Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN line) atau tahap 3 (third line) dari glaukoma, yaitu

Glaukoma merupakan suatu penyakit yang sebagai terapi tambahan atau pengganti pada
umumnya ditandai dengan suatu neuropati optik pasien-pasien glaukoma tak terkontrol obat, dan juga
yang mengakibatkan hilangnya lapang pandangan pada pasien-pasien dengan kontraindikasi terhadap
1,2
dengan peningkatan tekanan intra okuler (TO) beta bloker.
sebagai faktor resiko primernya. Pada umumnya Klonidin merupakan generasi pertama obat
tingkat tekanan intra okuler normal pada populasi golongan ini yang dipercaya efektif sebagai penurun
1
adalah 10-22 mm Hg. tekanan intra okuler tetapi mempunyai efek hipotensi
Obat-obatan glaukoma menurunkan tekanan yang signifikan. Apraklonidin dan brimonidin adalah
intra okuler dengan menekan produksi humor akuos obat-obat yang bersifat agonis selektif terhadap alfa-
atau dengan meningkatkan pembuangan (outflow) 2 yang telah dikembangkan sebagai terapi
melalui interaksi dengan reseptor-reseptor di badan glaukoma. Tidak seperti klonidin, apraklonidin tidak
siliar atau pada jalur pembuangannya. Efek reseptor mempunyai efek yang signifikan terhadap tekanan
alfa-2 yaitu menurunkan tekanan intra okuler dan darah, tetapi berhubungan dengan tingginya
mempunyai efek neuroproteksi. Preparat agonis kejadian alergi. Brimonidin bersifat lebih selektif
alfa-2 diindikasikan sebagai terapi tahap 2 (second terhadap reseptor alfa-2 dibanding dengan
A8SIkACI
Brimonidine is a highly selective alpha2-adrenoceptor agonist which reduces intraocular pressure (OP) by
reducing aqueous humor production and increasing aqueous humor outflow via the uveoscleral pathway.
Brimonidine is indicated for the topical management of open-angle glaucoma or ocular hypertension.
The recommended dose of brimonidine 0.2% is one drop in the affected eye two or three times daily,
approximately three hours apart. A dose-response effect was observed after single dose administration of
brimonidine to patients with glaucoma or ocular hypertension; OP reductions from baseline of 16.1, 22.4 and
30.1% were achieved after administration of brimonidine 0.08, 0.2 or 0.5%, respectively.
The most frequent adverse events associated with brimonidine therapy were oral dryness (30.0%), ocular
hyperaemia (26.3%) and ocular burning and/or stinging (24.0%).
Brimonidine may have the potential additional benefit of providing neuroprotection for glaucoma patients.
Studies have already demonstrated that brimonidine meets 3 of the 4 criterion used in evaluating neuroprotective
agents, and clinical trials are in progress to determine whether brimonidine also fulfills the last criterion and is
there neuroprotective effect in human eyes.
Keyword: brimonidine, alpha 2 adrenoceptor agonist, OP reduction, neuroprotection
1 27
dan makromolekul. katan yang rapat antara sel apraklonidin. Brimonidin menurunkan tekanan intra
epitel tak berpigmen yang berdekatan membentuk okuler melalui dua mekanisme, yaitu menekan
5,6,9
produksi humor akuos dan meni ngkatkan blood-aqueous barrier.
pembuangan humor akuos mel al ui j al ur
2,3
uveosklera.

ANAIOMI DANFISIOLOGI
Anotom|
Traktus uvea terdiri dari 3 struktur: iris, badan
siliar, dan koroid. Otot polos pada iris dan badan siliar
tidak sama dengan otot polos pada bagian tubuh
4
lainnya, yaitu berasal dari neuroektoderm.
Gombor 2.
ri s adal ah j ari ngan berpi gmen yang 9
Dua lapisan epitel yang membentuk blood aqueous barrier.
mempunyai fungsi menggerakkan diafragma antara
bilik mata depan dan belakang, mengatur jumlah Badan siliar mengatur komposisi dan produksi
cahaya yang mencapai retina. Struktur yang dinamis humor akuos dan mempengaruhi lingkungan dan
ini, dapat dengan tepat dan cepat merubah diameter metabolisme ion dari lensa, kornea, dan trabecular
4
pupil pada rangsangan cahaya dan obat-obatan. meshwork. Fungsi ini membutuhkan adaptasi dari
Badan siliar memanjang dari akar iris sampai ora badan siliar untuk menyesuaikan perubahan yang
serrata. Di sisi temporal dengan ukuran 5,6-6,3 mm cepat pada daerah permukaan dari konstriksi ke
dan sisi nasal 4,6-5,2 mm. Terbagi dalam dua bagian dilatasi dan untuk pergerakan ion-ion. Badan siliar
: bagian anterior pars plicata (lebar 2 mm) dan adalah target farmakologis utama dalam terapi
posterior pars plana (lebar 4 mm). Pars plicata glaukoma. Banyak terapi glaukoma bekerja pada
mengandung 70 jari-jari yang menghadap prosesus penurunan tekanan intra okuler, seperti obat-obat
5,6
adrenergik dan kolinergik dan prostaglandin, yang siliaris yang membentuk bilik mata belakang.
bekerja melalui reseptor-reseptor dan alur transduksi
4
sinyal masing-masing.
ris badan siliar diperkaya dengan berbagai tipe
reseptor yang berikatan dengan berbagai agonis dan
antagoni s temasuk adrenergi k, muskari ni k
kolinergik, dan peptidergik, prostaglandin, serotonin,
4
platelet activating factor dan growth factor.
D|nom|koHumor Akuos
Humor akuos merupakan cairan jernih tak
Gombor 1 .
berwarna yang secara aktif disekresi oleh prosesus
7
Badan siliar yang terdiri dari pars plicata dan pars plana.
siliaris. Humor akuos mengisi bilik mata depan dan
belakang, dibentuk dari plasma darah dan disekresi
Masing-masing prosesus siliaris dibatasi oleh
oleh epitel siliar tak berpigmen. Humor akuos
lapisan epitel berpigmen yang bersambungan
merupakan sumber makanan dari lensa dan kornea
dengan retina pigment epithelium (RPE) dan lapisan
yang avaskuler dan sebagai sarana untuk
epitel tak berpigmen yang bersambungan dengan 4
pembuangan.
neuroretina. Masing-masing prosesus juga
1. Produksi Humor Akuos mempunyai arteriole sentral yang berakhir pada
Humor akuos diproduksi melalui dua tahap : jaringan yang kaya kapiler. Kapiler-kapiler dari
pembentukan filtrasi plasma dalam stroma stroma dan tiap-tiap prosesus siliaris saling
dari badan siliar berhubungan, yang akan memudahkan jalan cairan
1OI
1urnal Oftalmologi Indonesia
1OI
I S S N . 1 6 9 3 - 2 5 8 7 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. 5, No. 1, April 2007 : Hal. 27 - 39 28 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
PENGGUNAAN BRIMONIDIN
(AGONIS ALFA-2 ADRENERGIK) SEBAGAI TERAPI GLAUKOMA
Hen| k|yonto*, Nurwos|s*, kohordjo**
* Bag/SMF lmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSU Dr. Soetomo
** Lab Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSU Dr. Soetomo
Penggunaan Brimonidin
resept or al f a-2 berf ungsi memperant arai
penghambatan umpan balik dari terminal saraf
simpatik dan parasimpatik presynap. Reseptor beta-
1 terutama ditemukan di jantung, yang berfungsi
memperantarai efek stimulasi. Reseptor beta-2
berfungsi memperantari relaksasi otot polos pada
4
pembuluh darah dan di bronkus.
Pada mata manusia terdapat reseptor
adrenergik alfa-1, alfa-2, beta-1 dan beta-2.
Reseptor alfa-2 pada mata manusia terletak pada
epitel iris, epitel siliar, muskulus siliaris, retina dan
Gombor 8.
retina pigment epithelium (RPE). Pada badan siliar,
Sistem saraf otonom pada pembentukan cAMP dalam epitel
13
iris, dan RPE didominasi oleh reseptor subtipe alfa- siliar.
2B dan 2C. Sedangkan pada neurosensori retina
11
Reseptor alfa-2 memainkan peranan yang didominasi subtipe alfa-2Adan sedikit alfa-2C.
dominan pada reseptor presynap dalam neuron
adrenergik. Mereka akan berpasangan dengan
protein Gi yang bersifat menghambat adenilat
siklase. Stimulasi pada reseptor ini mengakibatkan
hambatan adenilat siklase, yang diikuti dengan
penurunan kadar cAMP. Proses menurunnya
pelepasan norepinefrin endogen pada gilirannya
Gombor 7.
4
Macam reseptor adrenergik dan fungsinya.

Neuro||s|o|og| donFroses 8|ok|m|o
Potensial aksi yang menyebar ke dalam akson
menyebabkan penggabungan vesikel sinap dengan
membran presynap. Hal ini mengakibatkan
pelepasan transmiter ke dalam synaptic cleft. Pada
badan siliar akson adrenergik ini sebagai eferen dari
12 sistem saraf simpatik, yang berasal dari ganglion
akan menurunkan produksi humor akuos.
servikalis superior. Transmiter yang dilepaskan dari
Gombor .
neuron adrenergik ini adalah suatu katekolamin, Skema aktifasi dan inhibisi dari adenilat siklase sebagai second
4
messenger. yaitu norepinefrin. Granula juga dapat melepaskan
ko-transmiter yang merupakan suatu peptida.
Muskulus siliaris yang diinervasi oleh saraf Setelah terlepas kedalam synaptic cleft, transmiter
parasimpatis dan simpatis menyebabkan perubahan ini akan berdifusi melewati sinap dan berinteraksi
tonus muskulus siliaris yang mempengaruhi dengan reseptor postsynap. Pada badan siliar,
pembuangan humor akuos baik melalui jalur reseptor postsynap ini didominasi oleh reseptor beta-
trabekular maupun uveosklera. Stimulasi saraf 2. Reseptor beta-2 akan berpasangan dengan
parasimpatis menyebabkan kontraksi muskulus protein Gs yang menstimulasi adenilat siklase yang
siliaris dan stimulasi saraf simpatis menyebabkan akan meningkatkan kadar adenosin 3', 5' siklik
relaksasi. Kontraksi muskulus siliaris akan fosfatase (cAMP) yang akan meningkatkan produksi
12
meningkatkan pembuangan humor akuos melalui humor akuos.
7
pembentukan akuos dari hasil filtrasi melaui (uveosklera).
blood-aquous barrier
Inervos| podoIr|s 8odons|||or
Terdapat dua mekanisme yaitu :
Otot sfingter dan muskulus siliaris pada iris-
1. Sekresi aktif dari epitel siliar tak berpigmen
badan siliar diinervasi oleh serat parasimpatis dari
yang menghasilkan jumlah yang banyak.
6
nervus (oculomotorius), dan impuls-impuls
2. Sekresi pasif melalui ultrafiltrasi dan difusi.
kolinergik diteruskan ke otot oleh asetikolin (Ach).
Serabut otot dilator dari iris diinervasi oleh saraf
simpatis dari ganglion servikalis superior, dan
impuls-impuls saraf adrenergik diteruskan ke sel-sel
4
otot oleh norepinefrin (NE).
Pada irisbadan siliar terdapat dua tipe utama
reseptor otonom yaitu reseptor kolinergik yang
menerima impuls dari neuron-neuron kolinergik, dan
reseptor adrenergik yang menerima impuls dari
neuron-neuron adrenergik. Reseptor-reseptor yang
Gombor 3.
+ + 7 terdapat pada sfingter iris dan muskulus siliaris
Na ]K ATPase pump.
adalah tipe kolinergik muskarinik, dan yang terdapat
2. Pembuanganhumor akuos(AqueousOutflow)
Humor akuos mengalir dari bilik mata belakang
melaui pupil ke dalam bilik mata depan, dan keluar
1,6
dari mata melaui dua jalur yang berbeda.
1. Jalur trabekular (konvensional) dengan
jumlah hampir 90% dari pembuangan akuos.
4
pada dilator iris adalah tipe alfa adrenergik.
Gombor .
7
Macam reseptor dan lokasinya di jaringan okuler.
Mocomkeseptor
Gombor 4.
Konsep dari sebagian besar obat-obatan,
Pembuangan humor akuos melalui jalur konvensional
7 hormon, dan neurotransmiter dalam menghasilkan
(trabekular).
efek biologis adalah berinteraksi dengan reseptor.
Reseptor dari neurotransmiter dan hormon peptida
2. Jalur uveosklera (non konvensional) dengan
terletak pada permukaan sel, sedangkan reseptor
4
hormon steroid terletak intraseluler.
Secara farmakologis dan molekuler, terdapat
tiga tipe utama reseptor adrenergik yaitu alfa-1, alfa-
2, dan beta, dimana masing-masing dibagi lagi
kedalam 3 atau 4 subtipe. Reseptor alfa-1 terdiri dari
3 subtipe yaitu alfa-1A, 1B, dan 1C. Reseptor alfa-2
terdiri dari 4 subtipe yaitu alfa-2A, 2B, 2C, dan 2D.
Reseptor beta terdiri dari 3 subtipe yaitu beta1, 2, dan
10,11 jumlah 10% sisa dari pembuangan akuos.
3.
Gombor 5.
Resept or al f a- 1 bi asanya ber f ungsi
Pembuangan humor akuos melalui jalur non konvensional
1OI 1OI
29 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007 30 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Penggunaan Brimonidin Penggunaan Brimonidin
ADRENOCEPTORS
Vasokonstriksi

Meningkatkan tahanan perifer
Meningkatkan tekanan darah
Midriasis
Meningkatkan penutupan
sfingter internal buli-buli
Menghambat pelepasan
norepinefrin
Menghambat norepinefrin
Takikardi
Meningkatkan lipolisis
Meningkatkan kontraktilitas
myokard
Vasodilatasi
Menurunkan tahanan perifer
Bronkodilatasi
Meningkatkan glikogenolisis
otot dan hepar
Meningkatkan pelepasan
glukagon
Relaksasi otot polos uterus
3. Vor|os| D|urno|
Pada individu normal tekanan intra okuler
bervariasi antara 2-6 mmHg selama periode 24 jam,
sesuai perubahan produksi humor akuos. Tekanan
yang lebih tinggi, fluktuasi yang lebih besar, dan
fluktuasi diurnal yang lebih dari 10 mmHg memberi
1
kecenderungan kearah glaukoma.
Fos|||tos Fembuongon[}
Target kedua dari terapi glaukoma adalah
fasilitas pembuangan (outflow). Bila tekanan intra Gombor 12.
18
Struktur kimia brimonidin tartrat. okuler berada dalam keadaan stabil, produksi humor
akuos sama dengan pembuangan akuos melalui
Sebagai larutan, brimonidin tartrat 0,2% merupakan
jalur trabekuler dan uveosklera. Perubahan
larutan yang jernih, berwarna kuning kehijauan.
keseimbangan antara produksi dan pembuangan
18
14 Mempunyai osmolaritas 280-330 mOsml/kg.
menghasilkan perubahan tekanan intra okuler.
Pada mata yang mengalami glaukoma, fasilitas
Formokod|nom|k
pembuangannya tidak normal. Gangguan pada
Mekon|sme kerjo fasilitas pembuangan ini akan mengakibatkan
Brimonidin menurunkan tekanan intra okuler tingginya tekanan intra okuler dan besarnya fluktuasi
melalui dua mekanisme kerja yaitu mengurangi diurnal dari tekanan intraokuler yang sering
14
produksi humor akuos dan meni ngkatkan
ditemukan pada pasienpasien glaukoma.
pembuangan (outflow) humor akuos melalui jalur
uveosklera. Penurunan tekanan intraokuler
Se| Gong||onket|no[kGC}
diperantarai oleh stimulasi adrenoseptor alfa-2 di
Target ketiga dari terapi glaukoma adalan sel 3
mata.
ganglion retina. Kematian sel ganglion retina pada
Secara in vitro dengan autoradiografi, jumlah
glaukoma dapat terjadi karena beberapa sebab,
yang besar dari ikatan spesifik antara brimonidin dan
antara lain insufisiensi vaskuler, blokade transport
reseptor teridentifikasi pada iris dan epitel siliar
akson, difusi bahan-bahan toksik ke dalam sel saraf,
manusia. Jumlah yang lebih kecil dari ikatan juga
atau pemicuan proses apoptosis. Terapi yang
terdapat pada muskulus siliaris, retina, retinal
ditujukan secara langsung untuk melindungi sel
3
pigment epithelium (RPE) dan koroid.
ganglion retina dari semua jejas merupakan tujuan
akhir dari terapi glaukoma karena suatu strategi dari
1. Efek pada Dinamika Humor Akuos
neuroproteksi dapat menjaga fungsi visual
Aliran humor akuos mengalami penurunan 20%
14
pasien.
pada mata yang mendapat terapi dan 12% pada
mata kontralateral pada pasien-pasien dengan
hipertensi okuli yang mendapat terapi brimonidin
0,2% dua kali sehari selama 1 minggu. Sebagai FAkMAKOLOGI
tambahan, diperkirakan terjadi peningkatan
Stuktur K|m|o
pembuangan humor akuos melalui jalur uveosklera
Brimonidin tartrat adalah golongan selektif
sebesar 5 kali pada mata yang mendapat terapi,
agonis alfa-2 adrenergik. Nama kimia Brimonidin
tetapi hal ini tidak terjadi pada mata kontralateral.
tartrat adalah 5-bromo-6-(2-imidazolidinylidene
Brimonidin tidak mempunyai efek terhadap tekanan
amino) quinoxaline L-tartrate. Yang mempunyai
3,19
vena episklera.
berat molekul 442.24 sebagai garam tartrat dan larut
Br i moni di n menyebabkan st i mul asi
dalam air (34 mg/ml) dengan pH6.5.
pembuangan melalui jalur uveosklera. Peningkatan
Struktur formulanya adalah : C H BrN C H O
11 10 5. 4 6 6
Suatu target tekanan intra okuler harus ditentukan Stimulasi pada saraf simpatis menurunkan
sebagai tujuan terapi jangka panjang, hal ini harus pembuangan melalui jalur trabekular tetapi tidak
di put uskan berdasarkan i ndi vi du dengan memberikan efek pada pembuangan melalui jalur
mempertimbangkan manfaat dan resiko terapi pada uveosklera. Agonis adrenergik tidak meniru efek dari
16
stimulasi saraf simpatis meskipun mempunyai efek masingmasing pasien.
l angsung pada j ar i ngan t r abekul ar dan Target tekanan intra okuler dapat didefinisikan
meni ngkat kan pembuangan mel al ui j al ur sebagai suatu perkiraan rata-rata tekanan intra
uveosklera, kemungkinan melalui proses pelepasan okuler yang diperoleh dengan terapi yang
13
diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih prostaglandin.
15,17
lanjut.
2. FenentuonIorget IekononIntroOku|er
Tidak ada tingkatan baku dari tekanan intra
okuler yang dianggap sebagai target ideal pada tiap-
tiap pasien. Target yang ditentukan tergantung pada
beberapa faktor, yaitu tekanan intra okuler awal,
15,17
derajat kerusakan, harapan hidup pasien , umur
16
pasien dan riwayat kesehatan pasien.
Gombor 10.
Pengaruh tonus muskulus siliaris pada pembuangan melalui jalur
13
trabekular dan uveosklera.
FkINSIF IEkAFI GLAbKOMA
Tujuan terapi glaukoma melindungi lapang
pandangan pasien dan mencegah penurunan fungsi
visual yang berhubungan dengan penyakit ini. Dalam
pemilihan rangkaian terapi terbaik untuk mencapai
tujuan ini, kita harus fokus pada tiga target terapi
yaitu: tekanan intraokuler, fasilitas pembuangan Gombor 11.
17 14
Faktor faktor yang mempengaruhi target tekanan intra okuler. (outflow) dan sel ganglion retina (RGC).
Menurut panduan American Academy of
IekononIntroOku|er
Ophthalmology, pasien glaukoma dengan kerusakan
Yang pertama dan target yang paling nyata dari
ringan (penggaungan papil saraf optik tanpa
terapi glaukoma adalah tekanan intra okuler.
gangguan lapang pandangan), target tekanan intra
Peningkatan tekanan intra okuler adalah faktor
okuler permulaan adalah 20% - 30% lebih rendah
resi ko pri mer sebagai perkembangan dan
dari tekanan intra okuler awal. Pasien dengan
progresifitas glaukoma, beberapa penilitian
kerusakan lebih lanjut, target tekanannya dapat
menunjukkan penurunan tekanan intra okuler dapat
diturunkan menjadi 40% atau lebih dari tekanan
membatasi progresifitas dari glaukoma dan
14,15
awal. Pasien dengan glaukoma tekanan normal
memperlambat kerusakan fungsi visual.
(Normal Tension Glaucoma) target permulaannya
adalah paling sedikit 30% dari tekanan awal. Pasien 1. Iorget IekononIntroOku|er
dengan hipertensi okuli yang mempunyai tekanan Hubungan antara tekanan intra okuler dan
intra okuler lebih dari 30 mm Hg tanpa tanda kerusakan visus telah diterangkan secara jelas,
kerusakan saraf optik, target tekanannya paling penurunan tekanan intra okuler pada tingkatan yang
16
sedikit 20% dari tekanan awal. tepat akan mengurangi resiko kerusakan visus.
1OI 1OI
31 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007 32 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Penggunaan Brimonidin Penggunaan Brimonidin
Percobaan pada binatang, ekskresi urin B. Penelitian yang telah dilakukan pada tikus
merupakan rute utama dari eliminasi brimonidin dan menyatakan tidak ada pengaruh terhadap fertilitas
metabolitnya, jumlahnya diperkirakan 60-70 % dari dan fetus yang diakibatkan oleh brimonidin. Belum
dosis yang digunakan secara oral atau intravena; ada penelitian tentang penggunaan brimonidin pada
3
wanita hamil, meskipun pada penilitian dengan ekskresi melaui feces diperkirakan 15-35%.
binatang disebutkan bahwa brimonidin dapat Waktu paruh eliminasi plasma (t ) dari
1/2
menembus plasenta dan masuk ke dalam sirkulasi brimonidin dan metabolitnya berkisar antara 25 jam
fetus pada tingkat yang terbatas. Penggunaan setelah pemberian dosis tunggal secara topikal pada
br i moni di n pada kehami l an sebai knya mata (0,08%, 0,2% atau 0,5%) sukarelawan yang
mempertimbangkan kemungkinan risiko terhadap sehat. Nilai klirens dan volume distribusi adalah 2,1
fetusnya. Pada ibu menyusui, belum diketahui l/jam/kg dan 10 l/kg pada kera setelah pemberian
3
dengan pasti tentang ekskresi brimonidin melalui air
brimonidin secara intravena (0,05-0,26 mg/kg).
susu manusia, meskipun pada penelitian terhadap
Ind|kos| binatang menunjukkan adanya ekskresi brimonidin
18,22,23
melalui air susu. Untuk menurunkan tekanan intra okuler pada
Karena brimonidin dapat menyebabkan rasa pasien-pasien dengan glaukoma atau hipertensi
lelah dan/atau rasa mengantuk, hal ini dapat okuli. Kemampuan untuk menurunkan tekanan intra
mengganggu aktifitas dalam mengemudi atau okuler berkurang seiring waktu pada beberapa
3
pasien. Hilangnya efek ini muncul pada onset yang menjalankan mesin.
bervariasi pada tiap pasien, dan sebaiknya dimonitor
Interoks| obot secara ketat. Pada konsentrasi 0,5%, brimonidin
Meskipun belum ada penelitian khusus tentang diindikasikan sebagai pencegah peningkatan
interaksi obat terhadap brimonidin tartrat, tekanan intra okuler paska operasi pada pasien-
kemungkinan terdapat efek tambahan atau pasien yang dilakukan argon laser trabeculoplasty
18,22
p e n i n g k a t a n d e n g a n g o l o n g a n CNS (ALT).
depresant(alkohol, barbiturat, opiat, sedatif atau
Kontro|nd|kos| anestetik) harus diperhatikan. Golongan agonis alfa-
2 dapat menurunkan denyut nadi dan tekanan darah. Kontraindikasi penggunaan brimonidin adalah
Perhatian dalam penggunaan secara bersamaan pada pasien-pasien yang mengalami hipersensitif
dengan obat-obat seperti beta bloker (topikal dan terhadap brimonidin tartrat dan komponennya. Juga
si stemi k), anti hi pertensi , dan/atau cardi ac pada pasien-pasien yang menggunakan terapi MAO
3,18,22
(monoamin oksidase) inhibitor. Penggunaan pada glycoside.
anak berumur kurang dari 2 tahun juga merupakan Antidepresan trisiklik telah dilaporkan dapat
17,18,22
mengurangi efek hipotensi secara sistemik dari kontraindikasi.
klonidin. Belum diketahui efek penggunaan secara
Fer|ngotondonFerhot|on
bersama-sama dari brimonidin dengan antidepresan
Meskipun brimonidin mempunyai efek minimal trisiklik pada manusia yang dapat memberikan hasil
pada tekanan darah secara klinis, perhatian harus gabungan dengan penurunan tekanan intra
18,22
dilakukan pada pasien-pasien dengan penyakit
okuler.
kardiovaskuler yang berat. Belum ada penelitian efek
penggunaan brimonidin pada pasien dengan Dos|s donFenggunoon
gangguan hepar dan ginjal. Brimonidin harus Sebagai terapi glaukoma sudut terbuka dan
digunakan secara hati-hati pada pasien dengan hipertensi okuli, dosis yang direkomendasikan dari
depresi, insufisiensi serebral atau koroner, brimonidin adalah 2-3 kali sehari satu tetes. Jika
Raynaud's phenomenon, hipotensi ortostatik, atau menggunakan lebih dari satu obat mata topikal,
18,22
penggunaan obat ini sebaiknya diberi jarak waktu thromboangiitis obliterans.
lebih dari 5 menit. Pada persiapan operasi argon Pada kehamilan, brimonidin termasuk kategori
> humor akuos > badan siliar > sklera anterior > produksi dan pelepasan prostaglandin endogen
konjungtiva > lensa. Bila diberikan langsung melalui secara lokal merupakan sebab yang memungkinkan.
konjungtiva, urutan konsentrasinya adalah sebagai Agoni s adr ener gi k mer angsang si nt esa
berikut: konjungtiva > kornea > sklera anterior > prostaglandin di jaringan okuler dan melepaskan
21
prostaglandin kedalam bilik mata depan. Agonis alfa- badan siliar > iris > humor akuos > lensa.
2 adrenergik merelaksasi muskulus siliaris dan
dengan cara ini dapat meningkatkan pembuangan
20
akuos humor melalui jalur uveosklera.
2. E|ekpodoIekononIntroOku|er
Efek dari dosis responsif brimonidin terhadap
tekanan intra okuler; terjadi penurunan tekanan intra
okuler sebesar 16,1%, 22,4% dan 30,1% pada
pasien dengan hipertensi okuli atau glaukoma yang
mendapat terapi brimonidin 0,08%, 0,2% atau 0,5%.
Puncak dari efek hipotensi ini terjadi 2 jam setelah
pemberi an dan bertahan sampai 12 j am.
Gombor 13.
Pengurangan efek dalam menurunkan tekanan intra
Skema urutan penetrasi obat melalui kornea, konjungtiva ke
okuler dari brimonidin terjadi selama minggu-minggu 21
jaringan posterior.
awal pemberian terapi, efek ini akan mendatar
setelah 1 bulan, dan akan memberikan efek
Seperti obat-obat lain yang digunakan secara
penurunan tekanan intra okuler yang signifikan dari
topikal pada mata, absorbsi dan retensi dari
tekanan dasar. Brimonidin tidak memberikan efek
brimonidin dapat ditingkatkan oleh ikatan obat
atau sedikit memberikan efek penurunan tekanan
dengan melanin okuler. Brimonidin telah ditunjukkan
3
intra okuler pada mata kontralateral.
mempunyai afinitas pada jaringan okuler yang
mengandung melanin secara in vitro dan in vivo.
3. E|ekS|stem|k
Konsentrasi puncak (C ) dari obat pada iris badan
max
Brimonidin menyebabkan penurunan ringan
siliar diperkirakan 4 kali lebih besar pada mata kelinci
dari tekanan darah sistolik dan diastolik serta
yang berpigmen daripada yang albino setelah
frekuensi denyut nadi. Dalam penelitian pada
pemberian tunggal dengan brimonidin 0,5%. Waktu
pasien-pasien dengan glaukoma dan hipertensi
untuk mencapai C (t ) adalah 90 dan 40 menit.
max max
okuli, selama 12 bulan menggunakan brimonidin
Pada sukarelawan yang sehat nilai C plasma
max 0,2%, rata-rata tekanan darah sistolik dan
adalah < 0,3 g/l setelah pemberian tunggal dari
diastoliknya mengalami penurunan 3,52-0,64 mmHg
brimonidin 0,08%, 0,2%, atau 0,5% pada kedua
dan 1,7-1,04 mmHg. Rata-rata frekuensi denyut nadi
3
3
mata dan nilai t berkisar antara 1 sampai 4 jam.
max menurun 0,1-3,1 kali/menit.
Metobo||sme donEkskres| Formokok|net|k
Penelitian secara in vitro dan in vivo
Absorbs| donD|str|bus|
menunujukkan bahwa brimonidin mengalami
Penetrasi melalui kornea merupakan jalur
metabolisme hepatik lebih lanjut. Lebih dari 11
primer dari obat untuk mencapai humor akuos dan
metabolit telah diidentifikasi pada percobaan secara
segmen anterior setelah pemberian topikal.
in vitro menggunakan hati manusia dan mikrosome
Sedangkan rute konjungtiva atau sklera dari
hepar. Oksidasi dari brimonidin oleh aldehid
penetrasi obat merupakan jalan masuk ke badan
oksidase hepar telah dilibatkan oleh jalur utama
siliar dan jaringan posterior. Pada percobaan in vivo
metabolisme pada manusia, yang menghasilkan
pada mata kelinci, pemberian brimonidin secara
bentukan 2-oxobrimonidin, 3-oxobrimonidin, dan
langsung kontak dengan kornea menunjukkan
3
2,3-dioxobrimonidin. urutan konsentrasinya sebagai berikut: kornea > iris
1OI 1OI
33 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007 34 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Penggunaan Brimonidin Penggunaan Brimonidin
Secara umum prosentase penurunan tekanan
intra okuler secara signifikan lebih besar brimonidin 8kIMONIDINDANEFEK NEbkOFkOIEKIIF
3
dibanding dengan betaxolol (15,1% vs 12,4% ). Neuroproteks|
Perbandingan efektifitas dari brimonidin 0,2% Neuroproteksi adalah suatu paradigma terapi
dengan timolol 0,5% dua kali sehari menunjukkan untuk memperlambat atau mencegah kematian
brimonidin mempunyai efek yang sama dalam neuron, dalam hal ini ditujukan pada sel ganglion
menurunkan tekanan intra okuler yaitu sekitar 26% retina dan akson-aksonnya (serat saraf optik),
pada waktu puncak (2 jam setelah pemberian). bertujuan untuk memelihara fungsi fisiologisnya.
Tetapi pada waktu 12 jam setelah pemberian atau Neuroproteksi diarahkan pada penghambatan
waktu diantara dua puncak hanya terjadi penurunan destruksi primer atau peningkatan mekanisme
sebesar 14-15% atau kurang efektif dibandingkan kelangsungan hidup dari sel ganglion retina atau
dengan timolol. Data jangka panjang menunjukkan serat saraf optik. Pada glaukoma, neuroproteksi
peningkatan efektifitas pada waktu antara dua menawarkan suatu metode untuk mencegah
1,3 35
puncak dibandingkan dengan timolol. kerusakan sel-sel ini yang ireversibel.
Kebanyakan dari penelitian tentang neuroproteksi
Dalam penelitian lain perbandingan efektifitas
difokuskan pada pencegahan kematian pada
brimonidin dan timolol serta penggunaan secara
neuron-neuron, disamping memelihara hubungan
kombi nasi keduanya pada mat a nor mal
antar neuron dan kapasitas fungsionalnya. Pada
menunjukkan hasil bahwa kombinasi kedua obat
penel i ti an yang baru, menyatakan bahwa
tersebut lebih besar dalam menurunkan tekanan
progresifitas dari glaucomatous optic neuropathy
intra okuler dibanding penggunaan secara tunggal.
mungkin juga dapat dicegah atau diperlambat oleh
Tekanan intra okuler turun sebesar 20,3% dengan
obat-obatan yang memperlambat atau mencegah
brimonidin dan 22,9% dengan timolol, sedangkan
kematian (apoptosis) sel ganglion retina dan akson-
dengan kombinasi keduanya sebesar 34,7%. Hal ini
aksonnya. Pengobatan i ni di tuj ukan pada
menunjukkan efek aditif dari brimonidin terhadap
penghambatan proses destruktif primer atau
timolol dalam menrunkan tekanan intra okuler,
peningkatan mekanisme kelangsungan hidup
mekanisme ini terjadi terutama dalam penekanan
32 dengan dasar pemikiran bahwa glaukoma adalah
produksi humor akuos.
penyakit neurodegeneratif. Bahanbahan berikut ini
6,35 Kombinasi brimonidin dengan dorzolamid
telah ditunjukkan mempunyai sifat neuroprotektif:
memberikan efek penurunan produksi humor akuos
Betaxolol
yang lebih besar daripada pemberian tunggal
Brimonidin
masing-masing obat, yaitu 37% pada kombinasi
Aminoguanidin
dibanding dengan 28% dengan brimonidin dan 19%
Memantin
33
dengan dorzolamid saja.
Vitamin E
Ginkgo biloba
Camr as dan Sheu ( 2005) menel i t i
perbandingan latanoprost dan brimonidin dalam Reseptor alfa-2 merupakan salah satu target
menurunkan tekanan i ntra okul er di urnal . dari hormon stres alami yaitu norepinefrin, jadi
Penggunaan selama 6 bulan menunjukkan hasil reseptor ini mungkin berperan dalam pengaturan
penurunan tekanan intra okuler diurnal sebesar 5,7 ketahanan sel dan/ atau adaptasi sel untuk melawan
mmHg pada kelompok latanoprost dan 3,1 mmHg stres atau trauma. Agonis alfa-2 telah menunjukkan
pada kelompok brimonidin. Rata-rata perbedaan efek neuroproteksi pada tikus percobaan yang
penurunan tekanan intra okuler diurnal sebesar 2,5 mengalami iskemia serebral. Aktifasi reseptor alfa-2
mmHg. Selama terapi kelompok latanoprost dengan agonis seperti brimonidin telah menunjukkan
menunjukkan fluktuasi tekanan intra okuler yang efek peningkatan kelangsungan hidup neuron retina
lebih kecil dari brimonidin. Latanoprost memberikan setelah mengalami berbagai trauma seperti iskemia
penurunan tekanan intra okuler yang lebih stabil sesaat, kerusakan nervus opticus, degenerasi
34 36,37
daripada brimonidin. fotoreseptor, hipertensi okuli kronis.
27
setelah operasi. Benzalkonium klorida, sebagai atau peningkatan produksi humor akuos.
bahan preservatif dari brimonidin dapat diserap oleh
E|ekS|stem|k lensa kontak. Pasien pengguna lensa kontak
Mulut kering merupakan manifestasi yang sebaiknya menggunakan obat 15 menit sebelum
3,18,22
umum terjadi pada penggunaan brimonidin topikal. pemakaian lensa kontak.
Keluhan ini dialami oleh 30% pasien. Perubahan
E|ekSomp|ng tekanan darah sistolik dan diastolik serta denyut
nadi pernah dilaporkan terjadi pada pasien-pasien E|ekLoko|
yang menggunakan brimonidin topikal, tetapi Efek samping lokal yang terjadi diperkirakan 10-
2,3,28
perubahan ini secara klinis tidak signifikan. 30 % dari pasien yang mendapat terapi brimonidin
Pada susunan saraf pusat efek yang timbul adalah hiperemi konjungtiva, rasa panas dan pedih
biasanya rasa lelah dan mengantuk pada 15,8%. pada mata, penglihatan kabur, rasa benda asing,
Efek lain adalah sakit kepala yang dialami 18,7% hipertrofi folikel konjungtiva, dan rasa gatal; 3-9%
2,3
pasien mengalami perubahan warna kornea pasien.
(staining), erosi kornea, fotofobia, eritema palpebra, Brimonidin merupakan agonis selektif reseptor
rasa nyeri, xeroptalmia, mata berair, mata kering, alfa-2 yang dapat menembus blood brain barrier.
edema palpebra, edema konjungtiva, blefaritis, Pada percobaan pre-klinik pada kera menunjukkan
konjungtiva pucat, dan visus yang abnormal. beberapa bukti bahwa brimonidin mempunyai sifat
Sedangkan kurang dari 3% timbul krusta pada menurunkan tekanan intra okuler melalui aktivasi
palpebra, perdarahan subkonjungtiva, dan timbulnya reseptor di susunan saraf pusat, tetapi hal ini tidak
2,18
tejadi pada manusia yang mana efek penurunan sekret.
tekanan intra okuler bekerja secara perifer yaitu Rasa gatal, konjungtivitis, hipertrofi papil dan
dengan menekan produksi humor akuos dan folikel, dan blefaritis merupakan tanda yang
meni ngkat kan pembuangan mel al ui j al ur patognomonis dari reaksi alergi terhadap brimonidin.
29
Gejala ini biasanya timbul setelah 2 minggu sejak uveosklera.
pemakaian awal, dan akan hilang dengan dihentikan Sindroma Charles Bonnet pada orang tua
pemakai annya. Bahan pengawet yai t u pernah dilaporkan sebagai efek samping brimonidin.
benzalkonium klorida dapat juga menyebabkan Sindroma Charles Bonnet (CBS) ditandai dengan
alergi. Pasien yang mengalami reaksi alergi timbulnya halusinasi visual yang berulang atau
terhadap brimonidin biasanya juga mempunyai persisten dan disertai gangguan visus prechiasma
30
riwayat alergi terhadap obat anti glaukoma topikal secara signifikan.
24
lainnya (seperti beta bloker). Efek pada susunan saraf pusat bila terjadi pada
Uveitis anterior granulomatus juga pernah anak-anak dapat menimbulkan reaksi yang lebih
29
dilaporkan sebagai efek samping dari pemakaian berat seperti hipotermi, hipotoni, dan apnea.
brimonidin. Meskipun sangat jarang, efek samping Pernah dilaporkan tentang penggunaan brimonidin
ini biasanya timbul setelah 12 bulan pemakaian. pada bayi yang mengakibatkan penurunan
Reaksi alergi seperti timbulnya konjungtivitis alergi kesadaran, letargi, pucat, peningkatan frekuensi
diduga merupakan predisposisi terjadinya uveitis napas, dan kekeringan mukosa. Bahkan dapat
25,26 29,31
anterior. terjadi depresi saraf pusat dan koma.
Efek paradoksal dari pemakaian brimonidin
merupakan hal yang tidak umum terjadi. Efek ini
Hubungon 8r|mon|d|n dengon Obot Ant| ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler
antara 28 mmHg sampai 40 mmHg. Efek ini pernah G|oukomo|o|nnyo
Perbandingan efektifitas dari brimonidin 0,2% dilaporkan terjadi pada beberapa pasien lanjut usia.
dan betaxolol 0,25% dua kali sehari menunjukkan Mekanisme yang memungkinkan terjadinya efek ini
rata-rata penurunan sebesar 5,6 mmHg dibanding adalah penurunan fasilitas pembuangan, terjadinya
3,5 mmHg dengan penggunaan selama 3 bulan trabekulitis, peningkatan tekanan vena episklera,
1OI 1OI
35 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007 36 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Penggunaan Brimonidin Penggunaan Brimonidin
9. Bylund, D.B. 1992, 'Subtypes of Alpha-1 and Alpha-2 mempunyai potensi sebagai zat neuroprotektif dan
Adrenergic Receptors', FASEBJournaI, Vol. 6, pp. 832 839.
menunjukkan aktifitas neuroprotektif pada mata
10. Bylund, D.B., Chacko, D.M. 1999, 'Characterization of Alpha-2
manusi a. Penel i t i an unt uk meni l ai ef ek
Adrenergic Receptor Subtypes in Human Ocular Tissue
neuroprotektif dari brimonidin pada penyakit yang Homogenates', Investigative OphthaImoIogy and VisuaI
Science, September, Vol. 40, No. 10, pp. 2299 2306. b e r k a i t a n d e n g a n g l a u k o ma d e n g a n
11. Novack, G.D., Robin, A.L., Derick, R.J. 1993, ' New Medical
membandingkan efektifitas brimonidin dan timolol
Treatments for Glaucoma', nternational Ophthalmogy Clinics,
dalam melindungi lapang pandangan. Dalam satu
Vol. 33, no. 4, pp.183-195.
penelitian, efek neuroprotektif dari brimonidin 12. Nilsson, S.F.E., Bill, A. 1994, 'Physiology and Neurophysiology
of Aqueous Humor nflow and Outflow', n : Podos, S.M., dievaluasi pada pasien-pasien dengan glaukoma
Yanoff, M (eds), Textbook of OphthaImoIogy : GIaucoma,
sudut tertutup akut. Penelitian kedua adalah menilai
Mosby, London, UK, pp. 1.17 1.34.
efek neuroprotektif dari brimonidin pada pasien-
13. Brubaker, R.F. 2003, 'ntroduction: Three Targets for
pasien dengan perdarahan papil. Sedangkan yang Glaucoma Management', Survey of OphthaImoIogy, Vol. 48,
Supp. 1, S1 2. l ai nnya adal ah penel i ti an-penel i ti an untuk
14. Migdal, C. 2004, The Concept of Target OP at Various Stages
mengevaluasi efek brimonidin pada pasien dengan
of Glaucoma, n : Grehn, F., Stamper, R. (eds), EssentiaI in
gangguan lapang pandang yang progresif, pasien
OphthaImoIogy : GIaucoma, Springer Verlag, Berlin,
dengan hipertensi okuli, dan pasien dengan Germany, pp. 139 144.
38
15. Goldberg, . 2003, 'Relationship Between ntraocular Pressure
glaukoma tekanan normal.
and Preservation of Visual Field in Glaucoma' Survey of
OphthaImoIogy, vol. 48, supp. 1, S3 - 7.
16. European Glaucoma Society (EGS). 2003. Terminologi and
Guidelines for Glaucoma. Second Edition, Dogma. Savona.
taly.
17. Allergan nc. 2001, Product nformation, AIphagan, rvine,
DAFIAkFbSIAKA
California, USA.
1. Cantor, L. 2003, 'Achieving LowTarget Pressures With Today's
18. Toris, C.B., Gleason, M.L., Camras, C.B., et al. 1995, 'Effects
Glaucoma Medications', Survey of OphthaImoIogy, vol. 48,
of Brimonidine on Aqueous Humor Dynamics in Human Eyes',
supp. 1, S8 16.
Archives of OphthaImoIogy, Vol. 113(12), pp. 1514-1517.
2. McGhie, K. 2001, 'Brimonidine: An Alpha-2 Adrenergic Agonist
19. Toris, C.B., Camras, C.B., Yablonski, M.E. 1999, 'Acute Versus
for Glaucoma', JournaI of the Pharmacy Society of
Chronic Effects of Brimonidine on Aqueous Humor Dynamics
Wisconsin, May/June, pp. 32 36.
in Ocular Hypertensive Patients', American JournaI of
3. Adkins, J.C., Balfour, J.A. 1998, 'Brimonidine: a review of its
OphthaImoIogy, Vol.128, No. 1, pp. 8 14.
pharmacological properties and clinical potential in the
20. Acheampong, A.A., Shackleton, M., John, B., et al. 2002,
management of open-angle glaucoma and ocular
'Distribution of Brimonidine into Anterior and Posterior Tissues
hypertension', Drugs and Aging, Vol. 12 (3), pp. 225 241.
of Monkey, Rabbit, an Rat Eyes', Drug MetaboIism and
4. Cibis, G.W., Abdel, A.A., Bron, A. J., et al (eds). 2003 - 2004,
Disposition, Vol. 30, No. 4, pp.421 429.
Basic and Clinical Science Course, Section 2, FundamentaI
21. Zimmerman, T.J. 2000, Agent for Glaucoma, n: Bartlett, J.D.,
and PrincipIe of OphthaImoIogy, The Foundation of The
et al (eds), OphthaImic Drug Facts, Fact and Comparisons,
American Academy Ophthalmology, San Fransisco, pp. 318
St. Louis, Missouri, USA, pp. 185 18
329.
22. Johnson, S.M., Martinez, M., Freedman, S. 2001,'
5. Kanski, J.J. 2003, CIinicaI OphthaImoIogy-A Systematic
Management of Glaucoma in Pregnancy and Lactation',
Approach, Fifth Edition, Butterworth-Heinemann, London,
Survey of OphthaImoIogy, vol. 45, no. 5, pp. 449 454.
UK, pp. 193 195.
23. Manni, G., Centofanti, M., Sacchetti, M et al. 2004,
6. Salmon, J.F., Kanski, J.J. 2004, GIaucoma - ACoIour ManuaI
'Demographic and Clinical Factors Associated with
of Diagnosis and Treatment. Third edition, Butterworth-
Development of Brimonidine Tartrate 0.2%-nduced Ocular
Heinemann, London, UK, pp. 1 5.
Allergy', JournaI of GIaucoma, Vol. 13, No. 2, pp. 163 167.
7. Xalatan website, 2003, 'GIaucoma; PhysioIogy of Aqueous
24. Byles, D.B., Frith, P., Salmon, J.F. 2000, 'Anterior Uveitis as a
Humor', Pfizer inc.,New York,USA accesed : May,2,2005.
Side Effect of Topical Brimonidine' , American JournaI of
(www.xalatan.com/health_pro/physician_resource/ilustration/
OphthaImoIogy, Vol.130, No. 3, pp. 287 291.
image.htm)
25. Cates, C.A., Jeffrey, M.N. 2003, 'Granulomatous Anterior
8. Forrester, J.V., Dick, A.D., McMenamin, P.G., et al. 2002, The
Uveitis Associated with 0.2% topical Brimonidine', Eye, vol. 17,
Eye - Basic Sciences in Practice, Second Edition, WB
pp. 670 671
Saunders, London, UK. Pp. 29 31, 265 288. Fraunfelder, F.W.
26. Mushtaq, B., Sardar, J., Matthews, T.D. 2003, 'A Paradoxical
2004, Ocular and Systemic Side Effects of Drug, n : Riordan-
Ocular Effect of Brimonidine', American JournaI of
Eva,P., Whitcher, J.P (eds), Vaughan & Asbury's GeneraI
OphthaImoIogy, Vol.135, No. 1, pp. 102 103.
OphthaImoIogy, Sixteenth Edition, McGraw Hill, Boston,
27. Stewart, W.C., Stewart, J.A., Jackson, A.L. 2002,
USA, pp. 74 79.
sebagai zat neruroprotektif, karena mempunyai Terdapat banyak jalur yang diaktifkan oleh reseptor
38
alfa-2 yang kemungkinan dapat meningkatkan reseptor target pada retina.
ketahanan neuron terhadap trauma. Hal ini termasuk Brimonidin menunjukkan efek maksimal pada
aktifasi intraseluler kinase yang meningkatkan dosis 2 nM. Kent dan kawan-kawan melaporkan
kelangsungan hidup sel dan menghambat penelitian pengukuran konsentrasi brimonidin dalam
pelepasan glutamat dan aspartat serta masuknya vitreus setelah pemberian secara topikal selama 4
kalsium ke dalam sel. Glutamat dan aspartat akan sampai 14 hari pada mata pasien yang fakik,
terakumulasi pada saat akhir terjadinya iskemia. pseudofakia, dan afakia yang direncanakan
Aktifasi reseptor alfa-2 akan mengakibatkan dilakukan pars plana vitrektomi. Rata-rata
hiperpolarisasi neuron-neuron dan menghambat konsentrasi brimonidin dalam vitreus adalah 185 nM.
presynap yang melepaskan glutamat, aspartat dan Konsentrasi ini diatas 2 nM yang merupakan kadar
36,37
yang di but uhkan secara maksi mal unt uk norepinefrin.
38,39
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa mengaktifkan reseptor adrenergik alfa-2.
reseptor alfa-2 dan jalur-jalur sinyalnya merupakan Pada percobaan, efek neuroproteksi dari
target obat yang baik untuk neuroproteksi retina. brimonidin diperantarai oleh aktifasi reseptor
Penelitian-penelitian tersebut juga memunculkan adrenergik alfa-2. Mekanisme dari stimulasi reseptor
pertanyaan kriteria apa yang dapat digunakan untuk adrenergik alfa-2 dalam melindungi sel ganglion
membandingkan dan mengevaluasi obat-obatan retina belum dimengerti sepenuhnya. Stimulasi
yang mempunyai potensi untuk digunakan sebagai reseptor adrenergik alfa-2 mungkin menghambat
bahan uji coba pada manusia secara klinis. Kriteria sinyal mitokondria pro-apoptosis. Selanjutnya
37
reseptor adrenergik alfa-2 dapat mengaktifkan anti- obat neuroprotektif pada retina adalah:
apoptosis yaitu jalur Phosphatidyl nositol-3 (P-3) Harus mempunyai target spesifik di retina atau
nervus opticus kinase dan protein kinase. Jalur utama ini menaikkan
kelangsungan hidup sel dengan menghambat Dapat mencapai ret i na pada kadar
apoptosis melalui inhibisi phosphorylation- farmakologis
dependent dari sinyal molekul pro-apoptosis, Mempunyai mekani sme ker j a yang
termasuk BAD, caspase-9 dan aktifasi dari molekul meningkatkan kelangsungan hidup neuron
anti-apoptosis seperti NF-Kappa B. Stimulasi terhadap stres atau melindungi dari efek toksik
adrenergik alfa-2 juga memudahkan aktifasi dari Menunjukkan aktifitasnya dalam percobaan
Extracellular signal-regulated kinase (ERK) dan klinis pada manusia
meningkatkan sintesis faktor survival seperti bFGF
38
dan BCL-2. 8r|mon|d|nsebogo| Iot Neuroprotekt||
Brimonidin adalah agonis selektif adrenergik
alfa-2 yang digunakan secara topikal untuk
menurunkan tekanan intra okuler pada pasien-
pasien glaukoma. Brimonidin mempunyai manfaat
tambahan yang potensial dalam memberikan efek
neuroproteksi pada sel ganglion retina pada pasien-
38
pasien glaukoma.
Efek seluler dari brimonidin diperantarai oleh
reseptor adrenergik alfa-2. Penelitian secara
imunohistokimia menunjukkan bahwa reseptor ini
Gombor 14.
terdapat pada retina manusia, sapi, dan babi. Telah
Mekanisme brimonidin dalam meningkatkan faktor kehidupan sel
38 ditunjukkan juga bahwa reseptor adrenergik alfa-2A
ganglion.
terdapat dalam lapisan sel ganglion dan lapisan
nuklear dalam (inner nuclear) pada retina tikus. Oleh
Beber apa peni l i t i an k l i ni s s edang
karena itu brimonidin memenuhi kriteria pertama
dikembangkan untuk menentukan bahwa brimonidin
1OI 1OI
37 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007 38 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Penggunaan Brimonidin Penggunaan Brimonidin
'Cardiovascular Effects of Timolol maleate, Brimonidine or
Brimonidine/Timolol maleate in Concomitant Therapy', Acta
OphthaImoIogica Scandinavica, Vol. 80, pp. 277 281.
29. Bowman, R.J.C., Cope, J., Nischal, K.K. 2004,' Ocular and
Systemic Side Effects of Brimonidine 0.2% eye drops
(Alphagan) in Children', Eye, Vol.18, pp. 24 26.
30. Tomsak, R.L., Zaret, C.R., Weidenthal, D. 2003. ' Charles
Bonnet Syndrome Precipitated by Brimonidine Tartrate Eye
Drop', British JournaI of OphthaImoIogy, vol. 87, pp. 917.
31. Carlsen, J.O., Zabriskie, N.A., Kwon, Y.Het al. 1999, 'Apparent
Central Nervous System Depression in nfants After the Use of
Topical Brimonidine', American JournaI of OphthaImoIogy,
Vol.128, No. 2, pp. 255 256.
32. Larsson, L.. 2001,' Aqueous Humor Flow in Normal Human
Eyes Treated With Brimonidine and Timolol, Alone and in
Combination', Archives of OphthaImoIogy, Vol. 119, pp. 492
495.
33. Tsukamoto, H., Larsson, L.. 2004,' Aqueous Humor Flow in
Normal Human Eyes Treated With Brimonidine and
Dorzolamide, Alone and in Combination', Archives of
OphthaImoIogy, Vol. 122, pp. 190 193.
34. Camras, C.B., Sheu, W.P. 2005, 'Latanoprost or Brimonidine
as Treatment for Elevated ntraocular Pressure', JournaI of
GIaucoma, Vol. 14, No. 2, pp. 161 167.
35. Levin, L.A. 2004, Neuroprotection in Glaucoma, n : Grehn, F.,
Stamper, R. (eds), EssentiaI in OphthaImoIogy : GIaucoma,
Springer Verlag, Berlin, Germany, pp. 29 50.
36. Donello, J.E., Padello, E.U., Webster, M.L., et al. 2001, 'Alpha-
2-Adrenoceptor Agonists nhibit Vitreal Glutamate and
Aspartate Accumulation and Preserve Retinal Function after
Transient schemia', JournaI of PharmacoIogy and
ExperimentaI Therapeutics, Vol.296, pp.216 223.
37. Wheeler, L.A., Gil, D.W., WoldeMussie, E. 2001, 'Role of
Alpha-2 Adrenergic Receptors in Neuroprotection and
Glaucoma', Survey of OphthaImoIogy, vol. 45, supp. 3, S290
294.
38. Wheeler, L.A., WoldeMussie, E., Lai, R. 2003, 'Role of Alpha-2
Agonists in Neuroprotection', Survey of OphthaImoIogy, vol.
48, supp. 1, S47 51.
39. Kent, A.R., Nussdorf, J.D., David, R., et al. 2001, 'Vitreous
concentration of topically applied 0.2% brimonidine tartrate',
OphthaImoIogy, Vol. 108, pp. 784 787.
1OI
39 Jurnal Oftalmologi ndonesia Vol. , No. , 5 1 April 2007
Penggunaan Brimonidin

Anda mungkin juga menyukai