Analisis Real I
Oleh:
KBI ANALISIS
LABORATORIUM MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Modul Ajar yang berjudul
Analisis Real I
LABORATORIUM MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan kesempatan se-
hingga penulisan Modul Ajar Analisis Real 2 dapat terselesaikan dengan baik. Modul
ajar ini disusun dengan tujuan dapat membantu dosen pengasuh mata kuliah dalam per-
kuliahan dan para mahasiswa dalam memahami materi yang diberikan dosen pengasuh.
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Mata kuliah Kalkulus.
Mata kuliah ini akan dapat dikuasai dengan baik jika mahasiswa telah memahami semua
materi yang diajarkan pada Kalkulus 1, Kalkulus II dan Kalkulus III. Kami menyam-
paikan terima kasih kepada tim reviewer dan semua pihak yang telah memberikan saran
dalam penyempurnaan penyusunan modul ajar ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa modul ajar ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu kritik dan saran demi perbaikan modul ajar ini sangat diharapkan dari pembaca
sekalian.
KBI ANALISIS
Daftar Isi
Contents i
4 Barisan 44
4.1 Barisan di dalam ruang metrik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
4.2 BARISAN BILANGAN REAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
4.3 Sub Barisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
4.4 BARISAN MONOTON . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
i
Contents ii
6 Turunan Fungsi 83
Daftar Pustaka 85
Daftar Pustaka 85
Daftar Pustaka 85
Bab 1
Himpunan adalah sekelompok entri-entri yang mempunyai karakteristik dan sifat yang
sama
Notasi : A, B, Ω, a ∈ A, x ∈ Ω, y ∈ B
Makna dari :
(a) A ⊆ B
(b) B ⊆ A
2. A ⊆ B : x ∈ A, x ∈ B
Makna dari :
1. A ∩ B = {x|x ∈ A ∧ x ∈ B}
2. A ∪ B = {x|x ∈ A ∨ x ∈ B}
Fungsi adalah pemetaan yang mengaitkan semua anggota domain ke tepat satu anggota
kodomain
1
Bab 1. HIMPUNAN DAN FUNGSI 2
[ [
f −1 ( Eα ) ⊂ f −1 (Eα ) (1.0.1)
α∈I α∈I
[ [
f −1 (Eα ) ⊂ f −1 ( Eα ) (1.0.2)
α∈I α∈I
[ [
f −1 ( Eα ) ⊂ f −1 (Eα ) (1.0.3)
α∈I α∈I
[ [
f −1 (Eα ) ⊂ f −1 ( Eα ) (1.0.4)
α∈I α∈I
1. Sifat Refleksif
A ∼ A (terhadap dirinya sendiri)
2. Sifat Simetris
A ∼ B =⇒ B ∼ A
3. Sifat Transitif
A ∼ B ∧ B ∼ C =⇒ A ∼ C
Bukti.
1. f : A =⇒ B
x 7→ x st. f (x) = x Karena f (x) = x adalah fungsi yang 1 − 1 dan surjektif, maka
A∼A
Bab 1. HIMPUNAN DAN FUNGSI 4
2. Diketahui : A ∼ B
Dibuktikan : B ∼ A
Bukti : A ∼ B =⇒ ∃f : A → B yang korespondensi 1 − 1
f : A → B x 7→ y st. f (x) = y
pilih f −1 : B → A
y 7→ x st. f −1 (y) = x
f (x) = y
f −1 (f (x)) = f −1 (y)
(f −1 ◦ f )(x) = f −1 (y)
x = f −1 (y)
karena f (x) = y korespondensi 1−1 maka f −1 (y) juga korespondensi 1−1 sehingga
B∼A
5. A dikatakan paling banyak terbilang (most countable) jika A berhingga atau ter-
bilang
• Akdib f surjektif
bukti :
ambil y ∈ C maka y = n + 1 = f (n)
∴ f surjektif
Teorema 7. Jika himpunan tak berhingga A terbilang maka setiap himpunan bagian tak
berhingga dari A merupakan himpunan terbilang.
A∼N
E ⊆ A =⇒ E ∼ N
pilih f : E → N, 3 f (xnk ) = k
Bab 1. HIMPUNAN DAN FUNGSI 6
xnk 7→ k
2. f surjektif⇔ f (E) = N
f (E) = N ⇔ f (E) ⊆ N dan N ⊆ f (E)
• ambil xnk ∈ E maka f (xnk ) = k ∈ N
• ambil k ∈ N maka k = f (xnk ) ∈ f (E)
S∞
Teorema 8. Jika ∀n ∈ N himpunan An terbilang, maka himpunan A = n=1 An terbi-
lang.
Sn
Akibat 1. a) Jika A1 , A2 , ..., An himpunan-himpunan terbilang, maka i=1 Ai terbi-
lang.
Bukti.
a
Q= , a, b ∈ Z, b 6= 0
b
a
Misalkan dibentuk pasangan berurutan (a,b). Menurut Teorema 9, maka {(a,b)} =
b
B2 terbilang.
ka a ka
Jika { , k ∈ Z, k 6= 0, b 6= 0} = Q maka Q ⊆ Ba karena = , ∀k ∈ Z dengan k
kb b kb
6= 0 dan b 6= 0 maka Q ⊆ B2
Menurut Teorema 7, maka Q terbilang.
Bab 2
1. Metode Aksiomatis
Ada bilangan real tak kosong, R yang memenuhi beberapa aksioma
2. Metode Konstruktif
Membangun/membentuk bilangan real dan bilangan rasional
a
Q = { |a, b ∈ Z, b 6= 0}
b
Definisi 11. Diberikan himpunan S 6= ∅ dan suatu relasi ”<” pada S, Relasi ”<” disebut
urutan (ordered) jika :
i. ∀x, y ∈ S berlaku satu dan hanya satu ketentuan x<y atau x=y atau x>y
Definisi 12. (Himpunan Terurut) S dinamakan himpunan terurut jika himpunan S me-
menuhi sifat i dan ii atau ”urutan”.
Jawab :
8
Bab 2. SISTEM BILANGAN REAL 9
ii. Ambil sebarang r,s,t∈ Q sedemikian sehingga s-r>0 → r<s, t-s>0 → s<t sedemi-
kian sehingga (s-r)+(t-s)=t-r>0 ↔ r<t.
Definisi 13. (himpunan terbatas) S adalah himpunan terurut dengan urutan ≤ dan
E ⊂ S. Himpunan E dikatakan terbatas ke atas jika :
∃m ∈ S st ∀x ∈ E berlaku x ≤ m
∃n ∈ S st ∀x ∈ E berlaku x ≥ n
2. F = { n1 , n ∈ N } = {1, 21 , 31 , ...}
F terbatas ke atas karena ∃ ∈ Q st x ≤ 1, ∀x ∈ F
F tak terbatas ke bawah namun F mempunyai batas bawah 0 ∈ Q tapi 0 ∈
/F
3. A = {n|n ∈ N }
A tidak terbatas ke atas, karena tidak terdapat m ∈ Q st x ≤ m, ∀x ∈ A
A terbatas ke bawah karena ∃1 ∈ Q st x ≥ 1, ∀x ∈ A
• Apakah 9 = SupE ?
Jawab :
∴ 9 = SupE
∴ −2 = inf E
Contoh 8. F = { n1 , n ∈ N}, apakah 0 = inf F ?
1
• misal r ∈ Q, r > 0.0 < n < r, sehingga r bukan batas bawah F
∴ 0 = inf F
Ambil sebarang r ∈ A
Pertanyaan :
Jawab
Syarat Supremum:
a
i. Andai A mempunyai batas atas, misal m = b ∈ Q dimana a,b adalah bilangan
bulat ganjil.
Bab 2. SISTEM BILANGAN REAL 12
m = ( ab )2
a2
= b2
Karena a,b adalah bilangan bulat ganjil, maka a2 , b2 adalah bilangan bulat ganjil.
a2
Kemudian ambil m2 = 2 sehingga b2
= 2 maka a2 = 2b2 . 2b2 bernilai genap.
Hal ini kontradiksi dengan pengandaian a yang merupakan bilangan bulat ganjil,
sehingga pengandaian diingkar.
∴ A tidak mempunyai batas atas (tidak ada bilangan rasional yang menjadi batas
atas dari A).
• Ambil sebarang y ∈ B
Bukti :
Ambil sebarang x ∈ A , maka x > 0 dan x2 < 2 ⇐⇒ 2 − x2 > 0 sehingga
2 − x2
x= > 0.
x2
Akan ditunjukkan :
x tidak memiliki elemen terbesar di A.
• pilih z ∈ A , misal
2 − x2
z = x+
x2
x(x + 2) + 2 − x2
=
x+2
2x + 2
= ∈A
x+2
sehingga,
z2 − 2 = ( 2x+2 2
x+2 ) − 2
4x2 + 8x + 4 − 2(x2 + 4x + 4)
=
(x + 2)2
2
2x − 4
=
(x + 2)2
2(x2 − 2)
= <0
(x + 2)2
jadi z 2 < 2
Q = { ab , a, b ∈ Z, b 6= 0}
R = Q ∪ irrasional
Definisi 16. Himpunan terurut S dikatakan mempunyai sifat batas atas terkecil (sifat
supremum) jika setiap himpunan bagian yang tidak kosong dan terbatas ke atas.
Definisi 17. Himpunan terurut S dikatakan mempunyai sifat batas atas terkecil (sifat
supremum) jika setiap himpunan bagian yang tidak kosong dan terbatas ke atas dari S
mempunyai supremum supremum di dalam S, misal A ⊂ S, B ⊂ S, C ⊂ S; a=sup A ,
b=sup B, c ⊂ S, a,b,c ∈ S.
Definisi 18. Himpunan terurut S dikatakan mempunyai sifat batas bawah terbesar (sifat
infimum) jika setiap himpunan bagian yang tidak kosong dan terbatas ke bawah dari S
mempunyai infimum di dalam S.
1. b batas bawah A
Bukti :
i) ambil sebarang y ∈ B, karena B himpunan semua batas bawah A, maka ∃ x ∈ A st x
≥y
Karena y ≤ x, ∀ y ∈ B, maka B terbatas ke atas. Padahal B 6= ∅ dan B ⊂ S dan
mempunyai sifat batas atas terkecil, maka b bukan batas atas dari B, karena ∀ anggota
A adalah batas atas dari B, maka p ∈
/ A, atau dapat ditulis
p<b→p∈
/A
p∈A→p≥b
Dari pengertian di atas, diperoleh b adalah batas bawah dari A atau b= inf A
Bab 2. SISTEM BILANGAN REAL 14
Definisi 20. Himpunan terurut F yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan per-
kalian disebut Medan jika memenuhi aksioma-aksioma berikut ini :
(iv) −(−x) = x
(iii) Diketahui : x + y = 0
Akan dibuktikan : y = −x
bukti :
Menurut aksioma penjumlahan 1,
y = 0 + y = (x + (−x)) + y = (−x) + (x + y) = −x + 0 = −x
Bukti. (i)
Diketahui : x + y = y + x
Akdib : y = z
Bukti : y = 0 + y
= (x + (−x) + y)
= (−x) + (x + y)
= −x + (x + z)
= (−x + x) + z
=0+z
=z
i) Jika x 6= 0 dan xy = xz → y = z
1
iv) Jika x 6= 0 maka 1 =x
x
Bab 2. SISTEM BILANGAN REAL 16
i) 0x = x
ii) x 6= 0 dan y 6= 0 → xy 6= 0
iv) (−x)(−y) = xy
Bukti. (ii)
Andaikan x 6= 0 , y 6= 0 → xy = 0
y. y1 = 1
x. x1
y. y =1
y.x. x1 . y1 = 1
xy.( x1 )( y1 ) = 1
0.( x1 )( y1 ) = 1
0 = 1 (Kontradiksi)
Jadi x 6= 0 , y 6= 0 → xy 6= 0.
Definisi 21. Suatu medan F dikatakan medan terurut jika F merupakan himpunan
terurut dengan sifat :
jika x > 0, maka x disebut elemen positif dan jika x < 0, maka x adalah elemen
negatif .
1 1
(v) jika 0 < x < y maka x < y < x
(i) Menurut Definisi 2.9 (i), jika x > 0 maka 0 = x − x > 0 − x = −x atau −x < 0.
Jika x < 0 maka −x = −x + 0 > −x + x = 0.
(ii) Karena y < z, maka menurut Definisi 2.9 (i), 0 = y−y < z−y. Karena x < 0, maka
menurut Definisi 2.9 (ii), x(z − y) > 0. Jadi xz = xz − xy + xy = x(z − y) + xy >
0 + xy = xy.
(iii) Karena x < 0, maka menurut (i) −x > 0. Jadi menurut (ii) berlaku (−x)y <
(−x)z. Selanjutnya berdasarkan Proposisi (iii) berlaku −(xy) < −(xz), sehingga
menurut Definisi 2.9 (i) berlaku 0 = xy − xy < xy − xz atau xy > xz.
(iv) Jika x 6= 0, maka x > 0 atau x < 0. Untuk x > 0 maka dari Definisi 2.9 (ii)
secara langsung didapat x2 > 0. Jika x < 0, maka menurut (i) −x > 0 sehingga
(−x)(−x) > 0. Berdasarkan Proposisi (iv) bahwa (−x)(−x) = x2 > 0. Menurut
Aksioma K4, 1 = 1.1 = 12 > 0.
( x1 )( y1 )x < ( x1 )( y1 )y atau 1
y < 1
x
Teorema 22. Teorema 2.7.1 Terdapatlah suatu medan terurut R yang mempunyai sifat
batas atas terkecil dan memuat Q sebagai sub medan.
Bukti detail Teorema 2.7.1. tidak diberikan dalam buku ini. Uraian singkat
bukti adalah sebagai berikut. Elemen-elemen anggota R dibentuk sebagai himpunan-
himpunan bilangan rasional. Himpunan ini dinamakan irisan Dedekind. Dalam koleksi
irisan Dedekind ini dibentuk relasi urutan dan operasi penjumlahan dan perkalian yang
memenuhi aksioma-aksioma Medan. Dalam Teorema 2.7.1., Q ⊂ R, ini berarti operasi
Bab 2. SISTEM BILANGAN REAL 18
penjumlahan dan perkalian pada R, jika dikenakan pada elemen anggota Q akan sama
dengan operasi yang telah biasa digunakan pada bilangan rasional. Bilangan rasional
positif juga merupakan elemen positif dari R. Anggota R ini dinamakan bilangan real.
Bilangan real anggota Q disebut bilangan rasional dan yang bukan anggota Q dise-
but bilangan irasional. Himpunan semua bilangan real R merupakan medan terurut
yang lengkap (complete ordered field) yaitu suatu medan dengan operasi penjumlahan
dan perkalian dan suatu himpunan terurut dengan relasi urutan ketaksamaan ” < ”.
Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa semua lubang yang terdapat dalm Q telah
ditutupi oleh bilangan irasional. Selanjutnya jika semua bilangan, baik rasional maupun
irasional dapat diwakili oleh sebuah titik, maka himpunan semua bilangan real R seca-
ra geometri dapat digambarkan sebagai sebuah garis yang dinamakan garis bilangan
real.
N⊂Q⊂R
a−x ≤ mx , ∀x ∈ R
a−x+x ≤ mx + xa
≤ (1 + m)x
x-(+∞)= -∞
x x
ii) +∞ =0, −∞ =0.
Bab 2. SISTEM BILANGAN REAL 20
n x , x≥0
|x| =
−x , x<0
Bentuk |x| disebut nilai mutlak dari x ∈ R yang nilainya selalu positif.
√
(i) |x| = x2
Bukti. Bukti Teorema ini langsung diperoleh dari definisi nilai mutlak.
√
(i) Akan dibuktikan : |x| = x2 , ∀ x ∈ R
Bukti :
• untuk x ≥ 0
|x| = x
|x|2 = x2
√
|x| = x2 (Terbukti)
• untuk x < 0
|x| = −x
|x|2 = (−x)2
|x|2 = x2
√
|x| = x2 (Terbukti)
• untuk x ≥ 0
−|x| = −x ≤ x ≤ |x|
−|x| ≤ x ≤ |x| (Terbukti)
Bab 2. SISTEM BILANGAN REAL 21
• untuk x < 0
|x| = −x ≥ x ≥ −|x|
−|x| ≤ x ≤ |x| (Terbukti)
Teorema 28. Didalam sebarang ruang metrik (X,d) setiap barisan Cauchy hxn i terbatas.
|xm − xn | = |xN − xn |
= |xn − p|
Bab 2. SISTEM BILANGAN REAL 22
padahal
|xm − xn | < 1
|xn − p| < 1
|xn − p| < 1 ≤ M
∴ |xn − p| ≤ M
Bukti. Ambil hSn i barisan Cauchy di dalam Rk . Menurut Teorema 16 hSn i terbatas.
Karena hSn i ⊂ Rk dan hSn i terbatas, maka terdapat selang k, B sehingga hSn i ⊂ B.
Karena B kompak, maka menurut Teorema 15, hSn i konvergen
1. x̄ + ȳ = (x1 + y1 , ..., xk + yk ) ∈ Rk
3. 0̄ = (0, ..., 0) ∈ Rk
1. kx̄k ≥ 0
2. kx̄k = 0 ↔ x̄ = 0
3. kαx̄k =| α | kx̄k
Definisi 33. Diberikan himpunan X yang tidak kosong. Fungsi d:X x X −→ R disebut
metrik pada X jika memenuhi aksioma-aksioma dibawah ini :
Himpunan X yang dilengkapi dengan fungsi jarak d. disebut ruang metrik dan di-
nyatakan dengan (X,d).
Contoh 10. Berikut ini beberapa contoh metrik dan ruang metrik.
24
Bab 3. Konsep Topologi Pada Ruang Metrik 25
2. X = Rk
x = {x1 , ....., xk } ; y = {y1 , ....., yk }. ∀ x,y ∈Rk
didefinisikan dp (x,y)= ( kj=1 | xj - yj |P )1/P . Apakah dp metrik pada Rk ?
P
jawab:
~ Jelas M1 - M3 Terpenuhi
~ untuk M4
k
X
dp (x, y) = ( |xj − yj |P )1/P
j=1
X
= ( |xj − yj + zj − zj |P )1/P
X
= ( |xj − zj + zj − yj |P )1/P
X
dp (x, y) = ( |xj − zj + zj − yj |P )1/P
X
( |xj − zj + zj − yj |P )1/P ≤ dp (x, z) + dp (z, y)∀x, y, z ∈ Rk
d(x,y)
3. Misal (X, d) ruang metrik. Didefinisikan fungsi ϕ :XxX→R dengan ϕ(x, y)= 1+d(x,y) ,
∀x, y ∈ x. Apakah ϕ metrik?
jawab:
3.2 PERSEKITARAN
Definisi 34. Diberikan ruang metrik (X, d) , titik p ∈ X dan bilangan r > 0. Himpunan
Nr (p) = {x ∈ X|d(p, x) < r} disebut persekitaran titik p dengan jari-jari r > 0 . Titik
p disebut pusat persekitaran Nr (p).
Contoh 11. 1. X = R , d(x, y) = |x − y| , ∀x, y ∈ R
Jawab:
Ambil sebarang p ∈ R sedemikian sehingga
Nr (p) = {x ∈ R | |p − x| < r}
= (p − r, p + r)
p − r < x dan p + r > x.
p
2. X = R2 ; d(x̄, ȳ) = (x1 − y1 )2 + (x2 − y2 )2
Ambil sebarang p̄ = (p1 , p2 ) ∈ R2 sedemikian sehingga
p
Nr (p̄) = {x̄ = (x1 , x2 ) ∈ R2 (x1 − p1 )2 + (x2 − p2 )2 < r}
maka akan dibentuk persekitaran yang berbentuk lingkaran terbuka.
p
3. X = R3 ; d(x̄, ȳ) = (x1 − y1 )2 + (x2 − y2 )2 + (x3 − y3 )2
Ambil sebarang p̄ = (p1 , p2 , p3 ) ∈ R3 sedemikian sehingga Nr (p) = {x̄ = (x, y, z) ∈
p
R3 } | (x − p1 )2 + (y − p2 )2 + (z − p3 )2 < r}
maka akan dibentuk persekitaran yang berbentuk bola terbuka.
Definisi 35. Diberikan ruang metrik (X, d) dan himpunan H ⊂ X. Titik p ∈ H dika-
takan titik interior dari H jika terdapat persekitaran titik p dengan radius r > 0 yaitu
Nr (p) sedemikian sehingga Nr (p) ⊂ H.
Definisi 36. Diberikan ruang metrik (X, d) dan himpunan H ⊂ X. Titik p ∈ H dika-
takan titik eksterior dari H jika terdapat N r(p) ⊂ H c untuk r > 0
Definisi 37. Diberikan ruang metrik (X, d) dan himpunan H ⊂ X. Titik p ∈ X dika-
takan titik limit dari H jika terdapat persekitaran titik p dengan r > 0 yaitu N r(p)
maka N r(p) ∩ H\p 6= ∅ untuk r > 0
(1) x < a
x<a→r =a−x>0
N r(x) = (x − r, x + r) ∩ H
= (x − (a − x), x + (a − x)) ∩ [a, b)∪]c
= (2x − a, a) ∩ [a, b) ∪ c
= ∅
Sehingga x bukan titik limit dari H
1
Contoh 15. E = . Apakah x = 0 adalah titik limit E?
n
Jawab:
N r(x) = (x − r, x + r) ∩ H
N r(0) = (−r, r), r > 0
N r(0) ∩ E\0 = r
6= ∅
Sehingga 0 titik limit dari E
Jawab
Diambil sebarang titik x ∈ (a, b), maka dapat dipilih bilangan r > 0 dengan
r = min[|x-a|,|x-b|] sehingga diperoleh suatu persekitaran Nr (x) = (x − r, x + r)
⊂ E = (a, b). Jadi setiap x ∈ E merupakan titik interior himpunan E, sehingga
E merupakan himpunan terbuka di dalam bilangan real. E tidak tertutup, sebab
terdapat titik limit dari E, yaitu titik a dan b yang bukan anggota E.
2. F = [a, b]. Apakah himpunan F adalah himpunan terbuka atau himpunan tertu-
tup?
Jawab
Himpunan F = [a, b] adalah himpunan tertutup, sebab untuk setiap titik c ∈
/ F
bukan titik limit dari F . Pernyataan tersebut ekivalen dengan setiap titik limit
dari F merupakan anggota F . Maka himpunan F tertutup. Himpunan F tidak
terbuka sebab ada titik a dan b di dalam F akan tetapi titik tersebut bukan titik
interior himpunan F .
3. H = [a, b). Apakah himpunan H adalah himpunan terbuka atau himpunan tertu-
tup?
Jawab
Himpunan H = [a, b). H tidak terbuka, sebab a ∈ H dan a bukan titik interior
himpunan H. Demikian juga H tidak tertutup, sebab ada titik limit b dari H
tetapi b ∈
/ H.
Kesimpulan
Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa himpunan yang ”tidak terbua” bukan berarti
”tertutup” dan begitu juga sebaliknya bahwa himpunan yang ”tidak tertutup” bukan
berarti ”terbuka”.
• Pernyataan-pernyataan Alternatif
S∞
a) Jika Gi terbuka,∀i ∈ I → i=1 Gi terbuka.
b) Jika Fi tertutup,∀i ∈ I → ∩∞
i=1 Fi tertutup.
Bukti. .
S∞
a) Ambil sebarang X ∈ G = i=1 Gi , maka untuk suatu indeks i, X ∈ Gi .
Diketahui Gi terbuka, maka Nr (x) ⊂ Gi ,karena Gi ⊂ G maka Nr (x) ⊂ Gi ⊂ G.
∴ Nr (x) ⊂ G sehingga G terbuka.
Bab 3. Konsep Topologi Pada Ruang Metrik 31
n 1 , x rasional
f (x) =
0 , x irrasional
Bukti. Ambil sebarang p di R dimana p titik limit R. Misal p bilangan rasional, berarti
f (p) = 1. p juga titik limit himpunan R Qc , maka setiap barisan hpn i di dalam R Qc
T T
lim f (pn ) = 1, maka menurut Teorema 2, diperoleh lim f (x) = 1, sehingga lim f (x) =
n→∞ x→p x→p
1 6= 0 = f (p). Jadi, f tidak kontinu pada R.
Teorema 42. Setiap persekitaran di dalam ruang metrik (X, d) merupakan himpunan
terbuka.
Bukti. Ambil sebarang persekitaran titik x ∈ X dengan r > 0 didalam X, sebut Nr (x).
Ambil sebarang y ∈ Nr (x) dengan r > 0 dimana r > h = d(x, y) > 0
Bentuk persekitaran titik y dengan jari-jari = r − h > 0, sebut N (y).
Ambil z ∈ N (y), maka d(x, y) <
Dengan menggunakan PTS
d(x, y) < d(x, y) + d(y, z)
< h+
= h + (r − h)
= r
Karena d(x, z) < r maka z ∈ Nr (x). Sehingga N (y) ⊂ Nr (x). Dengan kata lain y titik
interior Nr (x). berarti Nr (x) terbuka.
Teorema 43. Dalam sebarang ruang metrik (x, d) setiap himpunan terbuka G ⊂ X me-
rupakan gabungan dari persekitaran-persekitaran.
Bukti. Ambil sebarang persekitaran x ∈ X dengan r > 0 sebut Nr (x). Karena G ter-
buka maka ∀x ∈ G∃Nr (x) ∈ G.(Definisi terbuka)
S
Misal N = x∈G Nr (x)
Akdb: i) G ⊂ N
ii) N ⊂ G; dimana G = N
S
Dari i dan ii maka G = N = x∈G Nr (x).
Teorema 44. Jika G himpunan terbuka dalam garis real R, maka G adalah gabungan
paling banyak terbilang dari interval-interval terbuka yang saling asing.
Bab 3. Konsep Topologi Pada Ruang Metrik 33
Ix = ∪ It , It = (at , bt ) ⊂ G, x ∈ It . (3.6.1)
t∈T
Definisi 46. Diberikan ruang metrik X, E ⊂ Q dan E 0 himpunan semua titik limit E.
Penutup (closure) himpunan E dinotasikan dengan Ē adalah Ē = E ∪ E 0 .
Definisi 47. Ruang metrik X dan E ⊂ Q. Himpunan E diaktakan rapat (dense) dalam
X jika Ē = X atau Ē = E ∪ E 0 .
Contoh 19. Jika E ⊂ R dan E 6= ∅ terbatas ke atas, maka sup E ada di dalam Ē.
2. jika a ∈
/ E, karena a = sup E, maka ∀r > 0 tapi x ∈ E st a − r < x − a berarti
6 ∅. karena a ∈ E 0 dan Ē = E ∪E 0 ,
N r(a) = (a−r, a+r),∀x ∈ E. N r(a)∩E \{a} =
maka a ∈ Ē.
b. E tertutup ⇐⇒ E = Ē.
Definisi 49. Diberikan sub-ruang (Y, d) dari ruang metrik (x, d) dan E ⊂ Y .
ii. Himpunan E disebut tertutup relatif terhadap Y jika untuk setiap titik limit him-
punan E yang ada di dalam subruang Y menjadi anggota E.
Contoh:
x = R, Y = [0, 2] ⊂ R.
E = [0, 1] ⊂ Y merupakan himpunan terbuka relatif terhadap Y .
F = [0, 2] tertutup relatif terhadap Y .
Teorema 50. Jika Y subruang dari X dan E ⊂ T , maka E terbuka relatif terhadap Y
jika dan hanya jika ∃G terbuka di X dan E = G ∩ Y .
Bukti. Diketahui E terbuka relatif jika dan hanya jika ∀x ∈ E, ∃r > 0, sedemikian
sehingga ∀y ∈ Y, (x − y) < r, ∃y ∈ E.
Akan dibuktikan
Bab 3. Konsep Topologi Pada Ruang Metrik 36
1. G terbuka
S
Bentuk G = V x, dimana Vx = {y ∈ Y | d(x, y) < r∀x ∈ E}
x∈E
S
Menurut ??, karena E terbuka relatif, maka G= x∈E Vx adalah himpunan ter-
buka.
2. E = G ∩ Y .
(i) E ⊂ G ∩ Y
Ambil sebarang x ∈ E, maka ∃r > 0 dan x ∈ V x = y ∈ Y | d(x, y) < r.
S
Karena G = x∈E V x dan x ∈ V x, maka x ∈ G.
Dilain pihak, diketahui bahwa E ⊂ Y , jadi ∀x ∈ E. Maka x ∈ Y .
Jadi disimpulkan bahwa X ⊂ G ∩ Y , maka E ⊂ G ∩ Y .
(ii) G ∩ Y ⊂ E
Ambil sebarang Y ∈ G ∩ Y , maka y ∈ G dan y ∈ Y .
S
Karena G = x∈E V x, ∃x ∈ E dan y ∈ V x, sehingga d(x, y) < r berarti
y ∈ E.
Contoh 21. himpunan tak berhingga F = 0.1, 1/2, 1/3, ... di dalam R merupkan him-
punan kompak.
proof
ambil sebarang selimut terbuka Ga untuk F . karena 0 ∈ F , maka terdapat a0 sehingga
0 ∈ Ga . karena 0 titik limit F maka untuk setiap r > 0. ambil masing-masing satu se-
limut yang memuat titik ini , yaitu 1/mıGam , 1/m − 1 ∈ Gam−1 , ..., 1/2 ∈ Ga2 , 1 ∈ Ga1 .
jadi Ga0 , Gaj |j = 1, 2, ..., m merupakan sub selimut terbuka untuk F. terproof F kompak.
1 1 1
Bukti. ∀n ∈ N, pilih rn = n − n+1 =n(n+1) > 0, maka G = Gα = {( n1 − rn , n1 + rn )}
merupakan selimut terbuka E. Perhatikan ( n1 − rn , n1 + rn ) hanya memuat satu titik
1
di E (G ∩ E) yaitu n. Karena E tak berhingga maka G juga tak berhingga. Jadi E
bukan himpunan kompak.
(⇐) Dimisalkan Vα selimut terbuka dalam Y untuk K. Menurut theo 3.8.3 , maka
tedapat Gα terbuka dalam X sehingga Vα = Gα ∩ Y . Karena Vα selimut terbuka untuk
K, maka Gα juga merupakan selimut terbuka untuk K dalam X. Berdasarkan hipo-
tesis, maka selimut terbuka Gα membuat sub-selimut berhingga untuk K. Jelas bahwa
himpunan-himpunan Va lpha yang terkait dengan Gα menjadi anggota sub-selimut ber-
hingga tadi. Jadi Vα memuat sub-selimut berhingga untuk K dalam Y . Terproof K
kompak dalam Y .
(⇒) Sebaliknya diketahui K kompak dalam Y .Ambil sebarang selimut terbuka Gα un-
tuk K dalam X Dimisalkan keluarga Vα merupakan selimut terbuka untuk K dalam Y
Bab 3. Konsep Topologi Pada Ruang Metrik 38
dengan Vα = Gα ∩ Y . Karena hipotesis, maka terdapat Vα1 , Vα2 , . . . , Vαn yang me-
nyelimuti K. Dengan demikian keluarga {Gαi | i = 1, 2, . . . , n} merupakan sub selimut
berhingga dari Gα dalam X yang menyelimuti K. Terproof K dalam X.
Teorema 54. Didalam sebarang ruang metrik, jika K kompak maka K tertutup dan
terbatas.
proof
Teorema 55. Diberikan K himpunan kompak didalam sebarang ruang metrik X . Jika
F ⊂ K dan F tertutup maka F kompak.
Bukti. Ambil sebarang keluarga selimut terbuka {Gα } untuk F . Diketahui F ⊂ K . Ka-
rena F tertutup, maka F c terbuka yang juga merupakan selimut terbuka untuk K yang
belum terselimuti oleh {Gα } . Sehingga {Gα } ∪ F c merupakan selimut terbuka untuk
K. Karena K kompak maka terdapat Gα1 , Gα2 , . . . , Gαn sehingga K ⊂ ∪i=1,...,n Gαi ∪ F c
karena F ⊂ K , maka F ⊂ ∪i=1,...,n Gαi . Jadi {Gα } memuat sub selimut berhingga yang
masih menyelimuti F . Terproof F kompak
Definisi 56. Diberikan ruang metrik (X, d) dan E ⊂ X. Himpunan E dikatakan mem-
punyai sifar Bolzano-Weirstass (B-W) jika setiap himpunan bagian tak berhingga dari
E mempunyai titik limit di dalam E.
Teorema 57. Jika F himpunan bagian tak berhingga dalam himpunan kompak E maka
F mempunyai titik limit di E
proof :
Andaikan F tidak mempunyai titik limit di E. Jadi jika p ∈ E, maka p bukan titik limit
dari F , dengan kata lain ∃N r(p) such that N r(p)\{p} 6= φ. Dengan demikian ∀N r(p)
hanya memuat paling banyak satu anggota F yaitu p sendiri. Sehingga {N r(p)}p ∈ E
merupakan selimut terbuka untuk E dan merupakan selimut terbuka untuk F karena
F ⊂ C.
Sn
Karena E kompak maka ∃p1 , p2 , p3 , ...pn sehingga E ⊂ V N r(pi) dan F ⊂ i=1 N r{pi }
padahal ∀N r{pi } hanya memuat paling banyak satu anggota F , dengan kata lain F
berhingga. Kontradiksi dengan F tidak mempunyai limit di E. Jadi pengandaian salah.
Theorem 3.1. Jika {In } barisan interval tertutup dan terbatas di R sehingga In ⊃ In+1
T
untuk setiap n ∈ N, maka In 6= 0 (dimana n=1,2,...,∞)
Ambil sembarang n0 ∈ N jika n < n0 maka an ≤ an0 ≤ bn0 dan jika n ≥ n0 maka
an ≤ bn ≤ bn0 .
Jadi bn0 batas atas {an |n ∈ N}.
Akibatnya ε ≤ bn0 dan karena n0 ∈ N sebarang maka ε ≤ bn , ∀n ∈ N
...(2)
T T
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh an ≤ ε ≤ bn , ∀n ∈ N atau ε ∈ [an , bn ] = In
T
atau In 6= Ø (dimana n=1,2,...,∞).
Bukti. :
b) Andai selang k tidak kompak, maka ∃ selimut terbuka Gα untuk I yang tidak
memuat subselimut yang berhingga. Ambil cj = aj + bj , 1 ≤ j ≤ k maka interval
[aj , bj ] dan [cj , bj ] membagi selang-I menjadi 2k bagian, misal Qi , 1 ≤ i ≤ 2k .
Maka paling sedikit ada satu Qi yang tidak terselimuti oleh keluarga berhingga
Gα , sebut Q1 yang tidak diselimuti oleh I1 . Kemudian I1 dibagi lagi dengan
mengambil dj = (aj + cj )/2, 1 ≤ j ≤ k, maka pasti ada yang tidak diselimuti oleh
Gα , sebut Q2 tidak diselimuti I2 .
nm1.PNG
Bukti. Misal E himpunan tak terhingga dan terbatas di Rk , maka E termuat di I yang
kompak. Berdasarkan theo (jika F himpunan bagian tidak terbatas oleh himpunan
kompak, maka F mempunyai titik limit di I
Maka E mempunyai titik limit di I dengan I ⊆ Rk . Jadi E mempunyai titik limit di
Rk .
Definisi 60. Diberikan dua himpunan A dan B di dalam suatu ruang metrik X. Him-
punan A dan B dikatakan terpisah jika Ā ∩ B = Ø dan A ∩ B̄ = Ø
2. A = (0,1] → Ā = [0,1]
B = [1,2] → B̄ = [1,2]
sehingga A ∩ B = (0,1) ∩ [1,2] = Ø
Ā ∩ B = [0,1] ∩ [1,2) = {1}
A ∩ B̄ = (0,1) ∩ [1,2] = Ø.
Bab 3. Konsep Topologi Pada Ruang Metrik 42
Definisi 61. Himpunan E di ruang metrik X dikatakan terhubung jika E tidak dapat
disajikan sebagai gabungan dua himpunan yang terpisah dan tidak kosong.
Contoh 25. Himpunan Z= {..., −2, −1, 0, 1, 2, ...} adalah himpunan tidak terhubung.
Jawab
A = (3/4, ∞) → Ā = [3/4, ∞]
B = (−∞, 1/2) → B̄ = [−∞, 1/2]
Z ⊂ A∪B , A∪B * Z
atau
Z ∩ A 6= ∅ dan Z ∩ B 6= ∅
Akan tetapi Z ∩ A ∩ B = ∅
Jadi Z 6= A∪B.
Definisi 62. Himpunan E di dalam Rk dikatan konveks jika ∀x̄, ȳ ∈ E maka αx̄ + (1 −
α)ȳ ∈ E dimana 0< α <1.
∗note: Di R2 dan R3 himpunan E konveks jika dan hanya jika ∀x̄, ȳ ∈ E, seluruh ruas
garis penghubung titik x̄ dengan titik ȳ terletak di dalam E.
Bukti. (⇒)
Diket : E terhubung di dalam R
akdib : E suatu interval
Andai E bukan interval, maka ∃x ∈ R dengan inf E < x < supE st x ∈
/E
Misal
A = E ∩ (−∞, x)
B = E ∩ (x, ∞) , maka
E =A∪B
Sehingga A ⊂ (−∞, x) dan B ⊂ (x, ∞)
maka Ā ∩ B = ∅ , atau dengan A ∩ B̄ = ∅
kata lain A dan B himpunan terpisah
Di lain pihak diketahui A 6= ∅ dan B 6= ∅, maka E tidak terhubung, kontradiksi
Jadi E bukan interval → E tidak terhubung dengan kata lain E terhubung → E interval
(⇐)
Diket : E interval
Akdib : E terhubung
Andai E tidak terhubung maka E = A ∪ B, di mana A 6= ∅ dan A dan B himpunan
Bab 3. Konsep Topologi Pada Ruang Metrik 43
terpisah
Misal x ∈ A dan y ∈ B dengan x < y. Kemudian didefinisikan
z = sup{A ∩ [x, y]}
Sehingga z ∈ A ∩ [x, y]. Dengan demikian z ∈ Ā
Diketahui bahwa A dan B terpisah, maka Ā ∩ B = ∅
Karena z ∈ Ā maka z ∈
/B
• Jika z ∈
/ A, namun diketahui bahwa x ∈ A, maka x < z < y. Karena z ∈
/ B dan
E = A ∪ B, maka z ∈
/E
Jadi E bukan interval
• Jika z ∈ A dan diketahui bahwa A dan B terpisah A ∩ B̄ = ∅, maka z ∈
/ B̄ berarti ∃z1
st z < z1 < y, di mana y ∈ B dan z1 ∈
/B
Dari definisi diperoleh :
z = sup{A ∩ [x, y]} dan z < z1 serta z1 ∈ [x, y], maka z1 ∈
/ A. Padahal E = A ∪ B, maka
z1 ∈
/ E. Kesimpulannya E bukan interval
Jadi pengandaian salah. E adalah suatu interval.
Bab 4
Barisan
Definisi 64. Diberikan ruang metrik X dan himpunan bilangan asli N={1, 2, 3...}. Baris-
an titik di dalam ruang metrik X adalah fungsi f :N →X dengan f (n) = xn ∈ X,∀n ∈ N.
N otasi : f (n) = xn
= < xn >
= x1 , x2 , ..., xn , ...
Definisi 65. Suatu barisan < xn > di dalam ruang metrik (X, d) dikatakan konvergen
jika ∃x ∈ X sedemikian sehingga ∀ > 0, ∃N∈ N sehingga ∀n ≥ N berlaku d(xn , x)< .
Teorema 66. Di dalam sebarang ruang metrik X, jika barisan < xn > konvergen, maka
limit barisannya tunggal.
Teorema 67. Diberikan (x, d) ruang metrik barisan hxn i di dalam X konvergen ke p
jika dan hanya jika Setiap persekitaran dari p memuat semua suku-suku barisan kecuali
berhingga banyaknya indeks n.
Bukti.
(⇒) Bukti dari kiri ke kanan :
Diketahui : xn → p ⇔ ∃p ∈ X, sedemikian sehingga ∀ > 0, ∃N ∈ N, ∀n ≥ N berlaku
d(xn , p) < ε.
Akan dibuktikan : Nε (p) memuat suku-suku barisan kecuali xi , i = 1, 2, 3, ..., N − 1.
Bukti : ambil persekitaran titik p dengan jari-jari ε > 0 yaitu Nε (p) = {x ∈ X, |d(p, x) <
}, ∀n ∈ N sehingga xn ∈ N (p) kecuali x1 , x2 , x3 , ..., xn − 1.
∴ N (p) memuat semua suku-suku barisan kecuali berhingga banyaknya indeks n.
Teorema 68. Diberikan (X, d) ruang metrik. Jika barisan hXn i di dalam X konvergen
ke p, maka barisan hXn i terbatas.
Bukti.
Diketahui : xn → p ⇔ ∃p ∈ X, sedemikian sehingga ∀ > 0, ∃N ∈ N, ∀n ≥ N berlaku
d(xn , p) < ε.
Akan dibuktikan : hXn i terbatas ⇔ ∃M ∈ R sedemikian sehingga d(xn , p) < M, ∀p ∈ X.
Bukti : xn → p maka d(xn , p) < ε, ∀ε > 0.
pilih ε = 1 maka d(xn , p) < 1, ∀n ∈ N
Bab 4. Barisan 46
Teorema 69. Diberikan (X, d) ruang metrik. E ⊂ X dan p titik limit E. Maka ∃hxn i ∈ E
sedemkian sehingga hxn i → p.
Bukti.
Diketahui : p titik limit E ⇔ ∃r > 0 sedemikian sehingga (Nr (p) ∩ E) \ p 6= ∅.
Akan dibuktikan : xn → p ⇔ ∀ > 0, ∃N ∈ N, ∀n ≥ N berlaku d(xn , p) < r.
Bukti : karena p titik limit E, maka pilih x ∈ E, x 6= p
(Nr (p) ∩ E) \ p = x sedemikian sehingga d(xn , p) < ε, ∀n ∈ N.
1
ambil ε = n sehingga ∀n ∈ N, ∃xn ∈ E dimana d(xn , p) < ε = n1 .
1
Maka terbentuklah barisan hxn h di dalam Z pilih N ≥ ε , ∀ε > 0 sehingga ∀n ≥ N
1 1 1
berlaku n ≤ N , d(xn , p) < f rac1n ≤ N ≤ ε.
∴ d(xn , p) < ε ⇔ xn → p
Definisi 70. Barisan bilangan real < Sn > adalah fungsi dari himpunan semua bilangan
Asli N ke dalam semua bilangan Real R.
1
Contoh 26. 1. Barisan bilangan real dengan Sn = n ,∀n∈N
Sn ={1, 12 , 31 , ...}.
limn→∞ Sn =0
Definisi 71. Diberikan barisan bilangan real < Sn >. Barisan < Sn > dikatakan men-
dekati bilangan s, jika ∀ε > 0 ∃N ∈ N berlaku |Sn − s| < ε
Notasi : limn→∞ Sn = s, Sn → s
|Sn − 0| < ε
1
Ambil sebarang ε > 0, pilih N > ε
|Sn − 0| = | n1 − 0|
= | n1 |
= n1 ≤ N1 < ε
1
Dengan kata lain, |Sn − 0| < ε. Jadi, limn→∞ n =0
2. Sn =n={1, 2, 3, ...}
Ambil sebarang ε > 0
Andai limn→∞ Sn = s, maka ∃N ∈ N sedemikian sehingga ∀n ≥ N. |Sn − 0| < ε.
Ambil ε = 1, maka ∀n ≥ N.
|Sn − s| < 1
−1 < n − s < 1
s − 1 < n < s + 1...(i)
Padahal n itu tak berhingga, sedangkan (i) diperoleh n berhingga. Jadi pengan-
daian salah.
∴ Sn = n tidak punya Limit Barisan.
Teorema 72. Diberikan barisan bilangan real < sn > dengan sn ≥ 0 untuk setiap n ∈ N.
Jika limn→∞ sn = s, maka s ≥ 0.
Bukti. Andaikan s < 0. karena limn→∞ sn = s maka untuk setiap > 0 terdapat N ∈ N
sedemikian sehingga untuk setiap n ≥ N berlaku
|sn − s| < .
−s
Ambil sebarang > 0, misal = > 0, maka untuk setiap n ≥ N
2
−
|sn − s| <
2
−s
karena sn ≥ 0, maka sn <
2
−s s
sn < + s = < 0.
2 2
Teorema 73. Diberikan barisan bilangan real < sn > untuk setiap n ∈ N. Jika barisan
< sn > konvergen ke s, maka s tunggal.
Bab 4. Barisan 48
Bukti. Diberikan sebarang > 0. Andaikan barisan bilangan real < sn > konvergen ke
s dan t. Akan ditunjukkan s = t.
Jika sn konvergen ke s maka terdapat N1 ∈ N sehingga untuk setiap n ≥ N1 berlaku
|sn − s| <
2
|sn − t| <
2
|s − t| = |s − sn + sn − t| ≤ |s − sn | + |sn − t| < + 2 = .
2
Misal : Barisan bilangan real < Sn > dengan suku-suku barisan < Sn >= (S1 , S2 , S3 , ......Sn )
∀n∈N 1
Maka dari barisan tersebut dapat dibuat barisan baru dengan suku-suku yang ada di
dalam barisan induk dengan mempertahankan aturan urutan yang ada, sebut
dimana (n1 < n2 < n3 , ......) sehingga barisan 2 dapat ditulis sebagai (Sn1 = S1 , Sn2 = S5 , Sn3 = S8 , .....
dst.
Jadi, 4.3.1 dapat ditulis : (Snk = S1 , S5 , S8 , ......)] merupakan sub-barisan dari Sn ,
∀k ∈ N, (nk ) ≥ k
Teorema 74. Barisan bilangan real < Sn > konvergen ke S ⇐⇒ setiap sub-barisan
dari < Sn > juga konvergen ke S.
Bab 4. Barisan 49
(←) Diket : Setiap sub-barisan dari < Sn >, misal < Sn > itu sendiri, karena sub-
barisan konvergen ke S maka sub-barisan < Sn > juga konvergen ke S.
Dengan kata lain Sn → S
Teorema 75. Jika barisan < Xn > didalam suatu ruang metrik (X, d) kompak, maka
< Xn > memuat sub barisan yang konvergen ke suatu titik di dalam x.
1.) E berhingga
Karena E berhingga, maka terdapat paling sedikit 1 elemen p anggota E, sedemi-
kian sehingga p = Xn, untuk tak berhingga banyaknya indeks n ∈ N .
Bentuk barisan dengan indeks nk, ∀k ∈ N dengan n1 < n2 < ... < nk < ...,
kemudian bentuk sub barisan Xn1 = Xn2 = Xnk = ... = Xn = p
lim |Xnk − p| = 0
k→∞
Jadi, Xnk → p
Teorema 76. Setiap barisan bilangan real ¡Sn¿ yang terbatas memuat sub barisan yang
konvergen.
Bab 4. Barisan 50
Bukti. Karena < Sn > terbatas di R, maka Sn ⊂ X dengan X kompak. Menurut 75,
maka ¡Sn¿ memuat sub barisan yang konvergen ke suatu titik di X.
Teorema 77. Setiap barisan bilangan riil < Sn > yang terbatas memuat sub barisan
yang konvergen.
Bukti. Karena < Sn > terbatas di R maka {Sn } ⊂ X dengan X kompak. Menurut theo
8 maka < Sn > memuat sub barisan yang konvergen ke suatu titik di X.
Definisi 78. Barisan bilangan riil < Sn > dikatakan terbatas (terbatas ke atas atau
terbatas ke bawah) jika daerah jangkau {Sn |n ∈ N} terbatas atau
< Sn > terbatas ⇔ ∃M ∈ R, M ≥ 0 sedemikian sehingga |Sn | ≤ M, ∀n ∈ N jadi
−M ≤ Sn ≤ M
Teorema 79. Jika barisan riil < Sn > konvergen maka < Sn > terbatas.
Definisi 80. Diberikan barisan bilangan riil < Sn >. Barisan < Sn > dikatakan :
Teorema 81. Diberikan barisan bilangan riil < Sn > monoton. Jika < Sn > terbatas
maka < Sn > konvergen.
Bukti. Diketahui : < Sn > monoton naik ⇔ ∀n ∈ N , Sn ≤ Sn+1 , < Sn > terbatas ⇔
∃M ∈ R, M ≥ 0 |Sn | ≤ M
Akdib : < Sn >→ S ⇔ ∀ε > 0 , ∃N ∈ N sedemikian sehingga ∃n ∈ N , |Sn − S| < ε
Bab 4. Barisan 51
Definisi 82. Diberikan barisan bilangan real hsn i. Barisan hsn i dikatakan
n−1
Barisan bilangan real, 1, 1 21 , 1 43 , 7
8, ... mempunyai rumus umum sn = 2− 21
adalah monoton turun dan terbatas. Sedangkan barisan sn = n adalah monoton naik
tidak terbatas. Pada theo 4.10 dinyatakan bahwa setiap barisan yang konvergen maka
terbatas, akan tetapi barisan yang terbatas belum tentu konvergen. Untuk itu dalam
tradisi matematika selalu dicari syarat tambahan agar barisan yang terbatas, konvergen.
Berikut ini sebuah theo yang memberikan jaminan bahwa barisan yang terbatas adalah
konvergen.
Teorema 83. Diberikan barisan bilangan real hsn i monoton. Jika hsn i terbatas, maka
hsn i konvergen.
Bukti. Dalam pembuktian ini, kita asumsikan barisan hsn i monoton naik. Karena itu
barisan hsn i akan terbatas keatas. Dimisalkan daerah jangkau barisan adalah himpunan
A = { h sn i | n ∈ N} ⊂ R, maka A mempunyai supremum di dalam R. Katakan
a = supA ∈ R
maka untuk setiap n ∈ N, sn ≤ a. Ambil > 0, tentu a − bukan batas atas A. Oleh
karena itu terdapat N ∈ N sehingga
a − < sN ≤ sn ≤ a < a + .
atau
a − < sn < a + .
atau
|sn − a| < . (4.5.2)
Bab 4. Barisan 52
Jadi untuk setiap > 0 terdapat N ∈ N sehingga untuk setiap n ≥ N , berlaku ketak-
samaan (2). Terbukti barisan hsn i konvergen ke a. Untuk monoton turun, buktinya
diberikan untuk latihan.
n−1
Sebagai contoh, diambil barisan sn = 2 − 12 . Barisan ini konvergen ke 2, sebab
hsn i monoton naik (lihat uraian contoh di atas) dan terbatas ke atas, yaitu untuk setiap
1 n−1
n ∈ N, sn = 2 − 2 < 2 dan sup {sn |n ∈ N} = 2.
Pada teorema ditunjukkan bahwa untuk barisan monoton naik yang terbatas keatas
akan konvergen ke batas atas terkecil. Demikian pula dapat ditunjukkan bahwa untuk
barisan yang monoton turun dan terbatas ke bawah, akan konvergen ke batas bawah
terbesar.
Sekarang kita sudah memiliki perangkat yang cukup banyak untuk memeriksa kekon-
vergenan barisan, khususnya kekonvergenan barisan bilangan real. Berdasarkan , ki-
ta cukup memeriksa apakah barisan tersebut monoton ? jika ya, kemudian diselidiki,
apakah barisan yang dimaksud terbatas ? Berikut sebuah contoh yang akan diselidiki
kekonvergenannya dengan mengikuti langkah-langkah di atas.
1 n
sn = (1 + )
n
1 n(n − 1) 1 n(n − 1)...1 1
=1+n + 2
+ ... +
n 1.2 n 1.2.3...n nn
1 1 1 1 2 1 1 2 n−1
= 1 + 1 + (1 − ) + (1 − )(1 − ) + ... + (1 − )(1 − )...(1 − )
2! n 3! n n n! n n n
dan
1 n+1
sn+1 = (1 + )
n+1
1 (n + 1)n 1 (n + 1)n...1 1
=1+n+1 + 2
+ ... +
n+1 1.2 (n + 1) 1.2.3...(n + 1) (n + 1)n+1
1 1 1 1 2 1 1 2 n−1
= 1 + 1 + (1 − ) + (1 − )(1 − ) + ... (1 − )(1 − )...(1 − )+
2! n+1 3! n+1 n+1 n! n+1 n+1 n+1
diperoleh
sn < sn+1 ,
untuk setiap n ∈ N. Jadi barisan hsn i monoton naik. Sekarang akan diselidiki apakah sn
terbatas? Perhatikan suku-suku dalam sn di atas. Untuk setiap bilangan k ∈ N dengan
1 ≤ k ≤ (n − 1) maka
k
1− <1
n
untuk setiap 1 ≤ k ≤ (n − 1).
Jadi sn = (1 + n1 )n < 1 + 1 + 1
2! + 1
3! + ... + 1
n! untuk n ≥ 2 dan s1 = 2. Untuk setiap
bilangan positif k dengan 3 ≤ k ≤ n, diketahui bahwa
1 1 1 2
= < = k−1
k! 1.2.3...k 2.2.2...2 2
sehingga
1 1 1 1 1 1 1 1 − ( 12 )n
sn < 1 + 1 + + + ... + < 1 + 1 + + 2 + 3 + ... + n−1 = 1 + 1 < 3.
2! 3! n! 2 2 2 2 2
Jadi untuk semua n berlaku sn < 3. Dengan kata lain barisan hsn i terbatas. Berdasarkan
3.1, barisan hsn i konvergen dan
1 n 1
lim (1 + ) = sup(1 + )n = e.
n→∞ n n
a. lim (sn ± tn ) = s ± t
n→∞
Karena < tn > konvergen maka < tn > terbatas atay |tn | ≤ M untuk setiap n ∈ N.
Sehingga ketaksamaan di atas menjadi
Barisan X¯n di dalam Rk , maka barisan X¯n = (a1,n , a2,n , ..., ak,n )
Teorema 85. Diberikan barisan X¯n di dalam Rk , maka barisan X¯n konvergen ke
Akdib:
lim aj,n = aj ⇔ ∀ε > 0, ∃δ > 0 st | aj,n − aj |< ε
n→∞
Bukti: Ambil sebarang ε >s 0, karena X¯n → X̄ maka k X¯n − X̄ k< ε
k k
(aj,n − aj )2
P P
karena k (aj,n − aj ) k=
j=1 j=1
s
k √
maka k X¯n − X̄ k= (aj,n − aj )2 < ε
P
j=1
k
(aj,n − aj )2 < ε
P
=
j=1
=| (aj,n − aj ) |< ε, ∀1 ≤ j ≤ k
Dengan kata lain lim aj,n = aj
n→∞
(⇐) Diket: lim = aj
n→∞
Akdib: X¯n → X̄
Bukti: karena lim aj,n = aj , maka ∀ε > 0, ∃δ > 0 st | aj,n − aj |< √ε , ∀1 ≤ j ≤ k
n→∞ k
kuadratkan kedua ruas sebagai
ε2
| aj,n − aj |2 < √
k
, ∀1 ≤j≤k
kemudian jumlahkan sebanyak k suku terhadap dua ruas sehingga
k k
ε2
| aj,n − aj |2 <
P P
√
k
j=1 j=1
k
k X¯n − X̄ k2 < ε2 1
< ε2
P
k
j=1
jadi, k X¯n − X̄ k< ε ⇔ X¯n → X̄.
Definisi 86. Barisan < Xn > didalam ruang metrik (X, d) dikatakan barisan Cauchy
jika ∀>0, ∃N ∈ N sedemikian sehingga ∀n, m ≥ N berlaku d(Xm , Xn )<.
1
Contoh 29. < Sn = n > adalah barisan Cauchy karena ∀>0, ∃N ∈ N sedemikian
1
sehingga ∀n, m≥N , (n≥m), maka | m − n1 | ≤ | m
1
|= 1
m, pilih N > 1 , maka | m
1
− n1 | ≤
1 1
|m |≤ N < .
Teorema 87. Didalam sebarang ruang metrik (X, d) setiap barisan konvergen merupakan
barisan Cauchy.
|Xm − Xn | = |Xm − Xn + x − x|
|Xm − Xn | ≤ |Xm − x| + |Xn − x|
|Xm − Xn | < 2 + 2 =
Teorema 88. Jika (X, d) ruang metrik kompak dan < Xn > barisan Cauchy didalam X
maka < Xn > konvergen.
Bukti. Diketahui < Xn > barisan Cauchy didalam X yang kompak. Menurut ?? <
Xn > memuat sub barisan yang konvergen ke suatu titik didalam X. Misal, titik tersebut
adalah p ∈ X. Sehingga, sub barisan < Xnk > konvergen ke p (Xnk → p). Artinya
∀>0, ∃k∈ N sedemikian sehingga ∀k ≥ K berlaku d(Xnk , p)< 2 . Karena < Xn >
barisan Cauchy, maka ∃N1 ∈ N sedemikian sehingga ∀n, m≥N1 berlaku d(Xm , Xn )< 2 .
Pilih N = max{K, N1 }, maka N ≥ N1 . ∀n ≥ N ≥ N1 dan untuk m = nN ≥ N ≥ N1 ,
maka diperoleh,
sehingga (Xn → p)
Akibat 2. Jika (X, d) ruang metrik kompak. < Xn > konvergen jika dan hanya jika
< Xn > barisan Cauchy.
Teorema 89. Didalam sebarang ruang metrik (X,d) setiap barisan Cauchy hxn i terbatas.
|xm − xn | = |xN − xn |
= |xn − p|
padahal
|xm − xn | < 1
|xn − p| < 1
Bab 4. Barisan 58
|xn − p| < 1 ≤ M
∴ |xn − p| ≤ M
Bukti. Ambil hSn i barisan Cauchy di dalam Rk . Menurut theo 16 hSn i terbatas. Karena
hSn i ⊂ Rk dan hSn i terbatas, maka terdapat selang k, B sehingga hSn i ⊂ B. Karena B
kompak, maka menurut theo 15, hSn i konvergen
Definisi 91. Barisan bilangan real hSn i dikatakan menuju ke +∞ atau limn→∞ Sn =
+∞, jika ∀M ∈ R, ∃N ∈ N sedemikian sehingga ∀n ≥ N, Sn ≥ M .
Definisi 92. Diberikan barisan bilangan real hSn i. R∗ perluasan bilangan R.
Misal:
xk = supn≥k Sn = sup{Sn |n ≥ k} dan yk = inf n≥k Sn = inf{Sn |n ≥ k},
maka
• xk = sup{Sn |n ≥ k}
= {Sk , Sk + 1, sk + 2, ...}
inf xk = a (4.8.5)
k≥1
= lim xk = a (4.8.8)
k→∞
• yk = inf{Sn |n ≥ k}
= {Sk , Sk + 1, sk + 2, ...}
b = sup yk (4.8.9)
k≥1
= lim yk (4.8.12)
k→∞
jawab
1.Sn = (−1)n , n ∈ N
= {−1, 1}
sup{Sn } = sup{Sn } = 1
1
2.Sn =
n
1 1 1
={ , , }, k ∈ N.
k k + 1 k + 2, ....
1
sup{Sn } = sup{ , .....}
k
1
=
k
inf{Sn } = 0
∴ lim sup Sn = inf sup Sn
n−→∞ n≥k k≥1 n≥k
= inf sup{Sn }
k≥1
=0
∴ lim inf Sn = sup inf Sn
n−→∞ n≥k k≥1 n≥k
= sup 0
k≥1
=0
3.Sn = n
= {k, k + 1, ....}, k ∈ N
sup{Sn } = +∞
inf{Sn } = k
∴ lim sup Sn = inf sup Sn
= inf +∞
= +∞
∴ lim inf Sn = sup inf Sn
= sup k
k≥1
= sup{1, 2, ...}
= +∞
Teorema 93. Jika hSn i barisan bilangan real, maka lim inf{Sn } ≤ lim sup{Sn }.
Bab 4. Barisan 61
Bukti. Misal
Xk = sup Sn ; Yk = inf Sn
n≥k n≥k
maka,
Yk = inf Sn ≤ Xk = sup Sn
n≥k n≥k
karena Xk monoton turun dan Yk monoton naik maka untuk sebarang p,q ∈ N
Yp ≤ Yp+q , Xp+q ≥ Xq padahal Yp+q ≤ Xp+q , Dengan
Yp ≤ Yp+q ≤ Xp+q ≤ Xq
∴ Yp ≤ Xq , ∀p, q ∈ N
Yn = inf{Sn }
Xn = sup{Sn }
∴ sup Yn ≤ inf Xn = inf sup{Sn }
sedangkan
= sup inf Sn
= lim inf Sn
Teorema 94. Diberikan < sn > barisan bilangan real barisan < sn > konvergen ke s
∈ R (ff lim Infimum Sn = lim Supremum Sn = S)
(⇐) Ambil sebarang ε > 0 Karena lim Inf Sn = lim Sup Sn = s, maka s = Inf Sup
Sn dan s = Sup Inf Sn.
Dari fakta bahwa s = Inf xk , maka ∃N2 ∈ N, st XN < S + ε
sedangkan dari s = Sup yk , maka ∃N2 ∈ N, st yN > S - ε
Karena XN 1 = Sup Sn dan XN 1 < s + ε, maka Sn < s + ε, ∀n ∈ N . . .
1
n≥k
Karena YN 2 = Inf Sn dan YN 2 > s - ε, maka s - ε < Sn, ∀n ∈ N . . .
2
n≤k
dari
1 dan
2 diperoleh s - ε < Sn < + ε , —Sn - S— < ε
Teorema 95. Jika < Sn k > adalah subbarisan dari barisan < Sn >,
maka lim Inf Sn ≤ lim Sup Snk ≤ Sup Sn
Teorema 96. Jika barisan bilangan real < Sn > dan < tn > terbatas, maka Lim Sup
(Sn + tn ) ≤ Lim Sup Sn + Lim Sup tn dan Lim Inf (Sn + tn ) ≥ Lim Inf Sn + Lim Inf tn
Bab 4. Barisan 63
Definisi 97. Diberikan ruang metrik (X,d) dan (Y,f). Himpunan E ⊂ X dan p titik limit
E . Dimisalkan Limit f(x) untuk x mendekati p , ditulis limx−→p f (x) = q
Jika ∀ε > 0, ∃δ > 0 sedemikian sehingga ∀x ∈ E dengan 0 < d(p, x) < δ berlaku
ϕ(f (x), g) < ε Lim f (x) = g ⇔ ∀ε > 0, ∃δ > 0 sedemikian sehingga ∀x ∈ E, maka
ϕ(f (x), g) < ε, 0 < d(p, x) < ε.
2. X = Y = R
Limx−→p f (x) = δ ⇐⇒ ∀ε > 0, ∃δ > 0 sedemikian sehingga ∀x ∈ E maka
|f (x) − δ| < ε, 0 < |x − p| < δ
3. X = Y = Rk
limx−→p f (x) = δ ⇐⇒ ∀x > 0, ∃δ > 0 sedemikian sehingga ∀x ∈ E maka kf (x) −
δk < ε, 0 < kx − pk < δ
Definisi 98. Diberikan ruang metrik (X, d) dan himpunan H ⊂ X. Titik p ∈ H dika-
takan titik interior dari H jika terdapat persekitaran titik p dengan radius r > 0 yaitu
Nr (p) sedemikian sehingga Nr (p) ⊂ H.
Definisi 99. Diberikan ruang metrik (X, d) dan (Y, ρ), himpunan E ⊂ X dan p titik
limit E. Dimisalkan f : E → Y . Titik q ∈ Y dinamakan limit f (x) untuk x mendekati
p, ditulis
lim f (x) = q
x→p
jika ∀ε > 0, ∃δ > 0 sedemikian sehingga ∀x ∈ E dengan 0 < d(p, x) < δ berlaku
2. X = Y = R
3. X = Y = Rk
Contoh 32.
(1) Diberikan fungsi f (x) = x2 untuk 0 < x < 5. Buktikan bahwa lim f (x) = 4
x→2
Penyelesaian :
lim f (x) = 4
x→2
padahal,
= |x − 2||(x − 2) + 4|
Di sisi lain :
|(x − 2) + 4| ≤ |x − 2| + 4
|x − 2 + 4| ≤ |x − 2| + 4
≤ 1+4<5
Bab 4. Barisan 66
Pilih δ = min{1, 5ε }
Sehingga,
< δ·5
= 5·δ
ε
= 5· 5
= ε
Penyelesaian :
|f (x) − 0| = |x sin x1 − 0|
= |x sin x1 |
= |x|| sin x1 |
≤ |x|
Pilih δ = ε
sehingga,
|x sin x1 − 0| ≤ |x|
< δ=ε
Jadi,
|x sin x1 − 0| < ε
Teorema 100. Diberikan ruang metrik (X, d) dan (Y, ρ) dan fungsi f : E → Y ,
dimana E ⊂ X. Jika lim f (x) = q1 , maka q tunggal.
x→p
Akan dibuktikan : q1 = q2
Bukti :
Pilih δ = min{δ1 , δ2 }
sehingga,
≤ |f (x) − q2 | + |f (x) − q1 |
ε ε
< 2 + 2
= ε
ρ(q1 , q2 ) = 0
|q1 − q2 | = 0 ⇔ q1 = q2
Jadi, q tunggal
Bab 4. Barisan 68
Teorema 101. Diberikan (X, d) dan (Y, ρ) ruang metrik. Himpunan E ⊂ X dan p titik
limit dari E. Dimisalkan fungsi f : E → Y , dimana E ⊂ X, maka lim f (x) = q1 ⇔
x→p
untuk setiap barisan < Pn > di dalam E dengan Pn 6= p dan lim Pn 6= p berlaku
n→∞
lim f (Pn ) = q.
n→∞
Akibat 3. Jika terdapat barisan-barisan < sn > dan < tn > di dalam E dan sn 6= p, tn 6=
p serta keduanya konvergen ke p akan tetapi
− ∞ f (sn ) 6= limn →
limn → − ∞ f (sn )
limx →
− p f (x) = q
Jika ∀ himpunan terbuka V yang memuat titik q terdapat himpunan terbuka U yang
memuat titik p sehingga ∀ titik x 6= p ∈ U berlaku
f (U ∩ {p}{ ) ⊂ V
Teorema 103. Jika fungsi real f dan g didefinisikan pada himpunan bagian E di dalam
ruang metriks X, titik p adalah titik limit E dan
limx →
− p f (x) = A; limx →
− p g(x) = B
maka
i) limx →
− p kf (x) = kA
ii) limx →
− p (f (x) + g(x)) = A + B
− p (f (x) − g(x)) = A − B
iii) limx →
iv) limx →
− p f (x).g(x) = A.B
− p f (x)/g(x) = A/B; B 6= 0.
ii) limx →
Definisi 104. a Fungsi f (x) dikatakan mempunyai limit kiri A jika f (x) terdefinisi
pada interval terbuka (a, x0 ) dan ∀ε > 0, ∃δ > 0 st ∀x ∈ (a, x0 ) dengan x0 − δ <
x < x0 berlaku | f (x) − A |< ε, ditulis
b Fungsi f (x) dikatakan mempunyai limit kanan A jika f (x) terdefinisi pada interval
terbuka (x0 , b) dan ∀ε > 0, ∃δ > 0 st ∀x ∈ (x0 , b) dengan x0 < x < x0 − δ berlaku
| f (x) − A |< ε, ditulis
lim f (x) = A = f (x0 + )
x→x0 +
x
Contoh 33. 1. Tentukan limit kiri dan limit kanan dari f (x) = |x| , x 6= 0, dimana
f (x) didekati menuju 0.
Bab 4. Barisan 70
Jawab
Karena
x, if x ≥ 0
|x| = (4.12.1)
−x, otherwise.
Maka
x
• Untuk x ≥ 0, f (x) = x sehingga
x
lim f (x) = =1
x→x0 + x
x
• Untuk x < 0, f (x) = −x sehingga
x
lim f (x) = = −1
x→x0 − −x
lim f (x) = A
x→x0
Di lain pihak, pertidaksamaan 4.12.2 juga bisa ditulis sebagai x0 < x < x0 + δ
lim f (x) = A ↔ ∀ε > 0, ∃δ > 0st | f (x) − A |< ε, x0 − δ < x < x0 (4.12.5)
x→x−
0
lim f (x) = A ↔ ∀ε > 0, ∃δ > 0st | f (x) − A |< ε, x0 < x < x0 + δ (4.12.6)
x→x+
0
∴ lim f (x) = A
x→x0
b) h(x) = sin(x)
1
Jawab: a) f (x) = 1 − x2
Klaim: limx→∞ f (x) = 1,
1
Karena |f (x) − 1| = |1 − x2
− 1|
1
= |− x2
|
1
= x2
Pilih bilangan N ≥ √1
maka ∀ > N
1 1 1
|f (x) − 1| = x2
< N2
≤ ( √1 )2
=
∴ Jadi limx→∞ f (x) = 1
b) limx→∞ h(x) = limx→∞ sin(x) tidak ada, karena nilai h(x) = sin(x) adalah
-1 dan 1 sehingga h(x) = sin(x) mempunyai nilai limit yang tidak tunggal.
sedemikian sehingga ∀X ∈ E dengan d(X, P ) < δ berlaku, ρ(f (x), f (p)) < ε ditulis
limx→p f (x) = f (p)
Teorema 108. Diberikan (X, d) dan (Y, p) ruang metrik, himpunan E ⊂ X, P titik limit
E dan f : E → Y. Fungsi f dikatakan kontinu di titik P ∈ E ↔ limx→p f (x) = f (p)
Bukti. :
Bukti. :
Bukti. :
• karena f (p) (f terdefinisi di p), maka d(x, p) < δ, dan ρ(f (x), f (p) < , artinya f
kontinu di p ∈ E
Bab 4. Barisan 73
T∞
Contoh 35. Gi terbuka, apakah i=1 Gi terbuka?
T∞
= (−1, 1) (− 21 , 21 ) ... (0, 0) = {0}
T T T
Maka G = n=1 Gn
Nr (0) = (−r, r) * G
= (−r, r) * {0}
S∞
Contoh 36. Fi tertutup, apakah i=1 Fi tertutup?
Maka
S∞
F = n=1 Fn
S∞ 1
= n=1 0, 2 − n
= [0, 2)
T T
Nr (0) F \{0} → (−r, r) [0, 2)\{0} =
6 ∅, 0 ∈ F
T T
Nr (2) F \{2} → (2 − r, 2 + r) [0, 2)\{2} =6 ∅, 2 ∈
/F
S∞
karena 2 titik limit F tetapi 2 ∈
/ F , maka F = n=1 Fn tidak tertutup.
Teorema 109. Diberikan (X, d),(Y, ρ),dan (Z, ∂) ruang metrik, himpunan E ⊂ X,p ∈ E
dengan fungsi-fungsi :
Bab 4. Barisan 74
f : E −→ Y
x 7→ f (x) = y
g : f (E) −→ Z
y 7→ g(y) = z
h : E −→ Z
x 7→ h(x) = z
Bukti. .
•Ambil sebarang 1 > 0. Karena g kontinu di f (p), maka ∃δ1 > 0 ←→ ∀y ∈ f (E)
dengan ρ(y, f (p)) < δ1 berlaku ∂(g(y), g(f (p))) < 1
• Dilain pihak, f kontinu di p, maka ∀2 > 0, ∃δ2 > 0 ←→ ∀x ∈ E dengan d(x, p) < 2
berlaku ∂(f (x), f (p)) < 2
• Sehingga, ∀ > 0,∃δ > 0 ←→ ∀x ∈ E, dengan d(x, p) < δ berlaku
∴ h kontinu di p
Teorema 110. Diberikan ruang metrik (X, d), (Y, ρ) dan fungsi f : X −→ Y . Fungsi
f dikatakan kontinu pada X jika dan hanya jika untuk setiap himpunan terbuka V di
dalam Y , maka himpunan f −1 (V ) terbuka di dalam X.
∴ f kontinu di p.
Akibat 4. Diberikan ruang metrik (X, d), (Y, ρ) dan fungsi f : X → Y . Fungsi f dika-
takan kontinu pada X jika dan hanya jika ∀ himpunan tertutup f di dalam Y , maka
himpunan f −1 (F ) tertutup di dalam X.
Teorema 111. Diberikan fungsi bernilai real f dan g yang didefinisikan pada ruang
metrik (X, d). Jika f dan g kontinu pada X maka fungsi-fungsi (f + g), (f.g), ( fg ) juga
kontinu pada X.
maka, f + g kontinu di p.
Bab 5
Teorema 112. Diberikan fungsi f: X → Y kontinu pada x. Jika ruang metrik x kompak,
maka f(x) kompak dalam Y.
Bukti. Ambil sebarang keluarga selimut terbuka {Gα | α ∈ I} untuk f(x) di Y. Akan
dibuktikan {Gα | α ∈ I} diselimuti oleh sub selimut yang berhingga.
n
[ n
[ n
[
−1 −1
f (x) ⊂ f ( f (Gαi )) = (f f (Gαi )) = (Gαi )
i=1 i=1 i=1
Sn
Karena f(x) ⊂ i=1 Gαi , maka, keluarga selimut terbuka {Gα | α ∈ I} untuk f(x)
memuat sub selimut berhingga yang masih menyelimuti f(x), yaitu {Gαi |i = 1, 2, ..., n}
sehingga,
n
[
f (x) ⊂ Gαi .
i=1
76
Bab 5. Kekontinuan dan Kekompakan 77
Teorema 114. Jika f :−→ Rk kontinu pada ruang metrik X kompak maka f tertutup
dan terbatas.
Teorema 115. Jika fungsi f : E −→ R kontinu pada ruang metrik X yang kompak dan
M = Supf (x), m = inf f (x) maka ∃ titik p, q ∈ X sehingga M = f (p) dan m = f (q).
Dengan kata lain f mencapai nilai maksimum dan minimum.
Bukti. Diketahui kontinu dan kompak, maka menurut Teorema 1, f (x) kompak fi Y.
sedangkan menurut Teorema 2, jika f (x) kontinu dan kompak maka f (x) tertutup dan
terbatas. karena f (x) tertutup, maka f (x) = f (x). Dan karena f (x) terbatas, maka
f (x) terbatas ke atas dan terbatas kebawah.
Misal f (x) terbatas ke atas, maka
M = sup f (x) ∈ R
x∈X
f :X→Y
x 7→ f (x) = y
∈
M
Terdapat 2 kemungkinan :
2. M ∈ ¯ Karena f (x)
/ f (x), maka M merupakan titik limit f (x) sehingga M ∈ f (x).
¯ = f (x) sehingga M ∈ f (x) ⇒ p ∈ X, jadi M = f (p)
tertutup, maka f (x)
kontinu di Y.
∴ Jadi terbukti bahwa invers fungsi f −1 adalah kontinu.
Teorema 117. Jika {In } barisan interval tertutup dan terbatas di R sehingga In ⊃ In+1
T
untuk setiap n ∈ N, maka In 6= 0 (dimana n=1,2,...,∞).
T T
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh an ≤ ε ≤ bn , ∀n ∈ N atau ε ∈ [an , bn ] = In
T
atau In 6= Ø (dimana n=1,2,...,∞).
1
Misal |x − y| < δ < δ , maka
2
1 1
|f (x) − f (y)| ≥ δ|2||y| − δ|
2 2
1 2
= δ|y| − δ
4
1
δ|y| − δ 2 > 0
4
1
δ|y| > δ 2
4
1
|y| > δ
4
1
|y| = δ + 1
4
1
|f (x) − f (y)| ≥ δ|y| − δ 2
4
1 1
= δ( δ + 1) − δ 2
4 4
=δ
=
Teorema 118. Diberikan (X,d) dan (Y,ρ) ruang metrik dengan X kompak dan fungsi
f:X→Y. Jika f kontinu pada X maka f kontinu sebagian pada X.
Bab 5. Kekontinuan dan Kekompakan 80
Akibat 5. Diberikan (X, d) dan (Y, ρ) ruang metrik dengan X kompak dan fungsi f :
X → Y , f kontinu pada X ⇐⇒ f kontinu seragam pada X
Teorema 119. Diberikan (X, d) dan (Y, ρ) ruang metrik, himpunan terhubung E ⊂ X
dan fungsi f : X → Y . Jika f kontinu pada E maka f (E) terhubung.
Teorema 120.
Diberikan(X, d) dan (Y, p) ruang metrik, himpunan terhubung E ⊂ X dan fungsi f :
X ← Y . Jika f kontinu pada E maka f (E) terhubung.
Bukti.
Andai f (E) tidak terhubung, maka f (E) = A ∪ B dimana :
Ā ∩ B = ∅
A ∩ B̄ = ∅
Misal :
G = E ∩ f −1 (A)
H = E ∩ f −1 (B)
maka :
G ∪ H = (E ∩ f −1 (A) ∪ (E ∩ f −1 (B))
= E ∩ (f −1 (A) ∪ f −1 (B))
Bab 5. Kekontinuan dan Kekompakan 81
f (E) = A ∪ B
f −1 f (E) = f −1 (A ∪ B)
E = f −1 (A) ∪ f −1 (B)
Jadi :
G ∪ H = E ∪ (f −1 (A) ∪ f −1 (B))
=E∩E
=E
E = G ∪ H, G = ∅
=∅
(E Tidak Terhubung)
∴ Pengandaian salah, f (E) Terhubung.
Definisi 121. Barisan bilangan real < Sn > adalah fungsi dari himpunan semua bilangan
Asli N ke dalam semua bilangan Real R.
1
Contoh 37. 1. Barisan bilangan real dengan Sn = n ,∀n∈N
1 1
Sn ={1, 2 , 3 , ...}.
limn→∞ Sn =0
Definisi 122. Diberikan barisan bilangan real < Sn >. Barisan < Sn > dikatakan
mendekati bilangan s, jika ∀ε > 0 ∃N ∈ N berlaku |Sn − s| < ε
Notasi : limn→∞ Sn = s, Sn → s
Jawab
1
Sn = n, n ∈ N. Sn → 0 ⇔ ∀ε > 0, ∃N ∈ N sedemikian sehingga ∀n ≥ N,
|Sn − 0| < ε
1
Ambil sebarang ε > 0, pilih N > ε
|Sn − 0| = | n1 − 0|
= | n1 |
= n1 ≤ N1 < ε
1
Dengan kata lain, |Sn − 0| < ε. Jadi, limn→∞ n =0
1. Sn =n={1, 2, 3, ...}
Ambil sebarang ε > 0
Andai limn→∞ Sn = s, maka ∃N ∈ N sedemikian sehingga ∀n ≥ N. |Sn − 0| < ε.
Ambil ε = 1, maka ∀n ≥ N.
|Sn − s| < 1
−1 < n − s < 1
s − 1 < n < s + 1...(i)
Padahal n itu tak berhingga, sedangkan (i) diperoleh n berhingga. Jadi pengan-
daian salah.
∴ Sn = n tidak punya Limit Barisan.
1 ,x = 0
x ,0 < x < 1
2
,x = 1
Contoh 39. f(x)=
x ,1 < x ≤ 2
−1 , 2 < x < 3
0 ,x = 3
merupakan fungsi yang kontinu bagian demi bagian pada interval [0,3] dengan
titik-titik diskontinu di p = 0, 1, 2 dan 3.
Bab 6
Turunan Fungsi
Definisi 123. Diberikan fungsi real f: (a,b) → R dan C ∈ (a,b). Fungsi f dikatakan
terdiferensial (mempunyai turunan) di titik C ∈ (a,b) jika :
f (x)−f (c)
lim x−c ada
x→c
Fungsi f dikatakan terdiferensial pada (a,b) jika f terdiferensial di ∀ titik di dalam (a,b)
berhingga atau tak berhingga sedangkan turunan sisi kiri f di titik c adalah
n x , x≥0
f (x) = |x| =
−x , x≤0
83
Bab 6. Turunan Fungsi 84
0 0
f+ (0) 6= f− (0)
Jadi, f (x) tidak mempunyai turunan di x = 0
Teorema 125. Jika f terdefinisi pada (a, b) dan terdeferensial di titik c ∈ (a, b), maka
terdapat fungsi f ∗ yang kontinu di c ∈ (a, b) dan memenuhi persamaan
0
f (x) − f (c) = f ∗ (c)(x − c) ∀x ∈ (a, b) dan f ∗ (c) = f (c)
Sebaliknya jika ada fungsi f ∗ kontinu di c ∈ (a, b) dan memenuhi persamaan diatas,
0
maka f terdeferensial di c dan f ∗ (c) = f (c)
f (x) − f (c)
lim = f ∗ (c) (6.0.1)
x→c x−c
[5] Soemantri, R., 1988, Analisis Real I, Departemen Prndidikan dan Kebudayaan,
Universitas Terbuka, Indonesia.
85