Analisis Tendangan Bebas
Analisis Tendangan Bebas
: vektor satuan dari gaya Magnus yang arahnya tegak lurus kecepatan
bola dan bergantung pada arah putaran bola.
Pada saat menendang bola, misalkan bola dibuat spin ke depan (searah jarum
jam dilihat dari samping, ke sumbu-x+). Kecepatan aliran udara di bagian atas bola
lebih rendah dari pada di bagian bawahnya sehingga tekanan di bagian atas lebih
tinggi daripada di bawah bola. Hal ini menyebabkan bola akan melengkung ke
bawah. Jadi, bola seolah-olah keluar ke atas namun kemudian ternyata menukik
tajam. Lintasan bola berbentuk parabola tetapi setelah mencapai tinggi maksimum
lintasan bola menjadi membelok tajam. Hal ini terjadi akibat efek magnus dan
peristiwa ini dapat dirumuskan sebagai berikut
= ma F
)
(
j a i a m j mg F
y x L
+ =
)
(
)
(
3
j a i a m j mg i v j v f D C
y x y x L
+ = + (5)
dari persamaan (5), kita ambil perumusan per komponen ( i
dan j
).
komponen i komponen j
x y L
ma fv D C =
3
y x L
ma mg fv D C =
3
dt
dv
m fv D C
x
y L
=
3
(6)
dt
dv
m mg fv D C
y
x L
=
3
(7)
- 6
Gambar 4. Lintasan bola dengan spin ke depan.
2
2
3
dt
v d
m
dt
dv
f D C
x
y
L
= (8)
2
2
3
dt
v d
m
dt
dv
f D C
y
x
L
= (9)
Substitusi persamaan (6) dan (9), diperoleh
2
2
3
2
3
dt
v d
f D C
m
fv D C
y
L
y L
= (10)
sementara subsititusi persamaan (7) dan (8) menghasilkan
2
2
3
2
3
dt
v d
f D C
m
mg fv D C
y
L
x L
= (11)
Misalkan
)) cos( ) sin( ) sin( ) (
0
t v t A t v
y
+ = (12)
)) sin( ) sin( ) cos( ) (
0
t v t A
g
t v
x
+ + = (13)
Dengan
m
f D C
L
3
= dan
) ) cos( (
0
v g
A
+
= , maka
A
t
v
t
A
y + = ) sin(
) sin(
) cos(
0
(14)
) sin(
) cos(
) sin(
) sin(
0 0
v
t
v
t
A
t
g
x + +
= (15)
Dari persamaanpersamaan tersebut kemudian dapat dibuat grafik sebagai
berikut
- 7
Peristiwa sebaliknya akan terjadi jika bola dibuat spin ke belakang (berlawanan
jarum jam). Kecepatan aliran udara di bagian atas bola lebih cepat dari pada bagian
bawahnya sehingga tekanan di bagian atas bola lebih rendah daripada bagian
bawahnya dan menyebabkan bola akan terangkat sedikit. Hal ini rupanya
dipengaruhi juga oleh efek magnus dan dapat dirumuskan
= ma F
)
(
j a i a m j mg F
y x L
+ =
)
(
)
(
3
j a i a m j mg i v j v f D C
y x y x L
+ = (16)
dari persamaan (12), kita ambil perumusan per komponen ( i
dan j
).
komponen i komponen j
-
x y L
ma fv D C =
3
y x L
ma mg fv D C =
3
dt
dv
m fv D C
x
y L
=
3
(17)
dt
dv
m mg fv D C
y
x L
=
3
(18)
2
2
3
dt
v d
m
dt
dv
f D C
x
y
L
= (19)
2
2
3
dt
v d
m
dt
dv
f D C
y
x
L
= (20)
Substitusi persamaan (17) dan (20), diperoleh
2
2
3
2
3
dt
v d
f D C
m
fv D C
y
L
y L
= (21)
sementara subsititusi persamaan (18) dan (19) menghasilkan
2
2
3
2
3
dt
v d
f D C
m
mg fv D C
y
L
x L
= (22)
Misalkan
) cos( ) sin( ) sin(
0
t v t A v
y
+ = (23)
) sin( ) sin( ) cos(
0
t v t A
g
v
x
+ = (24)
Dengan
m
f D C
L
3
= dan
) ) cos( (
0
v g
A
+
= , maka
A
t
v
t
A
y + + = ) sin(
) sin(
) cos(
0
(25)
- 8
Gambar 5. Lintasan bola dengan spin ke belakang.
) sin(
) cos(
) sin(
) sin(
0 0
v
t
v
t
A
t
g
x + + = (26)
Akhirnya, dari persamaanpersamaan tersebut dapat dibuat grafik sebagai berikut
Bagaimana jika spin bola dibuat menyamping? Atau dengan kata lain, arah
spinnya tegak lurus arah kecepatan bola? Tentunya lintasan bola akan membelok ke
arah samping. Peristiwa ini bisa kita lihat pada kebanyakan tendangan bebas yang
dilakukan oleh pemain sepakbola profesional. Sayangnya, formulasi matematik
untuk kasus ini sangatlah rumit sehingga tidak dibahas di sini ^_^ (bilang aja gak
bisa! Hehe) Meski demikian, perumusannya tetap serupa dengan perumusan
kasus spin ke depan atau spin ke belakang.
Referensi
[1] Wheelan P M and Hodgson M J, 1978, Essential Physics (London : John Murray)
[2] Carini J P, 1999, http://carini.physics.indiana.edu/E105/spinning-balls.html
[3] Asai T, Akatsuka T, 1998, The Physics of Footbal Phys. World 11 (6) 25 7
[4] Reilly T (ed), 1996, Science and Soccer (London: E & FN Spon)