Anda di halaman 1dari 6

2.1.2.

2 Variasi Bentuk
Cacat ini merupakan manifestasi sebagai akibat dari berbagai faktor etiologi yang
bertindak selama inisiasi / proliferasi dan tahap diferensiasi morfologi perkembangan gigi.
Beberapa variasi bentuk pada gigi adalah sebagai berikut (Laskaris, 2002):
1. Geminasi
Geminasi merupakan pembelahan tidak sempurna benih gigi terjadi pada insisif
rahang atas dan rahang bawah yang menghasilkan pembentukan gigi dengan dua mahkota
independen secara keseluruhan atau sebagian dengan akar bersama. Jika pembelahan terjadi
secara keseluruhan, anomali disebut kembar, dan menghasilkan pembentukan gigi
supernumerary, yang muncul sebagai gambar minor dari pasangan normalnya. Etiologi dari
anomali ini adalah berbagai tingkat invaginasi dari perkembangan organ gigi yang
disebabkan oleh faktor-faktor lokal, sistemik, dan genetik. faktor genetik yang terlibat
mungkin sama dengan yang mempengaruhi lamina gigi dalam kasus hiperdonsia. Cacat ini
dapat ditemukan baik di dentisi primer (0.5-1.6%) dan permanen (0.1 0.2%) dengan angka
kejadian yang sama pada laki-laki dan perempuan. 30-50% dari kasus primer diikuti oleh
cacat pada gigi permanen pengganti. Gambaran klinis yang tampak berupa lekukan minor di
tepi insisal dari mahkota yang luas hingga hampir dua mahkota terpisah. Demikian pula,
ruang pulpa dan saluran akar mungkin tergabung untuk kedua elemen, atau terpisah untuk
masing-masing elemen. Komplikasi yang dapat terjadi akibat anomali ini adalah potensi
berdesakan dari lengkung gigi. Diagnosa banding sulit dibedakan dengan fusi dari gigi
normal dan supernumerary. Perawatan yang dapat dilakukan pada anomali ini adalah
restorasi dengan komposit, operasi pengangkatan supernumerary dalam kasus gigi kembar,
dan perawatan ortodontik dari potensi berdesakan.

Gambar... Geminasi dari insisif lateral rahang atas

2. Fusi
Fusi adalah penyatuan dua tunas gigi berlainan yang terjadi pada gigi-gigi anterior,
sehingga terbentuk gigi dengan anomali bentuk. Defek ini adalah hasil dari persistensi
interdental lamina selama pembentukan organ gigi yang disebabkan oleh faktor lokal. Faktor
genetik juga telah terlibat, seperti warisan dominan autosomal dengan pengurangan penetrasi.
Angka kejadian dari defek ini pada gigi primer (0,5-1,6%) dan permanen (0,1-0,2%). Variasi
Etnis mengakibatkan insiden yang lebih tinggi di beberapa populasi. Sekitar 30-50% dari
kasus primer diikuti oleh cacat pada gigi permanen pengganti. Penampakan klinis yang
tampak Jika fusi terjadi awal selama perkembangan gigi, maka cacat akan mempengaruhi
total panjang gigi sehingga gigi tunggal dengan ukuran hampir normal. Jika fusi terjadi
kemudian, cacat hanya mempengaruhi akar mengakibatkan pembagian dentin dan sementum,
dan satu gigi besar atau gigi dengan mahkota bifida. Fusi paling sering menyebabkan
berkurangnya jumlah gigi dalam lengkung gigi, meskipun kadang-kadang gigi normal dan
supernumerary dapat menyatu. Diagnosa banding sulit dibedakan dengan geminasi. Fusion
pada gigi primer dapat diikuti oleh aplasia dari gigi permanen pengganti. Perawatan yang
dapat dilakukan pada anomali ini adalah restorasi dengan komposit, operasi pengangkatan
supernumerary dalam kasus gigi kembar, dan perawatan ortodontik dari potensi berdesakan.

Gambar...Fusi antara gigi insisif lateral dan kaninus rahang bawah


3. Concresence
Concresence mengacu pada jenis fusi dimana gigi yang terbentuk bergabung hanya
sepanjang garis sementum. Defek ini terjadi padagigi molar kedua dan ketiga rahang atas
Defek ini dapat terjadi sebelum atau setelah gigi erupsi, dan yang paling mungkin akibat dari
trauma lokal, gigi berdesakan, dan dislokasi benih gigi selama pembentukan akar. Angka
kejadian dari defek ini terbilang jarang. Diagnosis dari defek ini hanya dapat dipastikan
dengan pemeriksaan radiografi. Defek tidak memiliki signifikansi klinis kecuali dalam kasus
dimana ekstraksi diperlukan dan bedah manipulasi yang tepat harus diikuti. Defek ini tidak
memerlukan perawatan.

4. Dilaserasi
Dilaserasi adalah pembengkokan yang luas di akar pada daerah servikal gigi yang
terkena. Cacat ini merupakan hasil dari gangguan dari Hertwig epitel akar selubung karena
dislokasi eksentrik mahkota yang sudah terbentuk dalam kaitannya dengan mengembangkan
jaringan lunak yang berdekatan. Dilaserasi dikaitkan dengan trauma primer gigi
pendahulunya selama periode perkembangan gigi permanen, atau dengan terapi iradiasi
daerah tersebut. Angka kejadian dari defek ini terbilang jarang, sebesar 3% terjadi pada gigi
pengganti dalam kasus trauma gigi primer dan sering terjadi pada gigi-gigi anterior.
Gambaran yang tampak biasanya berupa malformasi mahkota berupa hipoplasia dan deviasi
parah dari sumbu panjang segmen mahkota atau akar gigi. Masalah klinis yang disebabkan
oleh cacat ini adalah kesulitan dalam kasus ekstraksi dan impaksi dari gigi ini. Dalam kasus
erupsi

normal

dilakukanperawatan

estetika

atau

restorasi

prostetik.

Seandainya

terjadi impaksi, dikombinasikan perawatan bedah dan ortodontik untuk menyelaraskan gigi
pada lengkung gigi, diikuti dengan restorasi estetik.

Gambar.... Dilaserasi bukal-palatal dari gisi insisif sentral rahang atas karena trauma pada
gigi primer pendahulu
5. Dens invaginatus (dens in dente)
Defek ini ditandai dengan cusp lingual yang menonjol dan pit yang terletak ditengah.
Cacat ini dihasilkan dari invaginasi awal epitel enamel dalam papilla gigi dari benih gigi yang
mendasarinya. faktor lokal dan genetik telah terlibat dalam defek ini. Angka kejadian defek
ini terbilang langka di gigi primer dan lebih umum pada gigi permanen (1-5%) biasanya
pada gigi insisivus lateral permanen rahang atas, biasanya bilateral. Cacat mungkin tidak
tampak secara klinis, dan tidak sering menyebabkan komplikasi. Jika ada, permukaan labial
gigi tampak normal, sedangkan cacat di permukaan lingual dapat bervariasi dari pit cingulum
yang dalam hingga gigidengan mahkota dan akar yang terdistorsi. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah peningkatan frekuensi karies di pit lingual dari gigi yang terkena akibat lapisan

enamel yang tipis dan tidak sempurna, terkadang diikuti oleh peradangan dan nekrosis pulpa
sebagai akibat dari pembersihan dan penyikatan yang tidak benar pada daerah yang terkena.

Gambar...Dens in dente pada insisif sentral rahang atas menghasilkan nekrosis pulpa
6. Dens evaginatus
Defek ini ditandai dengan peningkatan tuberkulasi dari permukaan oklusal gigi yang
terkena. Evaginasi berisi enamel,dentin, dan pulpa. Cacat ini merupakan hasil hiperplasia
fokal dari ektomesenkimal dari papilla gigi primitif. Faktor genetik bertindak selama periode
perkembangan gigi. Angka kejadian dari defek ini terbilang jarang (kurang dari 1%). Defek
ini sering ditemukan pada individu asal Mongolia (1-4%) dan biasanya terjadi pada gigi
premolar dan molar secara bilateral. Gigi yang terkena memiliki bentuk kerucut, proyeksi
tuberkula dari fisur sentral pada permukaan oklusal. Pulpa dapat meluas ke tuberkula,
mengakibatkan peningkatan risiko paparan pulpa setelah trauma mekanik ringan ke
permukaan oklusal. Perawatan yang dapat dilakukan adalah pengurangan tuberkula oklusal
(cusp) untuk menginduksi pembentukan dentin sekunder, atau pengurangan gigi lawan untuk
menhilangkan kemungkinan oklusi traumatik.

Gambar...Dens in dente pada gigi molar atas


7. Taurodontism
Defek ini biasanya ditemukan di gigi multirooted. Hal ini ditandai dengan sebuah
mahkota panjang dan furkasi akar yang terletak lebih apikal, sehingga terbentuk pembesaran
ruang pulpa dengan meningkatnya panjang oklusal-apikal. Tiga jenis defek telah diakui, yaitu
hipotaurodontism, mesotaurodontism, dan hipertaurodontism menurut perpanjangan ruang

pulpa ke akar. Defek juga telah diklasifikasikan antara pulpa displasia. Etiologi dari defek ini
bersifat poligenik dengan implikasi tambahan faktor lokal. Defek ini berkaitan dengan
kegagalan akar selubung epitel Hertwig untuk invaginasi di bawah mahkota pada saat yang
tepat selama perkembangan gigi. Taurodontism sering ditemukan pada pasien dengan trisomi
21 dan sindrom Klinefelter, serta anomali kromosom lain yang melibatkan jumlah abnormal
kromosom X. Defek ini juga ditemukan dalam kasus tipe IV amelogenesis imperfecta, jenis
sindrom trichodentoosseous I, II, III, sindrom Down, displasia ektodermal, dan beberapa
sindrom lainnya. Angka kejadian dari defek ini terbilang langka di gigi primer.
dan lebih umum pada gigi geraham permanen (6-10%). Defek ini sering terjadi pada gigi
molar pertama dan kedua dan sering ditemukan bilateral. Diagnosis pasti hanya dengan
radiografi tampaknya pembesaran vertikal dari ruang pulpa koronal memanjang kebawah
servikal gigi. Bifurkasi atau trifurkasi akar dipindahkan secara apikal. Kebutuhan perawatan
khusus dalam kasus perawatan endodontik. Tidak ada pengobatan khusus karena gigi yang
terkena tidak menunjukkan gejala.
8. Enamel pearl.
Enamel pearl merupakan deposito nodular ektopik dari enamel diamati dari akar gigi
yang terlibat. Dua jenis telah diakui, yaitu ekstradental dan intradental. Etiologi dari defek ini
tidak diketahui. Cacat ini timbul dari aktivitas lokal dari sisa-sisa epitel Hertwig selubung
akar. Defek ini terbilang jarang terjadi. Insiden lebih tinggi di populasi Mongoloid dan
Eskimo. Defek ini sering terjadi pada molar rahang atas. Diagnosis defek ini hanya dapat
dilakukan dengan radiografi. Defek ini biasanya ditemukan di dekat furkasi gigi akar tunggal
atau multirooted, dan ukuran mereka bervariasi. Terkadang defek ini berisi dentin serta
enamel, dan pulpa biasanya meluas ke bagian tersebut. Pengobatan tidak diperlukan, karena
gigi yang terkena tidak menunjukkan gejala.

Gambar... Enamel pearl pada furkasi servikal dari gigi molar pertama rahang atas
9. Odontoma

Defek ini merupakan tumor odontogenik hamartomatous yang mengandung jaringan


kalsifikasi gigi. Etiologi dari defek ini tidak diketahui. Struktur ini merupakan suatu
malformasi bukan tumor, yang berasal dari jaringan gigi atau elemen formatifnya.
Angka kejadiannya terbilang jarang terjadi (0,15 per seribu).Compound dan mixed odontomas
lebih sering terjadi di rahang atas anterior sedangkan kompleks odontomas lebih sering
terjadi di premolar / molar dari kedua rahang. Gigi primer jarang terlibat dalam defek ini (2%
dari kasus). Odontoma tidak menunjukkan gejala dan sering didiagnosis melalui radiografi.
Odontoma diklasifikasikan dalam dua jenis utama, yaitu compound odontomas senyawa yang
terdiri dari formasi seperti gigi-gigi kecil yang multipel dan berlainan dengan bentukan
jaringan keras yang terlihat jelas. Sedangkan odontoma kompleks berupa massa homogen dar
anomali jaringan gigi yang berbeda dan tidak teratur. Kadang-kadang kedua jenis ada secara
bersamaan, dan cacat disebut. Komplikasi yang sering terjadi adalah gangguan atau
kegagalan total dari dari gigi erupsi permanen yang berdekatan. Perawatan berupa operasi
pengangkatan odontoma diperlukan dan dalam kasus gangguan erupsi gigi permanen yang
berdekatan diperlukan perawatan ortodontik.

Gambar....Gambaran radiologis odontoma pada gigi-gigi anterior rahang atas yang


menghasilkan kegagalan erupsi dari gigi yang berdekatan

Lakaris, G. 2002. Colour atlas of oral diseases in children and adolescents. Thieme. New
York. h. 4-10. http://doi.org/10.1016/S0300-5712(96)90003-2

Anda mungkin juga menyukai