Anda di halaman 1dari 12

BAB 1 Pendahuluan B.

Kalimat Kunci : Wanita, 25 tahun Kehilangan pendengaran telinga kanan sejak 1 tahun lalu Keluarnya nanah Berbau Terkadang nyeri dan gatal Sakit kepala Rekuren Pemeriksaan Otoskopi

- Meatus akustikus
eksternus dan membran timpani telinga kanan hiperemi Perforasi subtotal sentral pada membran timpani telinga kanan Sekresi mukoid pada cavum timpani telinga kanan dan meatus akustikus eksternus Telinga kiri normal

- Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukosit meningkat - Pada pemeriksaan Pure Tone Audiometry ditemukan
- Ear artery : Mild-Severe hearing loss conductive (60 dB)

C. Pertanyaan 1. Jelaskan anatomi, fisiologi dan histology dari organ yang terkait pada scenario 2. Jelaskan langkah-langkah penegakkan diagnosis dari scenario

3. Sebutkan gejala dan tanda-tanda gangguan pendengaran 4. Jelaskan etiologi dari otitis media supurative chronic 5. Jelaskan patomekanisme dari otitis media supurative chronic 6. Sebutkan manifestasi klinis dari otitis media supurative chronic 7. Jelaskan penatalaksanaan, komplikasi dan terapi dari otitis media supurative chronic

BAB 2 Pembahasan

A. Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Telinga


INDERA PENDENGARAN Terdiri dari telinga luar, telinga tengah (cavum tympani) dan telinga dalam. Di dalam cavum tympani terdapat organon vestibularis.

A. Auris Externa (Telinga Luar) 1) Auricula Dibentuk oleh cartilago auriculare yang berbentuk seperti daun dibungkus kulit, cartilago ini sekaligus membentuk kartilago meatus akustikum eksternus. Auricula merupakan tambahan yang melekat pada sisi kepala dan dimaksudkan untuk menangkap suara. Terdapat bagian-bagian : Tragus dan antitragus Helix dan antihelix Scapha Concha Lobulus auriculare

2) Meatus acusticus externus (liang telinga) Suatu saluran 2-3 cm yang terdiri dari 1/3 luar, dibentuk kartilago dan 2/3 dalam di bentuk oleh tulang (pars petrosa os temporalis). Meatus acusticus externus bukan suatu saluran yang lurus tetapi berbentuk seperti huruf S dan dilapisi kulit yang padanya terdapat rambut-rambut dan granula seruminosa yang menghasilkan serumen. Ujung dalam terdapat membran tympani. 3) Membrana tympani Membrana tympani merupakan sekat jaringan ikat yang memisahkan auris externa dengan auris media. Melekat pada tepi tulang ujung dalam meatus acusticus externus. Difiksasi oleh perlekatan manubrium mallei. Terdiri : Pars Flaccida bagian kecil di supero-anterior Pars Tensa bagian luas di infero-posterior Berbentuk oval, konkaf kelateral, bagian centralnya disebut umbo. Permukaan luar dilapisi kulit dan bagian dalam dilapisi mukosa (cavum tympani). Letak dari membrana tympani adalah sedimikian rupa sehingga sisi luarnya menghadap ke arah ventral, caudal dan lateral. Pada saluran ini terdapat mucosa yang mengandung rambut, kelenjar sebacea dan kelenjar keringat. Hasil produksi dari kelenjar disebut serumen. B. Auris Media (Telinga Tengah) Berisi udara, dipisahkan dari meatus acusticus axternus oleh membrana tympani. Terdapat hubungan antara cellulae mastoidea dengan cavum tympani melalui aditus tympanicum. Membrana tympani berfungsi menerima getaran udara dan meneruskannya ke N.cochlearis. disebut juga cavum tympani terletak di dalam pars petrosa os temporalis.

Dipisahkan dari meatus acusticus externus oleh membrane tympani. Berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva eusthacius. Terdapat tulang-tulang pendengaran dari lateral ke medial : Malleus Incus Stapes

Ketiga tulang tersebut meneruskan getaran udara yang diterima oleh membrana tympani, selanjutnya diteruskan ke fenestra vestibuli. Gerakan dari tulang-tulang tersebut dikontrol oleh m. tensor tympani dan m.stapedius. Auris media dipisahkan dari auris interna oleh lubang-lubang fenestra vestibuli (ditutupi/menempel basis stapedius) dan fenestra cochlea (ditutupi oleh membrana tympanica secundaria). Berhubungan dengan antrum mastoidea dan sinus-sinus mastoideus (didalam processus mastoideus). Didalam cavum tympani, berjalan cabang dari n.facialis yaitu chorda tympani. C. Telinga Dalam Terdiri dari labyrinthus osseus dan labyrinthus membranaceus. labyrinthus osseus terdiri dari runagna dan saluran, berada di dalam pars petrosa ossis temporalis. Ruangan dan saluran-saluran tersebut adalah vestibulum, 3 canalis semicircularis, 3 ampulla ossea dan canalis spiralis cochlea. Pada ujung lateral dari vestibulum terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedius. Pada tiap canalis semicircularis terdapat crus ampullae dan crus simplex. Canalis spiralis chochlea berbentuk seperti rumah siput dengan basis berada disebelah medial dan cupulla disebelah lateral. Bangunan ini melingkali suatu sumbu horizontal. Canalis ini bermuara pada dasar vestibulum.

Histologi

Fisiologi
1. Transduksi Suara

gelombang suara
getaran membran timpani getaran tulang telinga tengah

getaran jendela oval gerakan cairan di dalam kokhlea getaran membran basilaris
menekuknya rambut direseptor sel rambut dalam organ corti sewaktu getaran membran basalis menggeser rambut-rambut ini secara relatif terhadap membran tektorium di atasnya yang berkontak dengan rambut tsb perubahan potensial berjenjang di sel reseptor perubahan frekuensi potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara getaran jendela bundar

pembuyaran energi (tidak ada persepsi suara)

B. Langkah Penegakkan Diagnosis

C. Tanda dan gejala gangguan pendengaran There are three main types of hearing loss:

- Sensorineural Hearing Loss


Permanent hearing loss occurs when inner ear nerves become damaged and do not properly transmit their signals to the brain. Those who suffer from this condition may complain that people seem to mumble or that they hear, but do not understand, what is being said. The aging process is a very common cause of sensorineural hearing loss. As we get older, the inner ear nerves and sensory cells gradually die. The condition is not often medically or surgically treatable. In most cases, the symptoms can be significantly minimized with hearing aids. In addition to aging, sensorineural hearing loss may be caused by:

Injury Excessive noise exposure Viral infections, such as measles or mumps Ototoxic drugs, which are medications that damage hearing Meningitis Diabetes Stroke High fever Meniere's disease Acoustic tumors Heredity

-Conductive Hearing Loss


These disorders can be either temporary or permanent. They are caused by problems in either the outer or middle ear, which prevent sound from reaching the inner ear. People who experience this condition may find that voices and sounds appear faint. Many forms of conductive hearing loss can be helped medically or surgically. Some common causes of this condition include:

Infection of the ear canal or middle ear Fluid in the middle ear Perforation or scarring of the eardrum

Wax build-up Unusual growths or tumors in the ear Otosclerosis, a condition in which there is an abnormal growth of bone of the middle ear. This bone prevents structures within the ear from working properly and causes hearing loss. For some people with otosclerosis, the hearing loss may become severe.

-Mixed Hearing Loss


Some people have a combination of both sensorineural and conductive hearing loss. Hearing loss is often gradual and not immediately noticed by the person affected. Sometimes friends or family will notice a person's hearing problems before the person with the hearing loss recognizes it. For instance, family members may complain that the person with hearing loss listens to the television or radio too loud and often ask them to repeat what they've just said. Or, that the person with hearing loss doesn't answer the telephone or doorbell because they didn't hear it ringing. Although each person may experience symptoms of hearing loss differently, some of the most common symptoms may include:

Inability to hear people clearly and fully. People may seem to mumble and those experiencing hearing loss may not hear all parts of a conversation. For instance, someone with hearing loss may miss the essence of a story or punch line of a joke that someone just told. Frequent requests for repetition or clarification. Tendency to need to stare at people when they are talking in order to make it easier to understand what they are saying. Fatigue at the end of the day from straining to hear. Avoidance of social situations because of difficulty following conversations in noisy environments. Tendency to bluff when not hearing someone because of the fear of asking them to repeat themselves. D. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronik

Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari OMA yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa factor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Kuman penyebab biasanya bakteri gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan anaerob.

E. Patomekanisme Otitis Media Supuratif Kronik OMSK dibagi menjadi 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang. Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang. Perforasi teletak disentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal, subtotal atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi berbahaya atau fatal. F. Manifestasi Klinis Otitis Media Supuratif Kronik Pasien mengeluh otore, vertigo, tinnitus, rasa penuh ditelinga, atau gangguan pendengaran. Mengingat bahaya komplikasi, OMSK maligna harus dideteksi sejak dini. Diagnosis pasti ditegakkan pada penemuan dikamar operasi. Beberapa tanda klinis sebagai pedoman adalah perforasi pada marginal atau atik, abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari telinga tengah, kolesteatom pada telinga tengah, sekret berbentuk nanah dan berbau khas. G. Penatalaksanaan, Komplikasi dan Terapi Otitis Penatalaksanaan: Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena : 1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, 2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal, 3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, 4. Gizi dan kebersihan yang kurang Prinsip terapi OMSK benigna adalah konservatif atau medikamentosa. Bila sekret keluar terus menerus berikan obat cuci telinga yaitu larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret kurang atau bila sudah tenang, dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid, tidak lebih dari 1-2 minggu karena obat bersifat ototoksik. Antibiotik oral juga diberikan dan pasien dianjurkan tidak berenang dan menghindari masuknya air kedalam telinga. Bila sekret telah kering namun perforasi tetap ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka harus dirujuk untuk miringoplasti atau timpanoplasti. Sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, kalau perlu dengan pembedahan.

Prinsip terapi OMSK maligna adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi medikamentosa hanya bersifat sementara sebelum pembedahan. Operasi dilakukan secepatnya untuk memperbesar kemungkinan keberhasilan dan memperkecil risiko komplikasi. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikular, maka dilakukan insisi abses tersendiri sebelum mastoidektomi.

Komplikasi: Paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirintitis, labirintitis supuratif, petrositis, tromboflebitis sinus lateral, abses ekstradural, abses subdural, meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis.

Anda mungkin juga menyukai