Rodiyatun,S.Kep.Ns,M.Pd
PRODI KEBIDANAN BANGKALAN POLTEKES KEMENKES SURABAYA
Capaian PBM
Masalah Global
Pada seluruh aspek kehidupan
Issu Gender selalu dikaitkan dg
hukum,adat, tradisi, budaya agama
Mitos tentang
perempuan & laki-laki
Kedudukan,Peran, Fungsi
Ketidaksetaraan & Diskrimnasi
Gender
Kekerasan berbasis Gender
Bencana Dan Krisis Tidak Pernah Netral dari
KBG/Gender Based Violence -GBV
Catatn (UNFPA)
Kekerasan Berbasis Gender dalam Masa Darurat Kemanusiaan
Setidaknya sepertiga dari populasi perempuan di dunia pernah
mengalami kekerasan fisik atau seksual pada satu waktu dalam
hidupnya. Walaupun hanya sedikit penelitian yg dilakukan oleh
banyak negara mengenai masalah ini, data yg tersedia menunjukkan
bahwa di beberapa negara hampir satu dari empat perempuan
menderita kekerasan seksual yg dilakukan oleh pasangan, dan
sepertiga remaja perempuan melaporkan pengalaman seksual
pertama mereka dilakukan dalam keadaan terpaksa.
Dalam konteks konflik sosial/bersenjata dan pengungsian,
kekerasan seksual, termasuk eksploitasi dan penganiayaan, sering
terjadi dan merupakan masalah berisiko tinggi. Kekerasan seksual
sering digunakan sebagai alat perang, dengan perempuan dan anak
sbg sasaran,
Salah satu ciri dari kekerasan, khususnya kekerasan seksual,
adalah laporan yg tidak lengkap. Pada umumnya korban tidak
akan mengungkap kekerasan yg dialaminya sebab beberapa
alasan, termasuk perasaan menyalahkan diri sendiri, takut akan
pembalasan, ketidakpercayaan kepada aparat pemerintah, dan
risiko/takut menjadi korban berulang kali.
Tindakan Kekerasan Berbasis Gender menimbulkan perasaan
malu, perasaan bersalah, stigma sosial, dan bahkan penolakan
oleh keluarga korban dan masyarakat. Stigma dan penolakan
khususnya memberatkan ketika si korban berbicara tentang
atau melaporkan peristiwa tersebut.
Data yang tersedia, dalam seluruh kondisi, tentang laporan
Kekerasan Berbasis Gender dari polisi, badan hukum, pos
kesehatan, atau sumber lain hanya mewakili sejumlah kecil dari
angka sesungguhnya peristiwa Kekerasan Berbasis Gender.
Ketidaksetaraan gender dan diskriminasi adalah
penyebab utama Kekerasan Berbasis Gender dalam
keadaan darurat atau krisis.
Situasi darurat/krisis menyebabkan norma-norma yg
mengatur perilaku sosial menjadi lemah dan sistem-
sistem sosial tradisional seringkali hancur. Perempuan
dan anak-anak dapat terpisah dari keluarga dan
perlindungan masyarakat, membuat mereka semakin
rentan thd kekerasan dan eksploitasi yg terjadi krn
gender mereka, umur, dan ketergantungan kepada orang
lain untuk mendapat pertolongan dan perlindungan.
KBG
suatu tindakan kekerasan yang terjadi pada
seseorang berdasarkan perbedaan status
sosial yang berlaku (gender) antara pria dan
wanita.
Ktp
KtP
14
jenis ........KTP
• Bentuk kekerasan :
1. Fisik
2. seksual.
3. Psikis.
4. Ekonomi
5. Gabungan dari 1.2.3.4.
6. Penelantaran
(pendidikan, gizi, emosi).
Di Indonesia
• Data insiden KTP sulit diperkirakan secara
akurat.
• Terbatas pada kejadian luar biasa dan
berakibat fatal yg diliput media dan tertangani
secara hukum.
• KtP ditemukan di masyarakat diberbagai
tingkat status sosial ekonomi.
• 60% perempuan mengalami KtP tdk cukup
sekali namun cendrung berulang.
• 57% mengalami kekerasan fisik,psikis dan
seksual.
16
KBG……Situasi Krisis & Bencana
RESIKO KGB
Situasi Krisis & Bencana
Pencegahan & Pengelolaan KBG
Di Masa Darurat
(Gender-based Violence Inemergencies)
GBViE
kebijakan untuk melindungi, mendukung dan
memberdayakan komunitas terdampak,
terutama perempuan, remaja perempuan
dan kelompok disabilitas, sebagai kelompok
paling rentan thd Kekerasan
Pencegahan & Pengelolaan KBG
Di Masa Darurat
(Gender-based Violence Inemergencies)
GBViE
penilaian cepat di masa darurat untuk
menangkap gambaran bentuk KBG yang
terjadi di pasca bencana
analisa menyeluruh tentang kebutuhan dan
kerentanan yang dapat menciptakan kondisi
rawan terjadinya berbagai bentuk KBG
Temuan……KBG
1. Penyintas
Karakteristik perempuan beresiko tinggi KBG:
Perempuan (termasuk remaja)
kepala rumah tangga, perempuan yg
menjadi janda yg ditinggal pergi suami/
meninggal)
perempuan dan remaja perempuan yg
hidup melajang (belum menikah)
perempuan yang menjadi orang tua
tunggal.
2. Pelaku KBG:
orang terdekat/keluarga
Pihak lain dikenal/tdk dikenal korban
termasuk aparat, tokoh masyarakat dan
oknum dari komunitas ttt.
3. Lokasi rentan KBG
di fasilitas mandi-cuci-kakus, area yg gelap
dan terisolir disekitar ladang/perkebunan
dimana perempuan beraktifitas, di dalam
kamp dan di dalam tenda pengungsi .
4. Bentuk KBG:
Para penyintas mendapatkan perlakuan:
pelecehan seksual,
percobaan pemerkosaan/pemerkosaan
penganiayaan fisik dan verbal
isolasi/penolakan, stima dicap buruk
Inces
KDRT
Eksploitasi seksual
Bentuk KBG…….Krisis
Kekerasan seksual, termasuk eksploitasi
seksual/penganiayaan seksual dan pelacuran
karena terpaksa
Kekerasan dalam rumah tangga
Penjualan manusia
Pernikahan paksa/usia muda
Praktik-praktik berbahaya sepertimutilasialat
kelamin perempuan, pembunuhan
balasdendam, warisan janda
KESEHATAN REPRODUKSI & KBG
DAMPAK
Korban KBG berada dalam risiko tinggi thd
masalah kes kritis & pulih dalam waktu lama
Trauma fisik (Luka,perdarahan,cacat)
Trauma psikologis….Stigma….. isolasi sosial s/d
resiko bunuh diri
Kehamilan…..ansave abortion
IMS ….HIV/AIDS
AKI & AKB
Pencegahan & Intervensi KBG
Integrasi PPAM
Pencegahan & Penanganan Minimal…KBG
Lintas Sektor
Fungsi :
1. Koordinasi
2. Penilaian dan
Pemantauan
3. Perlindungan
4. Sumber Daya Manusia
5. Informasi, Pendidikan
dan Komunikasi
Pencegahan…KBG
1) menempatkan kelompok rentan di pengungsian
dan memastikan satu keluarga berada dalam tenda
yang sama. Perempuan yg menjadi kepala keluarga
dan anak yg terpisah dari keluarga dikumpulkan di
dalam satu tenda
2) Memastikan terdapat pelayanan kes reproduksi
pada tenda pengungsian
3) Menempatkan MCK laki-laki dan perempuan
secara terpisah di tempat yang aman dengan
penerangan yang cukup. Pastikan bahwa pintu
MCK dapat di kunci dari dalam.
4) Melakukan koordinasi dengan penanggung
jawab keamanan untuk mencegah terjadinya
kekerasan seksual
5) Melibatkan lembaga-lembaga/organisasi yang
bergerak di bidang pemberdayaan perempuan
dan perempuan di pengungsian dalam
pencegahan dan penanganan kekerasan seksual
6) Menginformasikan adanya pelayanan bagi
penyintas perkosaan dengan nomor telepon
yang bisa dihubungi 24 jam. Informasi dapat
diberikan melalui leaflet, selebaran, radio, dll
7) Memastikan adanya petugas kompeten untuk
penanganan kasus kekerasan seksual
8) Memastikan tersedianya pelayanan medis dan
psikososial, ada di organisasi/lembaga yg
terlibat dalam respon bencana serta
memastikan adanya mekanisme rujukan dan
perlindungan hukum terkoordinasi.
9) Menyediakan fasilitas untuk pemenuhan
kebutuhan seksual bagi pasangan suami istri
yang sah, sesuai dengan budaya setempat atau
kearifan lokal
Proses Pelayanan Krisis Terpadu
Triase
Non Kritis Semi Kritis Kritis
PKT IGD
Rawat Jalan OK/ICU Pemeriksaan
Social worker Forensik
Bedah
Kandungan
Polisi Konsultasi Anak
LBH Psikiatri