Systemic Inflammatory Response Syndrome: Continuing Medical Education
Systemic Inflammatory Response Syndrome: Continuing Medical Education
1
Prevalensi SIRS (systemic infammatory response
syndrome) sangat tinggi, mencakup sepertiga
dari total pasien rawat inap dan >50% dari
seluruh pasien ICU (intensive care unit). Pada
ICU bedah, SIRS dapat mencakup >80%
pasien. Pasien trauma memiliki risiko tinggi
dan sebagian besar tidak terdokumentasi
memiliki infeksi. Prevalensi infeksi meningkat
seiring dengan jumlah kriteria SIRS yang
dipenuhi dan dengan peningkatan derajat
keparahan gejala sepsis. Sepertiga pasien SIRS
mengalami atau akan beralih ke sepsis.
Sepsis derajat berat dan syok sepsis terjadi
pada 2-3% pasien rawat inap dan 10-15%
atau lebih pada pasien ICU, serta 25% pasien
dengan sepsis derajat berat mengalami
syok septik. Mortalitas sebanding pada
setiap derajat sepsis dan gejala sepsis secara
bermakna memiliki dampak jangka panjang,
yaitu 50% penurunan harapan hidup dalam
lima tahun ke depan.
DEFINISI
SIRS (Systemic Infammatory Response
Syndrome) adalah respons klinis terhadap
rangsangan (insult) spesifk dan nonspesifk.
Dikatakan SIRS apabila terdapat 2 atau lebih
dari 4 variabel berikut
2
:
1. Suhu lebih dari 38
o
C atau kurang dari
36
o
C.
2. Denyut jantung lebih dari 90 x/menit.
3. Frekuensi napas lebih dari 20 x/menit
atau tekanan parsial karbon dioksida (PaCO
2
)
kurang dari 32 mmHg.
4. Leukosit >12.000/L atau <4.000/L atau
>10% bentuk imatur.
FAKTOR PREDISPOSISI
3
Infeksi: saluran napas, urogenital, kulit dan
jaringan lunak, selanjutnya disebut sepsis
Imunitas terganggu: keganasan, terapi
radiasi, terapi hormonal
Prosedur invasif: tindakan pembedahan,
kateter urin, jalur intravena (IV).
PATOGENESIS
3-6
Sebagai respons terhadap insult, tubuh akan
menghasilkan:
Sitokin (tumor necrosis factor- [TNF-],
interleukin).
Substansi vasodilator (nitric oxide [NO],
prostaglandin E
2
, prostasiklin).
Makrofag jaringan, monosit, sel mastosit, sel
platelet, dan sel endotel akan memproduksi
sitokin. TNF- dan interleukin 1 (IL-1) pertama
kali dilepas dan memulai beberapa kaskade.
Terlepasnya IL-1 dan TNF- (atau adanya
endotoksin atau eksotoksin) menyebabkan
pembelahan nuclear factor-kB (NF-kB)
inhibitor. NF-kB akan memicu produksi
messenger ribonucleic acid (mRNA), yang akan
menginduksi produksi sitokin proinfamasi
lain (Gambar 1).
IL-6, IL-8, dan interferon gamma (IFN-) adalah
mediator proinfamasi primer yang dipicu
oleh NF-kB. Percobaan in-vitro menunjukkan
Akreditasi IDI 3 SKP
Systemic Inflammatory Response Syndrome
Ery Leksana
SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif,
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / RSUP dr. Kariadi, Semarang, Indonesia
ABSTRAK
Prevalensi SIRS (systemic infammatory response syndrome) sangat tinggi, mencakup sepertiga dari total pasien rawat inap dan >50% dari seluruh
pasien ICU (intensive care unit). SIRS adalah respons klinis terhadap rangsangan (insult) spesifk dan nonspesifk. Patogenesis SIRS sebagai respons
terhadap insult adalah tubuh akan menghasilkan sitokin proinfamasi dan substansi vasodilator. Kebocoran kapiler sistemik merupakan tanda
awal infamasi setelah cedera dan secara proporsional menunjukkan insult severity.
Kata kunci: SIRS, vasodilator, kebocoran kapiler sistemik
ABSTRACT
The prevalence of SIRS (systemic infammatory response syndrome) is very high, it accounts for one third in-patients and more than 50% in the
ICU (intensive care unit). SIRS is defned as a clinical response to a specifc or non-specifc insult. The pathogenesis of SIRS is the production of
pro-infammatory cytokines and vasodilator substances. Systemic capillary leakage is an initial sign of infammation after injury and proportion-
ally shows the severity of insults. Ery Leksana. Systemic Infammatory Response Syndrome.
Key words: SIRS, vasodilator, systemic capillary leakage
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
7
CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013
Alamat korespondensi email: eryleksana@yahoo.com
8
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-200/ vol. 40 no. 1, th. 2013
bahwa glukokortikoid berfungsi menghambat
NF-kB. TNF- dan IL-1 akan terlepas dalam
jumlah besar dalam 1 jam pasca-insult dan
menyebabkan reaksi lokal dan sistemik.
TNF- dan IL-1 berperan terhadap demam
dan pelepasan hormon stres (norepinefrin,
vasopresin, aktivasi sistem renin-angiotensin-
aldosteron). Interleukin proinfamasi
mempunyai fungsi lain terhadap jaringan
atau bekerja melalui mediator sekunder
untuk mengaktifkan kaskade koagulasi dan
kaskade komplemen serta pelepasan NO,
platelet-activating factor, prostaglandin, dan
leukotrien.
Sejumlah polipeptida proinfamasi ditemukan
dalam kaskade komplemen. Protein
komplemen C3a dan C5a akan menyebabkan
pelepasan sitokin tambahan, menyebabkan
vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas
vaskuler. Prostaglandin dan leukotrien
menyebabkan kerusakan endotelial sehingga
akan terjadi multiple organ failure (MOF)
(Skema 1).
KEBOCORAN KAPILER SISTEMIK
8
Kebocoran kapiler sistemik (systemic capillary
leakage) merupakan tanda awal infamasi
setelah cedera dan secara proporsional
menunjukkan insult severity. Reaksi kaskade
infamasi, termasuk berbagai mediator,
dijumpai pada SIRS, seperti macrophage
infammatory protein-2 (MIP-2) dan
intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1).
Hal ini menginduksi terjadinya peningkatan
kebocoran kapiler, mengakibatkan terjadinya
akumulasi cairan interstisial, hilangnya protein,
dan edema jaringan.
Dilepaskannya sitokin IL -1 dan TNF-, serta
sel mastosit menyebabkan perubahan pada
endotel pembuluh darah, sehingga endotel
menjadi berkontraksi. Hal ini mengakibatkan
peregangan sel-sel endotel (Gambar 2).
Selanjutnya, neutrofl di dalam pembuluh
darah akan keluar melalui endotel yang
berkontraksi melalui beberapa mekanisme:
(1) leukositosis (neutrofl masuk ke peredaran
darah), (2) margination (neutrofl menempel
pada endotel pembuluh darah), (3) diapedesis
(neutrofl mengalami penciutan dan terdorong
keluar dari pembuluh darah ke jaringan), (4)
kemotaksis (pergerakan neutrofl mengikuti
rangsangan kimia) (lihat Gambar 3 dan 4).
Selain itu, insult juga akan mengaktivasi
limfosit dalam darah. Permukaan limfosit
mengandung LFA-I (leukocyte function-
associated antigen I) yang akan berikatan
pada ICAM-I (intercellular adhesion molecule I)
yang berada di permukaan endotel, sehingga
limfosit akan memasuki jaringan melalui
endotel yang berkontraksi (Gambar 5).
Tingginya kadar NO yang teridentifkasi
pada SIRS akan meningkatkan vasodilatasi
dan permeabilitas vaskuler. Tonus otot polos
berkurang karena stimulasi NO terhadap
soluble guanylyl cyclase (sGC) dan guanosine
triphosphate (GTP) membentuk cyclic GMP
(guanosine monophosphate) (Skema 2).
NO menurunkan agregasi trombosit dan
menyebabkan inotropik negatif melalui
jalur PAF (platelet-activating factor). Kedua
hal tersebut akan menyebabkan gangguan
hemodinamik. NO juga merupakan radikal
bebas dan bereaksi dengan superoksida
untuk menghasilkan peroksinitrit, molekul
toksik yang dapat menyebabkan cedera
Insult
TNF-
IL-1
Lainnya (sitokin proinfamasi, hormon stres)