Anda di halaman 1dari 9

Bab 2 Persaingan dan Daya Saing Industri

Oleh : Prof. Dr. Rina Indiastuti


Terminologi persaingan adalah suatu konsep yang kerap digunakan dalam ilmu ekonomi untuk
mengerti bagaimana pembentukan harga pasar dan keputusan penetapan harga oleh suatu
perusahaan atau penjual. Pengertian persaingan mengalami perubahan sejalan dengan aplikasi
ilmu ekonomi oleh kalangan perusahaan atau penjual. Pengertian pertama dari persaingan,
seperti yang dijelaskan pada teori klasik, yaitu struktur pasar (market structure) khususnya
pasar persaingan sempurna untuk produk identik (homogin) yang melibatkan banyak penjual
dan banyak pembeli. Shepherd (1997) menyebutkan aplikasi struktur pasar persaingan
sempurna adalah struktur pasar persaingan (competitive market structure) yang memiliki kinerja
pasar yaitu biaya murah (lower costs) dan harga rendah (lower prices).
Sejalan dengan perkembangan jenis barang yang dibutuhkan maka bentuk pasar persaingan
sempurna menjadi sulit ditemukan pada dunia praktek hingga berkembang definisi kedua,
persaingan merupakan suatu proses dinamik yang dilakukan antar perusahaan atau penjual
untuk tujuan memenangkan persaingan dan ekspansi. Praktek strategi yang diaplikasikan yaitu
menurunkan harga (cut prices), mengiklankan barangjasa (advertise), in!estasi untuk "#$,
dan strategi lainnya. Pada definisi kedua ini, persaingan merupakan suatu proses dinamik
dibandingkan suatu kondisi ekuilibrium statik sehingga makna persaingan bukan hanya
menurunkan harga namun men%akup komponen&komponen perilaku besaing (competitive
behavior) yang dilakukan setiap perusahaan yang ingin mampu bersaing di pasar.
Pada teori klasik, aplikasi persaingan dikenali melalui terbentuknya harga pasar keseimbangan
(statik) yang di%apai akibat semua perusahaan atau penjual memiliki perilaku bersaing untuk
menetapkan harga jual merujuk pada harga pasar keseimbangan (lihat gambar 1). 'arga pasar
keseimbangan Pe menjadi a%uan suatu perusahaan dalam menetapkan harga jual. "ujukan
harga keseimbangan sekaligus menjadi rujukan keputusan produksi yang men%apai laba
maksimum.
(ambar 1 Perusahaan pada Struktur Pasar Persaingan Sempurna
"p "p

)
S *+

Pe , p1 P
)+
- $
. /
.% /1
Pasar Suatu perusahaan

1
0ika ada perusahaan yang menjual harga lebih tinggi dari Pe maka pembeli akan beralih ke
perusahaan lain yang mena1arkan harga Pe karena kur!a permintaan sulit berubah.
Perusahaan jika mungkin akan menjual dengan harga lebih rendah dari Pe untuk tujuan
meningkatkan jumlah penjualan. Perusahaan yang memiliki biaya marjinal (*+) dan biaya rata&
rata ()+) lebih rendah dibandingkan pesaing maka akan mampu memperoleh laba per&unit (P&
)+) lebih besar dibandingkan pesaing atau akan mampu menjual lebih banyak pada harga
relati!e murah dibandingkan pesaing. 'arga keseimbangan pasar akan terjaga jika setiap
perusahaan yang mempunyai kesamaan struktur *+ menyesuaikan jumlah produksi untuk
dijual di pasar sebesar /1 pada harga p1 atau dikenal sebagai kondisi perusahaan bekerja
pada kondisi laba maksimum.
Stigler (1927) dan *%3ulty (1945) selanjutnya memberikan kontribusi pada e!olusi pengertian
persaingan. Pada pasar persaingan sempurna tidak diperlukan strategic interaction karena
harga pasar merupakan rujukan untuk kegiatan operasional yang mereka harus lakukan. Pada
pasar persaingan (competitive market), pesaing dan sumberdaya dapat masuk dan keluar
pasar tampa hambatan.
Pada pasar persaingan sempurna, strategi efisiensi untuk menghasilkan produk dengan biaya
relatif murah (lower cost) menjadi strategi yang umum dilakukan oleh perusahaan untuk
bersaing atau merintis ekspansi di dalam jangka panjang. 6ondisi ini yang menjadi elaborasi
definisi pertama konsep persaingan yang menjamin ter1ujudnya efisiensi perusahaan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk mendapatkan laba maksimum. 0ika suatu
perusahaan tidak mampu bekerja efisien sehingga biaya rata&rata diatas Pe maka perusahaan
berpotensi untuk bangkrut atau exit dari pasar. Perusahaan yang mampu efisien di dalam
jangka panjang atau bekerja pada skala ekonomis (economies of scale) akan sekaligus
men%iptakan hambatan (barrier) bagi perusahaan baru (new entrants) untuk masuk pasar.
)sumsi yang digunakan pada kondisi ini adalah sifat produk yang homogin atau standard. $ari
perspektif sosial, akibat yang ditimbulkan dari praktek persaingan pada pasar persaingan
(competitive market) adalah ter1ujudnya efisiensi dengan indikasi harga produk relatif murah
sehingga memun%ulkan kesejahteraan so%ial dengan indikasi diperolehnya surplus konsumen
(consumer surplus) sebesar ),Pe dan surplus produsen (producer surplus) sebesar Pe,-
(lihat (ambar 1).
Perbesaran ukuran pasar untuk produk homogin sulit dilakukan sekalipun produksi sudah
dilakukan efisien. Praktek efisiensi yang dilakukan di dalam jangka panjang yaitu yang
mengarah pada economies of scope melengkapi economies of scale sehingga produk yang
beredar di pasar tetap dengan harga bersaing namun semakin berkualitas dan beragam.
Economies of scope yang dilakukan sejumlah perusahaan akan mampu meningkatkan
permintaan pasar sehingga kondisi keseimbangan berubah dinamis. Pada definisi inilah
persaingan diartikan sebagai suatu proses dinamik merespon terhadap harga pasar yang
mungkin bukan harga keseimbangan (disekuilibrium). Proses dinamik memungkinkan kondisi
yang ter%apai adalah serangkaian kondisi ketidakseimbangan (dynamic disequilibrium). $ari
perspektif bisnis, suatu perusahaan atau penjual akan menerapkan perilaku atau a%tion yang
7
diharapkan berbeda dengan pesaing agar mampu bersaing untuk tujuan mempertahankan atau
meningkatkan pangsa pasar (market share).
-erikut akan diilustrasikan praktek persaingan yang terjadi pada e!olusi produk, misalnya dari
T8 hitam putih menjadi T8 ber1arna. (ambar 1 dimisalkan merupakan praktek persaingan
pasar T8 hitam putih pada periode 1. Persaingan yang tinggi mengakibatkan harga pasar Pe
menjadi rujukan harga para perusahaan dan penjual sekaligus menjamin terjadinya efisiensi di
tingkat perusahaan dan se%ara agregat akan me1ujudkan Pareto optimum di tingkat makro.
Seandainya terjadi perlemahan tingkat persaingan yang ditunjukan dengan peningkatan
dominasi beberapa perusahaan sehingga harga dita1arkan lebih tinggi dari Pe mengakibatkan
terjadinya inefisiensi dan pengurangan surplus produsen akibat pengurangan jumlah produk
yang terjual dan pengurangan surplus konsumen karena harus membayar dengan harga lebih
mahal. 6enaikan harga lebih tinggi dapat dihindarkan pada periode 7 jika sudah diaplikasikan
perbaikan teknologi dalam rangka economies of scale atau yang terjadi adalah penurunan
harga sekaligus peningkatan output. Total surplus yang terjadi pada periode 7 lebih besar
dibandingkan periode 1 akibat penekanan biaya produksi sekaligus peningkatan jumlah
produksi. Penyesuaian yang dilakukan antara periode 1 dan periode 7 men%erminkan terjadinya
efisiensi dinamis (dynamic efficiency).
Praktek efisiensi dinamis yang populer adalah ino!asi produk T8 hitam putih menjadi T8
ber1arna. $iasumsikan *+ perusahaan pada periode 7 sama dengan competitive market
supply pada periode 1. Produksi T8 ber1arna hasil dari economies of scope akan mampu
meningkatkan ukuran pasar dan willingness to pay sehingga kur!a demand bergeser ke kanan.
Peningkatan willingness to pay terjadi akibat kesuksesan pen%apaian efisiensi di le!el industri
dan makro pada periode 1 yang efek tetesnya pada peningkatan daya beli konsumen.
Peningkatan daya beli masyarakat sebagai efek dari ekspansi perusahaan yang direalisasikan
dengan meningkatkan penggunaan input termasuk input tenaga kerja. Peningkatan
penggunaan input se%ara agregat akan menurunkan tingkat pengangguran sekaligus
meningkatkan pendapatan masyarakat dan efeknya pada perbesaran ukuran pasar dan
kesediaan membayar dengan harga lebih tinggi untuk produk yang semakin berkualitas.
Se%ara struktur pasar, aplikasi pasar persaingan sempurna yang terjadi pada periode 1 berubah
menjadi pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market competition) dengan bentuk yang
paling banyak ditemui adalah struktur pasar persaingan monopolistik (dimisalkan terjadi pada
periode 7). Perusahaan yang menghadapi struktur pasar persaingan monopolisti% memiliki
kesempatan efisiensi dan menumbuhkan output melalui praktek economies of scope pada
periode transisi antara periode 1 dan periode 7. Peningkatan ragam produk yang disertai
efisiensi akan meningkatkan surplus masyarakat (social surplus) sekaligus peningkatan
penggunaan input (employment). 9alaupun praktek pasar persaingan monopolistik
memungkinkan mun%ulnya dominasi satu atau beberapa perusahaan namun efek negatif
praktek monopoli berupa welfare loss dapat dikendalikan melalui kebijakan persaingan, seperti
di :ndonesia mempunyai ;; 3o 2 tahun 1999.
<
Perubahan struktur pasar tersebut yang menjadi dasar bah1a praktek persaingan de1asa ini
tidak menerapkan persaingan harga saja, namun menerapkan praktek kualitas persaingan
yang diartikan sebagai usaha untuk memenangkan persaingan dengan menghasilkan produk
lebih berkualitas, dan ino!asi produk baru. Terhadap kondisi ini, pemikiran S%humpeter (1917)
menjadi sangat rele!an karena persaingan dinamik akan memun%ulkan produk baru hasil "#$
dan perbaikan teknologi serta sekaligus akan menyingkirkan produk dan teknologi lama yang
sudah tidak memiliki nilai tambah. 6ualitas persaingan tersebut yang disertai oleh promosi
penjualan akan mengakibatkan harga pasar keseimbangan sebagai hasil interaksi pena1aran
dan permintaan akan menjadi akan sulit ditentukan bahkan perusahaan dominan dapat
mendikte permintaan karena memiliki kekuatan menguasai pasar (market power). Perusahaan
melalui mekanisme persaingan dinamis akan bekerja efisien dan ino!atif untuk menjamin
keunggulan kualitas dan pertumbuhan margin (laba) sehingga perusahaan dan industri mampu
tumbuh progresif di dalam jangka panjang yang selanjutnya memun%ulkan keunggulan bersaing
(competitive advantage), yaitu kemampuan untuk mena1arkan kualitas superior untuk tingkat
harga yang sama, atau mena1arkan kualitas yang sama pada tingkat harga lebih murah.
Pada gambar 7, output industry tumbuh dari .% menjadi .=. 'arga rata&rata pasar 1alaupun
meningkat sebagai konsekuensi dari produk semakin berkualitas dan beragam, namun surplus
konsumen bertambah. Penambahan surplus produsen lebih besar dibandingkan penambahan
surplus konsumen sehingga dapat dimengerti bah1a laba perusahaan juga meningkat.
Perusahaan > yang melakukan perbaikan kualitas dan diferensiasi produk yang menghadapi
pasar persaingan monopolistik dapat sukses men%apai keunggulan bersaing sekaligus
membukukan pertumbuhan laba karena hasil praktek efisiensi sehingga mampu menghasilkan
output lebih banyak (/1) namun juga mampu mena1arkan harganya diba1ah harga rata&rata
pasar (P= ? Pe=).
(ambar 7 6eunggulan -ersaing Perusahaan > pada Pasar Persaingan *onopolistik
"p "p

)
S@*+ *+
Pe=
Pe , $=
)+
- $ *"
. /
.% .= /1 /=
Pasar Suatu perusahaan
Pada pasar persaingan monopolisti% akan menghasilkan kualitas persaingan yang akan
menjadi rujukan penentuan strategi bersaing perusahaan untuk tumbuh di dalam jangka
panjang. Perusahaan yang sukses bersaing di dalam jangka panjang dimungkinkan karena
memiliki kemampuan untuk men%iptakan, menemukan, dan melakukan ino!asi terhadap produk
termasuk perbaikan layanan ke konsumen. 'al ini yang mendorong perusahaan untuk
A
memperhatikan dan mengimplementasikan aspek stratejik dari kegiatan ino!asi berbasis "#$.
Semakin banyak perusahaan melakukan proses dan kegiatan ino!asi maka perusahaan dan
industri akan mengalami pertumbuhan sekaligus daya saing. ,fek makro yang ditimbulkan
adalah pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan.
$ampak sosial dari praktek persaingan adalah bekerjanya perusahaan atau penjual se%ara
efisien sehingga menguntungkan masyarakat. Se%ara teoritis, jika terjadi praktek monopoli
sehingga berpotensi menjadi tidak efisiens maka harus di%egah melalui regulasi. Praktek
persaingan harus dijaga melalui regulasi dan kebijakan persaingan agar perusahaan yang
tumbuh dan sukses dalam ekspansi tidak mengarah pada praktek monopoli. ,sensi proses
persaingan adalah keberlanjutan kreati!itas sekaligus menghindarkan praktek pemupukan
kekuatan penguasaan pasar (monopoli power) yang berlebihan sehingga memun%ulkan
monopolis.
Praktek persaingan dinamis akan menjamin pertumbuhan industry melalui perubahan struktur
industri akibat perubahan output dan harga se%ara endogen dan simultan. Pertumbuhan industri
adalah hasil dari interaksi tiga komponen yaitu teknologi, ukuran pasar dan strategi persaingan.
Teknologi akan menentukan skala ekonomis (economies of scale), skop ekonomis (economies
of scope), rasio biaya transaksi dan biaya produksi dalam rangka men%ari struktur produksi
yang paling efisien. *engingat proses persaingan berjalan melalui creative destruction maka
entry dari perusahaan potensial menjadi sulit dihalangi.
Pada industri apapun, teknologi yang digunakan akan mempengaruhi derajat economies of
scale dan economies of scope. 6emun%ulan beberapa perusahaan dominan mengarah pada
adanya hubungan praktek persaingan monopolistik dan contestable market. Se%ara makro,
mun%ulnya perusahaan dominan namun mampu bekerja dengan low cost menjadi penting
karena memudahkan untuk meningkatkan output industri se%ara progresif seperti %ontoh
perusahaan otomotif 0epang yang lebih efisien dibandingkan perusahaan )merika sehinggi
dinilai sukses pada saat meningkatkan penjualan di berbagai 3egara dunia.
Tentang %ontestability, menurut -aumol, PanBar, and 9illing (1957) dipraktekan dengan
menghindarkan sunk cost dan menjadikan perusahaan mudah melakukan hit-and run entry,
seperti dipraktekan oleh perusahaan baru yang masuk industri penerbangan di :ndonesia saat
ini yang melakukan leasing pesa1at untuk menekan biaya total untuk tujuan penetapan harga
bersaing dan jika perlu harga termurah. Strategi Contestable market diartikan sebagai suatu
praktek persaingan melalui low cost yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang bersaing
ketat satu sama lain sehingga harga yang terbentuk adalah harga bersaing (competitive price).
$ari uraian diatas, praktek persaingan dinamis berpengaruh positif terhadap pertumbuhan daya
saing perusahaan, industry, dan negara. Pertumbuhan dan pembangunan daya saing industri
dijelaskan lebih rin%i oleh Porter (1994) melalui model persaingan seperti pada (ambar 7. )da
A (empat) daya atau fa%tor yang dapat dimiliki dan diakses untuk menentukan derajat
persaingan antar perusahaah di suatu industry, yaitu konsumen, pemasok sumberdaya, %alon
pesaing potensial, dan produk substitusi. Pemanfaatan empat daya atau fa%tor tersebut dan
2
besarnya derajat persaingan antar pesaing akan mempengaruhi besaran laba yang diperoleh di
dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Porter mengungkapkan faktor&faktor tersebut merujuk pada teori mikroekonomi yang
menjelaskan faktor&faktor struktur pasar yaitu jumlah pembeli (konsumen), jumlah dan ukuran
perusahaan atau penjual, sifat produk (identik atau terdeferensiasi), dan hambatan masuk atau
keluar pasar yang merupakan an%aman dari %alon perusahaan baru. $alam teori mikroekonomi,
struktur pasar diklasifikasikan menjadi apakah persaingan sempurna, persaingan monopolistik,
oligopoli, atau monopoli. $apat disimpulkan bah1a model five forces dari Porter dapat pula
digunakan untuk menjelaskan struktur industri yang meliputi struktur pasar dan ketersediaan
(akses) sumberdaya melalui pemasok. Selanjutnya, struktur pasar se%ara konseptual
menentukan karakteristik permintaan dan ketersediaan sumberdaya menentukan karakteristik
pena1aran.

(ambar 1 Penentu Persaingan Suatu :ndustri
Tabel berikut menjelaskan indi%ator pengukuran setiap fa%tor.
3o Caktor Pengertian :ndikator pengukuran
1 )n%aman
dari %alon
perusahaan
baru (new
entrants)
+alon perusahaan
baru merupakan
an%aman jika
memiliki kapasitas,
pangsa pasar, dan
memiliki akses
pada sumberdaya
;kuran asset perusahaan baru
,fisiensi perusahaan baru
Penguasaan sumberdaya khususnya
material, penolong dan %apital
)kses pada jalur distribusi
7 Posisi ta1ar
konsumen
atau
pembeli
(power of
customers)
0umlah !olume pembelian. Semakin besar
!olume pembelian maka kapasitas industri
yang dibutuhkan semakin besar
Sifat produk apakah standard atau sedikit
berbeda
,lastisitas permintaan yang diukur dari
besarnya proporsi pengeluaran konsumen
(proporsi kuantitas yang dibeli dan besarnya
biaya pembelian) untuk produk industri.
Semakin ke%il proporsi maka pembeli tidak
4
akan sensitf terhadap perubahan harga
Tingkat kualitas produk industri
< Posisi ta1ar
pemasok
input
(power of
suppliers)
Tingkat dominasi beberapa pemasok
Posisi ta1ar pemasok (jumlah pemasok
dibandingkan jumlah perusahaan pen%ari
input)
-esarnya switching cost merespon
keleluasaan memilih pemasok
Sifat keterkaitan dan kemitraan pemasok dan
industri pengguna input
A Produk
substitusi
(substitute
products)
*enunjukan
trade-off harga
dan kinerja produk
Perbedaan harga antar produk yang dapat
disubstitusikan
,lastisitas substitusi yang juga dapat
mendeskripsikan market power
Perbedaan manfaat antar produk yang dapat
disubstitusikan
2 6eberadaan
pesaing
Persaingan yang
dilakukan para
pesaing berbentuk
persaingan harga,
introduksi produk
dan iklan.
0umlah pesaing dan konsentrasi pasar
Pertumbuhan industri
Tingkat diferensiasi produk
Tingkat switching cost
-esarnya fixed cost untuk produksi
Tingkat utilitas kapasitas
Tingkat hambatan (barrier) keluar pasar
8ariasi strategi yang dilakukan pesaing
Sebagai penutup, praktek persaingan dinamik mutlak dibutuhkan oleh suatu perekonomian
yang mengalami pertumbuhan daya beli atau perbesaran ukuran pasar karena praktek
persaingan dinamik akan mendorong pertumbuhan output industri dan pertumbuhan daya
saing industri. Praktek persaingan dinamik berbasis ino!asi akan mendorong perusahaan dan
industri bekerja lebih efisien saat meningkatkan jumlah output produksi dan memperbesar
ukuran pasar. ,fek makro keuntungan persaingan dinamik adalah peningkatan surplus so%ial
(konsumen plus produsen). 'asil penelitian +uilenburd and Slaa (1992) menunjukan ada
korelasi positif antara persaingan dan ino!asi untuk industry telekomunikasi menggunakan data
3egara&negara D,+$. ;ntuk mempromosikan ino!asi, tingkat perkembangan ekonomi suatu
3egara menjadi mediasi penting, atau diartikan sebagai penjamin terjadinya persaingan
dinamik. $i lain pihak, jika persaingan dipraktekan tidak dinamik karena tidak kondusifnya
perekonomian suatu 3egara atau dikatakan masih bersifat statik maka perusahaan akan
mengalami inefisiensi sehingga mengalami penurunan daya saing relatif terhadap pesaing.
:mplikasinya bagi 3egara yang men%atat perkembangan kondisi ekonomi maka se%ara teoritis
akan kondusif untuk mendorong praktek efisiensi dinamis. 0ikapun praktek efisiensi dinamis
sulit diimplementasikan maka banyak perusahaan di suatu 3egara akan mengalami penurunan
daya saing maka industri tersebut akan kalah bersaing dengan industry dari 3egara lain yang
mempraktekan persaingan dinamik.
7
6onsep pengukuran tingkat persaingan dari 1aktu ke 1aktu 1alaupun tidak akurat dilakukan
namun ada beberapa pendekatan yang telah diaplikasikan.Pertama, ukuran +"A (four largest
firm ratio) dan ukuran '': ('erfindahl and 'irs%hman :ndeE). ;kuran ini dikembangkan atas
rujukan bah1a persaingan pasar akan didominasi oleh beberapa perusahaan jika terjadi
konsentrasi pada beberapa perusahaan yang memiliki kekuatan menguasai pasar. Perhitungan
'': menggunakan rumusF
100 ). (
1
2

=
=
n
i
i
MS HHI (1)
$imana *Si adalah pangsa pasar setiap perusahaan. )ngka '': maksimum adalah 1G.GGG
(kuadrat dari 1GG). )ngka '': mendekati 1G.GGG mengindikasikan ada konsentrasi kekuatan
pasar pada beberapa perusahaan, dan sebaliknya jika mendekati 1 mengindikasikan praktek
persaingan yang ketat.
Pengukuran tingkat persaingan kedua adalah indeks efisiensi yang lebih aplikatif untuk
mengukur persaingan dinamik, dengan rumusF

= =
=
m
t
t i
n
i
t i t c
R MS CI
1
2
,
1
, ,
100 ). ( (7)
$imana +:%,t adalah indek persaingan pasar produk % pada periode t, *Sit adalah pangsa pasar
perusahaan i periode t, ":t adalah tingkat perubahan pangsa pasar perusahaan i periode t
dibandingkan periode t&1. :ndikator pangsa pasar yang diukur menggunakan besaran omset
atau re!enue dapat diganti pula oleh besaran laba. 0ika terjadi perubahan angka +:%,t
mengindikasikan persaingan dinamik. -agi regulator, signal persaingan dinamik dapat
digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan persaingan.
:nformasi mengenai tingkat persaingan (degree of competition) suatu industri tertentu berguna
sebagai dasar keputusan %ondu%t dan strategi bersaing perusahaan pada industri tersebut serta
penetapan kebijakan oleh regulator. Test dapat dilakukan terhadap demand apakah sama atau
berbeda dengan marginal re!enue. Pada teori mikroekonomi, praktek persaingan sempurna
ditandai oleh kondisi perusahaan yang menghadapi demand atau harga sama dengan marginal
re!enue. 0ika hal tersebut tidak terpenuhi maka praktek persaingan dikenali sebagai persaingan
tidak sempurna. :ndikasi praktek persaingan juga dapat dikenali melalui de!iasi harga terhadap
*+ yang mengindikasikan adanya market po1er. Praktek persaingan akan membuat market
po1er menjadi terbatas (limited market power). ;kuran lain adalah selisih P dan +.
$aya saing indonesia, 1orld bank
Referensi
5
-aumol, 9.0., PanBar, 0.+., and 9illing, ".$. 1957. +ontestable markets and the theory of
industry stru%ture. San $iegoF 'ar%ourt -ra%e&0a!ano!i%h.
+uilenburg, 0,8., and Slaa, P. 1992. +ompetition and inno!ation in tele%ommuni%ations H an
empiri%al analysis of inno!ati!e tele%ommuni%ation in the publi% interest. Tele%omuni%ations
poli%y, 8ol. 19.
$emsetB,'. 197<. :ndustry stru%ture, market ri!alry, and publi% poli%y. 0ournal of la1 and
e%onomi%s, 8ol 14.
Porter, *.,. 1994. Dn %ompetition. 'ar!ard business s%hool.
*% 3ulty, P. 1945. ,%onomi% theory and the meaning of %ompetition. .uarterly 0ournal of
,%onomi%s 57F 4<9&424.
Shepherd, 9.(. 1997. The ,%onomi%s of :ndustrial DrganiBationI, A
th
,dition, Prenti%e 'all.
S%humpeter, 0. ). 1917. The theory of e%onomi% de!elopment. +ambridge, *assF 'ar!ard
;ni!ersity Press.
Stigler, (.0. 1927. Perfe%t %ompetition, histori%ally %ontemplated. 0ournal of Politi%al ,%onomy
42F 1&17.
9

Anda mungkin juga menyukai