Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari hari, setelah kita amati semua yang ada disekitar kita,
fenomena yang terjadi ini tidak terlepas dari ilmu fisika. Pergerakan dari partikel
yang paling kecil (mikro) sampai yang besar (makro) dibahas dalam ilmu fisika.
Dari tatanan rangkaian listri hingga tatanan kota yang besar dapat dikaji dengan
ilmu fisika. Bahasan fisika kali ini mengenai tentang gerak. Gerak dalam fisika ada
beberapa macam, salah satunya yaitu gerak peluru. Gerak peluru ini sering terjadi
dalam kehidupan sehari hari khususnya dalam bidang kemiliteran, bagaimana
seseorang dapat menembakkan peluru, meriam atau bom tepat pada sasaran dan
dengan hitungan waktu yang akurat, disini konsep yang dipakai adalah konsep
perhitungan fisika. Dimana gerak peluru ini ada yang memperhatikan hambatannya
dan mengabaikan hambatannya. Hambatan disini berupa hambatan gravitasi dan
hambatan udara. Masih berkenaan dengan gerak peluru, Evans (2004) mengkaji
tentang gerak peluru dengan hambatan linier dan gerak peluru dengan hambatan
kuadratik. Evans menerangkan bahwa luas permukaan peluru mempengaruhi jenis
hambatannya dimana jika luas permukaannya kecil maka hambatannya linier dan
sebaliknya untuk hambatan kuadratik.

Bergeraknya suatu benda disebabkan karena adanya gaya dari luar ini prinsip
dalam hukum Newton II. Benda yang bergerak ini mempunyai massa dan
kecepatan dan perkalian dari keduanya ini disebut sebagai momentum. Momentum
ini sangat berkaiatan dengan tumbukkan. Ketika terjadi tumbukan, gaya meningkat
dari nol pada saat terjadi kontak dan menjadi nilai yang sangat besar dalam waktu
yang sangat singkat ini disebut sebagai impuls. Dan gaya yang cukup besar dan
terjadi dalam waktu yang relatif singkat ini disebut gaya impulsive. Gaya implusif
inilah yang akan menjadi bahasan topic kita kali ini.
II.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Apa pengertian dari gerak peluru?
Apa saja macam dari gerak peluru?
Bagaimana perumusan gerak peluru pada medium berpenghambat?
Apa pengertian dari gaya implusif?
1

5. Bagaimana perumusan gaya implusif?


III.

Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gerak peluru
2. Mengetahui macam dari gerak peluru
3. Mengetahui perumusan dari gerak peluru
4. Mengetahui pengertian dari gaya implusif
5. Mengetahui perumusan dari gaya impusif

BAB II
PEMBAHASAN
I.

Gerak Peluru Pada Medium Berpenghambat


2

a. Pengertian gerak peluru


Sebuah benda dikatakan bergerak jika kedudukan benda tersebut berubah
terhadap suatu titik yang disebut titik acuan. Setiap benda yang bergerak
mengalami perubahan terhadap suatu benda tertentu, tetapi tidak bergerak
terhadap benda lainnya. Dengan kata lain, gerak benda bersifat relatif,
bergantung pada titik acuan. Sedangkan gerak sebuah benda yang diam tetapi
tampak seolah-olah bergerak dinamakan gerak semu.Gerak mempunyai
beberapa bentuk, ada gerak parabola (melengkung), gerak melingkar, dan gerak
lurus. Gerak juga dibagi berdasarkan percepatannya yaitu gerak beraturan
apabila gerak yang percepatannya sama dengan nol atau gerak yang
kecepatannya konstan dan gerak berubah beraturan adalah gerak yang
percepatannya konstan atau kecepatannya berubah secara teratur.
Gerak peluru atau gerak parabola adalah gerak benda yang lintasannya
berupa garis lengkung (parabola). Gerak peluru merupakan suatu jenis gerakan
benda yang pada awalnya diberi kecepatan awal lalu menempuh lintasan yang
arahnya sepenuhnya dipengaruhi oleh gravitasi. Karena gerak peluru termasuk
dalam pokok bahasan kinematika (ilmu fisika yang membahas tentang gerak
benda tanpa mempersoalkan penyebabnya), maka pada pembahasan ini, gaya
sebagai penyebab gerakan benda di abaikan.
Beberapa jenis gerak peluru yaitu gerak peluru tanpa hambatan udara,
gerak peluru berpenghambat. Gerak perulus berpenghambat dengan medium
penghambatnya yaitu hambatan linear dan hambatan kuadratik.
b. Gerak Peluru Dengan Hambatan Linear
Gerak peluru dengan hambatan linear adalah gerak benda yang diberikan
kecepatan awal dengan sudut elevasi pada suatu ketinggian tertentu serta
lintasannya dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya hambat udara, dimana
gaya hambat udara ini di tuliskan dengan rumus:
Flinier = -6rv
hambatan linier terjadi pada udara yang mempunyai viskositas tinggi,
benda yang mempunyai jari jari kecil serta kecepatan benda yang relative
kecil. Akan tetapi, tiga criteria tersebut masih belum jelas nilai batasannya
sehingga digunakan bilangan Reynold untuk mengatasi masalah tersebut.
Bilangan Reynold yang sering digunakan untuk menentukan hambatan linier
yaitu Re 0,1 (Olson & Wright, 1993). Menurut hukum Newton II, gerak
peluru dengan hambatan linier dapat dimodelkan seperti pada persamaan
dr
k
dr
=-g1.1
dt
m
dt
Dimana k = 6rv. Persamaan 1.1 dapat dituliskan dalam bentuk
sepasang persamaan sebagai berikut,
d x
k
dx
=1.2
dt
m
dt
d y
k
dy
=-g1.3
dt
m
dt
Persamaan 1.2 dan 1.3 merupakan PDB orde dua nonhomogen. Jika
kedua persamaan tersebut diberikan nilai awal maka akan menghasilkan solusi
umum dari posisi benda seperti pada persamaan,

m
(v(t0) cos + (t0) cos ) [ 1 e-(k/m)t]i + (y(t0) + mk(v t0 sin
k
+ t0 sin )[1 e kmt + m2gk21 kmt e kmt] j
1.4
r(t) = ( x (t0) +

c. Gerak peluru dengan hambatan kuadratik


Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan mengenai gerak peluru dengan
hambatan linier dimana hambatan tersebut berlaku pada Re 0,1 sehinggan
untuk kekentalan udara yang rendah, jari jari yang relative besar serta
kecepatan yang relative besar atau Re 0,1 digunakan istilah hambatan
kuadratik dimana besar gaya hambatan ini ditulis dengan rumus:
Fkuadratik = - ACdv2,
dengan A merupakan luas karakteristik (luas proyeksi orthogonal bagian depan
benda) dan Cd merupakan koefisien gesek. Menurut hukum Newton II, gerak
peluru dengan hambatan kuadratik dapat dimodelkan seperti pada persamaan,
dr
h v (t) dr
=-g1.5
dt
m dt
Dimana h = ACd. Persamaan 1.5 dapat dituliskan dalam bentuk
sepasang persamaan sebagai berikut.
dx
dy
+

dt
dt
d x
h
=1.6

dt
m

dx
dy
+

dt
dt
d y
h
=1.7

dt
m

( ) ( )

( ) ( )

persamaan (1.6) dan (1.7) merupakan PDB orde dua nonlinier yang masih
digabungkan sehingga persamaan tersebut sulit sekali untuk diselesaikan secara
analitik. Oleh karena itu, kedua persamaan tersebut dapat diselesaikan
menggunakan metode numerik (Evans, 2004).

d. Bilangan Reynold
Osborne Reynold adalah seorang fisikawan yang lahir pada tanggal 23
Agustus 1842 di Belfast, Irlandia Utara. Pada tahun 1983 beliau berjasa besar
karena telah mengemukakan bilangan Reynold. Bilangan Reynold adalah bilangan
tak berdimensi yang bergantung pada rapat massa, viskositas, diameter dan
kecepatan. Dalam kasus gerak peluru, bilangan Reynold biasanya digunakan dalam
acuan menentukan jenis hambatan, koefisien hambatan dan batas-batas arus pada
permukaan peluru yang bersifat laminer atau turbulen. Arus Laminer adalah aliran
fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan (lamina-lamina) membentuk
garis-garis alir yang tidak berpotongan satu sama lain sedangkan arus turbulen
adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara acak dan tidak stabil
dengan kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi (Taufik,2011). Karena aliran
turbulen lebih acak maka hambatan pada aliran turbulen lebih besar daripada

hambatan pada aliran Laminer. Dalam matematis Bilangan Reynold dapat dituliskan
seperti pada persamaan,
vD
Re =
1.8

dimana adalah viskositas dari udara, D adalah diameter benda, adalah


kerapatan udara dan yang terakhir adalah kecepatan. Dari persamaan (1.8) dapat
dilihat bahwa Bilangan Reynold berbanding lurus dengan kecepatan dan diameter
hal ini membuktikan bahwa semakin besar kecepatan dan diameter dari peluru maka
semakin besar pula Bilangan Reynold.
II. Gaya Implusif
a. Impuls Dan Momentum
Ketika terjadi tumbukan, gaya meningkat dari nol pada saat terjadi
kontak dan menjadi nilai yang sangat besar dalam waktu yang sangat singkat.
Setelah turun secara drastis menjadi nol kembali. Ini yang membuat tangan
terasa lebih sakit ketika dipukul sangat cepat (waktu kontak antara jari pemukul
dan tangan yang dipukul sangat singkat).
Hukum II Newton versi momentum yang telah turunkan menyatakan
bahwa laju perubahan momentum suatu benda sama dengan gaya total yang
bekerja pada benda tersebut. Besar gaya yang bekerja pada benda yang
bertumbukan dinyatakan dengan persamaan :

Ingat bahwa impuls diartikan sebagai gaya yang bekerja pada benda dalam
waktu yang sangat singkat. Konsep impuls membantu kita ketika meninjau gayagaya yang bekerja pada benda dalam selang waktu yang sangat singkat.

b. Gaya implusif
Dalam suatu tumbukan, misalnya bola yang dihantam tongkat pemukul,
tongkat bersentuhan dengan bola hanya dalam waktu yang sangat singkat,
sedangkan pada waktu tersebut tongkat memberikan gaya yang sangat besar
pada bola. Gaya yang cukup besar dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat
ini disebut gaya impulsif.

Pada peristiwa tumbukan semacam itu, tongkat memberikan gaya kepada


bola dengan arah gaya yang tetap. Tumbukan dimulai pada saat t1 dan berakhir
pada saat t2. Sebelum dan sesudah tumbukan gayanya adalah nol, namun selama
rentang t1 dan t2 gaya berubah dari nol menjadi sangat besar sebelum akhirnya
kembali ke nol lagi. Perubahan gaya impulsif terhadap waktu ketika terjadi
tumbukan dapat digambarkan sebagai berikut:

Tampak bahwa gaya impulsif tersebut tidak konstan. Dari Persamaan di bawah
tentang hukum II Newton diperoleh:
F

dP
dt

(2.1)

Persamaan tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk :


t2

p2

Fdt = dP
t1

(2.2)

p1

Ruas kiri Persamaan (2.1) tersebut dikenal sebagai impuls sedangkan ruas
kanan merupakan perubahan momentum. Impuls menunjukan besarnya gaya yang
bekerja pada suatu benda dalam rentang waktu yang sangat kecil. Berdasarkan
Persamaan di atas, impuls juga didefinisikan sebagai perubahan momentum.
Persamaan (2.1) juga dapat diturunkan dengan cara sebagai berikut:
Persamaan (2) tentang Hukum II Newton dapat dituliskan dengan cara:
F

dP
dt

(2.3)

Persamaan tersebut dapat ditata-ulang menjadi:


F t= P

(2.4)

Besaran Ft adalah impuls J, sehingga akhirnya diperoleh:


J =F t= P=P 2P 1

Teorema Impuls - Momentum : Impuls dari sebuah gaya sama dengan


perubahan momentum partikel.
Contoh Masalah 1

Gambar C.1
Pada gambar C.1, tubuh bebas memutar terhadap sumbu tetap O. pusat massa
tubuh adalah pada C. OC Jaraknya h. Tubuh dipukul dengan kekuatan impuls J pada
A, sehingga OA = x. Massa tubuh adalah M. Rotasi inersia pada C adalah

mk 2 ,

k
dan inersia rotasi pada O adalah m( 2+h2 )

Sebagai hasil dari pukulan itu, tubuh akan berputar dengan kecepatan sudut
dan pusat massa yang bergerak maju dengan kecepatan linear

h . Salah satu

pertanyaan dalam masalah ini adalah untuk menghitung .


Dorongan ke atas net adalah J - P , dan hasil ini dalam perubahan linear
momentum mh :
J - P = mh
Jx , dan hasil ini dalam perubahan

Torsi impulsif pada O adalah

k
momentum sudut I; yaitu m( 2+h2 ) :

k
m( 2+h2 )
Jx=
Kedua persamaan memungkinkan kita untuk memecahkan dua variabel dan
P dengan cara mengeliminasi m dan :
k
m( 2+ h2)
(1)
x
J =
P=J mh (2)

P=J 1

xh
2
k +h

P bertindak ke bawah jika

pusat adalah

x=

(3)

k +h
x<
h

dan ke atas jika

k +h
x>
h

. Posisi

k 2 +h2
.
h

Contoh Masalah 2

Gambar C.2

Sebuah batang berat, massa

dan panjang 2l , tergantung bebas dari

satu ujung. Batang ini diberikan impuls J seperti yang ditunjukkan pada suatu titik
pada x jarak dari ujung atas. Hitung ketinggian sudut maksimum di mana batang
naik.
Kita dapat menggunakan suatu persamaan untuk mendapatkan kecepatan sudut

. Pada persamaan ini,

4 m l2
, sehingga :
3

bergerak, dimana
=

k
m( 2+h2 ) adalah rotasi inersia sampai batang berhenti

3 Jx
4 m l2

Energi kinetik yang ditimbulkan adalah

1 3 2
. m l . . selanjutnya kita
2 4

samakan persamaan ini menjadi persamaan energi potensial 1cos .


mgl
Kemudian, cos =1

2l 2
3 J2 x2
=1
.
3g
8 g m2 l 3

Untuk mendapatkan batang yang berputar menempuh 180 0, impuls sudut dapat
diterapkan dengan :
Jx =4 ml

gl
3

Contoh Masalah 3

Gambar C.3
Sebuah batang seragam dengan massa m dan panjang 2l secara bebas berengsel
di salah satu ujung O. A cm (di mana c adalah konstan) melekat pada batang pada x
jarak dari O. Sebuah impuls J diterapkan ke ujung lain batang dari O. Dimana

seharusnya cm massa diposisikan agar impuls yang dihasilkan menjadi yang paling
besar jika kecepatan cm massa konstan?
Impuls sudut terhadap O adalah
4 2
ml +cm x 2 . Jika
3

2lJ . Rotasi inersia pada O adalah

adalah kecepatan sudut, momentum sudut adalah (

4 2
2
ml +cm x . jika kita masukan ke persamaan impuls, dapat ditemukan
3
=

6 lj
2
2
m(4 l +3 c x )

Kecepatan linear dari cm massa dikalikan x, atau

Menggunakan kalkulus, akan dapat dihasilkan

x=

6 ljx
.
2
2
m(4 l +3 c x )

2l
3 c

Contoh
Masalah 4

Gambar C.4
Sebuah batang seragam adalah massa m dan panjang 2l. Sebuah impuls J
diterapkan seperti yang ditunjukkan pada x jarak dari titik tengah batang. P adalah
titik pada y jarak dari titik tengah batang. Apakah P bergerak maju atau mundur?
Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah untuk menemukan u kecepatan
linear dari pusat massa batang dan kecepatan sudut batang. Kita dapat melakukan
ini dengan menyamakan dorongan untuk peningkatan linear momentum dan saat
impuls (dorongan yaitu sudut) untuk peningkatan sudut momentum:
J =mu
Dan

Jx =

1
3

ml

Kemudian kita tahu baik u dan .


10

u+ y .

Kecepatan yang membuat P bergerak maju adalah


mengungkapkan

J 3 Jxy
+
. Ini adalah positif jika
m m l2

jika kebalikannya. Untuk point A,


x< l/3,

itu untuk

y>

l
3x

tetapi akan negatif

y=l , jadi A akan bergerak maju jika

dan akan bergerak mundur jika kebalikannya.

Contoh Masalah 5

Gambar C.5
Sebuah planet berbentuk bola, massa m, jari-jari a, dipukul oleh asteroid
dengan impuls J seperti yang ditunjukkan parameter dampak yang x. P adalah titik
pada diameter, y jarak dari pusat planet. Apakah P bergerak maju atau mundur?
Seperti pada masalah sebelumnya, kita dapat dengan mudah menemukan u dan
:
J =mu
Jx =

2
5

m a2
u+ y .

Kecepatan yang membuat P bergerak maju adalah


mengungkapkan

J
5 xy
1+ 2
m
2a

. Ini adalah positif jika

negatif jika kebalikannya. Untuk point A,


x< 2a /5,

itu untuk

y>

2 a
5x

tetapi akan

y=a , jadi A akan bergerak maju jika

dan akan bergerak mundur jika kebalikannya. Jadi itu semua dapat

disimpulkan bahwa A akan bergerak mundur jika pukulan yagn diberikan lebih dari
70% dari jarak A ke B.
III. Contoh Soal
a. Gerak Peluru

11

1. Sebutir peluru ditembakkan dari senapan dengan kecepatan awal 100


m/s. Sudut elevasi saat itu sebesar 15 Percepatan gravitasi g = 10
m/s2
Hitunglah :
a. Waktu yang diperlukan untuk mencapai titik terjauh,
b. Jangkauan terjauh yang dapat dicapai peluru.
Penyelesaian :
Vo = 100 m/s
= 15o
g = 10 m/s
a. Waktu yang diperlukan untuk mencapai titik terjauh adalah
2 v sin 2.100 sin 15 0
200.0, 26
t terjau h=
=
=
= 5,2 s
g
10
10
b. Jangkauan terjatuhnya adalah :
2
v sin 2
R
=
g
2
( 100 )
sin2
=
10
1000.0,5
=
10

= 500 m
2. Sebutir peluru ditembakkan dari senapan dengan kecepatan awal 50 m/s
dengan. sudut elevasi sebesar 30 Percepatan gravitasi g = 10 m/s2
Hitunglah :
a. Waktu yang diperlukan untuk mencapai titik tertinggi,
b. Ketinggian maksimumnya.
Jawab :
V0 = 50 m/s
= 30
g = 10 m/s
Waktu ( t ) yang diperlukan untuk mencapai posisi tertinggi
adalah :
50 sin 30 50 . 0,5
a. ttertinggi = v sin= 10 = 10 =2,5 s
g
b. Tinggi maksimum yang dicapai peluru
0

max =

v 2 sin2
2g
2

50 ( 0,5)
2 .10

2500.0,25
20

= 31,25 m

12

BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
1.
Gerak peluru atau gerak parabola adalah gerak benda yang lintasannya
berupa garis lengkung (parabola).
2.
Macam macam dari gerak peluru yaitu gerak peluru tidak
berpenghambat, gerak peluru pada medium penghambat (hambatan linear
dan hambatan kuadratik).
3.
Perumusan gerak peluru pada medium berpenghambat linear Flinier =
-6rv, dengan viskositas udaranya rendah maka
Re 0,1.
4.
Perumusan gerak peluru pada medium berpenghambat kuadratik Fkuadratik
= -ACdv2, dengan Re 0,1 viskositas udaranya besar.
5.
Gaya yang cukup besar dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat ini
disebut gaya impulsif.

13

DAFTAR PUSTAKA
https://fisikanyaman2.wordpress.com/2011/01/25/hubungan-antara-momentumdan-impuls/
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/6261/A.%20Rido%20%20051810101112.pdf?sequence=1
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/6914/Putri
%20Pramitasari%20-%20081810101004.pdf?sequence=1
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/momentum-linear-dan-tumbukan.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai