Anatomi Tulang
proteoglikan tulang, protein morfogenik tulang, proteolipid tulang dan fosfoprotein tulang.
Remodelling tulang
Suatu proses aktif dan dinamik yang
mengandalkan keseimbangan yang benar antara penyerapan tulang oleh osteoklas(parathyroid hormone), dan deposisi tulang oleh osteoblas(GH)
Osteoporosis
Kelainan yang menyebabkan penurunan massa
tulang yang termineralisasi secara normal akibat ketidakseimbangan antara aktivitas osteoklas dan aktivitas osteoblas. Ditandai dengan nilai bone mineral density (BMD) rendah dan degenerasi mikroarsitektur yang meningkatkan fragilitas dan risiko fraktur.
Epidemiologi
Merupakan penyakit metabolisme tulang yang
terbanyak > 200 juta orang didunia. Diperkirakan 1 dari 2 wanita dan 1 dari 5 pria berusia diatas 50 tahun pernah mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Female : male = 4:1
tulang, menurunkan kadar dan aktivitas hormon estrogen, kalsium, dan vitamin D dalam tubuh.
Sex :
Wanita Postmenopause ,riwayat histerektomi
dan oophorectomi Penurunan estrogen penurunan produksi OPG Meningkatkan aktivitas osteoklas Laki laki (hypogonadisme sekunder)androgen rendah
Medikasi
Glukortikoid, heparin, siklosporin dosis tinggi,
methotrexat dan medroxyprogesteron peningkatan resorpsi tulang. Steroid penekanan osteblas sehingga meghambat pembentukan tulang baru.
Penyakit
tulang (resorbsi > deposisi) Hiperparatiroid mobilisasi kalsium dan fosfat dari tulang meningkat Defisiensi vit D absorbsi kalsium menurun PTH meningkat
Klasifikasi
Osteoporosis tipe I Senile Osteoporosis (II) Juvenile Osteoporosis (III) Sekunder Penyakit, obat-obatan, gaya hidup
Primer
General
Osteoporosis
Lokal
Disuse osteoporosis
Patogenesis (primer)
Aktivitas osteoklas meningkat (Sel T, IL1, IL6, TNF )
Sel T induksi apoptosis prematur dan hambat diferensiasi osteoblas (IL7) Estrogen Rendah Menopause Kalsium plasma menurun PTH meningkat Menurunkan OPG Meningkatkan aktivitas RANK-RANK Ligand
Aktifitas fisik
Kekuatan mekanik menstimulasi remodeling tulang
Penuaan
Penurunan progressive supply osteoblast yang
dibutuhkan oleh tubuh. Wanita 30-40% tulang korteks, dan 50% tulang trabekula Pria 15-20% tulang korteks, dan 25-30% tulang trabekula.
Meningkatkan resorbsi kalsium dari tulang, menurunkan ekskresi kalsium oleh ginjal, dan meningkatkan produksi 1,25-dihidroksivitamin D (1,25[OH]2 D)
Osteoporotic fracture
2 mekanisme :
High energy trauma Low energy trauma.
trauma. Tulang yang sering mengalami fraktur adalah collum femur, vertebra, dan radius distal.
Gambaran klinis
Fraktur pada vertebra, pergelangan tangan,
tulang belakang (kifosis anguler yang dapat menekan medulla spinalis) dan akhirnya menyebabkan paraparesis
Diagnosa
Anamnesa PF Radiologi
Anamnesa
Tinggi badan yang semakin menurun.
reproduksi. Apakah sering beraktivitas di luar rumah, sering mendapat paparan matahari cukup. Asupan kalsium Merokok, minum alkohol. Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan fisik
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada
setiap penderita osteoporosis. Gaya berjalan , deformitas tulang, nyeri spinal. Kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.
Pemeriksaan radiologis
Penipisan korteks
tahun Pasien postmenopause dengan usia lebih rendah atau pria berusia 50-70 tahun dengan factor resiko terjadinya patah tulang Wanita perimenopause yang memiliki factor resiko terjadinya osteoporosis (berat badan rendah, medikasi) Orang dewasa dengan fragility fracture Orang dewasa dengan kondisi yang berkaitan dengan rendahnya massa tulang (rheumatoid arthritis) Orang dewasa yang menjalani pengobatan dengan obat-obatan yang dapat menurunkan massa tulang (misalnya, glucocorticoid, prednisone 5mg per hari) Menilai respon pengobatan osteoporosis
Teknik pemeriksaan :
Single energy X-Ray Absorpsiometry Quantitative Ultrasonography Quantitative computed tomography Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA)
T score
Densitas massa tulang berhubungan dengan
Kekuatan tulang dan resiko fraktur untuk menilai hasil pemeriksaan densitometri tulang (WHO)
Z score
Perbandingan antara densitas tulang seseorang
dengan nilai rata rata dari orang yang berumur dan berjenis kelamin sama.
Penatalaksanaan
Tujuan :
Pencegahan fraktur, Stabilisasi atau pencapaian peningkatan massa
tulang, Pengurangan gejala fraktur dan deformitas skeletal Maksimalisasi fungsi fisik
Terapi pencegahan :
Intake nutrisi yang baik (kalsium dan vit D) Paparan sinar matahari Aktivitas fisik Gaya hidup sehat