Anda di halaman 1dari 101

BAB I UMUM

A. Geografi Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Provinsi Jawa Tengah terletak diantara 1083917-109 2715 Bujur Timur dan 7150573710 Lintang Selatan. Kabupaten Banyumas terdiri dari 27 Kecamatan dan berbatasan dengan wilayah beberapa kabupaten, yaitu: - Sebelah Utara dengan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Pemalang - Sebelah Kebumen - Sebelah Cilacap - Sebelah Barat dengan Kabupaten Cilacap
Gambar 1.1. Wilayah Eks Karesidenan Banyumas

Timur

dengan

Kabupaten

Purbalingga, Banjarnegara dan Kabupaten Selatan dengan Kabupaten

dan Kabupaten Brebes.

Jarak Kabupaten Banyumas dengan kota-kota yang ada disekitarnya sebagai berikut : - Ke Tegal - Pemalang - Ke Brebes - Ke Purbalingga - Ke Banjarnegara - Ke Kebumen - Ke Cilacap - Ke Semarang = 114 Km = 144 Km = 127 Km = 20 Km = 65 Km = 85 Km = 53 Km = 211 Km

Wilayah Banyumas seluas 132.759 Ha sekitar 4,08 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah (3.254 juta Ha). Dari wilayah seluas 132.759 Ha, yang merupakan lahan sawah sekitar 32.219 Ha atau sekitar 24,27 % dari wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitar 10.650 Ha sawah dengan pengairan teknis. Sedangkan yang 75,73 % atau sekitar 100.640 Ha adalah lahan bukan sawah dengan 16.667 Ha atau 18,72 % merupakan tanah untuk bangunan dan pekarangan/halaman.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

Sebagai gambaran proporsi pola tata guna lahan Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut : Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten Banyumas Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2009 Penggunaan Lahan 1. Lahan Sawah a. Pengairan Teknis b. Pengairan Setengah Teknis c. Pengairan Sederhana PU d. Pengairan Non PU e. Tadah Hujan f. Pasang Surut g. Tanah Sawah Lebak, Polder dll. h. Tanah Sawah yang sementara tidak diusahakan 2. Lahan Pertanian Bukan Sawah a. Tegal/kebun b. Ladang/huma c. Perkebunan d. Ditanami pohon/hutan rakyat e. Tambak f. Kolam/Tebat/Empang g. Padang Pengembalaan/rumput h. Sementara tidak diusahakan i. Lainnya (pekarangan yang ditanami pertanian, dll) 3. Lahan Bukan Pertanian a. Rumah, Bangunan dan halaman sekitarnya b. Hutan negara c. Rawa-rawa (tidak ditanami) d. Lainnya (jalan, sungai, danau lahan tandus, dll.) Jumlah / Total
Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Luas (Ha) 32.219 10.650 4.827 5.933 4.761 6.048 53.293 27.408 61 11.132 9.579 7 404 35 8 4.659 47.247 16.667 26.327 2 4.251 132.759

Secara administratif wilayah seluas 132.759 Ha tersebut, terdiri dari 27 kecamatan yang terbagi lagi menjadi beberapa desa/kelurahan sejumlah 301 desa dan 30 kelurahan. Dari 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, kecamatan Cilongok merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu sekitar 10.533 Ha. Sedangkan Kecamatan Purwokerto Barat merupakan Kecamatan yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu sekitar 740 Ha. berikut ini :
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

Adapun luas wilayah

masing-masing kecamatan di Kabupaten Banyumas dapat dilihat dalam tabel 1.2.

Tabel 1.2. Luas Wilayah Masing-Masing Kecamatan Di Kabupaten Banyumas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Kecamatan Lumbir Wangon Jatilawang Rawalo Kebasen Kemranjen Sumpiuh Tambak Somagede Kalibagor Banyumas Patikraja Purwojati Ajibarang Gumelar Pekuncen Cilongok Karanglewas Kedungbanteng Batrraden Sumbang Kembaran Sokaraja Purwokerto Selatan Purwokerto Barat Purwokerto Timur Purwokerto Utara Jumlah Luas (Ha) 10.266 6.078 4.816 4.964 5.399 6.071 6.001 5.203 4.011 3.573 3.809 4.323 3.786 6.653 9.395 9.270 10.534 3.248 6.022 4.553 5.342 2.592 2.992 1.375 740 842 901 132.759 Desa 10 12 11 9 12 15 11 12 9 12 12 13 10 15 10 16 20 13 14 12 19 16 18 301 Kelurahan 3 7 7 6 7 30

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Wilayah Kabupaten Banyumas lebih dari 45 % merupakan daerah dataran yang tersebar di bagian Tengah dan Selatan serta membujur dari Barat ke Timur. Ketinggian wilayah di Kabupaten Banyumas sebagian besar berada pada kisaran 25 100 M dpl yaitu seluas 40.385,3 Ha. Berdasarkan kemiringan wilayah, Kabupaten Banyumas mempunyai kemiringan yang terbagi dalam 4 (empat) kategori yaitu : 1. Kemiringan 0 - 2 meliputi areal seluas 43.876,9 Ha atau 33,05 % yaitu wilayah bagian Tengah dan Selatan. 2. Kemiringan 2 - 15 meliputi areal seluas 21.294,5 Ha atau 16,04 % yaitu sekitar Gunung Slamet. 3. Kemiringan 15 - 40 meliputi areal seluas 35.141,3 Ha atau seluas 26,47 % yaitu daerah lereng Gunung Slamet.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

4. Kemiringan lebih dari 40 meliputi areal seluas 32.446,3 Ha atau seluas 32.446,3 Ha atau seluas 24,44 % yaitu daerah lereng Gunung Slamet. Iklim di wilayah Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah dengan rata-rata suhu udara rata-rata 26,30 C. Suhu minimum sekitar 24,40 C dan suhu maksimum sekitar 30,90 C. Selama tahun 2009 di Kabupaten Banyumas terjadi hujan rata-rata pertahun sebanyak 89 hari dengan curah hujan rata-rata 2.725 mmmm pertahun. Kecamatan yang paling sering terjadi hujan di Kabupaten Banyumas adalah Kecamatan Baturraden dengan 151 hari hujan dan curah hujan pertahun mencapai 3.195 mmmm selama tahun 2009. Sedangkan Kecamatan yang paling sedikit terjadi hujan adalah Kecamatan Wangon dengan 9 hari hujan dan curah hujan mencapai 228 mm. (Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009).

B.

Pemerintahan 1. Administrasi Pemerintahan Sejak Tahun 1860 hingga saat ini Banyumas telah diperintah oleh 12 orang bupati, yang mana beberapa diantaranya menjabat beberapa periode lebih dari lima tahun, seperti KP Martadireja (Bupati Purwokerto), KPAA Ganda Soebrata (Bupati Banyumas), lalu R. Tumenggung Soedjiman Ganda Soebrata, R. Soebagio, Soekarno Agung, R. Muchamad Kaboel, R. Soebagio, R.G Roedjito, H. Djoko Sudantoko S.Sos, H.H. Aris Setiono, SH.,SIP dan Drs. H. Mardjoko, MM. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari Bupati dibantu oleh seorang Wakil Bupati, adapun struktur organisasi secara berjenjang adalah Sekretaris Daerah dengan dibantu oleh 2 orang Asisten (Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat dan Asisten Pemerintahan dan Administrasi) dan 8 bagian yaitu Bagian Perekonomian, Bagian Humas dan Protokol, Bagian Umum, Bagian Pemerintahan, Bagian Hukum, Bagian Organisasi, bagian Kesra dan Bagian Pembangunan. Untuk Sekretariat DPRD Kabupaten Banyumas dengan 3 bagian. Sedangkan lembaga teknis daerah terdiri dari Badan berjumlah 7 buah, Dinas berjumlah 13 buah, Kantor berjumlah 2 buah, RSU Daerah berjumlah 2 buah, Inspektorat 1 buah, Satpol PP 1 buah dan UPT sebanyak 193 buah (sumber : Bagian Organisasi Setda Kab. Banyumas).
Pemkab Banyumas

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

Pemerintahan di wilayah Kabupaten Banyumas dibagi dalam 27 kecamatan, yang terdiri dari 301 desa dan 30 kelurahan (27 kelurahan terletak di Eks Kotip Purwokerto dan 3 kelurahan berada di Kecamatan Sumpiuh). Jumlah desa terbanyak di Kecamatan Cilongok dengan 20 desa, diikuti Kecamatan Sumbang dan Sokaraja masing-masing 19 desa dan 18 desa. 2. Aparatur Negara Administrasi Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari Badan Kepegaaian Daerah Kabupaten Banyumas, pada tahun 2008 sebanyak 16.053 orang, tahun 2009 sebanyak 16.880 orang atau terjadi kenaikan jumlah pegawai pada tahun 2009 sebanyak 827 orang atau 5,15 persen dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah PNS yang ada sebanyak 17.377 orang, dimana terjadi kenaikan jumlah PNS jika dibandingan tahun 2009 sebanyak 497 orang atau 2,94 persen, adapun rincian PNS berdasarkan golongan sampai dengan bulan Juni 2010 terdiri dari : Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV sebanyak 895 orang sebanyak 4.025 orang sebanyak 6.710 orang sebanyak 5.747 orang

Sedangkan untuk Pejabat Struktural Pemerintah Kabupaten Banyumas yang menduduki eselon sampai dengan bulan Juni 2010 sebanyak 952 orang, dengan rincian sebagai berikut : Eselon II Eselon III Eselon IV Eselon V sebanyak sebanyak sebanyak sebanyak 28 orang 177 orang 747 orang - orang

Jumlah pejabat fungsional di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Banyumas pada tahun 2008 sebanyak 10.598 orang, tahun 2009 sebanyak 10.892 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 sebanyak 10.333 orang, yang terdiri dari 1.129 orang pejabat fungsional khusus dan 9.204 orang Guru. Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Banyumas yang pensiun pada tahun 2008 sebanyak 624 orang, tahun 2009 sebanyak 595 orang atau mengalami penurunan pada tahun 2009 sebanyak 29 orang (4,65 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 PNS yang pensiun sebanyak 286 orang, atau terjadi penurunan kembali jumlah PNS yang pensiun pada tahun 2010 sebanyak 309 orang (51,93 persen).
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

BAB II SOSIAL BUDAYA


A. Demografi Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2005 - 2008 sebagai berikut :

Tabel 2.1. Penduduk Kabupaten Banyumas Tahun 2005 - 2008 Tahun JENIS KELAMIN Laki-laki Perempuan Total Laju Pertumbuhan Penduduk 2005 771,075 774,224 1.545.299 7.014 (0,46%) 2006 775,056 777,196 1.552.252 6,953 (0,45%) 2007 785.007 786.607 1.571.614 19.362 (1,25%) 2008 790.680 791.939 1.582.619 11.005 (0,70 %)

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Penduduk Kabupaten Banyumas pada akhir tahun 2008 tercatat sebanyak 1.582.619 jiwa atau naik sebesar 11.005 jiwa. Dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduknya per tahun (2007-2008) sebesar 0,70 persen, yang berarti mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,55 persen dari kurun waktu sebelumnya (2006-2007). Laju pertumbuhan menurut kecamatan terlihat cukup bervariasi, tertinggi ada pada Kecamatan Karanglewas sebesar 1,72 persen dan yang terendah pada Kecamatan Pekuncen sebesar 0,17 persen. Untuk rasio jenis kelamin pada akhir tahun 2008 sebesar 99,984 yang berarti dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 99 penduduk laki-laki. Jumlah rumah tangga pada akhir tahun 2008 sebesar 447.413 atau naik sebesar 10.228 rumahtangga (2,28 persen) dari tahun sebe;umnya. Rata-rata jiwa per rumah tangga sekitar 3-4 jiwa. Dengan yang terendah pada Kecamatan Banyumas dan yang tertinggi pada Kecamatan Purwokerto Timur. Luas wilayah Kabupaten Banyumas pada akhir tahun 2008 sebesar 1.327,59 km2 sehingga kepadatan penduduknya sebesar 1.192 jiwa/km2 dan yang terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 475 jiwa/km2.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

B.

Kesehatan Mengingat derajat kesehatan masyarakat merupakan suatu modal penting didalam membangun masyarakat kabupaten Banyumas yang berkualitas, untuk itu sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu hal yang menjadi fokus perhatian Pemerintah Kabupaten Banyumas. Adapun fasilitas kesehatan yang ada dan tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010, sebagai berikut : Tabel. 2.2. JUMLAH FASILITAS KESEHATAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. FASILITAS RSUD RSU Swasta Puskesmas Puskesmas Keliling Puskesmas Pembantu Rumas Sakit Khusus Klinik tempat praktek dokter Posyandu Polindes / PKD JUMLAH 4 18 39 39 39 10 530 2.352 121

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Banyumas Th. 2010.

Sarana kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam membangun masyarakat Kabupaten Banyumas yang sehat. Untuk itu sarana kesehatan sebagai tempat pelayanan menjadi kepada perhatian masyarakat pemerintah senantiasa Kabupaten

Banyumas. Jumlah sarana kesehatan yang ada saat ini dan terdata di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas meliputi Rumah Sakit Umum Daerah sebanyak 4 buah dengan rincian Tipe B sebanyak 2 buah, Tipe C sebanyak 1 buah, Tipe D sebanyak 1 buah dan rumah sakit khusus sebanyak 10 buah, Sedangkan untuk Rumah Sakit Umum Swasta sebanyak 18 buah dengan rincian Tipe C sebanyak 10 buah Tipe D sebanyak 8 buah. Sedangkan untuk fasilitas kesehatan lainnya antara lain berupa Puskesmas yang ada dan tersebar di 27 kecamatan ada sebanyak 39 buah, Puskesmas pembantu 39 buah dan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

Puskesmas keliling sebanyak 39 buah. Untuk Posyandu ada sebanyak 2.352 buah, Polindes/PKD sebanyak 121 buah dan Klinik tempat praktek dokter sebanyak 530 buah. Rumah sakit yang ada saat ini sebagian besar berada di Kota Purwokerto terutama Rumah Sakit Swasta sedangkan rumah Sakit Umum Daerah terletak di Kecamatan Banyumas dan Kecamatan Ajibarang. Kabupaten Banyumas dalam usahanya mendukung tercapainya Indonesia Sehat 2010 senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain dengan tersedianya jumlah tenaga kesehatan yang memadai. Adapun rasio tenaga kesehatan di Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 menurut jenis profesinya sebagai berikut :

Tabel 2.3. Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Banyumas Tahun 2010 Rasio per 100.000 penduduk 6,51 5,43 2,02 7,14 30,27 75,51 3,54 4,61 3,85 Target IIS per 100.000 penduduk 40 6 11 10 100 117,5 22 40 40

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Jenis Tenaga Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi Farmasi Bidan Perawat Ahli Gizi Sanitasi Kesehatan Masyarakat

Jumlah 103 86 32 113 479 1.195 56 73 61

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. BanyumasTahun 2010.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rasio tenaga kesehatan yang ada masih dibawah target IIS 2010. Dengan demikian masih dibutuhkan tenaga kesehatan dalam jumlah yang cukup banyak agar pelayanan kesehatan di Kabupaten Banyumas dapat meningkat secara kuantitas maupun kualitasnya. Adapun rincian untuk data tenaga kesehatan berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai

dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut dokter umum 103 orang, dokter spesialis 86 orang, dokter gigi 32 orang, perawat 1.195 orang, bidan 479 orang, ahli kesehatan masyarakat 61 orang, apoteker 113 orang, ahli gizi 56 orang,
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

analis laboratorium 66 orang, ahli rontgen 41 orang, ahli penyehatan lingkungan 73 orang, dukun bayi 613 orang dan bidan desa 345 orang. Secara umum sarana kesehatan yang ada belum merata di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Banyumas membentuk Poliklinik Desa untuk melayani masyarakat pedesaan yang jauh dari RSU atau Puskesmas. Informasi berkaitan dengan kesehatan juga dapat diketahui dengan melihat rasio dokter per 100.000 penduduk seperti yang terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 2.4. Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk Tahun 2006 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah 315 332 332 375 221 Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk 20,29 21,13 20,98 23,69 13,96

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Banyumas Tahun 2008.

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa rasio dokter per 100.000 penduduk selama lima tahun dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 cenderung mengalami fluktuasi naik turun, fluktuasi rasio naik turun dokter ini sebaiknya

mendapat perhatian dari pemerintah, agar kesehatan masyarakat tetap dapat terus ditingkatkan. Jumlah tenaga medis yang ada saat ini baik dari segi kuantitas maupun kualitas masih sangat dirasakan kurang. Mengingat sebagian besar tenaga medis yang ada terpusat dikota Purwokerto, sehingga apabila ada pasien yang sangat membutuhkan perawatan medis dari dokter ahli atau spesialis dirujuk ke rumah sakit seperti RSU Margono Sokardjo, RSU Banyumas atau rumah sakit swasta yang ada di kota Purwokerto. Sedangkan untuk pelayanan di desa-desa Pemerintah Kabupaten Banyumas memberikan layanan kesehatan melalui Puskesmas keliling. Untuk menunjang sarana kesehatan lainnya maka keberadaan Apotik dan Toko Obat sangat dibutuhkan oleh masyarakat Banyumas, data yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Apotik ada sebanyak 104 buah dan Toko Obat sebanyak 24 buah. Jumlah temuan kasus balita kurang gizi, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas mengalami penurunan dari tahun 2006 sampai
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

dengan tahun 2009, pada tahun 2006 ada sebanyak 5.582 anak balita kurang gizi, tahun 2007 sebanyak 2.431 anak turun sebanyak 3.151 anak (56 persen), tahun 2008 ada sebanyak 1.292 anak jika dibandingkan tahun 2007 maka mengalami penurunan kembali sebanyak 1.139 anak (47 persen) dan pada tahun 2009 ditemukan kasus balita kurang gizi ada sebanyak 1.114 anak turun menjadi 178 anak (14 persen) sedangkan pada bulan Juni 2010 terjadi kenaikan jumlah balita kurang gizi yaitu ada sebanyak 1.937 anak maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi kenaikan kasus balita kurang gizi ada sebanyak 823 anak (74 persen). Penduduk yang meninggal dunia pada tahun 2009 menurut wabah muntaber ada sebanyak 7 orang, menurut wabah demam berdarah pada tahun 2007 ada sebanyak 2 orang, tahun 2008 ada sebanyak 5 orang dan pada tahun 2009 ada sebanyak 6 orang. Sedangkan menurut campak pada tahun 2008 ada sebanyak 1 orang. Jumlah penduduk yang meninggal dunia menurut wabah malaria tahun 2009 ada sebanyak 2 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 3 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang meninggal dunia menurut wabah lainnya berupa keracunan makanan pada tahun 2007 hanya ada 1 orang. Rata-rata jumlah penduduk yang sakit di Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas mengalami fluktuasi naik turun, pada tahun 2006 ada sebanyak 1.054.776 orang, tahun 2007 ada sebanyak 688.034 orang atau mengalami penurunan jumlah penduduk yang sakit sebanyak 366.742 orang (35 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 728.352 orang dan jika dibandingkan tahun 2007 ada peningkatan kembali jumlah penduduk yang sakit sebanyak 40.318 orang (6 persen), pada tahun 2009 jumlah penduduk yang sakit ada sebanyak 7.49.118 orang maka jika dibandingkat pada tahun 2008 atau mengalami penurunan kembali sebanyak 20.766 orang (3 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah penduduk yang sakit ada sebanyak 338.111 orang maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan kembali jumlah penduduk yang sakit sebanyak 411.007 orang (55 persen). Memperhatikan kondisi tersebut maka upaya pelayanan kesehatan tidak hanya difokuskan pada tindakan kuratif saja, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah tindakan preventif, dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

10

C.

Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Pemuda dan Olah Raga Fasilitas Pendidikan di wilayah Kabupaten Banyumas sebagian besar masih didominasi oleh fasilitas pendidikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dasar 9 tahun yaitu fasilitas SD dan SLTP yang merata di setiap wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, sedangkan fasilitas pendidikan untuk jenjeng yang lebih tinggi, seperti SLTA dan Perguruan Tinggi lebih terkonsentrasi di wilayah pusat Kabupaten khususnya untuk Perguruan Tinggi dan beberapa pusat Kecamatan dengan tingkat perkembangan yang lebih tinggi untuk fasilitas SLTA, Sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu hal sangat penting didalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu sarana dan prasarana pendidikan senantiasa menjadi perhatian agar mutu pendidikan di Indonesia meningkat. Untuk itu Kabupaten Banyumas setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Data jumlah sekolah di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel. 2.5. JUMLAH SEKOLAH SD, SLTP, SMA
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.

Kecamatan
Lumbir Wangon Jatilawang Rawalo Kebasen Kemranjen Sumpiuh Tambak Somagede Kalibagor Banyumas Patikraja Purwojati Ajibarang Gumelar Pekuncen Cilongok Karanglewas Sokaraja Kembaran Sumbang Baturaden Kedungbanteng Pwt. Selatan Pwt. Barat Pwt. Timur Pwt. Utara TOTAL

Jumlah Sekolah
SD 35 45 36 24 30 34 30 28 23 23 33 28 20 33 32 36 44 26 30 29 38 28 31 27 24 36 23 826 MI 1 4 6 10 7 18 10 12 2 1 1 9 3 11 4 12 19 12 3 6 3 1 5 4 5 2 171 JML 36 49 42 34 37 52 40 40 25 24 34 37 23 44 36 48 63 38 33 35 41 29 36 31 29 38 23 997

Jumlah Sekolah
SMP 4 6 5 4 5 9 5 6 4 5 5 4 4 8 5 6 6 5 5 4 6 3 6 9 3 10 2 144 MTs 1 2 1 3 1 6 2 4 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 43 JML 5 8 6 7 6 15 7 10 4 6 6 6 5 9 6 7 8 6 5 5 6 4 8 9 5 12 3 187 SMA 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 5 1 1 1 8 1 33

Jumlah Sekolah
SMK 2 2 4 1 3 5 1 2 4 3 1 1 1 1 1 12 2 10 57 MA 1 1 1 2 1 1 1 1 3 13 JML 3 5 6 2 7 8 2 1 2 6 1 5 1 2 2 1 6 1 1 2 13 2 21 100

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Banyumas Thn 2010.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

11

Sedangkan jumlah perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 berjumlah 20 buah mulai tingkat diploma I, II, III dan IV sampai dengan S-1 dan S-2 baik negeri maupun swasta. Untuk Perguruan tinggi negeri sebanyak 3 buah yaitu UNSOED, STAIN, POLTEKES. Sedangkan perguruan tinggi swasta ada sebanyak 17 buah yaitu UMP, UNWIKU, AKPER YAPERMAS, AKBID YLPP, STIE Purwokerto, Akademi Pertanian HKTI. Jumlah sarana pendidikan sampai dengan bulan Juni 2010 yang ada dan tersebar di 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas mulai dari tingkat TK ada sebanyak 688 buah, SD 826 buah, MI 171 buah, SLTP 144 buah, MTs 43 buah, SLTA 33 buah, SMK 57 buah dan MA 13 buah. Rasio Guru/Siswa untuk tingkat TK yaitu 0,09 persen, Untuk SD/MI prasarana sekolah penyebaranya sudah merata sampai ke tingkat desa, rasio Guru/Siswa untuk SD/MI yaitu 0,15 %. Begitu pula untuk tingkat SLTP penyebarannya juga sudah cukup merata meskipun belum menjangkau seluruh desa namun di setiap kecamatan sudah tersedia SLTP rasio Guru/Siswa untuk tingkat SLTP yaitu 0,09 %, dan untuk SMA/SMK/MA rasio Guru/Siswamencapai 0,21 %. Untuk tingkat SLTA penyebarannya belum merata di semua wilayah, ada beberapa kecamatan yang belum memiliki SLTA yaitu Kecamatan Lumbir, Kec. Kebasen, Kec. Somagede, Kec. Kalibagor, Kec. Purwojati, Kec. Pekuncen, Kec. Cilongok, Kec. Sumbang, Kec. Kembaran dan Kec. Purwokerto Barat. Sampai dengan bulan Juni 2010 berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, jumlah guru yang mengajar di Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 2.288 orang dengan jumlah siswa sebanyak 25.012 orang adapun jumlah kelas yang tersedia sebanyak 885 unit, jumlah guru Sekolah Dasar (SD) sebanyak 7.532 orang dengan jumlah siswa sebanyak 153.964 orang adapun jumlah kelas yang tersedia sebanyak 5.605 unit, jumlah guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 3.236 orang dengan jumlah siswa sebanyak 62.482 orang untuk kelas yang tersedia sebanyak 1.749 unit, jumlah guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak1.153 orang dengan jumlah siswa 15.281 orang adapun jumlah kelas yang tersedia sebanyak 444 unit dan jumlah guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

12

sebanyak 1.803 orang dengan jumlah siswa sebanyak 29.651 orang untuk jumlah kelas yang tersdia sebanyak 932 unit. Sedangkan jumlah guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 1.694 orang dengan jumlah siswa sebanyak 22.819 orang, jumlah guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 916 orang dengan jumlah siswa sebanyak 11.768 orang, jumlah guru Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 340 orang dengan jumlah siswa sebanyak 2.087 orang. Bahasa lokal yang ada di Banyumas yaitu bahasa Banyumasan, adapun jumlah situs bersejarah yang tercatat di Dinporabudpar Kabupaten Banyumas sebanyak 42 buah, sedangkan untuk jumlah sanggar kesenian yang ada saat ini sebanyak 1.450 buah dan jumlah tokoh pemangku ada sebanyak 10 tokoh. Jumlah organisasi pemuda berdasarklan laporan dari Dinporabudpar Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat sebanyak 349 buah, jumlah organisasi karang taruna ada sebanyak 331 buah, jumlah organisasi olah raga sebanyak 34 buah, sedangkan untuk sarana olahraga yang ada saat ini yaitu 3 buah standar internasional dan 9 buah standar nasional. Sedangkan untuk sarana prasarana olah raga yang ada dan tersedia di beberapa lokasi di Kabupaten Banyumas, antara lain berupa : 1. Lapangan sepak bola sebanyak 333 tempat. 2. Lapangan bulutangkis sebanyak 331 tempat. 3. 4. 5. 6. Kolam renang sebanyak 6 tempat. Lapangan futsal sebanyak 10 tempat. Lapangan panjat tebing sebanyak 1 tempat. Lapangan basket sebanyak 30 tempat.

7. Lapangan bola volly sebanyak 331 tempat. D. Kesejahteraan Sosial. Untuk menghitung tingkat kesejahteraan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan program yang disebut sebagai Pendataan Keluarga setiap setahun sekali yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Data kemiskinan dilakukan lewat pentahapan keluarga sejahtera yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin), Keluarga Sejahtera I (miskin), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera III plus. Sekitar 56% keluarga di Indonesia masih berada dalam tingkat Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Mereka belum tergolong miskin, tetapi baru bisa memenuhi kebutuhan fisik minimal. Pada kondisi tersebut, mereka mudah sekali jatuh menjadi miskin.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

13

Dalam Program Pembangunan Keluarga Sejahtera BKKBN, Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I lebih tepat disebut sebagai Keluarga Tertinggal, karena yang disebut sebagai Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk berobat disarana kesehatan modern. Keluarga Sejahtera I adalah keluarga yang kondisi ekonominya baru bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya. menurut tahapan keluarga sejahtera : Tabel 2.6. Penduduk Menurut Tahapan Keluarga Sejahtera Tahun 2006 - 2008 Tahap Keluarga Sejahtera Pra Sejahtera Sejahtera I Sejahtera II Sejahtera III Sejahtera III + 2006 109.433 88.556 132.092 65.704 24.363 Tahun 2007 117.424 85.819 127.092 84.020 24.746 2008 117.308 84.741 130.288 86.190 28.487 Tabel berikut memberikan gambaran kondisi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Banyumas

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Pada hakekatnya indikator pendataan Keluarga Sejahtera menggunakan perumusan konsep "Keluarga Sejahtera" yang lebih luas daripada sekedar definisi kemakmuran atau kebahagiaan. Undang-Undang No. 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Kriteria yang ditetapkan BPS (Badan Pusat Statistik) tentang garis kemiskinan ialah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makan 2.100 kalori perhari perkapita. Mendasarkan pada kesepakatan antar Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tentang data kemiskinan, disebutkan bahwa angka kemiskinan merujuk pada data yang dikeluarkan oleh BPS. Terkait dengan hal tersebut diatas.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

14

Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Banyumas Tahun 2004-2008 Tahun 2006 2007 2008 2009 Jumlah Penduduk Miskin (KK) 173.386 172.581 150.647 141.171 Perubahan (KK) -128 -805 -21.934 -9.476 Persentase Perubahan (%) -0,07 -0,46 -12,71 -6,29

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Banyumas menunjukkan kondisi yang berfluktuasi. Data tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Sehingga, dengan asumsi bahwa satu keluarga terdiri dari 4 jiwa, maka pada tahun 2006 terdapat 693.544 jiwa penduduk miskin, tahun 2007 sebanyak 690.324 jiwa penduduk miskin, tahun 2008 sebanyak 602.588 jiwa penduduk miskin dan tahun 2009 sebanyak 564.684 jiwa penduduk miskin atau dengan kata lain mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,46 persen pada tahun 2007, pada tahun 2008 sebesar 12,71 persen sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan kembali sebesar 6,29 persen. Dalam usaha untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, selain harus sehat secara fisik, masyarakat juga harus ditingkatkan kesehatan spiritualnya. Hal yang perlu mendapat perhatian pemerintah antara lain adalah pemantapan kehidupan beragama, pencegahan konflik antar dan inter agama, perlindungan rasa aman dalam keluarga serta kekerasan dalam rumah tangga; merupakan hal-hal yang harus ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas agar ketenangan masyarakat dalam menjalankan kewajiban dalam pengamalan agama dan kepercayaannya tetap terjamin serta memberikan rasa aman pada perempuan dan anak-anak dalam keluarga melalui kebijakan Perlindungan Ibu dan Anak Dalam Rumah Tangga. Masalah Kesejahteraan Sosial dalam pelaksanaannya tidak hanya ditangani oleh pemerintah kabupaten saja, namun juga mendapat dukungan dari berbagai organisasi non pemerintah. Organisasi yang menampung aktivitas kepemudaan antara lain Karang Taruna, KNPI, Pramuka dan lain-lain seperti organisasi olah raga dan kesenian. Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktor penghambat pembangunan pada suatu daerah. Dengan adanya penduduk miskin pada suatu wilayah, akan berdampak pada adanya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Demikian juga di Kabupaten Banyumas, terdapat beberapa penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti tampak pada tabel berikut :
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

15

Tabel 2.8. Perkembangan Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial di Kabupaten Banyumas Tahun 2006-2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Jenis Masalah Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan Penderita Sakit Jiwa Gepeng Penderita Narkoba Fakir Miskin Balita Terlantar Anak Terlantar Lanjut Usia/Jompo Terlantar Penyandang Cacat Yatim/Piatu Jumlah Pekerja Sosial (PSK) Jumlah Penderita HIV/AIDS 2006 368 450 204 36 247.535 1.185 2.238 3.256 7.775 414 313 63/24 Tahun 2007 2008 347 144 596 680 398 442 54 75 95.123 106.445 1.215 987 2.350 2.450 3.678 4.415 8.573 6.218 532 350 266 60/27 70/19 2009 369 339 454 29 115.597 844 1.762 4.100 545 316 102/33

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Jumlah anak jalanan mengalami fluktuasi naik turun dari tahun 2006 sebanyak 36 jiwa, tahun 2007 sebanyak 347 jiwa, tahun 2008 berkurang kembali sebanyak 144 jiwa dan tahun 2009 bertambah kembali menjadi 369 jiwa. Begitu pula terhadap penderita sakit jiwa dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 juga mengalami fluktuasi naik dan turun tahun 2006 sebanyak 450 jiwa, tahun 2007 bertambah menjadi 596 jiwa, tahun 2008 bertambah kembali menjadi 680 jiwa dan tahun 2009 berkurang menjadi 339 jiwa. Jumlah gelandangan dan pengemis dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan terus menerus pada tahun 2006 jumlah gelandangan dan pengemis ada sebanyak 204, tahun 2007 bertambah menjadi 398 jiwa, tahun 2008 bertambah lagi menjadi 442 jiwa dan pada tahun 2009 bertambah lagi menjadi 454 jiwa. Untuk penderita narkoba mengalami pertambahan penderita tahun 2006 ada sebanyak 36 jiwa, tahun 2007 menjadi 54 jiwa, pada tahun 2008 menjadi 75 jiwa dan pada tahun 2009 mengalami penurunan pendeita penyalahgunaan narkoba menjadi 29 jiwa. Jumlah parkir miskin dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami fluktuasi naik turun, pada tahun 2006 ada sebanyak 247.535 kk, tahun 2007 berkurang menjadi 95.123 kk, tahun 2008 bertambah menjadi 106.445 kk, pada tahun 2009 bertambah lagi menjadi 115.597 kk. Balita terlantar pada tahun 2006 sebanyak 1.185 jiwa, tahun 2007 bertambah menjadi 1.215 jiwa, pada tahun 2008 berkurang menjadi 987 jiwa dan pada tahun 2009 berkurang kembali menjadi 844 jiwa. Untuk anak terlantar pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami fluktuasi naik turun tahun 2006 ada sebanyak 2.238 jiwa, tahun 2007 bertambah menjadi 2.350 jiwa, pada tahun 2008 bertambah kembali menjadi 2.450 jiwa, pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

16

tahun 2009 berkurang menjadi 1.762 jiwa. Untuk lanjut usia/jompo terlantar pada tahun 2008 tercatat di Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas sebanyak 4.415 jiwa dan pada tahun 2009 berkurang menjadi 4.100 jiwa. Jumlah penyandang cacat pada tahun 2006 ada sebanyak 7.775 jiwa, pada tahun 2007 bertambah menjadi 8.573 jiwa, pada tahun 2008 berkurang menjadi 6.218 jiwa dan pada tahun 009 berkurang kembali jumlah penyandang cacat menjadi 4.664 jiwa. Data yatim/piatu pada tahun 2006 ada sebanyak 414 jiwa, tahun 2007 bertambah menjadi 532 jiwa dan pada tahun 2009 bertambah kembali jumlah yati/patu sebanyak 545 jiwa. Untuk jumlah pekerja sosial (PSK) juga mengalami fluktuasi naik turun pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, tahun 2006 ada sebanyak 313 jiwa, tahun 2007 sebanyak 350 jiwa, kemudian pada tahun 2008 berkurang menjadi 266 jiwa dan poada tahun 2009 bertambah kembali menjadi 316 jiwa. Jumlah penderita HIV/AIDS yang terdata di Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 sebanyak 63/24 jiwa, tahun 2007 sebanyak 60/27 jiwa, pada tahun 2008 sebanyak 70/19 jiwa, tahun 2009 sebanyak 102/33 jiwa dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 49/40 jiwa. Jumlah panti asuhan yang terdata di Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 17 buah panti asuhan yang terdiri dari 13 buah panti sosial asuhan anak, 1 buah panti sosial petirahan anak, 1 buah panti sosial bina remaja, 1 buah panti sosial bina netra dan 1 buah panti sosial bina laras. Adapun permasalahan-permasalahan sosial yang ada di Kabupaten banyumas hal ini dimungkinkan adanya faktor-faktor yang ditimbulkan antara lain akibat kondisi ekonomi keluarga yang sangat minim/kurang, tidak memiliki pendidikan serta ketrampilan yang memadai sehingga sulit mencari pekerjaan karena persaingan yang sangat ketat serta melambungnya harga-harga dasar bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari. E. Agama Dilihat dari penduduknya, Kabupaten Banyumas mempunyai penduduk yang heterogen dilihat dari agama dan keyakinannya. Pembangunan bidang keagamaan di Kabupaten Banyumas pada saat ini tercermin pada terbentuknya rasa toleransi yang tinggi antar pemeluk agama. Kerukunan dan keharmonisan bermasya-rakat antar pemeluk agama ditunjukkan dengan tersebarnya tempat-tempat ibadah di Kabupaten Banyumas. Perkembangan pembangunan di bidang spritual dapat dilihat dari banyaknya sarana peribadatan masing-masing agama, berkembangnya pondok pesantren dan meningkatnya jumlah jemaah haji yang berasal dari Kabupaten Banyumas.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

17

Berdasarkan laporan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 bahwa Penduduk Kabupaten Banyumas mayoritas beragama Islam tercatat sebanyak 1.574.049 jiwa dengan jumlah tempat ibadah sebanyak 7.672 buah masjid. Urutan kedua adalah pemeluk agama Kristen sebanyak 15.742 jiwa dengan tempat ibadah sebanyak 84 gereja kristen, selanjutnya agama Katolik dengan jumlah pemeluk sebanyak 10.177 jiwa, agama Budha 2.248 jiwa, Konghucu 9 jiwa dan lainnya 531 jiwa.

Tabel 2.9. Jumlah Pemeluk Agama dan Tempat Ibadah Kabupaten Banyumas Tahun 2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Agama Islam Kristen Katolik Hindu Budha Konghucu Lainnya Pemeluk (orang) 1.544.063 15.742 10.177 1.279 2.248 9 531 Tempat Ibadah 1.762 84 14 1 20 1 -

Sumber : Kantor Kementerian Agama Kab. Banyumas Tahuhn 2010

Meskipun jumlah sarana peribadatan cukup banyak. namun masih terdapat permasalahan yang potensial muncul, yaitu kecenderungan perkembangan perbedaan pandangan hidup dan perbedaan keyakinan yang melemahkan kerukunan internal dan eksternal umat beragama. Namun kehidupan umat beragama di Kabupaten Banyumas menunjukkan keadaan yang harmonis dan tenang dikarenakan toleransi dan sikap yang saling menghargai antar umat beragama sangat tinggi. Kondusifitas kehidupan beragama ditunjukkan dengan jumlah sarana peribadatan yang cukup banyak dan beberapa kondisi Nampak bahwa tempat peribadatan agama yang saling berdekatan namun hal ini tidak menimbulkan konflik antar agama. Sementara jumlah sarana keagamaan lainnya seperti Pondok Pesantren sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 157 buah dengan jumlah santri sebanyak 55.184 murid, pondok pesantren ini tersebar di 27 kecamatan. Sedangkan data perkembangan jumlah jemaah haji di Kabupaten Banyumas pada tahun 2009 ada sebanyak 1.137 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat ada sebanyak 1.133 orang.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

18

BAB III SUMBER DAYA ALAM


A. Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Peternakan dan Perkebunan 1. Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor penting yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banyumas, yaitu sebesar 21,06 % pada tahun 2009. Besarnya sumbangan sektor pertanian dimungkinkan oleh luasnya lahan pertanian yang ada. Disamping itu sektor pertanian memiliki backward dan forward linkages, sehingga aktivitas sektor pertanian mampu menumbuhan sektor yang lainnya, misalnya aktivitas budidaya pertanian secara umum memerlukan pupuk, benih/bibit, tenaga kerja, obat-obatan, alat dan mesin pertanian dan sebagainya; sedangkan pada saat/pasca panen memerlukan transportasi, tenaga kerja, alat dan mesin pengolah, packaging serta pemasaran, sehingga peningkatan aktivitas pertanian mampu menarik input dari sektor industri benih, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian serta tenaga kerja; ouput sektor pertanian digunakan sebagai input pada sektor industri pengolahan baik industri mikro, kecil, menengah maupun industri besar (misalnya penggilingan padi, lumbung desa modern, perusahaan makanan/minuman, pabrik gula, pabrik makanan ternak, industri krupuk/kripik dan sebagainya); produk pertanian juga mampu mengaktifkan perdagangan produk primer dan setengah jadi pada pedagang pengepul komoditas, pasar atau pusat perdagangan, serta menghidupkan restoran, warung dan pengusaha makanan perorangan. Dari uraian di atas sektor pertanian mampu menggerakkan multiplier effect yang sangat berperan dalam menghasilkan value added (nilai tambah) sehingga sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Beberapa komoditas dalam sektor pertanian ini antara lain adalah padi, jagung, kedelai, kacang hijau, beberapa tanaman sayuran seperti : Cabe, Kacang Panjang, Bayam, Kangkung, Tomat, Buncis dan lain-lain. Komoditas ini
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

19

dianggap mempunyai nilai jual dan dapat dibudidayakan, volume produksi tinggi dan dapat diperkiraan nilai keuntungan produksi setiap tonnya. Berdasarkan kepada kondisi diatas maka diperlukan perhatian dari pemerintah kabupaten dalam hal peningkatan jumlah luas panen dan produksi dari tiap-tiap komoditas diatas dengan cara memperhatikan sarana dan prasarana yang menunjang kepada peningkatan produksi komoditas tersebut seperti, irigasi, penyuluhan pertanian, dan sarana produksi lainnya. Disamping itu terdapat kelemahan produk-produk pertanian diantaranya harga komoditas pertanian relatif labil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sifat produk yang mudah busuk, cepat rusak, ketersediaannya tergantung musim, tidak dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama. Untuk itu perlu adanya upaya-upaya agar produk pertanian mempunyai nilai jual yang tinggi. Langkah tersebut diantaranya peningkatan kualitas produk, kejelasan harga produk, pemilihan lokasi dan saluran pemasaran yang strategis dan promosi produk. Produktifitas padi dan bahan pangan lainnya perlu ditingkatkan dari tahun ke tahun sebagai salah satu upaya untuk mempertahan dan atau meningkatkan produksi sebagai akibat penurunan luas lahan sawah akibat alih fungsi lahan pertanian. berikut : Tabel 3.1. Produktifitas Padi dan Bahan Pangan Lainnya Tahun 2006 2008 Produktifitas (ton/ha) Padi sawah Padi Ladang Jagung Kedelai Tahun 2006 4,71 4,43 6,42 1,38 2007 5,09 4,56 7,04 0,74 2008 5.41 3,49 4,93 1,43 2009 4,79 1,97 2010 7,50 1,79 Produktifitas Produktifitas padi dan bahan pangan lainnya cukup berfluktuatif dari tahun ke tahun seperti tertera pada Tabel 2.28

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Padi merupakan komoditi yang memberikan kontribusi paling besar terhadap sektor pertanian, memiliki posisi yang sangat strategis berkaitan dengan ketahanan pangan. Tabel 2.29 memberikan gambaran tentang produksi padi di
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

20

Kabupaten Banyumas.

Luas Panen, Produksi dan rata-rata produksi Padi sawah

dan Padi Ladang dari tahun 2006 sampai dengan 2008 relatif menunjukkan kondisi yang berfluktuasi. Masalah yang dihadapi berkaitan dengan ketahanan pangan ini adalah tingginya ketergantungan konsumsi pada bahan pokok beras (padi), sementara kelancaran distribusi pangan untuk melindungi kepentingan konsumen dan petani masih belum optimal. Dalam kaitannya dengan upaya mengurangi ketergantungan konsumsi pada padi (beras), maka perlu dilakukan upaya-upaya diversifikasi pangan. Difersifikasi pangan pada dasarnya memperluas pilihan masyarakat dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan cita rasa yang diinginkan dan menghindari kebosanan untuk mendapatkan pangan dan gizi agar dapat hidup sehat dan aktif. (PPH). Tabel 3.2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah dan Padi Ladang Tahun 2004 - 2008 Padi Sawah No. 1. 2. 3. 4. 5. Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Luas Panen (Ha) 63,441 61,763 62,329 Produksi (Ton) 298.789 314.613 337.365 Rata-rata Produksi (Ton/Ha) 4.71 5.09 5.41 Padi Ladang Luas Produksi Panen (Ha) (Ton) 3.922 3.720 3.062 17.364 16.950 10.688 Rata-rata Produksi (Ton/Ha) 4,43 4,56 3,49 Diversifikasi pangan dapat diukur dengan melihat Pola Pangan Harapan

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani di pedesaan adalah dengan melihat indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan alat statistik untuk mengukur kemampuan daya tukar barang-barang hasil produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga petani maupun kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) yang diharapkan adalah di atas 100 yang berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar. Pengukuran indeks Nilai Tukar Petani (NTP) dilakukan pada tahun 2005 sebesar 100,13 meningkat menjadi 101,66 pada tahun 2006, kemudian pada tahun 2008 mengalami peningkatan kembali menjadi 102,79 dan pada tahun 2009 meningkat kembali menjadi 103,05. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) pada sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

21

Wilayah pengembangan komoditas andalan Pangan di Kabupaten Banyumas dalam rangka upaya untuk mensuplai kebutuhan lokal, dimana berpotensi untuk dijadikan sektor prioritas utama dalam perencanaan pembangunan perekonomian di Kabupaten Banyumas, selain itu diharapkan dapat berperan dalam kontribusi peningkatan ekspor non migas. Adapun komoditas andalan tanaman Pangan yang ada di Kabupaten Banyumas sebagai berikut (Sumber : Laporan Akhir Analisis Potensi Ekonomi Kab. Banyumas Th. 2008) : Tabel 3.3. Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Pangan Di Kabupaten Banyumas
No. Nama Komoditas Wilayah Kecamatan Wangon, Rawalo, Patikraja, Sumbang, AJibarang, Cilongok, Karanglewas, Sokaraja, Kembaran dan Kedungbanteng Wangon, Purwojati dan Sumbang Kalibagor, Kembaran dan Sumbang Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kalibagor, Purwojati, Kebasen dan Kembaran Jatilawang, Rawalo, Banyumas dan Sokaraja Lumbir, Jatilawang, Gumelar dan Banyumas Tambak, Patikraja, Sokaraja dan Kedungbanteng

1. Padi Sawah 2. Padi Ladang 3. Jagung 4. Kacang Tanah 5. Kacang Hijau 6. Ubi Kayu 7. Ubi Jalar

Untuk sentra komoditas hortikultura di Kabupaten Banyumas yang terdiri dari tanaman sayur-sayuran tersebar di beberapa wilayah yaitu wilayah Kec. Pekuncen, Kec. Kedungbanteng, Sokaraja, Kec. Cilongok, Kec. Kec. Sumbang, dan Kec. Kec. Baturaden, Kembaran

Ajibarang sedangkan untuk sentra buahbuahan ada di wilayah Kec. Kemranjen, Kec. Banyumas, Kec. Tambak, Kec. Sumpiuh, Kec. Somagede, Kec. Ajibarang, Kec. Kec. Rawalo dan Kec. Wangon.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

22

Tabel 3.4. Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Sayuran Di Kabupaten Banyumas


No. Nama Komoditas Wilayah Kecamatan Jatilawang, Kebasen, Purwojati,Kalibagor, Purwojati, Gumelar, Kembaran dan Sokaraja Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kemranjen, Tambak, Patikraja, Purwojati, Gumelar, Karanglewas dan Sokaraja Kembaran, Sokaraja, Sumpiuh, Tambak, Cilongok dan Sumbang Wangon, Jatilawang, Rawalo, Somagede, Purwojati, Ajibarang dan Sumbang Kemranjen, Purwojati, Ajibarang, Gumelar dan Baturaden Rawalo dan Sokaraja Lumbir, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Kalibagoe, Karanglewas, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja Lumbir, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Kalibagor, Karanglewas, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja Lumbir, Rawalo, Jatilawang, Kebasen, Wangon, Purwojati, Ajibarang, Gumelar dan Pwt. Barat Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Somagede, Banyumas, Purwojati dan Gumelar Kemranjen dan Wangon Sumpiuh, Sumbang dan Kembaran Wangon, Ajibarang dan Pekuncen Kedungbanteng Sokaraja

1. Cabai 2. Cabe Rawit 3. Tomat 4. Terong 5. Sawi 6. Labu Siam 7. Kacang Panjang 8. Kangkung 9. Ketimun 10. Bayam 11. 12. 13. 14. 15. Semangka Bengkuang Jamur Salad Kecipir

Tabel 3.5. Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Buah-Buahan Di Kabupaten Banyumas


No. Nama Komoditas Wilayah Kecamatan Jatilawang, Kalibagor, Ajibarang, Karanglewas, Baturaden, Sumpiuh, Ajibarang dan Cilongok Sumpiuh, Ajibarang, Cilongok Kebasen, Kemranjen, Banyumas, AJibarang, Kedungbanteng, Baturaden Kebasen, Kemranjen, Banyumas, Ajibarang, Kedungbanteng, Baturaden Kebasen, Banyumas, Purwojati, Pekuncen, Kedungbanteng Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok dan Karanglewas Banyumas dan Pekuncen Wangon, Kalibagor, Patikraja, Gumelar, Sumbang dan Pwt. Barat Purwojati dan Gumelar Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Sumpiuh, Tambak, Somagede dan Karanglewas Wangon, Patikraja, Gumelar, Sumbang dan Wangon

1. Alpukat 2. Blimbing 3. Sawo 4. Sirsak 5. 6. 7. 8. Petai Sukun Mlinjo Rambutan

9. Salak 10. Pepaya 11. Pisang

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

23

No.

Nama Komoditas

Wilayah Kecamatan Kemranjen, Kalibagor dan Kembaran Jatilawang, PAtikraja, Kemranjen, Banyumas, Ajibarang dan Kedungbanteng Jatilawang, Sumpiuh, Kalibagor, Sumbang, Kembaran dan Sokaraja Jatilawang, Sumpiuh, Kedungbanteng, Kembaran dan Sokaraja Wangon, Jatilawang, Ajibarang, Baturaden dan Sumbang Jatilawang, Ajibarang dan Baturaden Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Tambak, Banyumas, Gumelar dan Baturaden Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Tambak, Banyumas, Gumelar dan Baturaden Tambak, Kalibagoe dan Pekuncen Wangon, Kebasen, Tambak, Kalibagor, Purwojati dan Sumbang

12. Duku 13. Durian 14. Nanas 15. 16. 17. 18. Mangga Jambu Biji Jambu Air Nangka

19. Nangka 20. Jeruk Besar 21. Jeruk Siam

2.

Sektor Kehutanan Hutan adalah sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Yang dimaksud sebagai hutan yang dikuasai oleh negara adalah hutan alam atau hutan hasil budidaya (tanaman) yang berada di dalam kawasan hutan negara. Disamping melakukan pengelolaan terhadap hutan negara, pemerintah telah mempromosikan dan mendorong pembangunan kehutanan berbasis masyarakat antara lain dengan menggalakkan penanaman komoditas kehutanan pada lahanlahan rakyat atau lahan milik negara. Apabila pembangunan peran yang kehutanan signifikan berbasis kepada masyarakat ini terus berkembang, maka akan memberikan masyrakat untuk turut serta memberikan jaminan terhadap kelangsungan industri kehutanan nasional. Dengan berkembangnya komoditas hasil hutan yang berasal dari lahan masyarakat, maka pada gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Berdasarkan laporan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Banyumas sampai dengan bulan Juni Tahun 2010, pengelolaan Hutan Negara di wilayah Kabupaten Banyumas dibagi menjadi 3 (tiga) Kantor Pemangkuan Hutan (KPH) yaitu KPH Banyumas Timur, KPH Banyumas Barat dan KPH Kedu Selatan. Jenis tanaman yang ada dalam kawasan hutan meliputi

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

24

jenis pohon jati, pinus, damar dan jenis kayu rimba lainnya. Luas Hutan Negara yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas seluas 28.648,07 Ha, yang terdiri dari 7.700,79 Ha di dibawah KPH Banyumas Barat, 18.059,37 ha dibawah KPH Banyumas Timur dan 2.887,91 ha dibawah KPH Kedu Selatan. Sedangkan untuk Perkebunan Besar yang dikelola oleh PT. PN IX seluas 1.350 Ha, Hutan Rakyat seluas 12.353 Ha dan Hutan Lindung di luar kawasan seluas 14.991 Ha. Produksi hasil hutan non HPH berupa kayu bulat pada tahun 2006 sebanyak 155.957,27 m3, tahun 2007 sebanyak 80.438,89 m3 atau turun sebanyak 75.518,38 m3 (48,42 persen), tahun 2008 produksi yang dihasilkan sebanyak 77.854,43 m3 atau turun jika dibandingkan pada
3

tahun

2007

yaitu

sebanyak 2.584,46 m (3,21 persen), tahun 2009 produksi yang dihasilkan sebanyak 9.856,43 m3 jika dibandingkan tahun 2008 turun yaitu sebanyak 67.998 m3 (87,34 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 kayu bulat m yang
3

dihasilkan

mencapai jika

18.597,70
3

naik

produksinya

dibandingkan tahun 2009 yaitu sebanyak 8.741,27 m (88,69 persen). Sedangkan untuk kayu olahan yang dihasilkan pada tahun 2006 mencapai 244.034,75 m3, tahun 2007 sebanyak 217.463,94 m3 dan pada 2008 jumlah produksi yang dihasilkan meningkat menjadi 326.542,39 m3. Untuk hasil hutan ikutan berupa kopal pada tahun 2006 mencapai 102 ton, tahun 2007 mencapai 98,60 ton, tahun 2008 meningkat menjadi 976 ton, tahun 2009 turun kembali menjadi 71,38 ton dan laporan sampai dengan bulan Juni 2010 turun jumlah kopal yang dihasilkan menjadi 25,73 m3. Sedanngkan untuk Getah Pinus yang dihasilkan pada tahun 2006 ada sebanyak 4.044 ton, tahun 2007 turun menjadi 3.589 ton, tahun 2008 meningkat kembali menjadi 4.162 ton, pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukupo tinggi mencapai 1.243,90 ton dan pada tahun 2010 meningkat kembali menjadi 1.290,78 ton. Luas lahan kritis di wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan Dinpertanbunhut sampai dengan bulan Juni Tahun 2010 yaitu pada tahun 2006 mencapai 15.415 Ha, tahun 2007 menjadi 12.742 Ha jika dibandingkan tahun 2006 terjadi penurunan luas lahan kritis yaitu seluas 2.673 Ha (17,34 persen), pada tahun 2008 luas lahan kritis seluas 10.540,30 Ha jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan yaitu seluas 2.201,70 (17,28 persen), tahun 2008 luas
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

25

lahan kritis seluas 10.043 Ha jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penurunan kembali yaitu seluas 497,30 Ha (4,72 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas lahan kritis menjadi 10.699,62 Ha jika dibandingkan tahun 2009 yaitu terjadi penambahan luas lahan kritis menjadi seluas 656,62 (6,54 persen). Untuk luas lahan penghijauan kembali pada tahun 2006 seluas 854 Ha, tahun 2007 meningkat menjadi 2.238,70 Ha, tahun 2008 menurun menjadi 461 Ha, tahun 2009 terjadi peningkatan kembali seluas 670 Ha dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas lahan penghijauan yang diusahakan seluas 900 Ha.

3.

Sektor Perikanan Kabupaten Banyumas terletak pada posisi yang jauh dari pantai, sehingga Kabupaten Banyumas hanya memiliki sub sektor perikanan darat, sedangkan potensi wilayah tersebar perikanan di yang ada di Kabupaten beberapa Banyumas wilayah

kecamatan yaitu Kec. Kedugbanteng, Kec. Cilongok, Kec. Kemranjen, Kec. Kebasen, Kec. Sumpiuh, Kec. Kembaran dan Kec. Sumbang. Jenis-jenis ikan tersebut yaitu Ikan Gurami, Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan Tawes, Ikan Nilem dan Ikan Karper. Jenis-jenis ikan tersebut ada yang dikelola di kolam, keramba dan perikanan perairan umum. Berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten Banyumas tahun 2006 luas kolam yang digunakan untuk usaha perikanan tercatat seluas 409 ha dengan jumlah produksi rumah tangga sebanyak 3.168 ton, tahun 2007 luas lahan 409 ha dengan jumlah produksi rumah tangga sebanyak 3.316 ton, tahun 2008 luas lahan kolam bertambah menjadi 481 ha dengan jumlah produksi rumah tangga bertambah sebanyak 4.109 ton, tahun 2009 luas lahan kembali seluas 627 ha dengan jumlah produksi rumah tangga sebanyak 4.181 ton dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas kolam ikan yang digunakan untuk perikanan seluas 627 ha, dengan jumlah rumah tangga produksi sebanyak 2,268 ton. Sedangkan untuk keramba seluruhnya yang digunakan untuk usaha perikanan pada tahun 2009 ada sebanyak 90 unit dengan jumlah produksi rumah
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

26

tangga sebanyak 2,16 ton dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak keramba 90 unit dengan jumlah produksi rumah tangga sebanyak 1,20 ton. Untuk perikanan perairan umum yang ada di rawa, danau dll. Mengalami fluktuasi naik turun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, pada tahun 2006 dihasilkan sebanyak 1.154,39 ton, tahun 2007 dengan produksi 663,80 ton atau turun sebanyak 490,59 ton (42,50 persen), tahun 2008 menjadi 678,88 ton jika dibandingkan tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu sebanyak 15,08 ton (2,27 persen), tahun 2009 menjadi 695,54 ton jika dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan sebanyak 16,66 ton (2,45 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 produksi yang dihasilkan dari perikanan perairan umum yaitu sebanyak 356,20 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah produksi sebanyak 339,34 ton (48,79 persen).

Tabel 3.6. Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Perikanan Di Kabupaten Banyumas


No. Nama Komoditas Wilayah Kecamatan Lumbir, Wangon, Jatilawang, Tambak, Somagede, Kalibagor, Banyumas, Purwojati, AJibarang, Gumelar, Cilongok, Baturaden dan Pekuncen Cilongok dan Kedungbanteng Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo, Tambak, Somagede, Kalibagor,Banyumas, Purwojati, AJibarang, Gumelar, Cilongok, Pekuncen dan Baturaden Lumbir, Wangon, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Banyumas, Patikraja, Purwojati, Ajibarang, Pekuncen, Gumelar, Baturaden, Kembaran, Sumbang dan Sokaraja Lumbir, Rawalo, Tambak Kalibagor, Gumelar dan Sokaraja Lumbir,Wangon, Jatilawang, Rawalo, Tambak, Somagede, Kalibagor, Banyumas, Purwojati, AJibarang, Pekuncen, Gumelar, Cilongok dan Baturaden

1. Tawes 2. Gurami 3. Karper 4. Nilam 5. Bawal 6. Nilam/Mujair

Permasalahan yang masih dihadapi pada sektor perikanan antara lain disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana,masih kurangnya modal dan perlunya penyuluhan, untuk peningkatan mutu pengolahan dan belum dimilikinya sistem dan prosedur pelaksanan kegiatan perikanan yang efektif dan efisien dan kurangnya benih bersertifikat.Selain itu juga rendahnya teknik pengolahan produk perikanan, masih adanya gangguan penyakit ikan, rendahnya tingkat konsumsi masyarakat akan hasil ikan dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumberdaya hayati perairan umum.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

27

4.

Sektor Peternakan Subsektor pertanian yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Banyumas, sedangkan populasi peternakan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) yaitu ternak besar diantaranya Sapi Potong, Sapi Perah, Kuda dan Kerbau, ternak kecil diantaranya Kambing, Domba dan Babi, ternak unggas diantaranya, Ayam Buras, Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging dan Itik. Untuk ternak Sapi Potong berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 ternak sapi potong jumlah populasi ada sebanyak 18.360 ekor, tahun 2007 ada sebanyak 1.509 ekor terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2006 sebanyak 3.049 ekor (16,61 persen), tahun 2008 sebanyak 17.233 ekor terjadi kenaikan jika dibandingkan tahun 2007 sebanyak 1.922 ekor (12,55 persen), tahun 2009 sebanyak 17,579 ekor jika dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan sebanyak 346 ekor (2,01 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebankay 17.755 ekor jika dibandingkan tahun 2009 maka terjadi peningkatan populasi sebanyak 176 ekor (1 persen). Untuk jumlah pemotongan sapi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami fluktuasi naik turun, tahun 2006 jumlah sapi yang dipotong sebanyak 13.272 ekor, tahun 2007 ada sebanyak 13.470 ekor jika dibandingkan tahun 2006 terjadi penurunan pemotongan sapi sebanyak 198 ekor (1,49 persen), tahun 2008 sebanyak 14.027 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi peningkatan sebanyak 557 ekor (4,14 persen), tahun 2009 ada sebanyak 10.696 ekor jika dibandingkan tahun 2008 turun sebanyak 3.331 ekor (23,75 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 6.107 ekor turun jika dibandingkan tahun 2009 sebanyak 4.589 ekor (42,907 persen). Sedangkan rata-rata kepemilikan sapi oleh peternak sejak tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 yaitu sebanyak 2 ekor sapi. Untuk usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Banyumas adalah jenis Sapi PO, Brahman Cross (BC), Simental Cross, Fries Holstein (FH) serta jenis unggul lainnya. Penggemukan sapi ini diusahakan menyebar di perdesaan di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas teutama di Kecamatan Banyumas,

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

28

Somagede dan Kemranjen. Sebagai daerah pertanian, di wilayah tersebut tersedia sisa hasil pertanian seperti jerami padi, dedak, ubi dan jagung serta kacang-kacangan yang cukup melimpah. Jenis pakan tersebut sangat baik untuk ternak sapi, disamping itu juga banyak terdapat limbah pembuatan tahu berupa ampas tahu sebagai pakan tambahan yang mudah didapat dan relative murah sehingga menambah keuntungan. Untuk Sapi Perah, jumlah populasinya pada tahun 2006 sebanyak 1.637 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 1.509 terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2006 yaitu sebanyak 128 ekor (7,82 persen), tahun 2008 ada sebanyak 1.104 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan jumnlah populasi sebanyak 405 ekor (26,84 persen), tahun 2009 ada sebanyak 1.115 ekor jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penambahan kembali sebanyak 11 ekor (1 persen), sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak jumlah sapi perah 1.121 ekor jika dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penambahan kembali populasi sapi perah sebanyak 6 ekor (0,54 persen). Sedangkan produksi susu yang dihasilkan dari sapi perah tersebut per tahunnya mengalami fluktuasi naik, pada tahun 2006 produksi susu dari sapi perah dihasilkan sebanyak 1.522.946 liter, pada tahun 2007 dengan produksi sebanyak 3.023.148 liter jika dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan produksi susu sapi yang dihasilkan sebanyak 1.500.202 liter (98,51 persen), tahun 2008 produksinya sebanyak 1.981.496 maka jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan produksi susu sebanyak 1.041.652 liter (34,46 persen), pada tahun 2009 produksi susu yang dihasilkan dari sapi perah sebanyak 2.001.239 liter jika dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan jumlah produksi sebanyak 19.743 liter (1 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 produksi yang dihasilkan dari sapi perah sebanyak 10.006 liter (0,5 persen). Rata-rata kepemilikan Sapi Perah oleh peternak sebanyak 5 ekor sapi, sedangkan rata-rata produktivitas perekor per hari rata-rata sebanyak 7 liter. Penyebaran populasi ternak sapi perah terdapat di 12 kelompok dalam 5 (lima) wilayah kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas. Sampai saat ini hasil susu sapi dari peternak disalurkan ke Koperasi PESAT, sehingga terserap seluruhnya oleh pasar, sedangkan untuk pasar lokal dijual yaitu di wilayah Kabupaten Banyumas, Kabupatenm Tegal, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Cilacap dan sekitarnya, maupun yang dijual di IPS Sari Husada Yogyakarta dan PT. Ultra Jaya Bandung.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

29

Untuk ternak kecil yang terdiri dari ternak kambing, domba dan babi berdasarkan laporan Dinakkan Kabupaten Banyumas sebagai berikut. Jumlah populasi Kambing yang ada pada tahun 2006 sebanyak 257.835 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 182.703 ekor jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan jumlah populasi Kambing sebanyak 75.132 ekor (29,14 persen), tahun 2008 ada sebanyak 192.952 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penambahan jumlah populasi Kambing sebanyak 10.249 ekor (5,61 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 196.811 ekor maka jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi penambahan kembali jumlah populasi Kambing sebanyak 3.859 ekor (2 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 199.763 ekor kambing maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah populasi Kambing sebanyak 19.743 ekor ( 1 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Kambing ini hampir merata ada di 27 kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas, terbanyak ada di Kec. Kebasen, Kec. Banyumas, Kec. Gumelar, Kec. Somagede dan Kec. Kalibagor. Jumlah populasi Domba yang ada pada tahun 2006 sebanyak 23.682 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 16.664 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah populasi Domba sebanyak 7.018 ekor (29,63 persen), tahun 2008 ada sebanyak 19.513 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penambahan jumlah populasi Doma ambing sebanyak 2.849 ekor (17,10 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 23.70 ekor populasi Domba maka jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi penambahan kembali jumlah populasi Domba sebanyak 3.757 ekor (19,25 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 23.735 ekor Domba maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Domba sebanyak 465 ekor ( 2,5 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Domba terbanyak ada di Kec. Lumbir, Rawalo, Kec. Wangon dan Kec.Klibagor. Sedangkan jumlah populasi ternak Babi yang ada pada tahun 2006 sebanyak 3.110 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 5.163 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah populasi Babi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

30

sebanyak 2.053 ekor (66,01 persen), tahun 2008 ada sebanyak 7.668 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penambahan jumlah populasi Babi sebanyak 2.505 ekor (48,52 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 7.745 ekor populasi Babi maka jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi penambahan kembali jumlah populasi Babi sebanyak 77 ekor (1 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 7.939 ekor Babi aka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Babi sebanyak 194 ekor (2,5 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Babi ada di 4 kecamatan yaitu Kec. Baturaden, Kec. Sokaraja, Kec. Purwokerto Timur dan Kec. Cilongok. Untuk ternak lainnya lainnya yang terdiri dari ternak Kerbau, Kuda, Kelinci berdasarkan laporan Dinakkan Kabupaten Banyumas sebagai berikut. Jumlah populasi Kerbau yang ada pada tahun 2006 ada sebanyak 3.110 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 3.1350 ekor jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan jumlah populasi Kerbau sebanyak 96 ekor (1,48 persen), tahun 2008 ada sebanyak 3.206 ekor jika dibandingkan jumlah tahun 2007 terjadi Kerbau penambahan populasi

sebanyak 50 ekor (1,58 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 3.237 ekor maka jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi penambahan kembali jumlah populasi Kerbau sebanyak 31 ekor (0,77 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 3.253 ekor kambing maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah populasi Kerbau sebanyak 16 ekor ( 0,49 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Kerbau ini hampir merata ada di 27 kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas, terbanyak ada di Kecamatan Lumbir, Kec. Sumbang, Kec. Cilongok dan Kec. Karanglewas. Jumlah populasi Kuda yang ada pada tahun 2006 sebanyak 276 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 266 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah populasi Kuda sebanyak 10 ekor (3,62 persen), tahun 2008 ada sebanyak 359 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

31

penambahan jumlah populasi Kuda sebanyak 93 ekor (34,46 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 193 ekor populasi Kuda maka jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah populasi Kuda sebanyak 166 ekor (46,24 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 167 ekor Kuda maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi penurunan kembali jumlah populasi Kuda sebanyak 26 ekor (13,47 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Kuda terbanyak ada di Kec. Karanglewas, Kec. Tambak, Kec. Purwokerto Barat, Kec. Purwokerto Utara dan Kec. Kemranjen. Sedangkan jumlah populasi ternak Kelinci yang ada pada tahun 2006 sebanyak 8.069 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah populasi Kelinci sebanyak 2.452 ekor (30,39 persen), tahun 2008 ada sebanyak 5.763 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penambahan jumlah populasi Kelinci sebanyak 146 ekor (2,60 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 7.118 ekor populasi Kelinci maka jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi penambahan kembali jumlah populasi Kelinci sebanyak 1.355 ekor (23,51persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 7.171 ekor Kelinci maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Kelinci sebanyak 53 ekor (0,74 persen). Penyebaran populasi ternak Kelinci terbanyak ada di Kec. Pekuncen, Kec. Lumbir, Kec. Kembaran, Kec. Cilongok dan Kec. Kebasen. Sedangkan untuk Unggas yang terdiri dari Ayam Buras, Ayam Ras/Petelur, Ayam Pedaging dan Itik, yang dilaporkan oleh Dinakkan Kabupaten Banyumas dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut. Jumlah populasi Ayam Buras yang ada pada tahun 2006 ada sebanyak 1.176.860 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 1.169.210 ekor jika dibanding-kan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan jumlah populasi Ayam Buras sebanyak 7.650 ekor (0,65 persen), tahun 2008 ada sebanyak 1.016.614 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan jumlah populasi sebanyak 152.596 (13,05 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 1.063.209 ekor maka jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penambahan jumlah populasi Ayam Buras sebanyak 46.595 ekor (4,58 persen) dan sampai dengan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

5.617 ekor, jika

32

bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.084.298 ekor Ayam Buras maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah populasi Ayam Buras sebanyak 21.087 ekor ( 1,98 persen). Penyebaran populasi untuk ternak Ayam Buras ini hampir merata ada di 27 kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas, terbanyak ada di Kec. Kebasen, Kec. Sumbang, Kec. Ajibarang dan dan Kec. Somagede. Jumlah populasi ternak Ayam Ras/Petelur dari tahun 2006 sampai

dengan bulan Juni 2010 mengalami peningkatan terus menerus jumlah populasinya, pada tahun 2006 sebanyak 667.650 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 684.114 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah populasi Ayam Ras/Petelur sebanyak 16.469 ekor (0,65 persen), tahun 2008 ada sebanyak 1.261.050 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penambahan jumlah populasi Ayam Ras/Petelur sebanyak 576.936 ekor (84,33 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 1.324.103 ekor populasi Ayam Ras/Petelur jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah populasi Ayam Ras/Petelur sebanyak 63.053 ekor (5 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.357.206 ekor Ayam Ras/Petelur maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Ayam Ras/Petelur sebanyak 33.103 ekor (2,5 persen). Sedangkan jumlah telur yang dihasilkan dari Ayam Ras/Petelur ini dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 juga mengalami peningkatan secara terus menerus. Tahun 2006 produksi telur yang dihasilkannya mencapai 4.039 ton, tahun 2007 produksi telur mencapai 5.444 ton jika dibandingkan tahun 2006 maka terjadi peningkatan jumlah produksi telur dari Ayam Buras/Petelur ini sebanyak 1.405 ton (34,79 persen), tahun 2008 produksi telur mencapai 9.584 ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah produksi telur sebanyak 4.140 ton, pada tahun 2009 produksi telur sebanyak 10.063 ton jikan dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan kembali jumlah produksi telur sebanyak 479 ton (5 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah produksi telur yang dihasilkan dari Ayam Ras/Petelur ini mencapai 10.315 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah produksi telur yang dihasilkan sebanyak 252 ton (2,5 persen). Jumlah peternak Ayam Ras/Petelur ini sebanyak 18 sampai dengan 94 peternak dengan rata-rata kepemilikan per peternak sebanyak 13.415 ekor/kk sampai dengan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

33

38.006 ekor/kk. Penyebaran populasi untuk Ayam Ras/Petelur terbanyak ada di Kec. Kembaran, Kec. Baturraden. Sedangkan jumlah populasi untuk Ayam Pedaging yang ada pada tahun 2006 sebanyak 3.943.868 ekor, pada tahun 2007 ada sebanyak 3.113.694 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah populasi Ayam Pedaging sebanyak 930.174 ekor (21,05 persen), tahun 2008 ada sebanyak 5.013.790 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah populasi Ayam Pedaging sebanyak 1.900.096 ekor (61,02 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 5.478.193 ekor populasi Ayam Pedaging maka jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi penambahan kembali jumlah populasi Ayam Pedaging sebanyak 464.403 ekor (9,26 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 5.615.148 ekor Ayam Pedaging maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Ayam Pedaging sebanyak 136.955 ekor (2,50 persen). Sedangkan jumlah produksi daging yang dihasilkan dari Ayam Pedaging ini dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 juga mengalami peningkatan. Tahun 2006 produksi daging yang dihasilkannya mencapai 6.331 ton, tahun 2007 produksi daging mencapai 5.368 ton jika dibandingkan tahun 2006 terjadi penurunan jumlah produksi daging dari Ayam Pedaging ini sebanyak 963 ton (15,21 persen), tahun 2008 produksi daging mencapai 6.070 ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah produksi daging sebanyak 702 ton, pada tahun 2009 produksi daging sebanyak 6.608 ton jikan dibandingkan tahun 2008 terjadi kenaikan kembali jumlah produksi daging sebanyak 538 ton (8,86 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah produksi telur yang dihasilkan dari Ayam Pedaging ini mencapai 6.774 ton maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah produksi daging yang dihasilkan sebanyak 166 ton (2,51 persen). Jumlah peternak Ayam Pedaging ini sebanyak 60 sampai dengan 433 peternak dengan rata-rata kepemilikan per peternak sebanyak 11.579 ekor/kk sampai dengan 65.731 ekor/kk. Penyebaran populasi untuk Ayam Pedaging terbanyak ada di Kec. Pekuncen, Kec. Kedungbanteng, Kec. Sumbang, Kec. Kemranjen dan Kec. Tambak.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

Sumbang, Kec. Cilongok, Kec. Pekuncen dan Kec.

34

Jumlah populasi untuk Itik yang ada pada tahun 2006 sebanyak 130.500 ekor, tahun 2007 ada sebanyak 113.872 ekor, jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah populasi Itik sebanyak 16.628 ekor (12,74 persen), tahun 2008 ada sebanyak 139.607 ekor jika dibandingkan tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah populasi Itik sebanyak 25.735 ekor (22,60 persen), untuk tahun 2009 ada sebanyak 141.701 ekor populasi Itik maka jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi penambahan kembali jumlah populasi Itik sebanyak 2.094 ekor (1,5 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 143.118 ekor Itik maka jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan kembali jumlah populasi Itik sebanyak 1.417 ekor (1 persen). Jumlah peternak Itik ini sebanyak 11.270 peternak sampai dengan 21.750 peternak dengan rata-rata kepemilikan per peternak sebanyak 6 ekor/peternak sampai dengan 13 ekor/peternak. Penyebaran populasi untuk Itik terbanyak ada di Kec. Tambak, Kec. Kemranjen, Kec. Sumpiuh, Kec. Sumbang Kemranjen dan Kec. Ajibarang. Industri peternakan seperti perusahaan pembibitan ayam ada 1 buah, perusahaan penggemukan sapi potong ada 1 buah, untuk jumlah koperasi yang bergerak di usaha peternakan ada 1 buah dan rumah pemotongan hewan ada 9 buah yaitu RPH Wangon, RPH Sumpiuh, RPH Banyumas, RPH Ajibarang, RPH Ajibarang, RPH Cilongok, RPH Sokaraja, RPH Kembaran, RPH Purwokerto Timur, RPH Purwokerto Barat. 5. Sektor Perkebunan Pembangunan bidang perkebunan merupakan usaha yang penting untuk menunjang kegiatan perekonomian, dari berbagai jenis komoditi tanaman perkebunan seperti, kelapa deres, jahe dan cengkeh merupakan komoditi yang cukup berpotensi di Kabupaten Banyumas sampai saat ini, berdasarkan laporan dari Dinpertanbunhut Kabupaten Banyumas, jenis tanaman perkebunan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas, sebagai berikut : a. Karet Luas areal perkebunan Karet yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami peningkatan secara terus menerus begitu pula dengan produksi Getah Karet yang dihasilkannya mengalami peningkatan produksi secara terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal Karet mencapai 115,65 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 130,26 Ha jika SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 35

dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 terjadi peningkatan luas areal perkebunan Karet seluas 14,61 Ha (12,63 persen), pada tahun 2008 luas areal mencapai 144,03 Ha jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan areal seluas 13,77 Ha (10,57 persen), pada tahun 2009 luas areal mencapai 209,88 Ha jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan luas areal tanaman karet seluas 65,85 Ha (45,72 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal tanaman karet mencapai 422,97 Ha maka jika dibandingkan luas areal pada tahun 2009 terjadia peningkatan kembali luas areal tanaman karet seluas 213,09 Ha (101,53 persen). Untuk produksi Getah Karet yang dihasilkan dari tanaman karet pada tahun 2006 sebanyak 5,58 ton, tahun 2007 produksinya mencapai 5,81 ton jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan produksi sebanyak 0,23 ton (4,12 persen), pada tahun 2008 produksinya mencapai 5,90 ton jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan produksi sebanyak 0,09 ton (1,55 persen), pada tahun 2009 produksi yang dihasilkan mencapai 6 ton jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan produksi Getah Karet sebanyak 0,10 ton (1,69 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 produksi Getah Karet yang dihasilkannya mencapai 3,30 ton maka jika dibandingkan luas areal pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah produksi Getah Karet yang diproduksinya sebanyak 2,70 ton (45 persen). Tanaman Karet ini ada di wilayah Kroempoet Banyumas. b. Teh Luas areal perkebunan Teh yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun begitu pula dengan produksi dari daun Teh yang dihasilkannya mengalami penurunan produksi secara terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal Teh seluas 54,65 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 52,68 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 terjadi penurunan luas areal perkebunan Teh seluas 1,99 Ha (3,64 persen), pada tahun 2008 luas areal mencapai 48,39 Ha jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penurunan kembali luas areal tanaman Teh seluas 4,27 Ha (8,11 persen), pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal mencapai 44,39 Ha jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi penurunan luas areal tanaman Teh seluas 4,27 Ha (8,11 persen). Untuk produksi Dauh Teh yang dihasilkan dari tanaman Teh pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

36

tahun 2006 sebanyak 27,08 ton, tahun 2007 produksinya mencapai 16,06 ton jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan produksi sebanyak 11,03 ton (40,73 persen), pada tahun 2008 produksinya mencapai 17,48 ton jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan produksi sebanyak 1,41 ton (8,79 persen), pada tahun 2009 produksi yang dihasilkan mencapai 14,39 ton jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi penurunan produksi Daun Teh yang dihasilkan sebanyak 3,07 ton (17,58 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 produksi Daun Teh yang dihasilkannya mencapai 7,20 ton jika dibandingkan luas areal pada tahun 2009 terjadi penurunan kembali jumlah produksi Daun Teh yang diproduksinya sebanyak 7,19 ton (49,97 persen), jumlah produksi dari Daun Teh yang dihasilkannya sangat dipengaruhi dari luas areal yang semakin berkurang sehingga berdampak terhadap jumlah produksi Daun Teh yang dihasilkannya. Wilayah pengembangan komoditas basis perkebunan untuk tanaman Teh ada di wilayah Kec. Pekuncen, Kec. Baturaden dan Kec. Sumbang. c. Kopi Kopi yang ada di Kabupaten Banyumas yaitu jenis Kopi Robusta dan Kopi Arabika, luas areal perkebunan Kopi Robusta pada tahun 2006 seluas 475,11 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 75,14 ton pada tahun 2007 luas areal menjadi 480,37 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 83,51 ton, pada tahun 2008 luas areal tetap yaitu 480,37 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 84,69 ton, pada tahun 2009 luas areal menjadi 495,12 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 77,09 ton dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal tanaman Kopi Robusta seluas 495,12 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 4,88 ton. Sedangkan untuk jenis tanaman Kopi Arabika pada tahun 2006 luas areal 24,62 Ha jumlah dengan produksi sebanyak 5,57 ton, pada tahun 2007 luas menjadi 21,77 Ha dengan jumlah produksi kopi sebanyak 3,19 ton, pada tahun 2008 luas areal tanaman seluas 18,77 Ha dengan produksi yang dihasilkan sebanyak 4,50 ton, pada tahun 2009 luas areal menjadi 16,38 Ha jumlah produksi 4,11 ton, pada tahun 2010
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

37

luas areal tanaman tetap yaitu 16,38 Ha dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah produksi baru mencapai 0,03 ton. Wilayah pengembangan komoditas andalan perkebunan untuk tanaman kopi robusta di Kabupaten Banyumas yaitu di wilayah Kec. Tambak, Kec. Somagede, Kec. Kalibagor, Kec. Ajibarang, Kec. Gumelar, Kec. Pekuncen, Kec. Baturaden, Kec. Sumbang dan Kec. Kembaran. d. Tembakau Untuk tanaman Tembakau luas areal perkebunan Tembakau yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami peningkatan terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Tembakau seluas 39,45 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 61,25 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan luas areal perkebunan Tembakau seluas 21,80 Ha (55,26 persen), pada tahun 2008 luas areal menjadi 63,45 Ha jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan kembali luas areal tanaman Tembakau seluas 2,20 Ha (3,59 persen), pada tahun 2009 luas areal menjadi 62,40 Ha jika jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi penurunan luas areal tanaman Tembakau seluas 1,05 Ha (1,65 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal tanaman Tembakau baru mencapai 5 Ha. Untuk junlah produksi yang dilaporkan pada tahun 2006 mencapai 3 ton, pada tahun 2007 produksinya mencapai 33,18 ton dan pada tahun 2008 produksi dari Daun Tembakau yang dihasilkan sebanyak 39 ton. Adapun wilayah pengembangan komoditas andalan perkebunan untuk tanaman tembakau yaitu di Kec. Wangon, Kec. Rawalo, Kec. Kebasen, Kec. Jatilawang dan Kec. Purwojati. e. Kakao Untuk tanaman Kakao luas areal perkebunan Kakao yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Kakao seluas 8,03 Ha, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 luas areal mencapai 8 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan luas areal perkebunan Kakao seluas 0,03 Ha (0,37 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal perkebunana Kakao menjadi 20,85 Ha dimana terjadi peningkatan luas areal perkebunan jika dibandingkan pada tahun 2007 yaitu
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

38

seluas 12,85 Ha (160,3 persen). Sedangkan untuk jumlah produksi yang dilaporkan oleh Dinpertanbunhut pada tahun 2006 mencapai 0,72 ton, pada tahun 2007 produksinya mencapai 0,60 ton jika dibandingkan produksi pada tahun 2006 maka terjadi penurunan jumlah produksi Kakao sebanyak 0,12 ton (16,67 persen) dan pada tahun 2008 sampai dengan bulan Juni 2010 berturut-turut produksi yang dihasilka dari perkebunan Kakao sebanyak 0,70 ton jika dibandingkan produksi pada tahun 2007 maka produksinya mengalami peningkatan sebanyak 0,10 ton (16,67 persen), wilayah pengembangan perkebunan Kakao ada di Kec. Ajibarang, Kec. Gumelar dan Kec. Pekuncen. f. Lada Untuk tanaman Lada luas areal perkebunan Lada yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami penurunan terus menerus. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Lada seluas 163,72 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 148,42 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 maka terjadi penurunan luas areal perkebunan Lada seluas 15,30 Ha (9,35 persen), pada tahun 2008 luas areal menjadi 102,63 Ha jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penurunan kembali luas areal tanaman Lada seluas 45,79 Ha (30,85 persen), pada tahun 2009 luas areal menjadi 97,59 Ha jika jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi penurunan luas areal tanaman Tembakau seluas 5,04 Ha (5,04 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal tanaman Lada tidak mengalami perubahan yaitu mencapai 97,59 Ha. Untuk jumlah produksi Lada yang dilaporkan pada tahun 2006 mencapai 63,98 ton, pada tahun 2007 produksinya mencapai 36,57 jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan jumlah produksi Lada sebanyak 27,41 ton (42,84 persen), tahun 2008 jumlah produksi sebanyak 29,18 jika dibandingkan produksi tahun 2007 terjadi penurunan produksi sebanyak 7,39 ton (20,21 persen), pada tahun 2009 produksi dari Lada sebanyak 26,53 ton jika dibandingkan produksi pada tahun 2008 maka terjadi penurunan kembali jumlah produksi sebanyak 2,65 ton (9,08 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 produksi Lada baru mencapai 0,55 ton. Wilayah pengembangan komoditas andalan perkebuan untuk tanaman Lada ada di wilayah SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 39

Kec.

Lumbir,

Kec.

Jatilawang,

Kee.

Sumpiuh,

Kec.

Somagede,

Kec. Gumelar dan Kec. Karanglewas. g. Vanili Luas areal perkebunan Vanili yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik turun begitu pula dengan produksi dari Vanili yang dihasilkannya mengalami fluktuasi naik turun. Pada tahun 2006 luas areal Vanili yang ada seluas 27,58 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 19,84 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 terjadi penurunan luas areal perkebunan Vanili seluas 7,74 Ha (28,06 persen), pada tahun 2008 luas areal mencapai 8,79 Ha jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penurunan kembali luas areal tanaman Vanili seluas 11,05 Ha (55,70 persen), pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal mencapai 10,39 Ha jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan luas areal tanaman Vanili seluas 1,60 Ha (18,20 persen). Untuk produksi Vanili yang dihasilkan pada tahun 2006 sebanyak 8,15 ton, tahun 2007 produksinya mencapai 2,46 ton jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan produksi sebanyak 5,69 ton (69,82 persen), pada tahun 2008 produksinya mencapai 0,04 ton jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penurunan produksi sebanyak 2,42 ton (98,37 persen), pada tahun 2009 produksi yang dihasilkan mencapai 1,43 ton jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan produksi Vanili yang dihasilkan sebanyak 1,39 ton (3.475 persen). h. Tebu Luas areal perkebunan Tebu yang ada dari tahun tahun 2007 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun. Pada tahun 2007 luas areal perkebunan Tebu seluas 21 Ha, pada tahun 2008 luas areal mencapai 76 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan luas areal perkebunan Tebu seluas 55 Ha (261,90 persen), pada tahun 2009 luas areal menjadi 32,76 Ha jika dibandingkan tahun
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

40

2008 terjadi penurunan luas areal tanaman Tebu seluas 43,24 Ha (56,89 persen) dan pada tahun 2010 luas areal menjadi 31,71 Ha jika jika dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penurunan kembali luas areal tanaman Tebu seluas 1,05 Ha (3,21 persen). Untuk jumlah produksi Tebu yang dilaporkan pada tahun 2007 mencapai 67,09 ton, tahun 2008 produksinya mencapai 295,40 ton dan pada tahun 2009 produksinya mencapai 135,70 ton. i. Kelapa Jenis tanaman kelapa ada dua jenis yaitu Kelapa Dalam dan Kelapa Deres. Luas areal perkebunan yang ditanami Kelapa Dalam maupun Kelapa Deres dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami perkembangan fluktuasi naik dan turun begitu pula dengan jumlah produksi yang dihasilkan baik Kelapa Dalam maupun Kelapa Deres juga mengalami fluktuasi naik dan turun. Pada tahun 2006 luas areal perkebunan Kelapa Dalam seluas 13.616,82 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 10.182,81 ton, pada tahun 2007 luas areal mencapai 13.296,46 Ha dengan jumlah produksi sebanyak 9.911,42 ton, pada tahun 2008 luas areal mencapai 12.619,10 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 12.597,70 dan pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal perekebunan Kelapa Dalam yang dilaporkan Dinpertanbunhut Kabupaten Banyumas mencapai 12.736,05 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkannya pada tahun 2009 mencapai 12.206,42 ton dan sampai dengan bulan Juni 2010 produksinya baru mencapaui 6.750 ton. Untuk perkebunan Kelapa Deres luas areal pada tahun 2006 mencapai 4.599,56 Ha dengan jumlah produksi mencapai 45.507,89 ton, pada tahun 2007 luas areal seluas 5.193,22 Ha dengan jumnlah produksi sebanyak 49.608,53 ton, pada tahun 2008 luas areal yang ada mencapai 5.156,43 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan mencapai 51.341,20 ton, pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal yang dilaporkan oleh Dinpertanbunhut Kabupaten Banyumas seluas 5.156,43 Ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan dari tanaman Kelapa Deres ini pada SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 41

tahun 2009 mencapai 51.400 ton dan pada tahun 2010 jumnlah produksi yang dihasilkannya mencapai 25.700 ton. Wilayah pengembangan komoditas andalan perkebunan Kelapa di Kabupaten Banyumas untuk Kelapa Dalam ada di wilayah Kec. Jatilawang, Kec. Kemranjen, Kec. Kembaran, Kec. Kalibagor, Kec. Kedungbanteng, Kec. Baturaden, Kec. Sumbang dan Kec. Sokaraja sedangkan untuk Kelapa Deres ada di wilayah Kec. Cilongok, Kec.Wangon, Kec. Kebasen, Kec. Sumpiuh, Kec. Somagede, Kec. Banyumas, Kec. Purwojati, Kec. Patikraja, Kec. Ajibarang, Kec. Pekuncen dan Kec. Karanglewas. j. Cengkeh Luas areal perkebunan Cengkeh yang ada dari tahun tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun begitu pula dengan jumlah produksi dari tanaman Cengkeh tersebut juga mengalami fluktuasi naik dan turun. Pada tahun 2006 luas areal Cengkeh mencapai 2.400,90 Ha, pada tahun 2007 luas areal mencapai 1.792,57 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2006 terjadi penurunan luas areal perkebunan Cengkeh seluas 608,33 Ha (25,34 persen), pada tahun 2008 luas areal mencapai 1.370,86 Ha jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penurunan luas areal perkebunan Cengkeh seluas 421,71 Ha (23,53 persen), pada tahun 2009 luas areal mencapai 1.729,09 Ha jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi peningkatan luas areal tanaman Cengkeh seluas 421,23 Ha (30,73 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 luas areal tanaman Cengkeh mencapai 422,97 Ha. Untuk jumlah produksi Cengkeh yang dihasilkan pada tahun 2007 sebanyak 230,15 ton, tahun 2008 produksinya mencapai 102,32 ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi penurunan produksi sebanyak 127,83 ton (55,54 persen), pada tahun 2009 produksinya mencapai 109,41 ton jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi peningkatan produksi sebanyak 7,09 ton (6,93 persen). Wilayah pengembangan komoditas andalan perkebunan Cengkeh ada wilayah Kec. Kedungbanteng, Kec. Sumpiuh, Kec. Tambak dan Kec. Somagede. k. Pala Luas areal perkebunan Pala yang ada dari tahun tahun 2007 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun begitu pula dengan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

42

produksi dari buah Pala yang di hasilkannya mengalami perkembangan fluktuasi naik dan turun, pada tahun 2007 luas areal perkebunan Pala mencapai 132,06 Ha, tahun 2008 luas areal perkebunan mencapai 134,34 Ha jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2007 terjadi peningkatan luas areal perkebunan Pala seluas 2,28 Ha (1,73 persen), pada tahun 2009 luas areal mencapai 130,30 Ha jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penurunan luas areal seluas 4,04 Ha (3,01 persen). Untuk jumlah produksi Pala yang dihasilkan pada tahun 2007 sebanyak 9,16 ton, tahun 2008 produksinya mencapai 8,74 ton jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi penurunan produksi sebanyak 0,42 ton (4,59 persen), pada tahun 2009 produksinya mencapai 9,71 ton jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi peningkatan produksi sebanyak 0,97 ton (11,10 persen). Tabel 3.7. Wilayah Pengembangan Komoditas Andalan Perkebunan di Kabupaten Banyumas
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Nama Komoditas Kelapa Dalam Kelapa Deres Cengkeh Kopi Robusta Lada Kencur Jahe Gajah Niam Kapulaga Kunir Laos Tembakau Temu Lawak Wilayah Kecamatan Jatilawang, Kemranjen, Kembaran, Kalibagor, Kedungbanteng, Baturaden, Sumbang dan Sokaraja Cilongok, Wangon, Kebasen, Sumpiuh, Somagede, Banyumas, Purwojati, Patikraja, Ajibarang, Pekuncen dan Karanglewas Sumpiuh, Tambak dan Somagede Tambak, Somagede, Kalibagor, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Baturaden, Sumbang dan Kembaran Lumbir, Jatilawang, Sumpiuh, Somagede, Gumelar dan Karanglewas Somagde dan Purwojati Somagede Pekuncen Kemranjen dan Sumpiuh Purwojati Rawalo Purwojati dan Kebasen Rawalo

Kelembagaan teknologi tepat guna berdasarkan laporan dari Bapermas PKB Kabupaten Banyumas, jumlah pos pelayanan teknologi pedesaan ada sebanyak 27 buah yang tersebar di 27 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Banyumas. Sedangkan jumlah warung teknologi desa ada sebanyak 331 buah yang tersebar di desa-desa di 27 Kecamatan Kabupaten Banyumas. Untuk Kelompok sumber daya sosial seperti Karang Taruna ada 331 kelompok Karang Taruna berdasarkan laporan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

43

dari Bakesbangpolinmas Kabupaten Banyumas dan 147 kelompok usaha peternakan berdasarkan laporan dari Dinakkan Kabupaten Banyumas. B. Pertambangan dan Energi 1. Pertambangan Kabupaten Banyumas dilihat dari segi geologi merupakan daerah yang mempunyai berbagai Kabupaten Banyumas dilihat dari segi geologi merupakan daerah yang mempunyai berbagai macam bahan galian, terutama bahan galian Golongan C (BGGC). Batuan Beku dan Batuan Sediment tersebar merata di seluruh Wilayah Kabupaten Banyumas, sehingga sangat potensial untuk pengembangan jenis usaha penambangan bahan galian golongan C. Potensi bahan galian golongan C yang ada di Kabupaten Banyumas tersebut antara lain : a. Phospat, di Desa Darmakradenan Kec. Gumelar dengan cadangan 236.059 ton dan di Desa Sawangan Kec. Patikraja dengan cadangan 520.970 ton. Keguman Phospat yaitu untuk keperluan industri pupuk alam, pupuk buatan dan industri karet. b. Batu Gamping, di Desa Sawangan dan Desa Darmakradenan Kee. Gumelar dengan cadangan 442.181.173 ton. Kegunaan bahan baku kapur tohor, bahan baku klinker semen dan bahan baku industri bahan keramik, pembuatan warna kalsium, penghilang

dalam industri minyak, bahan pasta, sebagai flux dan bahan tahan api. c. Granodiorit, dengan cadangan

11.566.976 ton berada di Desa Baseh Kec. Kedungbanteng, kegunaan sebagai bahan bangunan (pondasi), ornamen lantai dan cindera mata. d. Batu Rai / Tempel (Andesit), dengan cadangan 775.186 berada di Kec. Pekuncen. Kegunaan sebagai bahan bangunan (pondasi rumah, gedung, jalan, jembatan, bending) dan ornament. e. Andesit Hornblende, dengan 201.388,14 ton
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

44

berada di Desa Melung Kec. Kedungbanteng. Kegunaan sebagai bahan bangunan (pondasi), ornament, rumah, keamik dan cindera mata. f. Diorit, dengan cadangan 3.950.000.000 ton berada di Kec. Purwojati dan Kec. Ajibarang. Kegunaan sebagai bahan bangunan seperti pondasi rumah, gedung, jalan, jembatan, dll. g. Kaolin, dengan cadangan 324.760 ton, berada di Kee. Gumelar dan 210.745 ton berada di Kec. Cilongok. Kegunaannya, yaitu sebagai bahan industri seperti industri keramik, karet, peptisida dan cat. h. Sirtu, dengan cadangan 5.846.340 ton, berada di sepanjang sungai Logawa, Tajum, Krukut, Banjaran. Kegunaan sebagai bahan bangunan. i. Trass, dengan cadangan 560 ton, berada di Kee. Kedungbanteng. Kegunaannya sebagm bahan adonan bata dan adukan konstruksi beton, campuran pembuatan batako dan bahan pembuatan semen puzzoland. j. Tanah Liat, dengan cadangan 45.487.328 ton, berada di Kec. Sokaraja, Ajibarang, Banyumas, Kembaran, Gumelar dan Lumbir. Kegunaan sebagai bahan industri keramik, gerabah, bata dan genteng. Disamping potensi akan Bahan Galian Golongan C, di Kabupaten Banyurnas ada beberapa wilayah yang mempunyai potensi kandungan Emas antara lain di Kec. Ajibarang seluas 4.202 Ha, Kec. Cilongok seluas 4,992 Ha, Kee. Banyumas seluas 4,948 Ha dan Kee. Somagede seluas 4,997 Ha. Diperkirakan potensi Emas yang ada di Kab. Banyumas mencapai 9,47 ton
(Sumber : Dinas Energi dan SDM Kab. Banyumas, Th. 2010).

Permasalahan pokok mengenai Pertambangan di Kabupaten Banyumas adalah, banyaknya kegiatan pertambangan belum yang tidak memperhatikan kegiatan keseimbangan lingkungan, optimalnya pengelolaan

pertambangan masyarakat dan belum tersedianya peta potensi pertambangan. 2. Energi Kemajuan pembangunan segala bidang di Kabupaten Banyumas, menuntut penyediaan kebutuhan listrik yang sangat besar. Empat tahun terakhir menunjukkan kebutuhan jaringan listrik bagi masyarakat Kabupaten Banyumas meningkat tajam dari tahun ke tahun. Tabel 3.8. Banyaknya Pelanggan Listrik PLN Tahun 2005 - 2008 No. 1. 2. Tahun 2006 2007 Jumlah RT
388.004 396.269

Jumlah Pelanggan
252.910 269.820

Ratio Elektrifikasi (%)


65,18 68,09

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

45

No. 3. 4.

Tahun 2008 2009

Jumlah RT
400.280 403.383

Jumlah Pelanggan
276.682 293.626

Ratio Elektrifikasi (%)


69,12 72,79

Sumber: Dinas ESDM Kab. Banyumas Tahun 2010.

Cakupan pelayanan listrik di Kabupaten Banyumas setiap tahunnya mengalami peningkatan secara terus menerus dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Pada akhir tahun 2006 jumlah pelanggan sebanyak 252.910 unit meningkat menjadi 293.626 unit pada tahun 2009. Sedangkan rasio elektrifikasi juga menunjukkan kondisi yang terus meningkat dari 65,18% pada tahun 2006 menjadi 72,79 % pada tahun 2009. Permasalahan umum yang muncul adalah masih terdapatnya wilayah yang belum terjangkau listrik dan masih terbatasnya sumber-sumber energi alternatif. Di Kabupaten Banyumas tersedia satu buah sumber energi listrik yang berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terletak di Desa Ketenger Kec. Baturaden. Masyarakat disamping memanfaatkan listrik yang berasal dari PLN juga ada sebagian yang menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Desel (PLTD) untuk digunakan sehari-hari antara lain untuk berjualan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL), maupun masyarakat pedesaan yang belum terjangkau listrik dari PLN. Sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat sebanyak 49 unit masyarakat yang menggunakan PLTD. Disamping itu bagi masyarakat pedesaan khusunya yang ada di pegunungan dan belum bisa terjangkau pelayanan listrik oleh PLN menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sarana pelayanan bahan bakar berupa SPBU di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari Dinas ESDM Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 berdiri 26 SPBU, tahun 2007 ada penambahan SPBU 1 buah sehingga menjadi 26 buah, pada tahun 2008 ada penambahan kembali 1 buah SPBU sehingga jumlah keseluruhan SPBU menjadi 28 buah SPBU, tahun 2009 dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah SPBU yang terdaftar di Dinas ESDM Kabupaten Banyumas sudah berjumlah 28 buah, dimana SPBU tersebut tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Banyumas.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

46

Untuk Depo Minyak Tanah / Pangkalan yang ada di Kab. Banymnas pada tahun 2009 hanya ada 11 buah dan pada sampai dengan bulan Juni 2010 berdiri Depo Minyak Tanah / Pangkalan sebanyak 100 buah. Sedangkan sarana pelayanan bahan bakar SPBE di Kabupaten Banyumas baru berdiri 2 buah, yaitu di wilayah Kec. Kalibagor dan Kec. Cilongok.

C.

Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan Pertanahan 1. Lingkungan Hidup Kondisi lingkungan hidup dalam waktu satu dasa warsa terakhir cenderung mengalami penurunan kualitas, hal ini ditandai dengan luasnya lahan kritis, meningkatnya pencemaran lingkungan dan berkurangnya hutan produktif serta terjadinya bencana alam. Tabel 3.6 berikut ini menunjukkan luas lahan kritis di wilayah Perum Perhutani Banyumas : Tabel 3.9. Luas Lahan Kritis Tahun 2006 - 2010
No.
1. 2. 3. 4. 5.

Tahun
2006 2007 2008 2009 2010

Luas Lahan Kritis (Ha)


17.000 17.000 17.775 17.775 17.775

Perubahan (%)
6,42 4,56 -

Sumber : DCKKTR Kabupaten Banyumas Tahun 2010.

Banyumas memiliki kawasan hutan yang terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah meliputi : a.

Kawasan Hutan Banyumas Timur yang dikelola oleh Perum Perhutani Banyumas Timur dengan luas
kawasan hutannya mencapai 18.059,50 Ha, terdiri dari hutan lindung seluas 9.082,20 Ha, hutan produksi seluas 8.977,30 Ha;

b.

Kawasan Hutan Banyumas Barat yang dikelola oleh Perum Perhutani Banyumas Barat dengan luas kawasan hutannya mencapai 8.235,80 Ha terdiri dari hutan lindung 79,30 Ha dan hutan produksi 8.156,50.

c.

Kawasan Hutan Kedu Selatan, yang meliputi wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

47

Berdasarkan fungsi hutan, di Banyumas mempunyai hutan lindung seluas 9.082,20 ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan 79,30 ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat. Sedangkan untuk Hutan Produksi seluas 8.977,30 ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan 8.156.50 ha di wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat.

Tabel 3.10. Luas Hutan Menurut Fungsinya di Wilayah Perum Perhutani Banyumas Timur dan di wilayah Perum Perhutani Banyumas Barat Tahun 2008
No. 1. 2. 3. 4. Fungsi Hutan Hutan Suaka Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Lainnya (LDTI) Jumlah Luas Hutan (Ha) Perum Perhutani Perum Perhutani Banyumas Timur Banyumas Barat 9.294,07 79,30 9.471,80 8.156,50 18.765,87 8.235,00

Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

Kawasan lindung di Kabupaten Banyumas, baik dalam konteks wilayah internal maupun regional, membentuk suatu kesatuan yang secara sinergis memberikan perlindungan dari daerah hulu hingga hilir tanpa dibatasi oleh batasan-batasan administratif Kriteria yang, dipergunakan untuk menentukan kawasan lindung ini didasarkan pada Keppres No. 32 Tahun 1990. Berdasarkan kriteria tersebut, maka kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten Banyumas adalah kawasan yang melindungi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan dungan setempat, kawasan suaka alam dan cagar budaya, serta kawasan rawan bencana. Berdasarkan identiflkasi potensi dan permasalahan kondisi fisik lahan kawasan yang disesuaikan dengan kriteria kawasan lindung yang telah dikemukakan sebelumnya (SK Mentan No. 698/Kpts/Um/8/1981 dan No. 837/Kpts/Um/1 1/1980), maka kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan hutan lindung di Kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut :

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

48

a.

Daerah kerucut Gunung Slamet, yaitu meliputi kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturaden, dan Kecamatan Sumbang.

b.

Kawasan hutan yang memanjang dari Kecamatan Rawalo sampai ke Kecamatan Tambak yang melewati Kecamatan Patikraja, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh dan Kecamatan Somagede.

c.

Kawasan hutan di bagian Barat Kabupaten Banyumas yang berada di wilayah Kecamatan Lumbir, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Wangon dan Kecamatan Purwojati. Kawasan rawan bencana gerakan tanah merupakan wilayah dengan

kondisi permukaan tanah mudah longsor/bergerak karena pada daerah tersebut terdapat zona tanah bergerak. Kawasan ini tertutup bagi permukiman, persawahan, kolam ikan, kegiatan pemotongan lereng, atau budidaya lain yang membahayakan keselamatan manusia dan lingkungan. Kegiatan pertanian tanaman tahunan masih dapat dilakukan. Di wilayah Kabupaten Banyumas kawasm rawan bencana gerakan tanah terdapat di beberapa wilayah, yaitu : Kecamatan Pekuncen, Gumelar, Lumbir, Wangon, Cilongok, Purwojati, Banyumas, Somagede, Kemranjen, Kebasen, Palwija, Kedungbanteng dan Rawalo. Disisi lain di wilayah Kabupaten Banyumas, kawasan perlindungan bahaya banjir terdapat pada bagian selatan Kabupaten Banyumas yang tercakup dalam wilayah Keamatan Sumpiuh, Kemranjen, Wangon, Jatilawang dan Tambak. Pada daerah rawan banjir ini pemerintah perlu mernbuat kebijakan yang tepat untuk melindungi daerah rawan bencana, seperti adanya pemantapan kawasan lindung di antaranya dengan langkah reboisasi jenis tanaman khusus (tanaman tahunan). Permasalahan yang mendasar dan perlu penangan serius untuk pengembangan linkungan hidup adalah masalah penurunan kualitas lingkungan hidup yang disebabkan pemaanfaatan sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan hidup dan lemahnya pengawasan dan koordinasi antar sektor dalam pemanfaatan sumberdaya alam. 2. Tata Ruang dan Pertanahan Sebagai gambaran saat ini, penggunaan lahan di Kabupaten Banyumas dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

49

a.

Penggunaan lahan Rural atau Pedesaan yang meliputi penggunaan tanah sawah, tegalan, kebun campur dan perkebunan, yang menyebar pada beberapa bagian di wilayah Kabupaten Banyumas.

b.

Penggunaan lahan Urban atau Pusat Keramaian yang meliputi penggunaan tanah perumahan, perekonomian, jusa, perdagangan, industri dan lain sebagainya, yang tersebar di bagian utara, tengah dan selatan wilayah Kabupaten Banyumas.

c.

Penggunaan lahan Enviromental Conservation atau konservasi lingkungan yang meliputi penggunaan lahan pada Daerah kerucut Gunung Slamet, yaitu meliputi keccamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Baturaden dan Kecamatan Sumbang. Kawasan hutan yang memanjang dari Kecamatan Rawalo sampai ke Kecamatan Tarnbak yang melewati kecamatan Patikraja, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh dan Kecamatan Somagede. Kawasan hutan di bagian Barat Kabupaten Banyumas berada di wilayah Kecamatan Lumbir, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Wangon dan Kecamatan Purwojati.

Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten Banyumas merupakan kawasan budidaya pertanian dengan tingkat kesuburan yang cukup baik. Namun demikian dari pemanfaatan tanah yang ada masih belum maksimal penggunaannya terhadap kegiatan produktif. Sebagai gambaran proporsi pola tata guna lahan Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.11. Pola Tata Guna Lahan Kabupaten Banyumas


Penggunaan Lahan 1. Lahan Sawah a. Pengairan Teknis b. Pengairan Setengah Teknis c. Pengairan Sederhana PU d. Pengairan Non PU e. Tadah Hujan f. Pasang Surut g. Tanah Sawah Lebak, Polder dll. h. Tanah Sawah yang sementara tidak diusahakan 2. Lahan Pertanian Bukan Sawah a. Tegal/kebun b. Ladang/huma c. Perkebunan SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. Luas (Ha) 32.219 10.650 4.827 5.933 4.761 6.048 53.293 27.408 61 11.132 Persentase 24,27

40,14

50

d. e. f. g. h. i.

Ditanami pohon/hutan rakyat Tambak Kolam/Tebat/Empang Padang Pengembalaan/rumput Sementara tidak diusahakan Lainnya (pekarangan yang ditanami pertanian, dll)

9.579 7 404 35 8 4.659 47.247 16.667 26.327 2 4.251 132.759 35,59

3. Lahan Bukan Pertanian a. Rumah, Bangunan dan halaman sekitarnya b. Hutan negara c. Rawa-rawa (tidak ditanami) d. Lainnya (jalan, sungai, danau lahan tandus, dll.) Jumlah / Total Sumber : Kabupaten Banyumas Dalam Angka Tahun 2009.

100,00

Dari wilayah seluas 132.759 Ha, dimana merupakan lahan sawah sekitar 32.219 Ha atau sekitar 24,27 persen dari wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitar 10.650 Ha (8,02 persen) sawah dengan pengairan teknis. Sedangkan sekitar 53.293 (40,14 persen) merupakan lahan pertanian bukan sawah, sekitar 27.408 (20,65 persen) merupakan lahan tegalan/kebun. Untuk lahan bukan pertanian sekitar 47.24 Ha (35,59 persen) dimana sekitar 26.327 Ha (19,83 persen) merupakan lahan hutan negara dan 16.667 Ha (12,56 persen) merupakan lahan untuk perumahan, bangunan dan pekarangan/halaman. Guna menjaga keseimbangan ekosistem dan ketahanan pangan nasional, maka Kabupaten Banyumas dijadikan sebagai salah satu daerah produksi pangan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah. Perda tersebut diperkuat dengan adanya kesepakatan antara Bupatil/Walikota se-Jawa Tengah untuk mempertahankan lahan sawah yang produktif dari alih fungsi lahan. Permasalahan umum tata ruang adalah ketidakkonsistenan penggunaan lahan sesuai fungsi yang ditetapkan dalam perencanaan tata ruang dan lemahnya pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang daerah. Berdasarkan laporan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN Pertanahan) Kabupaten Banyumas jumlah tanah yang bersertifikat Hak Milik pada tahun 2006 sebanyak 214.091 bidang, tahun 2007 ada sebanyak 224.668 bidang dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah tanah yang bersertfikat Hak Milik sebanyak 10.577 bidang (4,94 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 237.212 bidang jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan sebanyak 12.544 bidang (5,58 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 250.498 bidang jumlah tanah yang bersertifikat Hak Milik jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebanyak 13.286 (5,60 persen), sampai dengan bulan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

51

Juni 2010 jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Milik sebanyak 253.015 bidang jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Milik di Kabupaten Banyumas sebanyak 2.517 bidang (1 persen). Sedangkan jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Bangunan pada tahun 2006 sebanyak 7.201 bidang, tahun 2007 ada sebanyak 8.367 bidang jika dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah tanah yang bersertfikat Hak Guna Bangunan sebanyak 1.166 bidang (16,19 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 9.358 bidang jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan sebanyak 991 bidang (11,84 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 10.387 bidang jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Bangunan jika dibandingkan pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebanyak 1.029 (11 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Guna Bangunan ada sebanyak 10.905 bidang jika dibandingkan tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Guna Bangunan di Kabupaten Banyumas sebanyak 518 bidang (4,99 persen). Untuk jumlah tanah yang bersertifikat Hak Guna Usaha sejak tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 berjumlah 17 bidang. Sedangkan untuk jumnlah tanah yang bersertfikat Hak Pakai pada tahun 2006 ada sebanyak 2.324 bidang, pada tahun 2007 ada sebanyak 2.441 bidang jika dibandingkan pada tahun 2006 maka ada penambahan jumlah tanah yang bersertifikat Hak Pakai sebanyak 117 (5,03 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 2.555 bidang jika dibandingkan tahun 2007 maka ada peningkatan sebanyak 114 bidang (4,67 persen), pada tahun 2009 ada sebanyak 2.685 bidang jika dibandingkan pada tahun 8008 maka ada penambahan kembali jumlah tanah yang bersertfikat Hak Pakai sebanyak 130 bidang (5,09 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah tanah yang bersertifikat Hak pakai ada sebanyak 2.753 bidang maka jika dibandingkan pada tahun 2009 ada penambahan kembali jumlah tanah yang telah bersertifikat Hak Pakai sebanyak 68 bidang (2,53 persen).

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

52

BAB IV INFRASTRUKTUR

A.

Perumahan dan Pemukiman Perumahan dan pemukiman di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari Dinas CKKTR Kabupaten Banyumas, menunjukan perkembangan yang membaik. Berdasarkan indikator kesejahteraan masyarakat menunjukan adanya perkembangan perubahan fisik perumahan milik masyarakat berupa meningkatnya jumlah rumah bangunan jumlah permanen rumah dan berkurangnya bangunan

nonpermanen serta meningkatnya persentase jenis rumah layak yang ada di Kabupaten Banyumas. Data perkembangan rumah bangunan permanen dari tahun 2008 sampai dengan bulan Juni 2010 tahun yang semakin meningkat, pada tahun 2008 jumlah rumah bangunan permanen ada sebanyak 182.130 unit, pada tahun 2009 ada sebanyak 211.550 unit jika dibandingkan tahun 2008 maka jumlah rumah bangunan permanen bertambah sebanyak 29.420 unit (16,15 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah rumah bangunan permanen yang ada menjadi 231.661 unit, jika dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi penambahan rumah bangunan permanen sebanyak 20.111 unit (9,51 persen). Data perkembangan jumlah rumah bangunan nonpermanen dari tahun 2008 sampai dengan bulan Juni 2010, pada tahun 2008 ada sebanyak 79.846 unit, pada tahun 2009 ada sebanyak 71.281 unit jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi pengurangan jumlah bangunan nonpermanen sebanyak 8.565 unti (10,73 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah rumah bangunan nonpermanen yang ada di Banyumas sebanyak 64.522 jika dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi pengurangan jumlah rumah bangunan nonpermanen sebanyak 6.759 unit (9,48 persen). Untuk perkembangan jumlah status kepemilikan rumah milik sendiri dan rumah sewa yang ada, pada tahun 2006 status kepemilikan rumah milik sendiri ada sebanyak 382.083 unit, pada tahun 2007 menjadi sekitar 389.725 unit jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan status kepemilikan rumah milik sendiri sebanyak 7.642 unit (2 persen), pada tahun 2008 status kepemilikan rumah sendiri ada sebanyak 397.670 unit jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

53

peningkatan sebanyak 7.945 unit (2,04 persen) dan pada tahun 2009 status kemepmilikan rumah milik sendiri menjadi 405.470 maka jika dibandingkan pada tahun 2008 jumlah status kepemilikan rumah sendiri meningkat menjadi 7.800 unit (1,96 persen). Untuk perkembangan status kepemilikan rumah sewa dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 status kepemilikan rumah sewa ada sebanyak 11.961 unit, pada tahun 2007 ada sebanyak 11.692 unit jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi peningkatan status kemepmilikan rumah sewa sebanyak 269 (2,25 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 11.925 unit jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan kembali sebanyak 233 unit (1,99 persen), pada tahun 2009 ada sebanyak 12.164 jika dibandingkan tahun 2008 terjadi penurunan sebanyak 239 unit (2 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah status kepemilikan rumah sewa yang ada sebanyak 7.303 unit maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah status kepemilikan rumah sewa sebanyak 4.861 unit (39,96 persen). Untuk perkembangan kebutuhan perumahan dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami peningkatan terus menerus adapun data perkembangannya sebagai berikut, pada tahun 2006 kebutuhan rumah sebanyak 46.606 unit, pada tahun 2007 kebutuhan rumah sebanyak 47.771 unit maka jika dibandingkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan permintaan kebutuhan perumahan sebanyak 1.165 unit (2,5 persen), pada tahun 2008 ada sebnayak 48.965 unit jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi peningkatan kembali permintaan akan kebutuhan rumah sebanyak 1.194 unit (2,5 persen), pada tahun 2009 kebutuhan sebanyak 50.189 unit maka jika dibandingkan dengan kebutuhan tahun 2008 terjadi peningkatan kembali kebutuhan akan perumahan sebanyak 1.224 unit (2,5 persen). Data perkembangan kekurangan rumah dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 kekurangan rumah ada sebanyak 205.534 unit, pada tahun 2007 kekurangan rumah sebanyak 180.553 unit jika dibandingkan tahun 2006 maka terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 24.981 unit (12,15 persen), pada tahun 2008 kekurangan rumah sebanyak 174.500 jika dibandingkan tahun 2007 terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 6.053 unit (3,35 persen), pada tahun 2009 kekurangan rumah sebanyak 160.350 jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi penurunan kekurangan rumah sebanyak 14.150 unit (8,11 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah kekurangan rumah ada sebanyak 156.325 unit, maka jika dibandingkan pada tahun 2009 jumlah kekurangan rumah 4.025 unit (2,51 persen).
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

54

Perkembangan penyediaan perumahan yang diadakan oleh KPR/BTN dan Real Estate sejak tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, tahun 2006 jumlah untuk KPR/BTN ada sebanyak 2.825 unit dan Real Estate ada sebanyak 65 unit, pada tahun 2007 jumlah KPR/BTN ada sebanyak 2.486 unit dan Real Estate ada sebanyak 65 unit, pada tahun 2008 jumlah KPR/BTN ada sebanyak 1.000 unit dan jumlah Real Estate pada tahun 2008 dan tahun 2009 ada sebanyak 65 unit, pada tahun 2010 jumlah penyediaan perumahan dari Real Estate sebanyak 85 unit. Luas areal permukiman pada tahun 2006 seluas 18.950 Ha, pada tahun 2007 seluas 18.968 Ha jika dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan luas areal permukiman seluas 18 Ha (0,09 persen) dan pada tahun 2008 luas areal permukiman menjadi 18.987 Ha, maka jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan kembali luas areal permukiman seluas 19 Ha (0,10 persen). Beberapa permasalahan pokok yang melandasi perlunya daerah mempunyai Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman antara lain : 1. 2. 3. Meningkatnya penguasaan lahan bersekala besar oleh banyak pihak yang tidak disertai kemampuan untuk membangun. Belum terorganisasmya dengan baik perencanaan dan pemprograman perumahan dan pemukiman. Belum terselesaikannya masalah ketidak seimbangan pernbangunan desa-kota yang telah menumbuhkan berbagai kesenjangan sosial ekonomi. Akibatnya desa menjadi kurang menarik dan tidak dianggap eukup perspektif untuk dihuni, sedang kota semakin padat dan tidak nyaman dihuni. 4. Marak dan berkembangnya masalah sosial kemasyarakatan didaerah perkotaan kesenjangan pendapatan, menajamnya strata antara kelompok masyarakat, ketidaknyamanan bertempat tinggal, urban crime dan lamnya. 5. Kekurangsiapan dalam mengantisipasi kecepatan dan dinamika pertumbuhan fisik dan fungsional kawasan perkotaan sehingga kawasan tumbuh berjalan dengan berkembangnya pusat-pusat kegiatan ekonomi. Dalarn pemenuhan kebutuhan perumahan perlu adanya konsisten pelaksanaan tata ruang, terutama yang menyangkut peruntukan perumahan dan pemukiman. Dalam rangka mendukung kelancaran pembangunan perumahan dan pemukiman yang diselenggarakan oleh Pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai stakeholder, diperlukan skenario urnum yang disebut Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D). Dalam rangka otonomi Daerah pembangunan pemukiman akan dilaksanakan secara terdesentralisasi. Desentralisasi disini berarti menyerahkan atau mengalihkan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

55

wewenang kepada daerah, bukan hanya Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab terhadap kawasan dalam hal ini berkaitan dengan perumahan dan pemukiman daerah yaitu pemerintah maupun non pemerintah termasuk sektor swasta. Pelaksanaan pembangunan dan penegmbangan serta pengelola perumahan pemukiman diutamakan dilakukan masyarakat dan dunia usaha, sementara Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah akan berperan sebagai pembina, pengarah dan pengatur agar tercipta suasana yang kondusif. Pembangunan perumahan pemukiman harus mengacu kepada rencana Tata Ruang Kabupaten / Kota yang cukup rinci yang didalamnya sudah terlihat adanya rencana jaringan primer, sekunder, pusat-pusat dan kawasan perumahan dan pemukiman serta kawsan-kawasan lainnya. B. Perkerjaan Umum Berdasarkan laporan dari Dinas SDA dan BM Kabupaten Banyumas, bahwa panjang jalan keseluruhan di Kabupaten Banyumas mencapai 4.459,47 Km yang terbagi atas Jalan Nasional 198,84 Km, Jalan Provinsi 18,26 Km, Jalan Kabupaten 804,78 Km dan Jalan Desa/Kelurahan 3.437,59 km. Kondisi jalan kabupaten di Kabupaten Banyumas berdasarkan data laporan sampai dengan bulan Juni 2010 menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan persentase yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Panjang jalan kondisi baik 285,89 Km, kondisi sedang 55,30 Km. 4.121,44 Km, kondisi rusak ringan 51,15 Km dan kondisi jalan rusak berat

Tabel 4.1. Data Panjang Jalan, Kelas Jalan dan Jembatan


No. Kondisi 2006 716,71 51,22 29,85 7,00 804,78 2.857 351 2007 642,03 153,95 8,80 804,78 2.857 351 Tahun 2008 629,84 174,94 804,78 2.857 351 2009 624,30 180,48 804,78 2.857 351 2010 624,30 180,48 804,78 2.857 351

Kelas Jalan (Km) 1. Aspal 2. Hotmix 3. Berbatu 4. Kerikil 5. Tanah Jumlah Jembatan 1. Panjang (m) 2. Jumlah
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

Sumber : Dinas SDA dan BM Kab. Banyumas Tahun 2010.

56

Kondisi jalan beraspal dan hotmix di Banyumas sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, panjang beraspal 624,30 km dan Hotmix 180,48 km, kondisi ini masih perlu penanganan atau pemeliharaan sehingga jalan kabupaten menjadi lebih mantap. Disamping itu perlu peningkatan akses jalan menuju pusat pusat perekonomian, industri, pariwisata dan pusat pengembangan wilayah. Untuk kondisi jembatan dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun, maka pemerintah perlu untuk meningkatkan kualitas jembatan serta pemeliharaan secara berkelanjutan, panjang jembatan yang ada di Banyumas tercatat panjang 2.857 m dan jumlah jembatan ada sebanyak 351 buah. Sedangkan terminal darat yang ada di Banyumas ada 2 buah yaitu terminal Bus Purwokerto dan terminal Bnus Wangon. Permasalahan pokok yang dihadapi berkaitan dengan perhubungan antara lain adalah belum optimalnya pengelolaan prasarana jalan dan jembatan, masih rendahnya jumlah jalan dan jernbatan yang mantap serta masih rendahnya kapasitas jalan. C. Pariwisata, Pos, Telekomunikasi dan Informasi 1. Pariwisata Tingkat kunjungan wisata baik asing maupun domestik dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 mengalami fluktuasi naik dan turun, pada tahun 2006 ada sebanyak orang 553.232 orang jika wisatawan, pada tahun 2007 ada sebanyak 544.575 wisatawan, dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 8.657 orang (1,56 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 568.213 orang jika dibandingkan pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah wisatawan sebanyak 23.638 orang (4,34 persen), pada tahun 2009 ada sebanyak 533.563 orang wisatawan, jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi penurunan kembali jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 34.650 orang (6,10 persen) dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah wisatawan baik mancanegara dan domestik yang berkunjung tercatat sebanyak 69.819 orang wisatawan. Jumlah obyek wisata yang ada sebanyak 22 buah terdiri dari 12 obyek wisata alam dan 10 obyek wisata buatan. Untuk mendukung kegitan sektor kepariwisataan yang ada di Kabupaten Banyumas tersedia sarana perhotelan tercatat saat ini sebanyak 170 hotel yang terdiri hotel bintang tiga sebanyak 4 buah, bintang satu sebanyak 2 buah, sisanya SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 57

melati sebanyak 164 buah. Disamping itu terdapat Restoran dan Rumah Makan sebanyak 317, Biro Perjalanan Wisata sebanyak 15 buah, Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum/Diskotik sebanyak 5 buah, serta Gedung Bioskop 1 buah. Tabel 4.2. Kondisi Pariwisata Kabupaten Banyumas
Fasilitas a. Jumlah Obyek Wisata 1) Alam 2) Buatan b. Jumlah Hotel 1) Hotel Bintang 2) Hotel NonBintang c. Jumlah Wisatawan 1) Asing - Asia Pasifik - Eropa - Amerika - Timur Tengah - Lainnya 2) Domestik d. Gedung Bioskop Satuan bah buah buah buah buah buah orang orang orang orang orang orang orang orang buah 2006 12 10 2 148 6 142 553.232 1.196 60 1.122 4 2 8 552.036 1 2007 12 10 2 154 6 148 544.575 1.196 60 1.122 4 2 8 543.379 1 2008 12 10 2 160 7 153 568.213 568.213 1 2009 12 10 2 160 7 153 533.563 8.761 225 8.495 2 39 524.802 1 2010 12 10 2 170 7 163 69.819 56 56 69.763 1

Sumber : Dinbudpar Kab. BanyumasTh. 2009

Untuk membangun dan mengembangkan sektor kepariwisataan yang ada maka Pemerintah Kabupaten Banymas merencanakan akan mengadakan kerjasama di bidang kepariwisataan baik regional, nasional maupun internasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan Permendagri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah serta aturan lain yang mengatur tentang sektor kepariwisataan. Namun demikian peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam rangka membangun dan mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Banyumas, sangatlah diperlukan ikut serta mempromosikan dan memperkenalkan berbagai objek wisata dan sekaligus sebagai pengembangan budaya dan pariwisata di Kabupaten Banyumas, sehingga diharapkan dari sektor pariwisata dapat mendongkrak PAD (Pendapatan Asli Daerah). Kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Banyumas telah berlangsung puluhan tahun yang lalu. Obyek-obyek wisata antara lain : yang sudah berjalan yaitu

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

58

a. Obyek Wisata Alam 1) Kawasan Wisata Baturaden Kawasan wisata Baturaden merupakan pintu layanan pertama bagi wisatawan yang akan menikmati berbagai obyek dan daya tarik wisata, terdiri kawsan Wisata Baturaden i ni memuat antara lain : okawisata Baturaden dengan hamparan alam dan berbagai fasilitas untuk rileks dan area bermain. Wana wisata dan bumi perkemahamya Sumber air panas : Pancuran Telu, Pancuran Pitu dan Goa Sarabadak Pesona air terjun curug gede, home stay dan kesenian tradisional di desa wisata ketenger Berbagal sarana wisata lainnya seperti : hotel, rumah makan, area parkir yang luas dan aneka tanaman hias sebagai cinderamata. 2) Lokawisata Baturaden Lokawisata Baturaden terbentang di sebelah Selatan kaki Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 640 meter di atas permukaan laut. Baturadenen terletak hanya 14 km dari pusat kota Purwokerto. Di Baturaden wisatawan dapat menikmati pemandangan alam yang indah dan udara pegunungan yang segar dengan suhu 18OC-250C. Sedangkan Gunung Slamet dengan ketinggian 3.428 m, merupakan tertinggi kedua di Pantai Cilacap dan Pulau Jawa. Jika cuaca bagus, kota Purwokerto, Nusakambangan dapat terlihat dari Baturaden. Kita juga dapat melihat Lereng Gunung Slamet yang ditutupi oleh hutan heterogen.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

gunung berapi terbesar dan gunung

59

Taman rekreasi ini menyajikan alam pegunungan dan lembah sunyi yang dihiasi air terjun serta sumber air panas belerang Pancuran Telu. Ditempat ini juga dapat dinikmati berbagai mainan anak, kolam renang, tempat pemandian air panas, kereta mini, kolam luncur, sepeda air dan kebun binatang Kaloka Widya Mandala. 3) Wana Wisata Baturaden Wanawisata Baturaden merupakan hutan lindung dan tempat rekreasi, disamping sebagai sarana pendidikan dan pengembangan ilmu. pengetahuan juga dapat menimbulkan km rasa arah cinta kepada alam. Wanawisata Baturaden terletak 2 timur Keindahan lokawisata alamnya Baturaden.

serta kesejukan udara pegunungan membuat wisatawan betah, apalagi sering terdengar sayup kicauan burung dan adakalanya terlihat ayam hutan yang berterbangan dari satu pohon ke pohon lain. Bagi remaja yang gemar wisata dapat pula melakukan hiking, tracking dan camping ground yang mampu menampung 1.000 tenda. Wanawisata ini disamping sebagai cagar alam juga sebagai hutan produksi dan pusat persemaian tanaman damar, mahoni dan pinus. 4) Sumber Air Panas Pancuran Tujuh Pancuran Tujuh atau dalam bahasa jawa disebut Pancuran Pitu, karena mempunyai tujuh buah pancuran yang alami mengalir langsung dari Gunung, Slamet. Sumber air panas ini mengandung belerang bersuhu antara 700C-900C serta mengandung beberapa unsur mineral, maka sangat efektif untuk therapy pengobatan sakit tulang/rheumatic dan berbagai macam penyakit kulit. Lokasi obyek ini berjarak sekitar 2,5 km arah barat Lokawisata Baturaden.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

60

5) Sumber Air PanasPancuran Tiga Pancuran Tiga dalam bahasa jawa disebut Pancuran Telu, karena mempunyai tiga buah pancuran saja. Bagi wisatawan yang menginginkan lumpur belerang dalam kemasan botol beraneka ukuran yang bisa digunakan untuk mandi lulur. Obyek wisata ini mudah dijangkau pengunjung karena berada di dalam Lokawisat Baturaden. 6) Telaga Sunyi Obyek wisata ini berada pada ketinggian sekitar 700 m dpl dan terletak ditengah-tengah lebatnya hutan pinus yang berjarak sekitar 3 km arah timur dan pintu gerbang Wahana Wisata. Indahnya terasa, alam dinina sekitar bobokan yang dilengkapi shelter-shelter memuat wisatawan lebih rileks mendengarkan sayu-sayup kicauan burung dan capung yang berterbangan disekitar telaga sunyi. 7) Curug Gede Merupakan salah satu obyek wisata alam berupa air terjun yang berada di desa Ketenger 3 km arah selatan Lokawisata Baturaden. Mempunyai ketinggian sekitar 25 m. Bagi para remaja yang gemar wisata minat khusus dapat berkemah disekitar obyek wisata ini. 8) Curug Cipendok Curug Cipendok mempunyai ketinggian sekitar 92 m yang didukung keindahan alam sekitar berupa hutan produksi dan hutan lindung serta menara pandang yang dapat melihat pemandangan kota Purwokerto. Curug Cipendog ini terletak 25 km arah barat kota Purwokerto atau tepatnya berada di Kecamatan Cilongok. Dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum dari Sub Terminal Mikrobus Losari. Wisatawan dapat membeli oleh-oleh makanan khas atau Karangsari sambil melihat proses produksinya. Cimplung kelapa muda dan singkong yang direbus dengan air nira serta home industry gula kelapa.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

61

9) Curug Ceheng Obyek wisata ini berada diujung timur kota Purwokerto, tepatnya berada di Kee amatan Sumbang yang bejarak sekitar 9 km. Wisata ini sagat diminati para remaja yang gemar berkemah karena disamping pemandangan yang indah juga, udaranya yang sejuk schingga sangat nyaman untuk berekreasi bersama keluarga.

10) Pemandian Air Mineral Kalibacin Obyek wisata ini terlatak sekitar 17 km arah selatan kota Purwokerto, tepatnya berada di Desa Tambaknegara, Kec. Rawalo. Pemandian Kalibacin ini merupakan obyek wisata husada, karena pengunjung yang datang selain bere kreasi juga, dapat berobat. Disebut Kalibacin karena airnya berbau kurang sedap namun karena kandungan belerangnya tinggi sehingga mampu mengobati berbagai macam penyakit kulit, syaraf dan tulang/ rheumatik. 11) Serayu River Voyage Obyek wisata ini salah satu terobosan baru bagi masyarakat/wisatawan untuk menikmati inda hnya panorama disepanjang aliran Sungai Serayu, dengan perahu-perahu yang disiapkan khusus, serta pembangunan dermaga-dermaga diharapkan akan memberi-kan kenyamanan bagi wisatawan. b. Obyek Wisata Sejarah 1) Museum Wayang Sendang Mas, terletak di Kec. Banyumas yang menyimpan berbagai macam wayang seperti Wayang Gagrag, Banyumasan, Pesisiran, Wayang Beber Wayang Suket, Wayang Kancil dll.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

62

2) Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI), terletak di J1. RA. Wiriaatmadja Purwokerto. 3) Museum Panglima Besar Jenderal Soedirman, berisi foto-foto pejuangan dan relief sejarah, terletak di wilayah Kee. Purwokerto Barat. 4) Museum Diso (Museum Pribadi), berisi penanggalan sejarah purbakala, terletak di Jl. Dr. Angka Purwokerto. c. Obyek Wisata Keagamaan 1) Masjid Saka Tunggal dan Taman Kera, dibangun pada tahun 1871 M/1288 H, hanya memiliki satu pilar utama penyangga, terdapat makam Kyai Tulih, juga tordapat kera-kera jinak, terletak di Kec. Wangon berjarak 30 Km arah Barat Daya Kota Purwokerto. 2) Goa Maria, terletak diperbukitan yang berjarak sekitar 14 Km arah Timur Kota Purwokerto, fasilitas Kapel Ratu Surga, jalan salib, taman Rosario hidup, Rumah Retret "Maria Imakulata kapasitas 150 orang. Disamping berbagai macam kegiatan kepariwisataan yang ada di Kabupaten Banyumas, Banyumas juga memiliki berbagai macam kesenian khas yaitu : a. Aksimudha, kesenian bernapas Islami yang tersaji dalam, bentuk atraksi Pencak Silat yang dipandu dengan iringan terbang/genjring, yang dilakukan oleh delapan penari pria, masih dapat ditemukan di wilayah Kec. Wangon. b. c. Angguk, kesenian bernapas Islami dalam bentuk tari-taran dengan iringan terbang/genjring, dilakukan oleh delapan orang pria. Baritan, yaitu upacara kesuburan dengan menggunakan kesenian sebagai media utamanya, ada dua macam Baritan yaitu Baritan yang digunakan untuk memanggil hujan dan Baritan yang digunakan untuk keselamatan ternak. d. e. Begalan, adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai sarana upacara pernikahan. Bongkel, adalah musik tradisonal yang mirip angklung dan terdiri dari satu buah instrumen dengan empat buah bilah berlaras slendro.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

63

f.

Buncic, yaitu perpaduan antara musik dan tari yang dibawakan oleh delapan orang penari pria.

g.

Calung, yaitu perangkat musik tradisional mirip gamelan, terbuat dan bamboo wulung.

h. Cowongan, adalah upacara minta hujan dengan menggunakan properti berupa siwur atau irus yang di hias menyerupai seorang putri. i. Ebeg, yaitu kesenian kuda lumping dimana kuda-kudaannya terbuat dari anyaman bambu yang diiringi dengan alat musik gamelan. j. Jemblang, yaitu seni tutur tradisional yang dilakukan oleh empat orang pemain. k. Karawitan Gagrag Banyumasan, yaitu salah satu gaya dalarn karawitan jawa yang tumbuh dan berkernbang di wilayah sebaran budaya Banyumasan, di kenal memiliki 3 warna yaitu warna wetanan, kulonan dan Banyumasan. l. Lengger, yaitu seni pertunjukan tradisional khas Banyumas yang dilakukan oleh penari wanita, yang pertunjukannya penari lengger menari sambil menyanyi. m. Slawatan Jawa, adalah musik bernapas Islami dengan perangkat berupa, terbang jawa, pemainnya semua laki-laki dewasa, masih berkembangi di Kec. Baturaden dan Purwokerto. n. Kaster, yaitu musik tradisional dengan alat musik berupa siter, gong bumbung dan kendhang kotak sabun, o. Ujungan, adalah ritual tradisional minta hujan dengan cara adu manusia, pelaku Ujungan adalah laki-laki dewasa yang memiliki kekuatan untuk menahan benturan pukulan lawan. p. Wayang Kulit Gagrag Banyumasan, yaitu jenis pertunjukan wayang kulit yang bernafas Banyumasan. Lakon-lakon yang disajikan dalarn pernentasan tidak berbeda dengan wayang kulit purwo, yaitu bersumber dari kitab Mahabrata dan Ramayana. q. Calengsai, yaitu seni pertunjukan yang merupakan perpaduan antara kesenian asli Banyumasan yaitu Calung dan Lengger dengan kesenian Tionghoa yaitu Barongsai.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

64

Museum dan Peninggalan sejarah purbakala yang ada di Kabupaten Banyumas yaitu : a. Museum Museum Wayang Sendangmas Banyumas, Terletak di Jalan Kawedanan nomor 1 Banyumas bangunan bekas Kantor Paseban yang sudah direhabilisasi. Kantor Paseban sendiri dulunya berfungsi sebagai tempat persiapan tamu-tamu Bupati Banyumas guna menghadap berbagai keperluan. Museum ini diresmikan oleh Ketua Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi) pada tanggal 31 Desember 1983. Tahun 1984 dikelola oleh Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas. Pada tanggal 20 Mei 1985 pengelolaannya diserahkan kepada Yayasan Seni Budaya Sendang Mas. Mulai tanggal 31 Juli 1989 museum ini dikelola sebagai asset wisata budaya di Kabupaten Banyumas oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas.
1) Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI), Museum BRI Purwokerto

berada di seberang jalan Kantor BRI Cabang Purwokerto, Jawa Tengah, di Jl Jenderal Soedirman. Museum tersebut menyimpan berbagai dokumen dan catatan sejarah mengenai cikal bakal perbankan di Indonesia. Di museum itu terdapat kegiatan Banyumas merupakan berbagai simpan kala awal itu replika pinjam di yang mula

terbentuknya bank. Simpan pinjam di Banyumas pada zaman tersebut dipimpin R Aria Wiryaatmadja. Dia sebagai pemimpin kegiatan simpan pinjam kalangan priayi pribumi. Namanya adalah Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priayi untuk Warga Pribumi yang didirikan pada 16 Desember 1895. Di ruangan lantai satu museum tersebut, berbagai kegiatan awal dan transaksi simpan pinjam diceritakan kembali dalam berbagai bentuk replika. Bahkan, di museum tersebut juga ada transaksi tertulis yang masih menggunakan tulisan tangan. Selain itu, ada dokumen sejarah perbankan awal hingga menjadi BRI sekarang ini.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

65

Berbagai peralatan dan sarana perbankan pada umumnya juga dipamerkan. Di lantai dua museum BRI, pengunjung yang datang dapat melihat koleksi mata uang. Koleksi mulai dari zaman Kerajaan Majapahit Portugis Timor Timur, masa VOC, m3u-pun perkembangan mata uang dari zaman kemerdekaan sampai sekarang. Jenis mata uang pun beragam, ada yang berasal dari logam maupun kertas. Museum BRI diresmikan pada 19 Desember 1990. Hingga sekarang, museum tersebut banyak dikunjungi terutama oleh anak-anak sekolah yang belajar sejarah, pada umumnya museum ramai pada hari Jumat.
2) Museum Pangima Besar Jenderal Soediman, Museum ini terdiri dari

dua lantai.

Pada lantai bawah berisi foto-foto perjuangan Panglima

Besar Jenderal Soedirman dalam merebut Yogyakarta kembali sebagai Ibu Kota Indonesia (pada saat itu) dari kolonial Belanda. Pada lantai dua berisi relief sejarah bangsa Indonesia dalam perang Kemerdekaan 1945 dan Patung Jenderal Soedirman duduk diatas punggung Kuda yang terbuat dari perunggu seberat 5,5 ton dengan tinggi 4,5 meter. Museum Panglima Besar Jenderal Soedirman berada di pintu masuk kota Purwokerto dari arah barat tepatnya di sebelah timur Sungai Logawa, Desa Pasir Kidul, Kecamatan Karang Lewas. Diresmikan pada tanggal 10 oktober 2001.
3) Museum Diso (Museum Pribadi), berisi peninggalan sejarah purbakala,

terletak di J1. Dr. Angka Purwokerto. b. Peninggalan Sejarah Purbakala

1) Situs Lembu Ayu, terdapat beberapa fragmen batu candi dan makam
kuno Pandung Aguno, terletak di Desa Susukan Kec. Sumbang.

2) Masjid Agung Nur Sulaiman,


peninggalan Kyai Nurdaiman Demang Gumelem I, dibangun pada masa pernerintahan Bupati Banyurnas terletak di Yoedanegara sebelah II, Barat berusia lebih dari 400 tahun, Alun-Alun Banyumas, berjarak sekitar 15 Km dari Kota Purwokerto.

3) Masjid Saka Tunggal Cikakak, dibangun pada tahun 1871 M/1288 H,


hanya memiliki satu pilar utama penyangga, terdapat makam Kyai

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

66

Tulih, juga terdapat kera-kera jinak terletak di Kec. Wangon berjarak 30 Km arah Barat Daya Kota Purwokerto.

4) Situs Sikepel, situs tersebut merupakan bekas umpak tiang pendopo


kadipaten Karangpucung dan bekas gamelan Adipati Sambeng yang pemah disengketakan oleh kedua Adipati (Karangpucung dan Sambang) yang akhirnya dicipta menjadi batu, terletak di Desa Klaang tepi sungai Ciberem, Kec. Sokaraja.

5) Watu KenthenglWatu Lumpang, yaitu berupa batu yang apabila


seseorang mempunyai suatu keinginan dan bisa mengangkat batu tersebut maka keinginan orang tersebut akan terkabul, terletak di Dukuh Wanasari desa Kemawi, Kec. Somagede.

6) Situs Carangandul, merupakan bekas kepala Patih Carangandul yang


dibunuh oleh utusan dari Demak, lokasi Dukuh Carang, Desa Tamansari, Kec. Karanglewas.

7) Pendopo Sipanji Banyumas dan Sumur Mas, merupakan pendopo


Kadipaten Banyumas (Kabupaten Banyumas) sebelum pindah ke Purwokerto tahun 1937, air sumurnya berwarna keemasan, terletak di Desa Sodagaran, Kee. Banyumas.

8) Situs Baturragung, situs ini memperlihatkan ciri-ciri megalitik, berupa


arca-arca batu dan lumpang batu, terletak di Desa Baseh Kec. Kedungbanteng.

2. Pos, Telekomunikasi dan Informasi Dalam rangka melayani masyarakat dalam hal pendistribusian

pengiriman surat menyurat dan pengiriman paket, pos serta wesel. Di Kabupaten Banyumas tersedia 24 buah kantor pos yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan yang ada di Kab. Banyumas, disamping melayani surat menyurat, benda pos, paket dll, kini kantor pos juga sudah dapat melayani pembayaran listrik, telpon dan jasa-jasa pembayaran lainnya. Perkembangan telekomunikasi di Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 untuk kapasitas sentral sebanyak 20.000 SST, pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010, untuk kapasitas sentral ada sebanyak 36.000 SST, sedangkan untuk kapasitas terpasang pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 untuk kapasitas terpasang sebanyak 20.000 SST, pada tahun 2009 sebanyak 34.500 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 31.408 SST, untuk kapasitas terpakai pada tahun 2006 sampai dengan
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

67

tahun 2008 ada sebanyak 19.300 SST, pada tahun 2009 ada sebanyak 34.000 dan pada tahun 2010 jumlah kapasitas terpakai ada sebanyak 31.094 SST. Untuk data pelanggan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 19.300 SST tahun 2009 meningkat menjadi 32.900 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 28.149 SST. Data telepon umum pada tahun 2009 dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 9 SST, untuk telepon koin pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 40 SST, pada tahun 2009 berkurang menjadi 4 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010 tinggal 3 SST. Telepon kartu data tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 14 SST dan pada tahun 2009 tingga 10 SST. Jumlah wartel pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 2.150 SST, pada tahun 2009 berkurang menjadi 1.090 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010 tinggal 407 SST. Warung internet tahun 2009 tercatat sebanyak 60 SST dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 140 SST. Untuk penyediaan jaringan internet (ISP) pada tahun 2009 ada sebanyak 4 unit dan sampai dengan bulan Juni 2010 tercatat ada sebanyak 6 unit. (Sumber : PT Telkom Cab. PurwokertoTh. 2010). Partisipasi pembangunan masyarakat daerah lewat terhadap media perencanaan massa dapat Untuk dan pelaksanaan dengan adanya

diwujudkan itu perlu

membangkitkan komunikasi sebagai wahana saling memberikan informasi. kemudahan akses informasi yang valid bagi masyarakat, yang dapat dilakukan dengan meningkatkan arus komunikasi yang baik antara masyarakat yang membutukan informasi dan media yang memberitakan. Hal tersebut lebih jauh juga dapat meningkatkan kreativitas dan peran serta masyarakat dalam membina lingkungan dengan peningkatan wawasan kebangsaan yang baik. Era globalisasi membawa perubahan besar dalam kehidupan

bermasyarakat maupun berbangsa. Perkembangan teknologi informatika yang bergerak dinamis mempunyai peran yang sangat strategis karena dapat menghadirkan dunia tanpa batas, jarak, ruang dan waktu serta dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

68

Kecenderungan hal ini dapat

tersebut

akan

lebih

menggairahkan ekonomi

bagi

para

penyelenggara (operator) telekomunikasi untuk mengembangkan bisnisnya dan memicu pertumbuhan turutan/pendukung (complementary) dan sektor-sektor lainnya karena apabila sarana dan prasarana telekornunikasi telah tersedia serta terus dikembangkan seiring dengan kebutuhan masyarakat, maka kebutuhan masyarakat dan sektor-sektor lainnya akan jasa telekomunikasi diharapkan dapat terpenuhi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan telekomunikasi akan terjadi lebih intens, begitu juga sebaliknya sehingga terjadi hubungan timbal balik yang saling memperkuat antara sektor telekomunikasi dengan sektor lainnya. 3. Perhubungan dan Transportasi Sarana perhubungan dan transpotasi merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang pergerakan baik barang maupun jasa, dengan adanya sarana traspotasi distribusi Banyumas. ini akan memperlancar produksi dari hasil

sentra-sentra produksi di Kabupaten Kabupaten Banyurnas adalah kota yang strategis dari tetangga kabupaten lainnya, dipandang dari sudut perhubungan dan transpotasi darat dimana Kabupaten Banyumas mempunyai Stasiun Kereta Api dan Terminal Bus Type A yang dapat memberikan layanan berbagai jurusan Dalam Kota dan Luar Kota maupun Antar Provinsi, yang membentang dari arah Barat sampai Timur sepanjang 96 Km, dan arah Utara sampai Selatan sepanjang kurang lebib kurang 46 Km. Wilayah Kabupaten Banyumas ini dilalui oleh jalur jalan regional menuju empat arah yaitu Barat - Timut dan arah Utara - Selatan sehingga membentuk pola radial dengan titik ternu di Kota Purwokerto. Jalan regional yang membujur ke arah Barat Timur yaitu dan Kabupaten, D.I jalan regional Tegal yang yang Purwokerto sedangkan yaitu jalur Yogyakarta,

jaringan jalan

membujur ke arah Barat Timur Laut menghubungkan Bandung / Cilacap Purwokerto-Semarang. Keempat arah tersebut dilayani oleh transpotasi berupa kendaraan umum angkutan maupun barang yang terdiri dari berbagai jenis.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

69

Untuk menggeliatkan roda perekonomian wilayah Banyumas dan sekitarnya dengan system networking secara regional, berbagai akses transportasi lokal maupun luar daerah telah terbagun di kawasan Banyumas seperti angkutan Kereta Api, Taxi, Angkutan Perkotaan, Kantor Pos, Telekomunikasi dan Perusahaan Listrik Negara. Untuk memenuhi transpotasi darat tersedia pilihan kendaraan Angkutan Darat seperti Kereta Api, Bus Angkutan Perkotaan dan Pedesaan serta kendaraan Bermotor. Untuk angkutan Kereta Api pada tahun 2006 jumlah penumpang dari Stasiun Raya Purwokerto sebanyak 143.536 orang, dimana sebagian besar penumpang adalah Kelas Ekonomi dan juga untuk mendukung penyaluran distribusi barang barang dan kepentingan penyaluran industri lainnya dalam memenuhi perkembangan investasi dan perekonomian di Kabupaten Banyumas dapat ditempuh dengan fasilitas-fasilitas pendukung sarana transpotasi seperti Pelabuhan dan Bandara Udara yang lokasinya berada disekitar Kabupaten Banyumas, Pelabuhan laut terletak di Kabupaten Cilacap dengan jarak tempuh dari Kabupaten Banyumas 60 km, dengan waktu tempuh 1-1,5 jam perjalanan, pelabuhan yang ada di Kabupaten Cilacap ini bertaraf Internasional, Untuk kebutuhan transpotasi udara Kabupalen Cilacap juga tersedia Bandara, Tunggul Wulung yang menyediakan 1 (satu) maskapai penerbangan swasta, yang telah melakukan trayek kerjasama yaitu Maskapai Merpati Airlines, dengan tarif yang ditawarkan untuk route Cilacap - Jakarta berkisar antara Rp. 350.000 s/d Rp. 500.000,-, sedangkan Bandara Wirasaba dengan luas lahan 115.042 ha, landasan pacu sepanjang 850 meter, lebar 50 meter yang terletak di Kabupaten Purbalingga juga mampu didarati oleh pesawat Cassa 212 dengan jumlah penumpang sebanyak 16 orang dan Cassna 172 dengan 402 B jumlah dengan penumpang sebanyak 4 - 6 orang, maupun penumpang sebanyak 8 hingga 10 orang. Cassna

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

70

BAB V INDUSTRI, PERDAGANGAN, LEMBAGA KEUANGAN, KOPERASI,


PENGEMBANGAN USAHA DAN INVESTASI

A.

Industri, Perdagangan, Pengembangan Usaha Nasional, Lembaga Keuangan dan Koperasi 1. Industri Bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 sektor industri kecil di Kabupaten Banyumas, masih merupakan industri yang terbanyak/andalan dengan jumlah unit usaha pada tahun 2009 sebanyak 39.507 unit usaha dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 39.732 unit usaha, dimana mampu meyerap tenaga kerja pada tahun 2009 sebanyak 82.874 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 83.399 orang, dengan nilai produksi pada tahun 2009 sebesar Rp. 460.289 juta rupiah dan sampai dengan bulan Juni 2010 nilai produksi yang dihasilkan dari industri kecil ini sebesar Rp. 461.014 juta rupiah. Industri Sedang/Menengah sampai dengan posisi bulan Juni 2010 tercatat ada sebanyak 77 unit usaha, dimana mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9.166 orang, dengan nilai produksi sebesar Rp. 40.490 juta rupiah sedangkan untuk Industri Besar yangh ada saat ini sebanyak 4 unit usaha, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.75 orang, dengan nilai produksi sebesar Rp. 112.495,13 juta rupiah. Sektor industri di Kabupaten Banyumas walaupun dengan persentase yang kecil, namun terus mengalami perkembangan, dari ketiga jenis industri yang ada (Kecil, Menengah dan Besar) industri kecil mempunyai perkembangan yang paling pesat baik dari sisi jumlah unit usahanya, penyerapan tenaga kerja maupun nilai produksinya. Kegiatan industri yang ada di Kabupaten Banyumas pada umumnya berupa industri yang mengolah/memanfaatkan sumber daya alam dan industri jasa, pembangunan sektor industri diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkkatan pemerataan kesempatan kerja dan berusaha, pengentasan kemiskinan, penumbuhan kegiatan ekonomi desa tertinggal, pelestarian seni budaya daerah, pemantapan struktur industri dan struktur ekonomi yang akhirnya dapat menigkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalm nageril/lokal dan pasar eksport. Dengan latar bekakang tersebut, maka industri yang ada di Kabupaten Banyumas terkait dengan industri yang memanfaatkan produk-produk pertanian dan industri yang dikerjakan oleh masyarakat (home industry).

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

71

a.

Industri Makanan 1) Tempe Salah satu andalan makanan khas Kabupaten Banyumas adalah kripik tempe dan mendoan. Bahan dasar dari kripik tempe dan mendoan adalah kedelai. Cara pengelohannya tidak terlalu rumit hanya dengan cara digoreng, namun rasanya cukup gurih dan enak, sehingga banyak orang yang menyukainya bahkan banyak yang membeli untuk oleh-oleh khas dari Kabupaten Banyumas. Pusat Industri pembuatan kripik tempe adalah di Wilayah Purwokerto (J1. Jend. Soetoyo dan J1. Pramuka) dan di Desa Rawalo, Kec. Rawalo. Saat ini terdapat 50 unit usaha dengan hasil produksi 6.000.000 buah tempe keripik pertahun, menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 317 orang. 2) Tahu Selain tempe dan mendoan, di Kabupaten Banyumas juga banyak terdapat usaha industri tahu yang bahan dasamya sama dengan tempe

yaitu kacang kedelai dengan melalui proses industri pengolahan, Tahu banyak mengandung protein dan
mempunyai nilai gizi yang tinggi, di

Kabupoten Banyumas usaha produksi


industri tahu banyak berkembang di berbagai tempat dan banyak terdapat di desa Kalisari Kec. Cilongok, Desa Cikembulan, Kec. Pekuncen, Desa Ajibarang Wetan, Kee. Ajibarang, Desa Sokaraja Tengah, Kec. Sokaraja, Desa Pamijen, Kec.

Sokaraja
Timur. pengrajin Banyumnas Secara tahu

dan
stastik di tahun

Kel.
jumlah 2009

Arcawinangun, Kec. Purwokerto


Kabupaten

data

sebanyak 815 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 2.414 orang, dengan hasil produksi per tahun 410.378.152 kg pertahun jumlah nilai produksi pertahun Rp. 93.403.369.000 dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.577.800.000,SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

72

3) Gethuk Gethuk Goreng juga merupakan salah satu produk makanan khas asli Banyumas yang potensial. Bahan dasar gethuk goreng adalah ketela pohon. Gethuk Proses goreng pengolahan yang dulu sudah dan

dilakukan secara sederhana dan tradisional menggunakan kini peralatan

mesin modern, Gethuk Goreng memiliki rasa yang khas yaitu manis dan gurih, sehingga banyak digemari oleh masyarakat lokal maupun luar daerah. Usaha Gethuk goreng mulai berkembang sejak tahun 1981 di Kecamatan Sokaraja Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas dan sampai saat ini usaha ini terus berkembang karena banyak pula orang-orang dari luar daerah Kabupaten Banyumas yang sering mampir ke Kecmatan Sokaraja untuk membeli gethuk goreng sebagai oleh-oleh. Usaha gethuk goreng sampai saat ini berjumlah 54 unit usaha, dengan hasil produksi 810.000 kg per tahun dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 270 orang. b. Industri Barang Kerajinan Industri kerajinan merupakan industri yang tumbuh dari masyarakat, yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Banyumas. Industri kerajinan banyak memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar seperti bambu, kayu ataupun tanah, tetapi ada pula yang bahan dasarnya dari luar Banyumas seperti kerajinan logam dan rotan. industri kerajinan memilki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Disamping itu pula industn kerajinan dapat menyerap cukup banyak tenaga kerja. Adapun potensi industri kecil yang saat ini masih berkembang adalah : 1) Kerajinan Rotan Salah satu industri kerajinan yang dikembangkan di Kabupaten Banyumas adalah indusri kerajinan rotan. Bahan baku industri ini diambil dari Kalimantan. Industri kerajinan rotan merupakan kerjasama antara
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

73

masyarakat dengan industri kerajinan di Cirebon. Produk yang dihasilkan adalah Kranjang pakaian dll. Industri kerajinan rotan terdapat di Desa Menganti Kecamatan Rawalo, Desa Krajan Kecamatan Pekuncen dan Desa Rejasari Keeamatan Purwokerto Barat. 2) Indasoi Kerajinan Bambu Padaperkembanganya, karya cipta kerajinan telah menempatkan produk kerajinan sebagai bidang usaha industri yang mampu memberikan lapangan kerja yang potensial, sehingga dapat memberikan andil dalam peningkatan seni pendapatan di dan kesejahteraan pengrajin. Salah satu kerajinan Kabupaten Banyumas adalah industri rumah tangga yang bahan dasarnya dari bambu, dibuat dengan berbagai macam alat rumah tangga seperti kursi dan meja antik, dan juga hiasan dinding. Sentra industri kecil kerajinan bambu di Kabupaten Banyumas tersebar dibeberapa wilayah antara lain Desa Kemutug Kecamatan Baturaden Banjarsari Kecamatan Ajibarang, Desa Kalipaten Keeamatan Purwojati, Desa watu Agung Kecamatan Tambak, Desa Krajan Kecarnatan Pekuncen, Desa Somakaton, Desa Plana, Desa Tanggeran Kecamatan Somagede dan Desa Gandatapa, Desa Kutayasa, Desa Tambaksogra kecamatan Sumbang. 3) Industri Meubel Kayu Industri Furniture/Mebel Kayu terus berkembang dengan tuntutan mutu yang semakin tinggi baik dari segi teknis, kenyamanan penggunaan maupun nilai estetisnya. Dengan tuntutan yang semakin tinggi tersebut maka konsumen (rumah tangga maupun perkantoran) cenderung membeli furniture/meubel kayu dengan cara memesan agar sesuai dengan kebutuhan dan selera, fungsi tata ruang, dari pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

74

membeli furniture/meubel kayu standar yang tersedia di toko. Kecenderungan itulah yang menjadikan usaha furniture/meubel kayu di Kabupaten Banyumas berkembang dan mmberikan prospek pengembangan pada waktu ke waktu. Secara statistik industri keeil meubel kayu di Kabupaten Banyumas tahun 2009 sebanyak 973 unit usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1.924 orang, nilai investasi Rp. 443.600.000,- Adapun sentra produksi furniture/meubel kayu terdapat di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang, Desa Somagede Kecamatan Somagede, Desa Lumbir Kecamatan Lumbir, Desa Bojongsari Kecamatan Kernbaran, Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang, Desa Kedungurang dan Desa Gumelar Kecamatan Gumelar, Desa Karangrau Kecamatan Banyumas. c. Batik Batik merupakan salah satu andalan produk bangsa Indonesia yang mampu menembus Kabupaten senantiasa pangsa pasar luar juga bisa negeri. Untuk itu industri Batik Banyumas dibina agar

meningkatkan mutu dan coraknya agar bisa berkembang lebih pesat. Ciri khas batik yang ada di Kabupaten Banyumas memiliki corak yang berbeda dari batik motif Yogyakarta, Solo, Cirebon dan Pekalongan. identik dengan Batuk motif Banyumas

Jonasan, batik Jonasan termasuk dalam kelompok motif non geometrik yang didominasi dengan warna-warna dasar kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga sedang warna hitam karena wedel, () 90% warna lembut di pastikan tergores pada setiap lembar kain batik, motif- motif andalan batik Banyumas masih bertahan yang digemari oleh konsumen antara lain motif Sekarsurya, Sidoluhung, Jahe Pugar, walaupun dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan yang sangat dinamis dengan melakukan terobosan pembaharuan serta pengembangan motif-motif dengan melakukan berbagai kombinasi sehingga tercipta satu karakter seni lukis yang indah. Berdasarkan data tahun 2009 potensi pembatikan di Kabupaten Banyumas
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

75

tercatat terdapat 25 unit usaha, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 125 orang dan jumlah pengobeng/pembatik sebanyak 833 orang, nilai inventasi Rp. 896.000.000,- kapasitas produksi per tahun 59.904, lokasi sentra industri batik yang paling banyak adalah di wilayah Desa Pekuncen, Pasinggangan, Sudagaran, Papringan, di wilayah Kecarnatan Banyumas dari Desa Sokaraja Lor, Sokaraja Kidul, Sokaraja Tengah, Sokaraja Kulon, Karang Duren di wilayah Kecmatan Sokaraja. d. Industri Logam untuk Alat Pertanian Meskipun harus menghadapi berbagai tantangan berat dalarn menunjukan keberadaannya sebagai bagian dari Industri Kecil dan Menengah, sentra kerajinan logam di Desa Pasir Kecamatan Karanglewas ternyata tetap mampu bertahan di tengah-tengah tekhnologi yang perkembangan

canggih saat ini. Sentra logam di Desa Pasir pada umumnya masih memanfaatkan tekhnologi produksi yang bersifat tradisional (manual) meskipun ada beberapa telah menggunakan tekhnologi mesin dan elektris/semi mekanik. Pada awal produksi, usaha industri logam memproduksi alat-alat rumah tangga akan tetapi dengan tokhnologi dan perkembangan jaman industri logarn semakin meningkat kreatifitasnya sehingga berkembang beberapa inovasi, yaitu pembuatan alat-alat pertanian dan kerajinan yang pesanannya dari pasaran lokal hingga keluar daerah Kabupaten Banyumas. Perkembangannya usaha industry logam di Kabupaten Banyumas yaitu di Desa Pasir Wetan Kec. Karanglewas semakin pesat hal ini bias dilihat dari tahun-ketahun, data pada tahun 2008 terdapat 110 unit usaha, jumlah tenaga kerjaa yang terserap 600 orang, nilai investasi mesin/peralatan sebesar Rp. 930.000.000, e. Industri Kayu Olahan Potensi Kayu Olahan di Kabupaten Banyumas cukup pesat perkembangannya pada dekade akhir-akhir ini. Bahan kayu alam/ gelondongan jenis Abasia, pinus dan Darnar dihasilkan produk berupa Papan Balok dan Pallet yang banyak diproduksi oleh industri kecil, sedangkan beberapa perususahaan skala menengah telah memproduksi
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

76

Jointing Board, Laminating Board, Finger Join dan Barecore. Produk hasil kayu olahan dihasilkan oleh para pengusaha industri kecil dari beberapa sentra menjalin kerja sama/kemitraan dengan perusahaanperusahaan besar yang berada dikota-kota besar. Pemasaran produk kayu olahan juga tembus ke pasaran Internasional yaitu ke berbagai negara terutama ke Jepang, Korea, Perancis, Singapura, Taiwan dan Amerika. Adapun sentra-sentra industri kayu olahan di Kabupaten Banyumas terdapat di berbagai wilayah yaitu di Kecarnatan Cilongok, Ajibarang, Pekuncen, Kallibagor dan Somagede. Jumlah usaha industri kayu olahan menurut data tahun 2009 sebanyak 253 unit, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.152 orang tanaga kerja, total produksi pertahun 227.700 m3 , dengan nilai investasi sebesar Rp. 12.100.974,-. f. Industri Minyak Atsiri Minyak Atsiri sudah dikenal ribuan tahun yang lalu yaitu sebelum Masehi, adalah merupakan bahan pewangi dan penyedap rasa yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bahan minyak Atsiri adalah obat-obatan pertama yang digunakan manusia. Di Indonesia baru 12 jenis dari sekitar 200 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia saat ini, namun 2 diantaranya kita kuasai di pasaran dunia, atau produsen nomor satu yaitu minyak nilam memangsa pasar 90 % dan minyak Massoia 100 % yang barasal dari Irian Jaya. Kabupaten Banyumas juga merupakan penghasil minyak Atsiri yang cukup potensial pemasarannya Baik dalam jenis maupun mutunya, pemasaran hasil minyak astiri Kabupaten Banyumas ke Luar Negeri (Eksport) dan minyak astiri ini mempunyai harapan yang baik untuk berkembang. Beberapa hasil olahan dari minyak atsiri Kabupaten Banyumas adalah minyak nilam dan minyak daun cengkeh. Dari aspek sumber daya alam, kondisi alam di daerah Kabupaten Banyumas khususnya di beberapa Kecamatan seperti Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Baturaden, dan Kecamatan Sumpiuh sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman cengkeh dan nilam. Oleh karena membaiknya harga minyak atsiri di pasaran saat ini, maka usaha industri minyak atsiri di Kabupaten Banyumas masih terbuka untuk kerjasama dengan investor dalam memberikan dukungan bagi penyediaan bahan baku minyak atsiri. Secara statistik, usaha industri minyak astiri di Kabupaten Banyumas pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

77

tahun 2009 terdapat 21 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 93 orang dengan hasil produksi per tahun 66.000 kg dan nilai investasi sebesar Rp. 240.000.000,- dengan nilai produksi sebesar Rp. 1.650.000.000,g. Industri Bahan Bangunan Industri bahan bangunan berkembang cepat sejalan dengan meningkatnya kegiatan pembangunan disektor perumahan, industri gentang sebagai salah satu bahan bangunan memiliki dan yang peluang banyak untuk genteng dibutuhkan akan mutu

berkembang cukup besar. Namun tuntutan corak/motif merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh produsen, agar bisa memberi kepuasan kepada konsumen. Perubahan orientasi ini menyebabkan industri genteng harus memperhatikan aspirasi dan tuntutan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Beberapa jenis produk yang dihasilkan pengrajin genteng di Kabupaten Banyumas adalah genteng Pres Pekalongan bulat/papak, Genteng Vlam, Genteng Paris dan Genteng Kerpus. Adapun sentra produksi genteng terdapat di Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang, Desa Samudra Keeamatan Gumelar, Desa lumbir Kecamatan Lumbir, Desa Gentawangi Kecamatan Jatilawang. Menurut data tahun 2009 jumlah pengusaha Industri Kecil Genteng tercatat sebanyak 998 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 3.252 orang, dengan hasil produksi 94.272.000 buah genteng pertahun.

2.

Perdagangan Berdasarkan laporan dari Dinas Perindagkop Kab. Banyumas Th. 2009, jumlah unit usaha Perdagangan Menengah pada tahun 2005 sebanyak 94 buah, pada tahun 2006 sampai dengan bulan Desember 2009 tumbuh dan berkembang menjadi 98 unit usaha. Untuk jumlah sarana perdagangan, pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 jumlah Pasar Tradisional sebanyak 21 buah, tahun 2008 berkembang menjadi 22 buah, pada

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

78

tahun 2009 menjadi 25 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 masih 25 buah, ke 25 pasar tradisional ini di kelola oleh Pemerintah Kab. Banyumas. Untuk Pasar Lokal yang ada di Kab. Banyumas, pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 sebanyak 122 buah dan pada tahun 2008 sarnpai dengan bulan Juni 2010 berkembang menjadi 133 buah. Untuk Pasar Swalayan (Pasar Modem) seperti Indomart, Alfamart, Matahari Dept. Store, Rita dll. pada tahun 2006 ada sebanyak 24 buah, pada tahun 2007 bertambah menjadi 32 buah, pada tahun 2008 bertambah lagi menjadi menjadi 46 buah, pada tahun 2009 bertambah lagi menjadi 59 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 sudah tumbuh dan berkembang menjadi 71 buah. Sedangkan untuk Pasar Grosir yang ada baru satu buah yaitu Moro, sedangan untuk Mal/Plaza juga baru berdiri satu buah yaitu Tamara Plaza " Sri Ratu . 3. Pengembangan Usaha Nasional Jumlah koperasi aktif perkembangannya mengalami peningkatan yang cukup baik, pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 berkernbang menjadi 396 buah, tahun 2008 menjadi 397 buah, tahun 2009 berkembang menjadi 446 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 berkembang menjadi 448 buah. Sedangkan untuk koperasi tidak aktif mengalami fluktuasi naik turun, pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 sebanyak 60 buah, tahun 2008 turun menjadi 57 buah, tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 naik bali i 61 buah. Jumlah Induk Koperasi dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 2 buah. Jumlah Koperasi Primer di Kabupaten Banyumas tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 ada sebanyak 458 buah, tahun 2008 sebanyak 466 buah, tahun 2009 sebanyak 505 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Koperasi Primer ada sebanyak 507 buah. Untuk KUD dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 25 buah. Sedangkan untuk Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 4 buah. Jumlah Pengusaha Kecil yang ada di Kab. Banyumas mengalami peningkatan secara terus menerus, pada tahun 2006 sarnpai dengan tahun 2007 ada sebanyak 578.564 orang pengusaha, pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 ada sebanyak 579.024 orang pengusaha dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 579.487 orang pengusaha. Untuk Pengusaha Menengah juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 ada sebanyak 1.059 orang pengusaha dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 1.067 orang pengusaha. Untuk Pengusaha Besar pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 berkembang menjadi 107 orang
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

79

pengusaha. Jumlah penyerapan tenaga kerja pada Pengusaha Kecil tahun tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 925.703 orang dan pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 ada sebanyak 579.024 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah penyerapan tenaga kerja pada pengusaha kecil sebanyak 1.055.583 orang. Untuk Pengusaha Menengah jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 24.357 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak orang. Untuk penyerapan tenaga kerja Pengusaha Besar pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 ada sebanyak sebanyak 4.725 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah penyerapan tenaga kerja ada sebanyak 4.762 orang. Untuk nilai eksport dan import non migas, pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 jumlah eksport senilai 6.785.761 juta US$, tahun 2008 mencapai sejumlah 2.693.528 juta US$, tahun 2009 turun menjadi 1.839.654 juta US$ dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumnlah nilai eksport mencapai 2.547.170,91 juta US$. Lembaga keuangan, yang terdiri dari Perbankan dan Non Perbankan, untuk Perbankan terdiri dari milik Pemerintah, Swasta Nasional, Swasta Asing dan Milik Pemerintah Daerah, sedangkan untuk Lembaba Non Perbbankan terdiri dari Modal Ventura dan Lembaga Keuangan Mikro. Pada tahun 2005 jumlah Perbankan di Kab. Banyumas sebanyak 29 buah yang terdiri dari milik Pemerintah sebanyak 5 buah, Sswasta Nasional 22 buah dan Milik Pemerintah Daerah sebanyak 2 buah, tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 jumlah Perbankan sebanyak 34 buah yang terdiri dari 6 buah milik Pemerintah, 26 buah milik Swasta Nasional dan 2 buah milik Pemerintah Daerah, sampai dengan bulan Desember 2009 jumlah Perbankan bertambah menjadi 35 buah yang terdiri dari 6 buah milik Pemerintah, 27 buah milik Swasta Nasional dan 2 buah milik Pemerintah Daerah. Untuk Lembaga Non Perbankan jumlah lembaga Keuangan Mikro, pada tahun 2005 sebanyak 32 buah dan pada tahun 2006 sampai dengan bulan Desember 2009 sejumlah 53 buah, yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan di Kab. Banyumas. B. Pengelolaan Asset / Barang Daerah Kabupaten Banyumas mempunyai aset tidak bergerak berupa tanah yang terseber dibeberapa wilayah kecamatan yang ada di Kab. Banyumas, diantaranya Kecamatan Ajibarang seanyak 14 lokasi luas 113.574 m2, Kecamatan Banyumas sebanyak 17 lokasi luas 171.337 m2, Kecamatan Baturraden sebanyak 14 lokasi luas 185.485 M2, Kecamatan Cilongok sebanyak 7 lokasi luas 223.749 m2,
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

80

Keeamatan Gumelar sebanyak 2 lokasi luas 15.545 m2, Kecamatan Jatilawang sebanyak 7 lokasi luas 40.516 m2, Keeamatan Kalibagor sebanyak 9 lokasi luas 699.175 m2, Kecamatan Karanglewas sebanyak 4 lokasi luas 26.675 m2, Kecamatan Kebasen sebanyak 3 lokasi luas 12.305 m2, Kecamatan Lumbir sebanyak 2 lokasi luas 8.985 m2, Kecamatan Kedungbanteng sebanyak 4 lokasi luas 25.758 m2, Kecamatan Kembaran sebanyak 10 lokasi luas 34.803 m2, Kecamatan Kemrajen sebanyak 7 lokasi luas 17.981 m2, Kecamatan Patikraja sebanyak 10 lokasi luas 92.073 M2, Kecamatan Pekuncen sebanyak 6 lokasi luas 495.516 m2, Kecamatan Purwojati sebanyak 3 lokasi luas 15.783 m2, Kecamatan Purwokerto Barat sebanyak 14 lokasi luas 41.683 m2, Kecamatan Purwokerto Selatan sebanyak 26 lokasi luas 156.502 m2, Kecamatan Purwokerto Timur sebanyak 38 lokasi luas 278.619 m2, Kecamatan Purwokerto Utara sebanyak 2 lokasi luas 7.300 m2, Keeamatan Rawalo sebanyak 5 lokasi luas 18.503 m2, Kecamatan Sokaraja sebanyak 14 lokasi luas 19.535 m2, Kecamatan Sumbang sebanyak 1 lokasi luas 10.729 m2, Kecamatan Sumpiuh sebanyak 2 lokasi luas 15.885 m2 , Kecamatan Tambak sebanyak 3 lokasi luas 28.530 m2 dan Kecamatan Wangon sebanyak 9 lokasi luas 464.292 m2. C. BUMD, Perbankan Daerah dan Lembaga Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Banyumas

sampai saat ini masih memiliki 2 (dua) buah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Bank Kredit Kecamatan (BKK) yang mana memberikan kontribusi terhadap APBD Kabupaten Banyumas. Sedangkan Perbankan Daerah yang ada di Kabupaten Banyumas meliputi Bank Milik Pemerintah sebanyak 6 buah diantaranya Bank Konvensional 5 buah, Bank Syariah 1 buah dan Bank Swasta Nasional ada 26 buah diantaranya Bank Konvensional (Bank Umum + BPR) sebanyak 22 buah dan Bank Syariah (Bank Umum + BPR) sebanyak 4 buah. Untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD) sampai dengan bulan Desember 2009 ada 1 (satu) buah, sedangkan untuk jumlah BPR yang ada sampai dengan bulan Desember 2009 sebanyak 25 buah. Jumlah PDAM pada
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

81

tahun 2005 sampai dengan bulan Desember 2009 sebanyak 1(satu) buah, yaitu berada di Jalan Prof. DR. Soeharso, Purwokerto. Sedangkan Lembaga Keuangan Daerah (LKD) yang ada di Kabupaten Banymnas pada tahun 2006 sebanyak 61 buah, tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 87 buah dan sampai dengan bulan Desember 2009 ada sebanyak 88 buah, LKD ini tersebar di beberapa wilayah Kecamatan yang ada di Kab. Banyumas.

BAB VI EKONOMI KEUANGAN

A.

Produk Domestik Regional Bruto Di Kabupaten Banyumas kondisi perekonomian terus mengalami perkembangan, hal ini ditandai dengan selalu berkembangnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun. Apabila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB Banyumas mengalami perkembangan secara berturut-turut mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 sebesar 197,70%, 216,20% dan pada tahun 2007 sebesar 244,45%. Namun apabila dilihat berdasarkan harga konstan, yang tercermin pada besamya laju pertumbuhan ekonomi, terlihat babwa laju pertumbuhan ekonomi yang terakhir hanya sebesar 5,30% (2007). Laju pertumbuhan dengan besaran seperti di atas sebenamya masih tergolong rendah dan belum mampu memberikan perubahan yang cukup mencolok terhadap perubahan kondisi riil ekonomi masyarakat. Sehingga perekonomian secara umum di Kabupaten Banyumas masih perlu dipacu lebih cepat lagi dengan menyusun strategi dan kebijakan yang lebih tepat lagi, terutama dalam upaya menggerakkan sektor riil. Untuk menjalankan kebijakan ini gerak perekonomian di Kabupaten Banyumas masih perlu dipercepat dengan memberikan dorongan pada sektor-sektor yang mempunyai peranan yang cukup besar dalam perekonomian. Tabel 6.1. PDRB Kabupaten Banyumas
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) 3.917.711.445 4.365.914.664 4.835.240.499 5.580.804.337 6.428.219.534 ADHK (TD 2000) (Atas Dasar Harga Konstan) 3.227.485.200 3.347.157.944 3.486.633.689 3.598.399.158 3.759-547.615

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

82

2007

7.268.199.715

3.958.645.946

Tabel 6.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyumas


Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 % 4,51 3,71 4,17 3,21 4,48 5.30

Dibandingkan dengan kabupaten tetangga dalam wilayah eks Karesidenan Banyumas, pertumbuhann ekonomi Banyumas tahun 2007 menempati posisi kedua setelah Kabupaten Purbalingga, hanya sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjarnegara (Tabel 6.3). Sehingga. perlu ditekankan kembali percepatan pertumbuhan ekonomi agar Banyumas tidak tertinggal bila dibandingkan dengan kabupaten tetangga. Tabel 6.3. Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Eks. Karesidenan Banyumas
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Kabupaten Banyumas (%) 4,51 3,71 4,17 3,21 4,48 5.30 Kabupaten Banjarnegara (%) -0,65 2,96 3,81 3,95 4,32 5.01 Kabupaten Cilacap (%) 8,59 6,33 6,65 7,72 5,00 2.64 Kabupaten Purbalingga 4,13 3,14 3,35 4,18 5,06 6.19

Walaupun

perekonomian

di

Kabupaten

Banyumas

terus

mengalami

pertumbuhan, tetapi pendapatan perkapita masyarakat Banyumas masih tergolong rendah. Pada tahun 2007 Pendapatan perkapita masyarakat Banyumas sebesar Rp. 4.640.490,- atas harga berlaku dan Rp 2.527.456,- atas dasar harga konstan. Dengan mendasarkan pada standar kemiskinan Bank Dunia terendah sebesar US $ 1 perorang, dengan 1US $ sebesar Rp 9.100,- dan satu tahun 360 hari maka standar kemiskinan menurut Bank Dunia sebesar Rp 3.276.000,- per tahun. Dengan demikian pendapatan perkapita masyarakat Banyumas masih di bawah standar kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia. Namun dengan menggunakan standar kmiskinan teerendah dari Sayogyo sebesar 320 kilogram beras selama setahun dan harga beras dihitung sebesar Rp 3.500,- maka pendapatan perkapita masyarakat Banyumas berada di atas stardar kerniskinan sebesar Rp 1.120.000,- Apabila SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 83

pertumbuhan ekonomi diperbandingkan dengan pertumbuhan pendapatan perkapita terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Hal ini menggambarkan adanya, pertumbuhan Penduduk ataupun Pertumbuhan penduduk miskin yang cukup cepat di Kabupaten Banyumas. Dengan indikator ini maka perlu adanya pembatasan penduduk pada umumnya dan penduduk miskin khususnya.

Tabel 6.4. Pendapatan Perkapita Kabupaten Banyumas


Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 ADHB 2.308.568 2.625.967 2.903.02,9 3.183.848 3.645.107 4.181.422 4.640.490 % Kenaikan 13,75 10,155 9,67 14,49 14,71 11,42 ADHK 2.089.002 2.163.321 2.225.627 2.295.835 2.350.297 2.445.507 2.527.456 % Kenaikan 3,56 2,88 3,15 2,37 4,05 3.76

Struktur ekonomi Kabupaten Banyumas selama lima tahun terakhir tahun 2002-2007 relatif tidak mengalami banyak perubahan. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan cukup besar dalam perekonomian dari tahun ke tahun tetap dimiliki oleh sektor pertanian, industri, jasa dan perdagangan. Walaupun memiliki proporsi yang cukup besar dalam perekonomian sektor pertanian dan industri cenderung mengalami penurunan, peran dari tahun ke tahun lihat Tabel 6.5. Apabila kedua sektor ini akan dipertahankan sebagai sektor unggulan, diperlukan penanganan dan kebijakan khusus terhadap kedua sektor ini. Hal menarik yang perlu diperhatikan, penurunan sektor ekonomi yang juga diikuti dengan penurunan sektor industri, menandakan keduanya tidak bersubstitusi, penurunan sektor pertanian tidak dipindahkan ke sektor industri tetapi ke sektor lainnya yaitu sektor perdagangan dan jasa. Hal ini menunjukkan perkembangan ekonomi Banyumas sangat ditopang oleh barang dan jasa yang berasal dari luar daerah. Tabel 6.5. Struktur Ekonomi Kabupaten Banyumas
Sektor Pertanian Penggalian Industri
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

Th. 2002 Th. 2003 23,51 1,38 17,2 22,98 1,39 17,28

Th. 2004 22,59 1,39 17,28

Th. 2005 22,26 1,4 17,16

Th. 2006 21,67 1,4 16,95

Th. 2007 22.99 1.39 16.48

84

Listrik Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa

0,84 9,05 14,47 10,24 7,82 15,48

0,85 9,11 14,49 10,3i 8 15,52

0,88 9,15 14,52 10,66 8,11 15,53

0,93 9,24 14,6 10,54 8,3 15,58

0,94 9,2 14,91 10,62 8,49 15,91

1.36 9.63 14.51 9.16 8.72 15.77

Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan paling cepat dalam perekonomian Banyumas secara berturut adalah sektor keuangan, perdagangan dan jasa. Oleh sebab itu perlu dibuat kebijakan agar ketiga sektor ini mempunyai ruang gerak perkembangan yang lebih leluasa. Dengan melihat proporsinya dalam perekonomian dan sektor yang mengalami perkembangan pesat ini terlihat dengan jelas bahwa perkembangan Kabupaten Banyumas menuju wilayah perdagangan dan jasa, namun demikian arahan sektor keuangan dan jasa untuk menopang sektor pertanian dan industri perlu dilakukan, sehingga sektor ini mampu melakukan perkembangan. Tabel 6.6. Pertumbuhan Setiap Sektor di Kabupaten Banyumas
Sektor Pertanian Penggalian* Industri Listrik Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa PDRB TOTAL Th. 2002 7,06 4,29 3,05 9 3,4 5,33 5,04 2,26 2,54 4951 Th. 2003 1,38 4,86 4,2 4,26 4,42 3,84 5,01 6,05 3,97 3,71 Th. 2004 2,38 3,75 4,19 8,19 4,63 4,35 5,93 5,67 4,21 4,17 Th. 2005 1,7 4,09 2,45 9,11 4,12 3,8 3,13 5,60 3,54 3,21 Th. 2006 1,73, 4,62 3,24 5,16 4,07 6,72. 4,32 6,85 6,70 4,48 Th. 2007 3.14 5.17 3.47 7.51 4.71 6.48 5.18 8.04 7.90 5.30

Perekonomian Kabupaten Banyumas masih didominasi oleh sektor yang memberikan kontribusi di atas 10 persen terhadap PDRB. Keempat sektor tersebut adalah sektor Pertanian, Industri, Jasa-jasa dan sektor Perdagangan. Dilihat dari sumbangannya terhadap PDRB tahun 2007, berdasarkan urutan besamya sumbangan adalah sebagai berikut ; Sektor Pertanian menyumbang 22,99 persen, diikuti oleh Sektor Industri dengan sumbangan 16,48 persen, Sektor Jasa-jasa menyumbang 15,77 persen, Sektor Perdagangan menyumbang 14,51 persen, Tiga sektor yang sumbangannya antara 5 sampai 10 persen adalah Sektor Bangunan yang menyumbang 9,63 persen, Sektor Pengangkutan menyumbang 9,15 persen dan sektor Keuangan menyumbang 8,72 persen. Dua sektor yang menyumbang di bawah lima persen masing-masing adalah sektor Pertambangan dan Penggalian

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

85

menyumbang 1,39 persen dan sektor Listrik, Gas dan Air Bersih menyumbang1,36 persen. B. APBD Dalam upaya menjalankan kebijakannya, terutama, kebijakan fiskal, terlihat bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Kabupaten Banyumas terus mengalami peningkatan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Dengan anggaran belanja yang semakin meningkat, permasalahan yang dihadapi adalah ketepatan alokasi anggaran tersebut. Sebagai instrument kebijakan fiskal, APBD akan mempunyai efektivitas yang tinggi manakala tersalur pada sektor yang mempunyai dampak terhadap sektor riil daerah, dengan kata lain APBD harus mampu manjadi motor penggerak sektor riil. Oleh sebab itu untuk mengetahui ketepatan APBD harus dikaji lehih lanjut bagaimanakah alokasi APBD tersebut. Untuk itu perlu adanya evaluasi setiap kebijakan belanja yang dilakukan selama ini. Efisiensi anggaran dan kemampuan anggaran untuk meningkatkan investasi dan pendapatan masyarakat harus menjadi prioritas kebijakan di waktu yang akan datang.

Tabel 6.7. APBD Kabupaten Banyumas


Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Pendapatan Anggaran Realisasi 536.408.614.255 759.020.071.390 837.644 335.000 928.013.856.288 994.245.891.905 566.164.904.606 803.084.834.625 869.387.057.131 968.913.212.552 Belanja Anggaran 560.860.334.550 803.749.806.442 963.673.784.000 1.063.673.306.791 1.112.315.891.905 Realisasi 532.868.531.375 719.957.771.996 870.783.409.733 973.932.843.282 -

Sumber : DPPKAD Kab. Banyumas Th. 2005-2009

Selama 5 (lima) tahun terakhir pendapatan daerah Kabupaten Banyumas cenderung meningkat, pendapatan daerah pada tahun 2005 dari anggaran sebesar Rp. 536.408.614.255,- teralisasi sebesar Rp. 566.164.904.606,- pada tahun 2006 dari anggaran sebesar Rp. 759.020.071.390,- teralisasi sebesar Rp. 803.084.834.625,pada tahun 2007 dari anggaran sebesar Rp. 837.644.335.000, teralisasi sebesar Rp. 869.387.057.131,- pada tahun 2008 dari anggaran pendapatan sebesar Rp. 928.013.856.288,- terealisasi sebesar Rp. 968.913.212.552,- dan pada tahun 2009 dianggarkan besarnya pendapatan sebesar Rp. 994.245.891.905,-. Untuk belanja daerah Kabupaten Banyumas cenderung meningkat, dimana belanja daerah pada tahun 2005 dari anggaran sebesar Rp. 560.860.334.550,terealisasi sebesar Rp. 532.868.531.375,- pada tahun 2006 dari anggaran sebesar SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 86

sebesar Rp. 803.749.806.442 terealisasi sebesar Rp. 719.957.771.996,- pada tahun 2007 Rp. dari anggaran sebesar pada Rp. tahun 963.673.784.000,2008 dari terealisasi belanja sebesar sebesar 870.783.409.733,anggaran

Rp. 1.063.673.306.791,- terealisasi sebesar Rp. 973.932.843.282,- dan pada tahun 2009 dianggarkan besarnya belanja daerah sebesar Rp. 1.112.315.891.905,-. C. Pajak Pendapatan pajak yang berasal dari dana perimbangan berupa bagi hasil pajak pada tahun 2005 dari anggaran sebesar Rp. 25.649.988.365,- terealisasi sebesar Rp. 35.192.906.321,- pada tahun 2006 dari angaran sebesar Rp. 28.700.000.000,terealisasi sebesar Rp. 41.429.845.651,- pada tahuh 2007 dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 41.883.211.010,- terealisasi sebesar Rp. 50.268.765.846,pada tahun 2008 dari anggaran sebesar Rp. 46.829.960.000,- terealisasi sebesar Rp. 57.554.524.343,- pada tahun 2009 besarnya bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak dianggarkan sebesar Rp. 49.652.344.92,77 Sedangkan pendapatan pajak yang berasal dari dana perimbangan berupa bagi hasil pajak dari provinsi dimana pada tahun 2005 dari anggaran sebesar Rp. 17.004.990.990,- terealisasi sebesar Rp. 25.541.827.566,- pada tahun 2006 dari angaran sebesar Rp. 23.067.741.990,- terealisasi sebesar Rp. 38.262.651.035,- pada tahun 2007 dari anggaran setelah perubahan sebesar Rp. 28.481.995.744,- terealisasi sebesar Rp. 40.701.280.341,pada tahun 2008 dari anggaran sebesar Rp. 36.415.945.092,- terealisasi sebesar Rp. 48.177.112.350,- sedangkan pada tahun 2009 lain-lain pendapatan daerah yang sah, berupa dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan pemerintah daerah lainnya dianggarkan sebesar Rp. 40.384.959.000,D. Dana Perimbangan Pendapatan Daerah Kabupaten selama tahun 2005-2009 masih didominasi oleh Dana Perimbangan, yang terdiri dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus serta bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari provinsi. Perkembangan Dana Perimbangan selama 5 (lima) dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan jumlahnya, pada tahun 2005 besarnya Dana Perimbangan dari anggaran sebesar Rp. 462.105.009.355,- terealisasi sebesar Rp. 480.692.677.348,pada tahun 2006 dari anggaran sebesar Rp. 690.184.437.990,- terealisasi sebesar Rp. 717.585.055.155,- pada tahun 2007 dari anggaran setelah perubahan Rp. 752.701.024.824,- teralisasi sebesar Rp. 763.420.612.472,- pada tahun 2008 dari anggaran sebesar Rp. 832.643.810.592,SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

87

terealisasi sebesar Rp. 853.259.655.292,- dan pada tahun 2009 besarnya dana perimbangan dianggarkan sebesar Rp. 822.443.224.592,77 Besarnya penerimaan yang bersumber dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus yang diterima oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, ini menandakan bahwa masih tingginya ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap dana dari Pemerintah Pusat. E. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Banyumas yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah, selama 5 (lima) tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan, pada tahun 2005 PAD Kab. Banyumas dari anggaran sebesar Rp. 52.983.604.900,- terelaisasi sebesar Rp. 63.767.247.698,- pada tahun 2006 dari anggaran sebesar Rp. 68.835.633.400,terealisasi sebesar Rp. 85.499.779.470,- pada tahun 2007 dari anggran setelah perubahan sebesar Rp. 84.943.310.176,- terealisasi sebesar Rp. 96.386.444.659,- pada tahun 2008 dari anggaran sebesar Rp. 95.370.045.696,- terealisasi sebesar Rp. 107.425.765.063,- dan pada tahun 2009 besarnya PAD sebesar dianggarkan Rp. 101.413.857.712,95

Tabel 6.8. PAD Kabupaten Banyumas Sumber PAD Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007 Th. 2008
21.342.097.481 63.895.745.349 4.947.115.462 17.240.806.771 107.425.765.063 968.913.212.552 11,09 %

Th. 2009
18.755.000.000 66.122.256.690 5.625.043.940 10.911.557.082 101.413.857.712 994.245.891.905 10,20 %

Paiak Daerah 17.295.119.280 16.832.562.181 18.990.997.657 Retribusi Daerah 32.781.833.512 48.807.891.600 57.734.035.290 Hasil Pengelolaan Kekayaan 4.250.396.230 3.504.757.059 4.152.405.385 Daerah Yang Dipisahkan Lain-Lain PAD yang Sah 9.439.898.676 16.354.568.630 15.509.006.327 Total PAD 63.767.247.698 85.499.779.470 96.386.444.659 Total APBD 566.164.904.606 803.084.834.625 869.387.057.131 Rasio PAD terhadap APBD 11,26 % 10,65 % 11,09 %
Sumber : DPPKAD Kab. Banyumas Th. 2008-2009

Untuk Rasio PAD terhadap APBD Kabupaten Banyumas tahun 2005 sebesar 11,26 %, tahun 2006 sebesar 10,65 %, tahun 2007 sebesar 11,09 %, tahun 2008 sebesar 10,28 % dan pada tahun 2009 diharapkan mencapai 11,75 %. Melihat dari rasio PAD terhadap APBD Kabupaten Banyumas tersebut, dimana terlihat masih kecilnya peranan PAD dalam menyumbang pendapatan daerah, meskipun demikian upaya peningkatan PAD memerlukan pengkajian dan pertimbangan yang cukup masak, karena seperti kita ketahui bersama sumber-sumber PAD merupakan sumber
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

88

yang sangat "kurus", sehingga pengorbanan yang cukup besar dalam upaya peningkatan PAD hanya akan menghasilkan peningkatan yang kurang berarti. Selain itu, sumber-sumber PAD banyak yang berkaitan langsung dengan masyarakat, sehingga perlu dipikirkan agar PAD tidak membebani masyarakat.

F.

Pinjaman Daerah Pemerintah Kabupaten Banyumas pada tahun 2005 untuk pinjaman baik bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri tidak ada, pada tahun 2006 pengeluaran pembiayaan untuk pembayaran pokok pinjaman dalam negeri sebesar Rp. 110.096.489,pada tahun 2007 pinjaman dalam negeri sebesar Rp. 3.653.000.000,- dan pada akhir tahun 2007 sudah dikembalikan, pada tahun 2008 pinjaman dalam negeri sebesar Rp. 2.500.000.000,- sudah dikembalikan pada akhir tahun 2008 dan sampai dengan bulan Desember 2009 Pemerintah Kabupaten Banyumas belum merencanakan pinjaman baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

89

BAB VII POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

A.

Politik Dalam Negeri dan Pengawasan Berdasarkan laporan dari Bakesbangpolinmas Kabupaten Banyumas, mengenai politik, hukum dan keamanan yang ada saat ini di Kabupaten Banyumas sebagai berikut, mengenai peta perpolitikan saat ini jumlah keanggotaan DPRD Kabupaten Banyumas ada sebanyak 49 orang, dengan jumlah fraksi di DPRD Kabupaten Banyumas ada sebanyak 7 buah, dari fraksi-fraksi tersebut yang terbanyak dalam menduduki kursi yaitu dari Fraksi PDI-P dengan 13 kursi, disusul Fraksi dari Golkar 9 kursi, Fraksi Partai Demokrat 6 kursi, Fraksi PAN 5 kursi, Fraksi PKB 5 kursi, Fraksi PPP 1 kursi dan Partai Hanura 1 kursi. Adapun komposisi Anggota DPRD berdasarkan jenis kelamin untuk pria sebanyak 41 orang dan 8 orang wanita. Jumlah peserta pemilih pada tahun 2009 ada sebanyak 1.262.347 orang dengan rincian sebanyak 630.014 orang pria dan 632.333 orang perempuan, dengan tingkat partisifasi jumlah pemilih 73,23 persen dengan rincian tingkat partsifasi pria 35,52 persen dan perempuan 37,71 persen. Jumlah Partai Politik (Parpol) yang ada di Kabupaten Banyumas pada tahun 2009 ada sebanyak 36 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Parpol yang ada sebanyak 36 buah. Sedangkan jumlah parpol peserta pemilu pada tahun 2009 ada sebanyak 36 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Parpol peserta pemilu ada sebanyak 36 buah . Organisasi kernasyarakatan berdasarkan profesi pada tahun 2006 ada sebanyak 178 buah, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 11 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 35 buah organisasi masyarakat berdasarkan profesi. Perkembangan jumlah organisasi kemasyarakatan berdasarkan agama , pada tahun 2006 ada sebanyak 12 buah, pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 ada sebanyak 20 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 21 organisasi kemasyarakatan berdasarkan agama. Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal yang ada, di Kabupaten Banyumas pada tahun 2006 ada sebanyak 140 buah, pada tahun 2007 berkurang menjadi 137 buah dan pada tahun 2009 tumbuh menjadi 140 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah LSM lokal ada sebanyak 21 buah. Sedangkan jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat Nasional pada tahun 2006 sebanyak 2 buah, pada tahun 2008 masih tetap berjumlah 2 buah dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah LSM Nasional ada sebanyak 11 buah.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

90

Keberadaan jumlah media massa/pers lokal dan nasional di Kabupaten Banyumas pada tahun 2009 ada sebanyak 15 buah yang terdiri dari 2 buah media massa/pers lokal dan 13 buah media massa/pers nasional dan sampai dengan bulan Juni 2010 ada sebanyak 17 buah media massa/pers yang terdiri dari 6 buah media massa/pers lokal dan 11 buah media massa/pers nasional. B. Hukum Kondisi perkembangan permasalahan hukum yang ada di Kabupaten Banyumas dari tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, pada tahun 2006 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum perkara yang dilaporkan sebanyak 14.229 perkara yang terdiri dari 397 perkara kasus pidana dan 13.832 perkara pelanggaran lalu lintas, pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus sebanyak 7.709 perkara yang terdiri dari 393 perkara kasus pidana dan 7.314 perkara kasus pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan pada tahun 2006 maka terjadi penurunan jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 6.520 perkara (45,82 persen), pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum kembali berupa perkara yang dilaporkan sebanyak 28.360 perkara yang terdiri dari 381 perkara kasus pidana dan 27.979 perkara kasus pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi peningkatan jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 20.651 perkara (267,88 persen), pada tahun 2009 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum kembali berupa perkara yang dilaporkan sebanyak 17.197 perkara yang terdiri dari 455 perkara kasus pidana dan 16.742 perkara kasus pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan pada tahun 2008 maka terjadi penurunan jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 11.163 perkara (39,36) dan sampai dengan bulan Juni 2010 terjadi jumlah kasus pelanggaran hukum kembali berupa perkara yang dilaporkan sebanyak 23.499 perkara yang terdiri dari 167 perkara kasus pidana dan 23.332 perkara kasus pelanggaran lalu lintas, jika dibandingkan pada tahun 2009 maka terjadi peningkatan kembali jumlah kasus pelanggaran hukum yang dilaporkan sebanyak 6.302 perkara (36,65 persen). Jumlah perkara terselesaikan baik perkara pidana maupun perkara lalu lintas, pada tahun 2006 terselesaikan kasus sebanyak 14.067 perkara yang terdiri dari 235 kasus perkara pidana dan 13.832 kasus perkara lalu lintas, pada tahun 2007 terselesaikan kasus sebanyak 7.566 perkara yang terdiri dari 252 kasus perkara pidana dan 7.314 kasus perkara lalu lintas jika dibandingkan tahun 2006 maka jadi penurunan jumlah perkara terselesaikan sebanyak 6.501 (46,21 persen), pada tahun 2008 terselesaikan kasus sebanyak 28.160 perkara yang terdiri dari 181 kasus perkara pidana dan 27.979 kasus perkara lalu lintas, jika dibandingkan tahun 2007 SIPD Kab. Banyumas Th. 2010. 91

maka terdapat peningkatan jumlah perkara terselesaikan sebanyak 20.594 perkara (272,19 persen), pada tahun 2009 terselesaikan kasus sebanyak 16.848 perkara yang terdiri dari 106 perkara pidana dan 16.742 kasus perkara lalu lintas dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah kasus terselesaikan sebanyak 23.332 perkara lalu lintas. C. Keamanan, Ketentraman dan Ketertiban Umum Berdasarkan laporan baik dari Polres Kabupaten Banyumas, maupun Bakesbangpolinmas, bahwa situasi keamanan dan ketertiban dalam masyarakat cukup kondusif dan terkendali, meskipun di beberapa wilayah masih terdapat gangguan keamanan dan ketertiban, namun dapat terkendalikan dengan baik. Berdasarkan laporan dari POLRES Banyumas pada tahun 2007 terjadi 431 jumlah kriminalitas, pada tahun 2008 terjadi jumlah kasus kriminatlitas sebanyak 183 kasus jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi penurunan jumlah kasus kriminalitas sebanyak 248 kasus (57,54 persen) dan pada tahun 2009 terjadi kasus kriminalitas sebanyak 112 kasus maka jika dibandingkan kasus kriminalitas yang ada pada tahun 2008 terjadi penurunan kasus sebanyak 71 kasus (38,80 persen). Perkelahian antar pelajar terjadi hanya 1 kali pada tahun 2007 namun dapat terkendali dan terselesaikan dengan baik. Kasus unjuk rasa di bidang politik pada tahun 2009 ada sebanyak 11 kasus dan sampai dengan bulan Juni 2010 turun menjadi 5 kasus unjuk rasa di bidang ekonomi atau turun sebanyak 6 kasus (54,55 persen), unjuk rasa yang terjadi di bidang ekonomi pada tahun 2009 terjadi 3 kasus dan sampai dengan bulan Juni 2010 terdapat kasus kembali di bidang ekonomi sebanyak 3 kasus, sedangkan unjuk rasa di bidang sosial yang terjadi pada tahun 2009 ada sebanyak 31 kasus dan sampai dengan bulan Juni 2010 terjadi kasus di bidang sosial sebanyak 19 kasus maka jika dibandingkan pada tahun 2009 terjadi penurunan kasus di bidang sosial sebanyak 12 kasus (38,71 persen). Jumlah Aparat Keamanan Polisi, Pos Keamanan Polisi, jumlah Polisi Hutan dan jumlah Mobil Pemadam Kebakaran, pada tahun 2007 jumlah Aparat Keamanan (Polisi) ada sebanyak 1.164 orang, pada tahun 2008 ada sebanyak 1.214 orang jika dibandingkan tahun 2007 maka terjadi penambahan jumlah Aparat Keamanan sebanyak 50 orang (4,3 persen) pada tahun 2009 jumlah Aparat Keamanan menjadi 1.207 jika dibandingkan pada tahun 008 maka terjadi penurunan jumlah Aparat Keamanan (Polisi) sebanyak 7 orang (0,58 persen) hal ini karena ada yang pensiun dan pindah tugas ke luar Banyumas.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

92

Jumlah Pos Keamanan (Polisi) pada tahun 2007 ada sebanyak 16 unit, begitu pula tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 jumlah Pos Keamanan (Polisi) ada sebanyak 16 unit Pos Keamanan. Jumlah Polisi Hutan yang ditugasi di KPH Perum Perhutani Banyumas Timur dan KPH Perum Perhutani Banyumas Barat pada tahun 2006 sebanyak 140 orang, pada tahun 2007 sebanyak 148 orang jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terdapat penambahan jumlah Polisi Hutan sebanyak 8 orang (5,71 persen), pada tahun 2008 ada sebanyak 143 jumlah Polisi Hutan jika dibandingkan pada tahun 2007 maka terjadi pengurangan jumlah Polisi Hutan sebanyak 5 orang (3,38 persen), pada tahun 2009 jumlah Polisi Hutan menjadi 140 orang jika dibandingkan tahun 2008 maka terjadi penurunan kembali jumlah Polisi Hutan sebanyak 3 orang dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah Polisi Hutan yang ada sebanyak 139 orang sehingga bila dibandingkan jumlah Polisi Hutan pada tahun 2009 terjadi pengurangan kembali jumlah Polisi Hutan sebvanyak 1 orang (0,71 persen). Jumlah mobil Pemadam Kebakaran yang ada pada tahun 2008 sebanyak 3 unit pada tahun 2009 sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah mobil Pemadam Kebakaran yang ada sebanyak 7 unit, adapun pengelola dari mobil Pemadam Kebakaran yaitu Dinas CKKTR Kabupaten Banyumas.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

93

BAB VIII INSIDENSIAL

A.

Pengungsi Sampai dengan bulan Juni 2010 berdasarkan laporan dari Dinsosnakertrans Kabupaten Banyumas, pengungsian penduduk akibat bencana alam antara lain, banjir, angin puyuh maupun tanah longsor belum ada. Bencana alam tersebut oleh penduduk dirasa belum begitu mengkhawatirkan, sehingga masyarakat yang terkena bencana alam tersebut tetap bertahan di lokasi tempat tinggalnya masing-masing. Begitu pula mengenai tanah longsor dan banjir, meskipun ada beberapa tempat tinggal yang mengalami kerusakan aibat tanah longsor, gempa, angin puyuh maupun banjir, namun masih dapat segera dapat diperbaiki dan ditempati.

B.

Bencana Alam Di Kabupaten Banyumas setiap tahunnya selalu terjadi bencana banjir dan gerakan tanah. Bencana banjir yang terjadi di wilayah Selatan Kabupaten Banyumas, yaitu di wilayah Kecamatan Tambak, Sumpiuh dan Kemranjen berupa bencana alam gerakan tanah, ini erat kaitannya dengan sifat fisik lahan, sifat dan posisi batuan, struktur geologi, keterjalan, penggunaan lahan serta kondisi keairannya daerah dengan sedimen marin lempung dan medan terjal banyak terjadi gerakan tanah. Lempung ini ini plastisitasnya mengembang dan mengerut dengan perubahan cuaca, batuan ini ditindih dengan batuan gunung api sehingga pada daerah kontaknya sering terjadi longsoran. Daerah terjadi dengan curah hujan tinggi juga rawan terhadap longsoran. Demikian halnya dengan aktifitas manusia seperti potong dan pangkas (cut and fill) terhadap lereng juga dapat meningkatkan kemampuan lahan untuk longsor. Bencana alam berupa gerakan tanah yang terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas terdapat pada kawasan hutan mapun pada tepi sungai dengan kondisi lahan terjal atau pada lokasi terjal dengan curah hujan tinggi. Jumlah Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Banyumas berdasarkan laporan dari Disosnakertrans Kabupaten Banyumas, pada tahun 2006 terdapat bencana alam di 14 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana alam tersebut mencapai Rp. 750 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 185 juta, beras

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

94

sebanyak 8.000 ton, mie isntan 630 kardus, minyak goreng 875 liter, pakaian sebanyak 400 paket, material bangunan 50 paket. Pada tahun 2007 terjadi bencana alam kembali di 14 kecamatan, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 100 juta beras sebanyak 9.000 ton, mie isntan 450 kardus, minyak goreng 480 liter, pakaian sebanyak 300 paket, peralatan darurat 3 unit. Pada tahun 2008 terdapat bencana alam di 14 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana alam tersebut mencapai Rp. 2.577,85 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat terkena bencana antara lain berupa dana sebesar Rp. 100 juta, beras sebanyak 9.000 ton, mie isntan 450 kardus, minyak goreng 480 liter, pakaian sebanyak 300 paket, peralatan darurat 3 unit. Pada tahun 2009 terdapat bencana alam di 21 kecamatan, dengan jumlah perkiraan kerugian akibat bencana alam tersebut mencapai Rp. 1.216 juta, kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat terkena bencana antara lain berupa beras sebanyak 10 ton, mie isntan 650 kardus, minyak goreng 850 liter, pakaian sebanyak 53 paket, material bangunan 28 paket dan peralatan darurat sebanyak 3 unit dan sampai dengan bulan Juni 2010 kejadian bencana alam yang mengakibatkan kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp. 2.219,57 juta, untuk kebutuhan bantuan yang sudah disalurkan ke masyarakat terkena bencana antara lain berupa, beras sebanyak 10 ton, mie isntan 850 kardus, minyak goreng 1.200 liter, pakaian sebanyak 300 paket, material bangunan 150 paket. Wilayah Kabupaten Banyumas yang telah teridentifikasi sebagai daerah rawan bencana alam gerakan tanah, adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kecamatan Pekuncen di desa Cibangkong, Karang kemiri dan Semedo. Kecamatan Gumelar di desa Samudra, Gumelar, Kedungurang, Gancang, Paningkapan, Karangkemojing, Cihonje, Cilangkap dan Telaga Kecamatan Lumbir di desa Dermaji, Kedunggede, Karanggayam, Cidora dan Cirahab. Kecamatan Wangon di desa Pangadegan, Cikakak dan Windunegara. Kecamatan Cilongok di desa Punusupan, Jatisaba dan Gununglurah. Kecamatan Purwojati di desa Kaliwangi dan Kalitapen. Kecamatan Kedungbanten di desa Melung dan Baseh. Kecamatan Patikraja di desa Kedungrandu dan Karangdadap. Kecamatan Kebasen di desa Tumiyang.

10. Kecamatan Rawalo di desa Tatnbalmegara. 11. Keeamatan Kemrajen di desa mbaknegara dan Karanggintung.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

95

12. Kecamatan Banyumas di desa Binangun dan Karangrau. 13. Kecamatan Somagede di desa Kemawi, Kanding dan Tangeran. C. Penyakit Menular Di wilayah Kabupaten Banyumas mengenaipenyakit menular dari tahun 2005 sampai dengan bulan Juni tahun 2009, dapat dilaporkan sebagai berikut : 1. Tahun 2008 kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 3.406 kasus dan positif sebesar 177 kasus dengan persentase sebesar 5,2% dan telah diobati 100%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2007 maka dalam satu tahun kasus malaria mengalami kenaikan sebanyak 729 kasus. Tahun 2008 desa MCI dan HCI tidak ada (Nol). Sedangkan desa yang masuk kategori LCI di tahun 2008 sebesar 331. Adapun API Kabupaten Banyumas Tahun 2008 adalah sebesar 0,17 per 1000 penduduk. Jumlah kasus Malaria kare Plasmodium Falcivarum sebesar 34,4 %, Plasmodium Vivax sebesar 65,6 % dan karena Plasmodium Mix tidak ada (Nol). Sedangkan jumlah penyakit Malaria berdasarkan asalnya sebagai berikut. Import sebesar 56,8 %, Indigenus sebesar 33,6 % dan kabuh sebesar 9,6 %. Tahun 2007 kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 2.677 kasus atau 1,72 per 1000 penduduk, sedangkan tahun 2006 kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 4.480 kasus atau sebosar 2,89 per 1000 panduduk dan tahun 2005 kasus penyakit Malaria Klinis sebanyak 4.174 kasus atau sebesar 2,71 per 1000 penduduk. Dibanding tahun 2006 kasus malaria mengalami penurunan 1.803 kasus atau sebesar 1,16 per 1000 penduduk. Daerah endemis malaria di Kabupaten Banyumas tersebar di 9 desa yaitu Kalisalak, Binangun, Petarangan, Karangsalam, Karanggintung, Kebasen dan Banyumas). Tahun 2007 sudah tidak ada lagi desa HCL, desa Binangun dan Kalisalak merupakan desa on CI sedangkan desa lainnya masuk kategori LCI. Adapun API Kabupaten Banyumas tahun 2007 sebesar 11 per 1000 penduduk. angka API Kabupaten Banyumas tahun 2006 sebesar 0,015 atau 15 per 1.000 penduduk dan angka API tahun 2005 sebesar 0,016 atau 1.6 per 1.000 penduduk, jika dibanding tahun 2006 yaitu 0,16 maka tahun 2007 terjadi penurunan kasus sebesar 0,04 per 1000 penduduk. Hal ini dapat disebabkan karena peningkatan surveilans (Active Case Detection/ACD), aktifnya petugas Juru Malaria Desa (JMD) dalam panernuan penderitaan dan kesadaran masyarakat untuk berobat atau memeriksakan diri sudah cukup baik.
SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

Bongangin, Banjarpanepen,

Kemawi dan

Selanegara, dari 9 endemis tersebar di 4 Kecamatan (Sumpiuh, Kemranjen,

96

2.

Jumlah populasi kasus TB Paru positif tahun 2008 sebanyak 1.704 kasus dengan BTA positif sebanyak 613 kasus atau CDR (Case Detection Rate) BTA positif sebanyak 36 per 100.000 penduduk. Hal ini berarti tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 2 kasus. Jumlah kasus TB Paru Positif tahun 2007 sebanyak 615 kasus atau CDR (Caw Detection Rate) BTA positif sebesar 39,61 per 100.000 penduduk, Jumlah kasus TB Paru Positif tahun 2006 sebanyak 1.410 kasm atau CDR BTA positif sebesar 91,24 per 100.000 penduduk, jumlah kasus TB Paru Positif tahun 2005 sebanyak 596 kasus atau CDR (Case Detection Rate) BTA positif sebesar 7,15 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2006 kasus TB paru Positif mengalami peningkatan sebesar 814 kasus, atau CDR BTA Positif sebesar 84.09 per 100.000 penduduk. Sedangkan tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 795 kasus atau 51,22 per 100.000 penduduk. Target penemuan tahun 2006 sebesar 40% dari 91,24 yaitu sebesar sebesar 36,49 per 100.000 penduduk. Sedang target penemuan tahun 2007 sebesar 40 % dari 36,1 yaitu sebesar 14,64 per 100.000 panduduk. Kondisi diatas menunjukan penemuan TB Paru Positif telah memenuhi target.

3.

Jumlah kasus TB paru Klinis tahun 2006 di Kabupaten Banyumas sebanyak 4.405 kasus, jumlah kasus TB Paru Klinis tahun 2005 di Kabupaten Banyumas sebanyak 4.441 kasus, sedangkan tahun 2004 ada sebanyak 3.084 kasus. Jumlah penemuan kasus pada tahun 2005 jika dibandingkan tahun 2006 mengalami penurunan kasus sebanyak 36 kasus.

4.

Jumlah kasus HIV-AIDS sampai Desember 2008 secara komulatif sebanyak 272 kasus dengan rincian dari serosurvey 64 kasus dari klinik VCT 208 kasus. Dari 183 kasus, 50 diantaranya sudah menjadi AIDS dan 27 diantaranya sudah meninggal dunia. Junlah kasus HIV-AIDS sampai Desember 2007 secara kumulatif sebanyak 128 kasus dengan rincian dari serosurvey 64 kasus dari Klinik VCT 63 kagus. Dari 128 kasus, 23 diantaranya sudah menjadi AIDS dan 17 diantaranya sudah meninggal dunia. Kasus HIV yang ditemukan merupakan fenomena gunung es artinya dari 128 kasus HIV positif yang telah terdeteki masih di mungkinkan ada sekitar 12.800 kasus. Kasus HIV yang ditemukan pada tahun 2007 sbanyak 68 sedang AIDS sebanyak 22 kasus.

5.

Jumlah penemuan AFP di Kabupaten Banyumas tahun 2007 sebanyak 10 kasus, target penemuan tahun 2007 sebanyak 8 kasus, sehingga tahun 2007 sudah memenuhi target. Jumlah penemuan kasus AFP di Kabupaten Banyumas tahun 2006 sebanyak 3 kasus sedangkan tahun 2005 ditemukan sebanyak 6 kasus.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

97

Standar penemuan kasus polio adalah 2 per 100.000 penduduk usia kurang dari 15 tahun. Target penemuan kasus di Kabupaten Banyumas adalah 8 kasus dengan demikian penemuan kasus tahun 2006 masih di bawah target. 6. Disamping kasus-kasus penyakit seperti Malaria Klinis, TB Paru Klinis, Paru Positif, HIV-AIDS dan kasus AFP, juga terdapat di Kabupaten Banyumas yaitu penyakit DBD, pada tahun 2008 jumlah kasug DBD ada 685 kasus atau 43.59 % per 100.000 penduduk. Dari kasus yang ada telah ditangani 100% dan jumlah kematian akibat penyakit ini adalah sebesar 1,31 % per 100.000 penduduk. Jumlah kasus DBD tahun 2007 sebanyak 241 kasus atau 15,52 % per 100.000 penduduk. Sedangkan jumlah kasus DBD di Kabupaten Banyumas tahun 2006 sebanyak 329 kasus atau 21,29 per 100.000 penduduk dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 132 kasus atau 8,58 per 100.000 penduduk. Kondisi demikian menunjukkan teterjadinya, penurunan kasus DBD sebesar 88 kasus atau 5,7 per 100.000 penduduk. D. Kebakaran Hutan Berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani Banyumas Barat dan KPH Perum Perhutani Banyumas Timur, dalam pengelolaan Hutan Negara di Banyumas dibagi menjadi 2 Kantor Pemangku Hutan (KPH) yaitu KPH Perum Perhutani Banyumas Timur dan KPH Perum Perhutani Banyumas Barat. Luas hutan negara yang ada di wilayah Banyumas seluas 28.648.07 Ha, terdiri dari seluas 8.235,80 Ha ada dibawah KPH Banyumas Barat dan seluas 18.765,87 Ha berada di bawah KPH Banyumas Timur. Adapun jenis-jenis tanaman yang ada dalam kawasan hutan negara tersebut antara lain meliputi jenis pohon jati, pinus, damar dan jenis kayu rimba lainnya. Luas areal hutan terbakar berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani Banyumas Barat, pada tahun 2006 seluas 9,45 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah kecamatan, pada tahun 2007 luas areal hutan yang terbakar seluas 2,90 Ha dengan lokasi ada di 2 wilayah kecamatan, pada tahun 2008 luas areal hutan terbakar seluas 6,16 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah kecamatan, pada tahun 2009 luas areal hutan terbakar seluas 0,85 Ha dengan lokasi ada di 2 wilayah kecamatan.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

98

Sedangkan luas areal hutan terbakar berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani Banyumas Timur, pada tahun 2006 seluas 150,7 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah kecamatan, pada tahun 2007 luas areal hutan yang terbakar seluas 45,20 Ha dengan lokasi ada di 4 wilayah kecamatan, pada tahun 2008 luas areal hutan terbakar seluas 29,2 Ha dengan lokasi ada di 3 wilayah kecamatan, pada tahun 2009 luas areal hutan terbakar seluas 23,5 Ha dengan lokasi ada di 2 wilayah kecamatan.

E.

Pencurian dan Penyelundupan Kayu Berdasarkan laporan dari KPH Perum Perhutani Barat, kasus pencurian dan penyelundupan kayu yang ada pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, tahun 2006 ada sebanyak 13 kasus dengan jumlah lokasi kecamatan pencurian dan lokasi penyelundupan kayu ada di 3 wilayah kecamatan, jumlah volume kayu yang dicuri dapat terselamatkan. Pada tahun 2007 jumlah kasus ada sebanyak 16 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 3 wilayah kecamatan dan kayu yang dicuri semua terselamatkan. Pada tahun 2008 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada sebanyak 8 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 3 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 4,95 m3. Pada tahun 2009 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada sebanyak 9 kasus, dengan lokasi pencurian kayu ada di 3 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 5,09 m3 dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu di wilayah KPH Perum Perhutani Barat ada sebanyak 4 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 2 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 1,46 m3. Sedangkan di wilayah KPH Perum Perhutani Timur, berdasarkan laporan kasus pencurian dan penyelundupan kayu yang ada pada tahun 2006 sampai dengan bulan Juni 2010 sebagai berikut, tahun 2006 ada sebanyak 103 kasus dengan jumlah lokasi kecamatan pencurian dan lokasi penyelundupan kayu ada di 14 wilayah kecamatan, jumlah volume kayu yang dicuri sebanyak 204,5 batang pohon. Pada tahun 2007 jumlah kasus ada sebanyak 92 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 11 wilayah kecamatan dan volume kayu yang dicuri sebanyak 86,6 batang pohon. Pada tahun 2008 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada sebanyak 46 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 12 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 35,8 batang pohon. Pada tahun 2009 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu ada sebanyak 55 kasus, dengan lokasi pencurian kayu ada di 13 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 34,4 batang pohon dan sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah kasus pencurian dan penyelundupan kayu di wilayah KPH Perum Perhutani Timur

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

99

ada sebanyak 10 kasus, lokasi pencurian kayu ada di 6 kecamatan, volume kayu yang dicuri sebanyak 7,4 batang pohon.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

100

BAB IV PENUTUP

Pada hakekatnya penyediaan data dan informasi ini merupakan upaya untuk mewujudkan akuntabilitas publik serta membangun citra pemerintah yang bersih, berwibawa dan bertanggung jawab. Penyediaan data dan informasi yang akurat disamping untuk keperluan perencanaan, diperlukan juga dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan yang efektif. Dengan selesainya Laporan Semester I kegiatan Pengembangan SIPD ini,

atas nama Pemerintah Kabupaten Banyumas mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya atas bantuan keuangan kabupaten/kota dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari penyediaan data, pengolahan data sampai penyajian dan analisanya, akhirnya semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

SIPD Kab. Banyumas Th. 2010.

101

Anda mungkin juga menyukai