Karya-Karya Soejoedi Wirjoatmodjo 1. Cafe Braga Permai / Maison Bogerijen Bentuk awalnya mirip vila Eropa yang sering ditandai dengan atap curam empat sisi yang disebut atap mansard. Setelah berganti pemilik, Soejoedi mengubahnya mirip bangunan di Jerman Barat waktu itu.
2. CONEFO (Conference of the New Emerging Forces) sekarang menjadi gedung MPR/DPR
BANGUNAN * Jenis = Kabah * Lokasi = Jakarta Selatan, Jakarta, Indonesia PEMBANGUNAN * Dimulai = 08 Maret 1965 * Selesai = 01 Februari 1983 perlengkapan menyelsaikan tahun 1968) * Tinggi = 100 M TIM PERANCANG * Arsitek = Soejoedi Wirjoatmodjo (Gedungan
Presiden Soekarno mencetuskan untuk menyelenggarakan CONEFO (Conference of the New Emerging Forces) yang merupakan wadah dari semua New Emerging Forces. Anggotaanggotanya direncanakan terdiri dari negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, negara-negara Sosialis, negara-negara Komunis, dan semua Progresive Forces dalam kapitalis.
3
Conefo dimaksudkan sebagai suatu tandingan terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Melalui Keppres No. 48/1965, Soekarno menugaskan kepada Soeprajogi sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga (PUT). Menteri PUT kemudian menerbitkan Peraturan Menteri PUT No. 6/PRT/1965 tentang Komando Pembangunan Proyek Conefo. Soejoedi pun maju dalam sayembara perancangan proyek Conefo, dengan menerapkan pola pemikiran arsitek Prancis, Le Corbusier. Dia memasukkan fungsi-fungsi utama sebuah kawasan political venues, yaitu persidangan, sekretariat, dan kegiatan pendukung. Massa bangunan untuk ke-giatan persidangan diletakkan frontal menghadap jalan masuk, dengan massa bangunan sekretariat di sampingnya. Massa bangunan perjamuan diletakkan linier terhadap massa bangunan sekretariat, sedangkan massa bangunan auditorium diletakkan tegak lurus terhadapnya, jadilah kompleks MPR/DPR.
3. Gedung Kedutaan Besar Prancis, di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Dikerjakan antara 1969 dan 1973. Soejoedi membuat lengkungan di sisi masif selubung bidang terdepan sebagai pengarah kendaraan yang memasuki gedung. Pintu masuk utama yang terletak di bagian samping gedung itu menjadikan gedung terlindung, baik dari pandangan mata luar maupun kebisingan di sekitarnya. Desain ini juga menjamin keamanan dan keselamatan pengunjung. Proyek itu menerapkan konstruksi beton di Indonesia. Pengudaraan buatan di dalam bangunan gedung dilakukan dengan teknik menurunkan ketinggian langit-langit di sclasar bagian dalam, supaya tersedia rongga tempat meletakkan AC yang mengalirkan udara dingin ke ruangan-ruangan. Tampilan lain adalah sirip-sirip yang membagi bidang permukaan vertikalmenjadi sejumlah bukaan berukuran sama dan sebangun. Karya-karya lainnya, Gedung Sekretariat ASEAN, Gedung KBRI di Kuala Lumpur, Gedung Konsulat Indonesia di Beograd, dan Stasiun PLTA di Karang Kates, Jawa Timur. Selain itu, Soejoedi turut merancang masterplan tata kota Kotamadya Pontianak, Kalimantan Barat, masterplan daerah pariwisata Nusa Dua, Bali, dan masterplan pengembangan pariwisata Jawa Tengah.
Warisannya adalah membawa bentuk arsitektur non-tradisional sebagai inspirasi arsitekarsitek muda, rancangannya memberikan ruang interaksi sosial tanpa mengorbankan lingkungan sekitar. Dalam usia muda, 53 tahun, Soejoedi menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 17 Juni 1981. Jenazahnya dimakamkan keesokan harinya di Tanah Kusir, Jakarta.