KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA SELATAN BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III PALEMBANG
Pendahuluan
Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang umur. Merupakan suatu isu globalsejumlah instrumen hukum internasional : - Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Against Women (1979) - Vienna Declaration (1986). - Declaration on the Elimination of Violence Against Women (1994). - Beijing Declaration and Platform for Action (1995).
Kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah masyarakat dan menyangkut HAM (WHO): Studi skala besar di berbagai negara 10 % - 50 % wanita pernah mengalami tindak kekerasan oleh pasangan selama hidup mereka. 12 % - 25 % wanita pernah mengalami percobaan tindakan atau tindakan pemaksaan kegiatan seksual oleh pasangan atau mantan pasangan Kekerasan interpersonal merupakan penyebab kematian ke 10 terbanyak pada wanita yang berusia 15 - 44 tahun pada tahun 1998. Meningkatnya kegiatan prostitusi yang dipaksa, perdagangan wanita untuk prostitusi. DEFINISI : Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu,pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. (Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan / Declaration on the Elimination of Violence Against Women - 1994)
Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi pada : Keluarga / Rumah Tangga. Masyarakat luas. Negara (dilakukan atau dibenarkan oleh negara).
(Pasal 2 Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan / Declaration on the Elimination of Violence Against Women - 1994) Berbagai studi mengenai kekerasan terhadap perempuan menunjukkan bahwa : Pelaku kekerasan terhadap perempuan hampir seluruhnya adalah laki-laki. Pelaku kekerasan justru sebagian besar adalah laki-laki yang merupakan teman/pasangan korban. Pada tindakan kekerasan fisik hampir selalu disertai kekerasan psikologis dan verbal. Jumlah Kasus KTP 3.169 5.163 7.787 14.020 20391 th 2001 th 2002 th 2003 th 2004 th 2005 Usia Korban dan Pelaku 1428 1372 919 197 765 2244 4506 1782 2093 44 369 1633 4923 <5 th 6-12 th 13-18 th 19-24 th 25-40 th >40 th # tahu korban pelaku Sumber : Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Tahun 2005 Jenis-jenis Kekerasan Terhadap Perempuan Kekerasan Fisik. Kekerasan Psikis. Kekerasan Seksual. Kekerasan Fisik
Dapat berupa pukulan, dorongan, cubitan,tendangan, jambakan, cekikan, bekapan, luka bakar, dll. Kadang diikuti oleh kekerasan seksual baik berupa serangan ke alat alat seksual maupun persetubuhan paksa / perkosaan.
Kekerasan Psikis Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Kekerasan Seksual Senggama perpaduan antara 2 alat kelamin yang berlainan jenis guna memenuhi kebutuhan biologik yaitu kebutuhan seksual
Senggama yang legal : 1. Ada izin (consent) dari yang disetubuhi 2. tersebut sudah cukup umur, sehat akalnya,tidak sedang dalam keadaan terikat perkawinan dengan lain dan bukan anggota keluarga dekat.
Kekerasan Seksual Kekerasan seksual setiap penyerangan yang bersifat seksual terhadap , baik telah terjadi persetubuhan ataupun tidak dan tanpa memperdulikan hubungan antara pelaku dengan korban
Kekerasan Seksual Pemaksaan : Perkosaan. Di Indonesia, perkosaan harus memenuhi unsur unsur : 1. Unsur Pelaku. 2. Unsur Korban. 3. Unsur Perbuatan.
Tanpa Pemaksaan : dengan bujukan / Tipu daya. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Faktor Pengaruh KDRT : Masyarakat Lingkungan Hubungan Individu
Meliputi : Kekerasan fisik Kekerasan psikologis Kekerasan seksual Kekerasan ekonomi
Lingkup Rumah Tangga Dalam Undang- undang Meliputi (Pasal 2 Ayat 1) : a. Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri). b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud dalam huruf a. c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut (Pekerjaan Rumah Tangga).
Dampak Kekerasan Terhadap Perempuan Berdasarkan waktu : Jangka pendek Jangka panjang Berdasarkan bentuk Fisik Non fisik Pengaruh terhadap masyarakat
Mengenali Perlukaan/Cedera Akibat Kekerasan Yang Disengaja Sebagai Upaya Pembuktian Secara Klinis Jenis perlukaan - Perlukaan atau cedera pada kulit dan jaringan di bawah kulit - Perlukaan dan cedera pada tulang Penyebab perlukaan - Benda tumpul - Benda tajam - Suhu tinggi/kekerasan termis - Zat kimia Sikap / perilaku korban dan pengantarnya (suami/pelakunya) - Tampak ragu-ragu - Khawatir berlebihan terhadap suatu luka kecil - Acuh tak acuh - Penjelasan tentang peristiwa yang tidak menjelaskan
Mengenali Perlukaan/Cedera Akibat Kekerasan Yang Disengaja Sebagai Upaya Pembuktian Secara Klinis Perlukaan atau cedera pada kulit dan jaringan di bawah Kulit : Memar akibat tamparanbekas telapak tangan Memar yang membentuk gambaran jarisering pada muka, lengan atas atau pantat Memar yang berbentuk garisakibat benda tumpul : ikat pinggang, kabel, dll Luka terbukakekerasan benda tajam maupun tumpul Bekas gigitan manusia Luka bakarsundutan rokok, setrika, cairan panas.
Mengenali Perlukaan/Cedera Akibat Kekerasan Yang Disengaja Sebagai Upaya Pembuktian Secara Klinis Perlukaan dan cedera pada tulang : Deformitas (patah tulang atau cerai sendi) Rasa nyeri Bengkak Kelumpuhan & kesulitan bergerak
Pembuktian Medis Kasus Perkosaan Cedera umumnya berupa : T = Tear (laceration) E = Ecchymosis (bruising) A = Abrasion R = Redness (erythema) S = Swelling (edema) Tujuan Pembuktian Medis Kasus Perkosaan - Untuk membuktikan adanya penetrasi (penis) ke dalam vagina dan/atau anus/oral - Untuk membuktikan adanya ejakulasi atau adanya air mani di dalam vagina/anus - Untuk membuktikan adanya robekan selaput dara, sampai laserasi selaput lendir daerah vulva dan vagina
ASPEK MEDIKOLEGAL KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN KUHPtidak membedakan antara korban laki-laki dan perempuan (kecuali kejahatan susila) Pasal 89-90 (kekerasan dan luka berat) Pasal 351-356 (penganiayaan) Pasal 285-301 (kejahatan susila) Pasal 338-340 (pembunuhan) Pasal 324-337 (penghilangan kemerdekaan) Pasal 310-321 (penistaan)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Pasal 5, 8, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53)
PENANGANAN Peran Petugas Kesehatan 1. Memberikan penyuluhan dan meyakinkan perempuan. 2. Melakukan anamnesis kepada korban. 3. Memberikan rasa empati dan dukungan. 4. Memberikan pelayanan medis, konseling dan visum. 5. Memberikan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. 6. Mendeteksi korban kekerasan dan dapat menghubungkan mereka dengan pelayanan dukungan masyarakat. Hambatan dalam Penanganan KtP 1. Kurangnya keterampilan teknis dan sumber daya. 2. Kendala institusional : - Ketakutan terlibat sebagai saksi. - Keterbatasan rujukan. - Kurangnya koordinasi antar fasilitas pelayanan kesehatan. 3. Keengganan korban mengemukakan kekerasan yang dialaminya.
Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan 1. Kegiatan di tingkat masyarakat : - Pengenalan masalah KtP. - Promosi hubungan suami-istri yang sehat. - Dukungan emosional dan spiritual.
2. Pelayanan di tingkat pelayanan dasar : - Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dokter, bidan dan perawat. - Pelatihan mengidentifikasi korban KtP dan penanganannya. - Menayangkan poster dan alat KIE lainnya.
3. Pelayanan di tingkat rujukan primer : - Melatih bidan, perawat, dokter untuk mengenali dan menanggapi korban KtP. - Pencatatan kasus. - Prosedur penanganan korban KtP. - Pengumpulan bukti forensik untuk korban perkosaan.
Upaya KIE dalam Penanganan KtP 1. Kelompok dewasa: - Sarasehan dan kampanye anti KtP. - Penyuluhan tentang prevalensi kekerasan dan akibatnya bagi keluarga dan masyarakat. - Promosi melalui media.
2. Kelompok remaja: - Pendidikan tentang kesehatan reproduksi. - Pembahasan hubungan laki-laki-perempuan, cinta, cemburu dan kekerasan, pendidikan hak perempuan bagi remaja putri.
3. Kelompok anak-anak: - Mendukung pendidikan melalui sekolah dan luar sekolah. - Kampanye anti kekerasan: tangan bukan untuk memukul!. Pengenalan Kasus
Cedera yang sebabnya tidak dikemukakan secara jelas. Trauma fisik selama kehamilan. Riwayat percobaan bunuh diri/ ingin bunuh diri. Kehamilan anak usia < 14 tahun pranikah. IMS pada anak kecil/ remaja. Cemas, depresi, sikap merusak diri, obesitas, ggn tidur,ketergantungan terhadap alkohol/ narkoba.
Hal Yang Perlu Dilakukan Petugas Kesehatan Ketika Menghadapi Korban 1. Menilai kemungkinan adanya bahaya yang mengancam. 2. Memberikan pelayanan yang memadai. 3. Mencatat keadaan korban secara lengkap. 4. Menyusun rencana penyelamatan diri bagi korban. 5. Memberitahu korban tentang hak-haknya. 6. Merujuk korban ke pelayanan yang tersedia di lingkungan. Pedoman Bagi Petugas Kesehatan Tindakan petugas kesehatan yang membantu korban: Memperhatikan kerahasiaan klien. Memberikan kepercayaan kepada klien. Menyatakan bahwa kekerasan yang dihadapi klien bukan merupakan kesalahannya. Menghormati hak klien. Membantu klien untuk membuat rencana penyelamatan diri bila mengalami kekerasan Membantu korban untuk mendapatkan pelayanan lainnya bagi korban kekerasan. Hal-hal Yang Perlu Dilakukan Oleh Petugas Kesehatan :
Mencurigai kekerasan bila ada memar pada tubuh. Memberikan pelayanan kesehatan yang memadai. Menjelaskan bahwa korban berhak diobati, mendapatkan pertolongan dan perlindungan secara hukum. Menyediakan waktu konsultasi. Menyediakan ruangan yang memadai untuk menjaga kerahasiaan di sarana kesehatan. Dll.
Kesimpulan KtP dapat berupa fisik, psikis dan seksual. Dapat terjadi dalam ruang lingkup keluarga (dan relasi personal), masyarakat dan negara. KtP menimbulkan dampak negatif pada diri korban, orang lain dan masyarakat. Perlu penanggulangan secara lintas program dan lintas sektor serta komitmen jangka panjangLSM dan anggota masyarakat.