PENDAHULUAN
Perusahaan dan pegawai merupakan dua hal yang saling membutuhkan. Jika pegawai
berhasil membawa kemajuan bagi perusahaan, keuntungan yang diperoleh akan dipetik oleh
kedua belah pihak. Bagi pegawai, keberhasilan merupakan aktualisasi potensi diri sekaligus
peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan bagi perusahaan, keberhasilan
merupakan sarana menuju pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.
Sementara itu dunia pada saat ini sedang menghadapi dua tantangan utama.
Pertama, perubahan lingkungan/iklim bisnis yang cepat diiringi dengan meningkatnya kualitas
dan kebutuhan konsumen. Dari satu sisi perubahan yang cepat itu mengakibatkan terjadinya
dinamika pekerjaan berupa perubahan dan perkembangan yang menuntut keterampilan dan
keahlian yang melebihi dari sebelumnya. Dari sisi lain ternyata keinginan dan kebutuhan
konsumen bukanlah suatu yang statis, tetapi terus berkembang secara dinamis pula.
Konsumen selalu mendambakan keinginan dan kebutuhan dapat terpenuhi secara berkualitas
dan memuaskan. Kedua, meningkatnya persaingan antara perusahaan mengharuskanya
setiap perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya dengan cara yang lebih efisien,
efektif dan produktif.
Untuk menghadapi tantangan utama ini, maka perusahaan perlu untuk menuntut
kinerja pegawai yang tinggi dari pegawainya, dimana kinerja pegawai yang diharapkan
tersebut salah satunya dipengaruhi oleh motivasi. Menurut Hasibuan (1990 : 156), “ Motivasi
adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang maksimal “.
Setiap pegawai mempunyai perbedaan individual sebagai akibat dari latar belakang
pendidikan, pengalaman, dan lingkungan masyarakat yang beraneka ragam maka hal ini akan
terbawa ke dalam pekerjaannya, sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku
pegawai tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Di samping itu suasana batin/psikologis
seseorang secara individu dalam organisasi yang memiliki lingkungan kerjanya, sangat besar
pengaruhnya terhadap pelaksanaan kerjanya. Hal ini berarti pegawai memerlukan motivasi
kerja yang kuat agar bersedia melaksanakan pekerjaan secara bersemangat, berkinerja
pegawai tinggi dan produktif.
Untuk memahami konsep motivasi lebih lanjut, Lyman Porter dan Raymond Miles
mengemukakan suatu pandangan sistem mengenai motivasi. Menurut James A. F. Stoner dan
R. Edward Freeman (1994 : 431) yang mengutip pendapat dari Lyman dan Raymond Miles,
pendekatan ini sangat berguna bagi manajer dalam memahami konsep motivasi sehingga
dapat memotivasi pegawai secara tepat agar kinerja pegawai meningkat. Pandangan sistem
ini membahas seluruh rangkaian kekuatan sistem yang beroperasi pada pegawai, yang harus
dipertimbangkan sebelum motivasi dan perilaku pegawai dapat dipahami secara memadai.
Lyman Porter dan Raymond Miles menjelaskan bahwa sistem motivasi mencakup tiga
faktor karakteristik yang meliputi timbulnya motivasi pegawai. Ketiga karakteristik tersebut
adalah karakteristik individu, karakteristik pekerjaan dan karakteristik situasi kerja (Stoner,
1986 : 87). Sistem motivasi ini digunakan karena perspektif sistem dari motivasi ini
merupakan yang paling berguna bagi perusahaan untuk mengetahui motivasi kerja pegawai.
Karakteristik individu terdiri atas minat, sikap dan kebutuhan yang dibawa seseorang
ke tempat kerjanya. Karakteristik pekerjaan merupakan sikap. Tugas pegawai yang meliputi
jumlah tanggung jawab, macam tugas, dan tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan
itu sendiri. Sedangkan karakteristik situasi kerja atau organisasi terdiri dari dua hal, yaitu
lingkungan kerja terdekat dan tindakan organisasi sebagai satu kesatuan.
Penggunaan tenaga kerja yang efektif dan terarah merupakan kunci dari peningkatan
kinerja pegawai sehingga dibutuhkan suatu kebijaksanaan perusahaan untuk menggerakkan
tenaga kerja tersebut agar mau bekerja lebih produktif, sesuai dengan rencana yang telah
direncanakan oleh perusahaan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja pegawai
adalah dengan cara memberi motivasi kepada pegawai. Kinerja pegawai merupakan
kebutuhan bagi pegawai, hal ini sebagai mana pendapat Mc. Clelland dalam Stoner (1986 :
14) yang menunjukkan bahwa motif yang kuat berkinerja pegawai untuk berhasil atau unggul
dalam situasi persaingan berhubungan dengan sejauh mana motivasi yang dimiliki individu
untuk menjalankan tugas-tugasnya.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas, maka sangat jelas bahwa faktor motivasi
memiliki peranan penting yang mempengaruhi kinerja pegawai dalam perusahaan. Hal ini
disebabkan motivasi kerja yang mempengaruhi oleh tiga karakteristik di atas akan membawa
perilaku bagi pegawai.
Berkaitan dengan hal ini, maka penulis tertarik untuk mengangkat topik dengan judul
“ PENGARUH FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI “
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang
menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.
Pengertian Kinerja Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak
memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu
sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga
perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan – kesan buruk organisasi
yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda – tanda peringatan adanya kinerja yang
merosot.
Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja ( prestasi kerja )
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”.
Menurut Barry Cushway (2002 : 1998) “Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang
telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan”.
John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104) “kinerja adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu
pameran umum keterampilan”. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui
dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil
suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan
serta mengetahui dampak positif dan negative dari suatu kebijakan operasional. Mink
(1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang
tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya:
(d) kompetensi.
Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:
1.Kemampuan mereka,
Kemampuan tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung
maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja
juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja,
terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh
karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan
keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja terdidik, tenaga
kerja terampil, dan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik
adalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di
bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum. Tenaga kerja terampil
adalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan
tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan
sopir. Sementara itu, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja
yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya.
Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga
kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa,
dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja
jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi.
Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.
2.Motivasi,
Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi
mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan
memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi
kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada
motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang
akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat
menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau
pencapaian keseimbangan.
Atau bisa disebut motivasi kerja ,Bertolak dari arti kata motivasi tadi, maka yang
dimaksud dengan motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau
semangat kerja. Atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut Ravianto adalah: atasan, rekan sekerja,
sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis
pekerjaan dan tantangan. Jadi motivasi individu untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh
sistem kebutuhannya.
Pada dasarnya, manusia secara alami selalu akan bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Lingkungan
sekitar ini termasuk juga lingkungan kongkret maupoun abstrak. Lingkungan kongkret adalah segala
sesuatu yang dapat kita lihat, raba, ataupun dengar. Sedangkan lingkungan abstrak adalah segala sesuatu
yang tidak langsung kita lihat, raba, ataupun dengar tapi terungkap dalam sikap keseharian kita.
Secara alami, kita akan bereaksi tehadap stimuli - stimuli ini. Kita akan mempelajari segala mata pelajaran
yang ada. Kita bertutur kata seperti yang dicontohkan dan menjaga tindak - tanduk kita. Kita juga bereaksi
terhadap harapan orang tua, misalnya pada saat kita diharapkan untuk jadi juara, secara tidak langsung kita
berusaha untuk memenuhi harapan tersebut. Bila kita gagal memenuhi harapan ini, kita merasa tidak enak
juga. Demikian pula kita bereaksi sesuai dengan pendapat dari kawan - kawan kita dan penilaian yang kita
terima dari lingkungan sekitar kita.
Hal serupa juga terjadi pada saat kita bekerja. Kita cenderung bereaksi terhadap harapan - harapan dari
atasan kita pada saat bekerja. Demikian pula bawahan dan anak buah yang kita pimpin bereaksi terhadap
harapan dan pemikiran kita teradap diri mereka sebagaimana kita bereaksi terhadap harapan dan pemikiran
yang ditujukan pada diri kita!.
5.Hubungan mereka dengan organisasi.
Sesuaikan ekspektasi anda dengan kemampuan karyawan ditiap bagian. Ini adalah langkah yang cukup sulit
karena bila anda menetapkan standar yang terlalu tinggi, anda akan dianggap tidak realistis. Tapi bila anda
memberikan ekspektasi yang terlalu rendah, itu sama saja dengan tidak memanfaatkan potensi karyawan
yang ada dengan maksimal. Dalam hal ini, anda harus pandai - pandai mengevaluasi hasil kerja karyawan
anda dan menilai potensi apa saja yang sekiranya masih dapat dikembangkan dari karyawan tersebut.
Sampaikan ekspektasi realistis anda ini pada karyawan atau tim yang anda pimpin. Dengan demikian,
mereka akan lebih termotivasi lagi karena mengetahui ada tujuan nyata yang bisa diraih bersama - sama.
• Aspek-aspek lain yang terdapat dalam kepuasan kerja disebutkan oleh Stephen
Robins :
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan
atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi.
Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi
secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya
tentang bagaimana kinerja karyawan. Menurut Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) “ A
way of measuring the contribution of individuals to their organization “. Penilaian kinerja
adalah cara mengukur konstribusi individu ( karyawan) kepada organisasi tempat mereka
bekerja.
Menurut Cascio ( 1992 : 267 ) “penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi
yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu
kelompok”.
Menurut Bambang Wahyudi ( 2002 : 101 ) “penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang
dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan seorang tenaga
kerja, termasuk potensi pengembangannya”.
Menurut Henry Simamora ( 338 : 2004 ) “ penilaian kinerja adalah proses yang dipakai
oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.
Menurut Syafarudin Alwi ( 2001 : 187 ) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan
sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang bersifat efaluation harus
menyelesaikan :
Manfaat Penilaian Kinerja Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat
bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci penilaian
kinerja bagi organisasi adalah :
1.Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2.Perbaikan kinerja