Anda di halaman 1dari 10

Jumat, 25 Desember 2009

PEMERIKSAAN FORENSIK PADA KASUS PERKOSAAN & DELIK ADUAN LAIN


kuliah dari : dr. Djaja Surja Atmadja

PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir ini kita kerapkali membaca berita mengenai kasus perkosaan atau perampokan/ pembunuhan yang disertai perkosaan. Kasus-kasus semacam ini biasanya memiliki nilai berita yang tinggi dan akan diliput oleh berbagai mediamassa. Di pihak lain, masyarakat yang mengetahui berita semacam ini umumnya ikut terlibat dan seringkali merasa gemas dan mengutuk perbuatan itu. Protes masyarakat dimani estasikan dalam tulisan surat pembaca di berbagai media cetak. !elah sering kita baca bah"a masyarakat mengusulkan agar sanksi hukum terhadap pelaku perkosaan diperberat karena masyarakat merasa bah"a hukuman yang dijatuhkan oleh hakim terlalu ringan. Dalam tulisan ini ingin dibahas mengenai aspek medis dan hukum dari delik perkosaan dan delik susila lainnya khususnya dari aspek pembuktiannya.

KENDALA PEM UK!IAN


Dalam sistim peradilan yang dianut negara kita, seorang hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada seseorang terdak"a kecuali dengan sekurangnya dua alat bukti yang sah ia merasa yakin bah"a tindak pidana itu memang telah terjadi #pasal $%& K'(AP) . Sedang yang dimaksud dengan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdak"a #pasal $%* K'(AP). +erdasarkan hal tersebut diatas, maka pada suatu kasus perkosaan dan delik susila lainnya perlu diperjelas keterkaitan antara bukti bukti yang ditemukan : $. !empat kejadian perkara, ,. !ubuh atau pakaian korban, &. !ubuh atau pakaian pelaku dan *. Pada alat yang digunakan pada kejahatan ini # penis ).

Keterkaitan antara * aktor inilah yang seringkali dijabarkan dalam prisma #segiempat) bukti dan merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan keyakinan hakim. Pada banyak kasus perkosaan keterkaitan empat aktor ini tidak jelas atau tidak dapat ditemukan sehingga mengakibatkan tidak timbul keyakinan pada hakim yang bermani estasi dalam bentuk hukuman yang ringan dan sekadarnya. +eberapa hal yang dapat mengakibatkan terjadinya hal ini adalah hal-hal sbb: $. -asalah keutuhan barang bukti. ,. -asalah tehnis pengumpulan benda bukti &. -asalah tehnis pemeriksaan orensik dan laboratorium *. -asalah pengetahuan dokter pemeriksa .. -asalah pengetahuan aparat penegak hukum

Masa"a# $eutu#a% bara%& bu$t'


Seorang korban perkosaan setelah kejadian yang memalukan tersebut umumnya akan merasa jijik dan segera mandi atau mencuci dirinya bersih-bersih. Seprei yang mengandung bercak mani atau darah seringkali telah dicuci dan diganti dengan seprei yang baru sebelum penyidik tiba di !KP. /antai yang mungkin mengandung benda bukti telah disapu dan dipel terlebih dahulu agar 0rapi 0 kelihatannya bila polisi datang. Ketika korban akan diba"a ke dokter untuk diperiksa dan berobat seringkali ia mandi dan / atau mengganti pakaiannya terlebih dahulu dengan yang baru dan bersih. (al-hal semacam ini tanpa disadari akan menyebabkan hilangnya banyak benda bukti seperti cairan/bercak mani, rambut pelaku, darah pelaku dsb yang diperlukan untuk pembuktian di pengadilan. Adanya kelambatan korban untuk melapor ke polisi karena perasaan malu dan ragu-ragu juga menyebabkan hilangnya benda bukti karena berlalunya "aktu.

Masa"a# te$%'s (e%)um(u"a% be%*a bu$t'


Pengolahan !KP dan tehnik pengambilan barang bukti merupakan hal yang amat mempengaruhi pengambilan kesimpulan. Pada suatu kejadian perkosaan dan delik susila lainnya penyidik mencari sebanyak mungkin benda bukti yang mungkin ditinggalkan di !KP seperti adanya sidikjari, rambut, bercak mani pada lantai, seprei atau kertas tissue di tempat sampah dsb. !idak dilakukannya pencarian benda bukti, baik akibat kurangnya pengetahuan, kurang pengalaman atau kecerobohan, dapat mengakibatkan hilangnya banyak data yang penting untuk pengungkanan kasus.

Pada pemeriksaan terhadap tubuh korban cara pengambilan sampel usapan 1agina yang salah juga dapat menyebabkan hasil negati palsu. Pada persetubuhan dengan melalui anus #sodomi) pengambilan bahan usapan dengan kapas lidi bukan dilakukan dengan mencolokkan lidi ke dalam liang anus saja tetapi harus dilakukan juga pada sela-sela lipatan anus, karena pada pengambilan yang pertama yang akan didapatkan umumnya adalah tinja dan bukan sperma. Adanya bercak mani pada kulit, bulu kemaluan korban yang menggumpal atau pakaian korban, adanya rambut pada sekitar bulu kemaluan korban, adanya bercak darah atau epitel kulit pada kuku jari #jika korban sempat mencakar pelaku) adalah hal-hal yang tak boleh dile"atkan pada pemeriksaan.

Masa"a# te$%'s (emer'$saa% +,re%s'$ *a% "ab,rat,r'um


Kemampuan pemeriksaan pusat pelayanan perkosaan berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya. Suatu klinik yang tidak melakukan pemeriksaan sperma sama sekali tentu tak dapat membedakan antara robekan selaput dara atau robekan akibat benda tumpul pada masturbasi. Klinik yang hanya melakukan pemeriksaan sperma langsung saja tentu tak dapat membedakan tidak adanya persetubuhan dengan persetubuhan dengan ejakulasi dari orang yang tak memiliki sel sperma #pasca 1asektomi atau mandul tanpa sel sperma). Suatu klinik yang hanya melakukan pemeriksaan sperma dengan uji os atase asam saja misalnya tentu hanya dapat menghasilkan kesimpulan terbatas: ini pasti bukan sperma atau ini mungkin sperma !etapi jika klinik tersebut juga melakukan pemeriksaan lain seperti uji PA2, +erberio, 3lorence, pe"arnaan Baechi atau Malachite green maka kesimpulan yang dapat ditariknya adalah: pasti sperma, cairan mani tanpa sperma #pelakunya mandul tanpa sel sperma atau sudah disterilisasi) atau pasti bukan sperma. /ihat tabel. Pemeriksaan pada kasus perkosaan untuk pencarian pelaku dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pada bahan rambut atau bercak cairan mani, bercak/cairan darah atau kerokan kuku. Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya adalah pemeriksaan pola permukaaan luar #kutikula) rambut, peme .riksaan golongan darah dan pemeriksaan sidik D2A. Pemeriksaan sidik D2A yang dilakukan pada bahan yang berasal dari usapan 1agina korban bukan saja dapat mengungkapkan pelaku perkosaan secara pasti, tetapi juga dapat mendeteksi jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan banyak pelaku #salome). Pemeriksaan golongan darah dan sidik D2A atas bahan kerokan kuku #jika korban sempat mencakar) juga dapat digunakan untuk mencari pelakunya. 4ika hanya pemeriksaan golongan darah yang akan dilakukan pada bahan usapan 1agina, maka bahan liur dari korban dan tersangka pelaku perlu juga diperiksa golongan darahnya untuk menentukan golongan sekretor atau non sekretor.

5rang yang termasuk golongan sekretor #sekitar %. -67 dari populasi) pada cairan tubuhnya terdapat substansi golongan darah. Kelompok orang ini jika melakukan perkosaan akan meninggalkan cairan mani dan golongan darahnya sekaligus pada tubuh korban. Sebaliknya orang yang termasuk golongan non-sekretor #$. 8 dari populasi)jika memperkosa hanya akan meninggalkan cairan mani saja tanpa golongan darah. Dengan demikian jika pada tubuh korban ditemukan adanya substansi golongan darah apapun, maka yang bersangkutan tetap harus dicurigai sebagai tersangkanya. Adanya pemeriksaan sidik D2A telah mempermudah penyimpulan karena tidak dikenal adanya istilah sekretor dan non9sekretor pada pemeriksaan D2A. Dalam hal tersangka pelaku tertangkap basah dan belum sempat mencuci penisnya, maka secara kon1ensional leher kepala penisnya dapat diusapkan ke gelas obyek dan diberi uap lugol. Adanya sel epitel 1agina yang ber"arna coklat dianggap merupakan bukti bah"a penis itu baru :bersentuhan; dengan 1agina alias baru bersetubuh. /aporan terakhir pada tahun $<<., menunjukkan bah"a gambaran epitel ini tak dapat diterima lagi sebagai bukti adanya epitel 1agina, karena epitel pria baik yang normal maupun yang sedang mengalami in eksi kencing juga mempunyai epitel dengan gambaran yang sama. Pada saat ini jika seorang pria diduga baru saja bersetubuh, maka kepala dan leher penisnya perlu dibilas dengan larutan 2a=l. Air cucian ini selanjunya diperiksa ada tidaknya sel epitel secara mikroskopik dan jika ada maka pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan D2A dengan metode P=> #polymerase chain reaction)

Masa"a# (e%&eta#ua% *,$ter (emer'$sa


Pada saat ini akibat kelangkaan dokter orensik, maka kasus perkosaan dan delik susila lainnya ditangani oleh dokter kebidanan atau bahkan dokter umum. Sebagai dokter klinik yang tugasnya terutama mengobati orang sakit, maka biasanya yang menjadi prioritas utama adalah mengobati korban. Ketidaktahuan mengenai prinsip-prinsip pengumpulan benda bukti dan cara pemeriksaannya membuat banyak bukti penting terle"atkan dan tak terdeteksi selama pemeriksaan. 'mumnya dokter kebidanan hanya memeriksa ada tidaknya luka di sekitar kemaluan, karena merasa hanya daerah inilah bidang keahliannya. Akibatnya tanda kekerasan didaerah lainnya tidak terdeteksi. Pemeriksaan toksikologi atas bahan darah atau urin untuk mendeteksi kekerasan berupa membuat korban pingsan atau tidak berdaya dengan obat-obatan umumnya tak pernah dilakukan. Pemeriksaan ada tidaknya cairan mani biasanya hanya dilakukan dengan pemeriksaan langsung saja, sehingga adanya cairan mani tanpa sperma tak mungkin dideteksi. Pemeriksaan kearah pembuktian pelaku seiauh ini boleh dikatakan tak pernah dilakukan karena masih dianggap bukan ke"ajiban dokter. Dengan demikian selama ini dasar dari tuduhan terhadap pelaku perkosaan umumnya adal,ah hanya dari kesaksian korban dan pengakuan tersangka saja, padahal kedua alat bukti ini seringkali sulit dipercaya karena si atnya yang subyekti .

Masa"a# (e%&eta#ua% a(arat (e%e&a$ #u$um


Pada kasus-kasus semacam ini arah penyidikan harus jelas arahnya agar pengumpulan bukti menjadi terarah dan tajam pula. Kesalahan dalam membuat tuduhan, misalnya akan dapat membuat tersangka menjadi bebas sama sekali. 4ika penyidik, jaksa serta hakim hanya menganggap perlu mencari alat bukti berupa pengakuan terdak"a dan mengabaikan pembuktian secara ilmiah le"at pemeriksaan medis dan kesaksian ahli maka tentunya pembuktian dilakukan seadanya.

PENEN!UAN JENIS DELIK


Suatu laporan tentang seorang yang disetubuhi atau dilecehkan secara seksual oleh seseorang lainnya tidak selalu berarti kasusnya adalah perkosaan. 'ntuk kasus-kasus semacam ini kita harus memilah termasuk kategori delik yang manakah kasus tersebut, yang masing masing mempunyai kriteria dan hukuman yang berbeda satu sama lain. Per$,saa% -enurut K'(P pasal ,%. perkosaan adalah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan menyetubuhi seorang "anita di luar perka"inan. !ermasuk dalam kategori kekerasan disini adalah dengan sengaja membuat orang pingsan atau tidak berdaya #pasal %< K'(P). (ukuman maksimal untuk delik perkosaan ini adalah $, tahun penjara. Persetubu#a% *'"uar (er$a-'%a% Persetubuhan diluar perka"inan antara pria dan "anita yang berusia diatas $. tahun tidak dapat dihukum kecuali jika perbuatan tersebut dilakukan terhadap "anita yang dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya. 'ntuk perbuatan yang terakhir ini pelakunya dapat dihukum maksimal < tahun penjara #pasal ,%7 K'(P) jika persetubuhan dilakukan terhadap "anita yang diketahui atau sepatutnya dapat diduga berusia diba"ah $. tahun atau belum pantas dika"in maka pelakunya dapat diancam hukuman penjara maksimal < tahun. 'ntuk penuntutan ini harus ada pengaduan dari korban atau keluarganya #pasal ,%? K'(P) . Khusus untuk yang usianya diba"ah $, tahun maka untuk penuntutan tidak diperlukan adanya pengaduan. Per.'%a#a% Per@inahan adalah persetubuhan antara pria dan "anita diluar perka"inan, dimana salah satu diantaranya telah ka"in dan pasal ,? +A berlaku baginya.

Khusus untuk delik ini penuntutan dilakukan oleh pasangan dari yang telah ka"in tadi yang diajukan dalam & bulan disertai gugatan cerai/pisah kamar/pisah ranjang. Per@inahan ini diancam dengan hukuman penBara selama maksimal < bulan. Perbuata% /abu" Seseorang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, maka ia diancam dengan hukuman penjara maksimal < tahun #pasal ,%< K'(P). (ukuman perbuatan cabul lebih ringan, yaitu ? tahun saja jika perbuatan cabul ini dilakukan terhadap orang yang sedang pingsan, tidak berdaya. berumur diba"ah $. tahun atau belum pantas dika"in dengan atau tanpa bujukan #pasal ,<6 K'(P). Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap orang yang belum de"asa oleh sesama jenis diancam hukuman penjara maksimal . tahun #pasal ,<$ K'(P). Perbuatan cabul yang dilakukan dengan cara pemberian, menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan "iba"a atau penyesatan terhadap orang yang belum de"asa diancam dengan hukuman penjara maksimal . tahun #pasal ,<& K'(P) . Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap anak, anak tiri, anak angkat, anak yang belum de"asa yang penga"asan, pemeliharaan, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, dengan bujang atau ba"ahan yang belum de"asa diancam dengan hukuman penjara maksimal ? tahun. (ukuman yang sama juga diberikan pada pega"ai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan ba"ahan atau orang yang penjagaannya dipercayakan kepadanya, pengurus, dokter, guru, pega"ai, penga"as atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerBaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit ji"a atau lembaga sosial yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya #pasal ,<* K'(P). 5rang yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan, menjadi penghubung bagi perbuatan cabul terhadap korban yang belum cukup umur diancam dengan hukuman penjara maksimal . tahun #pasal ,<. K'(P). 4ika perbuatan ini dilakukan sebagai pencarian atau kebiasaan maka ancaman hukumannya satu tahun * bulan atau denda paling banyak >p. $..666,-

PEMERIKSAAN KOR AN
4ika korban diba"a ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis, maka dokter punya ke"ajiban untuk melaporkan kasus tersebut ke polisi atau menyuruh keluarga korban untuk melapor ke polisi. Korban yang melapor terlebih dahulu ke polisi pada akhirnya juga akan diba"a ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis sekaligus pemeriksaan orensik untuk dibuatkan 1isum et repertumnya.

Sebagai dokter klinis, pemeriksa bertugas menegakkan diagnosis dan melakukan pengobatan. Adanya kemungkinan terjadinya kehamilan atau penyakit akibat hubungan seksual #P(S) harus diantisipasi dan dicegah dengan pemberian obat-obatan. Pengobatan terhadap luka dan keracunan harus dilakukan seperti biasanya. Pengobatan secara psikiatris untuk penanggulangan trauma pasca perkosaan juga sangat diperlukan untuk mengurangi penderitaan korban. Sebagai dokter orensik pemeriksa bertugas mengumpulkan berbagai. bukti yang berkaitan dengan pemenuhan unsur-unsur delik seperti yang dinyatakan oleh undang-undang, dan menyusun laporan 1isum et repertum. Secara umum dokter bertugas mengumpulkan bukti adanya kekerasan, keracunan, tanda persetubuhan, penentuan usia korban dan pelacakan benda bukti yang berasal dari pelaku. Pencarian benda-benda bukti yang berasal dari pelaku pada tubuh atau pakaian korban dan tempat kejadian perkara merupakan hal penting yang paling sering dilupakan oleh dokter. Pada kasus perkosaan dan delik susila lainnya perlu dikumpulkan in ormasi-in ormasi sebagai berikut : Umur $,rba% 'mur korban amat perlu ditentukan pada pemeriksaan medis, karena hal itu menentukan jenis delik #delik aduan atau bukan), jenis pasal yang dilanggar dan jumlah hukuman yang dapat dijatuhkan. Dalam hal korban mengetahui secara pasti tanggal lahirnya/umurnya, apalagi jika dikuatkan oleh bukti diri #K!P,SC- dsb) , maka umur dapat langsung disimpulkan dari hal tersebut. Akan tetapi jika korban tak mengetahui umurnya secara pasti maka perlu diperiksa erupsi gigi molar CC dan molar CCC. Digi molar CC mengalami erupsi pada usia kurang lebih $, tahun, sedang gigi molar CCC pada usia $? sampai ,$ tahun. 'ntuk "anita yang telah tumbuh molar CCnya, perlu dilakukan oto ronsen gigi. 4ika setengah sampai seluruh mahkota molar CCC sudah mengalami mineralisasi #terbentuk) , tapi akarnya belum maka usianya kurang dari $. tahun. Kriteria sudah tidaknya "anita mengalami haid pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena usia menarch saat ini tidak lagi pada usia $. tahun tetapi seringkali jauh lebih muda dari itu. !a%*a $e$erasa% Eang dimaksud dengan kekerasan pada delik susila adalah kekerasan yang menunjukkan adanya unsur pemaksaan, seperti jejas bekapan pada hidung, mulut dan bibir, jejas cekik pada leher, kekerasan pada kepala, luka lecet pada punggung atau bokong akibat penekanan, memar pada lengan atas dan paha akibat pembukaan secara paksa, luka lecet pada pergelangan tangan akibat pencekalan dsb.

Adanya luka-luka ini harus dibedakan dengan luka-luka akibat 0 oreplay0 pada persetubuhan yang 0biasa0 seperti luka isap #cupang) pada leher, daerah payudara atau sekitar kemaluan, cakaran pada punggung #yang sering -terjadi saat orgasme) dsb. /uka-luka yang terakhir ini memang merupakan kekerasan tetapi bukan kekerasan yang dimaksud pada delik perkosaan. Adanya luka-luka jenis ini harus dinyatakan secara jelas dalam kesimpulan 1isum et repertum untuk menghindari kesalahan interpretasi oleh aparat penegak hukum. !anpa adanya kejelasan ini suatu kasus persetubuhan biasa bisa disalahta sirkan sebagai perkosaan yang berakibat hukumannya menjadi lebih berat. Pemeriksaan toksikologi untuk beberapa jenis obat-obatan yang umum digunakan untuk membuat orang mabuk atau pingsan perlu pula dilakukan, karena tindakan membuat orang mabuk atau pingsan secara sengaja dikategorikan juga sebagai kekerasan. 5bat-obatan yang perlu diperiksa adalah obat penenang, alkohol, obat tidur, obat perangsang #termasuk ecstasy) dsb. !a%*a (ersetubu#a% !anda persetubuhan secara garis besar dapat dibagi dalam tanda penetrasi dan tanda ejakulasi. !anda penetrasi biasanya hanya jelas ditemukan pada korban yang masih kecil atau belum pernah melahirkan atau nullipara. Pada korban-korban ini penetrasi dapat menyebabkan terjadinya robekan selaput dara sampai ke dasar pada lokasi pukul . sampai ?, luka lecet, memar sampai luka robek baik di daerah liang 1agina, bibir kemaluan maupun daerah perineum. Adanya penyakit keputihan akibat jamur =andida misalnya dapat menunjukkan adanya erosi yang dapat disalah artikan sebagai luka lecet oleh pemeriksa yang kurang berpengalaman. !idak ditemukannya luka-luka tersebut pada korban yang bukan nulipara tidak menyingkirkan kemungkinan adanya penetrasi. !anda ejakulasi bukanlah tanda yang harus ditemukan pada persetubuhan, meskipun adanya ejakulasi memudahkan kita secara pasti menyatakan bah"a telah terjadi persetubuhan. Fjakulasi dibuktikan dengan pemeriksaan ada tidaknya sperma dan komponen cairan mani. 'ntuk uji penyaring cairan mani dilakukan pemeriksaan os atase asam. 4ika uji ini negati , kemungkinan adanya ejakulasi dapat disingkirkan. Sebaliknya jika uji ini positi , maka perlu dilakukan uji pemastian ada tidak sel sperma dan cairan mani. 'sapan lidi kapas diambil dari daerah labia minora, liang 1agina dan kulit yang menunjukkan adanya kerak. Adanya rambut kemaluan yang menggumpal harus diambil dengan cara digunting, karena umumnya merupakan akibat ejakulasi di daerah luar 1agina. 'ntuk mendeteksi ada tidaknya sel mani dari bahan s"ab dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung terhadap ekstrak atau dengan Pembuatan preparat tipis yang di"arnai dengan pe"arnaan malachite green atau christmas tree.

4ika yang akan diperiksa sampel berupa bercak peda pakaian dapat dilakukan pemeriksaan +aechi, dimana adanya sperma akan tampak berupa sel sperma yang terjebak diantara serat pakaian. Sel sperma positip merupakan tanda pasti adanya ejakulasi. Kendala utama pada pemeriksaan ini adalah jika sel sperma telah hancur bagian ekor dan lehernya sehingga hanya tampak kepalanya saja. 'ntuk mendeteksi kepala sperma semacam ini harus diyakini bah"a memang kepala tersebut masih memiliki topi #akrosom). Adanya cairan mani dicari dengan pemeriksaan terhadap beberapa komponen sekret kelenjar kelamin pria #khususnya kelenjar prostat) yaitu spermin #dengan uji 3lorence), cholin #dengan uji +erberio) dan @ink #dengan uji PA2) . Suatu temuan berupa sel sperma negati tapi komponen cairan mani positip menunjukkan kemungkinan ejakulasi oleh pria yang tak memiliki sel sperma #a@oospermi) atau telah menjalani sterilisasi atau 1asektomi. Dam(a$ (er$,saa% Dampak perkosaan berupa terjadinya gangguan ji"a, kehamilan atau timbulnya penyakit kelamin harus dapat dideteksi secara dini. Khusus untuk dua hal terakhir, pencegahan dengan memberikan pil kontrasepsi serta antibiotic lebih bijaksana dilakukan ketimbang menunggu sampai komplikasi tersebut muncul. Pe"a$u (er$,saa% Aspek pelaku perkosaan merupakan merupakan aspek yang paling sering dilupakan oleh dokter. Padahal tanpa adanya pemeriksaan kearah ini, "alaupun telah terbukti adanya kemungkinan perkosaan. amatlah sulit menuduh seseorang sebagai pelaku pemerkosaan. 'ntuk mendapatkan in ormasi ini dapat dilakukan pemeriksaan kutikula rambut dan pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan D2A dari sampel yang positip sperma/maninya.

PEMERIKSAAN DNA DALAM IDAN0 KEDOK!ERAN FORENSIK


Pertama kali diperkenalkan oleh 4e rey pada tahun $<%.. +eliau menemukan bah"a pita D2A dari setiap indi1idu dapat dilacak secara simultan pada banyak lokus sekaligus dengan pelacak D2A #D2A probe) yang diciptakannya. Pola D2A ini dapat di1isualisasikan berupa urutan pita-pita yang berbaris membentuk susunan yang mirip dengan gambaran barcode pada barang di supermarket. 'niknya ternyata pita-pita D2A ini bersi at spesi ik indi1idu, sehingga tak ada orang yang memiliki pita yang sama persis dengan orang lain. Pada kasus perkosaan ditemukannya pita-pita D2A dari benda bukti atau karban yang ternyata identik dengan pita-pita D2A tersangka menunjukkan bah"a tersangkalah yang menjadi donor sperma tadi. Adanya kemungkinan percampuran antara sperma pelaku dan cairan 1agina tidak menjadi masalah, karena pada proses kedua jenis D2A ini dapat dipisahkan satu sama lain. Satusatunya kesalahan yang mungkin terjadi adalah kalau pelakunya ternyata adalah saudara kembar identik dari si tersangka, karena keduanya memiliki pita D2A yang sama persis.

Perkembangan lebih lanjut pada bidang orensik adalah ditemukannya pelacak D2A yang hanya melacak satu lokus saja #single locus probe) . +erbeda dengan tehnik 4e reys yang menghasilkan banyak pita, disini pita yang muncul hanya , buah saja. Penggunaan metode ini pada kasus perkosaan sangat menguntungkan karena ia dapat digunakan untuk membuat perkiraan jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan pelaku lebih dari satu. Sebagai contoh, jika pita D2A pada bahan usapan 1agina ada 7 buah, maka sedikitnya ada #7 : ,) yaitu & orang pelaku. 'ntuk mempertinggi derajat keakuratan pemeriksaan ini, umumnya dilakukan pemeriksaan beberapa lokus sekaligus. Adanya pita yang sama dengan tersangka menunjukkan bah"a tersangka itu adalah pelakunya, sedang pita yang tidak sama menyingkirkan tersangka sebagai pelaku. Ditemukannya metode penggandaan D2A secara en@imatik #metode Polymerase =hain >eaction atau P=>) oleh kelompok =etus, membuka lebih banyak kemungkinan pemeriksaan D2A. Dengan metode ini bahan sampel yang amat minim jumlahnya tidak lagi menjadi masalah karena D2Anya dapat diperbanyak jutaan sampai milyaran kali lipat di dalam mesin yang dinamakan mesin P=> atau thermocycler. Dengan metode ini "aktu pemeriksaan juga banyak dipersingkat, lebih sensiti serta lebih spesi ik pula. Pada metode ini analisis D2A dapat dilakukan dengan sistim dotblot yang berbentuk bulatan ber"arna biru, sistim elektro oresis yang berbentuk pita D2A atau dengan pelacakan urutan basa dengan metode sekuensing. di tulis ulang oleh : ,. Desember ,66< dr.+ambang Aidjanarko, Sp5D email : dodo."idjanarkoGgmail.com
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/12/pemeriksaan-forensik-pada-kasus.html

Anda mungkin juga menyukai