Anda di halaman 1dari 14

Perubahan Seksualitas Pria

Seiring proses penuaan, kemampuan seksualitasi juga akan mengalami penurunan. Kemampuan untuk mempertahankan seks yang aktif sampai usia lanjut bergantung hanya pada beberapa faktor yaitu kesehatan fisik dan mental, dan eksistensi yang aktif serta pasangan yang menarik. Perubahan perilaku sekspada pria yang memasuki masa tua meliputi berkurangnya respon erotis terhadap orgasme, ejakulasi prematur, dan sakit pada alat kelamin sewaktu masturbasi. Beberapa perubahan masalah seksualitas yang terjadi pada pria lansia adalah : 1. Produksi testoteron menurun secara bertahap. Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan . estis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. ubular testis akan menebal dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk membuahi o!um ". Kelenjar prostat biasanya membesar, di mana hipertrofi prostate jinak terjadi pada #$% pria diatas usia &$ tahun dan '$% pria diatas usia ($ tahun. )an hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi. *amun hal ini dibahas lebih lanjut dalam pembahasan sistem traktus urinarius. +. ,espon seksual terutama fase penggairahan, menjadi lambat dan ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda. -le!asi testis dan !asokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. )an juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk

menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre.ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi. &. /ase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari. 0ntensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi ejakulasi yang kadang.kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang berhubungan dengan miotonia dan !asokongesti, serta masa refrakter memanjang pada lansia pria. -reksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur. #. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak biasa. /rekuensi kontaksi sfingter ani selama orgasme menurun. 1. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 1" sampai &( jam setelah ejakulasi. 0ni berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja. 2. -reksi pagi hari 3morning erection4 juga semakin jarang terjadi. 5al ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual. 6leh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata.rata ",$# perminggu pada usia +1.+# tahun dan hal ini menurun pada usia 2$ tahun menjadi $,#$ perminggu.

7eski demikian, berdasarkan penelitian, banyak golongan lansia tetap menjalankan akti!itas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan akti!itas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan.

Belajar Mengenal Fase-Fase Siklus Respons Seksual Pada Laki-Laki


Apa yang terjadi pada tubuh laki-laki ketika nafsu dan gairah seksualnya menggelegar? Bayangkan saat kita bersama pasangan kita, mengalami tegang dan terangsang, merasakan kebutuhan yang luar biasa untuk mengeluarkan tegangan seksual kita. Dalam hitungan detik antara saat kita mengetahui akan keluar dan saat benar-benar keluar, perasaan kita seakan melayang-layang diangkasa, menunggu momen orgasme yang akan menuntaskan semua kenikmatan. Berikut fase-fase pada tahap siklus respons seksual : 1. Fase Keterangsangan Fase ini bisa berlangsung selama berjam-jam, namun juga bisa uma beberapa menit. Ada beberapa orang yang suka memperlama tahap keterangsangan ini, sebenarnya memang tidak begitu berbahaya, namun semakin lama rangsangan akan terasa tidak nyaman karena pada saat terangsang, otot menegang, kulit merona, puting susu menegang, dan begitu juga dengan penis. !eski kita tidak menyadarinya, akibat rangsangan ini buah "akar kita akan membengkak, kantung "akar mengen ang, dan penis mengeluarkan airan pelumas yang disebut pre- um yang dihasilkan untuk meli inkan gerakan kulit luar yang ada disekitar glans. #airan ini dapat menjadi perangsang seksual yang sama merangsangnya dengan pelumas yang dihasilkan $anita dari %aginanya.ketika mereka masuk tahap keterangsangan. &reksi terjadi ketika otak mengirim pesan ke sel-sel saraf dipenis dan merangsang pelepasan natrium oksida, bahan kimia yang melebarkan pembuluh-pembuluh yang emasok darah ke penis. Akibatnya pusat ruang-ruang jaringan spons dalam penis 'corpora covernosae( terisi dengan darah, yang kemudian mengerutkan pembuluh-pembuluh
%ena yang memungkinkan darah meninggalkan penis. !eningkatnya aliran darah keruang-ruang penis ini tidak akan mampu keluar, yang menyebabkan jaringan spons ditengah penis membengkak lebih besar dan penis mengeras seperti batang kayu.

Fase keterangsangan merupakan pengalaman yang menyenangkan karena pada tahap ini otak menghasilkan endorfin, sema am morfin alamiah. )elain itu, ereksi juga menyenangkan ketika ada kontak dengan bagian-bagan peka pada kepala penis. )emakin lama fase keterangsangan ini berlangsung, maka makin kuatlah orgasme yang ter apai.

*. Fase +lateau )etelah penis terisi dengan darah dan ereksi keras dan kaku, maka sudah masuk pada tahap keterangsangan seksual, tahap ini dapat berlangsung lama. Dalam literatur kedokteran, fase ini juga bisa disebut fase plateau dan terjadi selama gairah seksual masih berlanjut namun orgasme belum ter apai. +ada lelaki yang masih muda, bisa saja rangsangan atau ketegangan menjadi sangat kuat sehingga terjadi ejakulasi spontan.

,. Fase -rgasme Fase berikutnya setelah fase plateau yaitu fase orgasme, yang biasanya disertai dengan ejakulasi. Apakah ada perbedaan antara orgasme dengan ejakulasi? .ernyata orgasme dan ejakulasi adalah dua hal yang berbeda dan tidak selalu terkait. -rgasme tidak dapat dihentikan begitu mulai, karena merupakan proses tidak sadar konstraksi otot dan pelepasan ketegangan. Akan tetapi seorang pria dapat mengontrol seberapa epat ia men apai orgasme

dengan berbagai ara, yang paling mudah adalah dengan menambah tekanan pada penisnya dengan memperdalam atau memperkeras dorongan pada saat bersenggama. Begitu taraf perangsangan sudah men apai titik tertentu, yaitu pada akhir fase keterangsangan, maka tubuh sudah bersiap diri untuk menghadapi kimaks. .ekanan darah menaik, detak jantung makin epat, nafas makin berat dan dalam, dan konstraksi otot-otot tidak sadar di seluruh tubuh dapat terjadi suatu fenomena yang dapat dianggap sebagai tenaga untuk mendorong lebih dalam ke tubuh pasangan, sehingga meningkatkan kemungkinan semen/sperma berhasil digudangkan kedalam diri pasangan. +ersis sebelum terjadi orgasme, airan seminal terkumpul dalam kantung kelenjar prostat. 0ni menjadi momen yang tidak terlupakan bagi pria, karena tubuhnya merasa menahan sesuatu yang luar biasa dan berkeinginan kuat untuk mengeluarkannya. 1ika kita mampu memperpanjang fase menahan itu, maka akan terasa lebih nikmat dalam orgasme. Kemudian pada saat orgasme, buah "akar akan tertarik makin dekat ke tubuh, saluran urine menutup, dan terjadi serangkaian konstraksi otot yang merupakan orgasme itu sendiri. Konstraksikonstraksi ini terjadi pada otot-otot didasar penis, otot batang penis disekitar anus, otot pubo o dan otot-otot di ujung usus besar. ygus

)emua otot-otot tersebut berkonstraksi sekitar delapan kali, masing-masing dengan inter%al dua detik, kemudian airan semifinal dikeluarkan. Biasanya pada konstraksi pertama berupa semprotan yang sangat kuat, sedangkan pada konstraksi berikutnya uma tetesan. 2amun juga ada yang dari a$al uma menetes airannya, hal ini tergantung pada kondisi otot, berapa lama sejak ejakulasi terakhir dan %olume airan yang terkumpul selama fase keterangsangan.

Istilah-istilah Seksual
Libido Ereksi Fase-fase Coitus Oral Anal Petting Ejakulasi Impotensi Masturbasi dalam hubungan seksual seks seks dini

-rgan-organ seks sebenarnya adalah sarana-sarana yang ada pada diri kita untuk memenuhi insting seksnya. Berikut ini adalah beberapa istilah yang sangat dekat dalam kaitan berhubungan se3, yaitu 4

Libido
0stilah libido pertama kali dikemukakan oleh )igmund freud. 5ibido adalah hasrat atau keinginan untuk melakukan hubungan seksual. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi libido. Antara lain rangsangan keji$aan, bisa dalam bentuk mimpi, berkhayal, atau berpikir. 6ntuk beberapa kasus, khususnya $anita, kondisi ini bahkan bisa mengantar pada orgasme. Dalam diri $anita, hasrat tersebut se ara siklus men apai pun aknya pada dua titik pun ak, yaitu sebelum menstruasi datang dan di pertengahan antara * siklus atau tepatnya saat o%ulasi disebabkan kadar estrogen tertinggi selama siklus menstruasi.
kembali ke atas

Ereksi
&reksi adalah proses menegangnya penis karena rangsangan seksual. Dalam keadaan tidak tegang, ukuran organ %ital ini hanya 7-18 m dengan diameter *, m. )etelah mengalami ereksi, ia mengalami perpanjangan hingga men apai 1,-19 m dengan diameter : m. ;angsangan seksual penyebabnya

bergantung pada keadaan dan keji$aan. Antara lain rangsangan %isual, pendengaran, pen iuman, rabaan, pikiran, bahkan berkhayal. +ola rangsangan lebih kuat lagi apabila kelenjar di sepanjang organ ini mengalami gesekan.

SiklusResponsSeksualpadaPria

Meskipun siklus respons seksual pada laki-laki dan perempuan tidak dapat dibedakan secara jelas karena terdapat perbedaan antara satu orang dengan lainnya, berdasarkan perubahan anatomi dan faali pada saat terjadinya hubungan seks, siklus respons seksual pada pria dan wanita dapat dibagi menjadi 4 fase. Fase tersebut adalah fase perangsangan, fase plateau, fase orgasmik, dan fase resolusi (Kolodny, Master, Johnson, 1979).

1. Fase Perangsangan (Excitementphase)

Perangsangan terjadi sebagai hasil dari pacuan yang dapat berbentuk fisik atau psikis. Pacuan yang berasal dari situasi tanpa hubungan fisik langsung, yang bukan biasanya dan diinginkan, karena aktivitas proses faali tubuh terjadi sebagai akibat pikiran atau emosi. Contoh, keluarnya liur dan asam lambung dapat disebabkan oleh pikiran akan makanan, berkeringat, dan takikardia; palpitasi dapat disebabkan oleb rasa takut atau adanya bahaya. Kadang-kadang, fase perangsangan ini berlangsung singkat dan segara masuk ke fase plateau. Pada saat yang lain dapat terjadi secara lambat dan berlangsung secara bertahap serta memerlukan waktu yang lebih lama. Pada pria, fase ini berupa ereksi penis. Ereksi adalah proses perubahan penis yang lemas menjadi organ yang kaku.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ereksi ialah sistem syaraf pusat, otonom, dan somatik; sistem pembuluh darah vena dan arteri organ seks; kontraksi otot-otot sekitar organ seks; serta poros hipothalamus-hipofise-testis. Pemacu ereksi dapat berasal dari rangsangan erotik dan non-erotik. Rangsangan erotik dapat berasal dari dari rangsangan fisik yang mengenai glans penis.

Rangsangan erotik psikogenik dapat berasal dari pandangan, suara, bau, lamunan, pikiran, dan mimpi. Pemacu non-erotik biasanya karena adanya rangsangan pada alat kelamin bagian dalam, vesika

seminalis, prostat, epididimis, atau kandung kemih yang penuh, serta konstipasi usus besar bagian bawah. Rangsangan ini akan diteruskan ke jalur refleks ereksi. Refleks ereksi membutuhkan reseptor mekanik, serat motorik dan sensorik, baik otonom maupun somatik yang utuh. Kerusakan atau gangguan pada jalur refleks ereksi tersebut akan mengganggu mekanisme ereksi (Soehadi, 1989).

2. Fase Plateau

Pada fase ini, bangkitan seksual mencapai denyut tertinggi, yaitu sebelum mencapai ambang batas yang diperlukan untuk terjadinya orgasme. Pada fase ini, terjadi pembesaran pada bagian proksimal glans penis. Dapat juga disertai pengeluaran cairan dari kelenjar bulbourethralis, yang kadang-kadang mengandung spermatozoa yang hidup.

3. Fase Orgasme (Orgasmic Phase)

Orgasme adalah perasaan kepuasan seks yang bersifat fisik dan psikologik dalam aktivitas seks sebagai akibat pelepasan memuncaknya ketegangan seksual (sexual tension) setelah terjadi fase rangsangan yang memuncak pada fase plateau. Pada laki-laki, pelepasan ketegangan seks yang optimal ini disertai --meskipun tidak selalu-- dengan proses ejakulasi, yaitu terpancarnya air mani akibat kontraksi urethra dengan penis bergabung dengan kontraksi kelenjar prostat.

Menurut Rivard (1982), kepuasan seks tersebut berhubungan dengan volume ejakulat, pusat orgasme, dan intensitas serta lamanya fase rangsangan.

4. Fase Resolusi (Resolutionphase)

Segera setelah mencapai orgasme dan ejakulasi, laki-laki memasuki periode yang menetap. Pada periode ini, ejakulasi tidak mungkin terjadi walaupun kadang-kadang dapat terjadi ereksi. Pada fase

ini, perubahan anatomik dan faali alat kelamin serta luar alat kelamin yang telah terjadi, akan kembali ke keadaan asal.

DisfungsiSeksualpadaPria

Kolodny, Master, dan Johnson (1979), membagi disfungsi seksual pada pria atas 2 kategori, yaitu kelemahan ereksi (disorders of erection) dan gangguan ejakulasi (disturbances of ejaculation).

1. Kelemahan ereksi (disordersof erection)

Yang termasuk dalam kelemahan ereksi adalah impoten. Impoten adalah ketidakmampuan untuk mendapatkan atau mempertahankan suatu ereksi yang cukup keras untuk melakukan senggama, untuk memulai, dan menyelesaikannya. Impoten dapat diklasifikasikan sebagai impoten primer atau sekunder. Pria dengan impotensi primer tidak pernah mampu melakukan senggama, sedangkan pria dengan impotensi sekunder mengalami disfungsi ereksi setelah sebelumnya mempunyai fungsi seksual yang normal. Ada 2 macam impoten, yaitu organik dan psikogenik. Kurang lebih 10--15% dari laki-laki penderita impotensi, tampaknya mempunyai penyebab utama organik. Penyebab organik yang sering dijumpai adalah kelainan anatomik, kelainan kardiovaskuler, akibat obat-obatan, endokrin, saluran kemih dan alat kelamin, hematologik, penyakit infeksi, neurologik, vaskuler, dll. Gangguan fungsi ereksi yang terjadi sebagai akibat dari penyebab fisik atau metabolik, dapat diikuti oleh perubahan psikologik dan perilaku yang berkembang menurut waktu sebagai reaksi terhadap kelainan tersebut. Misalnya, perubahan tersebut dapat mempengaruhi fungsi seksual. Karena itu, walaupun penyebab primer organik dapat diketahui dan berhasil diobati, kesulitan seksual mungkin masih menetap sebagai akibat gangguan psikogenik tersebut. Hal serupa terjadi, walaupun 85--90% pasien impotensi muncul dengan penyebab primer psikogenik untuk disfungsi seksualnya, faktor fisik dan metabolik dapat berperan sebagai penyulit.

2. Gangguan ejakulasi (disturbancesof ejaculation)

Yang termasuk dalam gangguan ejakulasi adalah ejakulasi dini (prematur ejaculation). Walaupun ejakulasi dini merupakan disfungsi seksual yang sering dikeluhkan, tidak ada definisi yang memuaskan secara klinis. Sebagian disebabkan oleh waktu relatif alamiah untuk ejakulasi dalam hubungannya dengan siklus respons seksual perempuan. Jika ejakulasi laki-laki yang cepat membatasi siklus respons seksual istrinya untuk mencapai gairah seks yang tinggi atau orgasme, maka situasi tersebut dapat dianggap sebagai ejakulasi dini. Walaupun demikian, pada sejumlah pasangan ejakulasi dini ini tidak menghalangi istri melakukan senggama. Faktor subjektif yang mempengaruhi penilaian lama waktu seorang laki-laki untuk senggama tanpa ejakulasi adalah faktor sosial-budaya dan kepribadian. Kinsey, Pomeroy, dan Martin melaporkan 75% dari laki-laki yang diteliti, ejakulasi terjadi dalam waktu 2 menit setelah masuk liang senggama (vagina). Beberapa kasus ejakulasi dini yang jelas agak mudah didiagnosa karena ejakulasi terjadi sebelum, sedang, atau segera setelah penis masuk ke dalam vagina.

Karena ejakulasi adalah refleks yang diatur oleh alur neurologik dan mungkin alur endokrin, tidak didapat data yang cukup tentang penyebab dari ejakulasi dini. Pengalaman pertama dengan ejakulasi yang cepat mungkin dapat mempengaruhi kemampuan pria menahan ejakulasinya. Penyakit atau peradangan pada prostat atau saluran kemih-kelamin (Kolodny, Master, Johnson, 1979).

Abdelmassih (1992) berpendapat bahwa istilah impoten didefinisikan untuk kasus di mana ereksi tidak pernah terjadi, sedangkan disfungsi seksual menunjukkan perubahan seksual. Perubahan tersebut, baik sendiri atau campuran, dapat terjadi pada libido, ereksi, ejakulasi, dan orgasms. Sebanyak 20--30% disfungsi seksual pada laki-laki merupakan disfungsi psikogenik. Karena itu, disfungsi seksual dapat dibagi berdasarkan siklus respons seksual, yaitu:

1. Disfungsilibidinis

Disebut juga impotensia konkupisiensi, yakni berkurangnya atau lemahnya gairah seksual dan perangsangan seksual.

2. Disfungsiereksionis

Yakni ketidakmampuan untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual yang "normal". Saat ini disebut sebagai disfungsi ereksi (erectile dysfinction).

3. Disfungsiejakulasionis

Adalah gangguan dalam ejakulasi. Berbagai impotensia ejakulasionis adalah sebagai berikut: (a) Ejakulasi dini (prekoks); b. Ejakulasi tertahan (retarda); c. Ejakulasi tak sempurna (incoinplete); d. Tidak ejakulasi (unejakulasi); dan e. Ejakulasi terbalik (retrograde).

4. Disfungsisatisfactionis/emosionis

Yakni ketidakmampuan pria merasakan kepuasan (orgasme) setelah hubungan seks (Susilo, 1994; Adimoelja, 1976; Barry & Hodges, 1987).

PengobatanDisfungsiSeksualpadaPria

Pengobatan untuk disfungsi seksual pada laki-laki adalah sebagai berikut (Susilo, 1994):

1. Konseling seks/terapi seks

2. Pengobatan mekanik

3. Obat-obatan

4. Operasi

1. Konseling seks terapi seks

Konseling seks dilakukan bersamaan dengan terapi seks. Yang termasuk terapi seks adalah hipnosis, senam seks, specific sexual de sensitization, sexual stimulation therapy, masturbation therapy.

2. Pengobatan mekanik

Pada pengobatan ini, dipakai alat yang prinsipnya bekerja untuk mengisap darah masuk ke penis sehingga penis bisa ereksi. Ada 2 macam alat, yaitu Osborn Erec Aid dan Synergist Erection.

3. Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan dapat berupa substitusi, supresi, stimulasi, dan vasodilator.

Terapisubtitusi

Adalah pemberian obat-obatan untuk menggantikan atau menambah karena produksinya oleh tubuh kurang (Rochira, dkk, 1996). Misalnya, L-Thyronine untuk penderita Hypothyroidism, atau Androgen untuk penderita defisiensi androgen.

Terapisuppresi

Diberikan obat-obatan yang dapat menekan penyebab disfungsi seks. Misalnya, Bromocriptine untuk Hyperprolactinemia atau Carbamizole untuk Hyperthyroidism (Carani, dkk, 1996).

TerapiStimulasi

Adalah untuk menstimulasi respons seksual. Obat yang dipakai adalah hormon, aphrodisiaka, dan stimulan SSP.

Vasodilator

Vasodilator yang dipakai dapat topikal (olesan), oral, intraurethral, dan intra cavernosa.

4. Operasi

Cara ini dilakukan dengan memasang suatu alat prosthesis di dalam penis agar penis bisa tegang. Ada 2 macam alat, yaitu semirigid dan ada yang dapat dikembangkempiskan. Karena hubungan seks suami dan istri harus saling memuaskan, padahal masalah disfungsi seksual ini tidak hanya terjadi pada pria tetapi juga pada wanita, maka perlu dikenal berbagai disfungsi seksual pada wanita dan kesepadanannya pada pria sebagaimana tercantum pada tabel 2 berikut ini (Kok Lee Peng, 1999):

Anda mungkin juga menyukai