Anda di halaman 1dari 78

TUGAS AKHIR

PERBAIKAN UNJUK KERJA INVERTER SATU PHASA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROL SINYAL MODULASI LEBAR PULSA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam men yelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik El ektro Oleh

BUDIMAN SARAGIH 020402018

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 PERBAIKAN UNJUK KERJA INVERTER SATU PHASA DENGAN MENGGUNAKAN KONTROL SINYAL MODULASI LEBAR PULSA

Oleh: BUDIMAN SARAGIH 020402018 Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam men yelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik El ektro

Disetujui oleh: Dosen Pembimbing

Ir. A. RACHMAN HASIBUAN NIP. 131127007 Diketahui oleh: Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

Ir. Nasrul Abdi, MT NIP. 131459555

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 ABSTRAK Inverter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk m engubah tegangan masukan arus searah (DC) menjadi tegangan keluaran arus bolak-balik (AC) yang besar tegangan dan frekuensinya dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan. Pada aplikasi-aplikas i industri, inverter digunakan secara luas seperti pada pengaturan kecepatan motor ac, pemanasan indust ri, ataupun pada catu daya tak terputus Namun penggunaan komponen elektronika daya pada invert er tersebut didalam sistem tenaga listrik justru menimbulkan masalah baru yaitu gangguan harmonisa. Gangguan harmonisa pada keluaran inverter tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan kon trol sinyal modulasi lebar pulsa (Pulse Width Modulation - PWM). Dalam tugas akhir ini, akan dibahas bagaimana topologi dasar dan prinsip kerja inverter yang menggunakan teknik pengontrolan sinyal modulasi lebar pulsa (PWM) untuk mengurangi gangguan harmonisa pada keluaran inverter, serta menganalisa besar ganggua n harmonisa keluaran yang dihasilkan tersebut. Sebagai perbandingan unjuk kerja, maka diban dingkan dengan parameter unjuk kerja Inverter tanpa menggunakan kontrol sinyal PWM. Untuk memper mudah evaluasi kerja dari PWM, dan juga untuk menampilkan bentuk gelombang tegangan dan aru

s keluaran beserta komponen harmonisanya digunakan bahasa pemrograman MATLAB ver.7.0.1.

iii Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 KATA PENGANTAR Segala hormat, pujian, dan kekaguman hanyalah bagi Dia y ang memberikan hikmat dan kekuatan bagi saya untuk mengerjakan Tugas Akhir ini. Ada begitu banyak hal yang tidak dapat dimengerti, namun Dia buka jalan agar saya mendapatkan jawaban atas ketidaktahuan saya dalam menyelesaikan T ugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat ku rikulum Departmen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera U tara dalam menyelesaikan program studi strata satu (S1). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah: Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan Kont rol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa. Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan ba ntuan baik berupa bimbingan, motivasi, dan kritikan sehingga dengan rasa syukur, pe nulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. A. Rachman Hasibuan, selaku dosen pembimbing Tu gas Akhir ini 2. Bapak Rahmad Fauzi,ST,MT, selaku dosen wali penulis dan j uga sekretaris Departemen Teknik Elektro yang telah membantu dari awal perkuliahan sampai penyelesaian Tugas Akhir ini. 3. Bapak Ir. Nasrul Abdi,MT selaku ketua Departemen Teknik E

lektro. 4. Orang tua tercinta dan kakak-adik yang mengasihi saya, ya ng telah memberikan semua kemampuan mereka dalam menyediakan semu a kebutuhan selama perkuliahan.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 5. Teman-teman mahasiswa depertemen Teknik Elektro dan juga semua temanteman st02 atas dukungannya serta semua teman-teman yang lainnya.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan sara n yang membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Kiranya Tugas Akhir ini berguna bagi kita semua. Terima kasih

Me dan, Maret 2008

(B udiman Saragih)

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................. ............................................ i

ABSTRAK ......................................................... ....................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................... ..................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................... ............................................ vi BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ............................. ...................................................... 1 I.2 Tujuan Penulisan ........................... ..................................................... 2 I.3 Batasan Masalah ............................ .................................................... 3 I.4 Metode Penulisan ........................... ..................................................... 3 I.5 Sistematika Penulisan ...................... ................................................... 4 BAB II METODE FOURIER UNTUK ANALISIS BENTUK GELOMBANG II.1 Umum ....................................... ......................................................... 6 II.2 Syarat-syarat Dirichlet .................... ................................................... 7 II.3 Simetri Bentuk Gelombang ................... ............................................. 9 II.4 Spektrum Garis ............................. ................................................... 13

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008

USU e-Repository 2008 II.5 Sintesis Bentuk Gelombang ..................... ........................................ 15 II.6 g Arus ............. 19 II.6.1 Nilai Efektif Dari Gelombang Yang Mengan dung Harmonisa ........................... ................................................. 19 II.6.2 Total Distorsi Harmonisa ............... ...................................... 21 BAB III INVERTER SATU PHASA Penerapan Deret Fourier Dalam Analisis Gelomban

III.1 Umum .......................................... .................................................... 25 III.2 Inverter Satu Phasa Setengah Jembatan ......... ................................... 27 III.3 Inverter Satu Phasa Jembatan Penuh ............ .................................... 30 III.4 Parameter unjuk kerja Inverter Satu Phasa ..... .................................. 32 III.5 Inverter Satu Phasa Dengan Kontrol PWM ........ .............................. 33 III.5.1 Modulasi Lebar Pulsa Tunggal (Single Pu lse-width Modulation) ......................... ................................................. 34 III.5.2 Modulasi Lebar Pulsa Banyak (Multiple P ulse-width Modulation) ......................... ................................................. 36 III.5.3 Modulasi Lebar Pulsa Sinusoidal (Sinuso idal Pulse-Width Modulation) ......................... ................................................. 39

II.5.4 Modifiksi Modulasi Lebar Pulsa Sinusoida l (Modified Sinusoidal Pulse-Width Modulation) .. .................................. 41

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 BAB IV ANALISIS HARMONISA INVERTER IV.1 Umum ......................................... ..................................................... 42 IV.2 Metode Perhitungan Untuk Mendapatkan Komponen

Deret Fourier ................................ .................................................... 44 IV.3 a Tanpa Menggunakan Kontrol Modulasi Lebar Pulsa ..... ............................ 45 IV.4 a dengan Modulasi Lebar Pulsa ......................... ............................................. 47 IV.5 Kontrol Modulasi Lebar Pulsa dan Inverter dengan Kontr ol Modulasi Lebar Pulsa Banyak ........................... .............................................. 51 IV.6 armonisa pada Inverter ................................ .................................................... 56 BAB V PENUTUP .......................................... .................................................. 60 DAFTAR PUSTAKA .................................................. Pengaruh Sudut Beban Terhadap Besar Gangguan H Perbandingan Gangguan Harmonisa Inverter Tanpa Simulasi Analisis Harmonisa Inverter Satu Phas Simulasi Analisis Harmonisa Inverter Satu Phas

.......................................... 62 LAMPIRAN

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Beberapa contoh fungsi periodik ............... ......................................... 6 Gambar 2.2 Gelombang segitiga dan spektrum garisnya ...... ............................... 15 Gambar 2.3 Gelombang gigi gergaji dan spektrum garisnya .. ............................. 15 Komponen deret Fourier dari gelombang segitiga ................................. 16 Gambar 2.4 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang seg itiga .............................. 17 Gambar 2.5 Gambar 2.6 lombang segitiga tanpa Gambar 2.6 Hasil sintesis deret Fourier dari ge 17 Komponen deret Fourier dari gelombang gigi gerg aji ............................ 18 Gambar 2.7 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang gig i gergaji ......................... 18 Gambar 2.8 Bentuk gelombang arus bolak-balik yang mengalam i distorsi ................. 21 Gambar 2.9 Gambar 3.1 Rangkaian Inverter sederhana .................. ......................................... 25 Gambar 3.2 Inverter satu phasa setengah jembatan .........

..................................... 26 Gambar 3.3 gan beban resistif ................................ .................................................... 27 Gambar 3.4 Arus beban dengan beban induktif .............. ..................................... 28 Gambar 3.5 Inverter satu phasa jembatan penuh ............ ...................................... 29 Gambar 3.6 Bentuk gelombang tegangan keluaran ............ .................................. 30 Gambar 3.7 Arus beban dengan beban induktif tinggi ....... .................................. 31 Gambar 3.8 Modulasi lebar pulsa tunggal .................. .......................................... 34 Bentuk gelombang arus dan tegangan keluaran den

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 3.9 Modulasi lebar pulsa banyak ................... ......................................... 36 Gambar 3.10 Modulasi lebar pulsa sinusoidal ..................... ................................... 39 Gambar 3.11 Modifikasi modulasi lebar pulsa sinusoidal .......... ............................ 40 Gambar 4.1 yang lebih kecil .... 42 Fungsi y=f(x) yang telah dibagi dengan interval

Gambar 4.2 Pembentukan sinyal carrier dan pulsa switching .............................. 48 Gambar 4.3 Pengaruh jumlah pulsa terhadap arus keluaran .. ............................... 52 Gambar 4.4 nisa pada Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa ......... .................................... 52 Hubungan besar arus keluaran dan gangguan harmo

Gambar 4.5 harmonisa

Pengaruh sudut beban terhadap terhadap gangguan

Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa ......... .................................... 57

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Pemanfaatan komponen elektronika daya didalam proses kon

versi energi listrik telah semakin berkembang dari tahun ke tahun. Untuk penge ndalian daya dari satu bentuk ke bentuk yang lain menjadi sangat penting, dan karak teristik dari peralatan-peralatan elektronika daya telah memungkinkan hal terse but. Selain bentuknya kompak dan relatif tidak memerlukan tempat yang luas, p eralatan elektronika daya ini juga memiliki wilayah pengaturan yang begitu luas, sehingga banyak digunakan sebagai konverter untuk berbagai keperluan indus tri. Konverter yang digunakan untuk memperoleh tegangan keluaran ac variabel dar i tegangan sumber dc dikenal dengan sebutan inverter. Pada aplikasi-aplikasi industri, inverter digunakan seca ra luas seperti pada pengaturan kecepatan motor ac, pemanasan industri, ataupun pada c atu daya tak

terputus (Uninterruptible Power Supply - UPS). Peralatan-peralata n modern seperti: peralatan kedokteran, peralatan pengolah data, dan peralatan tele komunikasi kebanyakan memerlukan catu daya tak terputus dengan kualitas yang baik. Namun penggunaan komponen elektronika daya didalam suatu sistem tenaga listrik justru menimbulkan masalah baru yaitu gangguan harmonisa. Berbeda dengan beban-beban linier seperti tahanan, induktor, ataupun kapasitor d imana bentuk gelombang yang dihasilkannya akan berbentuk sinusoidal, penggunaa n komponen

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 elektronika daya justru membuat bentuk gelombang yang dihasilkan tidak sinusoidal murni (terdistorsi) sehingga menimbulkan harmonisa. Kehadiran har monisa pada suatu sistem tenaga listrik dapat memperburuk kualitas daya siste m tersebut, karena dapat menyebabkan faktor daya sistem menjadi lebih rendah, distor si gelombang tegangan, meningkatkan rugi-rugi sistem, pembebanan lebih pada pe ralatan, pergeseran titik netral sistem, ataupun peningkatan arus netral p ada sistem. Kinerja inverter terus mengalami perbaikan untuk mencap ai persyaratanpersyaratan seperti tersebut diatas. Hal ini sejalan dengan perke mbangan dalam bidang elektronika daya dan mikroprocessor yang dapat digunakan s ebagai rangkaian kendali. Gangguan harmonisa pada keluaran inverter tersebut dapat dikurangi dengan menggunakan sinyal modulasi lebar pulsa (Pulse Width Modulation PWM). Dalam

tulisan ini, penulis mencoba membahas prinsip kerja inverter deng an menggunakan teknik pengontrolan sinyal modulasi lebar pulsa banyak untuk meng urangi gangguan harmonisa pada keluaran inverter, serta menganalisa besar ganggua n harmonisa keluaran yang dihasilkan tersebut.

I.2

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah: 1. mengetahui prinsip kerja dan parameter unjuk kinerja inv erter 2. mempelajari teknik mengurangi harmonisa dengan menggunak an kontrol sinyal Modulasi Lebar Pulsa

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 I.3 Batasan Masalah Agar pembahasan materi yang dipaparkan dalam tugas akhir ini lebih terarah, maka penulis perlu membuat batasan-batasan masalah. Masalah yang akan dibahas pada penulisan tugas akhir ini adalah: 1. inverter yang dibahas adalah inverter satu phasa jembata n penuh (singlephase full-bridge inverter) 2. transistor daya dan dioda yang digunakan dianggap ideal 3. tidak membahas teknik pembangkitan sinyal Modulasi Lebar Pulsa 4. menggunakan banyak sinyal Modulasi Lebar Pulsa dalam set iap setengah siklus

5. hanya membahas gangguan harmonisa pada sisi keluaran 6. beban yang digunakan adalah beban RL

I.4

Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini ad

alah sebagai berikut: 1. studi literatur, berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku teks pendukung 2. studi bimbingan, berupa konsultasi dan tanya jawab de ngan dosen pembimbing tentang permasalahan-permasalahan yang m uncul selama penulisan tugas akhir ini 3. diskusi dengan dosen dan rekan-rekan mahasiswa.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 I.5 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran mengenai tulisan ini, secara s ingkat dapat diuraikan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah , metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II METODE FOURIER UNTUK ANALISIS BENTUK GELOMBANG Bab ini akan membahas mengenai Deret Fourier,

syarat-syarat Dirichlet, simetri bentuk gelombang, spektrum garis , sintesis gelombang komponen deret fourier, penerapan deret fourier dal am penganalisaan gelombang arus dan tegangan. BAB III INVERTER Bab ini membahas tentang inverter secara umum , jenis-jenis inverter, prinsip kerja inverter satu phasa jembata n penuh, tegangan keluaran inverter dengan beban induktif, pengontrol an dengan sinyal Modulasi Lebar Pulsa BAB IV ANALISIS HARMONISA INVERTER Bab ini membahas analisis harmonisa keluaran inverter satu phasa tanpa menggunakan sinyal Modulasi Lebar Pulsa, dan inverter dengan

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 menggunakan sinyal Modulasi Lebar Pulsa, perbanding an gangguan harmonisa kedua jenis inverter, gangguan harmonisa untuk besar sudut beban yang bervariasi.

BAB V

PENUTUP Dalam bab ini dituliskan tentang hal-hal yang

dianggap penting dalam tulisan ini yang dirangkumkan sebagai kesimpu lan, dan saran dari

penulis mengenai permasalahan di dalam penulisan tu gas akhir ini.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 BAB II METODE FOURIER UNTUK ANALISIS BENTUK GELOMBANG

II.1

Umum Harmonisa tegangan keluaran inverter dapat ditentukan bi

la persamaan matematika dari tegangan keluaran tersebut telah ditentukan. Pers amaan ini didapat dengan menguraikan bentuk gelombang tegangan dengan menggunakan d eret Fourier. Setiap pengulangan fungsi kontinu dalam interval T dapat diwakili oleh penjumlahan dari suatu komponen sinusoidal fundamental, dengan re ntetan s n perkalian integer dari frekuensi. Dengan kata lain suatu fungsi kontinu dal am interval T dapat dinyatakan sebagai suatu pendekatan deret trigonometri terbatas a taupun tak berhingga. Pendekatan deret trigonometri inilah yang dikenal deng an deret Fourier Fourier. Karena fungsi-fungsi trigonometri merupakan fungsi periodik, maka salah satu syarat fungsi agar suatu fungsi dapat diekspresikan dalam deret Fourier adalah fun fungsi itu harus engan komponen harmonisa orde lebih tinggi pada frekuensi yang merupaka

periodik. Suatu fungsi f(t) dikatakan periodik dengan periode T a pabila f(t) = f(t+T) untuk semua nilai T. Beberapa contoh fungsi periodik ditunjukkan pada gambar 2.1.

(a). Gelombang trapezoidal (c). Gelombang segitiga ik

(b). Gelombang persegi

Gambar 2.1. Beberapa contoh fungsi period

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 II.2 Syarat-syarat Dirichlet Agar suatu fungsi dapat diekspresikan kedalam bentuk der et Fourier, maka fungsi tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan yang disebut dengan syaratsyarat Dirichlet, antara lain: 1. f(x) kontinu, hanya terdapat sejumlah diskontinuitas yang terbatas dalam interval (-L,L). 2. f(x) periodik diluar (-L,L) dengan periode 2L. 3. f(x) mempunyai nilai yang berhingga (finite) didalam inte rval (-L,L) Bila syarat-syarat Dirichlet ini dipenuhi, maka sebuah f ungsi f(x) dapat diekspresikan kedalam bentuk deret Fourier seperti yang ditunjukk an pada persamaan (2.1).

Dimana koefisien Fourier a0, an, bn adalah

! "

# ! % $# # & ! $#

n = 1,2,3,

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 dimana: a0 = suku konstan an = suku-suku cosinus deret Fourier bn = suku-suku sinus deret Fourier koefisien Fourier juga dapat dinyatakan dengan: ()*# ! + ( ()*# ! , ( ()*# & ( !

dimana: c = konstanta sembarang.

./ 0, maka L = 0. Dengan Bila ada suatu fungsi ituliskan: dengan periode

memasukkan nilai c = 0, maka persamaan deret Fourier juga dapat d

./ 3

12

12

Dengan a0, an, bn adalah:

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 4 ./ !./ 5 0 *4 ./ 0 *4 & 0 ./ ./ !./ ./ !./

II.3

Simetri Bentuk Gelombang Pada persamaan (2.1) terlihat bahwa deret Fourier ters

usun atas suku-suku sinus, suku-suku cosinus serta satu suku konstan. Dengan demikian suatu fungsi periodik dapat mengandung ketiga suku, kombinasi ketiga suku, ata u bahkan hanya salah satu suku. Bila suku-suku ini disintesis secara terpisah te rnyata menghasilkan

suatu bentuk gelombang dengan simetri tertentu. Maka dengan melih at simetri suatu gelombang, perhitungan dapat disederhanakan untuk mendapatkan der et Fourier. Bentuk-bentuk simetri ini antara lain:

II.3.1 Simetri Fungsi Genap Suatu fungsi f(x) disebut fungsi genap jika memenuhi p ersamaan f(x) = f(-x). Hal ini berarti fungsi tersebut simetri terhadap sumbu vertikal. Koefisien Bn dari fungsi ini adalah nol.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 *4 6 0 4 6 0 $4 4 6 12 8 12 0 $4 6 Sehingga untuk simetri fungsi genap berlaku: : 7 12 9 9 12 0 7 12 12 8 12 7 12 7 12 12 8 12 7 12 12 8 12

Dengan demikian fungsi genap hanya akan mengandung sukusuku cosinus.

Penjumlahan atau perkalian dari dua fungsi genap atau lebih akan menghasilkan fungsi genap. Dengan penambahan sebuah konstanta, sifat-sifat gen ap dari fungsi tersebut masih dipertahankan.

II.3.2 Simetri fungsi ganjil Suatu fungsi f(x) disebut sebagai fungsi ganjil jika f(x ) = -f(-x). Koefisien An dari fungsi ganjil adalah samadengan nol atau komponen cosinusnya hilang. *4 9 0 4 9 0 $4 7 12 12 8 12 7 12 12 8 12

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 4 9 12 8 12 0 $4 9 Dengan cara yang sama dapat diturunkan bahwa: 9 Sehingga untuk fungsi ganjil berlaku: : 7 12 6 12 0 7 12 12 8 12 7 12

dengan demikian sebuah fungsi ganjil hanya akan mengandu ng suku-suku sinus. Penjumlahan dari dua fungsi ganjil atau lebih akan menghas

ilkan fungsi ganjil. Tetapi penambahan suatu konstanta atau perkalian dua fungsi ganji l akan menghilangkan sifat-sifat ganjil dari fungsi tersebut.

II.3.3. Simetri setengah-gelombang Suatu fungsi f(x) dikatakan mempunyai simetri setengah-g elombang jika f(x) = -f(x + T/2), dimana T adalah periode. Simetri ini akan men gandung suku-suku sinus dan cosinus tetapi hanya pada orde-orde ganjil saja. Dengan demikian an dan bn akan sama dengan nol untuk n = 2,4,6,. Pada suatu gelombang dengan simetri setengah-gelombang.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Dengan demikian deret Fourier dari fungsi-fungsi periodi k seperti pada atikan gambar 2.1 dapat simetri bentuk gelombangnya. a. Gelombang trapezoidal seperti yang ditunjukkan pada gamba r 2.1(a) mempunyai simetri fungsi genap. Dengan demikian deret Fo uriernya tidak memiliki suku-suku sinus. Selain itu karena luasan daera h yang dibentuk oleh fungsi terhadap sumbu horizontal kearah positif dan nega tif tidak sama, maka deret fouriernya juga akan mengandung sebuah suku konsta n yang merupakan nilai rata-rata (nilai dc) dari fungsi periodi k tersebut. Dengan disederhanakan dengan memperh

demikian deret Fouriernya dapat ditulis: ./ ./ Dengan n = 1,3,5, b. Gelombang persegi pada gambar 2.1(b) mempunyai simetri fu ngsi genap dan simetri setengah-gelombang. Dengan demikian deret Fourie rnya hanya memiliki suku-suku sinus pada orde ganjil. Selain itu ka rena luasan daerah yang dibentuk oleh fungsi terhadap sumbu horizontal kear ah positif dan negatif sama, maka deret fouriernya juga tidak mengandun g suku konstan. Maka deret fouriernya dapat ditulis: ./ ./ Dengan n = 1,3,5,

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 c. Gelombang segi tiga pada gambar 2.1(c) hanya mempunyai si metri setengahgelombang. Dengan demikian deret fouriernya hanya memili ki suku-suku sinus dan cosinus pada orde ganjil. Selain itu karena lu asan daerah yang dibentuk oleh fungsi terhadap sumbu horizontal kearah po sitif dan negatif sama, maka deret fouriernya juga tidak mengandung suku k onstan. Dengan demikian deret fouriernya dapat ditulis: ./ ./ ./

Dengan n = 1,3,5,

II.4

Spektrum Garis Sebuah kurva yang memperlihatkan masing-masing amplitudo

harmonisa didalam gelombang disebut spektrum garis. Garis-garis berkurang s ecara cepat pada gelombang-gelombang dengan deret yang mengecil (konvergen) secara cepat. Gelombang-gelombang dengan diskontinuitas, seperti gelombang gigi gergaji dan gelombang persegi, memiliki spektra dengan amplitudo yang berkura ng secara lambat karena deretnya mempunyai harmonisa-harmonisa yang kuat. H armonisaharmonisa ke-10 akan sering mempunyai amplitudo yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan amplitudo dasar. Sebaliknya, deret untuk bent uk-bentuk gelombang tanpa diskontinuitas dan dengan penampilan yang umumnya lembut akan mengecil secara cepat, dan untuk membangkitkan gelombang hanya di butuhkan beberapa orde. Konvergensi yang sedemikian cepat akan jelas terli hat dari garis

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 spektrum dimana amplitudo-amplitudo harmonisa berkurang secara ce pat sehingga harmonisa dengan orde diatas 5 atau 6 tidak akan berpengaruh. Kandungan harmonisa dan spektrum garis dari sebuah gelom bang adalah bagian yang sangat alamiah dari gelombang tersebut dan tidak pern ah berubah, tanpa

memperhatikan metode analisa. Pergeseran titik asal memberikan su atu penampilan deret trigonometri yang sangat berbeda. Dari persamaan (2.8) dapat juga ditulis dalam suatu bent uk deret sinus dengan menghilangkan deret cosinusnya menjadi persamaan dibawah i ni:

./

./

<

Dimana: ;= % =

>

; * *

< +

/ $

Pada gambar 2.2 terlihat suatu gelombang segitiga besert a spektrum garis dari komponen-komponen harmonisanya. Gelombang tersebut tidak memiliki titik-titik diskontinuitas sehingga spektrumnya mengecil secara cepat. Amplit udo harmonisa orde-orde tingginya relatif lebih kecil dari amplitudo orde dasar .

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008

USU e-Repository 2008 Gambar 2.2. Gelombang segitiga dan spektrum gar isnya

Berbeda halnya dengan gelombang gigi gergaji seperti yan g terdapat pada gambar 2.3. Karena gelombang ini memiliki diskontinuitas pada awa l dan akhir periode, akibatnya spektrum harmonisanya mengecil secara lambat. Hal ini akan ode, bang yang tidak memiliki diskontinuitas. harmoni menyebabkan gangguan harmonisanya akan lebih besar daripada gelom

Gambar 2.3 Gelombang gigi gergaji dan spektru m garisnya

II.5

Sintesis Bentuk Gelombang Sintesis adalah gabungan dari bagian-bagian sehingga mem

bentuk satu bagian bagian kesatuan. Sintesis deret Fourier adalah penggabungan kembali suku suku -suku deret

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 trigonometri, lazimnya empat atau lima suku pertama agar menghasi lkan bentuk gelombang semula. Dengan melihat hasil penyatuan beberapa suku pe rtama deret Fourier dari gelombang yang kita analisis akan dapat ditentukan a pakah deret tersebut dapat mengekspresikan bentuk gelombang tersebut dengan b enar.

Dengan demikian harmonisa yang paling mempengaruhi bent uk gelombang dari suatu fungsi adalah harmonisa dengan amplitudo yang paling b esar. Pada umumnya harmonisa ke-3 memiliki amplitudo yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan amplitudo harmonisa yang lain. Dari bentuk gelombang segitiga dan spektrum garis yang terdapat pada gambar 2.2, dapat diperoleh bentuk deret Fouriernya: AB / +12 +0* Terlihat bahwa gelombang tersebut memiliki simetri fung si genap dan simetri setengah-gelombang, dengan demikian deret Fouriernya hanya mengan dung sukusuku cosinus dan hanya pada orde-orde ganjilnya saja. Dengan mens istesis tiga orde pertamanya saja, bentuk gelombangnya sudah mendekati bentuk gelom bang aslinya seperti yang terlihat pada gambar 2.5. Jika suku AB50* r gelombang segitiga pada esis deret Fouriernya adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6. Sedan gkan jika tersebut diikutsertakan maka bentuk gelombang deret Fouriernya di tunjukkan seperti pada gambar 2.5 %12 dari deret Fourie C 0* 50*

AB

AB
12

AB
%12

gambar 2.2 tidak diikutsertakan, maka bentuk gelombang hasil sint

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008

USU e-Repository 2008 Gambar 2.4 Komponen deret Fourier dari gelo mbang segitiga 2.

Gambar 2.5 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang segitiga 2.

anpa AB 5

Gambar 2.6 Hasil sintesis deret Fourier dari gelombang segitiga t %2 *

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Deret Fourier untuk gelombang gigi gergaji pada gambar 2 .3 adalah: AB D AB AB%0 / %12 D C 0 Pada gambar 2.8 terlihat bahwa hasil penyatuan empat ord e harmonisa pertamanya belum mendekati bentuk gelombang gigi gergaji yang sem purna. Tetapi dengan melibatkan lebih banyak orde harmonik secara perlahan gelo mbang yang dihasilkan akan semakin menyerupai gelombang gigi gergaji. 12 D AB 0 12 D

Gambar 2.7 Komponen deret Fourier dari gelomb ang gigi gergaji

Gambar 2.8 Hasil sintesis deret Fourier dari g elombang gigi gergaji

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 II.6 Penerapan Deret Fourier Dalam Analisis Gelombang Aru s II.6.1 Nilai Efektif Dari Gelombang Yang Mengandung Harmonisa Nilai efektif (rms) dari suatu fungsi gelombang f(t) didefenisikan sebagai: > IJ I K / D K / EFGH ! J L M /N OPKIQ!P * , /

Dari persamaan 2.12, co merupakan suatu konstanta se hingga nilainya sama dengan nilai efektifnya. Sedangkan untuk menganalisis nilai efekt if keseluruhan dari fungsi f(t), maka suku-suku yang mengandung fungsi sinus dimisalk an sebagai fungsi fx(t). Nilai kuadrat dari fungsi fx(t) adalah: < ) + c2 sin ( ./ <* ) + c3 sin (%./ <R ) + ]2 fx(t)2 = [c1 sin (./ (2.17) atau: / <* * * * S R 12 12 < 12 <* * T * * <T * * * %12 <R * C * 12 < 12

<R

U R

12 3

<

%12

Pada persamaan (2.18) diatas terdapat dua jenis suku-suku perkali an orde harmonik, yaitu: 1. Suku-suku yang mengandung perkalian antara orde harmonik yang sama, 12 <T * T dinyatakan dengan: 12 <T ] adalah: * T Nilai rata-rata suku [ * *

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 *4 12 <T ! ./ * T *

*V D ./ < * ? @ ! ./ T 0 MI < *4 * W./ D W T ./


;* ;* D

yang berbeda,

2. Suku-suku yang mengandung perkalian antara orde harmonik Y12 <X 12 <T XT dinyatakan dengan: Dimana: m = 1,2,3,; n = 1,2,3, dan mZ Y12 <X 12 <T ] adalah: XT Nilai rata-rata suku [ *4 Y12 <X 12 <T !./ XT

*4 ;G ; * L ./ <G ./ < !./

Dengan demikian diperoleh persamaan nilai rata-rata kuad rat dari keseluruhan fungsi f(t) adalah: / * S ;* / \ * ;* [ ;* / *

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Jika F adalah nilai efektif dari fungsi f(t), maka:

;* ]; * E atau: ;* ]; * E Dimana: co = nilai komponen dc cn = nilai komponen harmonik orde ke-n ?@ ^

II.6.2 Total Distorsi Harmonisa Misalkan bentuk gelombang arus jala-jala sistem tenaga l istrik is terdistorsi seperti yang terlihat pada gambar 2.8. Umumnya pola gelombang aru s bolak-balik is memiliki simetri setengah-gelombang, oleh karena itu komponen dc pada persamaan deret Fouriernya tidak ada. Fungsi arus jala-jala dapat dituliskan sebagai berikut: IH / <R _HG C _HG (2.22) ./ ./ < < _HG* ./ <* _

HGR

%./

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 2.9 Bentuk gelombang arus bolak-balik yang mengalami distorsi

Dimana: Ism1 = nilai maksimum komponen fundamental arus jala-jala Ism2 = nilai maksimum komponen arus harmonisa orde ke-2 Ism3 = nilai maksimum komponen arus harmonisa orde ke-3 Ismn = nilai maksimum komponen arus harmonisa orde ke-n Dari persamaan 2.21, diperoleh nilai efektif arus jala-j ala dari deret Fourier pada persamaan 2.22 yang dirumuskan dengan: _ _HG * * `? HG @ _H @ ^ atau: % ^ ^ ^ ? @ ? @ C ? * * _HG* _HGR

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 a_H ]_H _H _H* _HR C _H _H * * * * * * b

Dimana: Is1 = nilai efektif komponen fundamental arus jala-jala Is2 = nilai efektif komponen arus harmonisa orde ke-2 Is3 = nilai efektif komponen arus harmonisa orde ke-3 Isn = nilai efektif komponen arus harmonisa orde ke-n

Semua komponen arus harmonisa diluar komponen arus funda mental, merupakan komponen pendistorsi arus jala-jala, yang dapat dirumus kan dengan: Icd / <f ./ He _HG* C _HG + ./ <* _HGR %./ <R

_HGf

./

<

Dengan demikian nilai efektif arus pendistorsi adalah:

] _cd , * He b _H

Total Harmonic Distorsion (THD) didefenisikan sebagai perbandinga n nilai efektif arus pendistorsi dengan nilai efektif arus fundamental, yaitu:

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 >j b _H * ghi >_H *

atau: _H * `? @ D ghi 3 _H

Dimana: Is = nilai efektif arus jala-jala Is1 = nilai efektif komponen fundamental arus jala-jala.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 BAB III INVERTER SATU PHASA

III.1

Umum Inverter adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk men

gubah tegangan masukan arus searah (DC) menjadi tegangan keluaran arus bolak-bal ik (AC) yang besar tegangan dan frekuensinya dapat diatur sesuai dengan yang d iinginkan. Suatu tegangan variabel dapat diperoleh dengan mengatur tegangan masukan DC dan penguatan inverter dijaga konstan. Jika tegangan masukan ( input) DC konstan, tegangan keluaran AC variabel dapat diperoleh dengan men gubah-ubah penguatan (gain) yang biasanya menggunakan kontrol modulasi lebar pulsa (Pulse Width Modulation - PWM) didalam inverter tersebut. Suatu inverter disebut sumber tegangan (Voltage Fed Inverter - VFI) jika tegangan masukannya di jaga konstan, sedangkan suatu inverter disebut sumber arus (Current Fed Inverte r - CFI) jika arus masukannya dijaga konstan, serta disebut inverter hubungan DC var iabel (DC Link Inverter) jika tegangan masukannya dapat diatur (controllable) Pada aplikasi-aplikasi industri, inverter digunakan seca

ra luas seperti pada pengaturan kecepatan motor AC, pemanasan industri, ataupun pada c atu daya tak terputus (Uniterruptible Power Supply - UPS). Prinsip kerja dari inverter secara sederhana dapat dijel askan dengan menggunakan saklar mekanik, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 A S1 B load B S2 A

A a

B Gambar 3.1. Rangkaian Inverter sederhan

Bila kedudukan S1 dan S2 pada A, beban L mendapat tegang an positif, dan sebaliknya jika S1 dan S2 pada B, beban L mendapat tegangan posit if dari arah yang berlainan. Dengan demikian jika pemindahan saklar S1 dan S2 secar a bergantian akan menghasilkan tegangan bolak-balik, dengan amplitudo ditentukan ol eh besarnya sumber, dan frekuensi ditentukan oleh perpindahan saklar. Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter ideal adalah sinusoidal. Namun dalam prakteknya bentuk gelombang keluaran inverter tidak s inusoidal dan mengandung harmonisa. Seiring dengan dinamika perkembangan teknol ogi dalam elektronika daya, sering dilakukan penelitian-penelitian untuk me mperbaiki kualitas daya yang dihasilkan oleh inverter. Salah satunya adalah dengan m enggunakan

teknik pensaklaran dengan sinyal PWM. Berdasarkan jumlah phasanya, inverter dapat dibedakan at as: (1) inverter satu phasa, dan (2)inverter tiga phasa. Sedangkan berdasarkan konfigur asinya, rangkaian daya inverter satu phasa dapat dibedakan atas: (1) inverter satu phasa setengah jembatan, (2) inverter satu phasa dengan beban tap tengah, dan (3 ) inverter satu phasa jembatan penuh.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 III.2 Inverter Satu Phasa Setengah Jembatan Prinsip kerja inverter satu phasa jembatan penuh dapat d ijelaskan dengan menggunakan gambar 3.2.

Gambar 3.2. inverter satu phasa setengah jem batan Inverter satu phasa setengah jembatan bekerja dengan men ggunakan dua buah komponen elektronika daya, transistor Q1 dan Q2, untuk mengu hubungkan titik a dengan tegangan positif atau negatif. Jika transistor Q1 dinyal akan selama waktu T0/2, maka tegangan sesaat beban V0 adalah Vs/2. Sedangkan jika h anya transistor Q2 yang dinyalakan selama waktu T0/2, maka tegangan yang melalui beb an adalah Vs/2. Rangkaian logika didesain sedemikian rupa agar transistor Q 1 dan Q2 tidak menyala pada saat yang bersamaan. Bentuk gelombang tegangan kelua ran dan arus transistor dengan beban resistif ditunjukkan pada gambar 3.3.

Tegangan keluaran efektif (rms) dapat diperoleh dari persamaan:

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 3.3. Bentuk gelombang arus dan tegangan keluaran dengan beban resistif

Tegangan keluaran sesaat bila dinyatakan dalam deret fourier adal ah:

Berdasarkan simetri seperempat gelombang sepanjang sumbu-x, nilai ao dan an adalah nol. ( #$ " %& ) ! %& $

(
$ *

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Sehingga tegangan keluaran sesaat yang dinyatakan dalam deret Fou rier adalah: , $ $+ & * -.-/-0 $+ Dimana & am satuan radian per dari komponen dasar adalah: + 1 12 - -3-

*4+ adalah frekuensi dari tegangan keluaran dal

detik. Untuk n=1, harmonisa tidak muncul, dan besar harga efektif

+- 6 5 Sedangkan bentuk gelombang arus beban dan interval kondu ksi beban induktif murni ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 3.4. arus beban dengan beban induk tif Untuk beban RL, arus beban sesaat io dapat diperoleh dengan memba gikan tegangan keluaran sesaat dengan impedansi beban Z = R + jn&L, sehingga: , 7 & ;< *89 &: - -6-0 &: Dimana: < = > 9

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 III.3 Inverter Satu Phasa Jembatan Penuh Inverter satu phasa jembatan penuh ditunjukkan pada gamb ar 3.5 dibawah:

Gambar 3.5. inverter satu phasa jembatan p enuh

Ketika transistor Q1 dan Q2 dihidupkan secara bersamaan, tegangan masukan Vs mengalir melalui beban. Sedangkan jika transistor Q3 dan Q4 di hidupkan secara bersamaan, tegangan yang mengalir ke beban berlawanan arah dengan tegangan

masukan yang mengalir ke beban ketika Q1 dan Q2 dihidupkan, yang besarnya -Vs. Tegangan keluaran efektif (rms) diperoleh dari persamaan:

Bentuk gelombang tegangan keluaran ditunjukkan pada gambar 3.6 di bawah ini.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 3.6. Bentuk gelombang tegangan keluar an

Tegangan keluaran sesaat jika dinyatakan dalam deret fourier sepe rti pada pers. 3.2 diatas adalah: , $ $+ 3 * -.-/-0 Untuk n =1, dari persamaan diatas diperoleh harga efektif dari ko mponen dasar di onen $ $ @ 5* Seperti pada persamaan 3.4, arus beban sesaat i0 untuk beban RL a dalah: , 7 & ;< A +-?+$ &

*89 - -6-0

&:

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Ketika dioda D1 dan D2 konduksi, daya akan kembali kesumber DC me lalui dioda ini, sehingga dioda ini disebut dengan dioda feedback.

Gambar 3.7. arus beban dengan beban induktif tinggi

III.4

Parameter unjuk kerja Inverter Satu Phasa Pada prakteknya keluaran inverter selalu mengandung harm

onisa. Kualitas sebuah inverter biasanya dievaluasi dengan mengikuti ketentuan da ri parameter unjuk kerja berikut ini, yakni: a. Harmonic Factor (HFn) Harmonic factor atau faktor harmonisa dari harmonisa ken merupakan ukuran kontribusi harmonisa ke-n tersebut, didefenisikan sebagai: 7 BC ? D 7D Dimana: Vo1 = nilai efektif dari komponen fundamental Von = nilai efektif dari komponen harmonisa ke-n 1 12 E

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008

b. Total Harmonic Distortion (THD) Merupakan ukuran bentuk pendekatan antara bentuk gelomba ng dengan komponen fundamentalnya yang menggambarkan kandungan tot al harmonisa dapat didefenisikan dengan: F + 7D -.-0 c. Distortion factor (DF) Mengindikasikan jumlah gangguan harmonisa yang tersisa d idalam gelombang utama setelah penurunan gelombang harmonisa. DF dari masing-masing komponen harmonisa ke-n didefenisi kan sebagai: 7D 7H 7G D

III.5

Inverter Satu Phasa Dengan Kontrol PWM Salah satu metode pengontrolan tegangan keluaran inverte

r satu phasa adalah dengan menggunakan teknik modulasi lebar pulsa (Pulse Width Modul ation - PWM) dari tegangan sumber dc tetap. Metode yang sering digunakan adala h: 1. Modulasi lebar pulsa tunggal 2. Modulasi lebar pulsa banyak 3. Modulasi lebar pulsa sinusoidal 4. Modulasi lebar pulsa sinusoidal Modifikasi

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008

III.5.1 Modulasi Lebar Pulsa Tunggal (Single Pulse-width Modulati on) Dalam kontrol modulasi lebar pulsa tunggal, hanya terdap at satu pulsa per setengah siklus dan lebar pulsa divariasikan untuk mengontrol teg angan keluaran inverter. Gambar 3.8 menunjukkan pembangkitan sinyal gate dan teg angan keluaran dari inverter satu phasa jembatan penuh. Sinyal gate dibangkitkan dengan membandingkan amplitudo sinyal referensi dengan amplitudo gelomba ng pembawa. Frekuensi dari sinyal referensi menentukan frekuensi dasar dari t egangan keluaran. Tegangan keluaran sesaat adalah: Vo = Vs(g1 g4). Rasio antara amp litudo gelombang referensi Ar dengan amplitudo gelombang pembawa Ac dise but dengan Indeks Modulasi (M) JK I J Tegangan keluaran efektif (rms) diperoleh dari: (PQ 7 D (>Q " ! L 7 M NO )

S 7R 7 ! D L

Dengan mengubah-ubah Ar dari 00 sampai Ac, lebar pulsa T dapat dimodifikasi dari 00 sampai 1800 dan tegangan keluaran efektif V0 , dari 0 sampai Vs.

Deret Fourier dari tegangan keluaran menghasilkan: , 7 HS 7O HNO L H! D -.-/-0

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 3.8. Modulasi lebar pulsa tungga l

Berdasarkan simetri dari tegangan keluaran sepanjang sum bu-x, maka harmonisa ke-n (untuk n= 2,4,6,) tidak ada. Waktu dan sudut pemoto ngan dapat diperoleh dari: U O = N U O N X Dimana:WL V WL #V WL

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 III.5.2 Modulasi Lebar Pulsa Banyak (Multiple Pulse-width Modulat ion) Kandungan harmonisa dapat dikurangi dengan menggunakan b eberapa pulsa dalam setiap setengah siklus dari tegangan keluaran. Pembangkitan sinyal gate untuk

menghidupkan dan mematikan transistor ditunjukkan pada gambar 3.9 a dengan membandingkan sebuah sinyal referensi dengan sebuah sinyal gergaj i pembawa. Sinyal gate ditunjukkan pada gambar 3.9b. frekuensi sinyal refere nsi menentukan frekuensi keluaran fo dan frekuensi pembawa fc menentukan jumlah pulsa per setengah siklus p. Sedangkan Indeks modulasi mengontrol tegangan keluaran. Tipe dari modulasi ini biasa dikenal dengan uniform Pulse width Modula tion (UPWM). Jumlah pulsa dalam setengah siklus dapat diperoleh dari: \] Z[ Y 6 Z Dimana mf = fc/fo didefenisikan sebagai rasio frekuensi modulasi (frequency modulation ratio). Tegangan keluaran sesaat adalah Vo=Vs(g1-g4). Tegangan k eluaran untuk inverter satu phasa dengan kontrol UPWM ditunjukkan pada gambar 3 .9c Jika S lebar dari masing-masing pulsa, tegangan keluaran efektif dapat diperoleh dari: Y ( _PQ ` 7 D ( _>Q ` ^ ! L 7 M NO a

YS 7R 7

3 ! L

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 3.9. Modulasi lebar pulsa banyak

Indeks modulasi yang divariasikan dari 0 sampai 1, meng akibatkan lebar pulsa bervariasi dari 0 sampai T/2p (0 sampai !`Y), dan tegangan keluaran Vo dari nol sampai Vs. Bentuk umum dari deret Fourier untuk tegangan kelu aran sesaat adalah: , 7O @ D -.-/-0 Koefisien Bn dalam persamaan 3.17 dapat ditentukan dengan mengang gap sebuah pasangan pulsa, dimana pulsa positif yang berdurasi S, dimulai pa da Nt = U, dan b HNO

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 pulsa negatif dengan lebar yang sama dimulai dari Nt = ! U. Hal ini ditunjukkan pada gambar 3.9c. Dampak dari semua pulsa dapat dikombinasikan se cara bersamasama untuk mendapatkan tegangan keluaran efektif. Jika pulsa positif dari pasangan ke-m dimulai pada Nt = Uc dan berakhir pada Nt = Uc n pulsa adalah: S. Koefisien Fourier untuk sebuah pasanga

(Pde P Q de PQ ^ HNO M NO a ! de PQ (Pde HNO M NO #

7 S H g! Uc hi L H! A

HS f H gUc

S h#

Koefisien Bn dari pers 3.17 dapat ditentukan dengan menambahkan d ampak dari semua pulsa: _ 7 S b H g! Uc hi c ? L H! f H gUc h# HS S

Waktu pemotongan ke-m tm dan sudut Uc dapat ditentukan dar i: Uc Oc += N Uc Oc N \# V WL \#V WL

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Karena semua lebar pulsa adalah sama, maka lebar pulsa d (atau su dut pulsa S) adalah: S

M N

Oc> # Oc W

VWL

Dimana: WL

III.5.3 Modulasi Lebar Pulsa Sinusoidal (Sinusoidal Pulse-Width M odulation) Dengan menggunakan modulasi lebar pulsa sinusoidal (Si nusoidal PulseWidth Modulation) faktor Distorsi DF dan harmonisa orde rendah (L OH) dapat dikurangi secara signifikan. Sinyal gerbang seperti yang ditunjuk kan pada gambar 3.10 dibawah ini dibangkitkan dengan membandingkan sinyal referen si sinusoidal dengan suatu gelombang pembawa (carrier) yang berbentuk pulsa ger gaji dengan frekuensi fc. Frekuensi dari sinyal referensi fr menentukan freku ensi keluaran inverter fo. Jika Tj adalah lebar pulsa ke-m, maka tegangan keluaran dapat dirumuskan dengan:

Persamaan 3.19 dapat juga diaplikasikan untuk menentuk an koefisien Fourier dari tegangan keluaran: _ 7 Sc Uc b hi L H! c f H gUc h# H g! HSc Sc

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Untuk n = 1,3,5,

Gambar 3.10. Modulasi lebar pulsa sinusoi dal

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 III.5.4 Modifiksi Modulasi Lebar Pulsa Sinusoidal (Modified Sinus oidal Pulse Modified PulseWidth Modulation) Modifikasi modulasi lebar pulsa sinusoidal ditunjukkan seperti pa da gambar 3.11.

Gambar 3.11. Modifikasi modulasi lebar pulsa si nusoidal 3.1

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 BAB IV ANALISIS HARMONISA INVERTER IV.1 Umum Perhitungan analisis harmonisa pada tulisan ini mengguna kan bahasa pemrograman MATLAB ver 7.01. Bahasa pemrograman MATLAB merupakan salah satu bahasa pemrograman yang paling banyak digunakan dalam bidang aplikasi komputasi di bidang keteknikan. Metode perhitungan yang dipergunakan adalah dengan mengg unakan metode

perhitungan definite integral. Konsep dasar definite integral ada lah untuk mencari luas daerah yang dibentuk oleh suatu fungsi y = f(x) terhadap sum bu x, pada interval tertentu untuk mendapatkan tode pendekatan numerik, yaitu dengan membagi fungsi kedalam sub-interval yang le bih kecil kemudian menghitung luas daerah tersebut. Metode pendekatan numer ik ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: metode persegi, metode trapezo idal, dan metode kurva (Simpsons rule). Metode yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah metode pendekatan numerik dengan metode persegi, karena metode inilah yang digunaka n dalam Bahasa Pemrograman MATLAB dalam perhitungan-perhitungannya. Metode ini d apat dijelaskan dengan ilustrasi pada gambar 4.1 berikut ini. . Ada beberapa metode yang dapat digunakan

besar luasan tersebut. Salah satunya adalah dengan menggunakan me

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 4.1 Fungsi y=f(x) yang telah dibagi dengan interva l yang lebih kecil

Dengan membagi fungsi y = f(x) menjadi n buah daerah dengan inter val yang sama gsi :

Bila y1, y2, y3,..,yn merupakan nilai fungsi f(x) pada setiap titik x1, x2, , xn

maka jika luasan daerah dengan interval diperoleh: Y1 + y2 (4.2) + y3 + + yn

dijumlahkan

Dengan demikian pendekatan luas daerah yang dibentuk ol eh fungsi y=f(x) terhadap sumbu x adalah:

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Jika diterapkan dalam perhitungan untuk mencari nilai ef ektif (nilai rms) suatu fungsi periodik y=f( t): " ! # Dimana T = periode = n Dengan mensubstitusi pers (4.3), diperoleh: !

$%&

( *+ )

,*/ .

Bila y merupakan matriks array yang merupakan nilai fung si f(x) pada setiap titik x dengan interval matriks y ( jumlah data ) dapat diekspresikan dengan: , dan n adalah panjang array

matriks y ), maka dalam Bahasa Pemrograman MATLAB persamaan (4.5b

Yrms=sqrt(sum(y.^2)/n)

IV.2 ier

Metode Perhitungan Untuk Mendapatkan Komponen Deret Four

Dari persamaan (2.9), (2.10), dan (2.11): 2 +0 1 # ! !

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 2 +) 1 # 2 /) 1 # ! 5 ) ! ! ! 34 ! !

Bila dengan T=26 = dan n adalah panjang array matriks y, maka a0 dapat dicari dengan menggunakan persamaan (4.3): 7 ( 8 # . 7 -

Didalam MATLAB persamaan ini diekspresikan dengan: a0=2*sum(y)/length(y)

IV.3 Simulasi Analisis Harmonisa Inverter Satu Phasa Tanpa Menggu nakan

Kontrol Modulasi Lebar Pulsa Untuk menganalisa ganggugan harmonisa Inverter tanpa men ggunakan kontrol PWM digunakan program inverter_tanpakontrolpwm.m (Lampira n 2). Agar mudah untuk dibaca dan dimengerti, struktur program dipilah menja di beberapa bagian sesuai dengan fungsi dan tahapan prosesnya. Tahapan proses itu antara lain adalah sebagai berikut: 1. Memasukkan data-data yang diperlukan Data-data yang diperlukan untuk proses analisis antara l ain adalah: Besar tegangan sumber dc, dalam satuan volt Frekuensi tegangan keluaran, dalam satuan hertz

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Pemilihan jenis data beban yang akan dianalisis, da pat berupa tahanan dan induktansi beban ataupun berupa impedansi dan s udut phasa beban. Dengan catatan bahwa program ini tidak dapat diguna kan untuk beban resistif murni dan beban induktif murni. 2. Membentuk gelombang tegangan awal sebagai, meliputi pembe ntukan fungsi waktu ( t), tegangan sumber (Vin) dan tegangan referensi awal (Vout1 dan Vref1). Jika jumlah data yang digunakan untuk merepresen tasikan satu periode gelombang adalah 3600 data, maka fungsi waktu t dapat dirumuskan dengan: t(i) =i*2 /3600 untuk 1 i 3 600

tegangan sumber sebagai referensi terhadap t adalah: Vin(i) = Vs Tegangan keluaran awal dengan sudut penyalaan adalah: Vout(i) = Vin(i) = Vs Vout(i) = 0 untuk untuk 0 t(i) t(i)

Fungsi Vref merupakan fungsi logika. Nilai logika 1 meny atakan bahwa rangkaian terhubung dengan sumber tegangan, sedangkan ni lai logika 0 menyatakan bahwa rangkaian tidak terhubung dengan sumber tegangan. 3. Membentuk gelombang tegangan keluaran yang sebenarnya. 4. Menganalisis gelombang arus keluaran. Dengan mengambil as umsi bahwa rangkaian dalam keadaan steady state.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 5. Membentuk gelombang komponen harmonisa, gelombang hasil s intesis serta spektrum harmonisa arus keluaran 6. Menampilkan nilai rms arus keluaran dan komponen fundamen tal arus keluaran serta besar gangguan harmonisa (THD) Besar gangguan harmonisa(THD) dapat dihitung dengan meng gunakan persamaan (2.28) 9:; Atau = 7 < >? =

7. Menampilkan bentuk gelombang arus keluaran, serta kompone n harmonisa dari hasil sintesis deret Fourier.

IV.4 Simulasi Analisis Harmonisa Inverter Satu Phasa dengan Modul asi Lebar Pulsa Untuk menganalisa gangguan harmonisa Inverter dengan Kon trol Modulasi lebar pulsa digunakan program inverter_pwmbanyak.m (Lampiran 1). Sama halnya dengan struktur program sebelumnya, agar mudah untuk dibaca dan d imengerti, struktur program dipilah menjadi beberapa bagian sesuai dengan fu ngsi dan tahapan prosesnya.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Tahapan proses itu antara lain adalah sebagai berikut: 1. Memasukkan data-data yang diperlukan Data-data yang diperlukan untuk proses analisis antara l ain adalah: pat berupa tahanan dan induktansi beban ataupun berupa impedansi dan s udut phasa beban. Dengan catatan bahwa program ini tidak dapat diguna kan untuk beban resistif murni dan beban induktif murni. Besar tegangan sumber dc, dalam satuan volt Frekuensi tegangan keluaran, dalam satuan hertz Pemilihan jenis data beban yang akan dianalisis, da

nsi sebaiknya

Frekuensi sinyal carrier, dalam Hertz. Besar frekue merupakan kelipatan dari frekuensi tegangan keluara

n ngan amplitudo sinyal carrier dengan amplitudo sinyal referensi. B esar indeks modulasi yang diizinkan adalah antara 0.1 sampai 0.9 dengan kenaikan 0.1 C3 B+ andingan frekuensi sinyal carrier dengan dua kali sinyal tegangan kelu aran. E3 BE D7E 0 BED Jumlah pulsa per setengah siklus, dimana F 7 2. Membentuk gelombang awal sebagai referensi, yang meliputi pembentukan tegangan sumber (Vin), tegangan referensi awal(Vref dan Vout), dan juga fungsi waktu ( t) DC % Besar indeks modulasi frekuensi yang merupakan perb Besar indeks modulasi amplitudo, merupakan perbandi

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Fungsi Vref merupakan fungsi logika. Nilai logika 1 meny atakan bahwa rangkaian terhubung dengan sumber tegangan, sedangkan ni lai logika 0 menyatakan bahwa rangkaian tidak terhubung dengan sumber tegangan. Jika frekuensi sinyal carrier adalah fc, maka jumlah sin yal carrier dalam satu

E3 periode gelombang adalah: GF DE . 4

E Dari persamaan 3.15a diketahui bahwa 3DE BE . Dengan demikian jumlah 4

E3 data dalam satu periode gelombang adalah: GF BE DE . 4 Sinyal carrier yang digunakan adalah sinyal segitiga, ya ng terdiri dari dua buah fungsi. Jika setiap fungsi terdiri dari j buah data , maka dari gambar diperoleh: Vc = j j j 50 Dengan demikian, jumlah data dalam satu perioda gelomban g adalah: i=2*Mf*50 = 100 Mf. Fungsi waktu t dan tegangan sumber adalah: t(i) = i* /(Mf*50) Mf Vin(i) = Vdc(i) Jika Vc sumber tegangan dan sumber tegangan keluaran akan sama dengan tegangan s umber. Vout(i) = Vin(i) = Vdc(i) 50*Ma, maka rangkaian akan terhubung dengan untuk 1 j 100 50 Vc = 50 j untuk k = 2,4,6,... dan 1 untuk k = 1,3,5,... dan 1

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008

Sebaliknya jika Vc erputus dari tegangan

50*Ma, maka rangkaian akan t

sumber dan tegangan keluaran akan sama dengan nol. 3. Membentuk gelombang tegangan keluaran yang sebenarnya 4. Menganalisis gelombang arus keluaran. Dengan mengambil as umsi bah bahwa rangkaian dalam keadaan steady state. 5. Membentuk gelombang komponen harmonisa, gelombang hasil s intesis serta spektrum harmonisa arus keluaran

Gambar 4.2 Pembentukan sinyal carrier dan pulsa s witching 6. Menampilkan nilai rms arus keluaran dan komponen fundamen tal arus komponen keluaran serta besar gangguan harmonisa (THD) Besar gangguan harmonisa(THD) dapat dihitung dengan meng gunakan persamaan (2.28) 9:; Atau = 7 < >? =

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 @ A

7. Menampilkan bentuk gelombang tegangan keluaran, arus kelu aran, serta komponen harmonisa dari hasil sintesis deret Fourier.

IV.5 Perbandingan Gangguan Harmonisa Inverter Tanpa Kontrol Modul asi Lebar Pulsa dan Inverter dengan Kontrol Modulasi Lebar Pul sa Banyak Untuk mendapatkan perbandingan besar gangguan harmonisa antara inverter tanpa kontrol modulasi lebar pulsa dan inverter dengan kontrol mo dulasi lebar pulsa banyak, diambil contoh dengan kondisi sebagai berikut: Tegangan sumber DC = 220 Volt Frekuensi keluaran Tahanan beban Induktansi beban Impedansi beban Sudut phasa beban = 50 Hz = 2.5 Ohm = 31.5 mH = 10.2069 Ohm = 75.8222 Deg

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Untuk mendapatkan performansi dari Inverter dengan Kontrol Modulasi Lebar Pulsa banyak dijalankan program inverter_pwmbanyak.m pada Lampira n 1. Dengan menggunakan pulsa sebanyak 5, 6, dan 7 per setengah siklus, diper oleh hasil analisis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 - 4.3. Tabel 4.1 Inverter Kontrol Modulasi Lebar Pulsa dengan menggunakan 5 pulsa per setengah siklus

P = 5; mp) Ma THD (%) 0.1 21.0207 0.2 17.3512 0.3 14.2915 0.4 12.2778 0.5 10.782 0.6 9.5179 0.7 8.3175 0.8 7.1358 0.9 5.9239 arus keluaran (Amp) 5.6954 11.2747 16.7356 22.0762 27.2626 32.2587 37.0297 41.5452 45.7768

fc = 500 Hz arus fundamental (A 5.5736 11.1087 16.5673 21.9117 27.1055 32.1136 36.9023 41.4398 45.6966

THD dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

<

>

Jika diambil contoh data diatas pada saat Ma = 0,6; 7 7*HI < 7 8 > J

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Tabel 4.2 Inverter Kontrol Modulasi Lebar Pulsa dengan menggunakan 6 pulsa per setengah siklus P = 6; mp) Ma THD (%) 0.1 18.531 0.2 16.0591 0.3 13.7714 arus keluaran (Amp) 5.6419 11.2101 16.6922 fc = 600 Hz arus fundamental (A 5.5474 11.0683 16.5361

0.4 12.2909 0.5 11.2348 0.6 10.2585 0.7 9.3299 0.8 8.3665 0.9 7.3178 Tabel 4.3

22.0898 27.3798 32.5325 37.5249 42.3325 46.9332

21.9248 27.2086 32.3627 37.3626 42.1852 46.808

Inverter Kontrol Modulasi Lebar Pulsa dengan menggunakan 7 pulsa per setengah siklus P = 7; mp) Ma THD (%) 0.1 17.1251 0.2 15.2078 0.3 13.4435 0.4 12.3286 0.5 11.5258 0.6 10.7619 0.7 10.015 0.8 9.2263 0.9 8.3494 arus keluaran (Amp) 5.6123 11.171 16.666 22.0988 27.4514 32.701 37.83 42.8196 47.6517 fc =700 Hz arus fundamental (A 5.5318 11.044 16.5174 21.9327 27.2709 32.5133 37.6417 42.6385 47.4865

Dari tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 diperoleh pengaruh jumlah p ulsa per setengah siklus terhadap besar arus keluaran Inverter satu phasa dengan me nggunakan kontrol Modulasi Lebar Pulsa seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3 ber ikut ini.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008

Gambar 4.3 Pengaruh jumlah pulsa terhadap arus ke luaran

Gambar 4.4 Hubungan besar arus keluaran dan gangguan harmonisa pada Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Dari gambar 4.3 dan gambar 4.4 dapat diambil kesimpulan ba hwa semakin besar indeks modulasi amplitudo, maka arus keluaran akan semakin besar. Contoh tampilan hasil keluaran dari program inverter_pwmbanyak.m ditunju kkan pada lampiran 1. Dengan menggunakan data-data sumber tegangan dan beban yan g sama dengan data-data tersebut diatas, dijalankan program inverter_tan pakontrolpwm.m pada lampiran 2 untuk mendapatkan performansi inverter satu phasa tanpa kontrol Modulasi Lebar Pulsa, diperoleh data-data sebagai berikut (list p rogram dan contoh tampilan keluaran ditunjukkan pada lampiran 2): arus keluaran (Amp) THD (%) 27.6532 12.3868 Tabel 4.4 Hasil keluaran Inverter satu phasa tanpa kontrol Mod ulasi Lebar Pulsa 27.4434 arus fundamental (Amp)

Dari kurva yang ditunjukkan pada gambar 4.3 dan tabel 4.4 dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Semakin kecil arus keluaran, maka gangguan harmonis

a yang dihasilkan akan semakin besar tu phasa kontrol modulasi Lebar pulsa dengan indeks modulasi amplitu do lebih besar dari 0,4 akan lebih kecil dibandingkan dengan gangguan h armonisa inverter tanpa kontrol modulasi lebar pulsa. Gangguan harmonisa yang dihasilkan oleh inverter sa

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Semakin besar indeks modulasi amplitudo yang diguna kan, maka gangguan harmonisa yang dihasilkan akan semakin kec il. s keluaran yang dihasilkan akan semakin besar perbedaan arus keluaran yang dihasilkan inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa untuk Indeks Modulasi Amplitudo yang sama tidak terlalu s ignifikan dan cenderung konstan. Pada jumlah pulsa per setengah siklus yang berbeda, Semakin banyak jumlah pulsa yang digunakan maka aru

IV.6 Pengaruh Sudut Beban Terhadap Besar Gangguan Harmonisa pada Inverter Untuk mendapatkan hubungan antara sudut phasa beban terh adap gangguan harmonisa yang dihasilkan oleh inverter, diambil contoh dengan ko ndisi beban sebagai berikut: Tegangan sumber = 220 Volt

Frekuensi keluaran Impedansi beban

= 50 Hz = 10 Ohm

Data diambil untuk inverter tanpa kontrol modulasi lebar pulsa dan inverter kontrol modulasi lebar pulsa menggunakan 5 pulsa per setengah sik lus dan indeks modulasi amplitudo 0,6. Masing-masing data dengan sudut fasa beba n 30 deg, 45 deg, dan 60 deg.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Tabel 4.5 Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa Z = 10K300 Ohm p=5 R = 8.6603 Ohm mp) Ma THD (%) 0.1 38.2653 0.2 30.9556 0.3 24.8984 0.4 21.0429 0.5 18.3252 0.6 16.1503 0.7 14.1392 0.8 12.1777 0.9 10.1465 arus keluaran (Amp) 6.0912 11.8694 17.4263 22.8549 28.1271 33.2028 38.0405 42.6097 46.8817

fc = 500 Hz L = 15.9155 mH arus fundamental (A 5.6889 11.3386 16.9101 22.3651 27.6664 32.7781 37.6658 42.2973 46.6422

Tabel 4.6 Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa

Z = 10K450 Ohm p=5 R = 7.0711 Ohm Ma THD (%) 0.1 28.179 0.2 23.0959 0.3 18.8678 0.4 16.1195 0.5 14.1156 0.6 12.4532 0.7 10.8886 0.8 9.3535 0.9 7.7744 arus keluaran (Amp) 5.9105 11.6371 17.2084 22.6538 27.9407 33.0313 37.8885 42.4819 46.7829

fc = 500 Hz L = 22.5079 mH arus fundamental (A 5.6889 11.3386 16.9101 22.3651 27.6664 32.7781 37.6658 42.2973 46.6422

mp)

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Tabel 4.7 Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa

Z = 10K600 Ohm p=5 R = 5 Ohm Ma THD (%) 0.1 23.3742 0.2 19.2532 0.3 15.8196 0.4 arus keluaran (Amp) 5.8423 11.5468 17.1203 22.57

fc = 500 Hz L = 27.5664 mH arus fundamental (A 5.6889 11.3386 16.9101 22.3651

mp)

13.5684 0.5 11.9054 0.6 10.5077 0.7 9.1839 0.8 7.882 0.9 6.5457

27.8618 32.9586 37.8244 42.4285 46.742

27.6664 32.7781 37.6658 42.2973 46.6422

Tabel 4.8 Inverter tanpa kontrol Modulasi Lebar Pulsa Vs = 220 Volt Sudut phasa undamental arus keluaran (Amp) THD (%) beban ( Deg.) (Amp) 30 4.2585 4.2585 4.2585 21.3283 45 16.3433 60 13.7583 24.487 2 24.5803 2 24.8041 2 fo = 50 Hz Z = 10 Ohm arus f

Dari tabel 4.5-4.7 tersebut diperoleh hubungan besar sud ut phasa beban dengan besar gangguan harmonisa pada inverter kontrol Modulasi Le bar Pulsa seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 4.5 Pengaruh sudut beban terhadap terhadap gangguan harm onisa Inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa

Dari kedua gambar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

g dihasilkan akan

Semakin kecil arus keluaran, maka gangguan harmonisa yan semakin besar

yang dihasilkan

Semakin besar sudut phasa beban, maka gangguan harmonisa oleh inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa akan semakin

kecil.

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 BAB V PENUTUP

V.1

Kesimpulan Dari hasil analisis dan uraian pada bab-bab sebelumnya,

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: bedaan arus keluaran yang dihasilkan inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa u ntuk Indeks Modulasi Amplitudo yang sama tidak terlalu signifikan d an cenderung konstan. ng dihasilkan akan semakin besar hasa kontrol modulasi Lebar pulsa dengan indeks modulasi amplitudo l ebih besar dari 0,4 akan lebih kecil dibandingkan dengan gangguan harmonisa inverter tanpa kontrol modulasi lebar pulsa. Semakin besar indeks modulasi amplitudo yang digunakan Gangguan harmonisa yang dihasilkan oleh inverter satu p Semakin kecil arus keluaran, maka gangguan harmonisa ya Pada jumlah pulsa per setengah siklus yang berbeda, per

dalam Inverter Kontrol Modulasi Lebar Pulsa, maka gangguan harmonisa y ang dihasilkan akan semakin kecil. luaran yang dihasilkan akan semakin besar Semakin banyak jumlah pulsa yang digunakan maka arus ke

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 - Semakin besar sudut phasa beban, maka gangguan harmonis a yang dihasilkan oleh inverter kontrol Modulasi Lebar Pulsa akan semakin kecil

V.2

Saran Disamping kesimpulan di atas dapat pula diberikan beber

apa saran sebagai berikut: 1. Perlu pembahasan lebih lanjut teknik kontrol sinyal modu lasi lebar pulsa untuk jumlah pulsa tiap setengah periode dengan modifik asi lebar pulsa. 2. Perlu pembahasan lebih lanjut kemungkinan mendapatkan ga ngguan harmonisa yang lebih kecil lagi dengan pengaturan lebar pulsa

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 DAFTAR PUSTAKA 1. Arrillaga J., Watson Neville R., Power System Harmonics, Second Edition,

John Wiley & Son, 2004 2. Bradley D.A., Power Electronic, Second Edition, Chapman&Hall, 19 95 3. Edminister, Joseph A., Nahvi, Mahood, Schaums Outline of Theory and Problem of Electric Circuits, Third Edition, McGraw-Hill Inte rnational Book Company, Singapore, 1997 4. Hart Daniel W., Introduction To Power Electronics, Prentice Hall , New Jersey, 1997 5. Thearaja, B.L., A Text Book of Electrical Technology, S.Chan&Com pany, New Delhi, 1986 6. Mohan, Ned, Tore M. Undeland, dan William P. Robbins, Power Ele ctronics: Converter, Aplication, and Design, John Willey&Sons, New York , 1995 7. Rashid, Mhammad M., Power Electronics Circuits, Devices, and Ap plications, Third Edition, Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, Ne w Jersey, 2004

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 LAMPIRAN 1 %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% % PROGRAM SIMULASI INVERTER MODULASI LEBAR PULSA BANYAK % % Program simulasi inverter satu phasa kontrol pwm banyak dengan beban RL,% % menampilkan bentuk gelombang arus keluaran, tegangan keluaran, serta % % perhitungan analisa harmonisanya % % BUDIMAN SARAGIH - 020402018 copyright@2007 % %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% clc; clear all; % memasukkan data-data yang diperlukan disp([ PROGRAM SIMULASI INVERTER DENGAN KONTROL PWM BANYAK ]); disp([ ]); disp([Masukkan data-data berikut ini: ]); Vs=input(Besar tegangan sumber dc (volt) = ); fo=input(Frekuensi tegangan keluaran (Hz) = );

w=2*pi*fo; disp([ ]); disp([pilih jenis data beban (1 atau 2): ]); disp([ 1. Tahanan dan induktansi beban]); disp([ 2. Impedansi dan sudut phasa beban]); disp([ ]); data_beban=input(jenis data beban: ); if data_beban==1; R=input(besar tahanan beban (ohm) = ); L1=input(Besar induktansi beban (mH)= ); L=L1/1000; Z=sqrt((R^2)+((w*L)^2)); %phi merupakan besarnya sudut beban phi=atan ((w*L)/R); disp([ Besar Impedansi beban(ohm)= ,num2str(Z)]); disp([ sudut phasa beban (deg) = ,num2str(phi*180/pi)]); elseif data_beban==2; Z=input(besar Impedansi beban (ohm)= ); phi1=input(sudut phasa beban(deg)= ); phi=phi1*pi/180; R=Z*cos(phi); L=Z*sin(phi)/w; disp([Besar tahanan beban = ,num2str(R), ohm]); disp([Besar induktansi beban = ,num2str(L*1000), mH]); else disp(DATA BEBAN YANG DIMASUKKAN SALAH, HARAP ULANG DARI AWAL..!!); end disp([ ]); %pemilihan jenis pengaturan disp([Pilih jenis pengaturan berdasarkan data yang diketahui]) disp([ 1. Jumlah pulsa per setengah siklus]); disp([ 2. Frekuensi sinyal carrier]); disp([]); data_atur=input(Jenis pengaturan : ); if data_atur==1; p=input([Jumlah pulsa per setengah siklus = ]); Ar=input(Amplitudo sinyal referensi - Ar = );

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Ac=input(Amplitudo sinyal carrier - Ac = ); Ma=Ar/Ac; fc=p*2*fo; Mf=fc/fo; disp([Frekuensi sinyal carrier = ,num2str(fc)]); disp([Indeks modulasi frekuensi= ,num2str(Mf)]); disp([Indeks modulasi amplitudo= ,num2str(Ma)]); elseif data_atur==2; fc=input(Frekuensi sinyal carrier = ); Ar=input(Amplitudo sinyal referensi - Ar = ); Ac=input(Amplitudo sinyal carrier - Ac = ); Ma=Ar/Ac; p=fc/(2*fo); Mf=fc/fo; disp([Jumlah pulsa per setengah siklus = ,num2str(p)]); disp([Indeks Modulasi frekuensi = ,num2str(Mf)]); disp([Indeks modulasi amplitudo = ,num2str(Ma)]);

else

end delta=pi*Ma/p; disp([delta = ,num2str(delta*180/pi)]); %membentuk gelombang awal sebagai referensi wt(1)=0; Vc(1)=0; Vin(1)=0; Vout(1)=0; Vref(1)=0; for k=1:4*Mf; for j=1:50; i=j+(k-1)*50+1; wt(i)=(i-1)*pi/(Mf*50); %bentuk tegangan sumber Vin(i)=Vs; %membentuk sinyal carrier dan referensi; %membentuk tegangan keluaran dan pulsa switching awal; if rem(k,2)==0; Vc(i)=j; if Vc(i)>=50*Ma; Vout1(i)=0; Vref1(i)=0; else Vout1(i)=Vin(i); Vref1(i)=1; end else Vc(i)=50-j; if Vc(i)>=50*Ma; Vout1(i)=0; Vref1(i)=0; else Vout1(i)=Vin(i); Vref1(i)=1; end end end end disp([ ]); %membentuk gelombang tegangan keluaran Vout(1)=0; Vref(1)=1;

disp([data dari jenis pengaturan yang dimasukkan error...,]); disp([silahkan ulang dari awal..!]);

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 for i=2:50*Mf+1; Vout(i)=Vout1(i); Vref(i)=Vref1(i); end for i=50*Mf+2:100*Mf+1; Vout(i)=-Vout1(i); Vref(i)=Vref1(i); end for i=100*Mf+2:150*Mf+1; Vout(i)=-Vout(i-50*Mf); Vref(i)=Vref(i-50*Mf); end for i=150*Mf+2:200*Mf+1; Vout(i)=Vout(i-100*Mf);

Vref(i)=Vref(i-100*Mf); end %menampilkan gelombang tegangan keluaran a=0; figure(1); plot(wt/w,Vout,wt/w,a);grid on; ylabel(tegangan keluaran (volt)); xlabel(t (sec.)); %menganalisa gelombang arus keluaran for m=1:2:2*p; alpa(m)=((m-Ma)*pi/(2*p)); B1(m)=(4*Vs/pi)*sin(delta/4)*(sin(alpa(m)+3*delta/4)-sin(pi+alpa(m)+... delta/4)); B3(m)=(4*Vs/(3*pi))*sin(3*delta/4)*(sin(3*alpa(m)+9*delta/4)-... sin(3*pi+3*alpa(m)+3*delta/4)); B5(m)=(4*Vs/(5*pi))*sin(5*delta/4)*(sin(5*alpa(m)+15*delta/4)-... sin(5*pi+5*alpa(m)+5*delta/4)); B7(m)=(4*Vs/(7*pi))*sin(7*delta/4)*(sin(7*alpa(m)+21*delta/4)-... sin(7*pi+7*alpa(m)+7*delta/4)); B9(m)=(4*Vs/(9*pi))*sin(9*delta/4)*(sin(9*alpa(m)+27*delta/4)-... sin(9*pi+9*alpa(m)+9*delta/4)); B11(m)=(4*Vs/(11*pi))*sin(11*delta/4)*(sin(11*alpa(m)+33*delta/4)-... sin(11*pi+11*alpa(m)+11*delta/4)); B13(m)=(4*Vs/(13*pi))*sin(13*delta/4)*(sin(13*alpa(m)+39*delta/4)-... sin(13*pi+13*alpa(m)+13*delta/4)); B15(m)=(4*Vs/(15*pi))*sin(15*delta/4)*(sin(15*alpa(m)+45*delta/4)-... sin(15*pi+15*alpa(m)+15*delta/4)); B17(m)=(4*Vs/(17*pi))*sin(17*delta/4)*(sin(17*alpa(m)+51*delta/4)-... sin(17*pi+17*alpa(m)+17*delta/4)); B19(m)=(4*Vs/(19*pi))*sin(19*delta/4)*(sin(19*alpa(m)+57*delta/4)-... sin(19*pi+19*alpa(m)+19*delta/4)); B21(m)=(4*Vs/(21*pi))*sin(21*delta/4)*(sin(21*alpa(m)+63*delta/4)-... sin(21*pi+21*alpa(m)+21*delta/4)); end for m=2:2:2*p; alpa(m)=((m-1+Ma)*pi/(2*p)); B1(m)=(4*Vs/pi)*sin(delta/4)*(sin(alpa(m)+3*delta/4)-sin(pi+alpa(m)+... delta/4)); B3(m)=(4*Vs/(3*pi))*sin(3*delta/4)*(sin(3*alpa(m)+9*delta/4)-... sin(3*pi+3*alpa(m)+3*delta/4)); B5(m)=(4*Vs/(5*pi))*sin(5*delta/4)*(sin(5*alpa(m)+15*delta/4)-... sin(5*pi+5*alpa(m)+5*delta/4)); B7(m)=(4*Vs/(7*pi))*sin(7*delta/4)*(sin(7*alpa(m)+21*delta/4)-...

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 sin(7*pi+7*alpa(m)+7*delta/4)); B9(m)=(4*Vs/(9*pi))*sin(9*delta/4)*(sin(9*alpa(m)+27*delta/4)-... sin(9*pi+9*alpa(m)+9*delta/4)); B11(m)=(4*Vs/(11*pi))*sin(11*delta/4)*(sin(11*alpa(m)+33*delta/4)-... sin(11*pi+11*alpa(m)+11*delta/4)); B13(m)=(4*Vs/(13*pi))*sin(13*delta/4)*(sin(13*alpa(m)+39*delta/4)-... sin(13*pi+13*alpa(m)+13*delta/4)); B15(m)=(4*Vs/(15*pi))*sin(15*delta/4)*(sin(15*alpa(m)+45*delta/4)-... sin(15*pi+15*alpa(m)+15*delta/4)); B17(m)=(4*Vs/(17*pi))*sin(17*delta/4)*(sin(17*alpa(m)+51*delta/4)-... sin(17*pi+17*alpa(m)+17*delta/4));

B19(m)=(4*Vs/(19*pi))*sin(19*delta/4)*(sin(19*alpa(m)+57*delta/4)-... sin(19*pi+19*alpa(m)+19*delta/4)); B21(m)=(4*Vs/(21*pi))*sin(21*delta/4)*(sin(21*alpa(m)+63*delta/4)-... sin(21*pi+21*alpa(m)+21*delta/4)); end B1=sum(B1); B3=sum(B3); B5=sum(B5); B7=sum(B7); B9=sum(B9); B11=sum(B11); B13=sum(B13); B15=sum(B15); B17=sum(B17); B19=sum(B19); B21=sum(B21); for k=1:2:21; Z(k)=sqrt(R^2+(k*w*L)^2); tetha(k)=atan(k*w*L/R); end Im(1)=B1/Z(1); Im(3)=B3/Z(3); Im(5)=B5/Z(5); Im(7)=B7/Z(7); Im(9)=B9/Z(9); Im(11)=B11/Z(11); Im(13)=B13/Z(13); Im(15)=B15/Z(15); Im(17)=B17/Z(17); Im(19)=B19/Z(19); Im(21)=B21/Z(21); Imax=sqrt(Im(1)^2+Im(3)^2+Im(5)^2+Im(7)^2+Im(9)^2+Im(11)^2+Im(13)^2+... Im(15)^2+Im(17)^2+Im(19)^2+Im(21)^2); Ih=(Imax-Im(1))/sqrt(2); THD=sqrt((Imax/Im(1))^2-1); %menampilkan spektrum harmonisa arus keluaran inverter kontrol pwm disp([nilai maks komponen fundamental arus beban = ,... num2str(Im(1)), amp]); disp([nilai rms komponen fundamental arus beban = ,... num2str(Im(1)/sqrt(2)), amp]); disp([nilai maksimum arus beban - Imax = ,num2str(Imax), amp]); disp([nilai rms harmonisa arus beban = ,num2str(Ih), amp]); disp([THD arus keluaran = ,num2str(THD), atau ,num2str(THD*100), persen]);

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 %menampilkan bentuk gelombang harmonisa arus keluaran figure(2); bar(Im(1:21),0.5);grid on; ylabel(arus harmonisa ke-n); xlabel(no.harmonisa); %membentuk gelombang komponen harmonisa untuk sintesis (penyatuan) %deret fourier arus keluaran for i2=1:400*Mf; wti(i2)=i2*pi/(100*Mf);

fourier1(i2)=Im(1)*sin(wti(i2)-tetha(1)); fourier3(i2)=Im(3)*sin(3*wti(i2)-tetha(3)); fourier5(i2)=Im(5)*sin(5*wti(i2)-tetha(5)); fourier7(i2)=Im(7)*sin(7*wti(i2)-tetha(7)); fourier9(i2)=Im(9)*sin(9*wti(i2)-tetha(9)); fourier11(i2)=Im(11)*sin(wti(i2)-tetha(11)); fourier13(i2)=Im(13)*sin(wti(i2)-tetha(13)); fourier15(i2)=Im(15)*sin(wti(i2)-tetha(15)); fourier17(i2)=Im(17)*sin(wti(i2)-tetha(17)); fourier19(i2)=Im(19)*sin(wti(i2)-tetha(19)); fourier21(i2)=Im(21)*sin(wti(i2)-tetha(21)); contoh(i2)=fourier1(i2)+fourier3(i2)+fourier5(i2)+fourier7(i2)+... fourier9(i2)+fourier11(i2)+fourier13(i2)+fourier15(i2)+... fourier17(i2)+fourier19(i2)+fourier21(i2); end a=0; figure(3); plot(wti/w,fourier1,wti/w,fourier3,wti/w,fourier5,wti/w,fourier7,... wti/w,fourier9,wti/w,fourier11,wti/w,fourier13,wti/w,fourier15,... wti/w,fourier17,wti/w,fourier19,wti/w,fourier21,wti/w,a); title(bentuk gelombang arus harmonisa); ylabel(arus harmonisa (amp)); xlabel(t (sec)); figure(4); plot(wti/w,contoh,wti/w,a); title(Hasil sintesis Deret Fourier Arus Keluaran) ylabel(arus (amp)); xlabel(t (sec)); disp([ ]); disp([ANALISA SELESAI]); %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 PROGRAM SIMULASI INVERTER DENGAN KONTROL PWM BANYAK Masukkan data-data berikut ini: Besar tegangan sumber dc (volt) = 220 Frekuensi tegangan keluaran (Hz) = 50 pilih jenis data beban (1 atau 2): 1. Tahanan dan induktansi beban 2. Impedansi dan sudut phasa beban jenis data beban: 1 besar tahanan beban (ohm) = 2.5 Besar induktansi beban (mH)= 31.5 Besar Impedansi beban(ohm)= 10.2069 sudut phasa beban (deg) = 75.8222 Pilih jenis pengaturan berdasarkan data yang diketahui 1. Jumlah pulsa per setengah siklus 2. Frekuensi sinyal carrier Jenis pengaturan : 1 Jumlah pulsa per setengah siklus = 5 Amplitudo sinyal referensi - Ar = 60

Amplitudo sinyal carrier Frekuensi sinyal carrier = Indeks modulasi frekuensi= Indeks modulasi amplitudo= delta = 21.6

Ac = 100 500 10 0.6

nilai maks komponen fundamental arus beban = 32.1136 amp nilai rms komponen fundamental arus beban = 22.7078 amp nilai maksimum arus beban - Imax = 32.2587 amp nilai rms harmonisa arus beban = 0.10262 amp THD arus keluaran = 0.095179 atau 9.5179 persen ANALISA SELESAI

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 1. Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter kontrol Modulasi Leb ar Pulsa

Gambar 2. Spektrum harmonisa arus keluaran Inverter kontrol Modulasi Leba r Pulsa

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 3. Bentuk gelombang arus harmonisa

Gambar 4. Hasil sintesis deret Fourier arus keluaran Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 LAMPIRAN 2 %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% % PROGRAM SIMULASI INVERTER TANPA KONTROL PWM % % Program simulasi inverter satu phasa tanpa kontrol pwm dengan beban RL, % % menampilkan bentuk gelombang arus keluaran, tegangan keluaran, serta % % perhitungan analisa harmonisanya % % BUDIMAN SARAGIH - 020402018 copyright@2007 % %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%% clc; clear all; % memasukkan data-data yang diperlukan disp([ PROGRAM SIMULASI INVERTER TANPA KONTROL PWM ]); disp([ ]);

disp([Masukkan data-data berikut ini: ]); Vs=input(Besar tegangan sumber dc (volt) = ); fo=input(Frekuensi tegangan keluaran (Hz) = ); w=2*pi*fo; disp([ ]); disp([pilih jenis data beban (1 atau 2): ]); disp([ 1. Tahanan dan induktansi beban]); disp([ 2. Impedansi dan sudut phasa beban]); disp([ ]); data_beban=input(jenis data beban: ); if data_beban==1; R=input(besar tahanan beban (ohm) = ); L1=input(Besar induktansi beban (mH)= ); L=L1/1000; Z=sqrt((R^2)+((w*L)^2)); %phi merupakan besarnya sudut beban phi=atan ((w*L)/R); disp([ Besar Impedansi beban(ohm)= ,num2str(Z)]); disp([ sudut phasa beban (deg) = ,num2str(phi*180/pi)]); elseif data_beban==2; Z=input(besar Impedansi beban (ohm)= ); phi1=input(sudut phasa beban(deg)= ); phi=phi1*pi/180; R=Z*cos(phi); L=Z*sin(phi)/w; disp([Besar tahanan beban = ,num2str(R), ohm]); disp([Besar induktansi beban = ,num2str(L*1000), mH]); else disp(DATA BEBAN YANG DIMASUKKAN SALAH, HARAP ULANG DARI AWAL..!!); end disp([ ]); alpha1=input(besar sudut penyalaan(deg) = ); alpha=alpha1*pi/180; disp([ ]); %membentuk gelombang awal sebagai referensi wt(1)=0; Vin1(1)=0; Vout1(1)=0; Vref1(1)=0; for i=2:7201; wt(i)=(i-1)*pi/1800; Vin(i)=Vs; if wt(i)<alpha;

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Vout1(i)=0; Vref1(i)=0; else Vout1(i)=Vin(i); Vref1(i)=1; end end %membentuk gelombang tegangan Vout(1)=0; Vref(1)=1; for i=2:1801; Vout(i)=Vout1(i); Vref(i)=Vref1(i); end

for i=1802:3601; if wt(i)<pi; Vout(i)=Vin(i); Vref(i)=1; elseif wt(i)>=pi+alpha; Vout(i)=-Vout1(i); Vref(i)=Vref1(i); else Vout(i)=0; Vref(i)=0; end end for i=3602:5401; Vout(i)=-Vout(i-1800); Vref(i)=Vref(i-1800); end for i=5402:7201; Vout(i)=Vout(i-3600); Vref(i)=Vref(i-3600); end %menampilkan gelombang tegangan keluaran a=0; figure(1); plot(wt/w,Vout,wt/w,a);grid on; ylabel(tegangan keluaran (volt)); xlabel(t (sec.)); %menganalisa gelombang arus keluaran for k=1:2:21; Z(k)=sqrt(R^2+(k*w*L)^2); tetha(k)=atan(k*w*L/R); B(k)=(4*Vs*cos(alpha))/(k*pi); end Im(1)=B(1)/Z(1); Im(3)=B(3)/Z(3); Im(5)=B(5)/Z(5); Im(7)=B(7)/Z(7); Im(9)=B(9)/Z(9); Im(11)=B(11)/Z(11); Im(13)=B(13)/Z(13); Im(15)=B(15)/Z(15); Im(17)=B(17)/Z(17);

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Im(19)=B(19)/Z(19); Im(21)=B(21)/Z(21); Imax=sqrt(Im(1)^2+Im(3)^2+Im(5)^2+Im(7)^2+Im(9)^2+Im(11)^2+Im(13)^2+Im(15)^2+ ... Im(17)^2+Im(19)^2+Im(21)^2); Ih=(Imax-Im(1))/sqrt(2); THD=sqrt((Imax/Im(1))^2-1); %menampilkan spektrum harmonisa arus keluaran inverter kontrol pwm disp([nilai maks komponen fundamental arus beban = ,... num2str(Im(1)), amp]);

disp([nilai rms komponen fundamental arus beban = ,... num2str(Im(1)/sqrt(2)), amp]); disp([nilai maksimum arus beban - Imax = ,num2str(Imax), amp]); disp([nilai rms harmonisa arus beban = ,num2str(Ih), amp]); disp([THD arus keluaran = ,num2str(THD), atau ,num2str(THD*100), persen]); %menampilkan bentuk gelombang harmonisa arus keluaran figure(2); bar(Im(1:21),0.5);grid on; ylabel(arus harmonisa ke-n); xlabel(no.harmonisa); %membentuk gelombang komponen harmonisa untuk sintesis (penyatuan) %deret fourier arus keluaran for i2=1:7200; wti(i2)=(i2-1)*pi/1800; fourier1(i2)=Im(1)*sin(wti(i2)-tetha(1)); fourier3(i2)=Im(3)*sin(3*wti(i2)-tetha(3)); fourier5(i2)=Im(5)*sin(5*wti(i2)-tetha(5)); fourier7(i2)=Im(7)*sin(7*wti(i2)-tetha(7)); fourier9(i2)=Im(9)*sin(9*wti(i2)-tetha(9)); fourier11(i2)=Im(11)*sin(wti(i2)-tetha(11)); fourier13(i2)=Im(13)*sin(wti(i2)-tetha(13)); fourier15(i2)=Im(15)*sin(wti(i2)-tetha(15)); fourier17(i2)=Im(17)*sin(wti(i2)-tetha(17)); fourier19(i2)=Im(19)*sin(wti(i2)-tetha(19)); fourier21(i2)=Im(21)*sin(wti(i2)-tetha(21)); contoh(i2)=fourier1(i2)+fourier3(i2)+fourier5(i2)+fourier7(i2)+... fourier9(i2)+fourier11(i2)+fourier13(i2)+fourier15(i2)+... fourier17(i2)+fourier19(i2)+fourier21(i2); end a=0; figure(3); plot(wti/w,fourier1,wti/w,fourier3,wti/w,fourier5,wti/w,fourier7,... wti/w,fourier9,wti/w,fourier11,wti/w,fourier13,wti/w,fourier15,... wti/w,fourier17,wti/w,fourier19,wti/w,fourier21,wti/w,a); title(bentuk gelombang arus harmonisa); ylabel(arus harmonisa (amp)); xlabel(t (sec)); figure(4); plot(wti/w,contoh,wti/w,a); title(Hasil sintesis Deret Fourier Arus Keluaran) ylabel(arus (amp)); xlabel(t (sec)); disp([ ]); disp([ANALISA SELESAI]); %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 PROGRAM SIMULASI INVERTER TANPA KONTROL PWM Masukkan data-data berikut ini: Besar tegangan sumber dc (volt) = 220 Frekuensi tegangan keluaran (Hz) = 50 pilih jenis data beban (1 atau 2):

1. Tahanan dan induktansi beban 2. Impedansi dan sudut phasa beban jenis data beban: 1 besar tahanan beban (ohm) = 2.5 Besar induktansi beban (mH)= 31.5 Besar Impedansi beban(ohm)= 10.2069 sudut phasa beban (deg) = 75.8222 besar sudut penyalaan(deg) = 30 nilai maks komponen fundamental arus beban = 23.7667 amp nilai rms komponen fundamental arus beban = 16.8056 amp nilai maksimum arus beban - Imax = 23.9502 amp nilai rms harmonisa arus beban = 0.12975 amp THD arus keluaran = 0.1245 atau 12.4502 persen ANALISA SELESAI

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 1. Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter tanpa kontrol Modulasi L ebar Pulsa

Gambar 1. Spektrum harmonisa arus keluaran Inverter tanpa kontrol Modulasi L ebar Pulsa

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008 Gambar 2. Bentuk gelombang arus harmonisa

Gambar 4. Hasil sintesis deret Fourier arus keluaran

Budiman Saragih : Perbaikan Unjuk Kerja Inverter Satu Phasa Dengan Menggunakan K ontrol Sinyal Modulasi Lebar Pulsa, 2008 USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai