Anda di halaman 1dari 15

DAERAH PELAYANAN SPAM

I PUTU GUSTAVE SURYANTARA PARIARTHA

PENENTUAN DAERAH PELAYANAN


perencanaan harus mengacu pada skenario perkembangan kota yang telah
dibuat.

Kepadatan penduduk, merupakan faktor penting yang mempengaruhi


kebutuhan

Konstruksi jalan-jalan umum, konstruksi atau pelebaran jalan

TAHAP PENENTUAN DAERAH PELAYANAN


Tentukan potensi sumber air Rencana daerah pelayanan Sesuaikan antara potensi sumber air dan kebutuhan daerah pelayanan Sesuaikan dengan RTRW dan RDTR wilayah layanan

POTENSI SUMBER AIR


Petakan potensi air baik air permukaan dan bawah permukaan yang ada
dan berpotensi untuk digunakan sebagai sumber air dalam SPAM

Yang dimaksud berpotensi adalah yang mempunyai debit yang memadai


untuk SPAM

Untuk mata air dan sumur bor rata-rata debit Untuk Sungai debit andalan

PERENCANAAN DAERAH PELAYANAN


Apabila jaringan pipa eksisting telah tersedia tentukan daerah yang
kekurangan air / yang belum terlayani yang sekiranya dapat dilayani berdasarkan potensi air yang ada

Perencanaan pelayanan untuk masa depan diharapkan disesuaikan dengan


RTRW maupun RDTR wilayah layanan

Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Rencana Sistem Peta Rencana Sistem Pengembangan

PEMILIHAN LOKASI KOMPONEN SPAM


Elevasi lokasi, dimana direncanakan pengaliran air dilakukan secara
gravitasi.

Kepemilikan lahan sekitar lokasi rencana. Jarak lokasi dengan daerah layanan. Lokasi sumber air baku. Kebutuhan pipa transmisi

PERUBAHAN POLA PIKIR, POLA HUBUNGAN, DAN POLA TINDAK


Pedoman disesuaikan dengan kondisi daerah Pelayanan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan majemuk Pembangunan prasarana sarana dalam kerangka program pembangunan
kota terpadu (P2KT)

Penyediaan prasarana sarana untuk peningkatan daya saing kota

ISU PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN

Pertumbuhan penduduk perkotaan Permasalahan penyediaan prasarana dan sarana air bersih tidak dapat dilepaskan dari perkembangan perkotaan. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk perkotaan, sebagai salah satu aspek penting dalam perkembangan kota, dalam periode 1990-1995 mencapai 4,76 % pertahun. Berdasarkan keadaan tersebut, pada akhir tahun 2018 atau akhir PJP II penduduk perkotaan diperkirakan sekitar separuh dari penduduk nasional (52%) akan berada di kawasan perkotaan. Tingkat pertumbuhan kota yang demikian tinggi akan menimbulkan berbagai dampak pada proses pembangunan kota khususnya proses pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) kota.

ISU PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN


Perubahan Pola Spasial Kota Kota yang menghadapi permasalahan internal mengakibatkan antara lain terjadinya
perubahan pola spasial kota dengan berkembangnya kawasan-kawasan budidaya yang sering kali mengkonversi lahan resapan air, lahan pertanian, dan hutan/taman kota.

Pertumbuhan kawasan permukiman, kawasan bisnis skala besar dan sedang diiringi dengan
pertumbuhan prasarana transportasi yang mengikuti kebutuhan riil kota mengakibatkan perencanaan penyediaan air bersih kota sering kali harus direvisi.

Hal ini berdampak pada kebutuhan pembangunan baru atau rehabilitasi prasarana dan
sarana air bersih perkotaan yang pada gilirannya membutuhkan biaya.

ISU PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN


Batas Administratif Kota/Kabupaten Wilayah antar perkotaan dibatasi oleh batasan administratif (administratif boundaries) untuk membedakan
daerah administratif pemerintahan kota/kabupaten.

Perencanaan maupun pelaksanaan proyek penyediaan air bersih perkotaan yang kaku terhadap batasan
administratif akan menyebabkan pelayanan air bersih pada kawasan tertentu menjadi terhambat.

Kawasan berdekatan dengan pelayanan kota namun secara administratif bukan wilayah kota tersebut harus
menunggu pengembangan jaringan pelayanan air bersih kota berdekatan di mana kawasan tersebut secara administratif termasuk di dalamnya.

Pendekatan penyediaan prasarana dan sarana air bersih yang kaku seperti ini di samping akan
menyebabkan pelayanan pada masyarakat terlambat, juga menyebabkan investasi jaringan tidak efisien dan efektif.

ISU PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN



Pilihan sumber air baku di perkotaan Pembangunan kota yang lebih diarahkan pada pertumbuhan ekonomi kota akan meningkatkan luas area terbangun untuk aktivitas bisnis yang pada gilirannya mendorong terjadinya konversi lahan resapan dan hutan/taman lindung yang bermanfaat sebagai pemasok air baku kota. Hal ini mengakibatkan sumber air berlokasi di kota sebagai air baku untuk penyediaan air bersih kota semakin langka. Lokasi air baku yang layak teknis, hygienis, ekonomis pada umunya berada di luar wilayah perkotaan. Bila keadaan memaksa, pengambilan air baku penyediaan air bersih di kota masih dapat dilakukan namun membutuhkan pengolahan lebih komplit hingga berdampak pada biaya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai