Anda di halaman 1dari 5

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Konsep dan penerapan penilaian autentik


B. Kegiatan Belajar : (KB 2)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang
menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas
pada situasi yang sesungguhnya. Penilaian authentik
dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari
masukan, proses dan keluaran, yang mengukur hasil
belajar peserta didik meliputi ranah sikap, pengetahuan
dan ketrampilan. Makna authentik adalah kondisi nyata
atau keadaan sesungguhnya yang berkaitan dengan
kemampuan peserta didik. Peserta didik diberi
kesempatan dalam menilai kemampuan atau prestasi
mereka sendiri. Berati, pada penilaian authentik lebih
ditekankan pada proses belajar yang disesuaikan dengan
situasi dan keadaan sesungguhnya, baik itu di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Kurikulum 2013 menerapkan penilaian autentik untuk
menilai kemajuan belajar peserta didik yang meliputi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, teknik dan instrumen yang
dapat digunakan adalah sebagai berikut :
Konsep (Beberapa istilah 1. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
1
dan definisi) di KB kompetensi sikap:
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa
lembar penilaian antarpeserta didik.
d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas
yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku.
e. Wawancara merupakan komunikasi antara dua orang,
melibatkan pendidik yang ingin memperoleh informasi dari
peserta didik dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu.
2. Teknik dan instrumen penilaian kompetensi keterampilan,
pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian
kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai
dengan tuntutan kompetensi.
b. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi
kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan.
c. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan
cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang
tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui
minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta
didik dalam kurun waktu tertentu. Penilaian portopolio dapat
diakukan bersama-sama oleh guru dan peserta didik, melalui
suatu diskusi untuk membahas hasil kerja peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu.
3. Teknik dan instrumen penilaian kompetensi pengetahuan,
pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes
lisan, dan penugasan.
a. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
b. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek
yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.

Terkait dengan tuntutan dan tantangan kehidupan di


abad 21 terjadi penyempurnaan kurikulum 2013 antara lain pada
standar isi diperkaya dengan kebutuhan peserta didik untuk
berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional,
sedangkan pada standar penilaian memberi ruang pada
pengembangan instrumen penilaian yang mengukur berpikir
tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat
membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills /HOTS).
Penilaian sikap pada pembelajaran yang berorientasi
HOTS tidaklah merubah konsep penilaian sikap pada
Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama ini. Pada
penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik
memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik
Daftar materi pada KB
2 atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama proses
yang sulit dipahami
pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan
pendidik. Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pembelajaran yang dirancang dari KD yang berasal dari KI-3
dan KI-4 yang berpasangan.
Penilaian pengetahuan dan ketrampilan dapat
dilakukan secara terpisah maupun terpadu. Pada dasarnya, pada
saat penilaian keterampilan dilakukan, secara langsung
penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan. Penilaian
pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan
kompetensi dasar yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode
tertentu. Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan
dengan cara mengukur penguasaan peserta didik yang
mencakup dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dan metakognitif dalam berbagai tingkatan proses berpikir.
Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi
dapat mendorong peserta didik untuk berpikir secara luas dan
mendalam tentang materi pelajaran.
1. Pengertian HOTS Soal-soal HOTS merupakan instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi, Soal-soal HOTS merupakan instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak
sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau
merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS
pada konteks asesmen mengukur kemampuan: transfer satu
konsep ke konsep lainnya, memproses dan menerapkan
informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-
beda, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,
dan menelaah ide dan informasi secara kritis. Dilihat dari
dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi
metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual,
konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif
menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep
yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah
(problem solving), memilih strategi pemecahan masalah,
menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning),
dan mengambil keputusan yang tepat.
2. Karakteristik Soal HOTS
a. Mengukur kemampuan tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir
kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking),
kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan
mengambil keputusan (decision making). Berati bukan sekedar
berfikir dalam teraf menghafal atau mengingat. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting
yang dituntut ada dimiliki oleh peserta didik pada zaman
modern. Adapun kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam
HOTS, terdiri atas: a) kemampuan menyelesaikan permasalahan
yang tidak familiar; b) kemampuan mengevaluasi strategi yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut
pandang yang berbeda; c) menemukan model-model
penyelesaian baru yang berbeda dengan cara cara sebelumnya.
Perlu dipahami untuk tingkat kesukaran dalam butir soal itu
tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi, contoh,
untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum
(uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang
sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan
tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan
demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki
tingkat kesukaran yang tinggi. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas, untuk
itu tujuan peserta didik memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang
kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan
berbasis aktivitas.
b. Berbasis masalah kontekstual.
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan
dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah. Permasalahan nyata dalam kehidupan
(kontekstual) yang dihadapi oleh masyarakat dunia
berhubungan dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian
dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam berbagai aspek kehidupan
Ada lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat
REACT.
1) Relating, asesmen berhubungan langsung dengan konteks
pengalaman kehidupan nyata.
2) Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration),
penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
3) Applying, menuntut kemampuan peserta didik dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas
untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
4) Communicating, menuntut kemampuan peserta didik mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan
konteks masalah.
5) Transfering, menuntut kemampuan peserta didik
mentransformasi konsepkonsep pengetahuan dalam kelas ke
dalam situasi atau konteks baru.
c. Bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan HOTS,
sikap dan perilaku positif dari peserta didik, serta memperbaiki
pembelajaran dan berusaha meningkatkan kualitas
pembelajaran d. Proses penilaiannya dapat pula terintegrasi
dengan proses pembelajaran dan bersifat on going e.
Menggunakan bentuk soal yang beragam Soal beragam
dimaksudkan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci
dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes, dapat
menjamin prinsip objektif dan dapat menggambarkan
kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya.

Penyusunan soal HOTS yang dilakukan untuk mengukur


ranah kognitif , ranah afektif, dan ranah psikomotorik, dapat
dijelaskan dalam uraian berikut ini.
1. Penilaian Kognitif
Dalam penulian soal dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan
dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu
sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi
yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak
selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam
penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar,
keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan
kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan
Daftar materi yang sering
situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut
3 mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran dijelaskan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS
a. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS Guru-guru
secara mandiri atau melalui forum KKG/MGMP dapat
melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal
HOTS.
b. Menyusun kisi-kisi soal . Kisi-kisi penulisan soal-soal
diperlukan untuk memandu guru dalam: 1) memilih KD yang
dapat dibuat soal-soal HOTS 2) merumuskan IPK 3) memilih
materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji 4)
merumuskan indikator soal 5) menentukan level kognitif 6)
Menentukan bentuk soal dan nomor soal
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual Stimulus
disusun menarik karena akan mendorong peserta didik untuk
membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru,
karena belum pernah dibaca oleh peserta didik, sedangkan
stimulus kontekstual berarti yang sesuai dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik
untuk membaca, dan guru dapat memilih stimulus dari
lingkungan sekolah atau daerah setempat.
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal Kaidah
penulisan butir soal HOTS pada umumnya sama dengan kaidah
penulisan butir soal pada umumnya, perbedaan terletak pada
aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa
relatif sama. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci
jawaban.
Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta
didik memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol (sangat
baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama proses
pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan
pendidik. Penilaian sikap mengacu pada dua aspek kompetensi
sikap yaitu kompetensi inti 1 (KI 1) dan kompetensi inti 2 (KI
2).
Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 antara lain
meliputi: observasi, catatan kejadian tertentu (incidental record),
penilaian antar teman, penilaian diri dan wawancar. Hasil
observasi guru terhadap sikap siswa yang menonjol (positif
maupun negatif) saat pembelajaran dicatat dalam jurnal harian.
Pengamatan sikap dilakukan oleh pendidik/guru pada saat
pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung.
Pada kompetensi sikap, terdapat penilaian utama dan
penunjang. Penilaian utama diperoleh dari observasi harian yang
ditulis di dalam jurnal harian. Penilaian penunjang berasal dari
penilaian diri dan penilaian antar teman, yang hasilnya dapat
dijadikan alat konfirmasi dari hasil penialian sikap oleh
pendidik. Teknik penilaian yang digunakan dapat dengan
observasi melalui wawancara, catatan anekdot (anecdotal
record), dan catatan kejadian tertentu (incidental record) sebagai
unsur penilaian utama. Adapun pengertian sikap yaitu dari
perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap
merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang
dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai