Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH

PERKEMBANGAN
BAHASA
INDONESIA
Oleh: Trisna Andarwulan S.S., M.Pd
Perkembangan BI sebelum
Kemerdekaan
Abad ke-7 Masehi
Kerajaan sriwijaya menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa
kenegaraan
Abad ke-15
Terbentuknya bentuk resmi bahasa melayu di kalangan keluarga
kerajaan
Pertengahan 1800an
Buku Alfred Russel Wallace Malay Archipelago
Akhir abad ke-19
Terbentuknya Bahasa Indonesia
Awal abad ke-20
Bahasa melayu pecah menjadi 2
Pada 28 Oktober 1928 kongres pemuda menyepakati Sumpah Pemuda yang
mengubah nama bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia dan mencetuskannya
sebagai bahasa persatuan.



Sejarah Ejaan Bahasa
Indonesia



1. Ejaan Van Ophuijsen ejaan bahasa Melayu dengan
huruf Latin.
Ciri-ciri:
Huruf i untuk membedakan antara huruf i sebagai
akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri
dengan diftong seperti mulai dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam
Soerabaia.
Huruf J untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, dsb
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe,
soeka
Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema,
untuk menuliskan kata-kata mamoer, akal, ta, pa
Ejaan ini adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia
yang berlaku sejak 17 maret 1947. Ciri-ciri ejaan ini:
- Huruf oe diganti huruf u pada kata guru, itu, suka
- Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada
kata-kata pak, tak, dsb
- Kata ulang boleh ditulis dengan kata+2 pada kanak2,
ber-jalan2,
- Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis
serangkai dengan kata yang mendampinginya
2. Ejaan Republik Soewandi
3. Ejaan Melindo
Sistem ejaan Latin yang termuat dalam
Pengumuman bersama Edjaan Bahasa
Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai
hasil usaha penyatuan sistem ejaan dengan
huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan
Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan dalam
Perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak
pernah sampai diterapkan.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan yang disempurnakan (EYD) ejaan Bahasa Indonesia
yang berlaku sejak tahun 1972.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
1. 'tj' menjadi 'c' : tjutji cuci
2. 'dj' menjadi 'j' : djarak jarak
3. 'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
4. 'j' menjadi 'y' : sajang sayang
5. 'nj' menjadi 'ny' : njamuk nyamuk
6. 'sj' menjadi 'sy' : sjarat syarat
7. 'ch' menjadi 'kh' : achir akhir
8. awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan
dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Soewandi EYD
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat
tj tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch tarich, achir kh tarikh, akhir
Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat
dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing,
diresmikan pemakaiannya.

f maaf, fasilitas
v valuta, universitas
z zeni, lezat

Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta
tetap dipakai
a : b = p : q
Sinar-X

Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata
depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke
sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di taman
direnung di sini
ketua ke kamar
kekasih ke Jogjakarta
kehendak ke atas

Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan
angka 2 anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

Anda mungkin juga menyukai