Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN

KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

BAB I
PENGUJIAN TURBIN FRANCIS

1.1

Pendahuluan
Turbin air francis adalah turbin dengan air sebagai fluida kerja. Air mengalir dari

tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Dalam hal tersebut air memiliki
energi potensial. Dalam proses aliran di dalam pipa, energi potensial berangsur-angsur
berubah menjadi energi mekanis, dimana air memutar sudu turbin. Di dalam turbin, fluida
kerja mengalami proses ekspansi, yaitu proses penurunan tekanan dan akan mengalir secara
kontinyu.
Turbin francis pertama kali dikembangkan oleh James B. Francis pada tahun 1848
yang mampu menghasilkan efisiensi sampai dengan 90%.. Sekarang turbin francis adalah
jenis turbin yang paling banyak dipakai, karena tinggi jatuh air dan kapasitasnya yang
paling tersedia sesuai dengan kebutuhan dari turbin tersebut. Turbin francis biasa
diletakkan di dalam bangunan bagian bawah karena turbin ini menggunakan energi
potensial sehingga tinggi permukaan air bawah yang berubah ubah sangat
menguntungkan. Satu masalah bisa timbul mengganggu kinerja turbin ini jika air
mengandung pasir ataupun pecahan gletser karena akan mengauskan roda jalan dan
packingnya.
(Referensi : http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_turbine)
1.2

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk mengetahui besarnya efisiensi tertinggi turbin francis,
b. Untuk mengetahui daya efektif maksimum dari turbin francis, dan
c. Agar praktikan mengetahui cara kerja turbin francis.
(Referensi: Jobsheet Praktikum Prestasi Mesin.Teknik Mesin UNDIP)

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1.3

Dasar Teori

1.3.1

Pengetahuan Umum tentang Turbin


Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari aliran fluida.

Turbin sederhana memiliki satu bagian yang bergerak yaitu poros yang menggerakkan
turbin. Fluida yang bergerak menjadikan baling-baling berputar dan menghasilkan energi
untuk menggerakkan rotor. Contoh turbin awal adalah kincir angin dan roda air. Sebuah
turbin yang bekerja terbalik disebut kompresor atau pompa turbo.
Turbin francis pertama kali dikembangkan oleh James B. Francis pada tahun 1848
yang mampu menghasilkan efisiensi sampai dengan 90%. Turbin francis merupakan salah
satu turbin air (hidrolik) yang paling sering digunakan sampai sekarang. Turbin dipasang
diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air
masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis dapat merupakan suatu sudu
pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan
pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan
pilihan yang tepat.
(Referensi : http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_turbine)

1.3.2

Klasifikasi Turbin
Dengan kemajuan ilmu Mekanika fluida dan Hidrolika serta memperhatikan sumber

energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan akhirnya timbullah perencanaanperencanaan turbin yang divariasikan terhadap tinggi jatuh ( head ) dan debit air yang
tersedia. Dari itu maka masalah turbin air menjadi masalah yang menarik dan menjadi
objek penelitian untuk mencari sistim, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha
mendapatkan effisiensi turbin yang maksimum.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air berdasarkan


beberapa kriteria.
1.3.2.1 Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner
Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi menjadi tiga
tipe yaitu
a. Turbin Aliran Tangensial
Pada kelompok turbin ini posisi air masuk runner dengan arah tangensial atau
tegak lurus dengan poros runner mengakibatkan runner berputar, contohnya Turbin
Pelton dan Turbin Cross-Flow.

Gambar 1.1 Turbin Angin Tangensial


(Sumber: http://www.agussuwasono.com/artikel/mechanical/300-karakteristik-turbincross-flow.html)
b. Turbin Aliran Aksial
Pada turbin ini air masuk runner dan keluar runner sejajar dengan poros runner,
Turbin Kaplan atau Propeller adalah salah satu contoh dari tipe turbin ini.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Gambar 1.2 Model Turbin Aliran Aksial


(Sumber: http://www.agussuwasono.com/artikel/mechanical/300-karakteristik-turbincross-flow.html)
c. Turbin Aliran Aksial Radial
Pada turbin ini air masuk ke dalam runner secara radial dan keluar runner secara
aksial sejajar dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis turbin ini.

Gambar 1.3 Model Turbin Aliran Aksial-radial


(Sumber: http://www.agussuwasono.com/artikel/mechanical/300-karakteristik-turbincross-flow.html)

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1.3.2.2 Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya


Dalam hal ini turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu :
a. Turbin Impuls
Semua energi potensial air pada turbin ini dirubah menjadi menjadi energi
kinetis sebelum air masuk/ menyentuh sudu-sudu runner oleh alat pengubah yang
disebut nozel. Adapun jenis jenis turbin impuls adalah Turbin Pelton, Turbin Turgo
dan Turbin Ossberger.

Gambar 1.4 Turbin Impuls dan proses Penyemprotan


(Sumber: http://crayonpedia.org/wiki/images/a/a2/Gun304.jpg)
b. Turbin Reaksi
Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi
kinetis pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian
putaran runner disebabkan oleh perubahan momentum oleh air. Yang termasuk jenis
turbin reaksi diantaranya : Turbin Francis, Turbin Kaplan dan Turbin Propeller. Dilihat
dari konstruksinya, turbin reaksi ada dua jenis yaitu Turbin Francis dan Turbin Kaplan.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Gambar 1.5 Aliran air masuk turbin Francis

Gambar 1.6 Instalasi Turbin Francis


(Sumber: http://crayonpedia.org/wiki/images/0/05/Gun310.jpg)

1.3.3

Prinsip Kerja Turbin Francis


Turbin francis termasuk salah satu turbin reaksi, artinya fluida yang bekerja

mengubah tekanan bersamaan dengan gerak dari turbin tersebut, yang menghasilkan energi.
Inletnya berbentuk spiral. Guide Vane membawa air secara tangensia menuju
runner. Aliran radial ini bekerja pada runner vanes, menyebabkan runner berputar. Guide
vane (atau wicket gate) dapat disesuaikan untuk memberikan operasi turbin yang efisien
untuk berbagai kondisi aliran air.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Turbin Francis bekerja dengan memakai proses tekanan lebih. Pada waktu air
masuk ke roda jalan, sebagian energi tinggi jatuh telah bekerja di dalam sudu pengarah
diubah sebagai kecepatan arus masuk. Sisa energi tinggi jatuh dimanfaatkan atau bekerja di
dalam sudu jalan, dengan adanya pipa isap memungkinkan energi tinggi jatuh bekerja di
sudu jalan semaksimum mungkin.

Gambar 1.7 Instalasi Turbin Francis

Gambar 1.8 Turbin Francis

(Sumber : www.wikipedia.com)
Turbin Francis masih di bagi menjadi 2 yaitu :
a.

Turbin Francis dengan daya yang kecil


Cara kerja dari turbin yaitu air dimasukkan ke turbin dengan melewati rumah

keong yang telah diperkuat dengan sudu-sudu penyangga. Di sebelah kanan adalah
daun sudu pengarah atau yang biasanya disebut sebagai sudu pengarah saja. Posisi
membuka atau menutupnya sudu tersebut digerakkan melalui batang penggerak, tuas,
dan cincin pengatur dengan sedikit atau banyaknya air yang akan masuk ke turbin.
Untuk penutupan aliran air yang masuk ke turbin secara tiba-tiba, misalnya pada saat
pengurangan beban generator, supaya tekanan di dalam rumah keong dan di dalam pipa
saluran tidak naik, maka untuk menghindarinya kompensator saluran air dapat terbuka
dalam waktu yang singkat.
b.

Turbin Francis dengan daya yang besar


Pada umumnya poros turbin dan generator terdiri dari 2 bagian. Bantalan

tekannya ditumpu oleh suatu konstruksi pendukung tersendiri. Yang terdiri dari
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

beberapa tembereng yang bisa diatur dan menerima beban yang berputar dari roda
jalan, poros, dan rotor generator dan juga menerima beban aksial dari tekanan lebih
yang terdapat pada turbin. Turbin dan generator masing-masing mempunyai bantalan
penghantar.

Gambar 1.9 Turbin Francis dengan Daya yang Besar


(Sumber : www.wikipedia.com)
Sudu pengarah digerakkan dengan memakai oli yang bertekanan yang diatur
dari servomotor yang diatur tersendiri. Untuk diketahui bahwa saluran oli yang
bertekanan di dalam gambar tersebut terletak di tengah sebelah kiri.
( Referensi : Turbin Pompa dan Kompresor Fritz Dietzel)
1.3.4

Bagian Turbin Francis

Gambar 1.10 Bagian-bagian turbin francis

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Bagian-bagian dari Turbin Francis adalah sebagai berikut:


a. Fluid Inlet
Fluid inlet adalah bagian dimana fluida berupa air masuk menuju turbin
b. Runner Blades
Runner blade adalah bagian yang berbentuk baling-baling atau sudu yang dapat
bergerak akibat adanya tumbukan air pada dinding sudu. Bagian ini terhubung dengan
poros yang kemudian akan menghasilkan energi mekanik.
c. Guide vanes
Guide vanes atau biasanya disebut sudu pengarah adalah bagian yang berfungsi
mengarahkan atau membawa air secara tangensia menuju runner. Guide vanes dapat
diatur menggunakan tuas pengontrol sehingga didapat operasi turbin yang efisien.
d. Volute
Volute adalah dinding penutup sekitar baling-baling yang berfungsi untuk
memfokuskan dan mengontrol fluida kerja. Penutup mungkin memiliki geometri
variabel yang dapat membuat operasi efisien untuk beberapa kondisi aliran fluida.
e. Fluid outlet
Fluid outlet adalah bagian dimana fluida yang telah melalui sudu gerak dan
mengalami penurunan tekanan dikeluarkan dari turbin menuju lingkungan.
(Referensi : http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_turbine)
1.3.5

Aplikasi Turbin Francis


Kebanyakan turbin francis didesain untuk tiap bagian untuk beroperasi pada

efisiensi tertinggi yang dapat dicapat, biasanya mencapai lebih dari 90%. Kekurangan dari
Turbin francis ini adalah biaya yang dibutuhkan sangat mahal khususnya dalam proses
desain, manufaktur dan pemasangan, tetapi kelebihannya adalah turbin francis tersebut
dapat beroperasi untuk beberapa decade.
Turbin air memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan.Turbin adalah
salah satu penghasil energi terbersih, menggantikan bahan bakar fosil dan mengurangi

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

limbah nuklir. Turbin menggunakan sumber energi yang dapat diperbaharui dan di desain
untuk beroperasi lebih dari 10 tahun.
Contoh pemakaian francis turbin dalam kehidupan sehari-hari adalah:
a. Penggunaan Turbin francis di Air terjun Niagara

Gambar 1.11 Turbin francis di Air terjun Niagara


Merupakan Double spiral turbine yang mamapu menghasilkan daya sebesar 12
MW and memiliki ketinggian head 54.9 m.
b. Itaipu, Brazil/Paraguay

Gambar 1.12 Turbin francis di Itaipu


Mampu menghasilkan daya sebesar 800 MW dan memiliki ketinggian head
118.4 m.
c. Norris Dam, USA:
Merupakan turbin francis pertama yang digunakan dalam industri, dimana dapat
meningkatkan dissolved oxygen untuk kelangsungan hidup akuatik.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

10

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

d. Three Gorges, China:


Merupakan turbin penghasil daya terbesar didunia, dimana daya yang dihasilkan
mampu mencapai lebih dari 18,000 MW.
(Referensi : http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_turbine_aplication)
1.3.6

Karakteristik dan Peforma


Karakteristik turbin francis meliputi :

1.3.6.1 Daya Air


Daya yang masuk ke dalam turbin francis adalah daya potensial air
WHP = .g.Q.H
dimana :
WHP : daya hidrolis air (watt)

: massa jenis air (kg/m3)

: percepatan gravitasi (m/dt2)

: laju aliran masa (m3/dt)

: head dari tinggi jatuh air (m.H2O)

1.3.6.2 Daya Keluar Turbin


Daya yang dikeluarkan oleh turbin adalah daya poros karena tujuan turbin adalah
mengubah energi hidrolis menjadi energi mekanis.
BHP =

2..n.T
60

dimana :
BHP

: daya mekanis (watt)

: kecepatan putar (rpm)

: Torsi (Nm) = F.s

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

11

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1.3.6.3 Daya Listrik


Daya poros yang dihasilkan turbin diubah oleh generator DC menjadi daya listrik
Pel = Vj.Ij
dimana:
Pel

: daya listrik efektif

Vj

: tegangan jangkar (Volt)

Ij

: Arus Jangkar (Ampere)

1.3.6.4 Efisiensi Turbin


T = daya mekanik / daya air .100%
=

BHP
WHP

x 100 %

1.3.6.5 Efisiensi total/ sistem efektif


e =

Pel
x 100 %
WHP

G =

Pel
X 100 %
BHP

1.3.6.6 Efisiensi Generator

(Referensi : Jobsheet Praktikum Prestasi Mesin 2010)

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

12

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1.3.7

Segitiga Kecepatan

Gambar 1.13 Arah vektor kecepatan pada sudu turbin francis


(Sumber : www.wikipedia.com)
Tabel 1.1 Keterangan gambar Segitiga Kecepatan Turbin Francis

Absolute Velocity
Relative Velocity
Blade Angle
Attack Angle
Runner Velocity

1 st
Quad

2nd
Quad

3ed
Quad

4th
Quad

V1
v1
1
1
1

V21
v21
21
21
21

V11
v11
11
11
11

V1
v1
1
1
1

Kecepatan air pada waktu memasuki daun baling-baling merupakan tangent yang
cukup besar terhadap ujung luar sudu pengatur. Kecepatan di ujung pemasukan daun

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

13

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

baling-baling runner adalah u = .r1 dimana adalah kecepatan sudut putaran runner
dalam radian per detik. Kecepatan air relatif terhadap daun baling-baling, vt bersifat
tangensial terhadap daun baling-baling itu dan diagram vector, komponen V, yang
tangensial terhadap runner di sisi masuk adalah
Vr l = r 1 + Vr1 cot 1 ................................................(2.1)
Dimana Vrl adalah komponen radial dari V pada sisi luar berlaku,
Vr2 = r 2 + Vr2 cot 2 ............................................... ( 2 . 2 )
Dengan anggapan bahwa gaya yang bekerja pada semua daun baling-baling adalah besar,
maka torsi T yang bekerja pada runner akibat aliran air adalah
T = pQ (Vt1 r1 Vt 2 r2 ) ................................................. (2.3)

Dimana Q adalah debit keseluruhan yang melalui turbin. Oleh karenanya, daya N yang
disalurkan oleh air ke turbin adalah
N = T = Q(Vt1r1 Vt 2 r2 ) ..................................

(2.4)

Komponen-komponen radial dan yang diperlukan untuk menyelesaikan persamaan (2.1)


dan (2.2) dapat diperoleh dari persamaan
Q = 2rZV r1 = 2rr 2 ZV r1 ..................................................... (2.5)

Dimana Z adalah tebal roda turbin.


(Referensi : Jobsheet Praktikum Prestasi Mesin 2010)

1.4

Peralatan dan Bahan


Adapun peralatan yang digunakan antara lain tertera pada gambar di bawah ini:

5
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

14

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

14

10

8
Gambar 1.14 Mesin Uji Turbin Francis secara Keseluruhan

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

15

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

11

13

12
Gambar 1.15 Bagian Bagian Alat Uji Turbin Francis

15
15
Gambar 1.16 Pulse meter

16
Gambar 1.17 V-Notch
Nama bagian-bagian mesin percobaan :
1.Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanis
2.Generator
Berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik
3.Pengatur bukaan
Berfungsi untuk mengatur besar sudut bukaan pada sudu pengarah .
4.Electronic charging scale
Berfungsi untuk mengukur gaya yang diakibatkan oleh pembebanan pada
Turbin.
5.lampu / beban
Berfungsi sebagai hambatan listrik.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

16

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

6.Ampermeter
Berfungsi untuk mengukur besarnya arus yang dihasilkan oleh generator dengan
adanya variasi hambatan berupa lampu listrik.
7.Voltmeter
Berfungsi untuk mengukur besarnya tegangan yang dihasilkan oleh generator
dengan adanya variasi hambatan berupa lampu listrik.
8.Katub Discharge
Berfungsi untuk mengatur laju aliran yang akan masuk keturbin.
9.Pompa
Berfungsi untuk merubah tekanan pada air menjadi kecepatan sehingga
menghasilkan aliran air untuk dipindahkan ke atas sehingga menimbulkan energy
potensial sebagai pengganti air terjun pada PLTA.
10.

Sigh Glass
Berfungsi untuk mengukur ketinggian air terhadap weir.

11.

Pengatur Kecepatan Motor (dalam %)


Berfungsi untuk mengatur Head masukan turbin.

12.

Turbin Inlet
Berfungsi untuk menunjukkan besarnya Head masukan turbin.

13.

Saklar Motor
Berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan arus dan tegangan.

14.

Saklar Lampu Beban


Berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan lampu pembebanan untuk

mengatur besarnya pembebanan yang diberikan


15.

Pulsemeter dan sensor


Berfungsi untuk mengukur putaran poros menggunakan sensor.

16.

V-notch
V-notch/ Weir digunakan untuk mengontrol laju aliran air, sehingga debit air

yang melaluinya dapat diatur

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

17

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1.5

Prosedur Pengujian

1.5.1

Pengukuran Torsi
Untuk memberi beban sekaligus mengukur besarnya beban tersebut pada poros

turbin digunakan electronic charging scale.


Rangkaian Jangkar

Rangkaian Beban

V
m

indeks massa

A
rotor

electronic charging scale

Gambar 1.18 Instalasi electronic charging scale


a. Menghidupkan electronic charging scale,
b. Mengkondisikan penetrator pada indeks massa agar dalam posisi stabil,
c. Melakukan setting nol pada electronic charging scale dengan menekan tombol zero,
d. Menghidupkan saklar beban lampu kemudian mencatat besarnya gaya (kg.F) yang
tertera pada electronic charging scale,
e. Dengan mengalikan gaya yang terbaca dengan konstanta grafitasi dan kemudian
dikalikan lagi dengan jarak L maka akan didapatkan torsi.
1.5.2

Pengukuran Tinggi Tekan


Pengukuran tinggi tekan untuk peralatan ini terdapat tiga manometer, yaitu

untuk mengukur suction head pompa, discharge head pompa dan turbin inlet head.
Manometer ini menggunakan tabung bourdon sebagai peralatan utama. Untuk
penelitian kali ini hanya pengukuran head Turbin Inlet yang digunakan.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

18

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1.5.3

Pengukuran Debit
Pembacaan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir pada Sistem ini

menggunakan "V" notch/ gerbang ''V". Dengan membaca ketinggian air yang mengalir
melalui gerbang dapat dibaca melalui sight gelas. Kemudian dengan menggunakan
gambar lampiran dapat kita ketahui besarnya debit dalam m3/menit.
1.5.4

Pengukuran Kecepatan
Untuk mengukur besarnya kecepatan tinggal menghubungkan pulsemeter,

dengan memasang sensor pulsemeter dikabel keluaran.


1.6

Prosedur pengujian
Prosedur pengujian dalam praktikum Turbin Francis adalah sebagai berikut :
1. Menghidupkan saklar utama
2. Menghidupkan saklar motor
3. Mengatur bukaan sudu pengarah
4. Mengatur head masukan turbin
5. Menyalakan saklar pembebanan untuk masing-masing variasi jumlah lampu.
6. menstabilkan head masukan turbin
7. Mencatat besarnya tegangan listrik, gaya/pembebanan, tinggi air reservoir,
kuat arus, putaran mesin.
8. Melakukan pencatatan untuk variasi head masukan turbin (3, 4 dan 5) dan
variasi banyaknya lampu yang dinyalakan (5, 4, 3, 2, 1 dan 0)
9. Mematikan saklar pembebanan dan kurangi kecepatan putaran pompa
kemudian atur bukaan sudu pengarah. Ulangi prosedur 1 s.d. 8 di atas untuk
variasi bukaan sudu pengarah 100%, 75%, dan 50%.
10. Mematikan peralatan.
11. Menulis laporan sementara.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

19

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1.7

Contoh Soal dan Penyelesaian


Sebuah proyek tenaga air yang besar di India menggunakan turbin francis adalah

untuk beroperasi di bawah suatu jaringan tinggi tekan dari 150 m. Keluaran yang
diharapkan tiap turbin adalah 175 MW dan kecepatan serasi dari generator adalah 136,4
rpm. Model-model studi menyatakan efisiensi keseluruhan 91,5% dan efisiensi bentuk yang
asli adalah 0,5% lebih tinggi. Efisiensi hidrolik diperkirakan sebesar 96%. Hitung
kecepatan spesifik dan debit pada mesin. Juga tentukan nilai-nilai yang cocok adi sudut
keluaran dari baling-baling pengarah, sudut baling-baling, garis tengah masukan dari
keluaran dari roda dan dari roda pada pintu pemasukan. Buatlah asumsi yang sesuai.
Penyelesaian

N P

Kecepatan spesifik Ns =

P =

175 10 6
= 23 ,8 10 4 tk
735 ,5

136 ,4 23,8 10 4

Jadi Ns =

(150 ) 4

Ns = 127
Ini adalah suatu turbin gerak lambat
P

Sekarang :

o =

wQh
75

75 P

Q = o

1
wh

75 23 ,8 10 4
0,92
=

)
= 129 m3/d

sekarang untuk sebuah penggerak lambat

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

20

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Misalnya perbandingan kecepatan : =

Jadi u1

= 0,65

2 gh

= 0,65

D1 N
lagi u1 =

60

u1
2 gh

menjadi 0,65

(19 ,8)(150 )

= 35,3 m/d

60 ( 35 ,3)
atau D1 = (136 ,4 ) = 4,95 m

biarkan diameter penggerak menjadi 4,95 m


b1
Rasio D1 untuk penggerak lambat sekitar

Perkiraan :
Sekarang,

b1 = 0,2 D1 = 0,2 (4,95) = 0,99 m


Q = k D1 b1 Vm1

Dimana k adalah faktor penghitung mengenai ketebalan bilah. Untuk penggerak berukuran
lebar, k adalah antara 95 dan 97%. Perkiraan katupnya 0,97
Maka

Q = 0,97 (0,2) D12 Vm1


129 = 0,97 (0,2) 4,952 V1

Penyelesaiannya, kecepatan aliran


Vm1 = 8,62 m/d
Sekarang h efisiensi hidrolik diberikan :
Vu 1u1 Vu 2 u 2
gh
=

Vu2 = 0

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

21

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Vu 1 ( 35 ,3)
h = 9,8(150 )

Kecepatan pusaran

Vu1

= 40 m/d

Segitiga kecepatan masuk. Karena Vu1, u1 , dan Vm1, sudah diketahui, kecepatan masuk
dapat ditarik dan sudut-sudutnya bisa diukur,
Vm 1
8,62
Vu
1
Juga tan 1 =
= 42 = 12o9

Dan tan 1

Vm 1
8,62
Vu

u
1
1 = 4,7
=

= 61o24

Sudut keceptan keluar. Karena Vu2 =0, itulah segitiga siku-siku yang benar.

Perkiraan:

u2
u1

= 0,5

u2 = 17,65 m/d

tan 2

8,62
= 17 ,65 = 0,487

= 26o

(Referensi : http://wawan.co.cc/umum.turbine-solution)

1.8

Perhitungan dan Analisa

1.8.1

Data Praktikum

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

22

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

a. Data bukaan 100% pada head 3, 4 dan 5


Tabel 1.2 Data hasil praktikum bukaan 100% dengan variasi head 3, 4, dan 5
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

H
m.H2O

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

h
mm
58
60
60
60
60
60
58
61
62
62
62
63
59
60
63
64
64
64

n
rpm
1340
1115
1010
900
860
800
1650
1550
1490
1480
1460
1400
1880
1820
1760
1730
1720
1700

F
N
0.18
0.39
0.59
0.63
0.61
0.61
0.10
0.39
0.53
0.57
0.63
0.78
0.15
0.47
0.59
0.71
0.74
0.77

V
volt
7.80
3.80
2.60
1.45
0.80
0.55
9.10
5.50
3.85
2.40
1.86
1.40
10.40
6.95
4.60
3.55
2.45
1.85

I
ampere
0.01
1.55
2.60
3.00
3.10
3.15
0.01
1.85
3.10
3.65
4.35
4.80
0.01
2.00
3.35
4.35
4.85
5.40

b. Data bukaan 75% pada head 3, 4 dan 5


Tabel 1.3 Data hasil praktikum bukaan 75% dengan variasi head 3, 4, dan 5
No.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jumlah

23

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

m.H2O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Lampu
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

mm
52
55
55
55
55
55
51
55
56
57
58
58
53
58
59
59
59
60

rpm
1230
1045
920
840
775
730
1555
1430
1370
1280
1275
1250
1810
1720
1695
1690
1680
1660

N
0.49
0.71
0.78
0.79
0.81
0.83
0.41
0.63
0.78
0.92
0.98
1.02
0.39
0.65
0.78
0.84
0.90
0.94

volt
6.80
3.31
1.85
0.95
0.56
0.42
7.92
4.60
3.00
2.00
1.44
1.09
9.03
5.30
3.54
2.65
1.93
1.44

ampere
0.01
1.43
2.25
2.60
2.70
2.80
0.01
1.70
2.75
3.40
3.90
4.35
0.01
1.48
3.00
3.85
4.36
4.80

c. Data bukaan 50% pada head 3, 4 dan 5


Tabel 1.4 Data hasil praktikum bukaan 50% dengan variasi head 3, 4, dan 5
No.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jumlah

24

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

m.H2O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

1.8.2

Lampu
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

mm
47
49
49
49
49
49
49
50
51
51
51
51
48
50
52
53
54
55

rpm
1050
680
530
495
480
460
1350
1200
1020
950
905
900
1660
1495
1415
1320
1236
1228

N
0.16
0.35
0.47
0.51
0.52
0.58
0.16
0.37
0.55
0.63
0.67
0.69
0.18
0.41
0.55
0.63
0.80
0.82

volt
6.25
1.99
0.65
0.35
0.27
0.23
7.44
3.70
2.27
1.31
0.91
0.65
8.80
4.83
3.34
2.23
1.68
1.21

ampere
0.01
1.13
1.51
1.61
1.72
1.84
0.01
1.55
2.49
2.90
3.30
3.51
0.01
1.72
2.86
3.60
4.15
4.54

Perhitungan Ralat
Contoh Perhitungan Ralat
Data yang digunakan sebagai contoh perhitungan ralat adalah sebagai berikut:
Data pada bukaan 100%, H = 3 mH2O, dengan jumlah lampu = 5

Ralat putaran

= 800 rpm

= 0.5

Ralat Nisbi

= n / n x 100 % = 0,5/800 x 100% = 0.06 %

Keseksamaan

= 100% - Ralat Nisbi = 100% - 0.06% = 99.94 %

Ralat Ketinggian

= 60

h=

0.5

Ralat Nisbi
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

= h / h x 100 % = 0,5/60 x 100% = 0.83 %

25

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Keseksamaan

= 100% - Ralat Nisbi = 100% - 0.83% = 99.17 %

Ralat Gaya

F = 0,61

= 0.005

Ralat Nisbi = F / F x 100 % = 0,005/0,61 x 100% = 0.82 %


Keseksamaan = 100% - Ralat Nisbi = 100% - 5 % = 99.18 %
Hasil perhitungan ralat
a. Ralat Putaran
Tabel 1.5 Ralat putaran Bukaan 100%, H = 3 m.H2O
No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

100

H
Jumlah
m.H2O Lampu
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5

n
rpm
1340
1115
1010
900
860
800

n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.04
99.96
0.04
99.96
0.05
99.95
0.06
99.94
0.06
99.94
0.06
99.94

Tabel 1.6 Ralat putaran Bukaan 100%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

100

H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5

n
rpm
1650
1550
1490
1480
1460
1400

n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.03
99.97
0.03
99.97
0.03
99.97
0.03
99.97
0.03
99.97
0.04
99.96

Tabel 1.7 Ralat putaran Bukaan 100%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3

Bukaan
%
100

H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

n
rpm
1880
1820
1760

n
rpm
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.03
99.97
0.03
99.97
0.03
99.97

26

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

4
5
6

5
5
5

3
4
5

1730
1720
1700

0.5
0.5
0.5

0.03
0.03
0.03

99.97
99.97
99.97

Tabel 1.8 Ralat putaran Bukaan 75%, H = 3 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

H
Jumlah
m.H2O Lampu
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5

n
rpm
1230
1045
920
840
775
730

n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.04
99.96
0.05
99.95
0.05
99.95
0.06
99.94
0.06
99.94
0.07
99.93

Tabel 1.9 Ralat putaran Bukaan 75%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5

n
rpm
1555
1430
1370
1280
1275
1250

n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.03
99.97
0.03
99.97
0.04
99.96
0.04
99.96
0.04
99.96
0.04
99.96

Tabel 1.10 Ralat putaran Bukaan 75%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3
4

Bukaan
%
75

H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

n
rpm
1810
1720
1695
1690

n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.03
99.97
0.03
99.97
0.03
99.97
0.03
99.97

27

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

5
6

5
5

4
5

1680
1660

0.5
0.5

0.03
0.03

99.97
99.97

Tabel 1.11 Ralat putaran Bukaan 50%, H = 3 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

H
Jumlah
m.H2O Lampu
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5

n
rpm
1050
680
530
495
480
460

n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.05
99.95
0.07
99.93
0.09
99.91
0.10
99.90
0.10
99.90
0.11
99.89

Tabel 1.12 Ralat putaran Bukaan 50%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5

n
rpm
1350
1200
1020
950
905
900

n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.04
99.96
0.04
99.96
0.05
99.95
0.05
99.95
0.06
99.94
0.06
99.94

Tabel 1.13 Ralat putaran Bukaan 50%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3
4
5

Bukaan
%
75

H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

n
rpm
1660
1495
1415
1320
1236

n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi Keseksamaan


%
%
0.03
99.97
0.03
99.97
0.04
99.96
0.04
99.96
0.04
99.96

28

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1228

0.5

0.04

99.96

b. Ralat ketinggian
Tabel 1.14 Ralat ketinggian Bukaan 100%, H = 3 m.H2O
No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

100

H
m.H2O
3
3
3
3
3
3

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
58
60
60
60
60
60

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.86
99.14
0.83
99.17
0.83
99.17
0.83
99.17
0.83
99.17
0.83
99.17

Tabel 1.15 Ralat ketinggian Bukaan 100%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

100

H
m.H2O
4
4
4
4
4
4

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
58
61
62
62
62
63

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.86
99.14
0.82
99.18
0.81
99.19
0.81
99.19
0.81
99.19
0.79
99.21

Tabel 1.16 Ralat ketinggian Bukaan 100%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

100

H
m.H2O
5
5
5
5
5
5

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
59
60
63
64
64
64

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.85
99.15
0.83
99.17
0.79
99.21
0.78
99.22
0.78
99.22
0.78
99.22

29

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Tabel 1.17 Ralat ketinggian Bukaan 75%, H = 3 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

H
m.H2O
3
3
3
3
3
3

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
52
55
55
55
55
55

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.96
99.04
0.91
99.09
0.91
99.09
0.91
99.09
0.91
99.09
0.91
99.09

Tabel 1.18 Ralat ketinggian Bukaan 75%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

H
m.H2O
4
4
4
4
4
4

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
51
55
56
57
58
58

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.98
99.02
0.91
99.09
0.89
99.11
0.88
99.12
0.86
99.14
0.86
99.14

Tabel 1.19 Ralat ketinggian Bukaan 75%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

H
m.H2O
5
5
5
5
5
5

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
53
58
59
59
59
60

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.94
99.06
0.86
99.14
0.85
99.15
0.85
99.15
0.85
99.15
0.83
99.17

30

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Tabel 1.20 Ralat ketinggian Bukaan 50%, H = 3 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

50

H
m.H2O
3
3
3
3
3
3

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
47
49
49
49
49
49

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.06
98.94
1.02
98.98
1.02
98.98
1.02
98.98
1.02
98.98
1.02
98.98

Tabel 1.21 Ralat ketinggian Bukaan 50%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

50

H
m.H2O
4
4
4
4
4
4

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
49
50
51
51
51
51

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.02
98.98
1.00
99.00
0.98
99.02
0.98
99.02
0.98
99.02
0.98
99.02

Tabel 1.22 Ralat ketinggian Bukaan 50%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

50

H
m.H2O
5
5
5
5
5
5

Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5

h
mm
48
50
52
53
54
55

h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.04
98.96
1.00
99.00
0.96
99.04
0.94
99.06
0.93
99.07
0.91
99.09

c. Ralat Gaya

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

31

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Tabel 1.23 Ralat gaya Bukaan 100%, H = 3 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

100

H
Jumlah
m.H2O Lampu
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5

F
N
0.18
0.39
0.59
0.63
0.61
0.61

F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
2.83
97.17
1.27
98.73
0.85
99.15
0.80
99.20
0.82
99.18
0.82
99.18

Tabel 1.24 Ralat gaya Bukaan 100%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

100

H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5

F
N
0.10
0.39
0.53
0.57
0.63
0.78

F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
5.10
94.90
1.27
98.73
0.94
99.06
0.88
99.12
0.80
99.20
0.64
99.36

Tabel 1.25 Ralat gaya Bukaan 100%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

100

H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5

F
N
0.15
0.47
0.59
0.71
0.74
0.77

F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
3.40
96.60
1.06
98.94
0.85
99.15
0.71
99.29
0.68
99.32
0.65
99.35

Tabel 1.26 Ralat gaya Bukaan 75%, H = 3 m.H2O


No.

Bukaan

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

Jumlah

Ralat nisbi

Keseksamaan

32

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

%
1
2
3
4
5
6

75

m.H2O
3
3
3
3
3
3

Lampu
0
1
2
3
4
5

N
0.49
0.71
0.78
0.79
0.81
0.83

N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

%
1.02
0.71
0.64
0.63
0.61
0.60

98.98
99.29
99.36
99.37
99.39
99.40

Tabel 1.27 Ralat gaya Bukaan 75%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

Jumlah
H
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5

F
N
0.41
0.63
0.78
0.92
0.98
1.02

F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.21
98.79
0.80
99.20
0.64
99.36
0.54
99.46
0.51
99.49
0.49
99.51

Tabel 1.28 Ralat gaya Bukaan 75%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

75

H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5

F
N
0.39
0.65
0.78
0.84
0.90
0.94

F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.27
98.73
0.77
99.23
0.64
99.36
0.59
99.41
0.55
99.45
0.53
99.47

Tabel 1.29 Ralat gaya Bukaan 50%, H = 3 m.H2O


No.

Bukaan
%

H
Jumlah
m.H2O Lampu

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

F
N

F
N

Ralat nisbi
%

Keseksamaan
%

33

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1
2
3
4
5
6

50

3
3
3
3
3
3

0
1
2
3
4
5

0.16
0.35
0.47
0.51
0.52
0.58

0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

3.19
1.42
1.06
0.98
0.96
0.86

96.81
98.58
98.94
99.02
99.04
99.14

Tabel 1.30 Ralat gaya Bukaan 50%, H = 4 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

Bukaan
%

50

H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5

F
N
0.16
0.37
0.55
0.63
0.67
0.69

F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
3.19
96.81
1.34
98.66
0.91
99.09
0.80
99.20
0.75
99.25
0.73
99.27

Tabel 1.31 Ralat gaya Bukaan 50%, H = 5 m.H2O


No.
1
2
3
4
5
6

1.8.3

Bukaan
%

50

H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5

F
N
0.18
0.41
0.55
0.63
0.80
0.82

F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005

Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
2.83
97.17
1.21
98.79
0.91
99.09
0.80
99.20
0.62
99.38
0.61
99.39

Analisa
Data yang digunakan dalam analisa mengambil 1 sampel data yaitu data pada

bukaan 100%, H = 3 mH2O, dengan jumlah lampu = 5

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

34

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

a. Putaran rpm (n)


n = 800 rpm
b. Debit aliran (Q)

Gambar 1.19 Grafik Analisa Weirs


Dari grafik kalibrasi weir didapat ; y = 7 . 10-6 (x)2.2702
Dimana

y = Q (m3/menit)
x = h (mm)

Maka untuk h = 60 mm
Q = 7 . 10-6 . (60)2.2702 . (1/60)
Q = 0.00127 m3/s
c. Daya air (WHP)
Daya Air (WHP)
WHP = .g.Q.H
Dimana :
= 1000 kg/m3
g = 9,81 m/s2
Q = 0,00127 m3/s
H = 3 mH2O
Sehingga,

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

35

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

kg
m
m3
.
9
,
81
.
0
,
00127
.4 m
s
m3
s2

WHP = 1000

WHP = 37.368 Watt


d. Torsi (T)
T=F.r
Dimana

F = 0,61 N
r = 32 cm = 0,32 m

maka,

T = 0,61 x 0,32 = 0,195 Nm

e. Daya keluar (BHP)


BHP

2..n.T
60

2.3,14 .800 .0,195


60

= 16.3 Watt

f. Daya listrik (PEL)


Pel = Vj . Ij
= 0.55 volt . 3.15 A
= 1.733 watt
g. Efisiensi Turbin (T)
T

= daya mekanik / daya air .100%


=

BHP
WHP

16 .3
x 100%
37 .3683

x 100 %
= 43.61 %

h. Efisiensi total / system eficiency (e)


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

36

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Pel
x 100 %
WHP

1.733
x 100%
37 .368

= 4.64 %
i. Efisiensi generator (G)
G

Pel
X 100 %
BHP

1.733
x 100%
16 .3

= 10.63 %

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

37

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Tabel Hasil Perhitungan


Tabel 1.32 Hasil perhitungan untuk bukaan 100%

58

60

60

n
rp
m
134
0
111
5
101
0

60

900

60

860

60

58

61

62

10

62

11

62

12

63

800
165
0
155
0
149
0
148
0
146
0
140
0
188

No.

Bukaan

m.H2O

100

h
Jumlah
Lampu mm

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

WHP

Torsi

volt

m3/s

Watt

Nm

0.18

7.80

0.01

0.00118

34.60

0.057

0.39

3.80

1.55

0.00127

37.37

0.126

0.59

2.60

2.60

0.00127

37.37

0.188

0.63
0.6
1

1.45
0.80

3.00
3.1
0

0.00127
0.001
27

37.37
37.3
7

0.201
0.19
5

0.61

0.55

3.15

0.00127

37.37

0.195

0.10

9.10

0.01

0.00118

46.13

0.031

0.39

5.50

1.85

0.00132

51.73

0.126

0.53

3.85

3.10

0.00137

53.67

0.170

0.57

2.40

3.65

0.00137

53.67

0.182

0.63
0.7
8

1.86

4.35
4.8
0

0.00137
0.001
42

53.67
55.6
6

0.201
0.25
1

1.40
10.4

BH
P
Wat
t

P
EL
Wat
t

7.93
14.6
5
19.9
1
18.9
3
17.5
2
16.3
0

0.08

5.42
20.3
7
26.4
4
28.2
0
30.7
0
36.8
0

0.09
10.1
8
11.9
4

5.89
6.76
4.35
2.48
1.73

8.76
8.09
6.72

%
22.9
1
39.2
2
53.2
8
50.6
5
46.8
8
43.6
1
11.7
5
39.3
8
49.2
5
52.5
5
57.2
0
66.1
2
15.4

0.23
15.7
6
18.0
9
11.6
4

4.64

0.98
40.1
9
33.9
5
22.9
8
14.1
6
10.6
3

0.20
19.6
7
22.2
4
16.3
2
15.0
7
12.0
7

1.68
49.9
5
45.1
5
31.0
6
26.3
5
18.2
6

6.64

38

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

1.8.4

Grafik dan Analisa Grafik

a. Grafik Hubungan n-Q pada H = 3 mH2O untuk variasi bukaan vane

Gambar 1.20 Grafik Hubungan n-Q pada H=3 mH2O untuk variasi bukaan vane
Pada grafik digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan sudu 75%
dengan warna merah dan bukaan sudu 50% dengan warna merah hijau. Dengan mengetahui
nilai putaran (n) dan debit (Q) maka akan diketahui titik dan korelasinya. Bukaan sudu
100% menghasilkan debit lebih besar dibandingkan dengan bukaan 75% dan 50%.
Dengan bertambah besarnya putaran poros motor, maka tinggi air dalam reservoir
berkurang ketinggiannya (h) sehingga debit yang dihasilkan akan menurun.
Q = 7.10 6.( h )

2 , 2702

1
60

b. Grafik Hubungan n-T pada H = 3 mH2O dengan variasi bukaan vane


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

39

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Gambar 1.21 Grafik Hubungan n-T pada H = 3 mH2O dengan variasi bukaan vane
Pada grafik hubungan antara putaran dengan torsi digambarkan bukaan sudu
100% dengan warna biru, bukaan 75% dengan warna merah dan bukaan 50% dengan
warna hijau. Dengan mengetahui nilai n dan torsi maka akan diketahui titik dan
korelasinya. Pada bukaan 75% diketahui lebih besar torsinya daripada bukaan 100% dan
50%.
Alasan mengapa pada 75% lebih besar karena adanya kesalahan dalam
pengamatan data dan kemungkinan terjadinya error pada alat ukur.
Semakin kecil putaran poros maka gaya yang dihasilkan makin rendah maka torsi
pun ikut menurun. Sebab torsi dipengaruhi besarnya gaya.

c. Grafik Hubungan n-WHP pada H = 3 m.H2O untuk variasi bukaan vane

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

40

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Gambar 1.22 Grafik Hubungan n-WHP pada H = 3 m.H2O untuk variasi bukaan vane
Pada grafik hubungan antara putaran dengan daya hidrolisis air (WHP)
digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan sudu 75% dengan warna
merah dan bukaan sudu 50% dengan warna hijau. Seperti halnya pada grafik n-Q,
besarnya WHP dipengaruhi oleh debit (Q).
Dengan semakin besarnya putaran, debit yang dihasilkan akan menurun yang
akan berdampak dengan menurunnya WHP. Dan semakin besar debit maka akan semakin
besar nilai WHP. Pada bukaan 100% akan lebih besar nilai WHP dibanding dengan
bukaan 75% dan 50%.

d. Grafik Hubungan H-t pada Lampu 5 dengan variasi bukaan vane

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

41

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Gambar 1.23 Grafik Hubungan H-t pada Lampu 5 dengan variasi bukaan vane
Pada grafik digambarkan besarnya nilai efisiensi turbin untuk beberapa variasi
bukaan (100%, 75%, 50%) dan beberapa besar head. Nilai efisiensi turbin untuk head 3,
5,dan 6 mH2O dengan variasi bukaan 100% berwarna biru, untuk bukaan 75% berwarna
merah, sedangkan untuk bukaan 50% berwarna hijau. Head dengan besar 4 mH2O
memiliki nilai yang lebih besar dari pada head 4 dan 5 mH2O untuk beberapa variasi
bukaan. Dan bukaan 75% memiliki nilai efisiensi lebih baik
Alasan mengapa pada 75% lebih besar karena adanya kesalahan dalam
pengamatan data dan kemungkinan terjadinya error pada alat ukur.
Dengan semakin besarnya head, maka besarnya gaya hidrolisis air (WHP) makin
besar dan efisiensi pun menjadi lebih besar pula.

e. Grafik Hubungan H-t pada Lampu 1 untuk variasi bukaan


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

42

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Gambar 1.24 Grafik Hubungan H-t pada Lampu 1 untuk variasi bukaan
Pada grafik digambarkan besarnya nilai efisiensi turbin untuk beberapa variasi
bukaan (100%, 75%, 50%) dan beberapa besar head. Nilai efisiensi turbin untuk head 3, 4
dan 5 mH2O dengan variasi bukaan 100% berwarna biru, untuk bukaan 75% berwarna
merah, sedangkan untuk bukaan 50% berwarna hijau. Head dengan besar 5 mH2O
memiliki nilai yang lebih besar dari pada head 3 dan 5 mH2O untuk beberapa variasi
bukaan. Dan bukaan 75% memiliki nilai efisiensi lebih baik.
Alasan mengapa pada 75% lebih besar karena adanya kesalahan dalam
pengamatan data dan kemungkinan terjadinya error pada alat ukur.
Dengan semakin besarnya head, maka besarnya gaya hidrolisis air (WHP) makin
besar dan efisiensi pun menjadi lebih besar pula.

f. Grafik Isoefisiensi H = 5 mH2O

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

43

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

Gambar 1.25 Grafik Isoefisiensi H = 5 mH2O


Pada grafik isoefisiensi H = 6 mH2O, digambarkan bukaan sudu 100% dengan
warna biru , bukaan sudu 75% dengan warna merah dan bukaan sudu 50% dengan warna
hijau. Dan garis isoefisiensi digambarkan dengan warna ungu yang menghubungkan titik
ke lima dari masing-masing grafik bukaan. Untuk masing-masing efisiensi memotong garis
hubungan antara putaran (n) dengan debit (Q) untuk masing-masing bukaan.
Efisiensi yang sama terjadi pada Head (H) 5 mH2O dengan besar 46-64% pada
pembebanan lampu 1 dengan variasi bukaan 100%, 75%, dan 50%.
1.9

Kesimpulan Dan Saran


1.9.1

Kesimpulan

a. Persentase vane bukaan 100% akan menghasilkan daya yang lebih besar
dibandingkan dengan persentase vane bukaan 75% dan 50 %
b. Daya yang lebih besar akan menghasilkan torsi yang lebih besar.

c. Effisiensi tertinggi terjadi pada :


JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO

44

LAPORAN PRAKTIKUM PRESTASI MESIN


KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010

= 4 mH2O

= 0.00118lt/s

= 0.326 N.m

BHP

= 42.71 watt

WHP = 46.133 watt


dengan efisiensi: 92.59 % pada bukaan: 75%
d. Nilai gaya bertambah sebanding dengan bertambahnya lampu dikarnakan daya
keluaran turbin yang dibutuhkan tergantung besarnya nilai arus (I) dan
hambatan (R). Dengan rumus :
P = I2 R
1.9.2

Saran

a. Agar mesin tetap stabil sebaiknya di tambah stabilizer.


b. Kurangnya kalibrasi pada alat ukur dan mesinnya, karena pada suatu
pengukuran kesalahan dengan selisih 0,01 akan berpengaruh besar pada
pengukuran torsi dan effisiensi.
c. Karena percobaan manual maka praktikan harus benar benar teliti, agar
kesalahan dalam perhitungan dapat dihindari.
d. Setelah melaksanakan praktikum hendak membersihkan peralatan dan
perlengkapan dengan tertib.
e. Pengkonversian satuan pengukuran hendaknya dilakukan dengan teliti sehingga
tidak mengakibatkan kesalahan pengolahan data pada proses selanjutnya.

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO

45

Anda mungkin juga menyukai