Masing-masing nggandeng lima kawan Sudah berapa kita punya kawan
Satukawan bawa tiga kawan Masing-masing bawa lima kawan Kalau kita satu pabrik bayangkan kawan
Kalau kita satu hati kawan Satu tuntutan bersatu suara Satu pabrik satu kekuatan Kita tak mimpi kawan!
Kalau satu pabrik bersatu hati Mogok dengan seratus poster Tiga hari tiga malam Kenapa tidak kawan
Kalau satu pabrik satu serikat buruh Bersatu hati Mogok bersama sepuluh daerah Sehari saja kawan Sehari saja kawan
Sehari saja kawan Kalau kita yang berjuta-juta Bersatu hati mogok Maka kapas tetap terwujud kapas Karena mesin pintal akan mati Kapas akan tetap berwujud kapas Tidak akan berwujud menjadi kain Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati
Juga jalan-jalan Anak-anak tak pergi sekolah Karena tak ada bis Langit pun akan sunyi Karena mesin pesawat terbang tak berputar Karena lapangan terbang lumpuh mati
Sehari saja kawan Kalau kita mogok kerja Dan menyanyi dalam satu barisan Sehari saja kawan Kapitalis pasti kelabakan!!
(12-11-94) Teka Teki yang Ganjil (3)
Pada malam itu kami berkumpul dan berbicara, Dari mulut kami tidak keluar hal-hal yang besar.. Masing-masing berbicara tentang keinginannya ang sederhana dan masuk akal
Ada yang sudah lama sekali ingin bikin dapur di rumah kontraknya Dan itu mengingatkan yang lain bahwa mereka juga belum punya panci, kompor gelas minum dan wajan penggoreng Mereka jadi ingat bahwa mereka pernah ingin membeli barang-barang itu tetapi keinginan itu dengan cepat terkubur oleh keletihan kami, Dan upah kami dalam waktu singkat telah berubah menjadi odol-shampo-sewa rumah dan bon-bon di warung yang harus kami lunasi
Ternyata banyak di antara kami yang masih susah menikmati teh hangat Karena kami masih pusing bagaimana mengatur letak tempat tidur dan gantungan pakaian
Ada yang sudah lama ingin mempunyai kamar mandisendiri Dari situ pembicaraan meloncat ke soal harga semen dan juga cat tembok yang harganya tak pernah turun, Kami juga berbicara tentang kampanye pemilihan umum yang sudah berlalu Tiga partai politik yang ada kami simpulkan Tak ada hubungannya sama sekali dengan kami: buruh Mereka hanya memanfaatkan suara kami demi kedudukan mereka
Kami tertawa karena menyadari Bertahun-tahun kami dikibuli dan diperlakukan seperti kerbau
Akhirnya kami bertanya Mengapa sedemikian sulitnya buruh membeli sekalengcat, padahal tiap hari ia bekerja tak kurang dari 8 jam Mengapa sedemikian sulitnya bagi buruh untuk menyekolahkan anak-anaknya Padahal mereka tiap hari menghasilkan berton-ton barang
Lalu salah seorang di antara kami berdiri Memandang kami satu-persatu kemudian bertanya: Adakah barang-barang yang kalian pakai yang tidak dibikin oleh buruh? Pertanyaan itu mendorong kami untuk mengamati barang-barang yang ada di sekitar kami: neon, televisi, radio, baju, buku
Sejak itu kami selalu merasa seperti sedang menghadapi teka-teki yang ganjil Dan teka-teki itu selalu muncul ketika kami berbicara tentang panci-kompor- gelas minum-wajan penggoreng Juga di saat kami menghitung upah kami yang dalam waktu singkat telah berubah menjadi odol-shampo-sewa rumah dan bon-bon di warung yang harus kami lunasi
Kami selalu heran dan bertanya-tanya Kekuatan macam apakah yang telah menghisap tenaga dan hasil kerja kami?