Anda di halaman 1dari 3

1.

Laminar
Aliran laminar terjadi apabila sebuah fluida mengalir secara paralel dalam sebuah
lapisan tanpa adanya gangguan antar lapisan tersebut. Aliran laminar sering juga dikenal
sebagai arus aliran. Aliran laminar juga dapat diartikan sebagai aliran yang memiliki
difusi momentum yang tinggi dan momentum konveksi yang rendah.
Atau dengan kata lain, aliran laminar dapat terjadi apabila sebuah aliran mempunyai
kecepatan yang relatif rendah atau fluidanya sangat viskous. Dalam keadaan yang seperti
itu gangguan yang mungkin dialami oleh medan aliran itu akibat getaran,
ketidakteraturan permukaan batas, dan sebagainya, relatif lebih cepat teredam oleh
viskositas fluida tersebut. Pada aliran laminar fluida dianggap bergerak dalam bentuk
lapisan-lapisan (lamina), dengan pertukaran molekuler yang hanya terjadi di antara
lapisan-lapisan yang berbatasan.
Ketika kecepatan dari aliran tersebut bertambah atau viskositasnya berkurang,
gangguan akan terus teramati dengan jarak hilir (downstream distance) yang semakin
besar dan akhirnya suatu keadaann peralihan akan tercapai. Dan bila keadaan peralihan
(transition state) ini ter;lampaui, paling tidak sebagian dari gangguan-gangguan itu akan
menjadi kuat. Kaedaan peralihan ini tergantung pada viskositas fluida, kecepatan, dan
lain-lain yang menyangkut geometri aliran, misalnya gradien tekanan lokal.

2. Turbulen
Sementara itu, kebelikan dari aliran laminar adalah alran turbulen. Aliran turbulen
ini terjadi jika sebuah aliran mempunyai sejumlah kondisi yang malampaui keadaan
peralihan, paling tidak sebagian dari gangguan yang dialami oleh aliran itu akan menjadi
semalin kuat. Dalam hal ini aliran turbulen dicirikan dari adanya ketidakteraturan local
dalam medan aliran yang dipengaruhi oleh sifat-sifat mekanik seperti kecepatan,
tekanan, atau temperatur.
Dalam aliran yang betul-betul turbulen, olakan-olakan yang terjadi boleh dianggap
bergerak secara acak di seluruh medan aliran dan berinteraksi hampir seperti molekul-
molekul dalam aliran laminar.

3. Newtonian
Fluida-fluida yang tegangan gesernya berhubungan secara linier terhadap laju
regangan geser atau yang sering juga disebut sebagai laju deformasi angular digolongkan
sebagai fluida Newtonian, dari I. Newton (1642-1727). Dan kebanyakan fluida biasa,
baik zat cair maupun gas adalah fliuda Newtonian. Biasanya pada fluida-fluida
Newtonian, viskositas nyatanya sama dengan viskositasnya dan tidak tergantung pada
laju geseran.
Fluida Newtonian memiliki kurva tegangan atau regangan yang linier. Contoh
umum dari fluida yang memiliki karakteristik ini adalah air. Keunikan dari fluida
newtonian adalah fluida ini akan terus mengalir sekalipun terdapat gaya yang bekerja
pada fluida. Hal ini disebabkan karena viskositas dari suatu fluida newtonian tidak
berubah ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Viskositas dari suatu fluida
newtonian hanya bergantung pada temperatur dan tekanan. Viskositas sendiri merupakan
suatu konstanta yang menghubungkan besar tegangan geser dan gradien kecepatan.

4. Non-Newtonian
Sedangkan fluida-fluida yang tegangan gesernya tidak berhubungan secara linier
terhadap laju regangan geser digolongkan sebagai fluida non-newtonian. Dan pada fluida
jenis ini, viskositas fluida akan berubah bila terdapat gaya yang bekerja pada fluida
(seperti pengadukan). Berbagai jenis fluida non-newtonian dibedakan dengan bagaimana
viskositas nyatanya berubah dengan laju geseran. Dan pada fluida non-newtonian,
kemiringan grafik tegangan geser terhadap laju regangan geser dinyatakan sebagai
viskositas nyata (apparent viscosity).

5. Compressible
Gas-gas seperti udara, oksigen dan nitrogen sering dikatakan dan dianggap sebagai
fluida mampu-mampat (compressible fluids) karena kerapatan gas dapat berubah secara
berarti dengan perubahan-perubahan tekanan dan temperatur. Aliran gas dengan
kecepatan 60-90 m/s harus dianggap sebagai aliran mampu-mampat.
Namun pada umumnya berat jenis gas-gas sangat kecil dibandingkan dengan berat
jenis zat cair. Sehingga didapatkan bahwa gradien tekanan pada arah vertikal juga kecil,
dan bahkan untuk jarak beberapa ratus kaki, tekanan pada dasarnya tetap konstan untuk
sebuah gas.

6. Incompressible
Aliran dianggap tak mampu-mampat (incompressible) bila perubahan kerapatan
fluida di situ dapat diabaikan. Semua aliran zat cair dan aliran gas pada kecepatan rendah
boleh dianggap sebagai aliran yang tidak mampu-mampat. Fluida yang dianggap tidak
mampu-mampat biasanya fluida yang kerapatannya tidak bergantung pada tekanan.

7. Inviscid
Tegangan geser terbentuk pada fluida yang bergerak karena viskositasnya. Fluida-
fluida yang biasa seperti udara dan air, memiliki viskositas yang kecil, oleh karena itulah
dapat diasumsikan bahwa dalam kondisi tertentu kita dapat mengabaikan efek
viskositasnya (demikian juga tegangan gesernya). Medan aliran di mana tegangan geser
diasumsikan dapat diabaikan dikatakan sebagai inviscid. Dan konsep aliaran inviscid
telah banyak digunakan dalam mengembangkan persamaan Bernoulli. Persamaan
Bernoulli berlaku pada sebuah garis-arus untuk fluida inviscid.

8. Viscous
Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan sebuah fluida yang menjadi cacat baik
oleh tegangan geser ataupun tensional stress. Dengan kata lain viskositas bisa dikatakan
sebagai ketebalan. Sebagai contoh, air misalnya memiliki kekentalan yang lebih rendah
daripada minyak yang memilki kekentalan yang lebih tinggi.
Dan karena kekentalan itulah dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi nilai
kekentalan suatu fluida, maka semakin lambat atau sulit fluida tersebut mengalir atau
bergerak. Juga sebaliknya, jika suatu fluida memiliki kekentalan yang semakin rendah
maka semakin mudah pula fluida tersebut mengalir atau bergerak.
Viskositas sangat sensitif terhafap temperatur. Pada zat cair viskositas berkurang
jika terjadi kenaikan temperatur, namun untuk gas peningkatan temperatur juga dapat
mengakibatkan peningkatan viskositas.

Anda mungkin juga menyukai