Anda di halaman 1dari 5

PENGALAMAN KEMAH KARYA

Pada waktu itu saya duduk dikelas 1 smp, saat itu saya sedang aktif mengikuti kegiatan
PMR. Saya senang sekali mengikuti kegiatan PMR tersebut karena saya jadi punya banyak
pengalaman, banyak teman dan sering berkumpul di forum Palang Merah Indonesia. Saya jadi
tahu banyak tentang ilmu-ilmu mitigasi bencana, pertolongan pertama, pendidikanremaja sehat
dan juga banyak hal lainnya.

Suatu hari, ketua PMR disekolah kami mengumumkan bahwa 3 minggu lagi akan
diadakan kemah besar PMR yang akan diikuti oleh 30 sekolah sekota batam yang bernama
kemah karya.

“Jadi, aku ada berita bagus, 2 minggu lagi akan diadakan Kemah besar PMR yaitu
Kemah Karya, di kemah ini akan diselenggarakan lomba-lomba seperti mitigasi bencana,
pertolongan pertama, dapur umum, kesehatan remaja dan banyak lagi. Sekolah kita hanya akan
mengirim 1 tim yang terdiri dari 20 orang, bagi yang berminat bisa daftar sama aku pulang
latihan nanti.” Awalnya aku dan temanku tidak berminat untuk ikut karena anggota dari kemah
ini biasanya diprioritaskan bagi anak-anak kelas 2. Karena mereka lebih berpengalaman.

Sepulang latihan, aku dan kiki beriap pulang, tetapi tiba-tiba guru Pembina kami-Bu Rita
memangil kami.

“Aqilah dan Kiki kok tidak mendaftar?” tanya guru pembina kami, aku dan kiki saling
berpandangan.

“Kami takut tidak terpilih bu, soalnya kami merasa masih kurang pengalaman.”
Terangku, Bu Rita terkekeh mendengar jawabanku.

“Ibu tanya, kalau ibu yang akan merekomendasikan kalian untuk ikut, kalian mau gak?
Tapi dengan syarat kalian harus rajin dan tidak boleh banyak izin, karena dalam perkemahan
bukan masalah kurang pengalamannya, tetapi kalian harus punya tekad dan semangat.” Aku dan
kiki berteriak kegirangan.

“Beneran bu? Pasti kami mau kok bu, kami juga akan bekerja keras dan bersemangat
dalam kemah ini.”
“Iya bu, pokoknya kami pasti gak bakal ngecewain ibu kok.” Ucap kami bersemangat, Bu
Rita tersenyum melihat semangat kami, ia memanggil ketua PMR kami-Kak Rafiq dan
menyuruh kak Rafiq untuk menuliskan nama kami dalam daftar peserta kemah.

“Buk, kalau Rafiq tau, kenapa ibu memilih mereka jadi angora tetap kemah?” tanya kak
Rafiq penasaran

“Mereka kan aktif banget fiq, ibu juga seneng lihat semangat mereka. “ jelas Bu Rita.
Kak Rafiq mengangguk setuju, aku dan Kiki diperbolehkan pulang. Jadwal latihan kami akan
mulai besok sepulang sekolah selama seminggu penuh sampai menuju hari-H.

Diperjalanan pulang aku dan kiki tidak henti-hentinya tersenyum dan berteriak
kegirangan. Ternyata kami bisa juga ikut kemah yang kami dambakan ini.

Besoknya mulailah perjuangan kami mempersiapkan hal-hal yang akan dipersiapkan


menuju kemah karya tidaklah mudah banyak hambatan yang terjadi, seperti kami tidak memiliki
tenda dan ingin meminjam dengan anak-anak parmuka, tetapi mereka beralasan tidak bisa
meminjamkan karena tendanya sudah bocor. Jadilah kami membeli kain panjang yang tidak
tahan air dan dijadikan tenda, alias saat turun hujan pastinya kami akan kebasahan.

Permasalahan kedua terjadi ketika akan menentukan orang-orang yang akan berlomba di
bidang-bidang seperti mitigasi bencana, pertolongan pertama, dan lain-lain. Saat itu aku dan kiki
memilih untuk ikut lomba pertolongan pertama tetapi H-3 keberangkatan, tiba-tiba kami ditukar
menjadi lomba mitigasi bencana.

“Aqilah, Kiki, kalian kakak pindahkan ke lomba Mitigasi Bencana ya, soalnya kaka lihat
kalian punya bakat public speaking dan menggambar.”kami kaget dan panik. Untung saja kami
tidak butuh waktu lama untuk mempersiapkannya. Lomba mitigasi bencana tidak terlalu susah,
kami hanya perlu menyiapkan poster dengan gambaran tangan mengenai mitigasi bencana
disekolah, dan kami juga akan mempresentasikan poster kami.

Masalah datang lagi pada H-1 keberangkatan, anggota kami kak Mila terkena DBD jadi
kami kelabakan mencari pengganti, untuk saja kami cepat menemukan pengganti.
AKhirnya hari jumat pun tiba, kami dengan suka cita pergi menggunakan mobil bak
terbuka milik guru Pembina kami. Ketika sampai kami langsung mendirikan tenda dan
membereskan peralatan-peralatan lomba, masak, serta barang-barang pribadi.

“Aqilah tolong pegang tali yang ini!” kak Rafiq memintaku, Raka, dan kak Rani untuk
membantunya mendirikan tenda. Kiki dan Kak Sasa membereskan alat-alat masak, dan yang
lainnya membuat gerbang dari bambu.

“Kak Rani, pakunya habis!” teriak Raka dari arah belakang tenda, dia sedang memasang
paku untuk menahan tenda. Kak Rani kemudian menyuruhku untuk mengambil paku di dalam
tas peralatan. Aku pun mengambilkannya dan memberikan sekotak paku pada Raka.

Setelah berberes kami pun menggunakan waktu luang untuk berlatih yel-yel untuk
ditampilkan nanti malam. Malam hari pun tiba kami disuruh menuju ke lapangan basket untuk
berkenalan dengan sekolah-sekolah lainnya. Kami bermain games dan menyanyikan yel-yel
kami. Malam itu seru banget . aku banyak bertemu teman-teman baru yang baik dan supel.

“Hai namaku Rizka dari SMP 9, kamu siapa ?” anak yang duduk disampingku
mengajakku berbicara.

“Aku Aqilah dari SMP 26 dan ini Kiki temanku.” jawabku ramah, dia melihat aku dan
kiki bergantian sambil mengerutkan dahi.

“Sepertinya aku pernah lihat kalian tapi dimana ya,” ujarnya sambil berfikir, lalu tiba-tiba
matanya membuat dan berteriak pelan, “Aaaah, aku tau kalian yang pernah jadi relawan ketika
ada kegiatan donor darah bukan?” Aku dan kiki berpandangan sambil mengingat

“Oooh aku ingat, kamu anak bapak Riza kan? Yang kemarin butuh kantung darah
golongan A rhesus positif.” Tanyaku bersemangat, Rizka mengangguk-anggukkan kepalanya

“Makasih ya kalian udah mau bantu aku kemarin, kalau ga ada kalian aku gatau lagi
gimana nasib adik aku, kemarin dia kena DBD, trombositnya turun drastis, dia butuh darah
secepatnya, untung ada kalian.” Ujarnya sambil memegang tangann kami.

“Sama-sama Rizka, kami senang membantu kamu.” Kata kiki, kami pun mengobrol
banyak dan sangat seru, Rizka juga mengenalkan kami dengan teman-temannya.
Acara malam itu selesai pukul 12.00. ketika kelompok kami bersiap kembali ke tenda
tiba-tiba Kiki memintaku untuk menemaninya ke toilet, suasana malam itu seram sekali, gelap
dan sunyi, aku takut, tetapi temanku bilang tidak akan ada apa-apa. Setelah selesai dari toilet,
tiba-tiba ada kakak Pembina yang mengagetkan kami, kami terkejut dan berlari saking takutnya.
Sesampainya di tenda, aku dan temanku tidak berbicara lagi dan langsung tidur, padahal teman-
teman yang lain sedang membuat api unggun dan bermain games.

Pada pagi hari kedua, aku dan kiki giliran membuat sarapan pagi , aku dan kiki
memutuskan untuk membuat nasi goreng, tapi alangkah sialnya, ternyata nasi yang kami masak
terlalu lembut, tetapi karena lapar, jadinya kami lahap saja memakan nasi goreng ajaib, walaupun
kami ditertawai oleh kakak dan teman yang lain.

Pada siang harinya aku dan kiki pergi ke tempat lomba mitigasi bencana. Ketika sampai
di tempat lomba, rupanya kami diharuskan mengambil undi terlebih dahulu, ternyata kami dapat
urutan 15 yang artinya kami akan lomba besok, setelah selesai kami kembali lagi ke tenda. Aku
dan kiki diminta bantuan oleh kakak kelas untuk mencuci alat-alat masak. Setelah mencuci alat
masak, aku dan kiki melihat adanya genangan air yang berisi kecebong, karena lucu aku dan kiki
bermain kecebong sampai-sampai kakiku tercebur karena terpeleset. Kami tertawa-tawa
kegirangan.

Sore harinya kami ingin memasak tetapi rupanya kami kehabisan gas, untung saja Rizka
berbaik hati memberikan kami gas. Waktu maghrib pun tiba kami pun shalat berjamaah, setelah
selesai shalat kami kembali ke tenda dan saat diperjalanan tiba-tiba terdengar bunyi petir, kami
panik takut akan turun hujan, Jadi kami mengantisipasi turunnay hujan, kami pun berkemas
supaya barang-barang kami tidak akan terkena hujan.

Malam ini akan ada pentas seni, jadi kami berkumpul lagi di lapangan basket untuk
menyaksikan pensi. Kami was-was takut terjadi hujan. Alhamdulillah ternyata tidak jadi turun
hujan dan pensi berjalan dengan lancar, banyak pertunjukan nyanyi, dance, music reggae, beat
box dan banyak lagi. Saat pertunjukan dance berlangsung tiba-tiba lampu lapangan basket
padam. Kami semua ketakutan dan berteriak-teriak. Tiba-tiba dari belakang ada sosok berbaju
putih, kami berteriak dan mengira bahwa itu adalah makhlu halus, tetapi rupaya iu adalah kakak
Pembina kami yang memberitahu bahwa listik sedang korslet dan kami diminta untuk tenang dan
menunggu. Setelah menunggu selama 15 menit, lampu akhirnya hidup kembali. Karena takut
listrik akan padam lagi, kami semua diperbolehkan untuk kembali ke tenda. Malam itu aku tidak
langsung tidur, rasanya was-was sekali takut akan turun hujan,tapi kami tetap mencoba untuk
tenang dan mulai tidur karena besok adalah hari terakhir yang lumayan panjang.

Pada hari terakhir, paginya turun hujan untung saja kami sudah antisipasi karena pagi itu
mendung, untung saja ketika jam 9 matahari sudah mulai muncul dan mulai mengeringkan tenda
kami. Pada jam 10 aku dan kiki pun mulai lomba, kami presentasi dengan lancar. Setelah selesai
lomba kami menonton tim dapur umum lomba, sekolah kami memasak ayam bakar. Jam 1 siang
aku dan kiki pergi mandi karena sedang sepi toiletnya. Aku dan temanku mmerasa sangat segara
setelah mandi, kami pun berjalan-jalan mengelilingi tenda-tenda sekolah lain. Pukul 3 kami
bersiap-siap untuk pulang dan mendengarkan pengumuman juara lomba. Sekolah kami dapat 3
piala, kami cukup puas dan senang, akhirnya kami pulang dengan hati senang, rasa capek
seketika hilang terbayarkan dengan piala yang kami dapatkan.

Selesai.

Anda mungkin juga menyukai