3. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan sukarela menerima
bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Ejaan Soewandi
Ejaan Van Ophuijsen EYD
(Ejaan Republik)
(1901) (1972)
(1947)
Huruf u penulisannya Mulai berlakunya Merupakan ejaan
menggunakan oe bunti hamzah dan Bahasa Indonesia
Merupakan ejaan bunyi sentak ditulis Sudah diresmikan
bahasa Melayu dengan k, seperti menggunakan
Belum ada aturan pada kata-kata tak, Putusan Presiden No.
yang pak, maklum, rakjat. 57, tahun 1972
meneresmikannya Huruf oe diganti Ada perubahan
Menggunakan huruf j dengan u, sperti beberapa huruf dari
untuk pelafalan y pada guru, itu, umur Ejaan Soewandi,
Tanda diakritik, Mulai berlakunya seperti :
seperti koma, ain, kata ulang yang dj >>> j
dan tanfa trema, dapat ditulis dengan nj >>> y
dipakai untuk angka-2, Misal : tj >>> c
menuliskan kata-kata anak2, mobil2, dsb. j >>> y
ma’moer, ‘akal, ta’, Berlakunya awalan sj >>> sy
pa’, dinamai’. di- dan kata depan di ch >>> kh
keduaduanya ditulis Huruf yang
serangkai dengan sebelumnya sudah
kata yang ada dalam Ejaan
mengikutinya. Misal : Soewandi abjad
dimana, disitu, asing, diresmikan
dikalahkan, pemakaianny,
ditendang, dsb. seperti y, v, z
Belum ada aturan Huruf q dan x yang
yang meresmikan lazim digunakan
dalam ilmu esakta
tetap dipakai
Penulisan di- atau ke
sebagai awalan dan
di- atau ke- sebagai
kata awalan sudah
dibedakan, yatiu di-
atau ke- sebagai
awalan ditulis
serangkai dengan
kata yang
mengikutinya,
sedangkan di atau ke
sebagai kata depan
ditulis terpisah
dengan yang
mengikutinya.
Misalnya :
Ditulis
Dilempar
Dibuat, Ditebang, di
rumah, di sana
Ke atas, ke bawah
Kata ulang ditulid
punuh dengan huruf,
tidak boleh digunakan
angka -2