0} dan g(x) = 3x + 2, dengan Dg = R adalah dua fungsi yang berbeda. Karena Df Dg dan f(x) = g(x), untuk semua x Df, maka f adalah penyempitan dari g pada {x R x >0}. Sebaliknya, karena Df Dg dan g(x) = f(x), untuk semua x Df, maka g adalah perluasan dari f pada R. Definisi 1.2.4 Misalkan A, B himpunan, dan f fungsi dari A ke B. Fungsi f disebut fungsi pada jika Rf = B. Berdasarkan definisi 1.2.4, f : A B disebut fungsi pada jika untuk masingmasing b B terdapat a A sehingga f(a) = b. Untuk selanjutnya, perlu dibedakan antara kalimat f fungsi dari A ke B dengan f fungsi dari A pada B. Fungsi pada sering disebut juga dengan fungsi surjektif, fungsi pada atau fungsi onto. Jika f fungsi surjektif, maka f disebut surjeksi. Definisi 1.2.5 Misalkan A, B himpunan, dan f fungsi dari A ke B. Jika bayangan (image) dari E oleh f, ditulis f(E), didefinisikan dengan f(E) = { f(x) x E}. Jika H B, maka bayangan balikan (inverse image) dari H oleh f, ditulis f-1(H), didefinisikan dengan f-1(H) = { x A f(x) H} Jika H = {y}, maka f-1({y}) akan ditulis dengan f-1(y). Jadi, jika y B, maka f-1(y) = { x A f(x) = y}. Berdasarkan definisi 1.2.5, diperoleh bahwa jika E A, maka
11
E A, maka
f(E) B. Jika H B, maka f-1(H) A. Pembaca akan melihat bahwa f(A) = Rf, sehingga f adalah fungsi onto jika dan hanya jika f(A) = B. Perlu diperhatikan bahwa sampai saat ini belum ada definisi mengenai f-1 sendiri. Untuk memahami definisi bayangan dan bayangan balikan, perhatikan beberapa contoh berikut. 1. Misalkan A={1, 2, 3, 4, 5, 6}, B = Z, dan f : A Z didefinisikan dengan f = {(1, -2), (2, 4), (3, 1), (4, 3), (5, 0), (6, -2)}. Misalkan E = {2, 3, 4} A, maka f(E) = {f(2), f(3), f(4)} = {4, 1, 3}. Jika H = {-2, -1, 0, 1, 2, 3}, maka f-1(H) = {1, 3, 4, 5, 6}. Karena f(1) = f(6) = -2, maka f-1(-2) = {1, 6}. f-1(2) = karena tidak ada a A sehingga f(a) = 2. 2. Misalkan f : Z Z dengan f(x) = x2. Jika E = N, maka f (E) = {1, 4, 9, }. akan diperoleh f-1(f(E)) = Z\{0}. Dalam contoh ini E f-1(f(E)). 3. Misalkan f : R R dengan f(x) = 3x + 2. Jika E = { x R -2 < x 4}, maka f(E) = {f(x) x E} = {3x + 2 -2 < x 4} = { y R 4 < y 14}, dan f-1(E) = { x R f(x) E} = { x R 3x + 2 E}
12
={xR
4 2 < x }. 3 3
dan
f(A1) f(A2) f(A1 A2).
Untuk membuktikan
f(A1 A2) f(A1) f(A2),
ambil sebarang y f(A1A2). Maka y = f(x), untuk suatu x A1 A2. Jadi, x A1 atau x A2. Jika x A1, maka
y = f(x) f(A1).
Jadi, diperoleh
y = f(x) f(A1) f(A2).
Disimpulkan bahwa
f(A1 A2) f(A1) f(A2).
Untuk membuktikan
f(A1) f(A2) f(A1 A2),
diperoleh bahwa
13
A1 A1 A2
sehingga
f(A1) f(A1 A2) dan A2 A1 A2
selanjutnya
f(A2) f(A1 A2).
Terbukti bahwa
f(A1) f(A2) f(A1 A2).
Jadi, diperoleh
f(A1 A2) = f(A1) f(A2).
sehingga diperoleh
f(A1 A2) f(A1) dan f(A1 A2) f(A2).
Disimpulkan bahwa
f(A1 A2) f(A1) f(A2).
dan
A2 = {0, -1, -2, -3, -4, },
maka
f(A1) = f(A2) = {0, 1, 4, 9, 16, }.
Hal ini menunjukkan bahwa kesamaan pada Teorema 1.2.6.b tidak selamanya berlaku.
Teorema 1.2.7 Misalkan f adalah fungsi dari A ke B. Jika B1 B2 B, maka
Jika f(x) B1, maka x f-1(B1). Jika f(x) B2, maka x f-1(B2). Diperoleh bahwa x f-1(B1) f-1(B2). Dengan demikian
f-1(B1 B2) f-1(B1) f-1(B2).
dan
f-1(B1) f-1(B1 B2).
Karena
f-1(B1 B2) f-1(B1) f-1(B2)
dan
f-1(B1) f-1(B2) f-1(B1 B2),
maka terbukti
f-1(B1 B2) = f-1(B1) f-1(B2).
dan
f-1(B1 B2) f-1(B2).
Jadi,
f-1(B1 B2) f-1(B1) f-1(B2).
15
Dengan demikian
f-1(B1) f-1(B2) f-1(B1 B2).
Karena
f-1(B1B2) f-1(B1) f-1(B2)
dan
f-1(B1) f-1(B2) f-1(B1 B2),
maka terbukti
f-1(B1 B2) = f-1(B1) f-1(B2).
Definisi 1.2.8 dapat juga dinyatakan dengan f fungsi satu-satu jika x, y A dengan x y, maka f(x) f(y). Jadi, fungsi f dari A ke B disebut fungsi satu-satu jika masing-masing unsur berbeda di A mempunyai bayangan yang berbeda di B. Fungsi satu-satu sering juga disebut dengan fungsi injektif. Jika f fungsi injektif, maka f disebut injeksi. Pembuktian bahwa fungsi f adalah satu-satu dapat dilakukan dengan menggunakan syarat jika f(x) = f(y), maka x = y atau jika adalah satu-satu. Misalkan f : R R dengan f(x) = 3x + 2. Akan ditunjukkan bahwa f fungsi satu-satu. Pertama digunakan bukti langsung menggunakan definisi. Ambil
16
x y, maka f(x)
f(y). Contoh berikut akan menjelaskan cara membuktikan bahwa suatu fungsi
diperoleh
disimpulkan f fungsi satu-satu. Kedua digunakan bukti tidak langsung. Ambil sebarang x, y A, dengan x y. Akan ditunjukkan bahwa f(x) f(y). Andaikan
f(x) = f(y), maka 3x + 2 = 3y + 2. Akibatnya, diperoleh x = y. Hal ini bertentangan
dengan yang diketahui bahwa x y. Berarti pengandaian salah, dan yang benar adalah f(x) f(y). Karena untuk sebarang x, y A, dengan x y berlaku f(x) f(y), disimpulkan f fungsi satu-satu. Berdasarkan definisi 1.2.8, f fungsi satu-satu dari A ke B jika dan hanya jika f-1(y) memuat paling banyak satu elemen, untuk setiap y B. Jika f fungsi onto, maka
f-1(y) memuat tepat satu elemen x A, untuk setiap y B. Dengan demikian, jika f
adalah fungsi dari B ke A. Selain itu, g merupakan fungsi satu-satu dari A pada B (Mengapa?). Hubungan antara fungsi f dan g adalah sebagai berikut.
Dg = Rf dan Rg = Df,
serta (y, x) g jika dan hanya jika (x, y) f. Secara singkat, dapat dinyatakan
g(y) = x jika dan hanya jika f(x) = y.
Perlu dijelaskan perbedaan antara f-1(H) dengan f-1. Jika f adalah fungsi dari A ke B, dan y B sebarang, maka f-1(y) [yang sebenarnya adalah f-1({y})] didefinisikan sebagai himpunan semua x A sehingga f(x) = y. Jika f adalah fungsi satu-satu dari
A pada B, dan y B sebarang, maka f-1(y) adalah nilai dari fungsi invers f-1 di y.
Dengan demikian, (y, x) f-1 dapat ditulis dengan f-1(y) = x. Berikut ini beberapa contoh mengenai fungsi invers. 1. Misalkan f : R R dengan f(x) = 3x + 2. Fungsi f adalah fungsi satu-satu dari
R pada R dan f-1 diberikan dengan f-1(y) =
1 (y 2), dengan Df-1 = R. 3
2. Misalkan f : R R dengan f(x) = x2. Akan diperoleh bahwa f bukan fungsi satu-satu karena ada 2, 2 R, dengan 2 2 tetapi f(-2) = f(2) = 4. Jika Df = A = { x R x 0}, maka f adalah fungsi satu-satu dari A pada A. Misalkan x, y A dengan x y. Anggaplah x < y, maka diperoleh x2 < y2 , yakni f(x) f(y). Untuk menunjukkan bahwa f fungsi pada, perlu ditunjukkan bahwa untuk setiap y A, ada x A sehingga f(x) = y. Secara intuitif, karena y 0 diketahui bahwa x ada yaitu x = eksistensi x sehingga x =
y [Pembuktian secara formal mengenai
selanjutnya]. Karena f fungsi satu-satu dari A pada A, maka f-1 ada yaitu f-1(y) =
y , dengan Df-1 = { y R y 0}.
a A, maka
f(a) B. Karena B = Dg, maka f(a) oleh g akan dipetakan ke g(f(a)) di C. dengan cara
18
a A. go
Berdasarkan definisi 1.2.10, syarat agar komposisi dari g dengan f terdefinisi adalah Rf haruslah subset dari Dg. Untuk memahami definisi 1.2.10, perhatikan beberapa contoh berikut. 1. Misalkan f : R R dengan f(x) = x2 dan g : R R dengan 1. Maka (g o f)(x) = g(f(x)) = g(x2) = x2 + 1, dengan D(g o f) = R, dan (f o g)(x)=f(g(x))=g(x +1)=(x + 1)2 = x2+2x +1, dengan D(f og) =R. Berdasarkan contoh ini, diperoleh bahwa (g o f) (f o g). 2. Misalkan f(x) = dengan Dg = R.
g(x) = x +
x , dengan Df = {x R x 0} dan
Maka (g o f)(x) = g(f(x)) = g( x ) = x,
g(x) = x2,
dengan D(g o f) = {x R x 0}. Meskipun (g o f)(x) = x, berlaku untuk semua x R, domain g o f adalah
19
{x R x 0} bukan R.
Teorema 1.2.11 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan g fungsi dari B ke C. (a) Jika f dan g fungsi injektif, maka g o f adalah fungsi injektif. (b) Jika g o f adalah fungsi injektif, maka f adalah fungsi injektif. Bukti:
Karena g fungsi injektif, maka f(a) = f(b). Karena f fungsi injektif, maka a = b. Jadi, terbukti g o f adalah fungsi injektif. (b) Diberikan sebagai latihan.
Teorema 1.2.12 Misalkan f fungsi dari A ke B, dan g fungsi dari B ke C. (a) Jika f dan g fungsi surjektif, maka g o f adalah fungsi surjektif. (b) Jika g o f adalah fungsi surjektif, maka g adalah fungsi surjektif. Bukti:
(a) Ambil sebarang c C. Akan ditunjukkan ada a A sehingga (g o f)(a) = c. Karena g fungsi surjektif, maka ada b B sehingga g(b). Karena f fungsi surjektif, maka ada a A, sehingga f(a)= b. Jadi, ada a A sehingga (g o f)(a) = g(f(a)) = g(b) = c. Terbukti bahwa g o f adalah fungsi surjektif. (b) Diberikan sebagai latihan.
Definisi 2.9 Misalkan f fungsi dari A ke B. f disebut fungsi bijektif jika f adalah fungsi injektif (fungsi satu-satu) dan fungsi surjektif (fungsi pada).
20
Latihan 1.2
1. Misalkan A = {0, 1, 2, 3} dan B = N. Manakah di antara subset dari A B berikut yang merupakan fungsi dari A ke B? Jelaskan! a. f = {(0, 2), (1, 4), (2, 6)} b. g = {(0, 1), (1, 3), (2, 5), (3, 7)} c. h = {(0, 7), (1, 2), (1, 8), (2, 3), (3, 3)} d. j = {(-1, 0), (0, 2), (1, 4), (2, 6), (3, 8)} e. k = {(x, y) y = 2x + 3, x A} 2. a. Misalkan A = { (x, y) R R y = -3x + 3}. Apakah A fungsi? Jelaskan? b. Misalkan B = { (x, y) R R y2 + x2 = 1}. Apakah B fungsi? Jelaskan? 3. Misalkan f : R R dengan f(x) = x2. a. Tentukan f-1(4)! b. Jika E = { x R -1 x 0}, tentukan f(E) dan f-1(E)! c. Jika F = { x R 0 x 1}, tentukan f(F) dan f-1(F)! d. Tentukan hubungan antara f(E F) dan f(E) f(F)! 4. Misalkan f : R R dengan f(x) = 2x + 5 dan g : R R dengan g(x) = 3x + 1. Tentukan (g o f) dan (f o g)! 5. Berilah suatu contoh fungsi f dan g dari R ke R sehingga g o f = f o g! 6. Misalkan f fungsi satu-satu dari A ke B. Tunjukkan bahwa untuk semua x A dan ( f o f-1)(y) = y, untuk semua y Rf! 7. Misalkan f dan g fungsi sehingga (g o f)(x) = x, untuk semua x Df, dan (f o g)(y) = y, untuk semua y Dg. Buktikan g = f-1! 8. Misalkan f fungsi dari A ke B, dan g fungsi dari B ke A sehingga (g o f)(x) = x, untuk semua x A. Tunjukkan bahwa f injeksi! Apakah f harus surjeksi? 9. Misalkan f injeksi dari A ke B. Buktikan bahwa
21
(f-1 o f )(x) = x,
adalah injeksi! 10. Misalkan f : A B, dan g: B C adalah injeksi. Tunjukkan bahwa (g o f)-1 = f-1 o g-1 di R(g o f)! 11. Tunjukkan jika f : A B dan E, F A maka f (E F ) = f (E ) f (F ) dan f (E F ) f (E ) f (F ) . 12. Tunjukkan jika f : A B dan G , H B maka
f 1 (G H ) = f 1 (G ) f 1 (H ) dan f 1 (G H ) = f 1 (G ) f 1 (H ) .
13. Berikan suatu contoh pada fungsi f , g : R R sedemikian sehingga f g akan tetapi berlaku f o g = g o f . 14. Buktikan jika f : A B bijektif dan g : B C bijektif maka g o f bijektif dengan A surjektif pada C. 15. Misalkan f : A B dan g : B C sehingga i. Tunjukkan jika g o f injektif maka f injektif. ii. Tunjukkan jika g o f surjektif maka f surjektif.
1.3.
Induksi Matematika
Induksi matematika adalah suatu metode pembuktian yang banyak digunakan dalam buku ini. Metode ini digunakan untuk membuktikan kebenaran suatu pernyataan yang berkenaan dengan himpunan bilangan asli. Dalam bagian ini akan disajikan prinsip induksi matematika dan beberapa variasinya. Beberapa contoh juga akan diberikan untuk menjelaskan penggunaan induksi matematika dalam membu-ktikan suatu pernyataan.
Teorema 1.3.1 (Sifat Terurut dengan Baik pada N) Setiap himpunan bagian takkosong dari N mempunyai unsur terkecil.
22
Sifat Terurut dengan Baik pada N secara ringkas dapat dinyatakan sebagai berikut. Jika S N, S , maka ada m S sehingga m s, untuk setiap s S. Sifat ini seringkali dianggap sebagai postulat atau aksioma yang berlaku pada N.
Teorema 1.3.2 (Prinsip Induksi Matematika) Untuk masing-masing n N, misalkan P(n) adalah pernyataan yang berkaitan dengan n. Jika (a) P(1) benar, dan (b) P(k + 1) benar, jika P(k) benar, maka P(n) benar untuk semua n N.
Bukti: Andaikan hipotesis pada Teorema 1.3.2 benar tetapi kesimpulannya salah,
yakni P(n) tidak benar untuk semua n N. Berarti ada n N sehingga P(n) salah. Misalkan A = { k N P(k) salah}. Jadi, A N dan A . Sesuai sifat terurut dengan baik, maka A mempunyai unsur terkecil, sebut m. Karena P(1) benar, maka
m > 1. Jadi, m 1 N dan m 1 < m. Karena m unsur terkecil di A, maka m 1 A. Berarti P(m 1) benar. Sesuai hipotesis bagian (b), maka P(m) juga benar. Jadi, m
A. Terjadi kontradiksi. Terbukti bahwa P(n) benar untuk semua n N. Berikut ini beberapa contoh penggunaan induksi matematika untuk membuktikan pernyataan yang berkaitan dengan himpunan bilangan asli. 1. Misalkan P(n) adalah pernyataan 1 + 2 + 3 + + n =
1 n( n + 1) , 2
Maka diperoleh
23
1 + 2 + 3 + + k + (k + 1) = = = =
1 k(k + 1) + (k + 1) 2
Berarti, jika P(k) benar maka P(k + 1) juga benar. Sesuai prinsip induksi matematika, terbukti 1 + 2 + 3 + + n = berlaku untuk semua 2. 1 n( n + 1) , 2
n N.
Misalkan P(n) adalah pernyataan n < 2n, untuk semua n N. Akan ditunjukkan bahwa P(n) benar untuk semua n N. Untuk n = 1, maka P(1) benar karena 1 < 21. Untuk n = k, asumsikan P(k) benar. Artinya, k < 2k. Maka diperoleh
(b) Jika k S, maka k + 1 S, maka S = N. Bentuk ini sama dengan bentuk pada Teorema 1.3.2 dengan mendefinisikan
S = { n N P(n) benar}.
Prinsip induksi matematika juga digunakan untuk membuktikan kebenaran pernyataan yang dirumuskan secara rekursif. Misalkan f fungsi dari N ke R yang didefinisikan sebagai berikut.
f(1) = 1,
dan
f(1) = 1, f(2) = 2 f(1) = 21, f(3) = 3 f(2) = 321, f(4) = 4 f(3) = 4321.
Berdasarkan pola tersebut diperoleh dugaan bahwa
f(n) = n!, n N.
Dugaan ini benar untuk n = 1, yakni
f(1) = 1 = 1!.
Asumsikan juga benar untuk n = k, yakni f(k) = k!. Maka untuk n = k + 1, diperoleh
25
Teorema 1.3.3 (Prinsip Induksi Matematika Dimodifikasi) Misalkan no Z. Untuk masing-masing n Z, n no, misalkan P(n) adalah pernyataan yang berkaitan dengan n. Jika (a) P(no) benar, dan (b) P(k + 1) benar, jika P(k) benar, k no,
Second Principle of Mathematical Induction) dan ada juga yang menyebut dengan prinsip
induksi yang kuat (The Principle of Strong Induction). Versi ini disajikan dalam teorema berikut.
Teorema 1.3.4 (Prinsip Induksi yang Kuat) Untuk masing-masing misalkan P(n) adalah pernyataan yang berkaitan dengan n. Jika
26
n N,
(a) P(1) benar, dan (b) Untuk k 1, P(k + 1) benar, jika P(j) benar untuk semua bilangan asli j k, maka P(n) benar untuk semua n N.
Prinsip Induksi yang Kuat ini dapat juga dinyatakan sebagai berikut. Misalkan S himpunan bagian dari N yang memenuhi sifat (a) (b) maka S = N. Berikut ini contoh penggunaan Prinsip Induksi yang Kuat untuk membuktikan kebe-naran suatu pernyataan yang berkaitan dengan bilangan asli. Misalkan f : N N yang didefinisikan sebagai berikut. f(1)=1, f(2)=2, dan 1 S, dan (k + 1) S, jika 1, 2, , k S,
f(n) =
Akan ditunjukkan bahwa 1 f(n) 2,
n = 1, diperoleh bahwa
1 f(1) 2,
dan untuk n = 2, juga diperoleh 1 f(2) 2. Untuk n = k 1, asumsikan bahwa 1 f(j) 2, untuk semua bilangan asli j k. Berarti bahwa 1 f(k) 2 dan 1 f(k -1) 2. Sehingga diperoleh bahwa 2 f(k) + f(k - 1) 4.
27
Jadi, 1 1 [f(k) + f(k - 1)] 2. 2 1 f(k + 1) 2. Sesuai Prinsip Induksi yang Kuat disimpulkan bahwa 1 f(n) 2, untuk semua
n N.
Latihan 1. 3
1. Gunakan prinsip induksi matematika untuk menunjukkan bahwa masingmasing pernyataan berikut benar untuk semua n N. a. 1 + 2 + 3 + + n =
n( n + 1) . 2 n( n + 1)( 2n + 1) . 6
2
b. 1 + 3 + 5 + + (2n 1) = n2. c. 12 + 22 + 32 + + n2 =
3 3 3 3
n( n + 1) d. 1 + 2 + 3 + + n = . 2 e. 2 + 22 + 23 + + 2n = 2(2n 1). f.
1 1 1 n . + +L+ = 1( 2 ) 2( 3 ) n( n + 1) n + 1
2. Buktikan masing-masing pernyataan berikut dengan induksi matematika. a. 2n > n, untuk semua n N. b. 2n > n2, untuk semua n N dan n 5. c. 13 + 23 + 33 + + n3 <
n4 , untuk semua n N dan n 3. 2
a. f(1) =
1 1 , untuk semua n > 1. , dan f(n) = (n - 1) f(n - 1) 2 n +1 ( n + 1) f(n - 1), untuk semua n > 1. 3n
f (n 2) , untuk semua n > 2. n( n 1)
n
b. f(1) = 1, f(2) = 4, dan f(n) = 2f(n - 1) - f(n - 2)], untuk semua n > 2. c. f(1) = 1, f(2) = 2, dan f(n) = d. f(1) = 1, f(2) = 0, dan f(n) =
2 3
5. Buktikan bahwa n < 2n untuk setiap n N . 6. Buktikan bahwa 2 n < n ! untuk setiap n 4 , n N . 7. Misalkan S N maka berlaku 2k S untuk setiap k N 8. Misalkan S N berlaku jika k S maka k 1 S , Buktikan S = N .
29
2
SISTEM BILANGAN REAL
2.1 . Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real
Himpunan bilangan real R dilengkapi dengan dua operasi, yaitu operasi penjumlahan (+) dan operasi perkalian (), dilambangkan (R, +, ), membentuk suatu sistem matematika yang disebut lapangan (field). Beberapa sifat yang berlaku dalam sistem bilangan real adalah sebagai berikut. 1. Terhadap Operasi Penjumlahan a. Sifat ketertutupan, untuk semua a, b R, maka a + b R. b. Sifat komutatif, untuk semua a, b R, maka a+b=b+a c. Sifat assosiatif untuk semua a, b, c R , berlaku a + (b + c) =(a + b) + c d. Terdapat unsur identitas penjumlahan, untuk semua a R, ada 0 R sehingga a + 0 = 0 + a = 0. 0 disebut unsur satuan (identitas) penjumlahan.
30
e. Terdapat invers penjumlahan, untuk masing-masing a R, ada (-a) R sehingga a + ( -a ) = ( -a ) + a = 0. ( -a ) disebut invers perjumlahan dari a 2. Terhadap Operasi Perkalian a. Sifat ketertutupan Untuk semua a , b R, maka ab R b. Sifat komutatif Untuk semua a , b R, maka ab = ba c. Sifat assosiatif Untuk semua a , b , c R, maka a ( b c ) =( a b ) c d. Terdapat unsur identitas perkalian Untuk semua a R, ada 1 R, 1 0, sehingga a1 = 1a = a. l disebut unsur satuan (identitas) perkalian. e. Terdapat invers perkalian Untuk masing-masing a R, a 0, terdapat
1 R sehingga a
1 1 = a = 1. a a
1 disebut invers perkalian dari a. a 3. Terhadap operasi perkalian dan penjumlahan a. Sifat distributif perkalian atas penjumlahan Untuk semua a , b , c R, berlaku
31
( a + b ) c = a c + b c Pada daftar sifat-sifat di atas terdapat beberapa hal yang berlebihan, seperti pernyataan a + 0 = 0 + a = 0, yang sebenarnva cukup dinyatakan a + 0 = 0, karena sesuai sifat komutatif penjumlahan tentu saja jika a + 0 = 0, maka 0 + a = 0. Meskipun demikian, hal ini dilakukan sebagai suatu penekanan. Berdasarkan sifat-sifat di atas, akan disajikan beberapa teorema berkaitan dengan bilangan real. Pertama akan ditunjukkan bahwa identitas penjumlahan dan invers penjumlahan suatu bilangan real masing-masing adalah tunggal.
Teorema 2.1.1 Misalkan a, x R.
a. b. a.
Jika a + x = a, maka x = 0. Jika a + x = 0, maka x = -a. Diketahui a + x = a dan a + 0 = a. Diperoleh a + x = a + 0. Jika kedua ruas sama-sama ditambah dengan (-a), akan diperoleh x = a.
Bukti:
b.
Diketahui a + x = 0 dan a + (-a) = 0. Diperoleh a + x = a + (-a). Jika kedua ruas sama-sama ditambah dengan (-a), akan diperoleh x = -a. Berdasarkan Teorema 2.1.1, dapat disimpulkan bahwa, jika ada x R
yang dapat memenuhi persamaan a + x = a, maka x = 0. Demikian juga, jika ada x R yang dapat memenuhi persamaan a + x = 0, maka x = (-a). Hal ini berarti bahwa identitas penjumlahan adalah tunggal dan invers penjumlahan suatu bilangan real adalah tunggal. Pada sistem bilangan real terdapat sifat trikotomi, yaitu bahwa jika a adalah suatu bilangan real, maka kemungkinan untuk a adalah
32
a > 0, a = 0, atau a < 0. Jika a > 0, a disebut bilangan real positif dan jika a < 0, a disebut bilangan real negatif. Telah diketahui bahwa invers penjumlahan dari bilangan real a ditulis (-a). Jika a adalah bilangan real positif, maka (-a ) adalah bilangan real negatif dan jika a adalah bilangan real negatif maka (-a ) adalah bilangan real positif. Lebih singkatnya, jika a > 0, maka -a < 0 dan jika a < 0 , maka - a > 0 . Dengan demikian, jika a adalah sebarang bilangan real, maka -(-a) = a. Pembuktian pernyataan ini akan diberikan dalam teorema berikut.
Teorema 2.1.2 Misalkan a R.
a. c.
Bukti:
0a = 0 - ( -a ) = a
b. (-1) .a = -a d. (-1) (-1) = 1 a. Diketahui 0 + 0 = 0. Jika kedua ruas dikalikan a , diperoleh [0 + 0] a = 0 a . Sesuai sifat distributif, maka 0a + 0a = 0a. Jika kedua ruas ditambah dengan (0 a ), diperoleh 0 a = 0. b. Diketahui bahwa 1 + (-1) = 0. Jika kedua ruas dikalikan a, diperoleh [1 + (-1)] a = 0 a . Sesuai sifat distributif, maka 1 a + (-1) a = 0 a . Jadi,
33
a + (-1) a = 0 Jika kedua ruas ditambah dengan ( a ), diperoleh (-1) a = - a . c. d. Karena (-a) + a = 0, sesuai Teorema 1.1.b, maka a = - ( - a ) . Jika pada bagian b, pada (-1)a = -a, disubsitusikan a = (-1) maka diperoleh (-1)(-1) = -(-1). Sesuai bagian c, - ( - a ) = a , maka -(-1) = 1. Jadi diperoleh (-1) (-1) = 1.
Teorema 2.1.3 Misalkan a, b R.
a. a ( - b ) = ( - a ) b = - (ab). b. (-a)(-b) = ab . c. - ( a + b ) = ( - a ) + ( - b )
Bukti:
a.
Sesuai Teorema 2.1.2.c, maka a(-b) = a[(-1)b] = [a(-1)]b = [ ( - 1 ) a]b =(-a)b. = [( - 1 ) a ] b =(-1)(ab) = -(ab). Jadi, a(-b) = ( - a ) b = - (ab). Bukti bagian c dan d diserahkan sebagai latihan.
34
Definisi 2.1.4 Jika a, b R, maka a - b didefinisikan dengan a +(-b). Definisi 2.1.5 Misal a, b R. a dikatakan lebih dari b, ditulis a > b, jika a b > 0. a
dikatakan kurang dari b, ditulis a < b, jika a b < 0. Notasi a b, dibaca a lebih dari atau sama dengan b dan notasi a b, dibaca a kurang dari atau sama dengan b, didefinisikan secara analog seperti pada Definisi 1.1.2 Himpunan bilangan real R memuat himpunan bagian P yang disebut himpunan bilangan real positif yang memenuhi sifat berikut. 1. Jika a, b P, maka a + b P dan ab P. 2. Jika a R, maka satu dan hanya satu kondisi berikut yang dipenuhi: a P, -a P, a = 0.
Sifat (1) dan (2) disebut sifat urutan pada R. Sebarang lapangan (field) F yang memuat subset yang memenuhi sifat (1) dan (2) disebut lapangan terurut (ordered field). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, jika a , b R dan a b > 0, yakni a b P , maka ditulis a > b atau b < a . Sifat-sifat berikut merupakan konsekuensi dari sifat urutan serta aksioma penjumlahan dan perkalian pada R.
Teorema 2.1.6 Misalkan a, b, c R, maka
(a) Jika a > b, maka a + c > b + c. (b) Jika a > b dan c > d, maka a + c > b + d. (c) Jika a > b, dan c > 0, maka a c > b c. (d) Jika a > b, dan c < 0, maka a c < b c. (e) Jika a 0, maka a2 > 0. (f) Jika a > 0, maka
Bukti:
ab Diperoleh
= a b + (c c) = (a + c) (b + c) > 0. a + c > b + c.
a +b > b. 2
Sebagai akibat Teorema 2.1.7 diperoleh jika a bilangan real dan a > 0, maka a>
a > 0. 2
Latihan 2.1
1. Buktikan bahwa 0 = -0. 2. Jika a, b, c R . Buktikan a. jika a = b, buktikan bahwa a + c = b + c. b. jika a < b , buktikan bahwa a + c < b + c. c. jika a > b, buktikan bahwa a - c > b - c 3. 4. 5. 6. Jika a, b, c R, dengan a< b dan c > 0, buktikan bahwa ac < bc. Jika a, b, c R, dengan a< b dan c < 0, buktikan bahwa ac > bc. Jika a R bahwa a2 0. Jika a , b , c R . a. Jika a > b dan b > c, buktikan bahwa a > c. b. Buktikan hanya tepat satu pernyataan berikut terpenuhi: a < b. c. Buktikan jika a b dan a b, maka a = b. 7. Buktikan jika a , b R dan ab > 0, maka (1) a > 0 dan b > 0, (2) a < 0 dan b < 0.
36
a > b, a = b,
8. 9.
10. Jika a R memnuhi a a = a , buktikan bahwa a = 0 atau a = 1 11. Jika a 0 dan b 0 tunjukkan
2.2 .
Nilai Mutlak
a , jika a 0 a = a , jika a < 0
Sebagai contoh, 5 = 5, karena 5 0 dan 4 = -(-4) = 4, karena -4 <0 . Untuk selanjutnya pembaca dapat mengecek bahwa
a 2 = a . Selain itu, jika
Teorema 2.2.2
a. b. c. d. e. a = a , untuk setiap a R .
a b = b a , untuk setiap a , b R . ab = a b , untuk setiap a , b R .
a = a 2 , untuk setiap a R .
2
a 2 = a , untuk setiap a R.
37
f. g.
Bukti:
(a) Misal a R sebarang. Jika a = 0, maka a = 0, sehingga diperoleh
a = 0 = a .
Jika a > 0, maka a < 0, sehingga diperoleh
a = a = -(- a ) = a .
Jika a < 0, maka a > 0, sehingga diperoleh
a = -a = a .
Karena a R sebarang, maka disimpulkan a = a , untuk setiap a R . Bukti bagian (b)-(g) diserahkan sebagai latihan. Sifat berikut sangat penting dan banyak digunakan dalam buku ini, misalnya pada materi limit barisan.
a +b a + b .
Sebagai konsekuensi dari ketaksamaan segitiga, diperoleh dua ketaksamaan yang sangat berguna berikut ini.
Bukti:
(a) Jika a, b, c R , maka sesuai ketaksamaan segitiga, diperoleh
38
a b = (a c ) + (c b ) a c + c b
(b) dan (c) diberikan sebagai latihan. Secara geometri, a menyatakan jarak dari a ke titik asal, yaitu 0. Secara umum, untuk a, b R , jarak Euclid d ( a , b ) antara a dan b didefinisikan dengan
d(a, b) = a b .
Sebagai contoh, d (-2, 5) = ( 2 ) 5 = 7 = 7 dan
a - < y < a + .
39
maka x = a.
Bukti: Karena x termuat dalam sebarang lingkungan dari a, maka x V(a),
untuk setiap > 0. Andaikan x a, maka maka x a 0 sehingga
x a > 0.
Pilih = x a , maka x V(a). Berarti
x a < = x a .
Diperoleh
x a < x a .
Hal ini jelas tidak mungkin. Jadi, terbukti bahwa x = a.
Latihan 2.2.
1. Tunjukkan bahwa x a < jika dan hanya jika a < x < a + . 2. Jika a , b R tunjukkan bahwa a + b = a + b jika dan hanya jika ab 0 . 3. Jika a < x < b dan a < y < b tunjukkan x y < b a . 4. Temukan semua x R untuk memenuhi persamaan x + 1 + x 2 = 7 5. Sketsalah gambar pada persamaan y = x x 1 . 6. Tunjukkan bahwa jika a , b , c R maka max{a , b} = min{a , b} = 1 (a + b a b ) 2 1 (a + b + a b ) dan 2
40
2.3.
Definisi 2.3.1 Misalkan E R. E disebut terbatas di atas (bounded above) jika terdapat
v R sehingga x v untuk semua x E, dan v disebut batas atas (upper bound) untuk E. E disebut terbatas di bawah (bounded below) jika terdapat u R sehingga u x untuk semua
Contoh 2.3.2
a. Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Himpunan A terbatas di atas karena a 8, untuk semua a A. Himpunan A juga terbatas di bawah karena 0 a, untuk semua a A. Semua bilangan real v 6 merupakan batas atas untuk A, dan semua bilangan real u 1 merupakan batas bawah untuk A. Jadi, himpunan A adalah terbatas.
b. Himpunan bilangan asli N = {1, 2, 3, 4, } terbatas di bawah dan 1 merupakan
batas bawah, tetapi tidak terbatas di atas. Jika diberikan v R, maka terdapat n
N sehingga n > v.
1 1 1 1 , , , ...} = { n N } terbatas di atas oleh sebarang 2 3 4 n
c. Himpunan E = {1,
bilangan real v 1 dan terbatas di bawah oleh sebarang bilangan real u 0. Batas atas terkecil adalah 1 dan batas bawah terbesar adalah 0. d. Himpunan kosong, yaitu 0 / , terbatas di atas dan terbatas di bawah oleh semua bilangan x R. Dengan demikian, 0 / tidak mempunyai batas atas terkecil dan batas bawah terbesar.
Definisi 2.3.3 Misalkan E R, E 0 / , dan terbatas di atas. v R disebut batas
41
Definisi di atas menyatakan bahwa agar v R menjadi supremum dari E maka (1) v haruslah batas atas dari E, dan (2) v selalu kurang dari batas atas yang lain di E.
Teorema 2.3.5 Misalkan E R, E 0 / , dan terbatas di atas. v batas atas dari E adalah
supremum jika dan hanya jika untuk setiap w R dengan w < v maka w bukan batas atas dari E.
Teorema 2.3.6 Misalkan E R, E 0 / , dan terbatas di atas. v batas atas dari E adalah
supremum jika dan hanya jika untuk setiap wR dengan w<v terdapat xE sehingga w < x.
Teorema 2.3.7 Misalkan E R, E 0 / , dan terbatas di atas. v batas atas dari E adalah
supremum jika dan hanya jika untuk setiap > 0 ada x E sehingga v - < x.
Berikut ini akan disajikan suatu sifat yang berlaku pada R berkaitan dengan supremum. Sifat ini sangat penting dalam R dan akan banyak digunakan dalam pembahasan selanjutnya. Sifat yang dinyatakan dalam teorema berikut ini sering juga disebut dengan sifat kelengkapan pada R.
Aksioma Sifat Supremum pada R
Teorema 2.3.8 Setiap himpunan tak kosong di R dan terbatas di bawah mempunyai
infimum.
Bukti: Misalkan E R, E 0 / , dan terbatas di bawah. Definisikan
S = {-x x E}.
Jika u batas bawah dari E, maka
u x, untuk semua x E.
Diperoleh -x -u, untuk semua x E. Jadi (-u) adalah batas atas dari S. Karena S tidak kosong dan terbatas di atas, maka S mempunyai supremum. Jika v adalah supremum dari S, maka (-v) adalah infimum dari E.
Teorema 2.3.9 (Sifat Archimedes) Jika xR, maka terdapat bilangan asli n N sehingga
x <n.
Bukti: Misalkan x R, dan andaikan tidak ada n N sehingga
x < n.
v R. Karena
x < n.
Teorema 2.3.10 Misalkan x, y R , x > 0 dan y > 0. Maka
43
ada n N sehingga
x < n. y
Diperoleh
x < ny .
44
Latihan 2.3.
1. Misalkan P = {x R : x > 0}, Apakah P mempunyai batas bawah, batas atas dan inf( P ), sup( P ) ada? Buktikan pernyataan anda.
( 1)n 2. Misalkan X = 1 : n N , carilah inf( X ), sup( X ) . n
3. Misalkan S R 0 / . Tunjukkan bahwa u R merupakan batas atas S jika dan hanya jika t R dan t > u berakibat t R . 4. Tunjukkan jika A dan B terbatas pada subset R maka A B himpunan tebatas dan sup( A B ) = sup{sup A , sup B}. 5. Misalkan S R 0 / dan andaikan bahwa s * = sup s dengan s * S jika u S
tunjukkan bahwa sup(S {u}) = sup{s * , u }. 1 6. Tunjukkan bahwa sup1 : n N = 1 . n 1 1 7. Jika S = : n , m N , carilah inf S dan sup S . n m 8. Misalkan S 0 / dan S terbatas di R jika a > 0 dan aS = {as : s S} , buktikan
45
2.4 .
Sesuai sifat urutan pada R, akan didefinisikan beberapa himpunan bagian dari
R yang disebut interval.
[a, b] = { x R a x b}.
Interval setengah buka (setengah tutup) didefinisikan dengan
[a, ) = { x R a x} (-, a] = { x R x a} Sesuai definisi, maka (a, a) = 0 / Dan [a, a] = {a}. Interval buka, tutup, dan setengah buka (setengah tutup) adalah interval terbatas, sedangkan sinar buka dan sinar tutup adalah interval takterbatas (unbounded).
Definisi 2.4.1 Interval In, n N disebut interval bersarang (nested interval) jika I1 I 2 I 3 I n I n + 1
1 ], n
n N maka In In + 1
1 ], n
1 1 Jn = [- , ], n n
n N juga merupakan interval bersarang. Definisi 2.4.2 Misalkan S R. x R disebut titik cluster atau titik limit dari S jika masing-masing lingkungan- dari x memuat y S dengan x y. xS yang bukan titik cluster disebut titik terisolasi di S.
Pada definisi titik limit atau titik cluster, tidak diharuskan bahwa x adalah unsur di S. Sesuai definisi, x R adalah titik limit dari S jika
V(x) S\{x} 0 /,
untuk setiap > 0. Berdasarkan definisi, dapat juga dinyatakan bahwa x S adalah titik terisolasi jika terdapat > 0 sehingga
V(x) S = {x}. Contoh 2.4.3
(a) Jika S adalah interval buka (0, 1), maka semua titik pada interval tutup [0, 1] adalah
titik limit dari S. Perhatikan bahwa 0 dan 1 bukan titik di S. (b) Semua singleton, yaitu himpunan yang hanya memuat satu unsur, tidak mempunyai titik limit.
(c) Sebarang himpunan berhingga tidak mempunyai titik limit. Himpunan bilangan asli N
tidak mempunyai titik limit meskipun N adalah himpunan takberhingga.
(d) Himpunan S = {
Teorema 2.4.4 Misalkan S R. Jika x R adalah titik limit dari S maka setiap lingkungan dari x memuat sejumlah takberhingga titik di S.
Latihan 2.4.
1. jika S R 0 / , tujukkan bahwa S terbatas jika dan hanya jika terdapat interval tertutup dan terbatas I sehingga S I . 1 2. misalkan I n = 0, untuk n N . Buktikan n 1 3. misalkan J n = 0, untuk n N . Buktikan n
I I = {0}
n =1
IJ
n =1
=0 /.
2.5 .
Definisi 2.5.1 Misalkan E R. p E disebut titik interior dari E jika terdapat lingkungan V dari p sehingga V E. Himpunan semua titik interior dari E dinotasikan dengan int(E), dan disebut interior dari E.
Perlu diingat kembali bahwa lingkungan V dari titik p adalah himpunan yang memuat V(p), untuk suatu > 0. Dengan demikian, dapat dikatakan p E adalah titik interior dari E jika terdapat > 0 sehingga
V(p) E.
> 0, maka
V(b) = (b - , b + )
Sebagai contoh, interval terbuka (a, b) di R adalah himpunan buka di R. Himpunan bilangan real R adalah himpunan buka dan himpunan kosong 0 / adalah
48
himpunan buka di R. Berikut ini disajikan teorema yang buktinya diberikan sebagai latihan.
Teorema 2.5.3 Setiap interval buka di R adalah himpunan buka di R. Teorema 2.5.4 (a) Gabungan sejumlah takberhingga himpunan buka di R adalah himpunan buka. (b) Irisan sejumlah berhingga himpunan buka di R adalah himpunan buka. Teorema 2.5.5 (a) Gabungan sejumlah berhingga himpunan tutup di R adalah himpunan tutup. (b) Irisan sejumlah takberhingga himpunan tutup di R adalah himpunan tutup. Teorema 2.5.6 F himpunan bagian dari R adalah tutup jika dan hanya jika F memuat semua titik limitnya.
Latihan 2.5.
1. Tunjukkan bahwa interval (a , ) dan ( , a ) adalah himpunan terbuka 2. Tunjukkan bahwa interval (b , ) dan ( , b ) adalah himpunan tertutup 3. Tunjukkan bahwa bilangan N tertutup di R.
1 1 4. Dalam topologi garis pada {0,1, 3 , 5 ,..........} apakah 0 merupakan : Titik Kumpul ? Jelaskan alasan. Titik interior ? Jelaskan alasan.
2.6 .
Himpunan Takhingga
Untuk n N, didefinisikan Nn = {1, 2, 3, , n}. Sebagai contoh, N10 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10} dan N100 = {1, 2, 3, , 100}.
Definisi 2.6.1 Misalkan A dan B adalah himpunan. Himpunan A dikatakan ekivalen dengan B, ditulis A B, jika ada bijeksi dari A ke B.
Konsep ekivalen memenuhi sifat-sifat berikut. 1) A A, 2) Jika A B, maka B A, 3) Jika A B dan B C, maka A C,
49
dan
B = {2, 4, 6, 8, , 50}.
Maka fungsi f dengan domain A dan kodomain B dengan f(x) = 2x, untuk setiap x A adalah fungsi bijeksi. Dengan demikian, maka A B.
Definisi 2.6.2 Misalkan A himpunan. (1) A disebut finit (berhingga) jika A = 0 / atau A Nn, untuk suatu n N. Selain itu A disebut infinit (takberhingga). (2) A disebut denumerable (enumerable) jika A N. (3) A disebut countable jika A finite atau A denumerable.
Sebagai contoh misalkan S ={12, 22, 32, }. Maka fungsi f(n) = n2 adalah fungsi satu-satu dari S pada N. Jadi S N dan dengan demikian S countable. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa himpunan bilangan bulat Z adalah countable. Untuk menunjukkan bahwa N Z, dapat juga dilakukan dengan menunjukkan bahwa Z N. Definisikan fungsi f dari Z ke N dengan
n , ( n genap) 2 f (x ) = ( n 1) , ( n ganjil) 2
Maka fungsi f adalah bijeksi dari Z ke N. Dengan demikian, maka Z N. Jadi Z adalah countable.
Definisi 2.6.3 Misalkan A adalah himpunan. Barisan di A adalah fungsi f dari N ke A. Untuk masing-masing nN, misalkan xn = f (n). Maka xn disebut suku ke-n dari barisan f.
(x n )n=1 atau
daripada menggunakan notasi f. Perlu dibedakan antara notasi barisan (xn n N) dengan notasi {xn n N} yang menyatakan range dari barisan. Sebagai contoh (1 (-1)n) menyatakan barisan f dengan
f(n) = xn = 1 (-1)n.
Di sisi lain, {1 (-1)n n N} = { 2, 0}. Sesuai definisi, himpunan A dikatakan denumerable jika terdapat fungsi bijeksi f dari N pada A. Jadi,
A = Rf = {xn n N}.
Berikut ini disajikan beberapa teorema, yang buktinya diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.
Teorema 2.6.4 Sebarang himpunan bagian dari himpunan berhingga adalah berhingga. Teorema 2.6.5 Sebarang himpunan bagian takberhingga dari himpunan denumerable adalah denumerable. Teorema 2.6.6 Jika f adalah fungsi dari N pada A, maka A adalah countable. Teorema 2.6.7 Gabungan sejumlah berhingga himpunan berhingga adalah berhingga. Teorema 2.6.8 Gabungan sejumlah takberhingga himpunan countable adalah countable. Teorema 2.6.9 Himpunan bilangan rasional Q adalah countable. Bukti: Untuk masing-masing m N, misalkan Em = { n n Z}. m
m =1
UE
adalah countable.
51
Meskipun himpunan bilangan rasional Q adalah countable, himpunan bilangan real R tidak countable. Untuk menunjukkan bahwa R uncountable, cukup ditunjukkan bahwa interval tertutup [0, 1] adalah uncountable. Perlu diketahui bahwa setiap x [0, 1] dapat dinyatakan sebagai bilangan decimal
x = 0, a1a2a3a4
dengan
an {0, 1, 2, 3, .., 9}. Teorema 2.6.10 Interval tertutup [0, 1] adalah uncountable. Bukti: Karena terdapat sejumlah takhingga bilangan rasional dalam interval [0,
1], maka [0, 1] adalah takberhingga. Dengan demikian cukup ditunjukkan bahwa [0, 1] adalah tidak denumerable. Andaikan [0, 1] adalah denumerable. Misalkan x1, x2, x3, x4, adalah enumerasi dari [0, 1]. Maka
x1 = 0, a11a12a13a14 x2 = 0, a21a22a23a24 x3 = 0, a31a32a33a34 x4 = 0, a41a42a43a44
M
sebagai enumerasi dari [0, 1]. Disimpulkan bahwa [0, 1] tidak denumerable. Dengan demikian, maka [0, 1] adalah uncountable. Karena interval tertutup [0, 1] adalah uncountable, maka R uncountable. Fakta bahwa R uncountable membawa implikasi bahwa R\Q juga uncountable. Jika
52
1. Buktikan jika S dan T denurable maka S T denurabel. 2. Buktikan jika himpunan T1 denurabel jika dan hanya jika terdapat suatu fungsi bijeksi dari T1 surjektif himpunan T2. 3. Gunakan induksi matematika untuk membuktikan jika himpunan S mempunyai n anggota maka P(S) mempunyai 2n anggota
53
3
BARISAN BILANGAN REAL
3.1. Barisan Bilangan Real
Definisi 3.1.1 Barisan bilangan real (atau barisan di R) adalah suatu fungsi dari himpunan bilangan asli N ke himpunan bilangan real R. Contoh 3.1.2 Diberikan fungsi X : N R yang didefinisikan dengan X(n) = n, n N. Maka X adalah barisan di R. Demikian juga, fungsi Y : N R yang didefinisikan dengan Y(n) =
1 , n
n N.
adalah barisan di R. Berdasarkan Definisi 3.1.1 dapat pula dinyatakan bahwa barisan di R memasangkan masing-masing bilangan asli n N dengan bilangan real tertentu dan tunggal. Bilangan real yang diperolah disebut dengan unsur barisan, nilai barisan, atau suku barisan. Bilangan real yang dipasangkan dengan n N biasanya dinotasikan dengan xn, an, atau zn. Jika X : N R adalah barisan, maka unsur ke n dari X dinotasikan dengan xn, tidak dinotasikan dengan X(n). Sedangkan barisan itu sendiri dinotasikan dengan X, (xn), atau (xn n N). Barisan X dan Y pada Contoh 3.1, masing-masing dapat dinotasikan dengan X = (n n N) dan Y = (
1 n N). n
54
Penggunaan tanda kurung ini akan membedakan antara barisan X = (xn n N) dengan himpunan {xn n N}. Sebagai contoh X = ((-1)n n N) adalah barisan yang unsur-unsurnya selang-seling antara -1 dan 1, sedangkan {(-1)n n N} adalah himpunan yang unsur-unsurnya adalah -1 dan 1, yaitu {-1, 1}. Dalam mendefinisikan barisan, kadang ditulis secara berurutan unsur-unsur dalam barisan, sampai rumus untuk barisan tersebut nampak. Perhatikan beberapa contoh barikut.
Contoh 3.1.3 Barisan X = ( 2, 4, 6, 8, 10, , 2n, ) menyatakan barisan bilangan
asli genap. Sedangkan salah satu rumus umumnya adalah X = (2n n N). Barisan 1 1 1 1 Y : ( 1, , , , .... , ,) n 2 3 4 menyatakan barisan yang salah satu rumus umumnya adalah Y:( 1 n N). n
Kadang kala, rumus umum suatu barisan dinyatakan secara rekursif, yaitu ditetapkan unsur x1 dan rumus untuk xn + 1 (n 1) setelah xn diketahui. Sebagai contoh barisan bilangan bulat genap positif dapat dinyatakan dengan rumus x1 = 2, xn + 1 = xn + 2, (n 1) atau dengan rumus x1 = 2, xn + 1 = x1 + xn, (n 1). Berikut ini akan disajikan beberapa contoh barisan
Contoh 3.1.4
a. Jika b R, maka barisan B = (b, b, b, b, , b, ) yang semua unsurnya adalah b disebut barisan konstan b. Jadi, barisan konstan 1 adalah barisan (1, 1, 1, 1, , 1, ) sedangkan barisan konstan 0 adalah barisan
55
(0, 0, 0, 0, , 0, ). b. Barisan kuadrat bilangan asli adalah barisan S = (n2 n N) = (12, 22, 32, 42, , n2, ). Barisan ini sama dengan barisan (1, 4, 9, 16, , n2, ) c. Jika a N, maka barisan A = (an n N) adalah barisan A = (a, a2, a3, a4, , an, ). Jadi jika a = 2, maka A = (2, 4, 8, 16, , 2n, ). d. Barisan Fibonacci F = (fn n N) dinyatakan secara rekursif dengan f1 = 1, f2 = 2, fn + 1 = fn 1 + fn , (n 2). Sepuluh suku pertama barisan Fibonacci adalah F = (1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, ). Sekarang akan diperkenalkan suatu cara yang penting dalam membuat barisan baru dari barisan yang telah diketahui.
Definisi 3.1.5 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real. Jumlah dari
barisan X dan Y, dinotasikan dengan X + Y, adalah barisan yang didefinisikan dengan X + Y = (xn + yn n N).
Contoh 3.1.6 Misalkan X = (n + 1 n N) dan Y = (2n n N) Maka
X + Y = (3n + 1 n N).
Definisi 3.1.7 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real. Selisih dari
barisan X dan Y, dinotasikan dengan X - Y, adalah barisan yang didefinisikan dengan X - Y = (xn - yn n N).
56
X - Y = (-n + 1 n N).
Definisi 3.1.9 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real. Perkalian
dari barisan X dan Y, dinotasikan dengan XY, adalah barisan yang didefinisikan dengan XY = (xnyn n N).
Contoh 3.1.10 Misalkan X = (n + 1 n N) dan Y = (2n n N)
dari barisan X, dinotasikan dengan cX, adalah barisan yang didefinisikan dengan cX = (cxn n N).
Contoh 3.1.12 Misalkan X = (n + 1 n N) dan c = -2. Maka
0, untuk semua n N. Pembagian dari barisan X dengan Y, dinotasikan dengan adalah barisan yang didefinisikan dengan
x X = ( n n N). Y yn
Contoh 3.1.14 Misalkan X = (n + 1 n N) dan Y = (2n n N) Maka
X , Y
X n +1 =( n N). 2n Y Jika Z = (1 + (-1)n n N) = (0, 2, 0, 2, 0, , 1 + (-1)n, ), maka X tidak terdefinisi karena ada unsur di Z yang sama dengan 0. Z
57
Latihan 3.1
1. Tentukan lima suku pertama, suku ke 10, suku ke-50 dan suku ke-100 dari barisan-barisan berikut a. (xn) = (1 + (-1)n) b. (xn) = (
1 ) n( n + 1)
c. x1 = 1, xn + 1 = 3xn + 1. (n > 1) 2. Tentukan suatu rumus untuk barisan-barisan berikut. a. X = (5, 7, 9, 11, ) b. Y = ( 1 1 1 1 , , , , ) 2 4 8 16
1 2 3 4 c. Z = ( , , , , ... ) 2 3 4 5 3. Misalkan X, Y, dan Z barisan pada soal 2. Tentukankan rumus untuk X + Y, Z Y, YZ, 2Y dan X dan tentukan pula 4 suku pertama. Y
b 4. Untuk setiap b R , Buktikan bahwa lim = 0 . n 5. Misalkan x n = 1 untuk n N , tunjukkan bahwa lim (x n ) = 0 . ln (n + 1)
6. Buktikan bahwa jika lim (x n ) = x dan jika x > 0 maka terdapat bilangan asli M sedemikian sehingga x n > 0 untuk setiap n M . 7. Misalkan b R memenuhi 0 < b < 1 , tunjukkan bahwa lim (nb n ) = 0 . 8. Jika lim (x n ) = x >0, tujukkan terdapat bilangan asli K sedemiokian sehingga jika n K , maka 1 x < x n < 2x . 2
58
3.2.
Barisan Konvergen
Definisi 3.2.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Suatu bilangan real x
dikatakan limit dari X, jika untuk masing-masing lingkungan V dari x terdapat suatu bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn adalah anggota V. Jika x adalah limit dari X, maka dikatakan X konvergen ke x (atau X mempunyai limit x). Jika suatu barisan mempunyai limit, maka barisan itu dikatakan konvergen. Jika tidak mempunyai limit, barisan itu dikatakan divergen. Jika barisan bilangan real X = (xn) mempunyai limit x
R, maka sering ditulis
x = lim X,
x = lim (xn),
atau
x = lim (xn).
n
Kadangkala digunakan simbol xn x untuk menyatakan X = (xn) konvergen ke x. Dengan demikian dapat dinyatakan
xn x V(x) K N xn V(x), n K
Teorema 3.2.2 (Ketunggalan Limit) Barisan bilangan real dapat memiliki paling
satu limit. Misalkan x dan x adalah limit dari X, dengan x x. Misalkan V lingkungan dari x dan V adalah lingkungan dari x, dengan
V V = 0 /.
Karena x limit dari X maka ada bilangan asli K sehingga jika n K maka
xn V.Karena x limit dari X maka ada bilangan asli K sehingga jika n K maka xn V. Pilih K = sup {K, K}. Maka sehingga xK V. Berarti xK V V. Hal ini kontradiksi dengan V V = 0 /. Berarti pengandaian salah. Terbukti bahwa X dapat mempunyai tidak lebih dari satu limit.
59
K K sehingga xK V dan K K
Teorema ini menyatakan bahwa jika suatu barisan bilangan real mempunyai limit, maka limit barisan tersebut adalah tunggal. Pada pendefinisian limit suatu barisan bilangan real, masih digunakan istilah lingkungan. Dengan demikian, masih dirasa sulit untuk menunjukkan bahwa suatu barisan bilangan real adalah konvergen. Berikut akan diberikan suatu teorema yang ekivalen dengan definisi limit barisan. Teorema ini akan mempermudah untuk menunjukkan bahwa suatu barisan bilangan real adalah konvergen atau divergen.
Teorema 3.2.3 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real dan x R. Pernyataan-
pernyataan berikut adalah ekivalen. a. X konvergen ke x b. Untuk setiap V lingkungan- dari x terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn adalah anggota V. c. Untuk setiap > 0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka x - < xn < x + . d. Untuk setiap > 0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn - x < .
Bukti: (a b) Diketahui X konvergen ke x. Ambil sebarang V lingkungan-
dari x. Karena V adalah lingkungan dari x, sesuai Definisi 2.1.1, maka terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn adalah anggota V. Karena V sebarang lingkungan- dari x terbukti bahwa untuk setiap V lingkungan- dari x terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn adalah anggota V.
(b c) Ambil sebarang > 0. Misalkan V adalah lingkungan- dari x. Berarti
ada bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn V. xn V berarti x - < xn < x + . Karena > 0 diambil sebarang berarti untuk setiap > 0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka x - < xn < x + .
60
(c d) Ambil sebarang > 0. Berarti ada bilangan asli K sehingga untuk semua n
K, maka xn V. Karena xn V berarti x - < xn < x + . Karena x - < xn < x + maka xn - x < . Karena > 0 diambil sebarang berarti untuk setiap > 0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn - x < .
(d a) Misalkan V sebarang lingkungan dari x. Sesuai definisi lingkungan, berarti
ada > 0 sehingga V = (x - , x + ) V. Karena > 0, berarti ada bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn - x < . Sehingga xn - x < berarti x - < xn < x + . Berarti bahwa untuk semua n K, maka x - < xn < x + . Jadi xn V. Karena V = (x - , x + ) V, berarti n K, maka xn V. Berarti untuk V lingkungan dari x terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn V. Karena V diambil sebarang berarti untuk setiap lingkungan V dari x terdapat suatu bilangan asli K sehingga untuk semua n K, maka xn adalah anggota V. Sesuai definisi berarti X konergen ke x.
61
1 Contoh 3.2.4 Tunjukkan bahwa lim ( ) = 0. Untuk menunjukkan hal ini, ambil n sebarang > 0. Maka dengan K >
1
Jadi
1 < . Berarti untuk jika n K maka n 1 1 0 = < . n n Karena > 0 diambil sebarang, berarti untuk setiap > 0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n K maka 1 1 0 = < . n n
Contoh 3.2.5 Tunjukkan bahwa barisan X = (1 + (-1)n n N) tidak konvergen ke 0.
Untuk menunjukkan bahwa X tidak konvergen ke 0, maka perlu ditemukan suatu > 0 tetapi tidak ada bilangan asli K, sehingga berlaku xn - 0 < , jika n K Pilih = 1 > 0, berapapun nilai K dipilih, maka akan ada n bilangan asli genap dengan n K. Karena n genap, maka xn = 2. Hal ini berarti bahwa xn - 0= 2 - 0= 2 > 1 = Hal ini berarti bahwa 0 bukan limit dari Z.
Latihan 3.2
1. Tunjukkan bahwa 1 a. lim 2 =0 n + 1 3 3n + 1 b. lim = 2 2n + 5
62
2. Misalkan xn 0, untuk semua n N. Buktikan bahwa jika lim (xn) = 0, maka lim ( x n ) = 0 1 1 3. Tunjukkan bahwa lim =0 n n + 1 4. Tunjukkan bahwa lim ( 1 ) = 0. 3n b n
7. Misalkan x n =
8. Buktikan bahwa jika lim (x n ) = x dan jika x > 0 maka terdapat bilangan asli M sedemikian sehingga x n > 0 untuk setiap n M . 9. Misalkan b R memenuhi 0 < b < 1 , tunjukkan bahwa lim (nb n ) = 0 . 10. Jika lim (x n ) = x >0, tujukkan terdapat sehingga jika n K , maka 1 x < x n < 2x . 2 bilangan asli K sedemiokian
11. Tunjukkan jika x n > 0 untuk setiap n N mak lim x n = 0 jika dan jika lim 1 = + xn
12. Misalkan {x n } ,
{ yn }
13. Misalkan {x n } ,
{ yn }
63
3.3.
Ekor Barisan
Misalkan X = (x1, x2, x3, , xn, ) adalah barisan bilangan real. XM = (xM + n n N) = ( xM + 1, xM + 2, xM + 3, ).
Definisi 3.3.1
Berdasarkan definisi tersebut, maka jika p N, maka suku ke-p dari XM adalah suku ke-(p + M) pada X. Jika q N dan q > M, maka suku ke-q dari X adalah suku ke-(q M) dari XM. Contoh 3.3.2 Misalkan X = (2, 4, 6, 8, , 2n, ). Maka ekor-3 dari X adalah barisan (8, 10, 12, , 2n + 6, ) Misalkan n 1 2 4 Y = ( , , , ..., , ...) . n +1 2 3 5 Maka ekor-10 dari Y adalah barisan ( n + 10 11 12 14 , , , ..., , ... ) . n + 11 12 13 15
Teorema 3.3.3 Misalkan X = (xn n N) adalah barisan bilangan real dan M N. XM = (xM + n n N) ekor-M dari X adalah konvergen jika dan hanya jika X konvergen. Bukti: (syarat cukup) Misalkan X konvergen ke x. Ambil > 0. Maka ada K N sehingga untuk semua n K berlaku
xn x < .
Pilih KM = K M. Diperoleh, jika m KM = K M maka suku ke-m pada XM adalah suku ke-(m + M) pada X. Karena m K M, maka m + M K. Diperoleh
xm + M x < .
64
Karena suku ke-(m + M) pada X adalah suku ke-m di XM , maka untuk semua m KM = K M berlaku
xm x < .
Jadi untuk setiap > 0, ada bilangan asli KM = K M, sehingga untuk semua m KM = K M berlaku
xm x < .
Jadi XM juga konvergen ke x. (Syarat Perlu) Misalkan XM konvergen ke x. Ambil > 0. Maka ada KM N sehingga untuk semua m KM berlaku
xm x < .
Pilih K = KM + M. Diperoleh, jika n K = KM + M maka suku ke-n pada X adalah suku ke-(n - M) pada XM. Karena n KM + M, maka n - M KM. Diperoleh
xn - M x < .
Karena suku ke-(n - M) pada XM adalah suku ke-n di X , maka untuk semua n K = KM + M berlaku
xn x < .
Jadi untuk setiap > 0, ada bilangan asli K = KM + M, sehingga untuk semua n K berlaku
xn x < .
Jadi X juga konvergen ke x. Berdasarkan pembuktian tersebut nampak bahwa lim XM = lim X. Teorema 3.3.4 Misalkan A = (an) dan X = (xn) adalah barisan bilangan real dan x R. Jika untuk suatu C R, C > 0, berlaku
dan lim (an) = 0, maka lim (xn) = x. Bukti: Ambil > 0. Karena C > 0, maka
xn x Can< C
= .
Jadi untuk setiap > 0, ada bilangan asli K, sehingga untuk semua n K berlaku
xm x < .
Jadi lim X = x. Contoh 3.3.5 Jika a > 0 maka lim ( 1 ) = 0. 1 + na Untuk membuktikan akan
digunakan teorema di atas. Karena a > 0, maka 0 < na < 1 + na untuk semua n N. Jadi diperoleh 0< Dengan demikian didapat 1 11 0 < , untuk semua n N. 1 + na a n Karena 1 1 < . 1 + na na
1 lim = 0, n
maka dengan mengambil C= disimpulkan bahwa
66
1 >0 a
lim
1 = 0. 1 + na
Contoh 3.3.6 Jika 0 < b < 1, maka lim (bn) = 0. Karena 0 < b < 1, maka b dapat ditulis b = 1 1 1 , dengan a = 1 . Karena b < 1, maka > 1 .Jadi a > 0. 1+ a b b
1 ( 1 + na) n 1 , untuk semua n N. 1 + na 1 < na
Latihan 3.3.
1 1. Misalan X = ( n N). Tentukan suku ke-5, ke-10, dan ke-100 pada ekor-25 n dari X! 2. Tunjukkan bahwa lim ( 1 ) = 0. 2n
3. Misalkan setiap sub barisan pada X = {x n } mempunyai subbarisan yang konvergen ke 0 tunjukkan lim X = 0. 4. Misalkan {x n } terbatas dan untuk setiap n N , jika s n = sup{x k : k n} dan
S = inf {s n } . Tunjukkan terdapat sub barisan {x n } konvergen ke S.
{x n } konvergen.
67
3.4.
Teorema Limit
Definisi 3.4.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X dikatakan terbatas jika
terdapat bilangan real M > 0 sedemikian hingga xn M, untuk semua n N. Berdasarkan definisi, maka barisan X = (xn) terbatas jika dan hanya jika himpunan {xn n N} terbatas
Contoh 3.4.2 Misalkan X = ((-1)n n N) = ( -1, 1, -1, 1, ). Maka X terbatas
sebab ada bilangan real 2 sehingga (-1)n 2, untuk semua n N. n 1 2 4 , ...) . Y terbatas karena adalah bilangan real 1 sehingga Misalkan Y = ( , , , ..., n +1 2 3 5 n 2, untuk semua n N. n +1
Teorema 3.4.3 Barisan bilangan real yang konvergen adalah terbatas. Bukti: Misalkan X = (xn n N) adalah barisan bilangan real dan lim xn = x. Pilih
= 1. Maka ada K N sehingga untuk semua n K berlaku xn x < 1. Dengan ketaksamaan segitiga diperoleh xn x + 1, untuk semua n K. Pilih M = sup{x1 , x2 , x3 , , xK- 1 , x + 1} Maka diperoleh bahwa xn M, untuk semua n N. Terbukti, jika X konvergen maka X terbatas.
Teorema 3.4.4 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real yang masing
c. XY konvergen ke xy d. cX konvergen ke cx e. Jika Z = (zn) barisan bilangan real tak nol yang konvergen ke z 0, maka barisan X x konvergen ke . Z z
Bukti:
a. Ambil > 0 sebarang. Maka ada K1, K2 N sehingga untuk semua n K1 berlaku xn x < dan untuk semua n K2 berlaku yn y <
Karena > 0 diambil sebarang, maka disimpulkan bahwa X + Y konvergen ke x + y. b. Ambil > 0 sebarang. Maka ada K1, K2 N sehingga untuk semua n K1 berlaku xn x < dan untuk semua n K2 berlaku yn y <
69
( x n y n ) ( x y ) x n x + y-y n = x n x + yn y < + = 2 2
x n ( y n y ) + y( x n x ) = x n yn y + y x n x , untuk semua bilangan asli n. Karena X konvergen maka X terbatas. Jadi ada bilangan real M1 > 0 sehingga x n M1, untuk semua n N. Pilih M = sup {M1, y}. Diperoleh
x n y n xy M y n y + M x n x
Ambil > 0 sebarang. Maka ada K1, K2 N sehingga untuk semua n K1 berlaku xn x < dan untuk semua n K2 berlaku yn y<
2M
2M
<M
2M
+M
2M
d. Misal Y = (c n N) = ( c, c, c, , c, ). Maka Y merupakan barisan konstan c yang konvergen ke y = c. Sesuai c, maka barisan YX konvergen ke yx. Jadi barisan cX konvergen ke cx. e. Akan ditunjukkan bahwa barisan 1 1 1 konvergen ke . Misalkan a = z , maka Z z 2
a > 0. Karena lim (zn) = z, maka ada bilangan asli K1 sehingga untuk semua n K1 berlaku zn z < a Sesuai ketaksamaan segitiga diperoleh -a < -zn z zn-z , untuk semua n K1. Sehingga diperoleh 1 z = z - a zn, untuk semua n K1. 2 Jadi
1 2 < , untuk semua n K1. zn z
Dengan demikian
1 1 z zn = zn z z nz = < 1 z zn . z nz 2 2 zn z z
Ambil > 0 sebarang. Maka ada K2 N sehingga untuk semua n K2 berlaku zn z < 1 2 z . 2
71
1 1 konvergen ke . Z z
X x 1 1 = X konvergen ke x = . Z z Z z
Teorema 3.4.5 Jika X = (xn) barisan bilangan real yang konvergen ke x dan xn 0, untuk
ke x, maka ada bilangan asli K sehingga untuk semua n K berlaku x - < xn < x + . Dengan demikian diperoleh xK < x + = x + (-x) = 0. Kontradiksi dengan yang diketahui bahwa xn 0, untuk semua n N. Terbukti x = lim (xn) 0.
Teorema 3.4.6 Misalkan X = (xn) dan Y = (yn) adalah barisan bilangan real yang
konvergen dengan xn yn, untuk semua n N. Maka lim (xn) lim (yn)
Bukti: Misalkan zn = yn xn, untuk semua n N. Maka barisan Z = (zn) = Y X
dan zn 0, untuk semua n N. Diperoleh lim (yn) lim (xn) = lim (zn) 0. Terbukti bahwa lim (xn) lim (yn).
Teorema 3.4.7 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real yang konvergen dengan a
diperoleh lim X lim Y = b. Jadi, lim (xn) b. Misalkan Z adalah barisan konstan a, yaitu (a, a, a, , a, ). Maka diperoleh a = lim Z lim X. Jadi, a lim (xn). Dapat disimpulkan bahwa a lim (xn) b.
Teorema 3.4.8 ( Teorema Apit ) Misalkan X = (xn), Y = (yn) dan Z = (zn) adalah
barisan bilangan real sehingga xn yn zn, untuk semua n N dan lim (xn) = lim (zn). Maka Y = (yn) adalah konvergen dan lim (xn) = lim (yn) = lim (zn)
Bukti: Misalkan w = lim (xn) = lim (zn). Ambil > 0 sebarang. Karena X dan Z
konvergen ke w, maka ada bilangan asli K sehingga untuk semua n K berlaku xn - w< dan zn - w< . Karena xn yn zn, untuk semua n N, maka xn w yn w zn w, untuk semua n N. Maka yn - w sup {xn - w, zn - w} < , untuk semua n K. Karena > 0 diambil sebarang berarti lim (yn) = w. Jadi Y = (yn) adalah konvergen dan lim (xn) = lim (yn) = lim (zn).
Teorema 3.4.9 Misalkan barisan X = (xn) konvergen ke x. Maka barisan (xn)
konvergen ke x.
Bukti: Ambil > 0 sebarang. Karena X konvergen ke x, maka ada bilangan asli K
xn - x< . Maka xn- x xn - x < , untuk semua n K. Karena > 0 diambil sebarang berarti lim (xn) = x. Terbukti barisan (xn) konvergen ke x.
Teorema 3.4.10 Misalkan X = (xn) barisan bilangan real yang konvergen ke x dan xn 0,
> 0 sebarang. Karena X konvergen ke 0, maka ada bilangan asli K sehingga untuk semua n K berlaku xn - 0= xn < 2. Sehingga diperoleh x n - 0= untuk semua n K. Karena > 0 diambil sebarang berarti lim ( x n ) = 0. Jika x > 0. Maka x > 0. Diperoleh bahwa xn Karena xn + maka xn x
74
xn < ,
x =
( x n x )( x n + x xn x . = xn + x xn + x
x > 0,
1 xn x x
Ambil > 0 sebarang, karena X konvergen ke x, maka ada bilangan asli K sehingga untuk semua n K berlaku xn - x< x . Diperoleh xn x
1 x n x < , untuk n K. x
x.
Berdasarkan dua kasus tersebut, disimpulkan bahwa barisan ( x n ) adalah konvergen dan lim ( x n ) = x .
x n +1 Teorema 3.4.11 Misalkan X=(xn) barisan bilangan real dan lim =L ada. Jika x n
Dengan demikian diperoleh bahwa x n +1 <L+ xn = L + (r L) = r. Selanjutnya didapat 0 < xn + 1 < xnr < xn 1r2 < < xKrn K +1. Pilih C = xK , maka 0 < xn+1 < Crn+1 untuk semua n K. rK
Karena 0 < r < 1, maka lim (rn) = 0. Dapat disimpulkan bahwa lim (xn) = 0.
75
Definisi 3.4.12 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real, dan (nk) adalah barisan
bilangan asli sehingga nk < nk + 1, untuk setiap k N. Barisan (x nk ) disebut subbarisan dari (xn). Berdasarkan definisi subbarisan, maka ekor barisan adalah subbarisan, tetapi tidak semua subbarisan adalah ekor barisan. Jika suatu barisan bilangan real konvergen maka semua subbarisannya konvergen ke limit yang sama.
Teorema 3.4.13 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real yang konvergen ke x R.
1. Misalkan X dan Y barisan bilangan real sehingga X dan X + Y konvergen. Buktikan Y konvergen 2. Misalkan X dan Y barisan bilangan real sehingga X konvergen ke x 0 dan XY konvergen. Buktikan Y konvergen. 3. Tunjukkan bahwa jika X dan Y barisan sedemikian sehingga X konvergen di x 0 dan XY konvergen maka Y konvergen. 4. Tunjukkan bahwa barisan 2n +1 tidak konvergen. 5. Tunjukkan bahwa barisan ( 1)n +1 n 3 tidak konvergen. a n +1 + b n +1 6. Jika 0 < a < b , Hitunglah lim a n + bn 7. Jika a > 0, b > 0 tunjukkan bahwa lim
1
(n + a )(n + b ) n ) = a + b .
2
76
3.5.
Barisan Monoton
Definisi 3.5.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut monoton naik (monoton tidak turun) jika
xn xn + 1, untuk semua n N. X=(xn) disebut monoton turun (monoton tidak naik) jika xn xn + 1, untuk semua n N. X = (xn) disebut monoton jika monoton naik atau monoton turun.
Contoh 3.5.2 Barisan X = (xn) = (2, 4, 6, , 2n, ) adalah monoton naik. Barisan
Y = (yn) = (-1, -2, -3, , -n, ) adalah monoton turun. Barisan Z = (zn) = (-1, 1, -1, , (-1)n, ) adalah tidak monoton naik dan tidak monoton turun.
Teorema 3.5.3 Jika X = (xn) barisan bilangan real yang monoton naik dan terbatas di atas,
E = { xn n N}. Maka E 0 / dan terbatas di atas. Misalkan x = sup E. Ambil > 0 sebarang. Karena x - bukan batas atas, maka ada K N sehingga x - < xK < x. Karena (xn) monoton naik, maka x - < xn < x, untuk semua n K. Jadi, jika n K, diperoleh - < xn x < . Terbukti bahwa (xn) konvergen ke x. Suatu hal penting yang perlu dicatat dari Teorema 3.5.2 adalah bahwa barisan monoton naik dan terbatas di atas, konvergen ke supremum himpunan sukusukunya.
77
Teorema 3.5.4 Jika X = (xn) barisan bilangan real yang monoton turun dan terbatas di
1 (2xn + 3), n 1. 4
Jadi, untuk n =1, terbukti bahwa x1 x2. Asumsikan bahwa untuk n = k, berlaku xk xk + 1, dan akan dibuktikan bahwa xk + 1 xk + 2. Karena xk xk + 1 maka diperoleh 2xk 2xk + 1 2xk + 3 2xk + 1 + 3 1 1 (2xk + 3) (2xk + 1 + 3) 4 4 xk + 1 xk + 2. Sesuai prinsip induksi matematika, terbukti bahwa xn xn + 1. Untuk semua n N. Jadi, X = (xn) adalah monoton naik. Kedua akan ditunjukkan bahwa X = (xn) adalah terbatas di atas. Sebelumnya telah diketahui bahwa x1 x2 < 2. Akan ditunjukkan bahwa xn < 2, untuk semua n N. Untuk n = 1, 2 telah terbukti benar. Asumsikan benar untuk n = k, bahwa xk < 2. Akan ditunjukkan bahwa xk + 1< 2. Karena xk < 2, maka diperoleh 2xk < 4
78
2xk + 3 < 7 1 7 (2xk + 3) < < 2 4 4 xk + 1< 2. Sesuai prinsip induksi matematika, maka xn < 2, untuk semua n N. Karena (xn) monoton naik dan terbatas di atas, maka (xn) konvergen. Misalkan (xn) konvergen ke x. Karena (xn + 1) adalah subbarisan dari (xn), maka (xn + 1) juga konvergen ke x. Jadi, 1 lim (xn + 1) = lim [ (2xn + 3)] 4 lim (xn + 1) = 1 (2 lim xn + 3) 4
Latihan 3.5.
1 1. Misalkan x 1 = 8 dan x n +1 = x n + 2 , untuk n N , buktikan bahwa {x n } 2 terbatas dan monoton serta temukan limitnya 2. Misalkan x 1 = a > 0 dan x n +1 = x n + 1 , untuk n N buktikan bahwa xn
3.6.
Barisan Cauchy
Definisi 3.6.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut barisan Cauchy jika untuk setiap > 0 terdapat K N sehingga
xm xn < untuk semua m, n K.
79
Teorema 3.6.2 Jika X = (xn) adalah barisan bilangan real dan konvergen, maka X = (xn)
adalah barisan Cauchy.
Teorema 3.6.3 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Jika X = (xn) adalah
barisan Cauchy, maka X = (xn) adalah terbatas.
Teorema 3.6.4 Barisan bilangan real adalah konvergen jika dan hanya jika merupakan Bukti: Diserahkan sebagai latihan. Definisi 3.6.5 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut
kontraktif jika terdapat C R, 0 < C < 1, sehingga
Teorema 3.6.6 Setiap barisan kontraktif adalah barisan Cauchy. Bukti: Diserahkan sebagai latihan.
80
3.7.
Barisan Divergen
Definisi 3.7.1 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut
divergen ke , ditulis lim (xn)=, jika untuk setiap MR, M > 0, ada K N sehingga
xn > M, n K.
Contoh 3.7.2
1. Misalkan (xn) = (n). Akan ditunjukkan bahwa lim (xn) = . Ambil sebarang M R dan M > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka ada K N sehingga K > M. Jika n K, maka akan diperoleh xn > M. 2. Misalkan (xn) = (3n + 2). Akan ditunjukkan bahwa lim (xn) = . Ambil sebarang M R dan M > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka ada K N sehingga K > Jika n K, maka akan diperoleh xn > M. M 2 . 3
Definisi 3.7.3 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. X = (xn) disebut divergen ke-, ditulis lim(xn)=-, jika untuk setiap MR, M> 0, ada K N sehingga
xn < -M, n K.
Contoh 3.7.4
1. Misalkan (xn) = (-n). Akan ditunjukkan bahwa lim (xn) = -. Ambil sebarang M R dan M > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka ada K N sehingga K > M. Jika n K, maka akan diperoleh xn < -M. 2. Misalkan (xn) = (-5n + 3). Akan ditunjukkan bahwa lim (xn) = -. Ambil sebarang M R dan M > 0. Sesuai sifat Archimedes, maka akan ada K N sehingga K> Jika n K, maka akan diperoleh xn < -M. M 3 . 5
X = (xn)
Bukti: Ambil sebarang M R dan M > 0. Karena (xn) tidak terbatas di atas, maka
M bukan batas atas (xn). Jadi, ada K N sehingga M < xK. Karena (xn) monoton naik, diperoleh M < xK xK + 1 xK + 2 xK + 3 Jadi, jika n K, diperoleh bahwa xn > M , sehingga lim (xn) = .
Teorema 3.7.6 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Jika X = (xn) monoton
turun dan tidak terbatas di bawah, maka lim (xn) = -.
Bukti: Diserahkan sebagai latihan. Definisi 3.7.7 Misalkan X = (xn) adalah barisan bilangan real. Jika X = (xn) tidak
konvergen, tidak divergen ke , atau tidak divergen ke -, maka X = (xn) disebut barisan
osilasi.
Latihan 3.7.
1. Jika x n = n , tunjukkan bahwa {x n } memenuhi lim x n + 1 x n = 0 , akan tetapi bukan barisan Cauchy. 2. Misalkan p N . Berkan contoh barisan {x n } untuk setiap n N dan bukan barisan Cauchy tetapi memenuhi lim x n + p x n = 0 .
3. Jika x 1 < x 2 dengan x 1 , x 2 N dan x n = 1 (x n 2 + x n 1 ) untuk n > 2, 2
tunjukkan {x n } konvergen. Apakah mempunyai limit. 4. Jika x 1 > 0 dan x n +1 = (2 + x n )1 untuk n 1, tunjukkan limitnya.
82
4
KONSEP TOPOLOGI R
Fungsi adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap objek x dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal (domain) denagan nilai nilai unik f(x) dan himpunan kedua dan himpunan yang diperoleh disebut daerah hasil (kodomain) atau suatu himpunan A R dan kodomain R. Sebelum dibahas limit fungsi dan struktur kekontinuan fungsi, lebih dahulu akan dibicarakan tentang struktur topologi yang biasa dipakai pada sistem bilangan nyata R.
4.1.
PERSEKITARAN
V r( p ) = ( p r , p + r ) = {x R : p r < x < p + r }
disebut persekitaran (neighborhood) titik p. Dalam hal ini r disebut jari-jari (radius) persekitaran tersebut.
Contoh 4.1.2. Pada topologi pada garis bilangan riil R. Apakah interval-interval dibawah ini
(- 1 , 1 ) (- 1 , 1 ] dan
2 2 2 2
2. ( - 1 , 0 ] adalah bukan merupakan persekitaran dari titik 0 karena tidak ada interval
terbuka yang memuat titik 0 sedemikian sehingga interval terbuka tersebut termuat dalam kedua interval tersebut.
83
Teorema 4.1.3. Setiap selang terbuka (u,v) yang memuat p memuat suatu persekitaran titik
p dan sebaliknya setiap persekitaran titik p memuat suatu selang terbuka (u,v) yang memuat p.
Bukti: Diberikan selang (u,v) dan p (u,v). Diambil bilangan
r=
mudah difahami bahwa r > 0 dan
1 min { p u , v p}. 2
Vr ( p ) = ( p - r , p + r ) ( u , v ) .
Sebaliknya, diambil sebarang q > 0 maka Vq ( p ) = ( p q , p + q ) adalah persekitaran titik p. Diambil selang (u,v) dengan
pq <u < p <v < p+q
maka berlaku p ( u , v ) Vq ( p ) .
Latihan 4.1.
1. Apakah interval-interval pada garis bilangan riil R dibawah ini merupakan,
1 1 persekitaran dari 0 (- , ] . n n
2. Buktikan (0, ) , ( ,0 ) merupakan persekitaran pada garis bilangan riil R.
4.2.
TITIK LIMIT
Definisi 4.2.1. Jika disebut titik-limit (limit point) himpunan A R jika untuk setiap
Dengan demikian jika p titik-limit himpunan A maka setiap bilangan r > 0 , himpunan Vr ( p ) A memuat paling sedikit satu anggota himpunan A yang tidak sama dengan p. Himpunan dari semua titik limit dari A dinamakan derived set, yang diberi notasi Ad.
84
Teorema 4.2.2. Setiap himpunan tak hingga A R yang terbatas paling sedikit
mempunyai satu titik limit. Teorema tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan Teorema Selang Susut.
Contoh 4.2.3. Diberikan topologi pada garis bilangan riil R dan himpunan
A ={p| 0 p 1} {2}. Tentukan Ad ! i) Untuk titik p = 0 dan untuk setiap r >0 Vr(p) = {p | - < p < <, > 0}. Maka
Vr ( p ) A { p} 0 /.
sehingga 0 merupakan titik limit dari A. ii) Untuk titik p = 1 Vr(p) = {p | 1 - < p < + 1, > 0}. Maka
Vr ( p ) A { p} 0 /.
Sehingga 1 merupakan titik limit dari A. iii) Untuk titik p = a, dimana 0 < a < 1 Vr(p) = {p | a - < p < a + , >0}. Maka
Vr ( p ) A { p} 0 /.
Sehingga x = a, dimana 0 < a < 1 merupakan titik limit dari A. iv) Untuk p = 2. Vr(p) = {p | 2 - < p < + 2, >0}. Ambil 1 3 5 maka Vr(p) ={p | <p< } 2 2 2
=
Maka
Karena terdapat Vr(p) sedemikian sehingga Vr(p) A {p} = maka p = 2 bukan merupakan titik limit dari A. Dari i, ii, iii dan iv dapat diperoleh bahwa Ad = {p | 0 p 1}. Dari contoh ini terlihat bahwa titik limit dari himpunan A dapat berada di dalam A tetapi juga dapat terletak di luar A.
Teorema 4.2.4. Jika A dan B adalah himpunan bagian-himpunan bagian yang sebarang
pada ruang topologi R maka berlaku 1. A B maka Ad Bd 2. (A B)d = Ad Bd 3. A tertutup jika dan hanya jika Ad A 4. Jika B tertutup dan A B maka Ad B 5. A Ad adalah himpunan tertutup 6. d = dan Xd = X 7. (A B)d Ad Bd
Bukti: Untuk membuktikan 1. bahwa Ad Bd , cukup dibuktikan bahwa
p Ad p Bd Menurut definisi 4.2.1, mengatakan bahwa p Ad sehingga untuk setiap r>0 maka Vr(p) A {p} Karena A B maka [Vr(p) A {p}] [Vr(p) B {p}]. Sehingga jika Vr(p) A {p} maka Vr(p) B {p} yang berarti bahwa p Ad maka p Bd. Jadi terbukti bahwa jika A B maka Ad Bd. Sedang 2. Dari Teorema 4.2.4.1, didapatkan bahwa A A B Ad (A B)d B A B Bd (A B)d Dari sini didapatkan bahwa Ad Bd (A B)d .
86
Sekarang akan ditunjukkan bahwa (A B)d Ad Bd Diasumsikan bahwa p (Ad Bd), karena p (Ad Bd), berarti bahwa p (Ad Bd)c = (Ad)c (Bd)c Dari sini berarti p (Ad)c dan x (Bd)c. Karena x Ad sedemikian sehingga p G dan G A {p} Karena p Bd sedemikian sehingga p H dan H B {p} sehingga, p G H dan (G H) (A B) = (G H A) (G H B) (G A) (H B)
{p} {p}
{p} Dengan dernikian p (A B)d, sehingga p (Ad Bd) maka p (A B)d dan kontraposisinya p bahwa (A B)d Ad Bd terbukti bahwa (A B)d = Ad Bd. sedagkan untuk membuktikan teoema 4.2.4.3 () Misalnya A adalah tertutup dan ambil p A, yang berarti bahwa p adalah suatu himpunan terbuka sedemikian sehingga p Ac dan Ac A = yang berarti bahwa p
(A
B) maka p
(Ad
Ac,
Ac
Ad
sehingga
Ad
maka p
disimpulkan bahwa Ad A. Jadi, A tertutup berlaku Ad A . selanjutnya () Akan ditunjukkan sebagai latihan. Untuk Teorema 4.2.4.4. Menurut Teorema 4.2.4.1, yang menyatakan bahwa A B maka Ad Bd, karena B adalah tertutup maka menurut teorema 4.2.4.3. disimpulkan bahwa Bd B
87
Dengan demikian Ad Bd B, yang berarti bahwa Ad teorema 4.2.4.1, maka berlaku A B A sehingga (A B)d Ad A B B sehingga (A B)d Bd
B. 8. Berdasarkan
Dari sini diperoleh bahwa. (A B)d Ad Bd . Untuk bukti yang lain silahkan buat latihan.
Contoh 4.2.5 Diberikan A = (1,2] {5,6}. Mudah difahami bahwa setiap p [1,2]
Terlihat 1 titik limit himpunan A meskipun 1 A . 5 dan 6 masing-masing bukan titik limit himpunan A meskipun 5,6 A , sebab ada r , r = 1 misalnya, sehingga 4
Latihan 4.2.
1. Misalkan A = (0,) {5}. Tentukan titik limit himpunan A. 2. Andaikan topologi pada garis bilangan riil R dan himpunan
4.3.
Definisi 4.3.1. Jika p R disebut titik-dalam (interior point) himpunan A R jika ada
Definisi 4.3.2. Himpunan A dikatakan terbuka (open) jika setiap anggotanya merupakan
88
Contoh 4.3.3. Himpunan B = (2,3) (4, ) merupakan himpunan terbuka, sebab jika
p ( 2,3 ) sehingga
himpunan
1. Jika A R merupakan himpunan terbuka jika dan hanya jika ia merupakan gabungan selang-selang terbuka. 2. Jika A terbuka maka A merupakan gabungan selang-selang terbuka yang saling asing.
Bukti : (1) (Syarat perlu) Jika A terbuka maka setiap p A merupakan titik-
A = U p A Vr ( p ) .
(Syarat cukup) Diketahui A = U j I j , dengan himpunan indeks, dan
89
sehingga, p merupakan titik dalam himpunan (selang) terbuka I i A . Jadi, p merupakan titik dalam himpunan A. (2) Andaikan terdapat i , j sehingga
Ii Ik
atau
Ik Ii
a i < a j < bi < b j atau a j < a i < b j < bi .dalam keadaan (a) berturut-turut I i
I k dapat dihapus. Dalam keadaan (b) I i
( a i , b j ) dan ( a j , bi ) .
Teorema 4.3.7. Jika koleksi semua himpunan terbuka di dalam R, maka
(i) 0 /,R (ii) Jika A , B maka A B (iii) Jika Aa untuk setiap a , himpunan indeks , maka A = U a Aa
Bukti: (i) Jelas bahwa
0 . Untuk setiap p R selalu berlaku Vr ( p ) R
untuk setiap bilangan r1 > 0 yang bernilai R . (ii) Ambil sebarang A , B . Jika A B = 0 bukti selesai. Menurut (i) Jika A B 0 diambil p A B sebarang. Karena
p A dan
r1 > 0
sehingga
Vr1 ( p ) A . Juga, karena p B dan B maka ada bilangan r2 > 0 sehingga Vr2 ( p ) B .
Dengan mengambil bilangan
r = min{r1 , r2 }
diperoleh
Teorema 4.3.9. Diberikan A dan B adalah dua himpunan sebarang dalam ruang topologi R Maka berlaku:
1. int (A) adalah himpunan terbuka terbesar yang termuat dalam A. Jadi int (A) A. 2. A terbuka jika dan hanya jika A = int (A). a) int ( ) = b) int (X) = X 3. A B maka int (A) int (B) 4. int (int (A)) = int (A) 5. int (A B) = int (A) int (B). 6. int (A B) int (A) int (B).
Bukti:
1. trivial 2. ( )Jika A terbuka maka A int (A). Sesuai dengan teorema 4.3.9.1, yaitu int (A) A. Dengan demikian berarti bahwa jika A adalah terbuka maka A int (A) A. Dari sini berarti bahwa A = int (A). ( ) Karena int (A) adalah terbuka dan A = int (A) maka A adalah terbuka. Menurut teorema 4.3.9.2. i) terbuka jika dan hanya jika int ( )= ii) X terbuka jika dan hanya jika int (X) = X 3. Sebagai latihan 4. Menurut teorema 4.3.9.2. dan karena int (A) adalah terbuka maka int (int (A)) = int (A). 5. Karena A A B dan B A B. Menurut teorema 4.3.9.4. maka int (A) int (A B) dan int (B) int (A B). Dari sini diperoleh int (A) int (B) int (A B) Selanjutnya karena int (A) A dan int (B) B maka
91
int (A) int (B) A B. Ini berarti bahwa (int (A) int (B)) adalah himpunan terbuka yang termuat dalam A B. Menurut teorema 4.3.9.1, maka int (A) int (B) int (A B) sehingga disimpulkan bahwa int (A B) = int (A) int (B). 6. Karena A B A maka int (A B) int (A). Karena A B B maka int (A B) int (B). Dari sini berarti bahwa: int (A B) int (A) int (B).
Teorema 4.3.10. Jika A R maka int(A) = Ao merupakan himpunan terbuka terbesar yany termuat di dalam A. Bukti:
Jika p int( A ) jika dan hanya jika terdapat bilangan > 0 sehingga
int( A ) = U p AV ( p ) A terbuka. Diambil sebarang himpunan terbuka U A . u U jika dan hanya jika ada bilangan r > 0 sehingga
Vr ( u ) U .
Hal ini berakibat u titik-dalam himpunan A yaitu u int( A ) . Terbukti sebarang himpunan terbuka U A berakibat U int( A ) atau terbukti bahwa int(A) merupakan himpunan terbuka terbesar yang termuat didalam A.
Teorema 4.3.11. Jika A R maka cl(A) merupakan himpunan tertutup terkecil yang memuat A. Bukti: Tulis k koleksi semua himpunan tertutup yang memuat A. Jadi
cl ( A ) = I F k F .
Mudah difahani bahwa A F untuk setiap F k . Diperlihatkan cl ( A ) tertutup.. Diambil sebarang himpunan tertutup T yang memuat A. menurut pembentukan k,
92
maka T k . Oleh karena itu cl ( A ) T dan demikian terbukti bahwa c1(A) merupakan himpunan tertutup terkecil yang memuat A. Akibat Teorema diatas adalah suatu himpunan yang tak memuat titik-titik batasnya merupakan himpunan terbuka. Jelasnya sebagai berikut.
Akibat 4.3.12. Dua pernyataan dibawah ini benar :
1. Misalkan
AR
A r( A) = 0
Vr ( p ) A 0 / dan N r ( p ) A c 0 / . Dengan kata lain tak ada bilangan r > 0 sehingga Vr ( p ) A atau p bukan titik dalam karena terbuka. Jadi, dapat disimpulkan p A , i .e ., A r ( A ) = 0 /.
(Syarat cukup)
Diketahui
A r( A) = 0 .
Hal
ini
berarti
jika
ada
p r ( A ) berakibat p A dan p bukan titik-limit himpunan A. Sebaliknya, jika q A maka q r ( A ) dan q bukan titik terasing, i.e., ada r > 0 sehingga
Vr ( q ) I A 0 / dan N r ( q ) I A c = 0 / yang ekuivalen dengan Vr ( q ) A atau q titik dalam. Sebagai akibat langsung Teorema 4.3.11 adalah teorema di bawah ini.
Teorema 4.3.13. Misalkan A R tertutup jika dan hanya jika cl ( A ) = A Bukti: Jika A tertutup, maka himpunan tertutup terkecil yang memuat A adalah A
Teorema 4.3.14. Misalkan A R tertutup jika dan hanya jika memuat semua titik
limitnya.
Bukti: (Syarat Perlu) Titik a merupakan titik limit himpunan A jika dan hanya jika
Andaikan a A , tentu a merupakan titik-dalam himpunan terbuka A c , dengan kata lain ada bilangan r0 > 0 Vr0 ( a ) A = 0 / , sehingga kontradiksi.
(Syarat Cukup) Ambil sebarang x A c . Tentu x bukan titik limit himpunan A ;
jadi ada bilangan > 0 sehingga Vr ( a ) A = 0 / atau Vr0 ( a ) A c yang berarti x titik-dalam himpunan A c . Karena pengambilan x sebarang diperoleh A c terbuka yang ekuivalen dengan A tertutup.
Latihan 4.3.
1. Buktikan A B maka int (A) int (B). 2. Buktikan A = A Ad. 3. Buktikan dan berikan contoh d = dan Xd = X.
4.4.
Dengan demikian jika p R titik-batas himpunan A R jika setiap persekitaran titik p selalu memuat paling sedikit satu anggota A dan satu anggota Ac. Jika p titik94
batas himpunan A tak perlu p menjadi anggota A. Tetapi sebaliknya, jika p titikbatas himpunan A dan ada bilangan r > 0 sehingga Vr ( p ) A = { p} maka p disebut titik terasing (isolated point) himpunan A. Jadi setiap titik terasing merupakan titik batas, sebaliknya tidak berlaku. Dapat kita tahu bahwa, titik batas yang bukan titik-terasing merupakan titik limit. Sehingga p titik-batas himpunan A jika dan hanya jika p titik-batas himpunan Ac. Jika p R merupakan titik-luar himpunan A jika dan hanya jika p merupakan titik-dalam himpunan Ac.
Contoh 4.1.16 Jika A = [1, 2 ] {3,4} . 1, 2, 3 dan 4 masing-masing merupakan
memuat paling sedikit satu angka A dan satu Ac. 3 dan 4 masing-masing merupakan titik terasing himpunan A, sebab dengan mengambil r = 1 diperoleh 2
V1 2 ( 3 ) A = {3} dan V1 2 ( 4 ) A = {4} . 1 dan 2 masing-masing titik-batas yang bukan titik-terasing, oleh karena itu 1 dan 2 masing-masing titik-limit.
Latihan 4.4.
1. Buktikan ext (A) = int (Ac). dan berikan contohnya? 2. Buktikan A = int (A) b (A). 3. Buktikan i. ii.
4.5.
HIMPUNAN KEKOMPAKAN
Koleksi himpunan bagian a di dalam R disebut Liput (cover) himpunan A R jika A U U . Setiap a sehingga masih meliput A disebut liput-bagian
ua
(subcover) himpunan A. jika setiap anggota a itu merupakan himpunan terbuka maka a disebut liput terbuka (open cover) himpunan A.
95
Contoh 4.5.1. Diberikan A = (1, 2 ] {3,5} dan diambil suatu bilangan r > 0 . Koleksi
semua persekitaran Vr ( p ) dengan p A merupakan liput terbuka himpunan A, sebab setiap N r ( p ) merupakan himpunan terbuka dan U p A Vr ( p ) A .
Contoh 4.5.2. = {( a , ) : a R} merupakan liput terbuka himpunan R sebab
R U aR ( a , ) dan setiap ( a , ) merupakan himpunan terbuka. Jika diambil
terbuka himpunan K, K U Ga ,dapat dipilih liput bagian yang banyaknya anggota hingga,
a
Contoh 4.5.5. Misalkan [ 0, ) R tak kompak, sebab interval itu mempunyai liput
terbuka yang tak mempunyai liput bagian yang banyak anggotanya hingga: buktinya sebagai berikut. Dibentuk liput terbuka dengan anggota-anggotanya berbentuk Gn = ( 1, n ) . Sungguh ini merupakan liput terbuka himpunan [ 0, ) sebab Gn merupakan himpunan terbuka untuk setiap n dan
U n = 1 Gn [ 0, ) .
Andaikan ada liput bagian {Gn1 , Gn 2 ,..., Gn p } Jadi, ( 0, ) Gn1 Gn2 ...Gn p
96
diambil bilangan asli M=maks {n1 , n 2 ,..., n n p } diperoleh Gn 1 Gn 2 ... Gn p = Gm = ( 1, m ) ( 0, ) , suatu kontradiksi. Dengan kata lain ada liput terbuka yang mempunyai liput bagian yang banyak anggotanya hingga atau [ 0, ) tak kompak.
Teorema 4.5.6. Jika K R kompak, maka K tertutup dan terbatas. Bukti: Dibuktikan dahulu K terbatas. Untuk setiap bilangan n N dibentuk
himpunan terbuka Hn = (-n,n). Jelas bahwa = {H n : n N } merupakan liput terbuka K sebab Hn terbuka untuk setiap n dan K U n =1 H n . Karena K kompak tentu ada a yang banyak anggotanya hingga, tulis a = {H n 1 , H n 2 ,..., H np } sehingga K H n 1 H n 2 ... H n p Namakan
Bukti: (Syarat Perlu) terbukti berdasarkan teorema 4.5.6. (Syarat cukup) Andaikan tedapat liput terbuka himpunan tertutup dan terbatas
K yang tak mempunyai liput bagian yang banyak anggotanya hingga. Karena K terbatas tentu ada bilangan nyata r > 0 sehingga
K [ r , r ] = I 1.
Diambil I 1 menjadi dua selang tertutup I 1' dan I 1'' sehingga I 1' I 1' ' mempunyai satu anggota. Sehingga merupakan liput terbuka K I 1' maupun K I 1' ' . Tentu tidak terdapat liput bagian yang banyak anggotanya hingga yang masih meliput K I 1' ; demikian pula untuk K I 1' ' . Sebab jika ada untuk keduanya, gabungan dua liput bagian itu mednjadi liput bagian K yang banyak anggotanya hingga. Jadi paling tidak salah satu K I 1' atau K I 1' ' yang tak terliput oleh liput bagian yang banyaknya anggota hingga. Katakana yang dimaksud itu K I 1' dan ditulis I 2 = I 1' .
' '' I2 Potong I 2 menjadi dua selang tertutup I '2 dan I '2' dengan I 2 sehingga
sisngleton. Proses selanjutnya seperti di atas dilakukan terus menerus. {I n } merupakan barisan selang tertutup yang mepunyai sifat-sifat I n + 1 I n dan
lim n I n = 0 Menurut teorema selang susut, terdapat tepat satu titik a R
sehingga a I n untuk setiap n . selanjutnya a merupakan titik limit himpunan K , sebab untuk setiap bilangan r > 0 terdapat I m sehingga
a I m (a r , a + r )
dan tak mempunyai liput bagian yang bayaknya hingga yang masih meliput
atau a merupakan titik limit himpunan K yang tertutup. sehingga, a K . Selanjutnya, karena liput terbuka himpunan K tentu ada G sehingga
N r ( a ) = ( a r0 , a + r0 ) G
Latihan 4.5.
1. Misalkan K 0 / kompak di R. Tunjukkan inf K dan sup K ada. 2. Misalkan K 0 / kompak di R, dan c R . Buktikan terdapat titik a di K sedemikian sehingga c a = inf {c x : x K }. 3. Jika K 1 K 2 0 / , K 1 dan K 2 himpunan kompak. Tunjukkkan terdapat
ki K i sehingga 0 < k1 k2 = inf {x 1 x 2 : x i K i }.
99
5
LIMIT FUNGSI DAN KEKONTINUAN
5.1. Limit Fungsi dan Definisi kontinu
Pada bagian ini akan dibicarakan tentang limit suatu himpunan bilangan nyata. Terdapat pengertian baru yaitu limit suatu fungsi. Pengertian baru inilah yang menjadi topik pembicaraan di dalam bagian ini. Perlu diingat kembali, jika A R dan f fungsi dari A ke R. f :A R Maka D f = A disebut domain fungsi f , R disebut kodomain fungsi f , R f = { f (x ) : x A} disebut range fungsi f , dan G f = {(x , f (x )) : x A} disebut graph f . Definisi 5.1.1. Diketahui R dan dua fungsi f : A RR dan g : A RR. Fungsi f , f + g , fg , dan
f berturut-turut didefinisikan g
100
4.
= n f (x ) = (nf )(x )
rumus
(f
+ g )(x ) = f (x ) + g (x ) = (x 2 + x ) + x = x 2 + 2 x ( fg )(x ) = f (x ) g (x ) = x (x 2 + x ) = x 3 + x 2
Dengan D f + g = D fg = D f D g = [0, 2 ) (1,3] = (1, 2 ) . Contoh 5.1.3. Jika diketahui juga f , g : R R dengan rumus f (x ) = x 2 + x dan g (x ) = x 2 + 3 Maka fungsi h dengan rumus
h (x ) =
sehingga
x2 + x x2 + 3
101
f (x ) = h (x ) g (x )
g (x ) 0, (x 1 atau x 1) .
Definisi 5.1.4. Diketahui fungsi f : A R R dan titik limit himpunan A . Jika ada bilangan l R sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga jika
lim f (x ) = l
x A N r (a ) {a}
jika dan hanya jika x A dan 0 < x a < r demikian pula
f (x ) N (l )
jika dan hanya jika f (x ) l < .
l N( l )
a N( a )
5.1.4.1. Ilustrasi limit f di a adalah l
f : ARR
dan
titik-titik himpunan A
lim f (x ) = l jika dan hanya jika untuk setiap bilangan terdapat bilangan > 0 sehingga
f (x )l < .
Bukti: (Syarat perlu) Misalkan f : A R R dan a titik limit himpunan A.
x
lim f ( x ) = l
jika dan hanya jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga jika
x A , dan 0 < x a < r , berakibat
f (x )l < .
(Syarat cukup) Misalkan fungsi f : A R R dan titik limit himpunan A. Jika terdapat l R sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga jika x A N r (a ) dan x a berakibat f (x ) N (l ) dikatakan f (x ) limit l untuk x a dan dituliskan singkat dengan lim f (x ) = l . Dari definisi
x
diatas sudah jelas bahwa lim f (x ) = l jika dan hanya jika untuk setiap > 0
x a
f (x ) f (a ) <
maka
f ( x )l < .
Definisi 5.1.6. Fungsi f : A R R dikatakan (i) Kontinu di (continous at) a A jika Fungsi f : A R dikatakan kontinu di
a A dengan a titik limit A , jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan
r > 0 sehingga jika x A N (a ) dan x a < r berakibat f (x ) N ( f (a ))
maka
103
f ( x ) f (a ) < atau
lim x a f (x ) = f (a )
(ii) Fungsi f dikatakan kontinu pada (continous on) B A jika f kontinu di setiap
x B .
N( f(a) )
f(a)
N( f(a) )
f(a)
N(a)
Terlihat 1 A tetapi 1 merupakan titik limit A sebab untuk bilangan > 0 berlaku. A N (1) = (R {1}) (1 ,1 + ) 0 /. Membuktikan
lim x 1 f (x ) = lim x 1
x2 1 =2 x 1
untuk setiap x 1, x A dan
berarti menunjukkan bahwa untuk bilangan > 0 yang diambil sembarang dapat dicari (apakah ada) bilangan
>0
sehingga
104
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa jika diambil suatu (ada) bilangan > 0 dengan r , maka berlaku f (x ) l = x2 1 2 < x 1
lim
x2 1 =2 x 1 x 1
Fungsi f tak lagi kontinu di 1 sebab lim x 1 f (x ) = 2 f (1) Secara geometri keadaan
f (x ) =
x2 1 . x 1
x 2 1 g( x ) = x 1 A
Cari lim x 1 g (x ) dan tentukan nilai A agar fungsi g kontinu di 1.. maka
lim g (x ) = lim
x 1
x2 1 =2 x 1 x 1
Menurut yang diketahui 1 A dan g (1) = A . Oleh karena itu agar fungsi g kontinu di 1, harus berlaku A = g (1) = lim g (x ) = 2
x 1
Lebih lanjut, untuk x 1 rumus fungsi g dapat disederhanakan menjadi g ( x ) = x + 1 dan dengan rumus ini mudah diperlihatkan bahwa fungsi g kontinu disetiap titik x 1 . Digabung dengan hasil diatas, yaitu dengan mengambil A = 2 maka fungsi g kontinu pada R. Sifat-sifat lebih lanjut tentang limit f (x ) untuk x a dituangkan ke dalam beberapa teorema di bawah ini. Teorema 5.1.9. Diberikan f : A R R dan a titik limit A. Jika f(x) mempunyai limit untuk x a , maka limitnya tunggal.
105
Bukti : Ambil bilangan > 0 sebarang dan andaikan f (x ) mempunyai limit k dan l dengan k l untuk x a . Jadi, untuk setiap bilangan > 0 yang ditunjuk, dapat dipilih bilangan r1 > 0 dan bilangan r2 > 0 sehingga berlaku
f (x ) k <
Untuk setiap x A dengan 0 < x a < r2 . Selanjutnya, dengan mengambil bilangan r = min{r1 , r2 } diperoleh k l = ( f (x ) l )(k f (x ))
f (x ) l + f (x ) k <
<
Untuk setiap x A dengan 0 < x a < r dengan kata lain diperoleh k = l , suatu kontradiksi. Jadi yang benar limit f (x ) untuk x a tunggal.
Teorema 5.1.10. Diberikan fungsi f : A R R dan a titik limit A. .. Jika aA dan
f(x) mempunyai limit l untuk x a , maka fungsi f terbatas pada A N r ( a ) untuk suatu bilangan r > 0 .
Bukti: Karena lim f ( x ) = l , maka untuk bilangan = 1 terdapat bilangan r > 0
x a
sehingga untuk setiap x A ( a r , a + r ) dan x a berakibat f (x ) l < 1 Oleh karena itu, untuk setiap x a dan x A N r ( a ) diperoleh f (x ) < l + 1 Diambil bilangan
M = max f ( a ), l + 1
Jadi diperoleh
106
f (x ) M untuk setiap x A N r ( a ) . Jika a A dan a titik limit himpunan A, maka kita dapat memodifikasi menjadi teorema di bawah ini.
Teorema 5.1.11. Misalkan f: A R R dan a titik limit himpunan A, jika f(x)
berlimit l untuk x a , maka fungsi f terbatas pada A N r ( a ) {a} untuk suatu bilangan
r > 0.
x A N r ( a ) {a} , x A ( a r , a + r ) {a}
dan x a berakibat
f ( x ) [ l {a}] < 1
Oleh karena itu, untuk setiap x a dan x A N r ( a ) {a} diperoleh
f ( x ) < l {a} + 1
Diambil bilangan
M = max f ( a ), l {a} + 1
Latihan 5.1.
1. Misalkan c titik cluster pada A R , Misalkan lim f ( x ) = L , jika dan jika lim f ( x ) L = 0.
x c
x c
f : A R .Buktikan
lim f ( x + c ) = L .
x c
3. Tunjukkan bahwa lim x 3 = c 3 . untuk setiap c R . 4. Tunjukkan bahwa lim x = c untuk setiap c > 0 .
x c
107
5. Misalkan fungsi f : R R mempunyai limit L di 0, dan a > 0. jika g : R R dengan definisi g (x ) = f (ax ) untuk setiap x R , tunjukkan bahwa lim g ( x ) = L .
x 0
lim f ( x + 2 ) = L .
x 0
2 f : R R sehingga lim ( f (x )) = L , x c
5.2.
Ada beberapa konsep untuk menguji limit suatu fungsi, diantarannya dua teorema dibawah ini.
Teorema 5.2.1. Misalkan fungsi f : A R R dengan a sebagai titik limit A
lim f ( x ) = l jika
x a
dan
hanya
jika
untuk
setiap
barisan
bilangan
nyata
terdapat bilangan r > 0 sehingga jika x a , x A , dan x a < r berakibat f (x ) l < . Diambil sebarang barisan bilangan r > 0 tersebut dapat dipilih bilangan {xn} dengan x n A yang konvergen ke a. Hal ini berarti untuk bilangan r > 0 tersebut dapat dipilih bilangan asli no sehingga jika n n o berakibat x n a < r . Menurut hipotesis diatas, karena x n a , x n A dan x n a < r ,diperoleh
f (xn ) l < ,
lim f ( x n ) = l atau barisan { f ( x n )} konvergen ke l.
n a
108
(Syarat cukup) Diketahui untuk sebarang barisan bilangan nyata {xn} dengan
{ f ( x n )}
konvergen ke l. Jadi, untuk setiap bilangan > 0 dapat dipilih bilangan asli no dan
f (xn ) l < .
Karena pengambilan barisan {xn} sebarang asalkan x n D f , maka dapat disimpulkan untuk setiap x A , x a < r dan x a berakibat
jika dan hanya jika untuk setiap selang terbuka (c,d) yang memuat l terdapat selang terbuka (u,v) yang memuat a sehingga untuk setiap x(u,v) A dan x a berakibat f(x) (c,d).
Teorema 5.2.3. Misalkan lim x a f ( x ) = k , lim x a g ( x ) = l , berlaku
1. lim x a (f )( x ) = lim x a f ( x ) = k , untuk sebarang konstanta ,. 2. lim x a ( f + g )( x ), = lim x a f ( x ) + lim x a g ( x ) = k + l 3. lim x a ( fg )( x ) = lim x a f ( x ) lim n a g (x ) = kl 4. lim x a
Bukti :
f lim x a f (x ) k (x ) = = jika l 0 g lim x a g (x ) l
1. Diambil sebarang barisan bilangan nyata {x n } yang konvergen ke a. Oleh karena itu diperoleh barisan konvergen ke k dan l, maka
n
{ f (x n )}
dan barisan
{g (x n )}
berturut-turut
lim f ( x n ) = k , lim g ( x n ) = l .
n
selanjutnya diperoleh
lim x a (f )( x ) = lim x a f ( x ) = k.
dan
109
= lim n f ( x n )
sehingga
lim n g ( x n ) = kl
4. lim x a
f f ( x ) = lim n g (x n ) g
= lim n = f (x n ) g (x n )
k , asalkan l 0. l
Selanjutnya dengan menganalisa terema-teorema pada konsep limit maka dapat membentuk suatu konsep pada kekontinuan
Teorema 5.2.4. Misalkan fungsi f dan g kontinu di suatu a R dan R, berlaku
1. Fungsi f : A R R dikatakan kontinu di a A dengan a titik limit A, jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga jika
x A N r (a ), {x A dan x a < r
berakibat
f (x ) N ( f (a )) .
110
maka
{ f (x ) f (a ) < }
maka f kontinu di a, f : A R kontinu di a A dengan a titik limit A, jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga jika
x A N (a )
maka
x A, x a <r
berakibat
. f ( x ) N ( f ( a )) = { f ( x ) . f ( a ) <
= { f ( x ) f ( a ) < }
2. Jika f , g kontinu di a f : A R kontinu di a A f dengan a titik limit A, g : A R kontinu di a A g dengan a titik limit A jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga jika x A sehingga
{ x A dan x a < }
akibatnya
f ( x ) + g ( x ) N ( f ( a ) g ( a )) = f ( x ) f ( a ) + g ( x ) g ( a ) <
= { [ f ( x ) + g ( x )] [ f ( a ) + g ( a )] < }
3. Akan dibuktikan f . g, kontinu di a Jika f : A R kontinu di a A dengan a titik limit A , g : A R kontinu di a A dengan a titik limit A sehingga jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga jika x A
{ x A dan x a < r }
akibatnya
f ( x ) g ( x ) N ( f ( a ) g ( a ))
111
f (x ) f (a ) < g( x ) g( a ) <
2 ( Mb + 1 )
2 ( f ( a ) + 1)
[ f ( x ) g ( x )] [ f ( a ) g ( a )]
= f ( x ) g( x ) f (a ) g( x ) + f (a ) g( x ) f (a ) g(a ) g( x ) f ( x ) f (a ) + f (a ) g( x ) g(a )
< Mb f ( x ) f ( a ) + f ( a ) g( x ) g( a ) < Mb < 2
2( M b + 1 )
+ f (a )
2( f ( a ) + 1 )
+ = 2
f g
kontinu di a, jika f : A R
f (x ) = g( x )
f (a ) < g( a )
lim x 3 ( x 2 + 1) 32 + 1 = =2 lim x 3 ( x 2 4 ) 32 4
V f(a) U a f A 5.2.6.1 B g C
W g(a)
Komposisi f pada g
xn A untuk setiap n N. Cukup dibuktikan bahwa barisan {(g0f)(xn)} = {g(f(xn))} konvergen ke (g o f) (a) = g(f(a)). Karena fungsi f kontinu di a di peroleh barisan bilangan nyata {f(xn)} konvergen ke f(a) dengan f(a) A dan f(xn) A untuk setiap n N. Karena fungsi g kontinu di f(a) dan barisan {f(xn)} konvergen ke f(a), maka barisan {g(f(xn))} = {(g o f)(xn)} konvergen ke g(f(a)) = (g0f)(a). Dengan kata lain terbukti bahwa fungsi bersusun g0f kontinu di a.
113
a titik limit A , dan f(x) g(x) h(x) Untuk setiap x A dan lim f ( x ) = k , lim g ( x ) = l , lim x a h( x ) = m (ada), maka k l m.
x a
Latihan 5.2.
1. misalkan f , g : A R R , c R dan titik cluster pada titik A, andaikan f terbatas pada persekitaran c serta lim g = 0. Buktikan .
x c
2. Misalkan n N , sehingga n 3. hitung ketaksamaan x 2 x n x 2 untuk 1 < x < 1, dengan gunakan lim x 2 = 0 , tunjukkan lim x n = 0 .
x 0 x 0
3. berikan suatu contoh jika f , g : A R R , dan f, g tidak mempunyai limit pada titik c kan tetapi f + g, fg mempunyai limit di c
5.3.
Pengertian lim f (x ) = l mengandung arti bahwa x a dan x N r (a ) D f , yang ekuivalen dengan x (a r , a ) D f atau x (a , a + r ) D f . Oleh karena itu pengertian lim f (x ) = l
x a
bilangan yata k sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga berlaku f (x ) k < Untuk setiap x (a , a + r ) A , maka dikatakan f (x ) mempunyai
limit kanan k untuk x a dan dituliskan dengan
x a +
lim f (x ) = k
Definisi 5.3.2. Misalkan fungsi f : A R R dan a titik limit himpunan A. Jika ada
bilangan nyata l sehingga untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan r > 0 sehingga berlaku f (x ) l <
,
x a
lim f (x ) = l
untuk x a jika dan hanya jika f (x ) berlimit kiri l dan berlimit kanan l untuk x a
Bukti: Kita tahu bahwa jika f ( x ) f ( x ) + f ( x ) untuk semua x a Diberikan
h >0 maka dapat ditentukan r sedemikian sehingga f ( x ) dan + f ( x ) terletak antara l h dan l + h untuk 0 < x a < r atau
l h < f (x ) < l +h
dan
l h < + f (x ) < l +h
lim f (x ) = f (a )
lim f (x ) = f (a )
kontinu di a jika dan harga jika f kontinu kiri dan kontinu kanan di a .
Bukti: Fungsi f kontinu di a jika dan hanya jika untuk setiap bilangan > 0 terdapat
{x (a r , a ) A }
berakibat
f (x ) f (a ) <
dan untuk
{x (a , a + r ) A }
berakibat
f (x ) f (a ) <
UU
116
Karena setiap U K terbuka dan f kontinu, maka f 1(U) terbuka. Berdasarkan hasil (a) di atas, terlihat bahwa koleksi
= { f 1 (U ) : U }
merupakan liput terbuka himpunan kompak K. Oleh karena itu mempunyai liput bagian
{ f (U ), f (U ),..., f (U )}
1 1 1
yang berakibat m m 1 1 f (K ) f f ( U ) U k = U f ( f (U k )) = k =1 k =1 atau terbukti bahwa f (K) kompak. Dari bukti teorema di atas diperoleh akibat teorema di atas sebagai berikut.
Akibat 5.3.9. Jika f : [a,b] R kontinu, maka f ([a,b]) tertutup dan terbatas. Teorema 5.3.10. Diketahui fungsi f : A R R. Jika fungsi f kontinu pada himpunan
UU
k =1
f (K ) = { f (x ); x K } terbatas,
namakan m dan M berturut-turut sebagai infimum dan supremum himpunan f(K). Oleh karena itu setiap n N terdapat xn , yn K sehinga
M
1 < f (x n ) M n 1 n
dan
m f ( yn ) < m +
a
117
sehingga diperoleh barisan bilangan nyata terbatas {xn} dan {yn} di dalam K. Menurut Teorema Bolzano Weierstrass, terdapat barisan bagian {xnk} {xn} dan {ynl} {yn} yang masing-masing konvergen, katakan berturut-turut konvergen ke x dan x. Karena K tertutup, maka x , x K. selanjutnya, karena f kontinu pada K, diperoleh
nk
(b)
( )
atau f (x ' ) = M
1 m lim f ( y m ) lim m + = m atau f (x ") = m . nk n k n
1 tak terbatas ke atas karena untuk setiap bilangan M > 0 terdapat x n = K sehingga n
1 f (x n ) = f = n > M . n
terbatas, mempunyai infimum m = 0 dan supremum M = 3. sehingga ada x , x K = [0,3] sehingga f(x) = M = 3 dan f(x) = m = -1 yaitu x = 3 dan x = 1. Jelas bahwa jika
118
g (K ) = {g (x ); x [0,3]}
= {x 2 2x ; x [0,3]} = [m , M ] = [ 1,3]
atau f(b)< 0 < f(a), maka ada c [a,b] sehingga f(c) = 0. Untuk bukti teorema diatas sebagai latihan pembaca.
Akibat 5.3.14. Misalkan fungsi f : A R R . Jika fungsi f kontinu pada selang f dan
a, b I dengan a < b, maka untuk setiap bilangan k yang terletak di antara f (a) dan f (b) tentu ada c [a,b] sehingga f(c) = k.
Latihan 5.3.
1. Misalkan f dan g mempunyai limit di R pada x dan f (x ) g (x ) untuk semua x (a , ) . Buktikan lim f lim g .
x x
x 0 +
1 lim f = L . x
maka lim f (x ) = 0 .
x
4. Jika fungsi
x
buktikan lim f o g = L .
119
5. Tunjukkan bahwa fungsi f (x ) = x continu pada setiap titik c R . 6. misalkan K > 0 , f : R R memenuhi f (x ) f ( y ) K x y untuk
5.4.
Kekontinuan Seragam
Telah diketahui bahwa fungsi f : A R R kontinu pada himpunan S D f jika dan hanya jika untuk setiap x S dan bilangan > 0 terdapat bilangan
r = r (x , ) > 0 sehingga berlaku
f (x ) f (u ) < Untuk setiap u A N r (x ) = A (x r , x + r ) . Mudah difahami bahwa nilai bilangan r tersebut selain bergantung pada nilai juga bergantung pada titik x S . Oleh karena itu, akan lebih jelas jika dituliskan r = r(x,). Untuk lebih jelasnya, perhatikan definisi.
Definisi 5.4.1. Fungsi f : A R R dikatakan kontinu seragam (uniformlly
continuous) pada himpunan S A jika untuk setiap bilangan > 0 tedapat bilangan r > 0 yang tak bergantung pada titik x S sehingga untuk setiap y N r ( x ) S (setiap x, y Df dan x y < ) berakibat f (x ) f ( y ) < . Jika fungsi f kontinu seragam pada S, maka, untuk setiap bilangan > 0 ada bilangan r = r ( ) > 0 selalu berlaku f (x ) f ( y ) < untuk setiap x S dan
y S asalkan x y . Oleh karena itu diperoleh teorema di bawah ini.
120
Agar kebalikan teorema tersebut di atas berlaku diperlukan syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh himpunan S . Hal ini dapat dilihat di dalam teorema di bawah ini.
Teorema 5.4.3. Jika fungsi f : A R R kontinu pada himpunan kompak K D f ,
u K N (x ) berakibat
f (u ) f (x ) <
x K
U N (x ) = U (x r , x + r )
r x K
sehingga = {N r (x ); x K } merupakan liput terbuka himpunan kompak K. oleh karena itu, sehingga terdapat liput bagian
{N
r1
(x 1 ), N r (x 2 ),..., N r (x n )}
2 n
121
Himpunan
{x k : k = 1,2,..., n}
dapat
diurutkan/diatur
sehingga
diperoleh
1 x 1 < x 2 < ... < x n . Pilih rn = 2 min{r1 , r2 ,..., rn } jika x K tentu ada bilangan asli m
f (x ) f (x ) f ( y ) f (x m ) + f (x m ) f (x ) <
karena x x m < rm dan
< ,
kompak K = [a , b ] , sehingga. Lebih eksplisit, dapat ditunjukkan sebagai berikut. Diambil bilangan > 0 sebarang. Untuk setiap u , x [a , b ] , diperoleh
f (x ) f (u ) = x 2 u 2 = (x u )(x + u ) = x u x + u < x u M ,
dengan
maks
{a , b }.
Oleh
karena
itu
dengan
memilih
bilangan
c M
(tak tergantung
Latihan 5.4.
122
2. Tunjukkan bahwa fungsi f (x ) = dimana a suatu konstanta positif. 3. Tunjukkan bahwa fungsi f (x ) =
1 kontinu seragam x
pada A = [ a , )
tetapi tidan kontinu seragam pada B = (0, ) . 4. Tunjukkan bahwa fungsi f (x ) = seragam pada R. 5. Buktikan jika f kontinu seragam dan terbatas pada A R , maka f terbatas pada A. 1 (1 + x 2 ) untuk x R merupakan kontinu
123
6
KONSEP TURUNAN
Pengertian turunan suatu fungsi disusun berdasarkan pengertian limit suatu fungsi di suatu titik. Sebagai akibatnya suatu fungsi memiliki sifat-sifat khusus di suatu titik jika ia mempunyai turunan di titik itu. Selain itu pengertian turunan banyak aplikasinya. Itulah beberapa alasan mengapa di dalam bab ini, khusus dibicarakan seluk-beluk turunan suatu fungsi, pengembangan lebih lanjut. fungsi dari bilangan nyata ke bilangan nyata, serta sifat-sifatnya terutama yang menyangkut materi-materi untuk
6.1.
d f (x ) =
dituliskan dengan f ( c ),
>0
terdapat
bilangan
>0
sehingga
jika
x c
dan
x A N f = A (C , C + ) berakibat
f ( x ) f (c ) f ( c ) < . x c keadaan itu berakibat f ( x ) f ( c ) f ( c )( x c ) < x c ekuivalen dengan x c < f ( x ) f ( c )( x c ) < x c , atau f ( c ) + f ( c )( x c ) x c < f ( x ) < f ( c ) + f ( c )(x c ) + x c jika ada bilangan dengan 0 < < sehingga
f (x ) = f (c ) + f (c )(x c ) + x c ,
Maka dikatakan fungsi f terdeferensial (differentiable) di c. Jelas bahwa jika fungsi f terdeferensial di c tentu fungsi f mempunyai turunan di c .
Contoh 6.1.2 Diberikan f (x ) = sin x . Untuk setiap c A = R diperoleh
f ( c ) = lim f ( x ) f (c ) x c x c sin x sin c = lim x c x c
= lim
sin( c + h ) sin c h 0 h
1 sin h 1 = lim cos( c + h ) 2 = cos c h 0 1 2 h 2 sehingga f (x ) = sin x diperoleh turunan fungsi f ada disetiap titik c R yaitu
f (c ) = cos c
125
Karena pengertian turunan suatu fungsi disusun berdasarkan pengertian limit, maka diperoleh teorema di bawah ini.
[ f (x + h ) + g (x + h )] [ f (x ) + g (x )]
h
= lim
h 0
[ f (x + h ) f (x )] + [ g (x + h ) g (x )]
h
f (x + h ) f (x ) g (x + h ) g (x ) = lim + h 0 h h = lim
h 0
f (x + h ) f (x ) g (x + h ) g (x ) + lim h 0 h h
= f ' (x ) + g ' (x ) Selanjutnya untuk (ii) terdapat dengan A sehingga f (c ) ada. Maka, d . f (c + h ) f (c ) (f (c )) = lim h 0 h dx = lim
h 0
f (c + h ) f (c ) h
= . f ' (c )
126
Z (x ) Z (c ) = = =
{ f (x ) f (c )}g (c ) f (c ){g (x ) g (c )} g (x ). g (c )
f Z (x ) Z (c ) ' g (c ) = Z (c ) = lim x c x c
'
= lim
x c
g (x ) g (c ) f (x ) f (c ) g (c ) f (c ) . g (x ) g (c ) x c x c 1
Yang perlu mendapat perhatian adlah syarat-syarat adanya turunan fungsi bersusun tersebut.
g ( f (x )) g ( f (c )) f (x ) f (c ) f (x ) f (c ) x c
= g ' ( f (c )) f ' (c )
Contoh 6.1.5. Diberikan f (x ) = x dan g (x ) = sin x . f ' (c ) ada untuk setiap c 0 dan
g ' (c ) ada disetiap c R . sehingga
sin c + c cos c ( fg ) (c ) = f (c ) g (c ) + f (c ) g (c ) = sin c c cos c tidak ada
' ' '
Perhatikan bahwa f ' (c ) ada untuk setiap c dan g ' (c ) ada untuk setiap c . Fungsi f : A R R dikatakan mempunyai derivatif pada G D f jika f mempunyai derivatif disetiap titik x G .
Menurut definisi tersebut mudah difahami bahwa domain fungsi f ' adalah f (u ) f (x ) = f ' (x ) ada = G A f ' = x A; lim u x ux Hal ini berakibat A f ' A.
f (x ) f (c ) ada. x c
Oleh karena itu diperoleh: f (x f (c )) lim ( f (x f (c ))) = lim (x c ) = f ' (c ).0 = 0 x c x c x c Yang berarti terbukti fungsi f kontinu di c .
setiap bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 sehimgga berlaku f (x 0 + h ) f (x 0 ) f ' (x 0 ) < h untuk setiap h < . Jadi diperoleh f ' (x 0 ) < f (x 0 + h ) f (x 0 ) < f ' (x 0 ) + h f ' (x 0 ) > 0 . Oleh karena itu untuk h < berlaku 0< f (x 0 + h ) f (x 0 ) h
Untuk (i) Jika f ' (x 0 ) > 0 dipilih bilangan >0 tersebut sehingga
Untuk setiap x ' ' (x 0 , x 0 + ) dan x ' ' > x 0 diperoleh 0 < x '' x 0 = h < dan
f (x 0 + h ) f (x 0 ) > 0
atau
129
f (x ' ' ) > f (x 0 ) . Untuk x ' (x 0 , x 0 + ) dan x ' < x 0 diperoleh h = x ' x 0 < 0, h < dan
f (x 0 + h ) f (x 0 ) < 0
atau f (x ' ) < f (x 0 ) Jadi terbukti bahwa jika f ' (x 0 ) > 0 berakibat fungsi f naik di x 0 . Lebih lanjut (ii). Jika f ' (x 0 ) < 0 dipilih bilangan tersebut di atas sehingga f ' (x 0 ) + < 0 . Oleh karena itu untuk h < berlaku f (x 0 + h ) f (x 0 ) <0 h Untuk x ' ' (x 0 h , x 0 + h ) dan x ' ' > x 0 diperoleh 0 < x '' x 0 = h < dan
f (x 0 + h ) f (x 0 ) < 0
atau f (x ' ' ) < f (x 0 ) . Untuk x ' (x 0 h , x 0 + h ) dan x ' < x 0 diperoleh h = x ' x0 < h < dan
f (x 0 + h ) f (x 0 ) > 0
1.
f (c ) disebut nilai maksimum relatif fungsi f jika terdapat bilangan > 0 sehingga berlaku f (c ) > f (x ) untuk setiap x (c , c + ) A dan x c .
2.
f (c ) disebut nilai minimum relatif fungsi A jika terdapat bilangan > 0 sehingga
berlaku f (c ) < f (x ) untuk setiap x (c , c + ) A dan x c . f (c ) disebut nilai ekstrim fungsi atau nilai minimum relatif. f jika f (c ) merupakan nilai maksimum relatif
3.
fungsi
ekstrem (nilai maksimum relatif atau nilai minimum relatif fungsi f ), maka f ' (c ) = 0 .
Bukti: Diketahui fungsi f terdiferensial di c (a , b ) dan dianggap f (c ) nilai maksimum relatif fungsi f . Jadi , untuk setiap bilangan > 0 dapat dipilih bilangan
> 0 sehingga
f (c + h ) f (c ) f ' (c ) < h
atau
f (c ) > f (c + h )
Atau
f (c + h ) f (c ) < 0
untuk setiap bilangan h dengan 0 < h < . Tak mungkin f ' (c ) > 0 sebab jika demikian , maka untuk h >0 diperoleh
131
f (c + h ) f (c ) + h
f (c + h ) f (c ) >0 h
atau
f (c + h ) > f (c )
suatu kontrakdisi. Tak mungkin f ' (c ) < 0 , sebab jika demikian, maka untuk h <0 diperoleh
f (c + h ) f (c ) <0 h
sehingga
f (c + h ) > f (c ) ,
suatu kontradiksi. Jadi satu-satunya kemungkinan adalah f ' (c ) = 0 . Teorema 6.1.11. Diketahui f : [a , b ] R dan c (a , b ) 1. Jika fungsi f terdiferensial pada suatu persekitaran (c , c + ) sehingga f ' (x ) > 0
[ f (b ) f ( a ) = f ( c )(b a )]
'
132
f ' (C x ) 0
dan diketahui
[ f (b ) f ( a ) = f ( c )(b a )]
'
f ' (C x ) 0
dan diketahui
terdiferensial di c A dengan f ' (c ) 0 .Jika fungsi inversenya g monoton tegas dan kontinou di d = f (c ) , maka g terdiferensial di d dan g ' (d ) =
Bukti : Dibentuk fungsi H :
f (c )
'
H (t ) =
f ( g (t )) f ( g (d )) g (t ) g (d )
dengan t d karena g monoton tegas, maka g (t ) g (d ) untuk setiap t d .Oleh karena itu fungsi h terdefinisi secara baik (well defined). Karena t = f ( g (t )) dan
d = ( g (d )) , maka diperoleh
H (t ) = t d g (t ) g (d )
Karena fungsi f terdiferensial di c, maka untuk setiap bilangan > 0 terdapat bilangan > 0 sehingga berlaku
f (x ) f (c ) f ' (c ) < x c
Untuk setiap x c dan
x A (x , x + ) .
Karena fungsi g kontinu d =f(c) maka untuk bilangan > 0 tersebut dapat di pilih bilangan > 0 sehingga jika t d dan
t A (d , d + ) ,
maka berlaku
g (t ) g (d ) <
mengingat g fungsi injektif dan c =g(d), maka diperoleh :
H (t ) f ' ( c ) = f ( g ( t )) f ( g ( d )) f '(c ) g(t ) g(d )
f ( x ) f (c ) ' f (c ) < x c
Untuk setiap x c , x A (x , x + ) atau 0 < x c = g (t ) g (d ) < dengan 0 < t d < . Dengan demikian terbukti bahwa lim t c H ( t ) = f ' ( c ) . Lebih lanjut, karena H ( t ) 0 untuk t d serta 1 g (t g (d )) = t d H(t ) Untuk setiap t A dengan t d , maka diperoleh
134
lim
t d
sehingga g ' ( d ) =
1 . f (c )
Akibat 6.1.13 Diberikan fungsi f monoton tegas dan kontinu pada selang I maka f
Contoh 6.1.15 Fungsi f dengan rumus f ( x ) = x n untuk setiap x (0, ) dan n suatu
bilangan asl, merupakan fungsi naik monoton tegas dan kontinu pada selang (0, ) . Fungsi inversenya adalah fungsi g dengn rumus
g( y) = y
1 n
Untuk setiap y (0, ) . Fungsi g tersebut merupakan fungs monoton tegas dan kontinu pada selang (0, ) . Lebih lanjut f ' ( x ) = nx n 1 0 untuk setiap x (0, ) . Maka diperoleh g'( y) =
1 ( f ' og )( y ) 1 = ' f ( g ( y )) 1 = n.{ g ( y )n 1
= =
n. y 1 n. y
n 1 n
.
1 n
1 1 1 n = y . n
135
Latihan 6.1
1. Misalkan f : R R dengan definisi f (x ) = x 2 untuk x rasional, f (x ) = 0 untuk x irrasional. Tunjukkan bahwa f terdeferensial di x = 0 dan temukan
f (0 ).
2. Tunjukkan bahwa f (x ) = x 3 , x R tidak terdefensial di titik x = 0. 3. Misalkan f : R R terrdefensial di c R tunjukkan bahwa
1 f (c ) = lim c + f (c ) n f . n
2
4. jika
r >0
suatu
bilangan
rasional,
f :R R
dengan
definisi
6.2.
aplikasinya adalah Teorema Rolle. Pengembangan Teorema Rolle yang paling dekat adalah Teorema Rata-rata yang banyak pemakaiannya terutama untuk hitung pendekatan. Teorema 6.2.1 (Teorema Rolle) Jika fungsi f : [a , b ] R mempunyai sifat-sifat
( i ) Kontinu pada [a , b ] ( ii ) f ' ( x ) ada untuk setiap x ( a , b ) ( iii ) f ( a ) = f ( b ) = 0 maka terdapat x 0 ( a , b ) sehingga f ' ( x 0 ) = 0.
f(x0)=0
x0
136
Bukti: Jika
t ( a , b ) sehingga f ( t ) 0 , tak mengurangi arti jika dianggap a dan b dua titik nol
fungsi f yang berturutan pada [a,b]. Jadi ada dua kemungkinan yaitu f ( x ) > 0 untuk setiap x ( a , b ) atau f ( x ) < 0 untuk setiap x ( a , b ) , dan karena f kontinu pada [a,b], maka ada x 0 ( a , b ) sehingga
f ( x 0 ) = sup { f ( x ) : x [a , b ]} ......(1)
Tinggal diperhatikan bahwa f(x0) = 0. Karena f(x) ada untuk setiap x ( a , b ) maka
f ' ( x 0 ) = lim
h 0
f (x0 + h ) f (x0 ) h
ada. Tak mungkin f ' ( x 0 ) > 0 , sebab untuk h > 0 dan h cukup kecil diperoleh
f (x0 + h ) f (x0 ) > 0
atau
f (x0 + h ) > f (x0 )
yang merupakan suatu kontradiksi terhadap (1). Juga, tak mungkin f ( x 0 ) < 0, sebab untuk h < 0 dan h cukup kecil diperoleh
f (x0 + h ) f (x0 ) > 0
atau
f (x0 + h ) > f (x0 )
yang merupakan suatu kontradiksi terhadap (A) lagi. Jadi satu-satunya kemungkinan adalah
f ( x 0 ) =0.
Bukti sejalan jika f ( x 0 ) < 0 untuk setiap x ( a , b ) . Teorema 6.2.2 (Teorema Nilai Rata-rata I) The first mean Value Teotem)
137
Perhatian: bahwa syarat-syarat (i) dan (ii) pada Teorema Roole dan Teorema Ratarata I, tetapi syarat (iii) pada Teorema Rolle tak perlu ada pada Teorema Rata-rata I.
d(x)
x0
d (x ) = f (x ) f (a )
f (b ) f ( a ) (x a ) b a
Mudah ditelusuri bahwa fungsi d tersebut memenuhi syarat-syarat (i), (ii), (iii) pada Teorema Roole. Oleh karena itu, terdapat x 0 ( a , b ) sehingga d ' ( x 0 ) = 0 , jadi
d ( x ) = f '( x 0 )
atau
f (b ) f ( a ) b a
f '( x 0 )
f (b ) f ( a ) . b a
d=ba
Oleh karena itu d = a + b. Jika ( 0,1) tentu a < a + d < a + d = b . Dengan demikian Teorema Nilai Rata-rata I dapat ditulis sebagai berikut. Teorema 6.2.3 Jika fungsi f : [a , a + d ] R maka mempunyai sifat-sifat
i. ii.
sehingga diperoleh
f ( a + d ) f ( a ) + df ' ( a )
Contoh 6.2.4. Hitung nilai pendekatan e 0 , 01 . Diambil f(x) = e x dan karena -0,01 dekat
dengan 0, maka diambil a = 0 dan a + h = 0 + (-0,01). Jadi, h = -0,01. Karena f(x) = e x dan kontinu di 0, maka
f ( a + h ) f ( a ) + hf ' ( a )
yaitu
e 0 , 01 e 0 + ( 0,01)e 0 0,99 .
Contoh 6.2.5. Hitung nilai pendekatan arctan (0,025). Dari arctan = 0,025 = arctan(0 + 0,025)
memberikan petunjuk pengambilan f(x) = arctan x, a = 0, dan h = 0,025. karena f '( x ) = dan kontinu di a = 0 diperoleh
f ( a + h ) f ( a ) + hf ' ( a )
1 1+ x2
Selanjutnya akan dibahas Aturan LHospital yang merupakan Pengembangan Teorema Nilai Rata-rata I adalah Teorema Nilai Rata-rata II yang sangat bermanfaat untuk menghitung nilai limit bentuk tak tentu seperti 0 , , 0 . , , dan sebagainya. 0
139
mempunyai sifat-sifat: (i) f dan g kontinu pada [a , a + h ] (ii) f(x) dan g(x) ada untuk setiap x ( a , a + h ), Maka terdapat bilangan dengan 0 < < 1 sehingga f ' ( a + h ) f ( a + h ) f ( a ) = g ' ( a + h ) g ( a + h ) f ( a ) asalkan g(a+h) g(a).
Bukti: Dibentuk fungsi k : [a , a + h ] R dengan rumus
h( x ) = f ( x ) f ( a )
f (a + h ) f (a ) {g ( x ) g ( a )} g(a + h ) g(a )
Mudah ditelusuri bahwa fungsi k memenuhi syarat-syarat Teorema Rolle sehingga berlaku k' ( a + h ) = 0 untuk ( 0,1) . Jadi
k' ( a + h ) = f ' ( a + h ) 0
atau
f ' ( a + h ) f ( a + h ) f ( a ) = . g ' ( a + h ) g( a + h ) g( a )
Teorema Nilai Rata-rata II tetap berlaku jika selang (a,a+h) diganti dengan selang (a-h,a). Seklanjutnya akan Aplikasikan suatu dalil LHospital menjadi teorema berikut ini Teorema 6.2.7. Diberikan fungsi f , g : [a , a + h ] R , sehingga 1. Jika f dan d terdeferensuial dan f ( x 0 ) = g ( x 0 ) = 0 berlaku bentuk 0 0
140
x x 0
x x 0
Bukti:
1. Diketahui fungsi f dan d terdeferensial di sekitar (pada suatu perserikatan) titik x0, g ( x ) 0 dan g ' ( x ) 0, untuk x x 0 . Jika
f ( x 0 ) = g( x 0 ) = 0
akan dicari f (x ) g( x )
x x 0
lim
[x 0 h , x 0 + h ]
untuk setiap h dengan 0 < h < . Oleh karena itu, berdasarkan Teorema Nilai Rata-rata II, Terdapat bilangan dengan 0 < < 1 sehingga berlaku f ' ( x 0 + h ) f ( x 0 + h ) f ( x 0 ) = g ' ( x 0 + h ) g( x 0 + h ) g( x 0 ) Hal ini berakibat
141
x x 0
lim
f (x ) f (x0 + h ) = lim g ( x ) h 0 g ( x 0 + h ) f (x0 + h ) f (x0 ) = lim h 0 g ( x + h ) g ( x ) 0 0 f '( x 0 + h ) = lim h 0 g ' ( x + h ) 0 f '(t ) = lim t x 0 g '(t ) f '( x ) = lim x x 0 g '( x )
Jadi diperoleh:
x x 0
lim
2. Diketahui fungsi f dan g kontinu dan terdeverensial di sekitar titik x0 kecuali di x0 serta lim f ( x ) = dan lim g ( x ) = . Jika f ' ( x ) 0 dan g ' ( x ) 0 untuk x x
x x 0
0
x x 0 akan dicari
x x 0
lim
f (x ) g( x )
0
x x 0
lim G( x ) = 0 dengan F ( x ) =
dengan didefinisikan fungsi F dan G seperti itu sehingga F ( x 0 ) = G( x 0 ) = 0 . Mudah difahami bahwa F dan G kontinu dan terdeverensial di sekitar x0. Selanjutnya, menurut bentuk 0 diperoleh 0
142
x x 0
lim
lim
mempunyai rumus yang sama tetapi persyaratannya sedikit berbeda; pada limit bentuk 3. a) fungsi f dan g tak terdefinisi di titik x0.
x x 0 x x 0
lim { f ( x ) g ( x )} .
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh fungsi f dan g para bentuk ini sama dengan yang terdapat pada limit bentuk . Selanjutnya, karena
1 1 g( x ) f ( x )
G(x) =
1 , f ( x ) g( x )
masing-masing untuk x x 0 berlaku F ( x 0 ) = 0 dan G( x 0 ) = 0 . Jadi, diperoleh limit bentuk 0 . Selanjutnya 0 F(x ) G( x ) . F '( x ) = lim x x 0 G ' ( x )
x x 0
x x 0
lim { f ( x 0 g ( x )} = lim
3. b)
lim f ( x ) g ( x ) .
Fungsi f dan fungsi g masing-masing terdeferensial di sekitar titik x0 dan f kontinu di x0. Karena f ( x ) 0 untuk x x 0 , f ( x ) = 0 dan lim g ( x ) = ,
x x 0
Mudah difahami bahwa fungsi G kontinu dan terdeferensial di sekitar titik x0. Menurut limit bentuk 0 diperoleh 0 f (x ) G( x ) f (x ) = lim x x 0 G' ( x )
xx0
xx 0
lim f ( x ) g ( x ) = lim
0 atau asalkan 0
sepasang fungsi yang terkait memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan limit
144
bentuk atau
Contoh 6.2.8. Jika f(x) = sin x dan g(x) = x, maka mudah difahami bahwa f dan g
kontinu dan mempunyai turunan di sekitar titik 0 serta f(0) = g(0) = 0, f ' ( x ) = cos x 0 dan g ' ( x ) = 1 0 untuk setiap x 0 (x disekitar 0). Oleh karena itu diperoleh f (x ) sin x = lim x x 0 x x 0 g( x ) x f '( x ) = lim . x 0 g ' ( x ) cos x = lim x 0 1 lim = cos 0 = 1 .
1 1 lim = . x sin x
Fungsi f ( x ) =
F(x ) = dan
1 1 g( x ) f ( x )
G( x ) =
1 f ( x ) g( x )
untuk x x 0 dan F ( 0 ) = G( 0 ) = 0 . Jelas bahwa fungsi F dan G merupakan sepasang fungsi yang memenuhi syarat-syarat limit bentuk 0 . Oleh karena itu 0
1 sin x x 1 = lim lim x 0 x sin x x 0 x sin x F(x ) = lim x 0 G( x ) F '( x ) = lim x 0 G' ( x ) cos x 1 = lim x 0 x cos x + sin x
146
1 Contoh 6.2.11. Diberikan lim = Limit bentuk 1 . Untuk menyelesaikan, 1+ y y0 y ambil f ( y) = 1+ dan g ( y ) = y . Jadi, 1 + lim 1 = lim ( f ( y )) g ( y ) y y y = lim e g ( y )log f ( y )
y y
1 y
f ' ( y ) {g ( y )}2 y g '( y ) f (x ) 1 2 y y2 = lim y 1 1+ 1 y 1 = lim y 1 1+ y =1 = lim Jadi dapat disimpulkan 1 = e1 = e . lim 1+ y y
y
147
Latihan 6.2.
1. Gunakan teorema nilai rata-rata untuk membuktikan sin x sin y x y , untuk semua x , y R . 2. Misalkan a > b > 0 dan n N memenuhi n 2 . Buktikan a n b n < (a b )n 3. Misalkan tunjukkan jika lim f = A maka f (a ) ada dan f (a ) = A .
x a 1 1 1
6.3.
kekonvergenan deret pangkat tersebut berarti deret tu konvergen kesuatu nilai f ( x ) . Dengan kata lain , jka I selang kekonvergenan deret pangkat itu maka untuk setiap x I pada suatu fungsi f sehngga berlaku f ( x ) = c 0 + c 1 ( x a ) + c 2 ( x a )2 + ... Yang berarti untuk setiap x I dan bilangan > 0 terdapat bilangan asli
k >n0
( x a )k <
Sekarang masalahnya dibalik, jika diketahui fungsi f dan titik a, apakah ada nilai c 1,c 2 , ..., c n 0 sehingga untuk setiap > 0 ada bilangan asli 0 sehingga Rn ( x ) = f ( x ) c k ( x a )k <
k =0 n0
148
Untuk setiap x I dengan a I , dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh fungsi f itu.
f : [a , b ] R
Maka untuk setiap x [a , b ] terdapat titik c yang terletak di antara x dan x 0 sehingga berlaku
f (x ) = f (x0 ) + f ( x 0 ) f ( x 0 ) f (n )( x 0 ) (x x0 ) + ( x x 0 )2 + ... + ( x x 0 )n + R n ( x ) 1! 2! n! Rn ( x ) = f ( n +1) ( c ) ( x x 0 )n +1 ( n + 1)!
Dengan
Bukti : Diambil sebarang x [a , b ] tetap dan ditulis dengan I selang tertutup yan
ujung-ujungnya x 0 dan x . (*) Selanjutnya dibentuk fungsi F : I R dengan rumus (x t ) ( x t )2 ( x t )n ( n ) f (t ) F (t ) = f ( x ) f (t ) f (t ) f ( t ) ... 1! 2! n! Maka F(x ) = f (x ) f (x ) F ( t ) = f ( t ) (x x ) ( x x )n ( n ) f (x ) = 0 f ( x ) ... 1! n!
(x t ) ( x t )2 ( x t )n ( n +1) f ( t ), t I f ( t ) f ( t ) ... 1! 2! n!
F ( t ) = ( x t )n ( n +1) f ( t ), t I n!
(*) Kemudian dibentuk fungsi baru, untuk setiap t I selanjutnya dibentuk fungsi
G : I R dengan rumus
x t G( t ) = F ( t ) x x 0
149
n +1
F(x0 )
x x G( x ) = F ( x ) x x 0 G( x ) = 0 0 G( x ) = 0
n +1
F(x0 )
Maka terpenuhi teorema rolle bahwa G kontinu pada I G( t ) ada untuk setiap
t I dan
G( x ) = G( x 0 ) = 0
maka terdapat c yang terletak diantara x 0 dan x sehingga G( c ) = 0 x c G( c ) = F ( c ) x x F(x0 ) 0 ( x c )n G( c ) = F ( c ) + ( n + 1) ( x x )n +1 F(x0 ) 0 ( x c )n F ( c ) = ( n + 1) ( x x )n +1 F(x0 ) 0 F(x0 ) = F ( c ) ( x c )n ( n + 1) ( x x 0 )n +1
n +1
( x c )n ( n + 1 ) (c ) f n! F(x0 ) = ( x c )n ( n + 1) ( x x 0 )n + 1 = 1 ( x c )n ( x x 0 ) n + 1 . . .f (n + 1) n ! ( x c )n
( n +1)
(c )
f ( n + 1) ( c ) ( x x 0 )n +1 ( n + 1)!
= Rn ( x ) dan
150
F ( x ) = f ( x ) f (t ) f ( x ) = F (t ) + f (t ) + subsitusi t = x 0
(x t ) ( x t )n ( n ) f (t ) f ( t ) ... 1! n!
(x t ) ( x t )n ( n ) f (t ) f ( t ) + ... + 1! n!
Disebut sisa taylor, oleh karena itu jika fungsi f memenuhi syarat-syarat teorema taylor sehingga diperoleh
f ( x ) = Pn ( x ) + R n ( x )
Dan disebut ekspansi taylor fungsi f di x 0 . Jika fungsi f memenuhi syarat-syarat teor ema taylor pada [a, b] maka diperoleh
f ( x ) = Pn ( x ) + R n ( x )
untuk setiap x [a , b ] jika nilai Rn ( x ) cukup kecil maka polynomial taylor dapat dipandang sebagai nilai pendekatan ke-n nilai f ( x ) jadi
f ( x ) Pn ( x )
151
Rn ( x ) =
f ( n + 1) ( c ) ( n + 1)!
x x0
n +1
n +1
M x x0 ( n + 1)! Dengan
M = sup f ( n +1) ( x ) : x I
Dan I selang tertutup yang dibentuk oleh x 0 dan x . Jika x x 0 mengecil, maka berakibat nilai Rn ( x ) mengecil pula. Nilai M juga mengecil pula asalkan f ( n +1) kontinu.
Contoh 6.3.2. Akan dihitung nilai pendekatan e 0 , 02 sampai benar 7 angka dibelakang
koma. Dapat diambil f ( x ) = e x . Karena -0,02 dekat dengan 0, maka diambil
f ( k ) ( x ) = e x , untuk setiap bilangan asli k dan x [ 0,02, 0] , maka diperoleh Rn ( 0,02 ) = = f n + 1( c ) ( 0,02 0 )n +1 ( n + 1)!
Dengan mengambil n=3 dan karena x x 0 = ( 0,02 0 ) = 0,02 sehingga e 0 , 02 f ( 0,02 ) f '(0) f ' '(0) f ' ' '(0) f (0) + ( 0,02 ) + ( 0,02 )2 + ( 0,02 )3 1! 2! 3! ( 0,02 ) ( 0,02 )2 ( 0,02 )3 1+ + + 1! 2! 3! 0,980198666
152
Benar sampai dengan 7 angka di belakang koma, atau dengan kesalahan mutlak
Rn ( 0,02 ) < ( 0,01)4 = 0,00000001 .
Menurut Teorema Taylor telah diperoleh f '( x 0 ) f ' '( x 0 ) f n(x0 ) (x x0 ) + ( x x 0 )2 + + ( x x 0 )n + Rn ( x ) 1! 2! n! Jika dituliskan dengan h = x x 0 dan c = x 0 + h , 0 < < 1, maka diperoleh f (x ) = f (x0 ) +
f (x0 + h ) = f (x0 ) + f '( x 0 ) f ' '( x 0 ) 2 f n(x0 ) n h + Rn ( x 0 + h ) h+ h + + 1! 2! n!
Dengan
Rn ( x 0 + h ) = f ( n +1) ( x 0 + h ) n +1 h , ( n + 1)!
dan suatu bilangan antara 0 dan 1 ( 0 < < 1 ) Jika f k ( x ) ada untuk setiap x [a , b ] dan setiap k N , maka diperoleh deret pangkat di dalam ( x x 0 ) : f (x ) = f (x0 ) + Atau f (x0 + h ) = f (x0 ) + f ( x 0 ) f ( x 0 ) 2 h+ h + 1! 2! f ( x 0 ) f ( x 0 ) (x x0 ) + ( x x 0 )2 + 1! 2!
yang disebut deret Taylor atau ekspansi Taylor untuk f(x) di x 0 . Khususnya, deret Taylor untuk f(x) di 0 adalah (ii). f ( x ) = f (0) + f ( 0 ) f ( 0 ) 2 x+ x + 1! 2!
yang disebut deret Maclaurin untuk f(x) Jika f ( x ) dan f ( x ) ada untuk setip x [a , b ] dan f kontinu pada
f ( x 0 + h ) = f ( x 0 ) + f ( x 0 )h + f ( x 0 + h )
h2 2
Dengan h = x x 0 dan suatu bilangan dengan 0 < < 1 karena disyaratkan f kontinue pada [a , b ]
ex = ea +
ea ea ea ( x a ) + ( x a )2 + ( x a )3 + 1! 2! 3! 2 ( x a ) ( x a ) ( x a )3 a = e 1 + + + + 1! 2! 3!
Selanjutnya, karena x = 0, 98 dekat dengan a = 1 , maka diperoleh ( 0,02 ) ( 0,02 )2 ( 0,02 )3 e 0 , 98 = e 1 1 + + + + 1! 2! 3! = e(1 0,02 + 0,0002 0,000001333 + ) ( 2,718281828459045 )( 0,980198666 ) 2,664457 (benar paling sedikit 20 angka di belakang koma, atau R3 ( 0,98 ) < 10 20 ). Bilangan a disebut titik nol fungsi f jika f ( a ) = 0 . Dengan kata lain titik nol fngsi f adalah akar persamaan f ( x ) = 0 . Secara geometri titik nol fungsi f adalah nilai x sehingga kurva y = f ( x ) memotong sumbu datar. Jadi a titik nol fungsi f jika dan hanya jika ( a , f ( a )) = ( a ,0 ) merupakan titik potong kurva y = f ( x ) dengan sumbu-X
154
f (xn ) f ( x n ) M 2m
Bukti: Menurut hipotesis fungsi f kontinu pada I , naik tegas atau turun tegas
pada I selalu terdapat garis singgung pada kurva y = f ( x ) di setiap titik (a, f (a)) dengan a I dan f mempunyai titik nol didalam ( a , b ) . Jika diambil x 1 I garis singgung pada kurva di titik ( x 1 , f ( x 1 )) mempunyai persamaan
y f ( x 1 ) = f ( x 1 )( x x 1 )
Dari garis singgung ini memotong sumbu-X di titik (x 2 ,0) dengan 0 f ( x 1 ) = f ( x 1 )( x 2 x 1 ) atau
155
x 2 = x1
f (x1 ) f ( x 1 )
Dengan cara yang sama, dibuat garis singgung di titik ( x 2 , f ( x 2 )) pada kurva y = f ( x ) yang memotong sumbu-X dititik ( x 3 ,0 ) dengan x3 = x2 f (x2 ) f ( x 21 )
Tinggal diperlihatkan bahwa {x n } konvergen ke r dan x n +1 r < K x n r . Karena fungsi f kontinu pada ( a , b ) dan f ( a ) f ( b ) < 0 maka ada r ( a , b ) sehingga f ( r ) = 0 karena f ( x ) > 0 untuk setiap x [a , b ] berakibat bahwa tepat ada satu r [a , b ] sehingga f ( r ) = 0 . Karena fungsi f memenuhi syarat Teorema Taylor dengan n = 2 maka jika di ambil titik tetap x I yang pengambilannya sebarang, maka terdapat titik c I yang terletak diantara x dan r sehingga berlaku 0 = f ( r ) = f ( x ) + Yang berakibat f ( x ) = f ( x )( r x ) + Dibentuk x dengan rumus x = x Dengan memanfaatkan nilai manipulasinya, maka diperoleh f ( x ) f ( x ) 1 f ( c )( r x )2 2 f ( x ) f ( c ) ( r x ) + ( r x )2 1! 2!
2
156
dan karena c I , serta f ' dan f ' ' terbatas pada I, maka diperoleh x ' 'r = 1 f ' '(c ) 2 x 'r 2 f ' '(c )
2
K x 'r
Jelas bahwa I * I dan jika x n I * diperoleh x n r dan x n + 1 r K x n r K 2 yang berarti x n +1 I * . Oleh karena itu, jika pada awalnya diambil x 1 I * akan berakibat x n I * untuk setiap n N . Juga jika x 1 I * berakibat
x n + 1 r < ( K )n x 1 r
2
f ' ( x ) = 2x m = 1 > 0 pada selang I = [1, 2] dan f ' '( x ) = 2 m = 3 pada selang I = [1, 2] , maka metode Newton dapat digunakan untuk fungsi f tersebut. Jadi, x n +1 = x n 2 xn2 2 1 = (xn + ) 2x n 2 xn
157
Latihan 6.3.
1. Misalkan f ( x ) = cos ax untuk x R dimana a 0 . Temukan f n (x ) untuk n N, x R . 1 1 1 2. Tunjukkan bahwa jika x > 0 , maka 1 + x x 2 1 + x 1 + x . 2 8 2 3. Gunakan teorema taylor dengan n=2 untuk aproximasikan
1.2 dan 2.
158
7
INTEGRAL RIEMANN
Pembahasan fungsi yang dibicarakan adalah fungsi bernilai real dan yang didefinisikan pada selang tertutup dan terbatas. Suatu partisi P pada selang suatu himpunan berhingga {a = x0, x1, x3, x4, x5, .xn = b} sedemikian sehingga
a = x 0 < x 1 < x 2 < L < x n 1 < x n = b .
A=x0 x1 x2 x3 xn-1 7.1.1.1. Partisi pada [a,b] xn
(a,b)
Norma partisi P yang dinyatakan dengan Padalah nilai terbesar diantara bilangan (xi-xi-1), i =1, 2, n. P= maks{xi-xi-1: 1 i n).
7.1.
Definisi 7.1.1. Misalkan fungsi riil dan terbatas yang didefinisikan pada selang tertutup [a,b]. Untuk setiap partisi P pada [a,b] dibentuk jumlahan atas U=
m (x
i =1 i
x i 1 )
m (x
i =1 i
x i 1 )
disebut Integral Bawah Riemann fungsi f pada [a,b] dengan infimum dan supremum diambil meliputi semua partisi P pada [a,b], jika nilai integral atas dan integral bawah sama, maka dikatakan bahwa f dapat Terintegral Riemann pada [a,b] dan dinyatakan Riemann fungsi f pada [a,b] dan dinyatakan dengan f[a,b]. Nilai yang sama ini dinamakan Integral Riemann fungsi f pada [a,b] dan ditulis
(R )a f ( x )dx
b
jadi
(R )a
1, x rasional g( x ) = 0, x irrasional dengan a x b. Untuk sembarang partisi P pada [a,b] diperoleh U (P,f ) = k(b-a) dan L(P,f ) = k(b-a). Jadi diperoleh
b
160
sehingga f R [a, b] dan (R ) sedang U(P,g) = b a dan L(P, g) = 0 untuk setiap partisi P pada [a,b]. dengan demikian didapatkan
b b a
f (x)dx = k(b-a)
(R ) f (x)dx = b a
a
dan
(R )
f (x)dx = 0.
sehingga g R [a,b] yakni g tidak dapat terintegral Riemann pada [a, b].
Definisi 7.1.3. Diberikan P dan Q partisi [a, b] dan P Q sehingga dikatakan bahwa
partisi P lebih halus dari pada Q, atau P suatu penghalusan Q, Jika P1 dan P2 partisi pada [a,b] maka P* = P1 P2 merupakan partisi penghalusan untuk P1 dan untuk P2 partisi P* disebut penghalusan gabungan untuk P1 dan P2.
Teorema 7.1.4. Dibrikan fungsi terbatas pada [a,b], jika P Q maka
hanya memuat satu titik c di luar Q = {x0, x1, . xn) dan xk-1 < c < xk. Kita
berturut-turut supremum nilai f (x) pada [xk-1,c] dan pada dan m k namakan m k m k dan M Mk. [c,xk], dan Mk supremum f (x) pada [xk-1, xk]. maka m k
Jadi
(c-xk-1) + m k (xk-c) Mk (xk xk-1) U(P,f ) U(Q,f ) = m k
Telah kita buktikan bahwa U(P,f ) U(Q,f ) untuk P hanya memuat satu titik di luar Q, jika P memuat lebih dari satu titik di luar partisi Q, misalnya r titik, maka bukti dikerjakan dengan mengulang proses di atas sampai r kali.
Teorema 7.1.5. Diberikan fungsi terbatas pada [a,b], maka Untuk sembarang P dan Q
untuk setiap partisi T berlaku L(T,f ) U(T,f ). Menurut Teorema 7.1.4 diperoleh L(P,f ) L(P*,f ) U (P*,f ) I(Q,f ),
Teorema 7.1.6. Jika partisi P dan Q berlaku L (P,f ) U(Q,f ). maka
(R )
f (x) dx (R ) f (x) dx
a
L (P,f ) U(Q,f ). Jika P diambil tetap, dan Q bergerak meliputi semua partisi Q pada [a,b], maka L(P,f ) adalah suatu batas bawah dari himpunan jumlah-jumlah atas {U(Q,f )}. Jadi L(P,f ) inf {U(Q,f )} = (R ) f (x) dx
a
(R ) f (x) dx,
a
162
Teorema 7.1.7. Diberikan fungsi f R [a,b] jika dan hanya jika untuk setiap > 0
Dengan demikian, jika untuk setiap > 0 terdapat P sehingga U(P, f ) L(P,f ) < , maka kita mempunyai hubungan 0 (R ) f (x) dx - (R ) f (x) dx <
a
(R )
b a
f (x) dx - (R ) f (x) dx
a
yang berarti f R [a,b]. Sekarang diandaikan f R [a, b] dan diberikan > 0 karena
(R )
b a
(R )
dan
b a
163
(R )
b a
f (x) dx -
(R )
b a
(R )
Jadi diperoleh
f (x) dx -
(R )
sehingga
b a
f (x) dx -
Latihan 7.1.
1. Jika I=[0,4] hitung bentuk partisi berikut ini
P1=(0,1,2,4). P2=(0,1,1,5,2,3,4,4).
7.2.
Integral Limit
Definisi 7.2.1. Diberikan fungsi f real dan terbatas pada selang [a,b]. untuk setiap partisi
S(P,f ) =
i =1
f (ti)(xi-xi-1)
Dimana ti titik sembarang pada subselang tertutup [xi-1, xi], i = 1, 2, ., n. Bilangan real A disebut limit S(P,f ) untuk norma |P | 0 dan ditulis lim S(P,f ) = A jika dan hanya
P 0
jika untuk setiap > 0 yang diberikan dan sembarang pengambilan titik ti [xi-1, xi], terdapat > 0 sedemikian sehingga untuk semua partisi P pada [a,b] dengan |P |< berlaku
164
|S(P ,f ) - A| < .
Sesungguhnya jika untuk setiap f yang ditentukan, jumlah S(P, f ) adalah fungsi dari
P dan dari pemilihan ti [xi-1, xi]. Jadi pada definisi limit di atas ketidaksamaan
|S(P, f ) - A| <
harus dipenuhi untuk semua P dengan |P | < dan setiap pengambilan ti [xi-1, xi].
t1 t2 t3 A=x0 x1 x2 x3 tn xn-1 xn
t1 t2 t3 A=x0 x1 x2 x3
tn-1 xn-1
tn xn
Contoh 7.2.2. Jika limit S(P ,f ) dan S(P, g) untuk fungsi f dan g pada fungsi konstan
f (x) = k dan 1, x rasional g( x ) = 0, x irrasional untuk setiap partisi P dari [a,b] diperoleh S(P,f ) = jadi
P 0
i =1
f (ti)(xi-xi-1) = k(b-a),
akan tetapi untuk setiap partisi P, jika ti diambil bilangan rasional maka S(P,g) = jika ti dipilih bilangan irasional maka
165
i =1
1(xi-xi-1) = b a,
S(P,g) =
P 0
i =1
0(ti)(xi-xi-1) = 0
Bukti: Andaikan lim S(P,f ) adalah A dan B. Diambil > 0, maka terdapat 1 > 0
P 0
jika diambil bilangan yang terkecil di antara 1 dan 2 maka |P1| < kedua ketidaksamaan di atas berlaku. Jadi
|A-B| = | (S(P1,f ) B) (S(P1,f ) A)|
< |S(P1,f ) - A| + |S(P1,f ) - B| < . Karena |A-B| < ini berlaku untuk setiap > 0, maka haruslah A B = 0.
Teorema 7.2.4. Jika limit lim S(P,f ) ada maka f R[a,b] dan
P 0
P 0
Bukti: Andaikan lim S(P,f ) = A dan diberikan > 0. dapat dicari > 0 sehingga
P 0
166
F( t 'i ) > Mi -
4(b a ) 4(b a )
dan
f ( t '' i ) < mi +
Jadi
U(P,f ) =
<
i =1
Mi(ti)(xi-xi-1)
) (xi-xi-1) 4(b a ) 4
i =1
( f ( t 'i ) +
i =1
f ( t 'i ) (xi-xi-1) +
U(P,f ) < A +
Demikian juga dapat diturunkan
+ =A+ 2 4 4 2
dan
167
(R ) f (x) dx A
a
dan
(R ) f (x) dx A,
a
Jadi
(R ) f (x) dx = A
a
sekarang akan dibuktikan jika f R [a,b] maka lim S(P,f ) ada. Namun sebelumnya
P 0
setiap > 0 yang diberikan terdapat > 0 sehingga untuk semua partisi P dengan |P | < berlaku U(P,f ) < (R ) f (x) dx +
a
b
Bukti: Diberikan > 0 maka terdapat suatu partisi P0 = {y0, y1, . yr} pada [a,b]
sehingga
h<
2(r 1)( M m )
Dengan M dan m berturut turut supremum dan infimum f (x0) untuk a x b Sekarang diambil sembarang partisi pada [a,b], yakni P = { x0 x1, . xn } dengan
|P| < h. Tentu saja paling banyak hanya ada satu titik yi yang terletak dalam interior
memuat titik yk sebagai interior paling banyak ada r-1. Kita namakan mi untuk k supremum dari f (x) pada [ x i , x i ] , m i dan m i untuk supremum f(x) berturut k 1 k k k pada [ x i , yk ] dan pada [ yk , x i ] Maka berlaku k k 1
* **
mi ( x i x i ) - m i ( yk x i ) - m i ( x i yk ) < M ( x i x i ) k 1 k k k 1 k 1 k k 1 k k m ( yk x i ) - m [ x i , yk ] = (M-m) ( x i x i ) k 1 k 1 k k 1
Kita andaikan Q = P P0, maka
**
U(P,f ) U(Q,f )
k =1 p
k =1 r 1
k =1
U(Q,f ) U(P0,f )
Sehingga diperoleh
169
b < (R ) f (x) dx + 2 a
Asalkan |P| < h. Dengan cara yang serupa dapat ditunjukkan bahwa terdapat bilangan h > 0 sehingga untuk |P | < h berlaku
Jika dipilih yang terkecil di antara h dan h maka untuk semua partisi p dengan
|P | < berlakulah kedua ketidaksamaan dalam teorema di atas.
Teorema 7.2.6. Fungsi f dapat terintegral Riemann pada [a,b] jika dan hanya jika
P 0
dan
(R ) f (x) dx =
a
P 0
P 0
lim S(P,f )
Bukti: Jika lim S(P,f ) ada maka f R [a, b] sehingga diberikan > 0. Menurut
Lemma di atas jika f R [a,b] maka terdapat > 0 sehingga untuk semua |P | < berlaku
dan
Diperoleh
|S(P,f ) - (R ) f (x) dx | <
a b
Contoh 7.2.7. Jika f terbatas pada selang [a,b] dengan supremum h dan infimum m, sehingga
h m = sup {|(x) f (y)| : x dan y [a,b]}. Jadi semua x dan y dalam [a,b] berlaku m f (x) M
dan
m f (y) M, sehingga f (x) dan f (y) pada selang (m,h). Maka selalu berlaku
|f (x) f (y)| M-m
untuk setiap x dan y pada [a,b]. Diberikan > 0. Maka terdapat x dan y anggota [a,b] sedemikian hingga m f (y) < m + jadi M-m- < f (x) f (y) = |f (x) f (y)| M-m. dengan demikian M-m adalah suatu batas E = {|f (x) f (y)| : x dan y [a,b]} dan setiap bilangan yang kurang dari M-m bukan batas E. jadi M-m = sup E.
Teorema 7.2.8. Jika f R [a,b] maka f 2 R [a,b]. Bukti: Diberikan > 0 sebarang. Karena f R [a,b] maka terdapat partisi
<M-
< f (x) M.
U(P,f ) L(P,f ) =
dengan
i =1
2M
diperoleh
2 2 * M* i - m i = sup {|f (x) f (y)| : x dan y [xi-1, xi]} 2M(Mi mi).
Jadi
U(P,f ) L(P,f ) =
n
i =1
1. Jika f dan g anggota R [a,b] dan k suatu tetapan, buktikan bahwa kf R [a,b] dan f + g R [a,b] dan.
(RS ) (RS )
b a
b a
2. Jika f R [a,b] dan a < c < b maka f R [a,b] dan f R [c,b] dan
(RS )
b a
4. Jika f monoton pada [a,b] buktikan bahwa f R [a,b]. 5. Jika f kontinu pada [a,b] buktikan bahwa f R [a,b].
173
8
INTEGRAL RIEMANN-STIELTJES
Pada bab ini dibicarakan integral lebih umum dari integral Riemann, yang disebut integral Riemann-Stieltjes. Integral Riemann adalah keadaan khusus untuk integral Riemann-Stieltjes. Dengan demikian sifat-sifat atau teorema-teorema tentang integral Riemann-Stieltjes akan berlaku juga untuk integral Riemann setelah diadakan pengkhususan.
8.1.
Definisi 8.1.1. Diberikan selang tertutup [a,b] dan fungsi g yang naik monoton pada [a,b]. untuk setiap partisi P = {x0, x1, , xn} pada [a,b] dituliskan
Ugi
= g(xi) g(xi-1)
Jelas bahwa Ugi 0. Untuk setiap fungsi real f yang terbatas pada [a,b] dibentuk jumlah U(P, f, g) =
i =1
i =1
Mi Ugi
(RS )
b a
f dg = inf U(P, f, g)
(RS )
f dg = sup L(P, f, g)
dengan inf dan sup diambil meliputi semua partisi pada [a,b]. Jika
174
(RS )
b a
f dg = (RS ) f dg,
a
(RS )
b a
f dg atau (RS )
b a
f (x) dg(x)
(RS )
ada, yakni
b
a
b a
f dg
(RS )
f dg = (RS ) f dg
a
maka dikatakan bahwa f dapat terintegral terhadap g menurut Riemann dan ditulis f RS(g). Dengan mengambil g(x) = x, terlihat bahwa integral Riemann merupakan keadaan khusus integral Riemann-Stieltjes. Perlu dinyatakan secara eksplisit di sini bahwa fungsi naik monoton g tidak perlu kontinu. Nilai integral bergantung kepada f, g (yang naik), a, dan b tetapi tidak kepada variabel pengintegralan, yang boleh dihapuskan. Dengan diketahui f terbatas pada [a,b] maka baik inf U(P, f, g) maupun sup L(P, f, g) dijamin berhingga, sehingga masalah tentang kedapatanterintegralan f pada [a,b] adalah masalah kesamaan inf I(P, f, g) dan sup L(P, f, g) Teorema 8.1.2. Jika partisi P* suatu penghalusan partisi P pada [a, b], maka U(P*, f, g) U(P, f, g) dan L(P*, f, g) L(P, f, g). Untuk sebarang P dan Q berlaku L(P, f, g) U(Q, f, g). Teorema 8.1.3. Jika fungsi f terhadap g pada [a,b] maka (RS ) f dg (RS ) f dg
a
a b
175
Teorema 8.1.4. Fungsi f RS(g) jika hanya setiap > 0 yang diberikan terdapat suatu partisi P pada [a,b] sehingga U(P, f, g) L(P, f, g) < Teorema selanjutnya sangat penting untuk membuktikan apakah suatu fungsi adalah dapat terintegral Riemann-Stieltjes terhadap g. Teorema 8.1.5 Jika f kontinu pada [a,b] maka f RS (g). Bukti: Diberikan > 0. Karena f kontinu pada [a,b] maka f kontinu seragam pada [a,b]. Dapatlah dipilih > sehingga (g(b) g(a)) < Dengan demikian terdapat > 0 sehingga untuk semua z dan y [a,b] dengan |x - y| < berlaku |f (x) f (y) | < Dipilih suatu partisi P pada [a,b] dengan |P | < . Maka pada setiap subselang [xi-1, xi] terdapat titik t i dan t i sehingga f ( t i ) = Mi dan f ( t i ) = mi dan |Mi - mi| < , (I = 1, 2, ., n) Dengan demikian U(P, f, g) L(P, f, g) =
n n
i =1
maka f RS (g). Teorema 8.1.6. Jika f fungsi monoton pada [a,b] dan g kontinu pada [a,b], maka f RS(g).
176
Bukti: Diandaikan bahwa f naik monoton pada [a,b]. Karena g kontinu pada [a,b], untuk setiap bilangan asli n dapat dipilih suatu partisi P pada [a,b], sehingga
Ugi
g (b ) g ( a ) , (i = 1, 2, , n) n
Karena f naik, maka Mi = f (xi) dan mi = f (xi-1) untuk i = 1, 2, ., n. Jadi U(P, f, g) L(P, f, g)= =
n
i =1
(f (xi) f (xi-1))Ugi
g (b ) g ( a ) (f (b) f (a)). n
Dengan demikian untuk setiap > 0, dengan mengambil n yang cukup besar dapat dicari partisi P pada [a,b] sehingga U(P, f, g) L(P, f, g) < Sehingga fungsi f RS(g).
Teorema 8.1.7. Jika f terbatas pada [a,b] dan mempunyai titik-titik diskontinu yang
berhingga pada [a,b], dan g kontinu di setiap titik di mana f diskontinu, maka f RS (g).
Bukti: Diberikan > 0 . Diambil M = sup | f(x)| dan dimisalkan E adalah
himpunan (berhingga) titik titik diskontinu fungsi f. Karena E berhingga dan g kontinu di setiap titik anggota E, maka E dapat diselimuti oleh selang-selang tertutup saling asing yang cacahnya berhingga (uj, vj) [a,b] sedemikian hingga jumlah selisih-selisih yang bersangkutan g(vj) g(uj) kurang dari . Selanjutnya, selang-selang ini diletakkan sedemikian hingga setiap titik E yang terletak di selang terbuka (a,b) terletak di dalam interior sesuatu [uj, vj]. Jika semua selang terbuka (uj, vj) dikeluarkan dari [a,b], maka himpunan K yang tertinggal adalah suatu himpunan kompak. Jadi f kontinu seragam pada K, dan terdapatlah suatu > 0 sehingga | f(s) f(t) | <
177
pada [a,b] sedemikian hingga, setiap uj dan setiap vj anggota P. dan untuk setiap j,
P (uj, vj)
adalah kosong. Jika xi-1 bukan suatu uj maka diambil xi xi-1 < , perhatikan bahwa untuk setiap i berlaku Mi mi 2M. dan Mi mi < kecuali apabila xi-1 adalah salah satu antara uj. Dengan demikian U(P, f, g) L(P, f, g) =
xi 1 u j
x i 1 = u j
i =1
Ugi
+ 2M
(g(vj) g(uj))
dan
1 0 untuk 0 x 1 2 g (x ) = 2 untuk 1 1 < x 3 2
3 nilai (RS ) f dg karena f RS(g). Diambil P = {0, 1 1 2 , 1 4 , 3}, maka 0 3
U(P, f, g) = 2
178
1 untuk 0 x 1 f (x ) = 0 untuk 1 < x 2 dan 0 untuk 0 x 1 g (x ) = 1 untuk 1 < x 2 selidikilah apakah f RS(g) pada [0,2]. Untuk sembarang partisi P = {x0, x1, , xn} maka terdapat K sehingga xk-1 = 1 atau xk-1< 1 < xk dalam kedua keadaan ini
Ugi= Ugk =1
dan
dan L(P, f, g) = 0 Dengan demikian inf U(P, f, g) = 1 dan sup L(P, f, g) = 0. sehingga f RS(g) pada [0,2].
179
Latihan 8.1.
1. Tunjukkan fungsi Dirichlet tidak terintegral Riemann-Stieltjes 2. buktikan bahwa setiap fungsi kontinu pada [a,b] adalah Terintegral Riemann-Stieltjes pada [a,b]. 3. Diberikan f RS(g) jika hanya setiap > 0 yang diberikan terdapat suatu partisi P pada [a,b] sehingga U(P, f, g) L(P, f, g) < 4. Buktikan bahwa fungsi interval tertutup Terintegral Riemann-Stieltjes dan subinterval juga terintegral Riemann-Stieltjes 5. Buktikan jika f terintegral Riemann-Stieltjes pada [ab]maka | f | teritegral pada [a,b]
8.2.
Teorema 8.2.1. Jika f1 RS (g) dan f2 RS(g) pada [a,b], maka f1 + f2 RS (g), dan
(RS )
b a
(RS )
b a
cf dg = c (RS ) f dg
a
(RS )
b a
f1 dg (RS ) f2 dg.
a
Teorema 8.2.3. Jika f RS(g) pada [a,b] dan jika a < c < b, maka f RS(g) pada
(RS )
c a
Teorema 8.2.4. Jika f RS(g) pada [a,b] dan jika f (x) M pada [a,b], maka 180
(RS )a
b a
f dg M [g(b) g(a)]
b b
Teorema 8.2.6. Jika f RS(g) dan c suatu tetapan positif, maka f RS(cg) dan
(RS )
b a
f d(cg) = c (RS ) f dg
a
0, I(x ) = 1,
(x 0 ) (x > 0 )
Jika f terbatas pada [a,b] dan a < x < b, f kontinu di s dan g(x) = I(x-s). Ditinjau partisi
Karena hubungan ini berlaku untuk setiap > 0, maka didapatkan f (s) = (RS ) f dg (RS ) f dg.
a
181
Jadi
b a
f dg = f (s).
Contoh 8.2.8. Diberikan deret suku positif cn yang konvergen, dan {sn } barisan titik-titik
n =1
cn1(x sn)
(RS )
b a
f dg =
n =1
cn f (sn)
karena untuk setiap x berlaku 0 cn I(x-sn) < cn dan deret cn konvergen, maka g(x) konvergen untuk setiap x. Jelas bahwa g naik monoton, dan g(a) = 0 dan g(b) = cn, Diberikan > 0, Maka dapat dipilih bilangan bulat positif p sehingga
n = p +1
cn <
n =1
cnI(x sn)
n = p +1
cnI(x sn)
(RS )
Karena
b a
f dg1 =
n =1
cnI(x sn)
n = p +1
cn < ,
182
maka
(RS ) f
a
dg 2 M
(RS ) f
a
dg = (RS ) f dg 1 + (RS ) f dg 2 .
a a
jadi
(RS ) f
a
fungsi real yang terbatas pada [a , b ] . Maka f RS ( g ) pada [a , b ] jika dan hanya jika
(RS )
a
f dg = (RS ) f (x )g ' (x ) dx
a
sedemikian hingga
U (P , g ' ) L (P , g ' )<
183
jika kita menamakan m i' dan m in berturut-turut untuk inf dan sup g ' (x ) pada
g ' (s ) g ' (t ) (x
i =1 i i
x i 1 ) <
i =1
f (s i ) g i =
f (s )g ' (t ) x
i =1 i i
maka diperoleh
f (s ) g f (s g ')(s )(x
i i i i i =1 i =1
x i -1 ) M
Khususnya diperoleh
f (s ) g
i i =1
U ( P , fg ' ) + M
Jadi
U (P , f ) U (P , f , g ' ) M
(RS )
a
f dg (RS ) f (x ) g ' (x ) dx M
a
184
(RS ) f
a b
dg = (RS ) f (x ) g ' dx
a
(RS ) f
a
dg = (RS ) f (x ) g ' dx
a
sehingga terbukti bahwa f RS ( g ) jika dan hanya jika fg RS [a , b ] , dan terbukti juga kesamaan di dalam teorema di atas.
1. Jika g RS [a , b ] maka integral Riemann-Stieljes menjadi integral Riemann biasa. 2. Jika g ( x ) = c n I (x s n ) (yang dinamakan fungsi tangga murni) maka integral
n =1
h(x) <h(y). Jika tanda ketidaksamaan ini dibalik maka h dinamakan turun tegas pada [a , b ] .
Teorema 8.2.11. Diberikan h suatu fungsi yang naik tegas dari selang [ A, B ] terhadap
selang [a , b ] , fRS(g) pada [a , b ] . Selanjutnya didefinisikan G dan F pada [ A, B ] dengan G(y) = g(h(y)) dan F(y) = f (h(y). Maka f RS(G) pada [ A, B ] dan
(RS )A F dG = (RS )a f dg
B b
dapat
diperoleh dengan cara ini. Karena nilai-nilai yang diperoleh f pada [x i- 1 , x i ] tepat sama dengan nilai-nilai yang diperoleh F pada [ y i- 1 , y i ] , maka mudah dimengerti bahwa U(Q, F, G) = U(P, f, g) dan
185
L(Q,F,G) = L(P, f, g) Karena f RS(g) maka P dapat dipilih sehingga U(P, f, g) dan L(P, f, g) dekat terhadap (RS ) f dg . Yakni, jika diberikan > 0, dapat dicari P pada [a , b ]
b a
sehingga
(RS )a f
b b
(RS )a f
dg < L ( Q , F , G ) U ( Q , F , G ) <(RS ) f dg +
b a
F dG = f dg
a
yakni rumus untuk penggantian variabel pada integral Riemann. Sekarang akan diperlihatkan bahwa pengintegralan dan pendiferensialan dalam arti yang tertentu merupakan operasi-operasi yang saling invers.
Teorema 8.2.12. Diberikan fungsi f RS [a, b ] . Untuk a x b dibentuk fungsi F
Maka F adalah kontinu pada [a, b ] , jika f kontinu di x0 [a, b ] , maka F dapat terdiferensial di x0, dan F' (x0) = f(x0).
Bukti: Karena f RS [a, b ] , maka f terbatas pada [a, b ] . Diandaikan F(x) M
F(y)- F(x)< , Jika y-x< /M. Hal ini menunjukkan bahwa F kontinu bahkan kontinu seragam pada [a , b ]. Sekarang jika f kontinu di x0, maka diberikan > 0 dapat dicari > 0 sehingga untuk t - x 0 < dan a t b berlaku f( t ) f(x0) < . Sehingga jika
t F (t ) F (s ) 1 (RS )s ( f (u ) f (x ))du < f (x 0 ) = t s t s
(RS )a
sedemikian hingga
f(x) dx = F (b ) F (a )
U ( P,f ) L ( P, f ) < . Teorema nilai rata-rata akan memberikan titik titik ti [x i-1, xi, x i , x 1 ] Sehingga F ( xi ) - F( xi-1 ) = f ( ti ) - F( xi- x i-1 ) untuk I = 1,2,, n. jadi
f (t ) (x
i i =1
- x i- 1 )= F(b) - F(a )
f ( t )( x
i =1 i
x i 1 ) = F ( b ) F ( a ) L ( P,f )
yang dapat terdiferensial pada [a,b] dan F = f RS [a,b] dan G RS [a,b] maka
Bukti: Misalkan H (x) = F(x) G(x), maka H RS [a,b] . Karena F dan G dapat
(RS )a (F (x ) g (x ) + F (x )G (x )) + dx = H (b ) h (a ) = F (b )G (b ) F (a )G(a )
b
Yakni yang harus dibuktikan Pada suatu konsep integral Riemen-Stieltjes banyak peneliti menggunakan definisi intergral Riemen-Stieltjes berikut ini
Definisi 8.2.14. Fungsi f dapat Terintegral Riemen-Stieltjes terhadap g pada selang
[a,b], jika terdapat suatu bilangan real A yang mempunyai sifat bahwa untuk setiap > 0, terdapat suatu > 0 sehingga untuk setiap partisi P pada [a,b] dengan norma |P |< dan untuk setiap pemilihan ti [xi-1, xi] berlaku |S (P, f, g) - A|< dimana S (P, f, g) =
n
f (t
i- 1
) ( g ( x i ) g ( x i 1)).
1. Misalkan
2. Misalkan fungsi real terbatas yang didefinisikan pada [0.1]. Jika f diskontinu di setiap titik pada himpunan Cantor c, dan Kontinu di titik yang lain, buktikan bahwa f RS [0,1] 3. Misalkan f fungsi real yang didefinisikan pada [0,1] dan untuk setiap k > 0 diketahui bahwa f RS [k ,1]. Didefiniskan
Buktikan f RS [0,1]. 4. Diandaikan f RS[a,b] untuk setiap b > a dengan a tertentu. Didefinisikan
Diasumsikan bahwa f (x) 0 dan turun monoton pada (1,). Buktikan bahwa (RS ) f (x )dx , Konvergen jika dan hanya jika f (n )
a n =1
konvergen. 5. Jika p dan q bilangan real positif sedemikian hingga. Buktikan jika u 0 dan v 0, maka uv
u p uq kesamaan berlaku jika dan hanya jika up = vq + p q
6. Jika p dan q bilangan real positif sedemikian hingga bahwa jika f RS(g) dan H RS(g), f 0, h 0 dan
1 1 + = 1 . Buktikan p p
(RS )a f
b
dg = (RS ) h q dg = 1
b a
maka :
fhdg 1
a
189
Ini dinamakan ketidaksamaan Holder. Jika p=q=2 ketidaksamaan itu biasanya dinamakan ketidaksamaan Schwarz.
190
DAFTAR PUSTAKA
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] Bartle, R.G., 2000, A Modern Theory of Integration, American Mathematical Society Vol. 32. Gupta and Jain, 1986, Lebesgue Measure and Integration, Wiley Eastern Limited, India. Pfeffer,W.F.,1993, The Riemann Approach to Integration, Cambridge University Press, New York, USA. Royden, H.L., 1989, Real Analysis, third edition, Macmillan Publishing Company, New York, USA. Wheeden, R.L dan Zygmund, A, 1977, Measure And Integral : An Introduction to Real Analysis, Marcell Dekker Inc, New York. Goldberg, R.R.. Method of Real Analysis, 2nd edition. New York: John Wiley & Sons. 1976. J. M. H. Olmsted, Advanced Calculus. New York: Prentice-Hall, 1961 Kreyszig, Anvanced Engineering Mathematics, 7th, New York: John Wiley & Sons. 1993. Morris Kline, Mathematical Thoughtftom Ancient to Modern Times. New York: Oxford University Press, 1972 [10] Stoll, Manfred.. Introduction to Real Analysis, 2nd Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc, 2001 [11] Taylor, Robert, Advanced Calculus, 3rd New York: John Wiley & Sons. 1983. [12] Varbeg, Purcell, Rigdon, Calculus, 8th edition Addison Wesley Longman, Inc, 2003. [13] Walter Rudin, Principles of' Mathematical Analysis (3rd ed.). New York: McGraw-Hill, 1976.