Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat, Inayah, Karunia dan HidayahNya, makalah Wabah Tomcat Sebagai Akibat Dari Kerusakan Lingkungan ini dapat terselesaian dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi. Dalam makalah ini kami akan membahas segala sesuatu yang berhubungan debgan tomcat, mulai dari habitat, penyebab serangan tomcat terhadap warga dan lain sebagainya Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penyusunan karya tulis di waktu yang akan datang. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan arya tulis ini. Harapan kami semoga karya tulis ini akan memberi manfaat epada semua pihak tanpa terkecuali.

Surabaya, 23 Oktober 2013

Penulis

1|Page

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2 BAB I ........................................................................................................................................................ 3 PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 3 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang ..................................................................................................................... 3 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4 Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 4 Manfaat Penulisan .............................................................................................................. 4

BAB II ....................................................................................................................................................... 5 PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5 2.1 Habitat Tomcat ..................................................................................................................... 5 2.2 Sebab Serangan Kumbang Tomcat ....................................................................................... 7 2.2.1 Kerusakan Mangrove ..................................................................................................... 8 2.2.2 Alih Fungsi Lahan Pertanian ........................................................................................... 9 2.2 Peningkatan Populasi Tomcat ............................................................................................. 11 2.3.1 Rantai Makanan ........................................................................................................... 11 2.3.2 Perubahan Iklim ........................................................................................................... 11 2.3.3 Musuh Alami ................................................................................................................ 11 2.4 Pengendalian dan Pencegahan Kontak dengan Tomcat ..................................................... 11 2.5 Peran Tomcat Dalam Ekosistem ......................................................................................... 12 BAB III .................................................................................................................................................... 13 PENUTUP ........................................................................................................................................... 13 3.1 Simpulan............................................................................................................................. 13 3.2 Saran ................................................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14

2|Page

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup dan lingkungannya tidak pernah bisa dipisahkan, karena keduanya memiliki hubungan timbal balik. Interaksi yang dinamis dan harmonis antara makhluk hidup dengan lingkungannya akan membentuk suatu tatanan ekosistemyang seimbang. Keadaan seperti ini akan membawa kwselarasan hidup semua organisme. Komonen biotik dan abiotik merupakan dua unsur penting yang saling terkait satu sama lain. Keterkaitan ini menjadikan interaksi antar keduanya tidak bis dipisahkan. Namun , keseimbangan tersebut akan berujung pada kerusakan ekosistem dimana lingkngan tidak lagi menjadi tempat tempat yang nyaman untuk makhluk hiup. Sehinnga makhluk hidup akan mencari lingkungan baru sebagai tempat tinggaknya. faktor faktor yang bisa mempengaruhi rusaknya ekosistem adalah faktor alamiah dan faktor manusia. Faktor alamiah merupakan penyebab kerusakan ekosistem yang murni karena bencana alam. Misalnya, gempa bumi, banjir, longsor, dan sebagainya. Faktor penyebab kerusakan lainnya disebabkan oleh manusia. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai aktifitas yang justru berperan dalam kerusakan lingkungan disekitarnya. Kerusakan ekosistem merupakan kabar buruk bagi semua makhluk hidup, sebab mereka seperti mata rantai yang saling membutuhkan satu sama lain. Misalnya, berkurangnya jumlah pohon akan membuat sejumlah hewan kehilangan rumah tempat tinggal mereka, dan akhirnya spesies hewan tertentu akan mulai habis / punah. Tidak hanya berhenti di situ, punahnya salah satu spesias hewan bisa mengakibatkan kepunahan spesies lain. Salah satu jenis hewan yang ikut merasakan akibat dari kerusakan eksistem adalah Tomcat. Karena ekosistem tempat tinggal tomcat rusak / terganggu maka hewan ini mencari tempat lain sebagai tempat tinggalnya. Wabah tomcat yang melanda masyarakat merupakan dampak lanjutan dari rusaknya ekosistem dimana tomcat tinggal. Meskipun kerusakan ekosistem tersebut tidak sepenuhnya disebabkan oleh manusia tetapi dampaknya bisa dirasakan, yaitu wabah tomcat. Munculnya tomcat yang meyerang warga merupakan akibat dari rusaknya habitat mereka, sehingga mereka mencari tempat tinggal baru. Peristiwa ini bukan murni akiabat ulah manusia, akan tetapi pengaru uklim juga berpengaruh. Tomcat cepat berkembang biak di tempat yang lembab. Jadi waktuperkembang biakan tomcat paling cepat adalah saat musim penghujan. Selain itu tomcat bisa menyebar ke rumah rumah warga karena datangnya musim panen. Habitat tomcat paling bayak adalah di daerah pertanian. Jika musim panen tiba, secara otomatis tempat tinggal tomcatpun hilang. Dan sebagai efeknya tomcat menyebar ke rumah rumah warga. Peneybaran tomcat kerumah warga didukung dengan banyaknya pencahayaan dari rumah warga. Kwbanyakan serangga tertsrik dengan
3|Page

cahaya lampu ini, sehingga pada malam hari serangga serangga termasuk tomcat beterbangan untuk mendekati lampu lampu. Peristiwa ini sering terjadi pada saat pasca hujanl lebat. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara wabah tomcat dengan kerusakan lingkungan ? Mengapa tomcat bisa menyerang warga ? Bagaimana peran tomcat dalam ekosistem

1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui habitat tomcat. Untuk mengetahui penyebab serangan kumbang tomcat. Untuk mengetahui peningkatan populasi tomcat. Untuk mengetahui pengendlian dan Pencegahan Kontak dengan Tomcat Untuk mengetahui peran tomcat dalam ekosistem

1.4 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tantang tomcat, mulai dari habitat,sampai penyebab mewabahnya tomcat. Selain itu setelah disusunya makalah ini di harapkan para pembaca dari semua kalangan bisa bersama sama menjaga kelestarian lingkungan agar idak merusak habitat makhluk hidup.

4|Page

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Habitat Tomcat Tomcat digolongkan pada Ordo Coleoptera (kelompok kumbang), Sub Ordo Rove Beetle (kumbang kecil), Famili Staphylinidae, Genus paederus, Spesies Paeredeus Littorarius. Hewa ini memiliki ukuran panjang sekitar 1 cm, badan berwarna oranye dengan bagian bawah kepala dan abdomen berwarna gelap. Tomcat memiliki sepasang sayap tersembunyi. Serangga ini dilihat epintas mirip semut besar. Di beberapa tempat serangga ini dinamakan semut kanai atau semut kayap. Bila tomcat ini terancam, ia akan menaikkan bagian perut (abdomen) seperti kalajengking. Serangga ini menghasilkan racun dengan kosentrasi 12 15 kali besar dari kobra, tetapi tidak mematikan. Tomcat berkembang biak dengan bertelur. Telur diletakkan di dalam tanah, jadi lrva dan pupanya juga hidup di dalam tanah. Setelah dewasa barulah tomcat keluar dari dalam tanah dan hidup di tajuktanaaman.

Kumbang tomcat tersebar secara luas di seluruh dunia, meliputi Eropa, Asia, Afrika, New Guinea, dan Australia (Manley 1977). Serangga ini bersifat kosmopolit (berada di mana-mana) dan berhabitat di tanah lembap pada pertanaman padi dan palawija yang ditanam setelah padi sawah. Di dalam tanah, telur diletakkan secara tunggal. Setelah telur menetas, larva mengalami dua instar (dua kali pergantian kulit) sebelum menjadi pupa (Gambar 2). Setelah dewasa, kumbang keluar dari dalam tanah kemudian hidup pada tajuk tanaman untuk mencari mangsa yang umumnya adalah kelompok serangga hama. Perkembangan dari telur menjadi dewasa berlangsung 13-19 hari (Singh dan Ali 2007). Stadium telur, larva, prapupa, dan pupa masing-masing berlangsung 4,0; 9,2; 1,0; dan 3,8 hari. Lama hidup serangga betina 113,8 hari dan serangga jantan 109,2 hari. Seekor kumbang betina mampu menghasilkan telur 106 butir selama hidupnya. Tingkat penetasan telur 90,2% dan tingkat perkembangan menjadi dewasa 77,6%. Kemampuan kumbang memangsa wereng batang coklat rata-rata 7,3; 7,5; 4,2; 3,2; dan 2,3 ekor masingmasing untuk instar 1, 2, 3, 4, dan 5 (FAO dalam Hadi 2012). Kemampuan kumbang memangsa wereng hijau berkisar antara 1,82,4 ekor/3 jam (Sarana 1998). Kelompok burung merupakan predator bagi larva dan kumbang tomcat. Kumbang tomcat aktif pada siang hari dan tertarik cahaya terang pada malam hari. Sifat
5|Page

inilah yang diduga memicu masuknya kumbang ke permukiman, selain karena berubahnya habitat tomcat. Populasi kumbang meningkat pesat pada akhir musim hujan (Maret dan April), kemudian dengan cepat berkurang seiring munculnya cuaca kering pada bulan-bulan berikutnya.

Tomcat biasanya tinggal di tempat yang lembab, tambak liar, hutan bakau, di bagian tanaman seperti padi dan jagung, dan sebagian ada yang tinggal di semak semak. Tomcat sering ditemukan di persawahan, hutan, atau taman kota. Tomcat merupakan predator wereng. Jadi sebenarnya serangga ini adalah sahabat petani. Tetapi mungkin karena habitatnya sudah beralih fungsi menjadi perumahan maka dalam beberapa tahun terakhir ini ada kasus bahwa tomcat menggangu mausia. Terganggunya ekosistem tomcat merupakan pnyebab merebaknya serangga kumbang tersebut ke pemukiman penduduk. Kepala Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian (Litbang), Dr.Ir. Haryono, M.Sc mengatakan bahwa munculnye serangga tomcat sudah ada sejak dulu. Bahkan, serangga tersebut biasa ada di sekitar rumah karena hidupnya banyak pada tumbuhan dan rumput-rumputan. Kumbang ini sudah ada sejak lama. Jadi bukan serangan baru dan tidak mematikan, katanya. Dr. Ir. Haryono, M.Sc memprediksi, munculnya serangan serangga ini lebih banyak karena adanya perubahan iklim, terutama saat memasuki musim pancaroba. Tapi biasanya setelah musim pancaroba selesai, serangga tersebut dengan sendirinya akan menghilang. Fenomena perubahan iklim memang bisa mempengaruhi pertumbuhan serangga dan hama, katanya. Selain itu, terganggunya ekosistem akibat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, seperti perumahan membuat serangga Tomcat memasuki wilayah pemukiman penduduk. Pada kesempatan yang sama, Peneliti Utama bidang Hama dan Penyakit Badan Litbang Pertanian, Deciyanto Soetopo mengatakan, dari sisi pertanian sebenarnya serangga ini bermanfaat karena membantu petani membasmi hama wereng yang banyak merusak tanaman padi. Karena itu tidak ada keinginan dari pemerintah untuk membasmi secara massal serangga tersebut, terutama yang berada di ekosistem pertanian.Jika ada upaya membasmi besar-besaran serangga ini, maka dikuatirkan akan mengganggu ekosistem. Dampaknya justru hama yang selama ini jadi makanan serangga Tomcat seperti wereng malah

6|Page

berkembang besar. Jadi harus hati-hati dalam menangangi serangga yang memang sudah ada disekitar kita, jelasnya. Serangan serangga tomcat pernah terjadi di beberapa negara dan dan menimbulkan wabah dermatitis, seperti di Australia, Malaysia, India, Srilangka, Nigeria, Kenya, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil Perancis, Venezuela dan Ekuador. Di Indonesia yang menyababkan dermatitis adalah Paeredus Preregenis, sedangkan di seluruh dunia terdapat 622 spesies. Penyakit akibat serangan tomcat disebut Dermatitis Contact Irritant. Luka dan rasa sakit diakibatkan oleh racun paenderin (C25 H45O9N) yang ada di dalam tubuh tomcat. Dermatitis bisa terjadi akibat sentuhan secara langsungatau tidak langsung, misalnya melalui handuk, baju atau barang lain yang tercamar racun paederin. Efeknya, kulit manusia yang terkena racun tomcat akan akan terasa panas, melepuh dan membekas luka luka merah. (Jogja Benih) 2.2 Sebab Serangan Kumbang Tomcat Tomcat memiliki beberapa habitat, diantaranya di sawah, hutan bakau, tanah yang lembab dan di bagian bagian tanaman seperti padi dan jagung. Kerusakan habitat habitat ini memicu srangan tomcat terhadap warga sekitar. Seperti kerusakan hutan bakau di daerah surabaya. Serangan tomcat ini terjadi dalam jumlah besar dan tiba tiba. Pakar serangga dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Aunu Rauf, mengungkapkan bahwa serangan tomcat bisa terjadi akibat kombinasi beberapa faktor. Menurut Aunu serangan tomcat di salah satu apartemen di Surabaya terjadi karena berada di kawasan mangrove. kawasan Mangrove bisa menjadi salah satu habitat serangga ini karena lembab. Kalau terganggu, serangga bisa terbang ke sekitarnya dan menyerang, kata Aunu. Kawasan Mangrove di dekat Apartemen East Cost di Surabaya sudah rusak. Hal ini menyebabkan populasi tomcat yang ada di hutan mangrove terganggu. Jika hutan mangrove sudah rusak, logis kalau terjadi serangan karena serangga ini pasti akan mencari lingkungn baru, papar Hari Santoso, pakar seranggaa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (Kompas.com, 2012) Selain dari kerusakan bakau, serangan tomcat bisa juga di sebabkan karena berkurangnya areal persawahan, mengingat tomcat biasanya tinggal d daerah lembab. Wilayah persawahan adalah tempat favorit serangga ini karena lembab dan menyediakan makanan berupa wereng. Diakhir musim hujan atau saat panen, padi diambi; dan berpengsruh pada popilasi wereng. Ini aan mengganggu habitat kumbang tersebut, urai Aunu. Saat akhir musim hujan, tomcat sudah dalam taha dewasa atau imago. Serannga sudah bisa terbang mencari makanan sehiingga ketika habitat tergannggu, maka serangga jenis kumbang tersebut akan terbang mencari habitat baru. Saat terbang itulah mungkin kumbang yang tertarik cahaya ini menemukan lokasi serangan di apartemen yang terang. Aunu mengungkapkan, tomcat sebenarnya tidak menyengat dan menggigit. Namun, ketika terganggu, serangga ini akan mengeluarkan cairan racun bernama paeerin. Cairan ini yang menyebabkan warga mengalamikulit melepuhdan gatal gatal seperti dialami di Surabaya.

7|Page

2.2.1 Kerusakan Mangrove Kerusakan mangrove di Surabaya Merupakan salah satu penyebab munculnya wabah tomcat. Para aktivis lingkungan di Kota Surabaya menyatakan tingkat kerusakan hutan Mangrove atau bakau di Kawasan Wonorejo semakin parah. Kerusakan yang terjadi merupakan akibat dari banyaknya mangrove yang ditebang dari jenis Sonneratia Alba, Avicennia Alba dan Rizophora Apiculata. Padahal jenis ersebut memiliki akar yang kuat dan tahan terhadap terjangan air laut. Dari penebangan jenis mangrove tersebut membawa dampak lanjutan karena mangrove yang terletak di bagian dalam dan tidak memiliki akar yang kuat, sehinnga akhirnya rusak akibat diterjang ombak. Serabaya memiliki beberapa wilayah pesisir yang di tanami mangrove, namun mangrove yang terdapat di beberapa daereh telah mengalami kerusakan. Daerah yang telah mengalami erusakan mangrove diantaranya adalah : 1. Garis Pantai Kenjeran sampai Muara Sungai Jagir Wonokromo, ketebalan vegtasi mangrove hanya berkisar 5 10 meter dan didominasi oleh jenis Avicenia Marina. Daerah kenjeran memiliki vegetasi mangrove yang cenderung meranggas dan pada bagian tertentu dijumpai penebangan mangrove secara intensif sehinnga yang tampak hanyalah batang batang gundul setinggi 0,5 1 meter dari permukaan air. 2. Garis Pantai Muara Sungai Jagir Wonokromo Sampai Muara Sungai Wonorejo Ketebalan vegetasi mangrove berkisar 5-10 meter dengan dominasi Avicennia, Sonneratia, dan Rhizophora. Secara umum kondisi di daerah ini lebih baik dibandingkan dengan daerah yang pertama walaupun pada daerah tertentu masih ditemui adanya Avicennia dengan daun yang meranggas, kanopi kecil serta adanya batang-batang gundul. Di sekitar delta Wonorejo terdapat mangrove dengan kerapatan relatif tinggi dan permudaan alami Secara umum dari hasil foto citra satelit (Landsat TM5, 1999) terlihat bahwa wilayah pesisir pantai timur Surabaya sudah sangat tandus. Ketebalan vegetasi mangrove yang mencapai sekitar 100 meter hanya terdapat pada beberapa lokasi saja, yaitu kelurahan Keputih, Medokan Ayu dan Gunung Anyar. Sedang berdasar hasil pengamatan di lapangan, ketebalan maksimum yang terlihat adalah 10 m. Kondisi hutan mangrove saat ini sangat perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota karena berbagai aktifitas warga kota berpoternsi merusak keberadaan mangrove. Aktivitas warga yang berpotensi merusak keberadaan mangrove antara lain: 1. Reklamasi lahan mabgrove menjadi tambak dan pemukiman. Pamurbaya merupakan muara sungai yang menjadi terminal sedimen dan subtrat sungai sungai besar seperti Kali Surabaya yang merupakan anak sungai Brantas, seetaip hari mengirimkan berton ton subtrab dari hulu sungai. Apalagi semakin cepatnya proses sedimentasi dan erosi akan mempercepat lahan oloran di Pamurabaya. Sejak tahun 1986 1996 terjadi penambahan sekitar 2 4 km di
8|Page

2.

3.

4.

5.

Pamurbaya karena proses sedimentasi. Tanah oloran ini dipatok warga untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai tambak dan pemukiman. Pencemaran dan sampah yang menumpuk di muara akan menutupi penetrasi matahari dan mempersulit proses pengambilan oksigen oleh akar sehingga mengakibatkan kematian mangrove dewasa. Penutupan sampah plastik ini tak jarang juga mematikan kecambah ( bibit ) mangrove yanga ada dilantai mangrove sehingga memperlambat proses regenerasi. Proyek Kali Lamong yang akan mewujudkan sebuah pelabuha bertaraf internasional dengan menelan biaya Rp. 6,5 Tiliun. Namun proyek ini mengancam keberadaan mangrove yang ada. Rencana Pemerintah Kota Surabaya untuk proyek kali lamong harus memperhatikan aspek dampak lingkungan yang akan dtimbulkan saat proyek berlangsung dan pasca peleksanaan proyek, hal ini mengingat Pesisir Surabaya merupakan daeah yang memiliki kekhasan ekosistem. Keberadaan mangrove dan ekosistem pesisir yang ada menopang kehidupan perikanan budidaya maupun menyediakan fishing ground bagi ribuan nelayan. Belum adanya Perda Perlindungan Mangrove, sehingga pemerintah Kota sering kesulitan dalam mengelola dan mengawasi wilayah pesisir khususnya dalam menindak pelanggaran peruntukkan karena eterbatasan peraturan. Tingginya harga jual lahan hasil reklamasi menjadi faktor pendorong kerusakan mangrove Surabaya. Tingginya harga jual lahan mangrove untuk tambak ddan pemukiman di Surabaya memicu terjadinya pengrusakan Mangrove. Di Pamurbaya, kondisi lahan yang selalu maju karena proses sedimentasi mendukunngu upaya pengkaplingan laut, bahkan mudahnya pengurusan petok D dan sertifikat atas lahan di atas laut ini semakin mempercepat proses pembabatan hutan mangrove di Surabaya Timur. Diperlukan langkah pefentif untk menyelamatkan keberadaan mangrove di Pamurbaya oleh Pemerintah Kota Surabaya selagi menunggu disahkannya RUU Penataan Pesisir dan Laut, karena laju pengrusakan mangrove setiap hari selalu terjadi tanpa adanya sangsi yang jelas. (Pemerintah Kota Surabaya)

Dari penjelasan diatas bisa kita ketahui bahwa keadaan hutan bakau ( mangrove ) di Surabaya menunjukkan keadaan yang memprihatinkan. Karena tempat yang menjadi habitat tomcat sudah rusak, maka tomcat yang berada di hutan bakau tersebut berpundah untuk mencari tempat baru. Jadi tidak wajar saja banyak tomcat ynag menyerang warga Surabaya. 2.2.2 Alih Fungsi Lahan Pertanian Makin banyaknya bisnis perumahan membuat lahan pertanian sedikit demi sedikit mulai tergusur. Tuntutan akan tempat tinggal tidak bisa dihindari sementara lahan tidak mungkin dapat dimekarkan. Akibatnya peralihan status tanah menjadi pilihan yang sulit untuk terelakkan. Ketua Komisi B DPRD Jatim Agus Dono Wibawanto menjelaskan, Selama ini beberapa kegiatan properti dengan pengembangan hunian melalui realestate berdampak berubahnya fungsi lahan. Dari lahan pertanian,
9|Page

peternakan atau lahan produktif menjadi lahan kering untuk hunian atau tempat tinggal,. Dirinya menambahkan hal ini yang perlu disadari, dan kita khawatir jika lahan pertanian produktif beralih fungsi menjadi lahan perumahan apalagi digunakan untuk industri. Selama lima tahun terakhir, mulai 2006-2011, alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian berupa perumahan atau bangunan di Jatim rata-rata seluas 879,9 hektare, industri terhitung ratusan hektar. Kemungkinan tahun 2012 ini lahan petani semakin menyempit karena terjual untuk pendirian bangunan, tuturnya. Surabaya yang dulunya masih banyak lahan pertanian, kini telah banyak bangunan yang berdiri diatas lahan petani tersebut. Pembangunan infrastruktur Surabaya sudah mencapai 8 persen lebih dari kepadatan infrastruktur Jatim. Beralihnya fungsi lahan pertanian ke non-pertanian yang tidak dimbangi pembangunan irigasi akan mempengaruhi perkembangan areal pertanian, sehingga menjadi kendala bagi peningkatan ketahanan pangan Jatim, terangnya. Disisi lain, hal ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk, sehingga luas kepemilikan lahan bergeser dari lahan pertanian ke non pertanian. Ini harus menjadi perhatian, karena semakin menyempitnya penguasaan lahan dapat berakibat sempitnya skala usaha tani, dan hasil usahanya juga akan kecil,tegasnya. Maka potensi-potensi pertanian tersebut harus dikelola dengan optimal melalui pengembangan berdaya saing tinggi diantaranya melalui pengembangan agrobisnis. Pemerintah dapat membuat rumah susun untuk meminimalisasi penyempitan lahan petani akibat banyaknya bangunan yang berdiri. Begitu juga halnya pendirian gedung, pemerintah harus lebih memperketat pengeluaran surat ijin mendirikan bangunan. Data dari Dinas Pertanian (Dispertan) Surabaya, lahan pertanian di Surabaya tinggal 1.600 hektare. Dan, dari sisa tersebut, 70 persennya sudah dikuasai pengusaha properti. Artinya, lahan pertanian semakin tahun bakal semakin habis menyusut. Kondisi ini tidak dipungkiri Samsul Arifin, Kepala Dispertan Surabaya. Bahkan, perkiraannya dalam 24 tahun ke depan lahan pertanian di Surabaya bakal habis dan beralih fungsi menjadi permukiman, apartemen, mal ataupun lainnya. Ia mengasumsikan, kalau rata-rata lahan susut 66 herktare per tahun, artinya dalam 24 tahun lahan pertanian di Surabaya bakal habis. Ia mencontohkan, alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan, seperti di Kelurahan Made Kecamatan Sambikerep, Lakarsantri, Benowo, Pakal, Keputih, Sukolilo, Rungkut dan lainnya. Daerah di kawasan Surabaya Barat itu, hampir 90 persen lahan pertanian sudah dikuasai pihak pengembang perumahan, seperti Citraland. Sementara di kawasan Bringin lahan pertaniannya juga sudah banyak dikuasai PT Sinar Galaxy. surabaya post online. (BAPPEDA JATIM, 2012)
10 | P a g e

2.2 Peningkatan Populasi Tomcat Populasi kumbang (tomcat) meningkat pesat paa saat akhir musim hujan dan kemudian dengan cepat berkurang dengan datangnya cuaca kering. Populasi yang meningkatdi kaitkan dengan musim hujan dan fenomena elnino. Dinamika populasi serangga banyak dipengaruhi oleh faktor serangganya sendiri yaitu kemampuan serangga tersebutberkembang biak. Sedangkan faktor dari luar yang mempengaruhi adalah rantai makanan, lingkungan fisik, dan musuh alam. 2.3.1 Rantai Makanan Perubahan ekosistem dari lahan pertanian / rawa menjadi tempat pemukiman membawa dampak dinamika populasi tomcat. Kumbang Paederu (tomcat) sebagai predator dengan perubahan ekosistem dari persawahan atau rawa menjadi tempat pemukiman, gedung bertingkat maka kumbang tidak lagi mendapatkan makanan karena populasi mangsa berkurang, yang akhirnyakumbang ini mengembara. Di tempat pemukiman engan adanya gemerlapan lampu di perumahan menjadi daya tarik bagi berbagai jenis serangga, termasuk tomcat. Cahaya lampu bisa mengundang berbagai jenis serangga, hal ini menguntungkan bagi tomcat karena bisa menopang kehidupannya. 2.3.2 Perubahan Iklim Pada daerah yang mamiliki udara lembab, karena musim penghujan, hal ini bisa memicu perkembang biakan kumbang paeredeus. Kumbang ini terbang dalam jumlah besar pada melam hari yang memiliki temperatur cukup hangat, terutama setela turun hujan lebat. Populasi kumbang meningkat pesat pada akhir musim hujan (Maret dan April), kemudian dengan cepat berkurang seiring munculnya cuaca kering pada bulan-bulan berikutnya. Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa populasi kumbang tomcat meningkat pesat sejalan dengan meningkatnya curah hujan, terkait fenomena El Nino di beberapa negara pada beberapa waktu yang lalu. 2.3.3 Musuh Alami Muusuh alami yang menyerang tomcat adalh virus, cendawan, dan bakteri, dalam kondisi rendah dan tidak mampu mengendalikan tomcat secara alami. Akibatnya populasi tomcat meningkat dengan pesat dan terbang menuju pemukiman karena tertarik oleh cahaya lampu, di tempat ini pula tomcat mendapatkan mangsanya. (Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian, 2012) 2.4 Pengendalian dan Pencegahan Kontak dengan Tomcat

11 | P a g e

Padatnya populasi tomcat di tempat pemukiman tidak dianjurkan utuk dikendalikan dengan insektisida, mengigat insektisida akan berpengaruh buruk terhadap manusia, hewan, dan serangga yang berguna lainnya. Cahaya lampu berwarna kuning paling disukai serangga, oleh karena itu lampu berwarna kuning dan papanberwrna kuning bisa digunakan untuk mengendalikan tomcat. Cara pengendalina dengan lampu perangkap, yaitu dengan memasang lampu berwarna kuning dan di bawahnya diletakkan panci/pan yang berisi air yang dicampur dengan insektisida atau deterjen. Penggunaan papan berwarna kuning yaitu dengan cara memasang papan tersebut didekatkan dengan lampu., papan tersebut diberi lem agar tomcat menempel pada papan saa mendekati lampu. Sedangkan untuk menghindari kontak dengan tomcat bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti memakai baju lengan panjang. Gunakan kawat jaring pada jendela rumah untuk membantu mencegah tomcatmasuk ke dalam rumah. Hilangkan vegetasi yang membusuk di sekitar rumah agat tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak. Jika tomcat hinggap pada kulit sebaiknya hindari keinginan untuk membunuh, karena tomcat akan mengeluarkan racun jika terpencet.apabila tidak sengaja dipencet tau dibunuh pada kulit, segera cuci bagian yang dengan air dan sabun. Racun tomcat bisa segera meresap ke dalam kulit, cuci segera untuk membuang toksin sebelum membahayakan kulit. Reaksi kulit terhadap racun tomcat berbeda tergantung pada tingkat sensitif kulit. 2.5 Peran Tomcat Dalam Ekosistem Dalam ekosistem pertanian, kumbang tomcat berperan sebagai predator generalis karena memiliki mangsa berbagai jenis serangga, terutama yang berstatus hama. Oleh karena itu, kumbang ini memiliki peran penting dan perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan pengendalian hama dengan insektisida. Dalam kondisi tertentu, kehadiran suatu jenis hama di pertanaman diperkirakan akan mengakibatkan kerugian bagi petani. Karena populasi predator relatif sedikit sehingga tidak mampu mengatur populasi hama maka tindakan pengendalian dengan insektisida dapat dibenarkan. Sebaliknya, meskipun populasi hama di pertanaman cukup banyak, karena populasi predator juga cukup banyak dan diperkirakan mampu mengatur populasi hama maka pengendalian dengan insektisida tidak dibenarkan. Oleh karena itu, upaya perlu dilakukan agar keberadaan kumbang tomcat dapat dilestarikan, tetapi populasinya tidak menjadi eksplosif agar tidak mengganggu manusia. Eksplosi kumbang tomcat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu peningkatan populasi kumbang menjelang berakhirnya musim hujan, panen secara serempak, dan pembangunan kawasan permukiman di dekat habitat kumbang. Pada kondisi demikian, pada malam hari kumbang akan berterbangan dan bergerak menuju sumber cahaya di permukiman. Mengingat kumbang tomcat merupakan sahabat petani yang dapat membantu mengendalikan hama secara alamiah, untuk mengantisipasi terjadinya eksplosi perlu upaya untuk melestarikan habitatnya. Perubahan area persawahan menjadi permukiman berarti meniadakan habitat kumbang tomcat sehingga akan memicu terjadinya eksplosi.

12 | P a g e

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Kerusakan lingkungan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Kerusakan kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh tingkah laku atau kegiatan manusia. Kebutuhan manusia yang semakin hari semakin banyak menyebabkan mereka melakukan berbagai kegiatan untuk memenuhu kebutuhan mereka. Meskipaun demikian, upaya pelestarian lingkungan harus tetap dilakukan mangingat tidak hanya manusia saja yang tinggal di bumi ini, melainkan berdampingan dengan makhluk hidup lain. Untuk itu kita perlu menjaga kelastarian llingkungan. Kerusakan linkungan menyebabkan habitat makhluk hidup terganngu. Tomcat yang menyerang warga itu juga merupakan akibat dari rusaknya habitat tomcat karena ulah manusia. Sebenarnya peristiwa ini meruoakan respon dari tomcat karena habbitatnya sudah tidak layak lagi, sehinngga tomcat berkelana mencari tempat tempat baru. Banyaknya orang yang terkena racun tomcat itu karena mereka tidak mengetahui tentang tomcat. Karena sebanarnya tomcat tidak menggigit. Tomcatbisa mengaluarkan racun yang menyababkan gatal itu karena tomcat tersebut terpencet, baik kaena dipukul atau sebagainya. Jika kita tau bagaimana cara menghadapi tomcta, maka tidak akan terjadi gatal gatal pada kulit. Menjaga kelestarian lingkungan merupakan suatu hal yang penting. Bagaimanapun juga makhluk hidup tidak bisa lepas dari lingkungan. Pengrusakan / hilangnya satu jenis makhluk hidup saja bisa megakibatkan rusaknya / hilangnya makhluk hidup lain, karena adanya rantai makanan. Kelestarian lingkungnan bukanlah tanggung jawab pemeritah saja, melainkan tanggug jawab kita bersama. 3.2 Saran Dengan adanya makalah ini kami harapkan dapat meningkatkan kepeedulian kita terhadap lingkungan. Karena bagaimanapun juga lingkungan adalah tempat kita hidup. Untuk itu kita harus menjaga kelestariannya. Dari makalah ini kami juga berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca dan dapat digunakan oleh semua pihak untuk menyusun maklah selanjutnya.

13 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian. 2012. Berita: Pusat Penelitin Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengngembangan Tanaman Pangan Badan Peneltian dan Pengembangan pertanian. [Online] Tomcat, Predator Sahabta Petani yang Dapat Mengeluarkan Racun dan Menyebabkan Iritasi Kulit Manusia, 7 April 2012. [Dikutip: 3 Oktober 2013.] http://pangan.litbang.deptan.go.id/berita/tomcat--predator-sahabat-petani--yang-dapatmengeluarkan-racun-dan-menyebabkan-iritasi-kulit-manusia. BAPPEDA JATIM. 2012. Berita: BAPPEDA JATIM. BAPPEDA JATIM Web Site. [Online] Lahan Pertanian Jatim Menyusut 879,3 ha/tahun, 1 April 2012. [Dikutip: 3 Oktober 2013.] http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/04/16/lahan-pertanian-jatim-menyusut-8793-hatahun/. GATRA News. 2012. Nusantara : Gatra News. Gatra News Web Site. [Online] Serangan Tomcat Akibat Habitat Treganggu, 3 Maret 2012. [Dikutip: 3 Oktober 2013.] http://www.gatra.com/nusantara/jawa/10362-serangan-tomcat-akibat-habitat-terganggu. Jogja Benih. Informasi: Jogja Benih. Jogja Benih Web Site. [Online] Cara Mengatasi Tomcat.[Dikutip: 3 Oktober 2013.] http://jogjabenih.com/informasi/artikel/1765-cara-mengatasi-tomcat. Kompas.com. 2012. News: Kompas.com. Kompas.com Web Site. [Online] Ini Sebab Serangan Kumbang Tomcat, 2 Maret 2012. [Dikutip: 3 Oktober 2013.] http://sains.kompas.com/read/2012/03/20/14523224/Ini.Sebab.Serangan.Kumbang.Tomcat.. Pemerintah Kota Surabaya. Home: Pesisir dan Laut. Status Lingkungan Hidup. [Online] Pesisir dan Laut.[Dikutip: 3 Oktober 2013.] http://lh.surabaya.go.id/SLHD/kesehatan.html.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai