Anda di halaman 1dari 3

PEMERIKSAAN KANKER SERVIKS

Jimmy Sakti Nanda B, 0706259293 PAPANICOLAOU (PAP) SMEAR Evaluasi sitologik sel yang didapat dari serviks dan vagina pertama kali dikenalkan oleh George Papanicolaou dan Traut pada tahun 1940 sebagai metode untuk mendeteksi kanker serviks dan prekursornya. Sejak saat itu, sitologi serviks telah berkembang menjadi metode paling manjur dan efektif (dana) untuk screening kanker. Dengan meningkatnya deteksi penyakit preinvasif dan infasif awal, screening kanker serviks dengan pap smear telah menurunkan insiden dan mortalitas dari kanker serviks pada komunitas dengan program screening aktif. Pap smear hanya merupakan screening test, hasil positif mengindikasikan prosedur diagnostik lebih lanjut, seperti colposcopy, biopsi serviks atau conization, biopsi endometrium, atau D&C (dilatase and curettase). Pap smear yang dilakukan dengan tepat dapat mengarah tepat kepada diagnosis karsinoma serviks pada 95% kasus. Pap smear juga dapat digunakan untuk mendeteksi abnormalitas endometrium seperti polip endometrium, hiperplasia, dan kanker, tetapi ketepatannya kurang dari 50% kasus. Prinsip dasar pap smear: Epitel permukaan selalu akan mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan epitel di bawahnya. Epitel permukaan merupakan gambaran keadaan epitel jaringan dibawahnya juga. Sel-sel yang berasal dari eksfoliasi serviks diambil dan diwarnai secara khusus, sel-sel yang abnormal dapat terlihat di bawah mikroskop. Seorang ahli sitologi dapat membedakan tingkat displasia sampai kanker dengan pemeriksaan ini.

Rekomendasi Frekuensi Pap Smear ACOG American Cancer Society (1993) (1980)

Canadian Task Force (1982)

Mulai

Usia 1835 tahun

Usia 18 tahun atau seksual aktif Satu tahun sekali Satu tahun sekali

Usia 20 tahun atau seksual aktif

Ketika seksual aktif Setiap tahun jika seksual aktif

Satu tahun sekali hingga 3x negatif kemudian 3 tahun sekali

Internatio nal Academy of Cytology (1980) Usia 18 tahun atau seksual aktif -

National Cancer Institute (1980)

Ketika seksual aktif

Minimal setiap 3 tahun, Setelah 2x lebih sering pada risiko negatif tinggi. Pemeriksaan pelvis kemudian 5 sebaiknya dilakukan tahun sekali setahun sekali setelah usia 40 tahun. Usia di Satu Minimal setiap 3 tahun, Setelah 2x atas 60 tahun lebih sering pada risiko negatif tahun sekali tinggi. Pemeriksaan pelvis kemudian sebaiknya dilakukan tes dapat setahun sekali. dihentikan ACOG = American College of Obstetrician and Gynecologist

Usia 3660 tahun

Satu tahun sekali

Setelah 2x negatif kemudian setiap 1-3 tahun sekali Setiap 1-3 tahun sekali

Satu tahun sekali

Setelah 2x negatif kemudian tes dapat dihentikan

Program pemeriksaan/screening yang dianjurkan untuk kanker serviks (WHO): Screening pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun. Kalau fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55 tahun. Kalau fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada wanita usia 35-55 tahun. Ideal dan optimal, lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun. Teknik untuk melakukan pap smear dapat bermacam-macam. Namun secara umum sebagai berikut: 1. Pasien tidak boleh berkemih paling tidak 24 jam sebelum pemeriksaan dan tidak boleh dalam keadaan menstruasi. 2. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina setelah dilubrikasi. 3. Dengan serviks yang terkespos, sebuah aplikator berujung kapas yang sudah sedikit dibasahi dengan cairan saline atau plastik/spatula kayu yang didesain khusus ditempelkan pada serviks dan diputar 360 untuk mengorek sedikit permukaan dan untuk mengambil sel dari area skuamokolumnar dari ostium serviks. 4. Pastikan sel endoservikal juga terambil. Jika belum dapat terambil dengan spatula, sebuah aplikator berujung kapas atau sikat kecil saat ini sudah dapat digunakan untuk kebutuhan ini. Benda tersebut dapat dimasukkan ke dalam kanalis servikalis banyak wanita dan diputar, mengerok sel endoserviks dengan lebih efisien. 5. Kedua spesimen ini dapat digabung atau diletakkan pada kaca preparat terpisah menurut pilihan pemeriksa. Bahan pengawet diberikan secepatnya untuk mencegah pengeringan oleh udara, yang mana akan mengkompromisasi interpretasi. 6. Kaca preparat dikirim ke laboratorium dengan kertas identifikasi yang berisi riwayat dan penampakan terkait. COLPOSCOPY Colposcope adalah sebuah mikroskop teropong yang digunakan untuk visualisasi serviks secara langsung. Pembesaran yang tersedia hingga 60x, tetapi alat yang paling populer pada penggunaan klinis memiliki pembesaran hingga 13.5x yang dengan efektif menjembatani perbedaan antara apa

yang dapat dilihat dengan mata telanjang dan dengan mikroskop. Beberapa colposcope dilengkapi dengan kamera untuk fotografi dan rekaman tunggal atau serial kondisi patologis. Colposcopy tidak menggantikan metode lain untuk mendiagnosis abnormalitas serviks, tetapi sebagai alat pelengkap dan penting. Dua kelompok pasien paling penting yang dapat menggunakan keuntungan penggunaan alat ini adalah 1) pasien dengan hasil pap smear abnormal; dan 2) anak perempuan yang terpajan DES, yang kemungkinan terjadi displasia vagina atau serviks. Para pengguna colposcope dapat melihat area displasia dan vaskuler seluler atau abnormalitas jaringan yang tidak dapat terlihat biasa, yang mana memudahkan memilih area yang paling sesuai untuk biopsi. Pewarnaan dan agen kimia lain juga digunakan untuk menambah visualisasi. Colposcope telah mengurangi kebutuhan untuk melakukan biopsi serviks sembarang yang kemungkinan menemukan abnormalitasnya rendah. Pengguna colposcope yang berpengalaman dapat menemukan lesi serviks fokal, melakukan biopsi langsung pada area yang paling sesuai, dan membuat keputusan tentang terapi paling sesuai yang sebagian besar berdasarkan apa yang terlihat dengan colposcope. VISUAL INSPECTION WITH ACETIC ACID (VIA) = INSPEKSI VISUAL DENGAN APLIKASI ASAM ASETAT (IVA) Studi ini diinisiasi dengan tujuan utama untuk menentukan apakah inspeksi visual berbantu dapat digunakan sebagai modalitas alternatif untuk mendeteksi awal lesi kanker dan prakanker serviks. Hal ini juga dipicu dengan kebutuhan banyak wanita dengan kondisi (sosioekonomi) yang tidak mendukung akan tes screening kanker serviks. Pada akhirnya, penggunaan asam asetat 3-5% ternyata meningkatkan sensitivitas deteksi tidak hanya kanker invasif tetapi juga lesi prakanker. Epitel putih merupakan penampakan klinis dasar dari zona transformasi abnormal dan hal ini dikarenakan perubahan osmolar karena pemberian asam asetat yang menyebabkan air keluar dari sel dan setelah itu membran sel kolaps di sekitar nukleus yang membesar dan abnormal. Hasilnya, transmisi cahaya terganggu dan lesi memperlihatkan warna putih. Pemberian asam asetat juga dapat dilakukan bersama dengan metode colposcopy, dimana 10-12% hasil false positive normalnya terdeteksi. DAFTAR PUSTAKA 1. Kawada MD, Charles. Gynecologic History, Examination, & Diagnostic Procedures. In DeCherney, Alan H., Nathan, Lauren. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment . 9th edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.: 2003. 2. Bristow, Robert E. Cervical Cancer. In James R, Scott. et.al. Danforths Obstetrics and Gynecology . 9th edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers: 2003. 3. Morton, Stenchever. et.al. Comprehensive Gynecology. 4th edition. 2002. 4. Kusmarjadi, Didi. Skrining Kanker Serviks. Diunduh dari http://konsultasi-spesialisobsgin.blogspot.com/2008/09/skrining-kanker-serviks.html (13 November 2008; 21.15). 5. Singh, V. et.al. Early Detection of Cervical Cancer Through Acetic Acid ApplicationAn Aided Visual Inspection. Diunduh dari http://www.sma.org.sg/smj/4208/4208a2.pdf (13 November 2008; 21.41).

Anda mungkin juga menyukai