Anda di halaman 1dari 10

No Jurnal Penulis Variabel Hasil Saran

1 Pelaksanaan Program
K3 Karyawan PT
Biratex Industries
Semarang
Ibrahim Jati
Kusuma
- Pelatihan K3
- Alat Pelindung
Diri
- Beban Kerja
- Jam Kerja
- Jaminan
Keselamatan dan
Kesehatan
-
Terdapat lima elemen K3
yang ada di PT. Bitratex
Industries, yang Pertama
yaitu
Jaminan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Kedua
yaitu Pelatihan K3, Ketiga
yaitu Alat
Pelindung Diri, Keempat
yaitu Beban Kerja dan
Kelima jam kerja. Adapun
narasumber
berdasarkan jabatan
dimasing-masing divisi
adalah sebagai berikut :
Manajer Produksi,
- Supervisor
Produksi, Safety
Officer dan
Karyawan
Produksi.
Ada empat manfaat
pelaksanaan program K3
menurut Modjo (2007),
yaitu: 1.
Pengurangan absentisme,
2. Pengurangan biaya
klaim kesehatan, 3.
Pengurangan turnover
pekerja, dan 4.
Peningkatan produktivitas.
1. Jaminan kesehatan (poliklinik
gratis 24 jam) yang diberikan
perusahaan perlu terus
dilanjutkan, meskipun karyawan
telah pensiun.
2. Mengenai pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja,
perlu adanya penambahan materi,
penjadwalan dan pelatihan
tambahan (re-training).
3. Perlu diadakan pembinaan atau
penyuluhan tentang arti
pentingnya pemakaian alat
pelindung diri yang baik dan
benar. Selain itu, perusahaan juga
harus memberikan sanksi
tegas terhadap karyawan yang
tidak memakai APD saat berada
di tempat-tempat tertentu,
misalnya di ruang produksi.
4. 4. Agar pekerjaan setiap
karyawan dapat diselesaikan
dengan baik, perusahaan harus
mampu
untuk menciptakan suasana kerja
yang lebih kondusif dan harmonis,
serta teamwork yang
lebih baik.
5. Karyawan yang mendapatkan
kelebihan jam kerja, dalam hal ini
lembur dengan jumlah
waktu tertentu, sebaiknya jumlah
kompensasi yang diberikan perlu
ditambah sesuai dengan
- waktu lemburnya.
2 Pelaksanaan
Perlindungan Hukum
terhadap Tenaga Kerja
Outsorcing PT. Indah
Karya Nuansa
Indonesia (PT.
Inkanindo) di PT.
Pertamina (Persero)
UP_VI Balongan
Evi
Rosmanasari
1. Dalam menjalankan
usaha outsourcing
penyediaan tenaga kerja
pemeriksaan rutin NDT
peralatan kilang PT.
PERTAMINA
(Persero) UP-VI
Balongan, PT.
INKANINDO belum
seluruhnya
sesuai dengan ketentuan
ketenagakerjaan yang
berlaku. Ada
beberapa hal telah
terpenuhi namun ada pula
yang belum
terpenuhi, yaitu :
a. Beberapa hal yang telah
mematuhi ketentuan,
antara lain :
Penyerahan pekerjaan
penyediaan tenaga kerja
pemeriksaan
rutin NDT peralatan kilang
PT. PERTAMINA
(Persero) UP-VI
Balongan dilakukan
dengan perjanjian kerja
1. Harus ada pengawasan terhadap
perusahaan jasa Outsourcing yang
lebih
di perketat supaya pekerja
outsourcing lebih terlindung.
2. Hendaknya PT. INKANINDO
segera memenuhi ketentuan yang
berlaku
dalam rangka memperbaiki sistem
kerja sesuai dengan ketentuan
yang ada
dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang
ketenagakerjaan,
diantaranya :
a. Harus adanya jadwal kerja dan
lembur bagi tenaga kerja
pemeriksaan
Rutin NDT yang jelas agar
memenuhi ketentuan 40 (empat
puluh) jam
seminggu atau membayar
kelebihan jam kerja setiap harinya
dengan
upah lembur sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Upah dan tunjangan-tunjangan
yang diberikan sebaiknya
sama secara tertulis,
sehingga memenuhi
ketentuan Pasal 64 dan
Pasal 65
ayat (1).
Dalam perlindungan
kerja yang telah terpenuhi
baru ketentuan
pekerja anak, karena
memang tenaga kerja
pemeriksaan rutin
NDT seluruhnya pekerja
wanita dewasa dan laki-
laki dewasa
dengan usia minimum 19
(sembilanbelas) tahun,
sehingga
memenuhi ketentuan Pasal
68 sampai dengan Pasal 75
tentang
pekerja anak, Pasal 76
tentang jam kerja malam
bagi pekerja
wanita, Pasal 81-83
tentang hak-hak khusus
pekerja wanita.
Selain itu waktu isitirahat
yang diberikan kepada
tenaga kerja
dan ketentuan kelebihan
jam kerja belum
memenuhi ketentuan
disesuaikan
dengan Upah Minimum
Kabupaten Indramayu dan juga
Surat
Perjanjian Kerja (SPK) yang telah
disepalati dan juga didasarkan
pada
Surat Keputusan General Manager
UP-VI No. Kpts-
059/E16000/2006-
S0 tanggal 05 Juni 2006. yaitu
Sebesar Rp. 1.189.400,00 (satu
juta
seratus delapan puluh sembilan
ribu empat ratus rupiah) tanpa
adanya
potongan untuk keuntungan
Perusahaan Penyedia Tenaga
Kerja.
c. Harus adanya perbaikan untuk
Program Jamsostek, dengan cara
Seluruh pembayaran setiap bulan
program Jamsostek sebesar 10,8
% X
upah tetap perbulan untuk setiap
bulannya menjadi beban
perusahaan penyedia jasa tenaga
kerja. Kartu kepesertaan
JAMSOSTEK, copy
iutan program JAMSOSTEK
harus diberikan kepada setiap
pekerja
Pasal 78 ayat (1) dan ayat
(2).
Hubungan kerja yang
terjadi antara PT.
INKANINDO sebagai
penyedia jasa tenaga kerja
outsourcing dan PT.
PERTAMINA
(PERSERO) UP-VI
BALONGAN sebagai
pengguna tenaga
kerja outsourcing serta
hubungan denga tenaga
kerja
pemeriksaan rutin NDT
telah memenuhi ketentuan
Pasal 59
tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu dan Pasal
65 ayat (6)
dan ayat (7).
c. Pelanggaran-
pelanggaran yang
dilakukan, antara lain :
Jam kerja yang
diberlakukan bila dijumlah
dalam 1 (satu)
minggu jumlahnya adalah
45 (empat puluh lima) jam
padahal
tetap walaupun masa kontrak
kerja belum berakhir sehingga
para
pekerja bisa mengurus
kepesertaan JAMSOSTEK jauh-
jauh hari
sebelum masa kontrak berakhir.
d. Harus membuat atau
mengikutsertakan para pekerjanya
dalam
program asuransi yang lain yang
lebih menjamin kesejahteraan
bagi
para pekerja selain dari Program
Jamsostek yang dianggap terlalu
mempersulit dan membebani para
Pekerja. penyedia jasa tenaga
kerja. Kartu kepesertaan
JAMSOSTEK, copy
iutan program JAMSOSTEK
harus diberikan kepada setiap
pekerja
tetap walaupun masa kontrak
kerja belum berakhir sehingga
para
pekerja bisa mengurus
kepesertaan JAMSOSTEK jauh-
jauh hari
sebelum masa kontrak berakhir.
d. Harus membuat atau
mengikutsertakan para pekerjanya
dalam
program asuransi yang lain yang
lebih menjamin kesejahteraan
bagi
para pekerja selain dari Program
Jamsostek yang dianggap terlalu
mempersulit dan membebani para
Pekerja.
3 Pelaksanaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
pada Tenaga Kerja
Wanita di PT Maruki
Internasional Indonesia
Fatmawaty
Mallapiang,
Nurfadillah
Pelaksanaan K3 pada
tenaga kerja wanita,
pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan awal,
pemeriksaan kesehatan
berkala, pemberian cuti
hamil dan melahirkan,
pemberian istirahat haid,
pendidikan dan pelatihan
K3, penggunaan alat
pelindung diri.
Pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan awal dan
berkalatelah dilaksanakan
100% pada tenaga kerja
wanita. Pelaksanaan
pemberian cuti
hamil/melahirkan
terlaksana sebesar 78,3%
pada tenaga kerja wanita.
Pelaksanaan diklat K3
terlaksana sebesar 96,2%
pada tenaga kerja wanita.
Penggunaan alat pelindung
diri terlaksana sebesar
61,2% pada tenaga kerja
wanita.
Pihak pimpinan perusahaan perlu
mempertahankan serta
meningkatkan program pelayanan
kesehatan awal dan berkala
kepada tenaga kerja wanita.
Perusahaan perlu meningkatkan
sosialisasi hak tenaga kerja wanita
tentang cuti hamil dan melahirkan
serta cuti/istirahat haid kepada
tenaga kerja wanita. Pihak
perusahaan meningkatkan
pelaksanaan diklat Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dan
menyediakan alat pelindung diri
secara kuantitas.
4 Perlindungan Hukum
Terhadap Pekerja/
Buruh Outsourcing
(Studi Kasus Di
Kabupaten Ketapang)
Uti Ilmu
Royen
1. Praktik outsourcing
dengan penyerahan
sebagian pelaksanaan
pekerjaan
kepada perusahaan lain
melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan di
Kabupaten Ketapang
secara umum tidak
1. Pemerintah Kabupaten
Ketapang melalui unit kerja
terkait perlu
menginventarisir sifat dan jenis
kegiatan pokok setiap perusahaan,
dan
memerintahkan pengusaha untuk
mencantumkan alur kegiatan
produksi
mengimplementasikan
ketentuan
dan syarat-syarat
outsourcing sebagaimana
diatur dalam Undang-
Undang
Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan,
karena:
a. Pekerjaan yang
diserahkan oleh
perusahaan (principal)
kepada
perusahaan lain (vendor)
merupakan bentuk-bentuk
pekerjaan pokok
(core business) bukan
pekerjaan penunjang
perusahaan secara
keseluruh. Praktik seperti
ini bertentangan dengan
Pasal 65 ayat (2).
b. Perusahaan (principal)
telah menyerahkan
sebagian pelaksanaan
pekerjaan melalui
perjanjian pemborongan
pekerjaan kepada
perusahaan lain (vendor)
yang tidak berbadan
hukum seperti CV, yang
secara yuridis tidak
perusahaannya dalam Peraturan
Perusahaan atau Peraturan Kerja
Bersama
kemudian melaporkannya pada
unit kerja terkait, agar ada
kepastian hukum dan
klasifikasi mengenai sifat dan
jenis kegiatan pokok (core
bussiness) dan
kegiatan penunjang perusahaan
secara keseluruhan.
2. Agar Pemerintah Kabupaten
Ketapang melalui unit kerja
terkait melakukan
upaya hukum guna menertibkan
praktik outsourcing yang
bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan, baik dengan
Tindakan
Refresif Non-yustisial maupun
dengan tindakan Refresif
Yustisial.
3. Melihat banyaknya celah-celah
yang merupakan ketimpangan
dalam
sistem hukum ketenagakerjaan,
disarankan agar pemerintah segera
mengadakan pembaruan hukum
ketenagakerjaan dengan merevisi
berbagai peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan yang
memiliki kecakapan
bertindak sebagai subyek
hukum dalam praktik
outsourcing. Praktik
seperti ini bertentangan
dengan Pasal 65 ayat (3).
2. Bahwa pelaksanaan
perlindungan kerja dan
syarat-syarat kerja seperti
persyaratan hubungan
kerja, persyaratan
pengupahan, persyaratan
waktu
kerja waktu istirahat dan
upah kerja lembur,
persyaratan jamsostek,
kompensasi kecelakaan
kerja, serta persyaratan
keselamatan dan
kesehatan bagi pekerja
/buruh outsourcing di
Kabupaten Ketapang tidak
diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku,
sehingga pekerja/buruh
merasa dirugikan secara
ekonomi dan sosial,
merasa diperlakukan tidak
adil serta tidak manusiawi
sebelum, selama dan
setelah mereka bekerja.
inkonsistensi dan kontradiksi serta
yang sudah tidak sesuai lagi
dengan
perkembangan jaman.
4. Sistem Outsourcing, yang
dilegalisasi berdasarkan Undang-
Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan tidak perlu
dihapuskan, karena secara
ekonomi, politik dan sosiologis
kehadiran sistem outsourcing
justru membuka
bentuk-bentuk lapangan usaha
baru bagi pengusaha-pengusaha
nasional
ditengah persaingan ekonomi
global. Sistem outsourcing juga
telah
menciptakan lapangan pekerjaan
baru bagi para pencari kerja,
mengurangi
jumlah pengangguran dan
meningkatkan daya beli
masyarakat. Hanya saja
diperlukan regulasi outsourcing
baru yang dapat melindungi dan
berpihak
kepada pekerja/buruh, sehingga
tingkat kesejahteraan mereka
terjamin dan
terlindungi sesuai dengan tujuan
3. Eskalasi tuntutan
pekerja/buruh outsourcing
yang merasa tereksploitasi
serta tingkat kesejahteraan
mereka yang rendah
menandakan bahwa Peran
Pemerintah Kabupaten
Ketapang dalam
memberikan perlindungan
hukum terhadap
pekerja/buruh outsourcing
kurang maksimal. Hal ini
disebabkan karena ada
kepincangan dalam
komponen substansi,
struktur
dan kultural hukum
ketenagakerjaan sebagai
satu kesatuan sistem
hukum.
pembangunan di bidang
ketenagakerjaan.
5. Guna meminimalisir
perselisihan hubungan industrial
dan melindungi
pekerja/buruh maka hukum
ketenegakerjaan harus ditegakkan,
oleh kerena itu
perlu ada usaha meningkatkan
kuantitas dan kualitas pegawai
pengawas
ketenagakerjaan sebagai penegak
hukum ketenagakerjaan, dengan
cara
menambah personil pegawai
pengawas ketenagakerjaan,
memberikan sarana
maupun fasilitas serta anggaran
yang memadai untuk pelaksanaan
tugas dan
fungsi pengawasan, serta
peningkatan kompetensi pegawai
pengawas
ketenagakerjaan melalui
pendidikan dan pelatihan.
6. Sesuai dengan tujuan dan
fungsinya, Serikat Pekerja/Serikat
Buruh harus
berperan aktif dalam
memperjuangkan hak-hak
pekerja/buruh termasuk hak-hak
pekerja/buruh outsourcing. SP/SB
harus merubah paradigma lama
yang
terpecah belah, berbau politis dan
mementingkan diri sendiri dan
golongangolongan
tertentu. Solidaritas dan
perjuangan SP/SB harus
mencerminkan
kepentingan bersama dalam
rangka melindungi pekerja/buruh
dari
kesewenangan pengusaha.
Perjuangan mana pada akhirnya
diharapkan dapat
meningkatkan tingkat
kesejahteraan dan memberikan
rasa aman dalam bekerja.
Pengurus SP/SB harus memiliki
kompetensi mengenai hukum
ketenagakerjaan,
baik yang menyangkut norma
kerja maupun norma Keselamatan
dan
Kesehatan Kerja, dengan
demikian sebagai wakil
pekerja/buruh pengurus
SP/SB mampu bernegosiasi dan
mempertahankan argumennya
dalam
mengevaluasi kebijakan-kebijakan
perusahaan menyangkut
kepentingan
pekerja/buruh.

Anda mungkin juga menyukai