Anda di halaman 1dari 8

1.

Yang dimaksud BTD dalam penilaian indicator sensus harian pasien rawat inap
adalah:
a. Prosentase pemakaian TT pada satuan waktu tertentu
b. Rata-rata lama rawat inap seorang pasien
c. Frekwensi pemakaian TT pada satu periode
d. Rata-rata hari TT tidak ditempati dari tidak terisi ke saat terisi berikutnya
e. Angka kematian 48jam setelah dirawat tiap 1000 kali pasien keluar
2. Berikut ini yang bukan termasuk perbekalan farmasi di rumah sakit adalah:
a. Alat kesehatan habis pakai
b. Bahan gigi
c. Bahan radiologi
d. Kosmetika
e. Reagensia
3. Yang dimaksud perbekalan farmasi dasar adalah perbekalan farmasi yang:
a. Digunakan untuk pelayanan kamar bedah
b. Harga terjangkau
c. Generik
d. Penggunaannya tidak per individu
e. Untuk pelayanan rawat inap
4. Golongan obat ini yang bukan termasuk criteria obat strategis adalah:
a. Obat menyelamatkan nyawa
b. Obat membatasi cacat
c. Obat sukar diresepkan
d. Obat live saving
e. Obat formula khusus
5. Dalam pemilihan obat, pada seleksi terdapat kendala, berikut ini yang tidak termasuk
kategori kendala adalah:
a. Perkembangan obat yang cepat
b. Banyaknya jenis obat yang beredar
c. Meningkatnya jumlah dan jenis tenaga medis
d. Meningkatnya jumlah obat yang digunakan
e. Makin lebarnya variasi pemberian obat dan peresepan
6. Dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit yang termasuk pelayanan fungsional
farmasi adalah:
a. Seleksi kebutuhan perbekalan farmasi
b. Pengkajian obat
c. Pendistribusian perbekalan farmasi
d. Penyimpanan perbekalan farmasi
e. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi
7. Sebagai pendukung fungsi system pengelolaan perbekalan farmasi adalah:
a. Planning
b. Actuating
c. Controlling
d. Organization
e. Mapping
8. Dalam seleksi kebutuhan obat di rumah sakit dipilih nama generic dibanding nama
patent kerana:
a. Lebih ekonomis
b. Lebih efektif
c. Lebih informatif
d. Lebih praktis
e. Semua benar
9. Yang tidak termasuk criteria dalam pemilihan obat esensial:
a. Praktis dalam penggunaan
b. Praktis dalam penyerahan
c. Terjamin bioavaibilitas
d. Mudah pemberiannya
e. Praktis penyimpanannya
10. Tugas Komite Farmasi dan Terapi di rumah sakit adalah:
a. Seleksi obat
b. Perencanaan obat
c. Menetapkan kebijakan penggunaan obat
d. Pengadaan obat
e. Penghubung SMF dan IFRS
11. Buku pedoman yang berisi batasan patofisiologis dan pemeriksaan di rumah sakit
adalah:
a. Formularium rumah sakit
b. Farmakope
c. DPHO
d. PDT
e. DOEN
12. Dalam seleksi perbekalan farmasi, instalasi rumah sakit harus memperhatikan
ususlan:
a. Direktur
b. Pemilik rumah sakit
c. SMF
d. KFT
e. Komite Medik
13. Pernyataan di bawah ini yang bukan manfaat perencanaan pengadaan adalah:
a. Didapat persamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran
b. Menghemat anggaran
c. Estimasi kebutuhan lebih cepat
d. Pemanfaatan dana pengadaan obat lebih optimal
e. Terjadi koordinasi penyedia anggaran dan pemakai obat
14. Klaim penerimaan perbekalan farmasi tidak bisa diajukan pada pemasok pada
pembeliann secara tender bisa dilakukan, bila:
a. Mutu tidak memenuhi syarat
b. Tanggalkadaluarsa kurang 1 tahun (obat)
c. Harga tidak sesuai
d. Jumlah sediaan tidak cocok
e. Kemasan tidak layak
15. Faktor yang perlu dipertimbangkan pada penyimpanan perbekalan farmasi:
a. Ruangan diberi sekat agar aman
b. Untuk menyimpan obat bentuk injeksi digunakan palet
c. Penggunaan palet untuk melindungi obat
d. Vaksin polio disimpan di frezer
e. Untuk efisiensi gudang dualantai lebih baik dari pada satu lantai
16. Secara teknis criteria pengamatan mutu obat mencakup:
a. Identity yaitu menjamin obat tidak bahaya atau stabilitas terjamin
b. Potensi yaitu kandungan obat dalam rentang +/- 5 %
c. Ketersediaan hayati yaitu kecepatan dan luasnya absorbs obat oleh tubuh
d. Keseragaman dalam khasiat, bentuk, warna, dan konsistensi
e. Efek terapi yaitu pengaruh obat terhadap tubuh
17. Dalam menentukan lokasi gudang di rumah sakit, perhatikan:
a. Lokasi rumah sakit
b. Jumlah perbekalan farmasi yang dilayani
c. Arsitek gedung
d. Kemudahan dan kelancaran pengangkutan
e. Tipe dan kapasitas perbekalan farmasi yang tersedia
18. Berikut ini sediaan farmasi yang distribusinya floor stock:
a. Spurt disposable 5 mL
b. Kapas berlemak
c. Sarung tangan steril
d. Kanamicin injeksi
e. Adrenalin injeksi
Pada distribusi obat system UDD, keuntungannya ialah: Pasien menerima pelayan IFRS
24 sehari, pasien segera mendapat obat untuk dikonsumsi
Pasien hanya membayar obat yang dikonsumsinya saja
Semua dosis yang diperlukan telah di siapkan oleh IFRS
Perawat mempunyai lebih banyak waktu untuk perawatan pasien
Kesalahan pemberian obat dikurangi karena ada sistem pemeriksaan ganda oleh petugas
farmasi
Mengurangi kemungkinan duplikasi pemberiaan obat
Mengurangi kerugian bayar obat yang tidak terbayar oleh pasien
Penyediaan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh IFRS
Meningkatkan penggunaan personel profesional dan non profesional yang lebih efisien
Mengurangi kehilangan pendapatan
Menghemat ruangan untuk pelayanan obat di unit perawatan
Meniadakan kehilangan dan pemborosan obat
Memperluas cakupan dan pengendalian dan akuntabilitas IFRS terhadap penggunaan obat
Dapat dilaksanakannya pemberiaan informasi obat yang baik terhadap pasien, perawat dan
dokter oleh apoteker
Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat secara menyeluruh
a. Tenaga farmasi lebih banyak
b. Pengawasan distribusi harus lebih ketat
c. Mengurangi kehilangan pendapatan
d. Perlu tempat pelayanan farmasi yang lebih banyak
e. Perlu sediaan farmasi dengan jenis sama dalam jumlah banyak
19. Ukuran evaluasi yang menggambarkan hubungan antara hasil yang dicapai dengan
usaha yang diperkirakan disebut:
a. Adequat
b. Kewajaran
c. Efektifitas
d. Tingkat kesulitan
e. Efisiensi
20. Pembelian yang dilakukan pada saat obat mengalami kekurangan disebut:
a. Annual purchasing
b. Scheduled purchasing
c. Perpectual purchasing
d. Contectual purchasing
e. Perfectual purchasing
21. Sistem pengadaan yang disusun berdasar skala prioritas atas dasar manfaat disebut:
a. Doelmatig
b. Wetmatig
c. Automatig
d. Rechmatig
e. Fullmatig
22. Putaran persediaan yang terlalu tinggi dapat berpengaruh pada:
a. Persediaan berlebih
b. Biaya penyimpanan meningkat
c. Liquiditas terganggu
d. Investasi pada gudang
e. Gangguan waktu tenggang
23. Dalam pengendalian persediaan, cara pengendalian pemesanan yang dilakukan:
a. Fixed order periode yaitu memesan dengan melihat tingkat persediaan
b. Fixed order quality yaitu pemesanan dengan jumlah sesuai penggunaan
c. Fixed order cycle yaitu pemesanan dalam waktu pesan tetap
d. Zero inventory planning yaitu pemesanan dengan menghubungkan program
computer ke distributor
e. Material required planning yaitu pemesanan dengan harga pesan yang tetap
24. Dalam menganalisa perbekalan farmasi, persediaan dikategorikan vital bila:
a. Banyak digunakan dalam tindakan
b. Efektif untuk digunakan melawan penyakit
c. Untuk pelayanan kesehatan dasar
d. Digunakan untuk pengobatan penyakit terbanyak
e. Penting untuk kondisi penyakit tertentu

B. Pilih jawaban yang benar:
A : bila 1, 2, dan 3 benar
B : bila 1 dan 3 benar
C : bila 2 dan 4 benar
D : bila 4 benar
E : bila semua benar

25. Sasaran manajemen perbekalan farmasi adalah:
1. Tersedianya perbekalan farmasi dengan jumlah yang tepat
2. Terjaminnya pemberian obat dengan dosis tepat
3. Tersedianya data perbekalan farmasi yang akurat
4. Terpenuhinya informasi obat yang tepat
26. Kebijakan rumah sakit dalam memilih obat tergantung:
1. Status rumah sakit
2. Kelas rumah sakit
3. Jenis pelayanan
4. Jumlah tempat tidur
5. Afiliasi pendidikan
6. Anggaran yang tersedia
7. Kepemilikan
27. Untuk seleksi kebutuhan obat di rumah sakit, maka criteria yang digunakan:
1. Obat yang dipilih aman dan manjur
2. Obat yang banyak digunakan masyarakat
3. Khasiat maksimal, efek samping minimal
4. Pilih obat kombinasi
28. Kegiatan manajemen farmasi rumah sakit yang termasuk aktifitas seleksi adalah:
1. Pemilihan jenis perbekalan farmasi
2. Penetapan intervensi pengobatan yang dipilih
3. Penetapan jenis obat yang dipilih
4. Penetapan dosis obat
29. Penetapan penggunaan obat DOEN dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan:
1. Ketepatan pemberian
2. Ketepatan keamanan
3. Ketepatan informative
4. Pemerataan jangkauan pelayanan
30. Bila dalam seleksi obat terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi
serupa, pilih:
1. Obat dengan bioavaibilitas yang paling menguntungkan
2. Obat yang stabilitasnya lebih baik
3. Banyak didapat di pasaran
4. Obat yang sudah sering banyak digunakan
31. Faktor yang berpengaruh dalam permalan kebutuhan obat:
1. Peraturan pemerintah tentang kesehatan
2. Undang-undang kesehatan
3. Persepsi dari klien
4. Pemilik rumah sakit
32. Faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan besar persediaan:
1. Biaya dan resiko penyimpanan
2. Biaya pemesanan
3. Biaya distribusi
4. Biaya pemeliharaan
33. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam siklus pengadaan:
1. Memilih metoda pengadaan
2. Memantau status pesanan
3. Memilih pemasok
4. Menentukan anggaran
34. Pada pencatatan stok obat, informasi yang didapat:
1. Sisa persediaan
2. Jenis obat yang diterima
3. Jumlah obat yang keluar
4. Jangka waktu terpenuhinya obat
35. Pengendalian mutu obat ditinjau dari penggunaan meliputi:
1. Proses formulasi obat
2. Proses penerimaan dan pencatatan
3. Proses penempatan obat secara administrasi dan teknis
4. Proses dispensing
36. Untuk pelayanan distribusi obat pasien rawat inap, disyaratkan:
1. Pemborosan dan penyalahgunaan obat minimal
2. Penggunaan SDM lebi efisien
3. Penggunaan obat lebih rasional
4. Harga terkendali
37. Keuntungan system distribusi obat, resep individual sentralisasi:
- Semua resep dikaji langsung oleh apoteker
- Apoteker dapat member keterangan/informasi kepada perawat/penderita secara
langsung
- Kesempatan interaksi professional antara apoteker, dokter, perawat pasien
- Memungkinkan pengendalian
- Mempermudah penagihan biaya obat penderita
38. Yang termasuk variable cost:
1. Biaya penanganan persediaan
2. Biaya penyimpanan persediaan
3. Biaya pemesanan persediaan
4. Biaya distribusi persediaan
39. Sebagai pedoman penerimaan perbekalan farmasi di rumah sakit:
1. Sertifikat analisis produk obat
2. Metode safety data sheet
3. Sertificate of origin
4. Berasal dari sub distributor
40. Untuk menentukan system distribusi obat di rumah sakit tergantung:
1. Kualitas dan jumlah tenaga di rumah sakit
2. Status rumah sakit
3. Kondisi dan keberadaan rumah sakit
4. Anggaran yang tersedia
41. Perbekalan farmasi yang distribusinya system floor stock
1. Antiseptik, misalnya kreolin
2. Desinfektan, misalnya povidon iodine
3. Antibiotik, misalnya Ampicilin injeksi
4. Obat syok, misalnya deksametason injeksi
42. Evaluasi pengelolaan obat yang dapat dilaksanakan, diantaranya:
1. Alokasi dana penggunaan obat
2. Biaya obat per pasien
3. Tingkat ketersediaan obat
4. Kesesuaian obat yang tersedia dengan diagnose penyakit
43. Indikator yang diperlukan dalam menetukan evaluasi manajemen farmasi rumah sakit:
1. Relevan
2. Valid
3. Dapat terukur
4. Sahih
44. Dalam manajemen logistic perbekalan farmasi di rumah sakit, tujuan pengendalian
persediaan:
1. Menjamin ketersediaan
2. Memperpendek waktu tunggu
3. Menjaga ketersediaan
4. Menjaga khasiat obat
45. Dalam system pengendalian persediaan farmasi dikenal system pengadaan
perspectual, yang dimaksud dengan system ini ialah:
1. Disebut juga T system
2. Persediaan dievaluasi dalam kurun waktu tertentu
3. Metode ini untuk menentukan jumlah pesanan optimal dan ekonomis
4. Persediaan tiap item ditinjau terus menerus
46. Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial adalah:
1. Bakteri pathogen (aerobacter, taenia)
2. Lingkungan rumah sakit (sanitasi, kebersihan)
3. Commensial bacteri (Trichomonas, glardia L)
4. Keadaan pasien (kesadaran, keadaan umum)
47. Untuk menentukan infeksi adalah nosokomial, terdapat batasan sebagai berikut:
1. Pada waktu MRS tidak ada tanda klinik infeksi
2. Pada waktu mulai MRS tidak sedang dalam masa inkubasi
3. Infeksi bukan sisa infeksi sebelumnya
4. Tanda muncul setelah 24 jam MRS
48. Kegiatan sterilisasi linen dan peralatan di rumah sakit yang digunakan untuk tindakan
aseptis dipusatkan karena:
1. TIDAK semua petugas RS menguasai proses sterilisasi
2. Bahan dan alat yang disterilisasi lebih awet
3. Biaya penggunaan alat sterilisasi dapat ditekan
4. Tenaga pelaksanaan sterilisasi di unit dapat diefisiensikan
5. Mutu bahan yang disterilisasi lebih baik, mencegah nosokomial, dan
memperpendek masa perawatan
6. Penggunaan obtikal
49. Untuk sterilisasi linen di CSSD digunakan dengan metode:
1. Sterilisasi gas etilen okside
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi radiasi pengion
4. Sterilisasi dengan substan

Anda mungkin juga menyukai