Bab I Turbin Francis PDF
Bab I Turbin Francis PDF
KELOMPOK 7 (TUJUH)
TAHUN 2010
BAB I
PENGUJIAN TURBIN FRANCIS
1.1
Pendahuluan
Turbin air francis adalah turbin dengan air sebagai fluida kerja. Air mengalir dari
tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Dalam hal tersebut air memiliki
energi potensial. Dalam proses aliran di dalam pipa, energi potensial berangsur-angsur
berubah menjadi energi mekanis, dimana air memutar sudu turbin. Di dalam turbin, fluida
kerja mengalami proses ekspansi, yaitu proses penurunan tekanan dan akan mengalir secara
kontinyu.
Turbin francis pertama kali dikembangkan oleh James B. Francis pada tahun 1848
yang mampu menghasilkan efisiensi sampai dengan 90%.. Sekarang turbin francis adalah
jenis turbin yang paling banyak dipakai, karena tinggi jatuh air dan kapasitasnya yang
paling tersedia sesuai dengan kebutuhan dari turbin tersebut. Turbin francis biasa
diletakkan di dalam bangunan bagian bawah karena turbin ini menggunakan energi
potensial sehingga tinggi permukaan air bawah yang berubah ubah sangat
menguntungkan. Satu masalah bisa timbul mengganggu kinerja turbin ini jika air
mengandung pasir ataupun pecahan gletser karena akan mengauskan roda jalan dan
packingnya.
(Referensi : http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_turbine)
1.2
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk mengetahui besarnya efisiensi tertinggi turbin francis,
b. Untuk mengetahui daya efektif maksimum dari turbin francis, dan
c. Agar praktikan mengetahui cara kerja turbin francis.
(Referensi: Jobsheet Praktikum Prestasi Mesin.Teknik Mesin UNDIP)
1.3
Dasar Teori
1.3.1
Turbin sederhana memiliki satu bagian yang bergerak yaitu poros yang menggerakkan
turbin. Fluida yang bergerak menjadikan baling-baling berputar dan menghasilkan energi
untuk menggerakkan rotor. Contoh turbin awal adalah kincir angin dan roda air. Sebuah
turbin yang bekerja terbalik disebut kompresor atau pompa turbo.
Turbin francis pertama kali dikembangkan oleh James B. Francis pada tahun 1848
yang mampu menghasilkan efisiensi sampai dengan 90%. Turbin francis merupakan salah
satu turbin air (hidrolik) yang paling sering digunakan sampai sekarang. Turbin dipasang
diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air
masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis dapat merupakan suatu sudu
pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan
pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan
pilihan yang tepat.
(Referensi : http://en.wikipedia.org/wiki/Francis_turbine)
1.3.2
Klasifikasi Turbin
Dengan kemajuan ilmu Mekanika fluida dan Hidrolika serta memperhatikan sumber
energi air yang cukup banyak tersedia di pedesaan akhirnya timbullah perencanaanperencanaan turbin yang divariasikan terhadap tinggi jatuh ( head ) dan debit air yang
tersedia. Dari itu maka masalah turbin air menjadi masalah yang menarik dan menjadi
objek penelitian untuk mencari sistim, bentuk dan ukuran yang tepat dalam usaha
mendapatkan effisiensi turbin yang maksimum.
1.3.3
mengubah tekanan bersamaan dengan gerak dari turbin tersebut, yang menghasilkan energi.
Inletnya berbentuk spiral. Guide Vane membawa air secara tangensia menuju
runner. Aliran radial ini bekerja pada runner vanes, menyebabkan runner berputar. Guide
vane (atau wicket gate) dapat disesuaikan untuk memberikan operasi turbin yang efisien
untuk berbagai kondisi aliran air.
Turbin Francis bekerja dengan memakai proses tekanan lebih. Pada waktu air
masuk ke roda jalan, sebagian energi tinggi jatuh telah bekerja di dalam sudu pengarah
diubah sebagai kecepatan arus masuk. Sisa energi tinggi jatuh dimanfaatkan atau bekerja di
dalam sudu jalan, dengan adanya pipa isap memungkinkan energi tinggi jatuh bekerja di
sudu jalan semaksimum mungkin.
(Sumber : www.wikipedia.com)
Turbin Francis masih di bagi menjadi 2 yaitu :
a.
keong yang telah diperkuat dengan sudu-sudu penyangga. Di sebelah kanan adalah
daun sudu pengarah atau yang biasanya disebut sebagai sudu pengarah saja. Posisi
membuka atau menutupnya sudu tersebut digerakkan melalui batang penggerak, tuas,
dan cincin pengatur dengan sedikit atau banyaknya air yang akan masuk ke turbin.
Untuk penutupan aliran air yang masuk ke turbin secara tiba-tiba, misalnya pada saat
pengurangan beban generator, supaya tekanan di dalam rumah keong dan di dalam pipa
saluran tidak naik, maka untuk menghindarinya kompensator saluran air dapat terbuka
dalam waktu yang singkat.
b.
tekannya ditumpu oleh suatu konstruksi pendukung tersendiri. Yang terdiri dari
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
beberapa tembereng yang bisa diatur dan menerima beban yang berputar dari roda
jalan, poros, dan rotor generator dan juga menerima beban aksial dari tekanan lebih
yang terdapat pada turbin. Turbin dan generator masing-masing mempunyai bantalan
penghantar.
efisiensi tertinggi yang dapat dicapat, biasanya mencapai lebih dari 90%. Kekurangan dari
Turbin francis ini adalah biaya yang dibutuhkan sangat mahal khususnya dalam proses
desain, manufaktur dan pemasangan, tetapi kelebihannya adalah turbin francis tersebut
dapat beroperasi untuk beberapa decade.
Turbin air memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan.Turbin adalah
salah satu penghasil energi terbersih, menggantikan bahan bakar fosil dan mengurangi
limbah nuklir. Turbin menggunakan sumber energi yang dapat diperbaharui dan di desain
untuk beroperasi lebih dari 10 tahun.
Contoh pemakaian francis turbin dalam kehidupan sehari-hari adalah:
a. Penggunaan Turbin francis di Air terjun Niagara
10
2..n.T
60
dimana :
BHP
11
Vj
Ij
BHP
WHP
x 100 %
Pel
x 100 %
WHP
G =
Pel
X 100 %
BHP
12
1.3.7
Segitiga Kecepatan
Absolute Velocity
Relative Velocity
Blade Angle
Attack Angle
Runner Velocity
1 st
Quad
2nd
Quad
3ed
Quad
4th
Quad
V1
v1
1
1
1
V21
v21
21
21
21
V11
v11
11
11
11
V1
v1
1
1
1
Kecepatan air pada waktu memasuki daun baling-baling merupakan tangent yang
cukup besar terhadap ujung luar sudu pengatur. Kecepatan di ujung pemasukan daun
13
baling-baling runner adalah u = .r1 dimana adalah kecepatan sudut putaran runner
dalam radian per detik. Kecepatan air relatif terhadap daun baling-baling, vt bersifat
tangensial terhadap daun baling-baling itu dan diagram vector, komponen V, yang
tangensial terhadap runner di sisi masuk adalah
Vr l = r 1 + Vr1 cot 1 ................................................(2.1)
Dimana Vrl adalah komponen radial dari V pada sisi luar berlaku,
Vr2 = r 2 + Vr2 cot 2 ............................................... ( 2 . 2 )
Dengan anggapan bahwa gaya yang bekerja pada semua daun baling-baling adalah besar,
maka torsi T yang bekerja pada runner akibat aliran air adalah
T = pQ (Vt1 r1 Vt 2 r2 ) ................................................. (2.3)
Dimana Q adalah debit keseluruhan yang melalui turbin. Oleh karenanya, daya N yang
disalurkan oleh air ke turbin adalah
N = T = Q(Vt1r1 Vt 2 r2 ) ..................................
(2.4)
1.4
5
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
14
14
10
8
Gambar 1.14 Mesin Uji Turbin Francis secara Keseluruhan
15
11
13
12
Gambar 1.15 Bagian Bagian Alat Uji Turbin Francis
15
15
Gambar 1.16 Pulse meter
16
Gambar 1.17 V-Notch
Nama bagian-bagian mesin percobaan :
1.Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanis
2.Generator
Berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik
3.Pengatur bukaan
Berfungsi untuk mengatur besar sudut bukaan pada sudu pengarah .
4.Electronic charging scale
Berfungsi untuk mengukur gaya yang diakibatkan oleh pembebanan pada
Turbin.
5.lampu / beban
Berfungsi sebagai hambatan listrik.
16
6.Ampermeter
Berfungsi untuk mengukur besarnya arus yang dihasilkan oleh generator dengan
adanya variasi hambatan berupa lampu listrik.
7.Voltmeter
Berfungsi untuk mengukur besarnya tegangan yang dihasilkan oleh generator
dengan adanya variasi hambatan berupa lampu listrik.
8.Katub Discharge
Berfungsi untuk mengatur laju aliran yang akan masuk keturbin.
9.Pompa
Berfungsi untuk merubah tekanan pada air menjadi kecepatan sehingga
menghasilkan aliran air untuk dipindahkan ke atas sehingga menimbulkan energy
potensial sebagai pengganti air terjun pada PLTA.
10.
Sigh Glass
Berfungsi untuk mengukur ketinggian air terhadap weir.
11.
12.
Turbin Inlet
Berfungsi untuk menunjukkan besarnya Head masukan turbin.
13.
Saklar Motor
Berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan arus dan tegangan.
14.
16.
V-notch
V-notch/ Weir digunakan untuk mengontrol laju aliran air, sehingga debit air
17
1.5
Prosedur Pengujian
1.5.1
Pengukuran Torsi
Untuk memberi beban sekaligus mengukur besarnya beban tersebut pada poros
Rangkaian Beban
V
m
indeks massa
A
rotor
untuk mengukur suction head pompa, discharge head pompa dan turbin inlet head.
Manometer ini menggunakan tabung bourdon sebagai peralatan utama. Untuk
penelitian kali ini hanya pengukuran head Turbin Inlet yang digunakan.
18
1.5.3
Pengukuran Debit
Pembacaan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir pada Sistem ini
menggunakan "V" notch/ gerbang ''V". Dengan membaca ketinggian air yang mengalir
melalui gerbang dapat dibaca melalui sight gelas. Kemudian dengan menggunakan
gambar lampiran dapat kita ketahui besarnya debit dalam m3/menit.
1.5.4
Pengukuran Kecepatan
Untuk mengukur besarnya kecepatan tinggal menghubungkan pulsemeter,
Prosedur pengujian
Prosedur pengujian dalam praktikum Turbin Francis adalah sebagai berikut :
1. Menghidupkan saklar utama
2. Menghidupkan saklar motor
3. Mengatur bukaan sudu pengarah
4. Mengatur head masukan turbin
5. Menyalakan saklar pembebanan untuk masing-masing variasi jumlah lampu.
6. menstabilkan head masukan turbin
7. Mencatat besarnya tegangan listrik, gaya/pembebanan, tinggi air reservoir,
kuat arus, putaran mesin.
8. Melakukan pencatatan untuk variasi head masukan turbin (3, 4 dan 5) dan
variasi banyaknya lampu yang dinyalakan (5, 4, 3, 2, 1 dan 0)
9. Mematikan saklar pembebanan dan kurangi kecepatan putaran pompa
kemudian atur bukaan sudu pengarah. Ulangi prosedur 1 s.d. 8 di atas untuk
variasi bukaan sudu pengarah 100%, 75%, dan 50%.
10. Mematikan peralatan.
11. Menulis laporan sementara.
19
1.7
untuk beroperasi di bawah suatu jaringan tinggi tekan dari 150 m. Keluaran yang
diharapkan tiap turbin adalah 175 MW dan kecepatan serasi dari generator adalah 136,4
rpm. Model-model studi menyatakan efisiensi keseluruhan 91,5% dan efisiensi bentuk yang
asli adalah 0,5% lebih tinggi. Efisiensi hidrolik diperkirakan sebesar 96%. Hitung
kecepatan spesifik dan debit pada mesin. Juga tentukan nilai-nilai yang cocok adi sudut
keluaran dari baling-baling pengarah, sudut baling-baling, garis tengah masukan dari
keluaran dari roda dan dari roda pada pintu pemasukan. Buatlah asumsi yang sesuai.
Penyelesaian
N P
Kecepatan spesifik Ns =
P =
175 10 6
= 23 ,8 10 4 tk
735 ,5
136 ,4 23,8 10 4
Jadi Ns =
(150 ) 4
Ns = 127
Ini adalah suatu turbin gerak lambat
P
Sekarang :
o =
wQh
75
75 P
Q = o
1
wh
75 23 ,8 10 4
0,92
=
)
= 129 m3/d
20
Jadi u1
= 0,65
2 gh
= 0,65
D1 N
lagi u1 =
60
u1
2 gh
menjadi 0,65
(19 ,8)(150 )
= 35,3 m/d
60 ( 35 ,3)
atau D1 = (136 ,4 ) = 4,95 m
Perkiraan :
Sekarang,
Dimana k adalah faktor penghitung mengenai ketebalan bilah. Untuk penggerak berukuran
lebar, k adalah antara 95 dan 97%. Perkiraan katupnya 0,97
Maka
Vu2 = 0
21
Vu 1 ( 35 ,3)
h = 9,8(150 )
Kecepatan pusaran
Vu1
= 40 m/d
Segitiga kecepatan masuk. Karena Vu1, u1 , dan Vm1, sudah diketahui, kecepatan masuk
dapat ditarik dan sudut-sudutnya bisa diukur,
Vm 1
8,62
Vu
1
Juga tan 1 =
= 42 = 12o9
Dan tan 1
Vm 1
8,62
Vu
u
1
1 = 4,7
=
= 61o24
Sudut keceptan keluar. Karena Vu2 =0, itulah segitiga siku-siku yang benar.
Perkiraan:
u2
u1
= 0,5
u2 = 17,65 m/d
tan 2
8,62
= 17 ,65 = 0,487
= 26o
(Referensi : http://wawan.co.cc/umum.turbine-solution)
1.8
1.8.1
Data Praktikum
22
H
m.H2O
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
h
mm
58
60
60
60
60
60
58
61
62
62
62
63
59
60
63
64
64
64
n
rpm
1340
1115
1010
900
860
800
1650
1550
1490
1480
1460
1400
1880
1820
1760
1730
1720
1700
F
N
0.18
0.39
0.59
0.63
0.61
0.61
0.10
0.39
0.53
0.57
0.63
0.78
0.15
0.47
0.59
0.71
0.74
0.77
V
volt
7.80
3.80
2.60
1.45
0.80
0.55
9.10
5.50
3.85
2.40
1.86
1.40
10.40
6.95
4.60
3.55
2.45
1.85
I
ampere
0.01
1.55
2.60
3.00
3.10
3.15
0.01
1.85
3.10
3.65
4.35
4.80
0.01
2.00
3.35
4.35
4.85
5.40
Jumlah
23
m.H2O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Lampu
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
mm
52
55
55
55
55
55
51
55
56
57
58
58
53
58
59
59
59
60
rpm
1230
1045
920
840
775
730
1555
1430
1370
1280
1275
1250
1810
1720
1695
1690
1680
1660
N
0.49
0.71
0.78
0.79
0.81
0.83
0.41
0.63
0.78
0.92
0.98
1.02
0.39
0.65
0.78
0.84
0.90
0.94
volt
6.80
3.31
1.85
0.95
0.56
0.42
7.92
4.60
3.00
2.00
1.44
1.09
9.03
5.30
3.54
2.65
1.93
1.44
ampere
0.01
1.43
2.25
2.60
2.70
2.80
0.01
1.70
2.75
3.40
3.90
4.35
0.01
1.48
3.00
3.85
4.36
4.80
Jumlah
24
m.H2O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1.8.2
Lampu
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
mm
47
49
49
49
49
49
49
50
51
51
51
51
48
50
52
53
54
55
rpm
1050
680
530
495
480
460
1350
1200
1020
950
905
900
1660
1495
1415
1320
1236
1228
N
0.16
0.35
0.47
0.51
0.52
0.58
0.16
0.37
0.55
0.63
0.67
0.69
0.18
0.41
0.55
0.63
0.80
0.82
volt
6.25
1.99
0.65
0.35
0.27
0.23
7.44
3.70
2.27
1.31
0.91
0.65
8.80
4.83
3.34
2.23
1.68
1.21
ampere
0.01
1.13
1.51
1.61
1.72
1.84
0.01
1.55
2.49
2.90
3.30
3.51
0.01
1.72
2.86
3.60
4.15
4.54
Perhitungan Ralat
Contoh Perhitungan Ralat
Data yang digunakan sebagai contoh perhitungan ralat adalah sebagai berikut:
Data pada bukaan 100%, H = 3 mH2O, dengan jumlah lampu = 5
Ralat putaran
= 800 rpm
= 0.5
Ralat Nisbi
Keseksamaan
Ralat Ketinggian
= 60
h=
0.5
Ralat Nisbi
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
25
Keseksamaan
Ralat Gaya
F = 0,61
= 0.005
Bukaan
%
100
H
Jumlah
m.H2O Lampu
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
n
rpm
1340
1115
1010
900
860
800
n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Bukaan
%
100
H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
n
rpm
1650
1550
1490
1480
1460
1400
n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Bukaan
%
100
H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
n
rpm
1880
1820
1760
n
rpm
0.5
0.5
0.5
26
4
5
6
5
5
5
3
4
5
1730
1720
1700
0.5
0.5
0.5
0.03
0.03
0.03
99.97
99.97
99.97
Bukaan
%
75
H
Jumlah
m.H2O Lampu
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
n
rpm
1230
1045
920
840
775
730
n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Bukaan
%
75
H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
n
rpm
1555
1430
1370
1280
1275
1250
n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Bukaan
%
75
H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
n
rpm
1810
1720
1695
1690
n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
27
5
6
5
5
4
5
1680
1660
0.5
0.5
0.03
0.03
99.97
99.97
Bukaan
%
75
H
Jumlah
m.H2O Lampu
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
n
rpm
1050
680
530
495
480
460
n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Bukaan
%
75
H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
n
rpm
1350
1200
1020
950
905
900
n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Bukaan
%
75
H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
n
rpm
1660
1495
1415
1320
1236
n
rpm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
28
1228
0.5
0.04
99.96
b. Ralat ketinggian
Tabel 1.14 Ralat ketinggian Bukaan 100%, H = 3 m.H2O
No.
1
2
3
4
5
6
Bukaan
%
100
H
m.H2O
3
3
3
3
3
3
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
58
60
60
60
60
60
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.86
99.14
0.83
99.17
0.83
99.17
0.83
99.17
0.83
99.17
0.83
99.17
Bukaan
%
100
H
m.H2O
4
4
4
4
4
4
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
58
61
62
62
62
63
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.86
99.14
0.82
99.18
0.81
99.19
0.81
99.19
0.81
99.19
0.79
99.21
Bukaan
%
100
H
m.H2O
5
5
5
5
5
5
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
59
60
63
64
64
64
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.85
99.15
0.83
99.17
0.79
99.21
0.78
99.22
0.78
99.22
0.78
99.22
29
Bukaan
%
75
H
m.H2O
3
3
3
3
3
3
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
52
55
55
55
55
55
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.96
99.04
0.91
99.09
0.91
99.09
0.91
99.09
0.91
99.09
0.91
99.09
Bukaan
%
75
H
m.H2O
4
4
4
4
4
4
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
51
55
56
57
58
58
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.98
99.02
0.91
99.09
0.89
99.11
0.88
99.12
0.86
99.14
0.86
99.14
Bukaan
%
75
H
m.H2O
5
5
5
5
5
5
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
53
58
59
59
59
60
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
0.94
99.06
0.86
99.14
0.85
99.15
0.85
99.15
0.85
99.15
0.83
99.17
30
Bukaan
%
50
H
m.H2O
3
3
3
3
3
3
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
47
49
49
49
49
49
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.06
98.94
1.02
98.98
1.02
98.98
1.02
98.98
1.02
98.98
1.02
98.98
Bukaan
%
50
H
m.H2O
4
4
4
4
4
4
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
49
50
51
51
51
51
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.02
98.98
1.00
99.00
0.98
99.02
0.98
99.02
0.98
99.02
0.98
99.02
Bukaan
%
50
H
m.H2O
5
5
5
5
5
5
Jumlah
Lampu
0
1
2
3
4
5
h
mm
48
50
52
53
54
55
h
mm
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.04
98.96
1.00
99.00
0.96
99.04
0.94
99.06
0.93
99.07
0.91
99.09
c. Ralat Gaya
31
Bukaan
%
100
H
Jumlah
m.H2O Lampu
3
0
3
1
3
2
3
3
3
4
3
5
F
N
0.18
0.39
0.59
0.63
0.61
0.61
F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
2.83
97.17
1.27
98.73
0.85
99.15
0.80
99.20
0.82
99.18
0.82
99.18
Bukaan
%
100
H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
F
N
0.10
0.39
0.53
0.57
0.63
0.78
F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
5.10
94.90
1.27
98.73
0.94
99.06
0.88
99.12
0.80
99.20
0.64
99.36
Bukaan
%
100
H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5
F
N
0.15
0.47
0.59
0.71
0.74
0.77
F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
3.40
96.60
1.06
98.94
0.85
99.15
0.71
99.29
0.68
99.32
0.65
99.35
Bukaan
Jumlah
Ralat nisbi
Keseksamaan
32
%
1
2
3
4
5
6
75
m.H2O
3
3
3
3
3
3
Lampu
0
1
2
3
4
5
N
0.49
0.71
0.78
0.79
0.81
0.83
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
%
1.02
0.71
0.64
0.63
0.61
0.60
98.98
99.29
99.36
99.37
99.39
99.40
Bukaan
%
75
Jumlah
H
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
F
N
0.41
0.63
0.78
0.92
0.98
1.02
F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.21
98.79
0.80
99.20
0.64
99.36
0.54
99.46
0.51
99.49
0.49
99.51
Bukaan
%
75
H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5
F
N
0.39
0.65
0.78
0.84
0.90
0.94
F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
1.27
98.73
0.77
99.23
0.64
99.36
0.59
99.41
0.55
99.45
0.53
99.47
Bukaan
%
H
Jumlah
m.H2O Lampu
F
N
F
N
Ralat nisbi
%
Keseksamaan
%
33
1
2
3
4
5
6
50
3
3
3
3
3
3
0
1
2
3
4
5
0.16
0.35
0.47
0.51
0.52
0.58
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
3.19
1.42
1.06
0.98
0.96
0.86
96.81
98.58
98.94
99.02
99.04
99.14
Bukaan
%
50
H
Jumlah
m.H2O Lampu
4
0
4
1
4
2
4
3
4
4
4
5
F
N
0.16
0.37
0.55
0.63
0.67
0.69
F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
3.19
96.81
1.34
98.66
0.91
99.09
0.80
99.20
0.75
99.25
0.73
99.27
1.8.3
Bukaan
%
50
H
Jumlah
m.H2O Lampu
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
5
5
F
N
0.18
0.41
0.55
0.63
0.80
0.82
F
N
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
0.005
Ralat nisbi
Keseksamaan
%
%
2.83
97.17
1.21
98.79
0.91
99.09
0.80
99.20
0.62
99.38
0.61
99.39
Analisa
Data yang digunakan dalam analisa mengambil 1 sampel data yaitu data pada
34
y = Q (m3/menit)
x = h (mm)
Maka untuk h = 60 mm
Q = 7 . 10-6 . (60)2.2702 . (1/60)
Q = 0.00127 m3/s
c. Daya air (WHP)
Daya Air (WHP)
WHP = .g.Q.H
Dimana :
= 1000 kg/m3
g = 9,81 m/s2
Q = 0,00127 m3/s
H = 3 mH2O
Sehingga,
35
kg
m
m3
.
9
,
81
.
0
,
00127
.4 m
s
m3
s2
WHP = 1000
F = 0,61 N
r = 32 cm = 0,32 m
maka,
2..n.T
60
= 16.3 Watt
BHP
WHP
16 .3
x 100%
37 .3683
x 100 %
= 43.61 %
36
Pel
x 100 %
WHP
1.733
x 100%
37 .368
= 4.64 %
i. Efisiensi generator (G)
G
Pel
X 100 %
BHP
1.733
x 100%
16 .3
= 10.63 %
37
58
60
60
n
rp
m
134
0
111
5
101
0
60
900
60
860
60
58
61
62
10
62
11
62
12
63
800
165
0
155
0
149
0
148
0
146
0
140
0
188
No.
Bukaan
m.H2O
100
h
Jumlah
Lampu mm
WHP
Torsi
volt
m3/s
Watt
Nm
0.18
7.80
0.01
0.00118
34.60
0.057
0.39
3.80
1.55
0.00127
37.37
0.126
0.59
2.60
2.60
0.00127
37.37
0.188
0.63
0.6
1
1.45
0.80
3.00
3.1
0
0.00127
0.001
27
37.37
37.3
7
0.201
0.19
5
0.61
0.55
3.15
0.00127
37.37
0.195
0.10
9.10
0.01
0.00118
46.13
0.031
0.39
5.50
1.85
0.00132
51.73
0.126
0.53
3.85
3.10
0.00137
53.67
0.170
0.57
2.40
3.65
0.00137
53.67
0.182
0.63
0.7
8
1.86
4.35
4.8
0
0.00137
0.001
42
53.67
55.6
6
0.201
0.25
1
1.40
10.4
BH
P
Wat
t
P
EL
Wat
t
7.93
14.6
5
19.9
1
18.9
3
17.5
2
16.3
0
0.08
5.42
20.3
7
26.4
4
28.2
0
30.7
0
36.8
0
0.09
10.1
8
11.9
4
5.89
6.76
4.35
2.48
1.73
8.76
8.09
6.72
%
22.9
1
39.2
2
53.2
8
50.6
5
46.8
8
43.6
1
11.7
5
39.3
8
49.2
5
52.5
5
57.2
0
66.1
2
15.4
0.23
15.7
6
18.0
9
11.6
4
4.64
0.98
40.1
9
33.9
5
22.9
8
14.1
6
10.6
3
0.20
19.6
7
22.2
4
16.3
2
15.0
7
12.0
7
1.68
49.9
5
45.1
5
31.0
6
26.3
5
18.2
6
6.64
38
1.8.4
Gambar 1.20 Grafik Hubungan n-Q pada H=3 mH2O untuk variasi bukaan vane
Pada grafik digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan sudu 75%
dengan warna merah dan bukaan sudu 50% dengan warna merah hijau. Dengan mengetahui
nilai putaran (n) dan debit (Q) maka akan diketahui titik dan korelasinya. Bukaan sudu
100% menghasilkan debit lebih besar dibandingkan dengan bukaan 75% dan 50%.
Dengan bertambah besarnya putaran poros motor, maka tinggi air dalam reservoir
berkurang ketinggiannya (h) sehingga debit yang dihasilkan akan menurun.
Q = 7.10 6.( h )
2 , 2702
1
60
39
Gambar 1.21 Grafik Hubungan n-T pada H = 3 mH2O dengan variasi bukaan vane
Pada grafik hubungan antara putaran dengan torsi digambarkan bukaan sudu
100% dengan warna biru, bukaan 75% dengan warna merah dan bukaan 50% dengan
warna hijau. Dengan mengetahui nilai n dan torsi maka akan diketahui titik dan
korelasinya. Pada bukaan 75% diketahui lebih besar torsinya daripada bukaan 100% dan
50%.
Alasan mengapa pada 75% lebih besar karena adanya kesalahan dalam
pengamatan data dan kemungkinan terjadinya error pada alat ukur.
Semakin kecil putaran poros maka gaya yang dihasilkan makin rendah maka torsi
pun ikut menurun. Sebab torsi dipengaruhi besarnya gaya.
40
Gambar 1.22 Grafik Hubungan n-WHP pada H = 3 m.H2O untuk variasi bukaan vane
Pada grafik hubungan antara putaran dengan daya hidrolisis air (WHP)
digambarkan bukaan sudu 100% dengan warna biru, bukaan sudu 75% dengan warna
merah dan bukaan sudu 50% dengan warna hijau. Seperti halnya pada grafik n-Q,
besarnya WHP dipengaruhi oleh debit (Q).
Dengan semakin besarnya putaran, debit yang dihasilkan akan menurun yang
akan berdampak dengan menurunnya WHP. Dan semakin besar debit maka akan semakin
besar nilai WHP. Pada bukaan 100% akan lebih besar nilai WHP dibanding dengan
bukaan 75% dan 50%.
41
Gambar 1.23 Grafik Hubungan H-t pada Lampu 5 dengan variasi bukaan vane
Pada grafik digambarkan besarnya nilai efisiensi turbin untuk beberapa variasi
bukaan (100%, 75%, 50%) dan beberapa besar head. Nilai efisiensi turbin untuk head 3,
5,dan 6 mH2O dengan variasi bukaan 100% berwarna biru, untuk bukaan 75% berwarna
merah, sedangkan untuk bukaan 50% berwarna hijau. Head dengan besar 4 mH2O
memiliki nilai yang lebih besar dari pada head 4 dan 5 mH2O untuk beberapa variasi
bukaan. Dan bukaan 75% memiliki nilai efisiensi lebih baik
Alasan mengapa pada 75% lebih besar karena adanya kesalahan dalam
pengamatan data dan kemungkinan terjadinya error pada alat ukur.
Dengan semakin besarnya head, maka besarnya gaya hidrolisis air (WHP) makin
besar dan efisiensi pun menjadi lebih besar pula.
42
Gambar 1.24 Grafik Hubungan H-t pada Lampu 1 untuk variasi bukaan
Pada grafik digambarkan besarnya nilai efisiensi turbin untuk beberapa variasi
bukaan (100%, 75%, 50%) dan beberapa besar head. Nilai efisiensi turbin untuk head 3, 4
dan 5 mH2O dengan variasi bukaan 100% berwarna biru, untuk bukaan 75% berwarna
merah, sedangkan untuk bukaan 50% berwarna hijau. Head dengan besar 5 mH2O
memiliki nilai yang lebih besar dari pada head 3 dan 5 mH2O untuk beberapa variasi
bukaan. Dan bukaan 75% memiliki nilai efisiensi lebih baik.
Alasan mengapa pada 75% lebih besar karena adanya kesalahan dalam
pengamatan data dan kemungkinan terjadinya error pada alat ukur.
Dengan semakin besarnya head, maka besarnya gaya hidrolisis air (WHP) makin
besar dan efisiensi pun menjadi lebih besar pula.
43
Kesimpulan
a. Persentase vane bukaan 100% akan menghasilkan daya yang lebih besar
dibandingkan dengan persentase vane bukaan 75% dan 50 %
b. Daya yang lebih besar akan menghasilkan torsi yang lebih besar.
44
= 4 mH2O
= 0.00118lt/s
= 0.326 N.m
BHP
= 42.71 watt
Saran
45