Anda di halaman 1dari 3

Fluida atau zalir (zat alir)[1] adalah segala jenis zat yang dapat mengalir dalam wujud gas

maupun cairan.
[2] Berdasarkan pergerakannya, fluida dibedakan menjadi fluida statik dan fluida dinamik.[3] Fluida
adalah sub-himpunan dari fase benda, termasuk cairan, gas, plasma, dan padat plastik. Fluida memiliki
sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan kemampuan untuk mengalir (atau umumnya
kemampuannya untuk mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan sebuah
fungsi dari ketidakmampuan mereka mengadakan tegangan geser dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi
dari sifat ini adalah hukum Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam menggolongkan bentuk
fluida. Fluida adalah zat atau entitas yang terdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi
tegangan geser walau sekecil apapun tegangan geser itu.

Berdasarkan arah tekanan menuji garis alirnya, fluida dibagi menjadi 2 jenis, yaitu fluida Newtonian dan
fluida non-Newtonian. Fluida juga dibagi menjadi cairan dan gas. Cairan membentuk permukaan bebas
(yaitu, permukaan yang tidak diciptakan oleh bentuk wadahnya), sedangkan gas tidak dapat membentuk
permukaan secara bebas. Massa jenis

Massa jenis fluida sama dengan jumlah massa fluida dalam tiap satuan volume. Pada volume yang kecil,
massa jenis fluida merupakan hasil bagi antara massa fluida dan volumenya. Pengertian ini hanya
digunakan pada fluida yang memiliki volume yang kecil dan dapat diamati secara menyeluruh oleh
penglihatan.[4] Pada fluida dengan volume yang sangat besar, massa jenis fluida tidak memiliki nilai
yang tetap. Perubahan nilai massa jenis fluida dipengaruhi oleh kedalaman pengukuran fluida di dalam
cairan. Nilai massa jenis fluida meningkat seiring bertambahnya kedalaman ruang pada cairan. Massa
jenis fluida yang nilainya tidak tetap terjadi pada bendungan, lautan maupun atmosfer. Pada atmosfer,
nilai massa jenis semakin kecil bila fluida diukur pada posisi yang semakin jauh dari permukaan Bumi.
Nilai massa jenis fluida yang berubah-ubah diukur dengan menambahkan faktor diferensiasi massa dan
volume fluida.[4]

Prinsip dasar

Hukum Pascal

Hukum Pascal merupakan hukum fisika yang dibuat oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Prancis yaitu
Blaise Pascal. Pascal menyatakan bahwa pada titik sembarang di dalam fluida, perubahan tekanan
apapun yang diberikan pada fluida yang berada dalam ruangan tertutup akan tetap diteruskan.[5]
Hukum Pascal menyatakan bahwa setiap bagian fluida akan menerima tekanan yang sama di tiap bagian
permukaannya jika fluida berada dalam ruangan tertutup. Tekanan dengan nilai yang sama juga dialami
oleh permukaan dinding yang membatasi fluida dalam ruang tertutup. Hukum Pascal dikemukakan oleh
Blaise Pascal (1623-1662 M) pada tahun 1653 M.

[6]

Prinsip Archimedes

Massa jenis fluida juga menerapkan prinsip Archimedes. Benda akan tenggelam jika massa jenis benda
lebih besar daripada fluidanya. Ini merupakan akibat dari gaya apung yang lebih kecil dari berat benda.
Sebaliknya, benda akan mengapung jika massa jenis benda sama dengan fluidanya. Ini merupakan akibat
dari gaya apung yang sama dengan berat benda.[7]

Jenis

Berdasarkan sifatnya

Berdasarkan sifatnya, fluida dibedakan menjadi fluida ideal dan fluida sejati. Fluida ideal tidak dapat
mengalami perubahan volume akibat perubahan tekanan. Selain itu, fluida ideal dapat berpindah tanpa
mengalami gesekan, sehingga viskositasnya sama dengan nol. Sedangkan fluida sejati adalah fluida yang
dapat mengalami perubahan volume akibat perubahan tekanan dan dapat mengalami gesekan saat
berpindah dengan nilai viskositas tertentu.[8]

Berdasarkan pergerakannya

Berdasarkan pergerakannya, fluida dibedakan menjadi fluida statik dan fluida dinamik. Fluida statis
merupakan fluida yang berada dalam keadaan tidak bergerak, sedangkan fluida dinamis merupakan
fluida yang berada dalam keadaan bergerak.[9]

Aliran

Aliran fluida merupakan perpindahan fluida yang membentuk garis aliran dengan kecepatan tertentu.
Penandaan terhadap garis aliran adalah pada garis singgung antara tiap titik perpindahan fluida dengan
pengamatan vektor kecepatan. Berdasarkan garis aliran ini, aliran fluida terbagi menjadi aliran stasioner
dan aliran non-stasioner. Aliran stasioner terbentuk ketika garis aliran berimpit dengan arah aliran setiap
saat. Sementara aliran non-stasioner adalah aliran yang selalu tidak berimpit dengan garis alirannya.
Kedua jenis aliran ini akhirnya juga membentuk tabung aliran, yang merupakan suatu ruangan
berbentuk tabung dengan pembatas berupa kumpulan garis aliran.[10]

Kecepatan aliran fluida berbeda-beda pada tiap penampang dan ditentukan berdasarkan jumlah tabung
alirannya. Aliran fluida ini diamati dalam bentuk cairan yang mengalir dengan satuan waktu sepanjang
bagian pengaliran. Satuan yang digunakan untuk menetapkan nilai alirannya dapat berupa satuan
volume, satuan berat atau satuan massa dari tiap unit.[11]Pada cairan yang tidak mengalami tekanan
akibat keberadaan aliran stasioner, nilai kecepatan alirannya selalu konstan pada tiap bagian dari tabung
alirannya.[12]

Tabung aliran yang tidak memiliki luas penampang mempunyai batas ruangan yang sama dengan garis
aliran. Pada kondisi tanpa penampang, tabung aliran mempunyai vektor kecepatan yang sama nilainya
dengan tangensial antara bagian permukaannya. Pada bagian dinding pembatas, tidak terjadi
perpindahan partikel, karena tabung aliran ini tidak mempunyai komponen kecepatan yang normal.[13]

Aliran laminar

Aliran laminar merupakan aliran fluida yang terbentuk sebagai akibat dari tidak adanya gangguan pada
pengaliran fluida di tiap lapisan yang saling sejajar. Kondisi ini membuat garis aliran dari masing-masing
aliran fluida tidak saling berpotongan. Karakteristik dari aliran laminar adalah tidak membentuk pusaran,
persilangan maupun percampuran garis aliran. Setiap partikel di dalam fluida bergerak serenjang dengan
arah garis aliran secara teratur. Aliran laminar dipelajari dalam dinamika fluida. Kondisi yang
memungkinkan terbentuknya aliran laminar adalah fluida bergerak dengan kecepatan yang sangat
lambat. Pembentukan aliran laminar juga dapat terjadi pada fluida yang memiliki tingkat kekentalan
yang tinggi. Difusi momentum pada aliran laminar sangat besar. Sebaliknya, momentum konveksi yang
dihasilkan oleh aliran laminar bernilai sangat kecil. Nilai bilangan Reynolds pada aliran laminar selalu
kurang dari 2000. Setelah waktu dan kondisi tertentu, aliran laminar akan berubah menjadi aliran
turbulen.[14]

Aliran transisi

Aliran transisi merupakan aliran fluida dengan bentuk peralihan antara aliran laminar menjadi aliran
turbulen. Keberadaan aliran transisi merupakan akibat dari perbedaan sifat antara aliran laminar dan
aliran turbulen. Perbedaan sifa ini utamanya dalam hal kehilangan energi akibat gaya gesek. Kehilangan
energi ini terjadi selama pengaliran fluida. Status aliran transisi dapat diketahui melalui nilai bilangan
Reynolds. Aliran transisi dapat terbentuk ketika terjadi peningkatan pada nilai bilangan Reynolds dari
aliran laminar. Nilai bilangan Reynolds pada aliran transisi berada di dalam rentang bilangan Reynolds
aliran laminar dan aliran turbulen. Kisaran nilainya antara 2000 hingga 4.000. Rentang nilai aliran transisi
dipengaruhi oleh tingkat ketidaksempurnaan sistem aliran fluida beserta dengan tingkat gangguan
lainnya. Setelah waktu dan kondisi tertentu, aliran transisi akan berubah menjadi aliran turbulen. Aliran
transisi umumnya terbentuk pada aliran udara yang bertumbukan dengan benda yang melengkung.
Permukaan benda yang mengalami tumbukan umumnya berbentuk bola.[15]

Aliran turbulen

Aliran turbulen merupakan aliran fluida yang memiliki kecepatan yang berubah-ubah. Di dalam aliran
turbulen terdapat partikel-partikel yang bergerak secara acak dan tidak stabil. Garis aliranpada masing-
masing partikel dalam aliran turbulen selalu saling berpotongan satu dengan yang lainnya. Aliran
turbulen hanya dapat terbentuk pada kecepatan fluida yang sangat tinggi dengan nilai kecepatan yang
selalu berubah-ubah setiap waktu. Aliran turbulen umumnya hanya terbentuk dalam waktu yang
singkat. Setelahnya, aliran turbulen akan menghilang akibat partikel-partikel di dalamnya saling
bertumbukan. Persamaan matematika yang digunakan agar suatu aliran disebut sebagai aliran turbulen
adalah bilangan Reynolds tak-berdimensi. Suatu aliran fluida dinyatakan sebagai aliran turbulen ketika
bilang Reynolds mencapai lebih dari 4000. Perhitungan bilangan Reynolds pada aliran turbulen
menambahkan faktor gaya inersia, tetapi tidak menambahkan faktor gaya akibat kekentalan.[15]

Anda mungkin juga menyukai