bagaimana membuat visinya menjadi kenyataan. Ia menggunakan strategi yang tidak dapat ditandingi pada masanya, dan dia ahli dalam membuat analisa kekuatan lawan. Dalam medan perang dia tahu bagaimana memanfaatkan keuntungan kondisi medan perang semaksimal mungkin, dan dapat beradaptasi sangat cepat terhadap taktik yang dilancarkan oleh musuhnya. Dia adalah ahli dalam mengoordinasikan seluruh lini pasukannya dan eksekusi strategi yang baik adalah keunggulan kompetitif yang ia miliki. 3. Menciptakan tim yang baik. Alexander tahu bagaimana membentuk tim yang solid. Ia membangun timnya berdasarkan kekuatan masing-masing komandannya yang berbeda-beda dan saling melengkapi. Kerja sama tim mereka membuatnya sangat sukses dalam melewati berbagai medan perang, walaupun pada akhir perjalanannya hubungan dengan orang-orang penting dalam timnya merenggang. 4. Menjadi panutan yang baik. Alexander memberikan contoh sebagai pemimpin yang baik. Dia bukanlah contoh pemimpin yang duduk di meja dan hanya memerintah, tetapi turut berperang memimpin pasukannya di medan perang. 5. Mendorong dan mendukung pengikutnya. Alexander tahu bagaimana caranya untuk mendorong dan mendukung pengikutnya untuk melakukan yang terbaik di medan perang. Dia memberikan perhatian kepada pasukannya dan menghargai jasa-jasa pasukannya yang telah gugur, sehingga kontribusi setiap pasukan dapat diakui dan dikenang oleh yang lain. Dia juga memberikan perhatian kepada kebutuhan pasukannya dengan membantu dan mengunjungi pasukan yang teruka, dan memberikan penghargaan yang baik kepada pasukan yang mempunyai prestasi. 6. Rencana untuk generasi penerus. Salah satu kesalahan Alexander adalah dia terlalu fokus pada perannya sebagai raja dan penakluk sehingga lupa untuk memikirkan bagaimana kerajaannya bila ia sudah tiada. Kerajaannya dengan cepat tercerai berai ketika dia sudah tiada. Pemimpin yang baik seharusnya sadar bahwa harus ada yang menggantikan dan menghasilkan pengikut yang dapat menggantikannya di kemudian hari.