Anda di halaman 1dari 26

FLUIDA DINAMIS

Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fisika Energi
Lanjutan


Disusun oleh :
KELOMPOK :
Purwansah Winada (14031011005)
Brain Aulia B. (140310100016)
Nur Anwar (140310100090)
Rahmat Taufik (140310100096)











Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dinamika fluida adalah salah satu disiplin ilmu yang mengkaji perilaku
dari zat cair dan gas dalam keadaan diam ataupun bergerak dan interaksinya
dengan benda padat. Dinamika fluida sering dikatakan sebagai persoalan fisika
klasik terbesar yang belum terpecahkan. Upaya untuk mengungkapkan fenomena
dinamika fluida tercatat sejak Da Vinci melakukan observasi aliran pada abad ke-
16, diikuti Newton pada akhir abad ke-17 dengan konsep viskositis Newtonian,
lalu beberapa ilmuan besar seperti Bernoulli, Euler, Navier, Cauchy, Poisson,
Saint Venant, dan Stokes.
Dua konstribusi penting diberikan secara terpisah oleh Navier pada tahun
1823 dan Stokes pada tahun 1845 yang menurunkan persamaan diferensial parsial
fluida viskos, persamaan ini membahas tentang persamaan gerak fluida viskos,
persamaan ini dikenal dengan persamaan Navier-Stokes, dan persamaan inilah
yang menjadi dasar kajian dinamika fluida saat ini. Dalam kajian dinamika fluida
ini kita akan menangani bebagai karakteristik fluida, maka kita perlu
menggambarkan karakteristik karakteristik ini secara kualitatif dan kuantitatif.

1.2.Tujuan
Dalam pembahasan mengenai system pendingin dan tata udara ini memiliki
beberapa tujuan yaitu :
1. Memahami hukum hukum fluida dinamis
2. Memahami konsep hukum kontinuitas aliran fluida
3. Memahami konsep Hukum Bernoulli dan aplikasinya


1.3.Manfaat
Pada topik pembahasan system pendingin dan tata udara ini dapat ditemukan
beberapa manfaat yang dapat dambil, diantaranya :
1. Mengetahui pengertian tentang hukum hukum tentang fluida dinamis
2. Mengetahui penggunaan hukum hukum fluida dinamis pada kehidupan
sehari - hari

1.4.Batasan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis memiliki batasan masalah sebagai berikut :
1. Membahas mengenai aliran aliran pada fluida dinamis
2. Membahas mengenai hukum hukum fisika mengenai fluida dinamis



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena berbagai
sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air juga
akibat arah arus yang tidak mudah untuk digambarkan. Misalnya aliran sungai
yangs edang banjir, air terjun dari suatu ketinggian tertentu, dan sebagainya.
Contoh yang disebutkan di bagian depan memberikan gambaran mengenai bentuk
yang sulit dilukiskan secara pasti. Namun demikian, bila kita kaji secara
mendalam maka dalam setiap gerakan partikel tersebut akan selalu berlaku hukum
ke-2 Newton. Oleh sebab itu, agar kita labih mudah untuk memahami perilaku air
yang mengalir diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan (laju air)
dan kerapatan air dari setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua besaran ini aliran
air akan mudah untuk dipahami gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-
macam alirannya.
Bertolak dari kecepatan sebagai fungsi dari tempat dan waktu dapat
dibedakan menjadi:
a. Aliran steady (mantap) dan non steady (tidak mantap)
b. Aliran rotational dan aliran irotational
Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik tertentu
setiap saat adalah konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut kelajuannya akan
selalu konstan. Hal ini barati pada aliran steady (mantap) kelajuan pada satu titik
tertentu adalah tetap setiap saat, meskipun kelajuan aliran secara keseluruhan itu
berubah/berbeda.
Aliran steady ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang memiliki kedalaman
yang cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang kecil. Sebagai
contoh aliran steady ini adalah aliran laminier, yakni bahwa arus air memiliki arus
yang sederhana (streamline/arus tenang), kelajuan gerak yang kecil dengan
dimensi vektor kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol pada dinding dan
maksimum pada sumbu pipa (dimensi linearnya kecil) dan banyak terjadi pada air
yang memiliki kekentalan rendah. Selanjutnya aliran air dikatakan tidak mantap
(non steady) apabila kecepatan v pada setiap tempat tertentu dan setiap saat tidak
konstan. Hal ini berarti bahwa pada aliran ini kecepatan v sebagai fungsi dari
waktu.
Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha menggabungkan diri
satu sama lain dengan elemen air di sekelilingnya meskipun aliran secara
keseluruhan berlangsung dengan lancar. Contoh aliran tidak steady ini adalah
aliran turbulen, yakni bahwa partikel dalam fluida mengalami perubahan
kecepatan dari titik ke titik dan dari waktu ke waktu berlangsung secara tidak
teratur (acak). Oleh sebab itu aliran turbulen biasanya terjadi pada kecepatan air
yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi serta memiliki dimensi linear
yang tinggi, sehingga terdapat kecenderungan berolak selama pengalirannya.
Di samping aliran laminier dan aliran turbulen dikenal pula aliran yang memiliki
profil kecepatan datar, tetapi aliran ini hanya dikenal pada fluida yang tidak
memiliki kekentalan (koefisien kekentalannya nol) dan mengalir secara lambat.
Sedangkan air adalah tergolong pada fluida yang memiliki kekentalan, sehingga
air tidak dapat digolongkan sebagai aliran datar.
Selanjutnya aliran irrotational adalah aliran air yang tidak diikuti perputaran
partikel penyusun air tersebut, sedangkan aliran rotational adalah aliran yang
diikuti perputaran partikel penyusun air. Hal ini memberikan gambaran bahwa
untuk aliran rotational dapat diberikan istilah rotasi. Salah satu cara untuk
mengetahui adanya aliran rotasi ini antara lain bila di permukaan air terapung
sebuah tongkat yang melintang selama aliran gerak tongkat tersebut akan
mengalami gerakan yang berputar di samping berpindag secara translasi akibat
aliran air tersebut. Contoh aliran rotasi adalah aliran yang berupa aliran pusaran,
yakni suatu aliran yang vektor kecepatannya berubah dalam arah
tegak/transversal.
Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir maka akan
dikenal aliran-aliran sebagai berikut:
a. Aliran viscous dan aliran non viscous
b. Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan
Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran fluida
pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara beberapa partikel
penyusun fluida. Di samping itu juga gesekan antara fluida itu sendiri dengan
tempat terjadinya aliran tersebuut. Untuk aliran air lebih didekatkan pada aliran
dengan kekentalan yang rendah, sehingga aliran air dapat berapda pada aliran non
viscous.
Selanjutnya aliran termampatkan adalag aliran yang terjadi pada fluida yang
selama pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah volumenya, sehingga akan
mengubah pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran termampatkan ini pada
umumnya berlangsung pada gas, sedangkan pada air alirannya lebih didekatkan
pada pengertian aliran tak termampatkan yakni bahwa selama pengaliran air
tersebut massa jenis air dianggap tetap besarnya.
Fluida dinamis adalah fluida yang sifat alirannya berubah setiap saat. Misalnya air
yang keluar dari keran, air sungai, air terjun, dan lain-lain.
Dari uraian yang telah dikemukakan di bagian depan, maka agar aliran air dapat
dipahami dengan mudah maka aliran yang dimaksud dalam pembahasan nanti
labih ditekankan pada aliran-aliran yang meliputi:
1. Fluida dianggap tidak kompresibel
2. Dianggap bergerak tanpa gesekan walaupun ada gerakan materi (tidak
mempunyai kekentalan)
3. Aliran fluida adalah aliran stasioner, yaitu kecepatan dan arah gerak
partikel fluida yang melalui suatu titik tertentu tetap. Jadi partikel yang
datang kemudian di satu titik akan mengikuti jejak partikel-partikel lain
yang lewat terdahulu.
2.1 Debit
Fluida mengalir dengan kecepatan tertentu, misalnya v meter per detik.
Penampang tabung alir berpenampang A, maka yang dimaksud dengan debit
fluida adalah volume fluida yang mengalir persatuan waktu melalui suatu pipa
dengan luas penampang A dan dengan kecepatan v.
Q =
t
V

Karena V = A.s maka persamaan debit menjadi : Q =
t
A.s
dan v =
t
s


maka Q = A . v

2.2 Persamaan Kontinuitas

Perhatikan fluida yang mengalir dalam sebuah pipa yang mempunyai ukuran
penampang berbeda.











Pipa terletak mendatar dengan ukuran simetris. Partikel fluida yang semula
di A
1
setelah At berada di A
2
. Karena At kecil dan alirannya stasioner maka
banyaknya fluida yang mengalir di tiap tempat dalam waktu yang sama harus
sama pula.

A
1
A
2
v
1
v
2

Gambar: Aliran fluida dalam pipa
Banyaknya fluida yang mengalir di A
1
sama dengan banyaknya fluida yang
mengalir di A
2
karena mengikuti kekekalam massa.
massa di A
1
= massa di A
2

.A
1
v
1
t = .A
2
v
2
t
A
1
v
1
= A
2
v
2

Bagaimana dengan pipa yang memiliki penampang berbeda dan terletak
pada ketinggian yang berbeda. Perhatikan tabung alir a-c di bawah ini. A
1
adalah
penampang lintang tabung alir di a.
A
2
= penampang lintang di c. v
1
= kecepatan alir fluida di a, v
2
= kecepatan alir
fluida di c.











Partikel partikel yang semula di a, dalam waktu At detik berpindah di b,
demikian pula partikel
yang semula di c berpindah di d. Apabila At sangat kecil, maka jarak a-b sangat
kecil, sehingga luas penampang di a dan b boleh dianggap sama, yaitu A
1
.
Demikian pula jarak c-d sangat kecil, sehingga luas penampang di c dan di d dapat
dianggap sama, yaitu A
2
. Banyaknya fluida yang masuk ke tabung alir dalam
waktu At detik adalah :
.A
1
.v
1
. At dan dalam waktu yang sama sejumlah fluida meninggalkan tabung alir
sebanyak .A
2
.v
2
. At. Jumlah ini tentulah sama dengan jumlah fluida yang masuk
ke tabung alir sehingga :


v
1

V
2

A
1

A
2

h
1

h
2

Gambar : Pipa alir
a
c
b
d
.A
1
.v
1
. At = .A
2
.v
2
. At

Jadi :

Persamaan tersebut dinamakan persamaan Kontinuitas
A.v yang merupakan debit fluida sepanjang tabung alir selalu konstan (tetap sama
nilainya), walaupun A dan v masing-masing berbeda dai tempat yang satu ke
tempat yang lain. Maka disimpulkan :

Bila A
1
v
1
.At. = m maka selama waktu At massa sebanyak m ini dianggap
telah berpindah dari A
1
ke A
2
. Kecepatannya berubah dari v
1
menjadi v
2
. Bila
ketinggiannya juga berubah dari h
1
menjadi h
2
. Oleh karena itu elemen massa m
telah mengalami tambahan energi sebesar :
A E = AE
k
+ AE
p

= m (v
2
2
- v
1
2
) + mg (h
2
h
1
)
= m v
2
2
- m v
1
2
+ mgh
2
mgh
1

Pahami ini sebagai akibat adanya gaya dorong di A
1
dari zat cair yang ada
di sebelah kiri dengan arah ke kanan. Walaupun ada juga gaya penghambat dari
sebelah kanan A
2
.
Kerja total dari gaya-gaya ini adalah :
W = F
1
s
1
F
2
s
2

W = p
1
A
1
v
1
At p
2
A
2
v
2
At
atau W =

p
1
A
1
v
1
At

p
2
A
2
v
2
At
W =

p
1
m

p
2
m
W =

m
(p
1
p
2
)


2.3 Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli merupakan persamaan pokok fluida dinamik dengan
arus streamline. Di sini berlaku hubungan antara tekanan, kecepatan alir dan
A
1
.v
1
= A
2
.v
2

Q = A
1
.v
1
= A
2
.v
2
= konstan
tinggi tempat dalam satu garis lurus. Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Perhatikan gambar tabung alir a-c pada gambar pipa alir. Jika tekanan p
1
ke kanan
pada penampang A
1
, dari fluida di sebelah kirinya, maka gaya yang dilakukan
terhadap penampang di a adalah p
1
A
1
, sedangkan penampang di c mendapat gaya
dari fluida dikanannya sebesar p
2
A
2
, di mana p
2
adalah tekanan terhadap
penampang di c ke kiri. Dalam waktu At detik dapat dianggap bahwa fluida di
penampang a tergeser sejauh v
1
At dan fluida di penampang c tergeser sejauh v
2
At
ke kanan.
Jadi usaha yang dilakukan terhadap a adalah : p
1
A
1
v
1
At sedangkan usaha
yang dilakukan pada c sebesar : - p
2
A
2
v
2
At
Jadi usaha total yang dilakukan gaya-gaya tersebut besarnya :
W
tot
= (p
1
A
1
v
1
- p
2
A
2
v
2
) At
W = p
1
A
1
v
1
At p
2
A
2
v
2
At
W =

p
1
A
1
v
1
At

p
2
A
2
v
2
At
W =

p
1
m

p
2
m

Dalam waktu At detik fluida dalam tabung alir a-b bergeser ke c-d dan mendapat
tambahan energi sebesar :
E
m
= AE
k
+ AE
p
E
m
= ( m v
2
2
m v
1
2
) + (mgh
2
mgh
1
)
= m (v
2
2
v
1
2
) + mg (h
2
h
1
)

Dari kekekalan energi yaitu perubahan energi mekanik adalah sama dengan usaha.

E
m
= W
m v
2
2
m v
1
2
+ mgh
2
mgh
1
=

p
1
m

p
2
m
(suku-suku persamaan ini memperlihatkan dimensi usaha)
Apabila setiap ruas dibagi dengan m kemudian dikalikan dengan akan diperoleh
persamaan:
v
2
2
v
1
2
+ g h
2
g h
1
=

p
1

p
2

p
2
+ v
2
2
+ g h
2
=

p
1
+ v
1
2
+ g h
1

p
1
+ v
1
2
+ g h
1
= p
2
+ v
2
2
+ g h
2
(suku-suku persamaan di atazs memperlihatkan dimensi tekanan)
atau p + v
2
+ g h = Konstan
Persamaa tersebut dikenal sebagai hukum Bernoulli.
Contoh penggunaan Hukum Bernoulli :
a) Semprotan
b) Sayap pesawat terbang
c) Venturi meter = alat yang digunakan untuk menentukan kecepatan aliran
zat cair.
d) Pipa pitot
e) Tower air

2.4 Viskositas (Kekentalan)

Viskositas / kekentalan dapat dibayangkan sebagai gesekan antara satu bagian
dengan bagian yang lain dalam fluida.
F = q A
L
V


F = gaya gesek antara dua lapisan zat cair yang mengalir
q = angka kekentalan = viskositas
A = luas permukaan

L
V
= kecepatan mengalir sepanjang L
q =
Av
FL

Satuan dalam sistem cgs =
det
cm
cm
dynecm
2
=
2
cm
dynedet
= poise
Dalam sistem MKS =
2
m
det Newton ik


- Satuan viskositas dinamis = poise : q
- Satuan viskositas kinetis = stokes : v
v =


- Satuan dalam teknik = SAE (Society of Automotic Enginers)

2.5 Semprotan

Persamaan Bernoulli diterapkan pada prinsip semprotan obat pembasmi nyamuk
yang cair.





Perhatikan skema semprotan berikut ini.




v
1


Gambar: Semprotan obat nyamuk
V
2

Obat nyamuk cair mula-mula diam sehingga v
1
= 0, sedangkan udara bergerak
dengan kecepatan v
2
karena didorong oleh pengisap. Tekanan p
1
sama dengan p
2

yaitu tekanan udara luar. Sehingga persamaan bernoulli menjadi:
p
1
+ v
1
2
+ g h
1
= p
2
+ v
2
2
+ g h
2
0 + g h
1
= v
2
2
+ g h
2
g h
1
= v
2
2
+ g h
2
g (h
1
h
2
) = v
2
2


g h = v
2
2


Cairan obat nyamuk naik setinggi h daan akan tersemprot oleh pengaruh
kecepatan v
2
.

2.6 Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang

Pembahasan gaya angkat pada sayap pesawat terbang dengan menggunakan
persamaan Bernoulli dianggap bentuk sayap pesawat terbang sedemikian rupa
sehingga garis arus aliran udara yang melalui sayap adalah tetap (streamline)




Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih tajam
dan sisi bagian yang atas lebih melengkung daripada sisi bagian bawahnya.
Bentuk ini menyebabkan kecepatan aliran udara di bagian atas lebih besar
daripada di bagian bawah (v
2
> v
1
).
Dari persamaan Bernoulli kita dapatkan :


Ketinggian kedua sayap dapat dianggap sama (h
1
= h
2
), sehingga g h
1
= g h
2
.
Dan persamaan di atas dapat ditulis :


p
1
+ .v
1
2
+ g h
1
= p
2
+ .v
2
2
+ g h
2


p
1

p
2

v
1

v
2






Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa v
2
> v
1
kita dapatkan p
1
> p
2

untuk luas penampang sayap F
1
= p
1
A dan F
2
= p
2
A dan kita dapatkan bahwa
F
1
> F
2
. Beda gaya pada bagian bawah dan bagian atas (F
1
F
2
) menghasilkan
gaya angkat pada pesawat terbang. Jadi, gaya angkat pesawat terbang dirumuskan
sebagai :


Dengan = massa jenis udara (kg/m
3
)

2.7 Venturimeter

Venturimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan kecepatan
aliran zat cair. Dengan memasukkan venturimeter ke dalam aliran fluida
kecepatan aliran fluida dapat dihitung menggunakan persamaan Bernoulli
berdasarkan selisih ketinggian air atau selisih ketinggian raksa.
Venturimeter dibagi dua macam yaitu venturimeter tanpa manometer dan
venturimeter dengan manometer.

a. Venturimeter Tanpa Manometer
p
1
+ .v
1
2
= p
2
+ .v
2
2


p
1
p
2
= .v
2
2
- .v
1
2


p
1
p
2
= (v
2
2
v
1
2
)
F
1
F
2
= A(v
2
2
v
1
2
)


P
1
A
1

P
2
A
2

v
1

v
2


Air dengan massa
jenis mengalir
memasuki pipa
berpenampang
besar dengan
kecepatan v
1
menuju pipa berpenampang kecil dengan kecepatan v
2
dimana v
2
> v
1
. Terjadi
perbedaan ketinggian air (h) pada kedua pipa vertikal. Dalam hal ini berlaku h
1
=
h
2
sehingga g h
1
= g h
2
.
Berlaku persamaan Bernoulli sebagai berikut.
p
1
+ v
1
2
+ g h
1
= p
2
+ v
2
2
+ g h
2
p
1
+ v
1
2
= p
2
+ v
2
2


p
1
p
2
= v
2
2
v
1
2

p

= (v
2
2
v
1
2
)
g h = (v
2
2
v
1
2
)
g h = (v
2
2
v
1
2
)
Dengan menggunakan persamaan kontinuitas A
1
.v
1
= A
2
.v
2
untuk mendapatkan
hubungan antara v
2
dan v
1
, maka v
1
dapat dihitung.

b. Venturimeter dengan Manometer









v
1
P
1

v
2
P
2

r


Air dengan massa jenis mengalir memasuki pipa berpenampang besar dengan
kecepatan v
1
menuju pipa berpenampang kecil dengan kecepatan v
2
dimana v
2
>
v
1
. Terjadi perbedaan ketinggian (h) raksa dengan massa jenis
r
pada kedua pipa
manometer. Dalam hal ini berlaku h
1
= h
2
sehingga g h
1
= g h
2
. Berlaku
persamaan Bernoulli sebagai berikut.
p
1
+ v
1
2
+ g h
1
= p
2
+ v
2
2
+ g h
2
p
1
+ v
1
2
= p
2
+ v
2
2


p
1
p
2
= v
2
2
v
1
2

P

= (v
2
2
v
1
2
)
(
r
) g h = (v
2
2
v
1
2
)
Dengan menggunakan persamaan kontinuitas A
1
.v
1
= A
2
.v
2
untuk mendapatkan
hubungan antara v
2
dan v
1
, maka v
1
dapat dihitung.

2.8 Pipa pitot

Pipa pitot dipakai untuk mengukur kecepatan aliran fluida dalam pipa. Biasanya
pipa ini dipakai untuk mengukur laju fluida berbentuk gas. Pipa pitot dilengkapi
dengan manometer yang salah satu kakinya diletakkan sedemikian sehingga tegak
lurus aliran fluida sehingga v
2
= 0. Terjadi perbedaan ketinggian (h) raksa dengan
massa jenis
r
pada kedua pipa manometer. Dalam hal ini berlaku h
1
= h
2
sehingga g h
1
= g h
2.
Persamaan Bernoulli deterapkan sebagai berikut.
p
1
+ v
1
2
+ g h
1
= p
2
+ v
2
2
+ g h
2
p
1
+ v
1
2
= p
2


p
1
+ v
1
2
= p
1
+
r
g h

v
1
2
=
r
g h

Kecepatan aliran fluida sebagai berikut.

v
1
=

gh 2
r








2.9 Tower Air

Sebuah bak penampungan air sebagi tower dengan kran air yang dapat
memancarkan air melalui sebuah lubang baik di dasar maupun di ketinggian
tertentu dapat di selesaikan kecepatan pancaran air dari lubang (v
2
)





Kecepatan air di permukaan (v
1
) sama dengan nol karena diam tidak mengalir. p
1

= p
2
= tekanan udara luar. Selisih ketinggian air di permukaan (h
1
)

dengan air di
dasar (h
2
) = h. Persamaan Bernoulli sebagai berikut.
p
1
+ v
1
2
+ g h
1
= p
2
+ v
2
2
+ g h
2
0 + g h
1
= v
2
2
+ g h
2
g h
1
= v
2
2
+ g h
2
g h
1
g h
2
= v
2
2


v
2
2
= g (h
1
h
2
)
2
1 v
1

X
v
2
2
= g h
v
2
= 2gh
Persamaan ini tidak lain adalah rumus gerak jatuh bebas. Sedangkan jarak
jatuhnya fluida diukur dari titik proyeksi lubang air dihitung menggunakan
persamaan gerak lurus beraturan.
X = v
2
. t sedangkan waktu jatuh fluida h = g t
2


1. Bilangan Reynolds
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vs)
terhadap gaya viskos (/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya
tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, misalnya laminar dan turbulen.
Namanya diambil dari Osborne Reynolds (18421912) yang mengusulkannya
pada tahun 1883.
Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan tak berdimensi yang paling
penting dalam mekanika fluida dan digunakan, seperti halnya dengan bilangan tak
berdimensi lain, untuk memberikan kriteria untuk menentukan dynamic
similitude. Jika dua pola aliran yang mirip secara geometris, mungkin pada fluida
yang berbeda dan laju alir yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan tak
berdimensi yang relevan, keduanya disebut memiliki kemiripan dinamis.
Bilangan Reynold (Re) merupakan bilangan tak berdimensi yang dipakai
untuk menentukan distribusi kecepatan suatu aliran sehingga dapat
menentukan sifat suatu aliran ( Re <2100 : Laminer , Re >2100 : Turbulen
)




D = diameter
v = laju alir

D v. .
Re =
= densitas
= viskositas

Kerugian Head (Head Losses) adalah untuk mengatasi kerugian-kerugian
yang terdiri atas head kerugian gesak di dalam pipa-pipa, dan head kerugian
didalam belokan-belokan, reduser, katup-katup, dsb. Dalam keadaan turbulen,
peralihan atau laminar untuk aliran dalam pipa (saluran tertutup), telah
dikembangkan persamaan kerugian oleh Henry Darcy dan Julius Weishbach.
Kerugian energi per satuan berat fluida dalam pengaliran cairan dalam sistem
perpipaan disebut sebagai kerugian head (head loss). Head loss terdiri dari

Mayor head loss (mayor losses), merupakan kerugian head sepanjang
saluran pipa yang dinyatakan dengan rumus :



Dimana :
Hf = head kerugian
f = faktor gesekan
L = panjang pipa
V = kecepatan rata-rata cairan dalam pipa
D = diameter pipa

Harga f (faktor gesekan) didapat dari diagram Moody (lampiran - 6)
sebagai fungsi dari Angka Reynold (Reynolds Number) dan Kekasaran relatif
(Relative Roughness - /D ), yang nilainya dapat dilihat pada grafik (lampiran)
sebagai fungsi dari nominal diameter pipa dan kekasaran permukaan dalam pipa
(e) yang tergantung dari jenis material pipa.

Contoh Kasus :
1. Sebuah tangki terbuka berisi air setinggi H. Pada jarak h dari permukaan
air dibuat suatu lubang kecil, sehingga air memancar dari lubang itu.
Berapa jauh air yang keluar dari tangki mengenai tanah ?
Penyelesaian:
Persamaan Bernoulli:
p
1
+ v
1
2
+ g H = p
2
+ v
2
2
+ g (H h)
g H = v
2
2
+ g (H h)
v
2
2
= g H - g (H h)
v
2
2
= g H g (H h)
v
2
2
= g (H H +h)
v
2
= h g 2
Gerak jatuh bebas:
h = g t
2

t =
g
h) - (H 2

Gerak beraturan arahmendatar:
s = v t
= h g 2
g
h) - (H 2

s = h) - (H h 4

2. Air mengalir melalui sebuah pipa yang berbentuk corong. Garis tengah
lubang corong dimana air itu masuk 30 cm. Dan garis tengah lubang
corong dimana air itu keluar 15 cm. Letak pusat lubang pipa yang kecil
lebih rendah 60 cm daripada pusat lubang yang besar. Jika cepat aliran air
dalam pipa itu 140 liter/det, sedangkan tekanannya pada lubang yang besar
77,5 cm Hg. Berapakah tekanannya pada lubang yang kecil ?
Penyelesaian:

H
h
s


r
1
= 15 cm
r
2
= 7,5 cm
(h
1
h
2
) = 60 cm
p
1
= 77,5 cm Hg, P
2
= ....?
Q
2
= 140 lt/det
Jawab:
Q
2
= A
2
v
2

140 = t (7,5)
2
v
2

v
2
=
2
(7,5)
140000
t
= 793 cm/det
A
1
v
1
= A
2
v
2

t (15)
2
V
1
= t (7,5)
2
793
v
1
= 198 cm/det
p
1
+ v
1
2
+ g h
1
= p
2
+ v
2
2
+ g h
2

p
2
= p
1
+ v
1
2
+ g h
1
v
2
2
- g h
2

p
2
= p
1
+ (v
1
2
v
2
2
) + g (h
1
h
2
)
= 77,5 + (198
2
793
2
) + 980 (60)
p
2
= 59,9 cm Hg



h
1

h
2

A
1

v
1

A
2
v
2

3.













Penyelesaian:
a.
p
1
= 8000 N/m
2
+ Bar
H = 1 m
A
A
= 20 cm
2
= 0,002 m
2

A
B
= 10 cm
2
= 0,001 m
2

v
A
= 0

Aliran dari C ke B:
p
A
+ v
A
2
+ g h = p
B
+ v
B
2
+ g h
B

(8000 + Bar) + 1000 0 + 1000 0 1 = Bar + 1000 v
B
2
+1000 10 0
8000 + Bar + 10000 = Bar + 500 v
B
2

18000 = 500 v
B
2

v
B
= 36
v
B
= 6 m/det
Q
B
= A
B
v
B

Q
B
= 0,001. 6 = 0,006 lt/s.
Dalam tangki tertutup terdapat air setinggi 1 m. Udara di atas air mempunyai
tekanan lebih besar 8000 daripada tekanan udara luar. Pipa di A
mempunyai luas 20 cm
2
. Dan di B 20 cm
2
.
a) Berapa flux ( ) air keluar di B ?
b) Berapa tinggi air dalam pipa terbuka ?
h
B
1 m
A
C
P
1

b.
Aliran dari A ke B:

A
A
v
A
= A
B
v
B

0,002 v
A
= 0,001 6
v
A
= 3 m/det

p
A
+ v
A
2
+
A
g h
A
= p
B
+ v
B
2
+ g h
B
Bar + 1000 3
2
+ 1000 10 h
A
= Bar + 1000 6
2
+ 1000 10 0
h
A
= 1,35 m

3. Air menyemprot keluar dari sebuah lubang pada dinding sisi sebuah
tangki. Lubang tersebut berbentuk lingkaran yang bergaris tengah 2 cm
dan berada 3 m di bawah permukaan air. Jika luas penampang lubang itu
0,6 t, berapa liter air akan mengalir tiap menit ?






Penyelesaian:
D = 2 cm
h = 300 cm
q = 0,6 t cm
2

v = h g 2
= 300 980 2 = 76,68 cm/det
Q = 76,68 0,6 t
= 46,73 10
-3
t lt/det = 276 t 10
-3
lt/mnt

3m
4. Sebuah venturimeter, tabung yang besar mempunyai penampang lintang
10 dm
3
. Dan tabung yang kecil berpenampang lintang 5 dm
3
. Selisih
tekanan kedua tabung itu 38 cmHg. Berapakah cepat aliran zat cair yang
diukur ?





Penyelesaian:
A
1
= 10 dm
2
A
2
= 5 dm
2

p
1
p
2
= 39 cm Hg
v
1
=...?
Persamaan Bernoulli:
p
1
+ gh
1
+ v
1
2
= p
2
+ gh
2
+ v
2
2

h
1
= h
2

p
1
p
2
= (v
2
2
v
1
2
)
Persamaan kontinuitas:
A
1
v
1
= A
2
v
2

v
2
=
2
1
A
A
v
1
Substitusi:
p
1
p
2
= (
2
2
2
1
A
A
v
1
2
v
1
2
)
p
1
p
2
= v
1
2
(
2
2
2
1
A
A
- 1)
38 = 1 v
1
2
(
2
2
500
1000
- 1)
76 = v
1
2
3
v
1
= 3 , 25 = 5,3 v
1
= 5 cm/det
P
1
A
1

P
2
A
2

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dapat diberikan adalah :
- Fluida adalah suatu bentuk materi yang mudah mengalir misalnya zat cair
dan gas. Sifat kemudahan mengalir dan kemampuan untuk menyesuaikan
dengan tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida
dengan zat benda tegar.
- Dalam kehidupan sehari-hari, dapat ditemukan aplikasi Hukum Bernoulli
yang sudah banyak diterapkan pada sarana dan prasarana yang menunjang
kehidupan manusia masa kini seperti untuk menentukan gaya angkat pada
sayap dan badan pesawat terbang, penyemprot parfum, penyemprot racun
serangga dan lain sebagainya.


















DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2014. Tersedia online :
http://s3.amazonaws.com/ppt-download/mekanikafluida-130926212227-
phpapp02.docx?response-content-
disposition=attachment&Signature=k6kMWYXaQxx5AED3f8zIjsH0jq4%3D&E
xpires=1399852688&AWSAccessKeyId=AKIAIW74DRRRQSO4NIKA [
diakses Tanggal 11 Mei 2014 pukul 22.30 WIB ].
2. Anonim. 2014. Tersedia online :
http://cobaberbagi.files.wordpress.com/2010/05/fluida.doc [ Diakses Tanggal 11
Mei 2014 Pukul 22.32 WIB ].
3. Anonim. 2014. Tersedia online :
http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/11015-13-635084442138.doc [
Diakses Tanggal 11 Mei 2014 Pukul 22.47 WIB ]

Anda mungkin juga menyukai