Anda di halaman 1dari 7

P PENGUKURAN KADAR AIR TANAH (WATER CONTENT)

Kelompok 2 : 1 Maulana Ibrahim Rau 1. 2 Dede Rezkian Noor 2. 3 Akhmad Aziz F 3. 4 Ahmad Husni 4. 5 Musyawwir Sadry MR 5. 6 Amanda Desviani P 6. 7 Aditya Fajar M 7. 8 Bayu Mulatama M 8. 9 Muhammad Akbar K 9. 1 Pangesti S.R 10. 1 Choirul Ikhwan 11. 1 Fransisca Hicca 12. 1 Andri Budi W. 13. 1 Fathimatuz Zahra 14. F44080038 F44080042 F44080046 F44080047 F44080049 F44080050 F44080054 F44080057 F44080058 F44080062 F44080063 F44080064 F44080066 F44080069

DEPARTEMEN TEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN GAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

PENDAHULUAN Teori Singkat Pengukuran kadar air tanah merupakan pekerjaan di laboratorium yang selalu ditentukan untuk menentukan jumlah air dalam tanah. Kadar air tanah merupakan nisbah antara berat air dengan berat tanah kering (basis kering), atau nisbah antara berat air dengan berat tanah basah (basis basah), atau nisbah antara volume air dengan volume tanah utuh (basis volume). Yang umum digunakan adalah basis kering dan basis volume. Kadar air tanah dinyatakan dengan persen berat atau persen volume. Metode ini merupakan standar JIS A 1203 1978. Terdapat tiga macam metode pengambilan contoh tanah, yaitu

pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh tanah terganggu (disturb), dan pengambilan contoh tanah bongkahan (agregate). Metode pengambilan tanah yang sering digunakan, yaitu metode pengambilan tanah utuh dan terganggu (disturb).

Tujuan Tujuan praktikum kali ini, yaitu untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam tanah yang diambil pada kedalaman antara 20 cm 40 cm.

METODE Metode Pengambilan Contoh Tanah 1. Lakukan pengambilan tanah secara utuh, yaitu dengan meletakan ring sampel di tanah pada kedalaman antara 20 cm dan 40 cm. Untuk mengurangi gesekan ring sampel pada tanah dan mempermudah peletakan, oleskan ring sampel dengan menggunakan oli/grease. 2. Ambil kembali ring sampel yang sudah berisi tanah dengan menggunakan alat-alat pembantu,seperti linggis atau pacul. Pada saat pengambilan tanah, perhatikan bagian atas dan bawah ring sampel yang harus terisi penuh oleh tanah. Bersihkan sekeliling ring sampel dari tanah dan ratakan bagian atas dan bawah ring sampel dengan menggunakan pisau. Agar kadar air tidak hilang, tutup ring sampel dengan penutup di bagian atas dan bawah.

3. Lakukan pengambilan tanah terganggu (disturb), yaitu dengan mengambil tanah sebanyak 5 kg dan dimasukkan ke dalam kantong plastik.

Metode Pengukuran Kadar Air 1. Ambil tanah yang menggunakan pengambilan tanah secara terganggu. 2. Timbang berat wadah Mc (gr), gunakan neraca 3. Timbang berat wadah Ma (gr), gunakan neraca 4. Keringkan contoh tanah pada suhu 110C sampai beratnya tetap 5. Masukkan contoh tanah ke dalam descicator sampai suhunya sama dengan suhu ruangan. 6. Timbang berat wadah dan tanah kering Mb (gr) 7. Hitung kadar air tanah ALAT DAN BAHAN Alat dan Bahan yang digunakan : 1. Ring sampel dan penutupnya 2. Oven 3. Neraca 4. Descicator 5. Wadah aluminum 6. Tanah

HASIL DAN PENGOLAHAN DATA Hasil Pengamatan Berat Cup (Mc) : 1. Wadah 07 = 22.33 gr 2. Wadah 10 = 23.87 gr 3. Wadah 14 = 23.19 gr Berat tanah + wadah sebelum dioven (Ma) : 1. Wadah 07 = 69.96 gr 2. Wadah 10 = 69.25 gr
3

3. Wadah 14 = 60.68 gr Berat tanah + wadah setelah dioven (Mb) : 1. Wadah 07 = 54.19 gr 2. Wadah 10 = 53.87 gr 3. Wadah 14 = 48.06 gr Pengolahan Data Hasil Pengamatan a. Perhitungan kadar air tanah (w) pada wadah 07 w= w= w=
.. .. . .

x 100% =

x 100 % (% berat kering)

x 100 %

x 100 %

w = 0.495 x 100 % w = 49.5 % berat kering b. Perhitungan kadar air tanah (w) pada wadah 10 w= w= w=
.. .. .

x 100% =

x 100 % (% berat kering)

x 100 %

x 100 %

w = 0.512 x 100 % w = 51.2 % berat kering c. Perhitungan kadar air tanah (w) pada wadah 14 w= w= w=
.. .. . .

x 100% =

x 100 % (% berat kering)

x 100 %

x 100 %

w = 0.507 x 100 % w = 50.7 % berat kering

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini menggunakan tanah sebagai bahan utama pengamatan. Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineralmineral padat yang tidak tersedimentasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-uang kosong di antara partikelpertikel padat tersebut (Braja M. Das, 1985). Praktikum ini dilakukan di laboratorium lapang Teknologi Pertanian. Dipilih lahan yang sedikit lunak agar mempermudah saat penggalian atau pengambilan sampel tanah. Praktikan melakukan pengambilan sampel tanah pada kedalaman antara 20 cm 40 cm. Karena pengambilan tanah cukup dalam, maka untuk mempermudah pelaksanaan, praktikan harus menggali tanah bagian atas sampai kedalaman 20 cm. Tanah diambil dengan cara meletakkan ring dengan diameter 50 mm dan 100 mm pada kedalaman antara 20 cm 40 cm, pastikan bahwa setengah dari tinggi ring tepat berada pada kedalaman 30 cm. Jumlah total ring sampel sebanyak enam buah yang terdiri dari tiga ring sampel diameter 50 mm dan tiga ring sampel diameter 100 mm. Terdapat tiga macam metode pengambilan contoh tanah, yaitu

pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh tanah terganggu (disturb), dan pengambilan contoh tanah bongkahan (agregate). Metode pengambilan tanah yang sering digunakan, yaitu metode pengambilan tanah utuh dan terganggu (disturb). Pada praktikum kali ini, selain pengambilan sampel secara utuh dengan menggunakan ring sampel, dilakukan juga pengambilan sampel tanah secara terganggu, yaitu dengan mengambil tanah secara acak menggunakan pacul dengan massa lebih dari 4 kg, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianginkeringkan. Untuk sampel tanah metode utuh, ring ditutup bagian atas dan bawahnya dengan tujuan mencegah penguapan. Untuk sampel tanah hasil metode terganggu selanjutnya dibagi-bagi ke dalam tiga wadah alumunium (dengan terlebih dahulu menimbang berat wadah, Mc dengan menggunakan neraca dan berat wadah

ditambah tanah sebelum pengeringan, Ma). Ketiga wadah tersebut dimasukan ke dalam oven pada suhu antara 110 / 105. Setelah 24 jam, keluarkan wadah aluminium lalu timbang Mb (berat wadah ditamnbah tanah setelah pengeringan). Selain itu, sebanyak 4 kg dari sampel tanah hasil metode terganggu ditebar di atas sebuah alas untuk dikeringanginkan. Syarat mengeringkan sampel tanah metode terganggu ini, yaitu tanah tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Hasil tanah dari proses pengeringan ini, akan digunakan untuk praktikum selanjutnya dengan tujuan efisiensi waktu karena proses pengambilan contoh tanah cukup memakan waktu. Desikator berupa panci bersusun dua yang bagian bawahnya diisi bahan pengering, dengan penutup yang sulit dilepas dalam keadaan dingin karena dilapisi vaseline. Ada 2 macam desikator : desikator biasa dan vakum. Desikator vakum pada bagian tutupnya ada katup yang bisa dibuka tutup, yang dihubungkan dengan selang ke pompa. Bahan pengering yang biasa digunakan adalah silika gel. Fungsi dari desikator, yaitu tempat menyimpan sampel yang harus bebas air dan untuk mengeringkan padatan (www.google/fungsi-desikator). Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus, didapat bahwa kadar air yang terdapat pada sampel tanah adalah sebesar 49.5 %, 51.2%, dan 50.7%. Angka tersebut mengindikasikan bahwa tanah sampel termasuk ke dalam tanah yang gembur atau mengandung cukup banyak air. Hal ini juga dapat terlihat dari lahan praktikum yang masih merupakan lahan pertanian. Dari kadar air sebesar 49.5%, 51.2% dan 50.7%, praktikan berasumsi bahwa tekstur tanah sampel memiliki pori tanah yang cukup besar sehingga memungkinkan tanah untuk melalukan air lebih besar. Pada praktikum kali ini, terdapat beberapa kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh praktikan. Kesalahan tersebut antara lain, yaitu ketika pengambilan tanah. Pengambilan tanah sehausnya dilakukan tepat pada kedalaman 30 cm dengan bagian tengah dari tinggi ring sampel tepat di kedalaman 30 cm. Nemun, karena tinggi tanah yang tidak rata serta terbatasnya alat yang tersedia, peletakkan ring sampel tidak tepat di kedalaman 30 cm. Kesalahan lainnya, yaitu tanah yang terdapat pada ring sampel diameter 50 mm
6

kurang penuh (padat) karena pada saat pengambilan praktikan kurang memperhitungkan letak ring sampel yang sudah terkubur di dalam tanah. Selain itu, kesalahan juga mungkin terjadi saat penimbangan wadah yang sudah berisi tanah setelah pengeringan di oven. Tanah yang seharusnya kering atau bebas dari kandungan air, menjadi sedikit mengandung uap air dari udara ruangan sehingga menambah berat dan membuat perhitungan kadar air kurang akurat. Kesalahan kesalahan lain yang terjadi adalah keterbatasan praktikan dalam menggunakan alat praktikum.

KESIMPULAN Dengan menggunakan metode pengambilan tanah secara terganggu, praktikan dapat mengetahui besarnya kadar air dalam tanah di kedalaman antara 20 cm 40 cm melalui perhitungan yang diasumsikan bahwa tanah sampel baik untuk pertanian karena mengandung cukup banyak air serta tanah memiliki pori yang cukup besar sehingga mudah untuk melalukan air.

DAFTAR PUSTAKA Das, M.Braja. 1985. Principles of Geotechnical Engineering. Jakarta : Erlangga. [Anonim]. Fungsi Desikator (terhubung berkala). http://www.google.co.id/ fungsi+desikator. 28 Februari 2010.

Anda mungkin juga menyukai