Anda di halaman 1dari 12

Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan 243

STUDI PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI ASAHAN
SEBAGAI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Rumilla Harahap

Universitas Nageri medan
(E-mail : rumi_harahap@yahoo.com)

Abstrak

Guna mewujudkan kelestarian lingkungan khususnya lingkungan wilayah Sungai Asahan. Dalam hal
ini pengelolaan lingkungan adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya banjir atau genangan
yang cukup luas dan tinggi. Dalam kaitan dengan pekerjaan ini, tersedia dua jenis data untuk
keperluan mendapatkan debit banjir rencana untuk berbagai kala ulang. Pertama adalah data hujan
harian dari Stasiun BPP Bandar Pulau dengan durasi selama 10 tahunan, Stasiun Kebun Aek Loba
dengan durasi 10 tahunan.Ke dua, data debit harian pencatatan di Pulau Rakyat dengan durasi 25
tahun, Karena ketersedian data seperti tersebut di atas, maka analisis debit banjir rancangan dipilih
menggunakan dasar dari data debit pengamatan harian di Pulau Rakyat. Berikut hasil analisis debit
banjir rancangan Sei Asahan di Pulau Rakyat dan Sei Silau di Kisaran untuk berbagai kala ulang
dan berbagai metode yang ada.. Dari hasil uji statistic Smirnov-Kolmogorov dipilih menggunakan
debit banjir rancangan dari metode Log-Pearson III. Penanggulangan banjir bertujuan untuk
mengurangi dan memperkecil resiko kerugian yang timbul akibat peristiwa banjir.

Kata-kata Kunci: Sungai Asahan, Pengendalian Banjir, Lingkungan.

Pendahuluan

Sungai Asahan merupakan bagian dari
Wilayah Sungai (WS) Toba Asahan,
termasuk dalam wilayah sungai Strategis
Nasional, berada di kawasan Pantai Timur dan
sebagian kecil wilayah tengah Provinsi
Sumatera Utara. Luas Administrasi WS Toba
Asahan 10.820 km
2
sebagian besar berhulu di
pegunungan Bukit Barisan dengan kondisi
morfologi pada bagian hulu bergelombang,
curam dan terjal sedangkan pada bagian hilir
landai dan datar. Kondisi ini mengakibatkan
fluktuasi air sungai Asahan sangat dipengaruhi
oleh kondisi penggunaan lahan disekitar WS.
TOBA ASAHAN. Saat ini beberapa desa
sekitar Sei Asahan mengalami banjir antara
lain Kecamatan Pulau Rakyat, Teluk Dalam,
Simpang Empat dan Kecamatan Sei Kepayang.
Sungai Asahan berawal dari Danau Toba dan
mempunyai luas DAS total 6863 km
2
termasuk
DAS Danau Toba seluas 3796 km2 dan DAS
Silau seluas 1183 km2, dengan panjang sungai
152 km. Danau toba merupakan tampungan
alam yang mengontrol aliran di Sungai
Asahan. Di hilir Danau Toba pada jarak 14 km,
terdapat Regulating Dam Siruar yang mengatur
elevasi muka air danau Toba dan keluaran ke
Sungai Asahan untuk keperluan PLTA Tangga
dan Sigura-gura.
Respon dari kerusakan DAS tersebut adalah
semakin sensitifnya lingkungan terhadap
komponen yang ada dalam sistem lingkungan .
Ketika turun hujan akan mudah banjir,
sebaliknya terjadi kekeringan ketika kemarau.
Berbagai kajian wilayah menyebutkan bahwa
penyelamatan daerah aliran sungai dari bahaya
erosi, banjir dan kekeringan menjadi amat
penting bagi kesejahteraan penduduk di
sekitarnya (Harahap, 2002).

Permasalahan

1. Bagaimana Mengoptimalkan ketersediaan
Air
2. Pengendalian banjir belum berjalan secara
optimal.
3. Kondisi DAS dan pemanfaatan air untuk
berbagai keperluan tidak dikelola dengan
baik.
4. Penetapan Analisa Hidrologi


Pembahasan

Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

244 Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan

Ketersediaan Air

Sungai Asahan sebagai sungai utama dengan
anak sungai yang paling besar adalah Sei Silau,
yang bertemu di Kota Tanjung Balai. Anak
sungai Asahan yang lain di wilayah studi
adalah : Bandar Jepang (drainase), Sei
Kepayang, Bandar Jaksa (drainase), Sei Lebah/
Lobak, Sei Raja, Sei Sukaraja, Sei Silamlam,
Sei Nantalu, Sei Pekahilan dan Sei Masihi
seperti terlihat pada Gambar 1 DAS sungai
asahan.






Gambar 1. DAS Sungai Asahan A = 3345,871 Km
2



Data klimatologi meliputi data kelembaban
udara, kecepatan angin, lama penyinaran, suhu
dan lain-lain. Data klimatologi yang
digunakan sebagai acuan dalam pekerjaan ini
berasal dari stasiun Klimatologi Kawat
(BWSS-2) dan Kuala Kemuning (BWSS-2).
Dari data yang ada menunjukkan bahwa
temperature tertinggi di Bulan September,
yaitu 33.9
o
C dan terendah di Bulan Pebruari
sebesar 17.4
o
C dengan kelembaban 84%.
Rata-rata lama penyinaran matahari sebesar
45% dengan kecepatan angin rata-rata sebesar
0.6 m/det.

Pengoptimalan Ketersedian Air

Untuk mengendalikan dan mengoptimalkan
ketersediaan sekaligus pemanfaatan air di WS
Toba-Asahan, telah dibangun beberapa
bendungan, namun hanya berfungsi untuk
PLTA, dan itupun hanya khusus dimanfaatkan
pemenuhan kebutuhan listrik PT. Inalum.
Bendungan-bendungan tersebut adalah
Bendungan Siruar, Bendungan Siguragura dan
Bendungan Tangga yang semuanya berada di
Sei Asahan dan pola operanya menjadi hak
dan kewenangan PT. Inalum.



Gambar 2. Lingkungan sekitar air terjun
Si Guragura


Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan 245

Menurut data dari PT. Inalum, pemakaian/
pengeluaran air dari bendungan pengatur
(regulating dam) Siguragura dan Bendungan
Tangga dapat dilihat pada Tabel 2. dan 2.








Tabel 1. Debit air Siguragura
Year Jan. Feb. Mar. Apr. May Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Ave. Max.
2002 75.6 77.3 77.4 76.6 77.5 77.5 78.2 77.7 76.3 76.5 78.5 74.7 77.0 78.5
2003 76.7 81.1 84.4 89.0 95.7 99.5 99.0 103.8 103.4 104.6 103.1 100.4 95.1 104.6
2004 112.6 109.3 116.0 119.1 111.5 112.6 113.9 113.8 108.6 109.0 116.0 114.3 113.1 119.1
2005 112.6 119.3 121.0 119.6 122.7 113.6 118.3 118.5 119.1 112.4 113.9 111.6 116.9 122.7
2006 112.9 116.9 118.0 110.2 112.8 116.6 118.2 117.7 116.2 114.5 111.2 109.1 114.5 118.2
2007 107.5 109.8 109.9 108.6 108.6 110.1 111.9 111.4 110.2 110.5 111.0 109.5 109.9 111.9
2008 111.0 111.7 109.7 111.7 115.3 115.7 114.9 113.1 113.0 116.0 115.2 107.0 112.9 116.0
2009 132.0 131.5 130.8 126.5 117.2 118.5 119.2 119.0 117.9 116.8 116.9 116.0 121.9 132.0
2010 118.8 119.2 118.5 117.9 118.1 117.4 118.2 120.3 118.8 119.5 119.3 118.2 118.7 120.3
2011 115.7 112.8 112.0 111.9 112.5 112.2 112.1 110.9 110.0 111.1 110.9 113.0 112.1 115.7
2012 117.1 118.5 118.8 116.6 117.7 118.8 117.8 117.5 118.0 115.7 116.1 120.1 117.7 120.1




Tabel 2. Debit air tangga
Year Jan. Feb. Mar. Apr. May Jun. Jul. Aug. Sep. Oct. Nov. Dec. Ave. Max.
2002 82.2 80.4 81.8 82.3 81.1 80.0 79.7 79.5 81.3 82.2 84.2 79.6 81.2 84.2
2003 85.4 86.9 90.3 94.1 98.8 100.4 102.0 105.6 105.5 107.3 111.3 128.4 101.3 128.4
2004 115.3 120.8 115.9 119.7 125.1 118.1 118.0 121.0 125.2 122.9 125.7 123.6 120.9 125.7
2005 125.1 123.8 120.9 122.5 124.1 128.0 124.1 120.6 120.4 118.7 118.4 117.8 122.0 128.0
2006 119.3 120.1 119.3 117.0 117.2 119.6 119.2 118.8 118.7 117.6 116.0 114.9 118.1 120.1
2007 114.3 112.9 112.6 114.2 115.3 114.8 114.5 114.8 115.0 114.9 114.2 114.3 114.3 115.3
2008 114.5 114.2 116.2 115.1 115.8 115.9 116.0 115.6 118.0 120.1 122.6 129.5 117.8 129.5
2009 133.1 128.0 134.7 124.4 119.2 118.9 119.4 118.9 120.2 120.4 124.3 122.8 123.7 134.7
2010 122.9 120.9 120.5 121.0 120.3 119.0 121.9 122.3 122.6 121.8 121.6 123.6 121.5 123.6
2011 119.5 115.0 116.4 115.9 114.5 112.0 111.4 111.5 113.5 113.9 117.0 118.1 114.9 119.5
2012 117.8 119.8 120.4 120.6 119.3 118.4 118.4 118.2 119.0 122.2 125.6 125.4 120.4 125.6



Dengan melihat pola operasi ini, maka Sungai
Asahan bagian hilir (mulai dari Pulau Rakyat
sampai Muara) sangat dipengaruhi oleh
outflow dari PLTA yang sudah ada.

Pengendalian Banjir

Untuk DAS Toba-Asahan, pengendalian
banjir belum berjalan secara optimal. Hal ini
disebabkan belum tersedianya alat-alat
peringatan dini banjir dan normalisasi sungai
Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

246 Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan

belum dilaksanakan secara keseluruhan.
Selain itu, bendungan yang ada hanya
difungsikan sebagai sarana PLTA saja, belum
berfungsi sebagai pengendali banjir. Bahkan
pola operasi bendungan yang hanya
berorientasi pada PLTA tersebut sering
menjadi penyebab terjadinya banjir di daerah
hilir akibat dibukannya pintu air bendungan
pada saat muka air tinggi atau hilir bendungan
sedang hujan deras. Sampai saat ini, upaya
yang dilakukan untuk mengatasi banjir dan
longsor adalah perbaikan dan pembangunan
perlindungan tebing sungai.

Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi
banjir di beberapa daerah yaitu :

Banjir pada tanggal 2 Nopember 2009 yang
telah merendam dua kecamatan di Kabupaten
Asahan. Sekitar 800 rumah dan ratusan hektar
lahan pertanian terendam banjir. Banyak
tanaman dan perkebunan sawit milik warga
rusak. Banjir yang berlangsung sepekan telah
merendam Desa Sei Lebah, Kecamatan Sei
Kepayang dan Desa Sei Dua Hulu Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Asahan. Banjir
terjadi akibat Sei Asahan meluap setelah
diguyur hujan selama sepekan.

Pada bulan Desember 2008 akibat meluapnya
Sei Asahan telah terjadi genangan air setinggi
2 m terjadi di Desa Opa Padang Mahondang,
Padang Mahondang Kecamatan Pulau Rakyat,
Desa Persatuan dan Desa Pembangunan
Kecamatan Sei Kepayang, serta Desa Sei Dua
Hulu Kecamatan Simpang Empat. Kejadian
serupa pernah terjadi pada tahun 2004.

Ratusan rumah warga di Kampung Antara,
Dusun I, Parapat Janji, Kecamatan Buntupane
Kabupaten Asahan, Senin 28 Desember 2009
pagi tergenang luapan Sei Silau. Genangan air
mencapai sepinggang orang dewasa. Banjir
terjadi secara mendadak. Daerah ini sering
dilanda banjir jika Sei Silau meluap, namun
sampai sekarang belum ada upaya pemerintah
untuk menanggulangi bencana yang sering
terjadi.

Pada Desember 1987, tercatat di Pulau
Rakyat debit sebesar 411 m
3
/det (Sei Asahan)
dan di Kisaran sebesar 380 m
3
/det (Sei Silau).
Pada kejadian ini melumpuhkan trasnportasi
dan merusak jalan raya antara Simpang Kawat
dan Tanjung Balai.
Pada Januari 1984 puncak debit banjir sebesar
521 m
3
/det di Pulau Rakyat, dimana 250
m
3
/det dilepas dari Siruar Regulating dam (14
km hilir Danau Toba) dan 271 m
3
/det dari sisa
daerah tangkapan di bawahnya seluas 812
km
2
. Dengan adanya kejadian tersebut,
tanggul jebol dan sekitar 800 ha sawah di
Padang Mahondang terendam air, serta sekitar
1000 ha sawah di sekitar Sei Lobak (Sei
Kepayang).
Pengendalian Banjir Sungai Asahan

Penanggulangan banjir bertujuan untuk
mengurangi dan memperkecil resiko kerugian
yang timbul akibat peristiwa banjir. Upaya
penanggulangan banjir dibutuhkan dukungan
biaya yang besar, karena itu setiap sistem
pengendalian banjir yang direncanakan
mempunyai keterbatasan pada tingkat banjir
tertentu berdasarkan kelayakan pertimbangan
teknis, ekonomis dan lingkungan. Jadi setiap
rencana pengendalian banjir bukan bertujuan
untuk menanggulangi resiko terjadinya Debit
Banjir yang terbesar, sehingga dalam
pengendalian banjir tidak dikenal adanya
istilah Daerah Bebas Banjir. Kegiatan
penanggulangan banjir disusun dalam tahapan
yaitu sebelum, selama dan sesudah terjadinya
banjir.
Sebelum Terjadinya Banjir
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
ditujukan untuk mengurangi atau mengatasi
masalah banjir dengan tindakan :
Pencegahan (prevention), penjinakan (mitig
ation) dengan merencanakan dan membangun
pengendali banjir seperti Tanggul, sudetan,
pengerukan sungai dan sebagainya.
Kesiapsiagaan (preperedness) dengan
melatih dan memberikan penyuluhan pada
masyarakat didaerah rawan banjir untuk
selalu siap menghadapi banjir yang datang
mendadak misalnya bagaimana melakukan
evakuasi.
Peringatan dini (early warning) dengan
membuat sistem peringatan dini yang dapat
dioperasikan pada saat banjir mengancam.
Idikator keberhasilan dalam tahapan ini adalah
terciptanya masyarakat yang terlatih dalam
menghadapi bencana banjir, sistem peringatan

Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan 247

dini berfungsi dengan baik serta tidak terjadi
keresahan masyarakat.
Selama Terjadinya Banjir

Kejadian banjir pada umumnya timbul secara
mendadak dan berlangsung cepat, meskipun
gejala-gejalanya dapat diketahui sebelumnya.
Hal tersebut menyebabkan sering timbul
korban jiwa ataupun kerusakan rumah, harta
benda dan prasarana umum lainnya yang
dapat menimbulkan dampak negatif pada
komponen fisik, sosial ekonomi dan sosial
budaya misalnya :

Kerusakan dan tidak berfungsinya
bangunan/sarana pengendalian banjir.

Kerusakan dan tidak berfungsinya prasarana
dan sarana umum seperti Jalan, Air Bersih,
Listrik dan Sistem Drainase.

Rusaknya estetika lingkungan.

Hilangnya mata pencaharian penduduk.

Timbulnya wabah penyakit karena
kekurangan air bersih, kondisi penampungan
sementara dan sistem sanitasi yang buruk,
serta timbulnya bau-bau yang tidak enak
misalnya bangkai binatang.
Keresahan sosial masyarakat.
Meningkatnya tindak Kriminal.
Terjadinya konflik sosial masyarakat.
Selama banjir terjadi, dampak-dampak
tersebut diatas perlu segera ditangani melalui
upaya penanganan darurat (Emergency
Response & Relief), agar tidak menimbulkan
dampak lanjutan yang menyebabkan rasa
keputusasaan bagi penduduk yang terkena
musibah. Upaya yang di lakukan harus cepat
seperti :
Evakuasi penduduk yang terkena banjir
Tempat penampungan sementara
Pembuatan MCK sementara di tempat
penampungan
Dapur umum dan bantuan keperluan sehari-
hari : pakaian layak pakai, selimut, alas tidur,
obat-obatan.
Indikator keberhasilan dalam pengelolaan ini
adalah apabila pelaksanaan penanganan
darurat berjalan dengan lancar, emosional
korban menurun dan peran serta masyarakat
cukup besar dalam membantu saudara-
saudaranya yang terkena musibah.
Setelah Terjadinya Banjir
Pengaruh negatif yang timbul selama banjir
terjadi, pada umumnya terus berlanjut, dengan
intensitas yang relatif lebih kecil, karena telah
adanya upaya-upaya penanggulangan darurat
(Emergency Response & Relief ). Berbagai
dampak di perkirakan akan meningkat antara
lain :
Meningkatnya wabah penyakit baik karena
tercemarnya air bersih ataupun karena
banyaknya bangkai binatang.
Terganggunya kegiatan sosial ekonomi
masyarakat
Rusaknya estetika lingkungan.
Rusaknya infrastruktur seperti rumah, jalan,
sekolah, pasar, perkantoran, dan sebagainya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di
perlukan tindakan segera yaitu :
Bersifat rehabilitasi untuk pemulihan
prasarana dan sarana umum yang mengalami
kerusakan.
Pemulian terhadap kondisi sosial ekonomi
dan budaya masyarakat seperti pengobatan
gratis.
Bantuan air bersih.
Indikator kebersihan dalam mengatasi
masalah tersebut antara lain normalnya
kehidupan sosial ekonomi masyarakat,
membaiknya kondisi pemukiman, prasarana
dan sarana umum serta berfungsinya peran
masyarakat. Selain dampak negatif yang di
timbulkan, dengan adanya banjir dapat juga
menghasilkan lahan yang subur di suatu areal
pertanian, karena terjadinya tumpukan lapisan
lumpur yang mengandung unsur hara
penyubur tanaman.
Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

248 Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan

Upaya pengendalian banjir yang dapat di
lakukan di kelompokan menjadi upaya
berwujud fisik (Structural measures) dengan
membuat bangunan pengendali banjir dan
upaya non fisik ( Non Structural Measures ),
seperti prakiraan banjir dan peringatan dini
(Early Warning System), penangulangan
banjir (Flood Fighting), pengelolaan dataran
banjir ( Flood plain Management),
melengkapi bangunan pengendali banjir
sedemikian rupa sehingga dapat
mengantisipasi apabila debit disainnya
terlampaui (flood Proofing), penetapan
sempadan sungai, memberikan penyuluhan
kepada masyarakat yang membudidayakan
dataran banjir, penegakan hukum,
pengelolaan/ manajemen sampah dan
pengentasan kemiskinan. Pengendalian banjir
dengan upaya berwujud fisik
(Membangun bangunan-bangunan pengendali
banjir) mempunyai keterbatasan dan tidak
dapat membebaskan dataran banjir dari
genangan banjir dan atau limpasan banjir
secara mutlak. Untuk itu perlu di lakukan
upaya yang bersifat komperhensif yaitu
kombinasi upaya fisik dan non fisik.
Upaya pengendalian banjir untuk setiap lokasi
kejadian banjir sangatlah beragam dan
berbeda-beda, di sesuaikan dengan kondisi
karekteristik DPS, alur sungai atau saluran
drainase, pola curah hujan dan pendanaan
untuk membuat infra struktur serta tingkat
bahaya banjir yang di tolelir.
Upaya Struktural
Pembuatan atau peninggian tanggul, hal ini
membutuhkan lahan yang agak sulit di penuhi
di pemukiman padat.
Pengerukan dasar sungai : upaya ini dilakukan
untuk memperbesar kapasitas sungai. Jika di
lakukan tanpa upaya lain maka kegiatan ini di
mungkinkan hanya memperbesar kapasitas
sementara karena kondisi sedimentasi akan
terulang lagi. Konsekuensinya kegiatan ini
harus di ulang secara periodik.
Membuat saluran pengelak banjir dan
fasilitasnya yang dibangun di luar pemukiman
untuk melindungi pemukiman dari banjir.
Pengendalian banjir dengan membangun
waduk pengendalian banjir dan kombinasi
dengan perbaikan sungai.

Gambar 3. Mengatasi air masuk ke
Perkampungan





Gambar 4. Alur Masuk di daerah pulau Raja

Upaya Non Struktural

Merevisi tata ruang, misalnya, daerah yang
langganan banjir jangan di jadikan pemukiman.
Pengendalian dan pengelolaan di daerah tangkapan
air sesuai tata ruang.
Pelestarian fungsi kawasan resapan air di daerah
tangkapan air (catchment area), sehingga aliran air
permukaan minimal.

Pembangunan dan pengelolaan sistem peringatan
dini bahaya banjir.
Penyesuaian diri dengan kondisi banjir yaitu
dengan membuat peil lantai bangunan lebih tinggi
dari peil banjir.

Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan 249

Menyingkirkan sampah disepanjang alur sungai
guna mencegah hambatan aliran air dan
pengendalian sedimen.
Kemungkinan lain adalah memindahkan penduduk
dari daerah rawan banjir. Hal ini akan berdampak
sosial yang tidak mudah untuk ditangani.


Gambar 5. Daerah rawan banjir di WS
Toba-Asahan
Upaya diatas bukan hanya satu kemungkinan
tapi masih ada kemungkinan lain dari
kombinasi beberapa solusi yang terbaik.
Untuk memilih alternatif yang terbaik perlu
dipikirkan berbagai aspek baik dari segi dana,
teknis maupun sosial. Upaya pengendalian
bangunan air harus mengikuti kriteria-kriteria
yang ada maupun tahapan-tahapan yang
sesuai prosedurnya seperti tahapan survey dan
infestigasi, perencanaan, perancangan sampai
konstruksi. Dalam tahapan desain sebaiknya
mengikuti kriteria desain.

Data Pengamatan Pasang Surut Dan Debit

Pengamatan pasang surut dilakukan di
Dermaga Asahan, terletak di desa Bagan
Asahan, Kec. Tanjung Balai, Kab. Asahan.
Diambil selama 30 hari (1 bulan). Sedangkan
pengamatan debit dilakukan di AWLR Pos
Pulau Raja, Sungai Asahan, Desa Pulau Raja,
Kecamatan Pulau Rakyat, Kabupaten Asahan,
pengamatan dilakukan selama 1 (satu) hari
dengan besar debit : 114,55 m
3
/dt.

Kondisi Eksisting Dan Pemanfaatan

Setelah dilakukan peninjauan, didapat kondisi
eksisting lokasi seperti yang disajikan pada
Gambar 6-9 .


Gambar 6. Jembatan Siruar




Gambar 7. Melakukan pengukuran
ketinggian air





Gambar 8. Jembatan sungai Silau
Keterangan:
: Danau
: Sungai
: DaerahRawanBanjir (Kec. SimpangEmpat, Kec. Sei KepayangdanKec. TanjungBalai)
Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

250 Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan



Gambar 9. Pengukuran ketinggian air




Analisa Hidrologi

Distribusi Frekwensi

Metode perhitungan debit maksimum yang
dipakai dalam pekerjaan ini ada 4 macam,
antara lain Metode Gumbel Tipe I, Log
Pearson Tipe III, Normal dan Log Normal 3
Parameter.

Metode E.J Gumbel Type I

Metode E.J. Gumbel Type I dengan
persamaan sebagai berikut :
K.Sx Xr X + =

=
n
Xi
1
n
1
Xr
1
Xi
Sx
n
1 1
2

=

n
Xii Xr
n

Sn
Yn - YT
K =

dimana :
X = Variate yang
diekstrapolasikan, yaitu
besarnya debit maksimum
untuk periode ulang pada
T tahun.
Xr = Harga rerata dari data
Sx = Standart deviasi
K = Faktor frekuensi yang
merupakan fungsi dari
periode ulang (return
period) dan tipe distribusi
frekuensi.
YT = Reduced variate sebagai
fungsi periode ulang T
= - Ln [ - Ln (T - 1)/T]
Yn = Reduced mean sebagai
fungsi dari banyaknya
data n
Sn = Reduced standart deviasi
sebagai fungsi dari
banyaknya data n
T = Kala ulang (tahun)

Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan di
atas diperoleh :

( )
Sx
Sn
.
Yn - YT
X XT + =
Jika :

|
.
|

\
|
=
|
.
|

\
|
Sn
Sx
a
1

Yn
|
.
|

\
|
=
Sn
Sx
- X b


Persamaan diatas menjadi :

YT .
a
1
b XT
|
.
|

\
|
+ =
dimana :
XT = Debit banjir dengan
kala ulang T tahun
YT = Reduced variate

Metode ini memiliki sifat khas yaitu nilai
asimetrisnya Cs = 1.1396 dengan koefisien
kurtosis Ck = 5.4002.

Metode Log Pearson Type III

Metode yang dianjurkan dalam pemakaian
distribusi Log Pearson ialah dengan
mengkorvesikan rangkaian datanya menjadi
bentuk logaritmis.


Nilai rerata :
n
x log
xr log
n
1

=

atau dengan cara :

Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan 251

( )
1
xr log - x log
S
2
1

=

n

( )
( )( )
3
1
1
3
2 1
xr log - x log
Cs
S n n
n

=


nilai X bagi setiap probabilitas dihitung dari
persamaan :

log x = log xr + G log x

Distribusi frekuensi kumulatip akan tergambar
sebagai garis lurus pada kertas log-normal jika
koefisien asimetri Cs = 0.

Distribusi Type III merupakan salah satu dari
kumpulan distribusi yang diusulkan oleh
Pearson. Tidak terdapat alasan-alasan secara
teoritis mengenai pemakaian distribusi ini
pada analisis data hidrologi.

Metode Normal

Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya
(skewness) hampir sama dengan nol (Cs = 0),
dengan koefisien kurtosis Ck = 3.

Metode Log Normal 3 Parameter

Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya
(skewness = Cs) hampir sama dengan 3 dan
bertanda positif, atau dengan nilai Cs kira-kira
sama dengan tiga kali nilai koefisien variasi
Cv.





Gambar 10. Debit sei Silau di kisaran


Gambar 11. Log pearson


Kesimpulan

a. Analisis yang digunakan untuk
menghitung debit maksimum dengan
menggunakan Metode Log Pearson.
b. Pengendalian banjir untuk setiap lokasi
kejadian banjir sangatlah beragam dan
berbeda-beda, di sesuaikan dengan
kondisi karekteristik DPS maka
perludilakukan Upaya Struktural dan non
Struktural.
c. Menurut data dari PT. Inalum,
pemakaian/pengeluaran air dari
bendungan pengatur (regulating dam)
Siguragura debit bulanan maksimum 132
m
3
/dt dan Bendungan Tangga debit
bulanan maksimum 134.7 m
3
/dt.
d. Besar debit banjir rencana tersebut
ditentukan menurut periode ulangnya,
yang sekaligus menggambarkan tingkat
pengendalian banjir.
e. Pada penanggulangan banjir dibutuhkan
dukungan biaya yang besar, karena itu
setiap sistem pengendalian banjir yang
direncanakan mempunyai keterbatasan
pada tingkat banjir tertentu berdasarkan
kelayakan pertimbangan teknis,
ekonomis dan lingkungan.

Daftar Pustaka

Anonim, 1999, Perencanan Bendung dan
Saluran Irigasi, Proyek Irigasi
Simangkok, Desa Simangkok
Kecamatan Porsea Kabupaten Toba
Samosir, CV Cipta Perkasa,
Medan.

Anonim, 2006, Penyusunan Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Asahan, Satuan Kerja Perencanaan
Pemrograman dan Penganggaran
Bidang Sumber Daya Air
Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

252 Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan

Departemen Pekerjaan Umum - PT.
Jasapatria Gunatama, Jakarta.

Asdak, C., 2007, Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai . Cetakan
keempat. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Bintarto, 1983, Urbanisasi dan
Permasalahannya. Penerbit Ghalia
Indonesia. Jakarta.

Nasution, Zulkifli, 2010, Ekologi Ekosistem
Kawasan Danau Toba, USU Press.

Robert, J. Kodoatie, 2002. Banjir beberapa
penyebab dan metode
pengendaliannya dalam perspektif
lingkungan. Semarang

Sosrodarsono, Suyono, 2000, Hidrologi untuk
Pengairan, PT Pradnya Paramita,
Jakarta.

Sosrodarsono, S., 1985, Perbaikan dan
Pengaturan sungai, Edisi ke 1, P.T
Pradnya Paramita, Jakarta.




































































Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan 253

































Seminar Sain dan Teknologi ISSN : 1693 6809

254 Pekan Ilmiah Periode ke-XXI FT.UISU Jl. SM. Raja Teladan Medan

Anda mungkin juga menyukai