Anda di halaman 1dari 3

2.1.

1 Etiologi Maloklusi
Etiologi maloklusi dibagi atas dua golongan yaitu faktor luar atau faktor umum dan
faktor dalam atau faktor lokal. Hal yang termasuk faktor luar yaitu herediter, kelainan
kongenital, perkembangan atau pertumbuhan yang salah pada masa prenatal dan posnatal,
malnutrisi, kebiasaan jelek, sikap tubuh, trauma, dan penyakit-penyakit dan keadaan metabolik
yang menyebabkan adanya predisposisi ke arah maloklusi seperti ketidakseimbangan kelenjar
endokrin, gangguan metabolis, penyakit-penyakit infeksi (Erum,2008).
Hal yang termasuk faktor dalam adalah anomali jumlah gigi seperti adanya gigi
berlebihan (dens supernumeralis) atau tidak adanya gigi (anodontis), anomali ukuran gigi,
anomali bentuk gigi, frenulum labii yang abnormal, kehilangan dini gigi desidui, persistensi gigi
desidui, jalan erupsi abnormal, ankylosis dan karies gigi (Erum,2008).

2.1.1.1 Faktor Ekstrinsik
a. Faktor keturunan atau genetik
Faktor keturunan atau genetik adalah sifat genetik yang diturunkan dari orang tuanya
atau generasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah ciri-ciri khusus suatu ras atau bangsa misalnya
bentuk kepala atau profil muka sangat dipengaruhi oleh ras atau suku induk dari individu
tersebut yang diturunkan dari kedua orang tuanya. Bangsa yang merupakan percampuran dari
bermacam-macam ras atau suku akan dijumpai banyak maloklusi (Proffit,2012).
Ciri-ciri faktor oklusi yang diturunkan (herediter) (Proffit,2012).
1. Kedudukan dan penyesuaian antara otot-otot perioral dengan bentuk dan ukuran lidah
mempengaruhi keseimbangan oklusi (oklusi normal). Adanya penyesuaian antara bentuk
muka, bentuk dan ukuran rahang dan lidah.
2. Sifat-sifat mukosa, ukuran, bentuk lidah dan frenulum.
Sifat mukosa : keras, lunak, kencang atau lembek mempengaruhi erupsi gigi.
Frenulum labii dapat mengakibatkan celah gigi dan mempengaruhi kedudukan bibir.
Frenulum buccinator mengakibatkan rotasi gigi.
3. Ukuran gigi-gigi dan lebar serta penjang lengkung rahang dapat mengakibatkan gigi berjejal
atau bercelah. Misalnya makrodontia, mikrodomtia. Lebar dan panjang lengkung rahang,
penyesuaian antara rahang atas dan rahang bawah mengakibatkan terjadinya mandibuler
retrusi atau prognatism.
b. Kelainan bawaan
Kelainan bawaan kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan misalnya
sumbing atau cleft : bibir sumbing atau hare lip, celah langit-langit (cleft palate).
Tortikolis : adanya kelainan dari otot-otot daerah leher sehingga tidak dapat tegak
mengkibatkan asimetri muka.
Kleidokranial disostosis adalah tidak adanya tulang klavikula baik sebagian atau
seluruhnya, unlateral atau bilateral, keadaan ini diikuti dengan terlambatnya penutupan
sutura kepala, rahang atas retrusi dan rahang bawah protrusi.
Serebral palsi adalah adanya kelumpuhan atau gangguan koordinasi otot yang disebabkan
karena luka didalam kepala yang pada umumnya sebagai akibat kecelakaan pada waktu
kelahiran. Adanya gangguan fungsi pada otot-otot pengunyahan, penelanan, pernafasan
dan bicara akan mengakibatkan oklusi gigi tidak normal.
Sifilis : akibat penyakit sifilis yang diderita orang tua akan menyebabkan terjadinya
kelainan bentuk dan malposisi gigi dari bayi yang dilahirkan (Graber,2011).
c. Gangguan keseimbangan endokrine
Misal : gangguan parathyroid, adanya hipothiroid akan menyebabkan kritinisme dan resorpsi
yang tidak normal sehingga menyebabkan erupsi lambat dari gigi tetap (Grabber,2011).
d. Kekurangan nutrisi dan penyakit
Misal : Rickets (kekurangan vitamin D), Scorbut (kekurangan vitamin C), beri-beri
(kekurangan vitamin B1) mengakibatkan maloklusi yang hebat (Grabber,2011).
2.1.1.2 Faktor Intrinsik
a. Kelainan jumlah gigi
1. Super numerary gigi (gigi kelebihan)
Lebih banyak terjadi pada rahang atas, kedudukan dekat midline (garis mediana) sebelah
palatival gigi seri rahang atas disebut mesiodens. Bentuknya biasanya konus kadang-
kadang bersatu (fused) dengan gigi pertama kanan atau kiri, jumlahnya pada umumnya
sebuah tapi kadang-kadang sepasang. Gigi supernumery kadang-kadang tidak tumbuh
(terpendam atau impected) sehingga menghalangi tumbuhnya gigi tetap didekatnya atau
terjadi kesalahan letak (malposisi). Oleh karena itu pada penderita yang mengalami
kelambatan atau kelainan tumbuh dari gigi seri rahang atas perlu dilakukan Ro photo
(Proffit,2012).
2. Agenese dapat terjadi bilateral atau unilateral atau kadang-kadang unilateral dengan
partial agenese pada sisi yang lain. Lebih banyak terjadi dari pada gigi supernumerary.
Dapat terjadi pada rahang atas maupun rahang bawah tetapi lebih sering pada rahang
bawah. Urutan kemungkinan terjadi kekurangan gigi adalah sebagai berikut :
- Gigi seri II rahang atas ( I
2
)
- Gigi geraham kecil II rahang bawah ( P
2
)
- Gigi geraham III rahang atas dan rahang bawah
- Gigi geraham kecil II ( P
2
) rahang bawah
- Pada kelainan jumlah gigi kadang diikuti dengan adanya kelainan bentuk atau ukuran
gigi. Misalnya bentuk pasak dari gigi seri II (peg shaps tooth) (Profitt,2012).
b. Kelainan ukuran gigi
Salah satu penyebab utama terjadinya malposisi adalah gigi sendiri yaitu ukuran gigi tidak
sesuai dengan ukuran rahang, ukuran gigi lebih lebar atau sempit dibandingkan dengan lebara
lengkung rahang sehingga meyebabkan crowded atau spasing (Graber,2011).
c. Kelainan bentuk gigi
Kelainan bentuk gigi yang banyak dijumpai adalah adanya peg teeth ( bentuk pasak) atau gigi
bersatu (fused). Juga perubahan bentuk gigi akibat proses atrisi (karena fungsi) besar
pengaruhnya terhadap terjadinya maloklusi, terutama pada gigi sulung (desidui)
(Graber,2011).
d. Premature los
Fungsi gigi sulung (desidui) adalah : pengunyahan, bicara, estetis. Juga yang terutama adalah
menyediakan ruang untuk gigi tetap, membantu mempertahankan tinggi oklusal gigi-gigi
lawan (antagonis), membimbing erupsi gigi tetap dengan proses resopsi. Akibat premature los
fungsi tersebut akan terganggu atau hilang sehingga dapat mengkibatkan terjadinya malposisi
atau maloklusi (Proffit,2012).
e. Kelambatan tumbuh gigi tetap (delayed eruption)
Dapat disebabkan karena adanya gigi supernumerary, sisa akar gigi sulung atau karena
jaringan mucosa yang terlalu kuat atau keras sehingga perlu dilakukan eksisi. Kadang-kadang
hilang terlalu awal (premature los) gigi sulung akan mempercepat erupsinya gigi tetap
penggantinya, tetapi dapat pula menyebabkan terjadinya penulangan yang berlebihan
sehingga perlu pembukaan pada waktu gigi permanen akan erupsi, sehingga gigi tetap
penggantinya dapat dicegah (Proffit,2012).
f. Kelainan jalannya erupsi gigi
Merupakan akibat lebih lanjut dari gangguan lain. Misalnya adanya pola herediter dari gigi
berjejal yang parah akibat tidak seimbangnya lebar dan panjang lengkung rahang dengan
elemen gigi yaitu adanya : persistensi atau retensi, Supernumerary, pengerasan tulang,
tekanan-tekanan mekanis : pencabutan, habit atau tekanan ortodonsi, faktor-faktor idiopatik
(tidak diketahui) (Graber,2011).
g. Ankilosis
Ankilosis atau ankilosis sebagian sering terjadi pada umur 6 12 tahun. Ankilosis terjadi
oleh karena robeknya bagian dari membrana periodontal sehingga lapisan tulang bersatu
dengan laminadura dan cement. Ankilosis dapat juga disebabkan oleh karena gangguan
endokrin atau penyakit-penyakit kongenital (misal : kleidokranial disostosis yang mempunyai
predisposisi terjadi ankilosis, kecelakaan atau trauma)(Graber,2011).
h. Karies gigi
Adanya karies terutama pada bagian aproksimal dapat mengakibatkan terjadinya pemendekan
lengkung gigi sedang karies beroklusal mempengaruhi vertikal dimensi. Adanya keries gigi
pada gigi sulung mengakibatkan berkurangnya tekanan pengunyahan yang dilanjutkan ke
tulang rahang, dapat mengakibatkan rangsangan pertumbuhan rahang berkurang sehingga
pertumbuhan rahang kurang sempurna (Proffit,2012).
i. Restorasi gigi yang tidak baik
Terutama tumpatan aproksimal dapat menyebabkan gigi elongasi, sedangkan tumpatan
oklusal dapat menyebabkan gigi ektrusi atau rotasi (Proffit,2012).

Erum GE, Fida M. 2008. Pettern of malocclusion in orthodontic Patients a hospital based
study. J Ayub Med Coll Abbottabad [internet]. Available from :
http://www.ayubmed.edu.pk/JAM/PAST/20-1/Guerum.pdf. Accessed March 30,2014.
Graber,L.W et all.2011. Orthodontics, Current Principles and Technique 5
th
ed. Toronto :
Mosby.
Proffit WR, and Fields, HW. 2012. Contemporary Orthodontics, ed.5. Toronto : Mosby.

Anda mungkin juga menyukai