Anda di halaman 1dari 3

KRISIS DAN MUNCULNYA TEORI SAINS

Perubahan yang melibatkan penemuan-penemuan ini semuanya destruktif dan sekaligus konstruktif. Setelah penemuan ini diasimilasikan, para ilmuan bisa melaporkan gejala-gejala alam yang lebih luas atau, dengan presisi yang lebih baik, melaporkan beberapa dari gejala alam yang sudah diketahui sebelumnya. Penemuan atau bukan, satu-satunya sumber paradigm destruktif-konstruktif ini berubah, dalam hal ini kita akan mulai meninjau perubahan yang serupa, tetapi biasanya lebih luas, yang disebabkan oleh penciptaan teori-teori baru. Kategori secara permanen, dalam memahami munculnyateori-teori baru, tidak bisa tidak kita pun akan memperluas pemahaman kita tentang penemuan. Meskipun demikian, kesalinglingkupan itu bukan identitas. Revolusi-revolusi Copernicus, Newton, Kimia, Maxwell. Jika kesadaran akan anomaly memainkan peran dalam munculnya jenis-jenis gejala yang baru, maka tidak akan mengejutkan baha kesadaran yang serupa, tetapi lebih mendalam, merupakan prasyarat bagi semua perubahan teori yang dapat diterima. Kesadaran akan anomaly berlangsung begitu lama dan menembus begitu dalam sehingga orang dapat tepat melukiskan bidang-bidang yang diterpanyasebagai dalam keadaan krisis yang sangat gawat. Ketakpastian ditimbulkan oleh selalu gagalnya teka-teki sains yang normal memberi jawaban seperti yang diharapkan. Kegagalan kaidah-kaiah yang ada merupakan pendahuluan bagi pencarian kaidah-kaidah yan baru. Perhatikan dulu kasus perubahan paradigma yang sangat termasyhur, yakni nmunculnya astronomi Copernicus. Ketika pendahulunya, yaitu sistem Ptolemaeus, mulamula dikembangkan dalam dua abad terakhirsebelum dan satu abad setelah Masehi, sistem ini secara mengagumkan berhasil memprakirakan perubahan-perubahan posisi bintang-bintag maupun planet-planet. Baik mengenai posisi planet maupun mengenai presisi ekuinoks, prakiraan yang dibuat dengan sistem Ptolemaeus tidak pernah benar-benar sesuai dengan observasi terbaik yang tersedia. Beberapa lamanya para astronom mempunyai segala macam alasan untuk menganggap bahwa upay-upaya ini akan sama berhasilnya dengan yang menghasilkan sistem Ptolemacus. Akan tetapi, semakin lama, orang yang melihat hasil bersih dari upaya riset yang normal dan banyak astronom dapat mengamati bahwa kerumitan astronomi jauh lebih cepat bertambahnya dibandingkan dengan ketepatannya dan bahwa ketidaksesuaian yang dikoreksi di satu tempat cenderung untuk muncul di tempat lain.

Tentu saja kemacetan kegiatan pemecahan teka-teki secara yang normal satu-satunya unsur krisis astronomi yang menghadapi Copernicus, kemacetan tehnis akan tetap menjadi inti kriri itu. Contoh kedua yang agak berbeda yakni krisis yang megawali munculnya teori oksigen Lavoisier tentang pembakaran. Banyak faktor yang bersama-sama menimbulkan krisis dalam kimia. Sejarah yang pertama dimulai pada abad 17 dengan perkembangan pompa udara dan penggunaannya dalam eksperimen kimiawi. Para ahli kimia semakin menyadari bahwa udara mesti merupakan bahan yang katif dalam dalam reaksi kimia. Akan tetapi dengan hanya sedikit kekecualian yang begitu samar sehingga boleh jadi bukan kekecualian sama sekali, para ahli kimia masih terus percaya bahwa udara udara adalah satusatunya jenis gas. Sampai tahun 1756, ketika Joseph Black memperlihatkan bahwa udara yang bercampur (CO2) secara konsisten tidak dapat dibedakan dari udara yang normal, dua contoh gas dikira berbeda hanya dalam ketakmurniannya. Penyelidikan gas-gas maju dengan pesat, yang terpenting ialah yang dilakukan oleh Cavendish, Priestley, Scheele yang bersama-sama mengembangkan sejumlah teknik baru yang mampu membedakan satu contoh gas dari yang lainnya. Mereka percaya kepada teori flogiston dan sering menggunakannya dalam rancangan dan interpretasi eksperimen mereka. Namun hasl akhir eksperimen-eksperimen mereka itu berupa berneka macam contoh gas dan sifat gas yang begitu rumit sehingga teoflogiston ternyata semakin kecil kemampuannya untuk mengikuti pengalaman laboratorium. Krisis akhir abad ke 19 bagi fisika yang mempersiapkan jalan bagi munculnya teori relativitas. Salah satu akar krisis itu dapat ditelusuri sampai kepada akhir abad ke-17 ketika sejumlah filosof kealaman, terutama sekali Leibniz, mengkritik versi yang dimutakhirkan dari konsepsi klasik tentang ruang absolut yang dipertahankan oleh Newton. Masalah-masalah tehnis yang pada akhirnya kepada mereka dihubungkan filsafat ruang dan relativistik, mulai memasuki sains yang normal dengan diterimanya teori gelombang dari cahaya setelah sekitar tahun 1890-an. Jika cahaya adalah gerakan gelombang yang disebarkan dalam eter mekanis yang dipengaruhi oleh hukum-hukum Newton, maka baik pengamatan angkasa maupun eksperimen bumi menjadi memiliki kemampuan potensial untuk mendeteksi aliran melalui eter. Untuk memecahkan masalah itu dibuat perlengkapan yang sangat khusus. Namun, perlengkapan itu tidak mendeteksi aliran yang dapat diamati, dank arena itu masalah tersebut dialihkan dari para eksperimentalis dan pengamat kepada para teoretikus.

Keadaan itu berubah dengan diterimanya secara berangsur-angsur teori elektromagnetik Maxwell, dalam kedua dasawarsa. Maxwell percaya bahwa cahaya dan elektromagnetisme pada umumnya disebabkan oleh perpidahan partikel-partikel eter mekanis yang bervariasi. Pembahasan Maxwell mengenai perilaku elektomagnetik dari benda-benda yang bergerak tidak mengacu kepada seretan eter, dan ternyata sangat sukar memasukkan seretan demikian ke dalam teorinya. Upaya teori Maxwell menghasilkan sejumlah titik tolak yang mengandung harapan, terutama yang dilakukan oleh Lorenz dan Fitzgerald tetapi mereka juga menyingkapkan tekateki yang lain lagi. Dengan latar belakang historis yang demikianlah munculnya teori relativitas khusus Einstein pada tahun 1905. Dalam setiap hal, suatu teori baru hany muncul setelah kegagalan yang nyata dalam kegiatan memecahkan masalah yang normal. Akhirnya, contoh-contohini turut memiliki karakteristik lain yang bisa membantu menjadikan alasan peran krisis itu mengesankan ; pemacahan setiap masalah itu, sekurangkurangnya sebagian , telahdipecahkan dalam periode ketika tidak ada krisis dalam sains yang bersangkutan ; dan ketika tidak ada krisis itu antisipasi-antisipasi tersebut telah diabaikan. Para filosof sains telah berulang-ulang mendemonstrasikan bahwa terhadap sekelompok data tertentu selalu dapat diberikan lebih dari satu konstruksi teoretis. Sejarah sains menunjukkan bahwa terutama pada tahap-tahap awal perkembangan suatu paradigm baru, ahkan tidak begitu sulit untuk menciptakan alternatif seperti itu . akan tetapi penciptaan alternatif itu justru yang jarang dilakukan oleh para ilmuan kecuali pada tahap paradigma dari perkembangan sains dan pada peristiwa-peristiwa yang sangat khusus selama evolusi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai