DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI BANTEN TA 2013 JULI, 2013
SAMBUTAN KEPALA DINAS KEBUDYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI BANTEN Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatuh uji dan syukur kita panjangkan ke hadirat Allah Rabbul Gafur yang atas ijin-Nya jualah Tanjung Lesung ditetapklan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata pertama di Indonesia melalui Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 2012. Dengan diterbitkannya peraturan tersebut, diharapkan Provinsi Banten menjadi magnitude percepatan pembangunan MP3EI di wilayah banten. Dengan ditetapkannya wilayah seluas 1.500 ha, diharapkan mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja. Hal tersebut terjadi karena adanya berbagai kemudahan yang diperoleh para investor antara lain dalam bentuk kemudahan di bidang fiskal, perpajakan dan kepabeanan. Di samping itu, kemudahan yang bersifat non-fiskal seperti kemudahan birokrasi, pengaturan khusus ketenagakerjaan dan keimigrasian, serta pelayanan yang efisien dan ketertiban di dalam kawasan. Luaran dari kegiatan ini adalah dokumen hasil riset yang merupakan informasi empiris tentang dampak sosial-ekonomi pengembangan KEK- TL tahun anggaran 2013. Selain itu, pemetaan atas dampak sosial ekonomi, serta rekomendasi tindak lanjut optimalisasi pemanfaatan kawasan bagi perkembangan sosial-kultural ekonomi masyarakat. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada peneliti dan tim yang telah melakukan penelitian ini. Serang, Oktober 2013 Kepala Dinas
P i
KATA PENGANTAR uji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa, karena atas perkenan-Nya penelitian ANALISIS DAMPAK SOSIAL-EKONOMI KAWASAN EKONOMI KHUSUS PARIWISATA TANJ UNG LESUNG dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Seperti diketahui bersama, KEK Pariwisata Tanjung Lesung yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 tahur 2012, saat ini masih dalam proses persiapan, yang diharapkan mulai beroperasi tahun 2015. Namun demikian, analisis ini dilaksanakan guna mengantisipasi dan mendorong kesiapan masyarakat terhadap perubahan status kawasan tersebut. Penelitian yang dilaksanakan ini terlaksana berkat dukungan penuh para peneliti dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid J akarta di Tangerang Selatan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para Kepala Dinas Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten terutama Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Pengelola KEK Pariwisata Tanjung Lesung yang telah membantu kegiatan penelitian ini. Akhir kata, semoga hasilkajian ini bermanfaat bagi pengem-bangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di masa yang akan datang. Serang, J uli 2013 Penyusun
P i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR SAMBUTAN KEPALA DINAS KEBUDYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI BANTEN ............................................................................................... I KATA PENGANTAR .............................................................................................. I RINGKASAN EKSEKUTIF ............... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. DAFTAR ISI ........................................................................................................... II BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ..................................... 4 C. Tujuan dan Sasaran Subjek Penelitian ................................................... 7 D. Luaran (Output) ...................................................................................... 8 E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 9 F. Sistematika Pelaporan ............................................................................. 9 BAB 2 TELAAH LITERATUR ............................................................................ 10 A. Pentingnya Pengembangan Pariwisata ................................................. 10 B. Potensi Manfaat dari Pengembangan Pariwisata .................................. 13 C. Dampak Pengembangan Pariwisata ...................................................... 17 Dampak Ekonomi ......................................................................... 18 1. Dampak Sosial [-budaya] Pariwisata ............................................ 27 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dampak Sosial 3. Pariwisata ..................................................................................... 31 D. Metode dan Pendekatan dalam Penilaian Dampak Pengembangan Pariwisata .................................................................. 43 E. Optimalisasi Manfaat, Minimalisasi Dampak Negatif Pengembangan Pariwisata bagi Masyarakat Lokal............................. 46 F. Kerangka Berfikir Penelitian ................................................................. 47 BAB 3 DESAIN PENELITIAN ............................................................................ 49 A. Metode Penelitian dan Ruang Lingkup Unit Analisis .......................... 49 B. Teknik Sampling dan Prosedur Pengumpulan Data ............................. 49 C. Metode Analisis Data............................................................................ 50 D. Dasar Hukum ........................................................................................ 50 E. Rancangan Kerja Pelaksanaan Penelitian ............................................. 51 F. Tahapan Pekerjaan ................................................................................ 52 Pra Persiapan dan Persiapan ......................................................... 52 1. Analisis dan Pelaporan.................................................................. 53 2. ii
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................... 55 A. Gambaran Umum Pariwisata Provinsi Banten ................................... 55 B. Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan KEK Pariwisata Tanjung Lesung .................................................................................. 69 C. Sekilas tentang KEK Pariwisata Tanjung Lesung .............................. 74 D. Gambaran Umum dan Deskripsi Hasil Penelitian .............................. 77 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 77 1. Profil Demografi Responden ........................................................ 79 2. Kesiapan Masyarakat Penyangga dalam Mengantisipasi 3. Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata .................. 85 E. Dampak Sosial-[budaya]-Lingkungan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung .................................... 98 Dampak Sosial Pariwisata............................................................. 99 1. Dampak Pariwisata terhadap Budaya dan Lingkungan di 2. Tanjung Lesung .......................................................................... 110 Tanggapan masyarakat terhadap dampak sosial 3. pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung .......................................................................... 112 F. Dampak Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung ................................................................................ 116 Sekilas Dampak Ekonomi Pariwisata di Provinsi Banten ........... 116 1. Manfaat Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata 2. Tanjung Lesung .......................................................................... 117 G. Strategi Peningakatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata .................... 131 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................ 135 A. Kesimpulan ......................................................................................... 135 B. Saran Rekomedasi............................................................................... 138 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 141
DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Potensi Manfaat Ekonomi, Sosial/budaya, dan Lingkungan Pariwisata ............................................................................... 13 Tabel 2-2 Tantangan Pengembangan Pariwisata....................................... 15 Tabel 2-3 Dampak Sosial-Budaya Pariwisata ........................................... 28 Tabel 4-1 Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Banten Periode 2008-2012 . 57 Tabel 4-2 J umlah Akomodasi, Rata-rata Pekerja dan J umlah Tamu per Hari ke Provinsi Banten, Tahun 2009-2012 .............................. 59 Tabel 4-3 Rata-rata konsumsi wisatawan domestik di Banten tahun 20092010 .............................................................................. 67 Tabel 4-4 Rata-rata konsumsi wisatawan mancanegara di Provinsi Banten, tahun 2009 2010 ...................................................... 68 Tabel 4-5 Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Pandeglang 2008-2012* . 70 Tabel 4-6 Kunjungan Tamu Wisata ke Tanjung Lesung* ......................... 72 Tabel 4-7 Responden berdasarkan tempat tinggal dan tempat lahir ........... 80 Tabel 4-8 Responden berdasarkan pekerjaan (mata pencaharian) .............. 84 Tabel 4-9 Pengetahuan terhadap Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata ............................................................................... 87 Tabel 4-10 Pengetahuan responden atas penetapan kawasan Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata menurut tempat lahir ............. 88 Tabel 4-11 Berapa lama tinggal di kampung ini? ....................................... 89 Tabel 4-12 Pengetahuan responden tentang KEK Pariwisata menurut tempat tinggal ......................................................................... 91 Tabel 4-13 Pengetahuan responden terhadap KEK Pariwisata berdasarkan keterkaitan aktifitasnya dengan industri.................................... 92 Tabel 4-14 Pengetahuan tentang KEK menurut interaksi dengan wisatawan ............................................................................... 94 Tabel 4-15 Berapa kali anda melakukan perjalanan wisata ke luar daerah dalam 12 bulan terakhir? ......................................................... 95 Tabel 4-16 Pengetahuan tentang KEK menurut frekuensi responden yang melakukan perjalanan wisata dalam 12 bulan terakhir ............... 96 Tabel 4-17 Apakah anda pernah terlibat dalam membuat keputusan terkait pengembangan pariwisata di wilayah kampung anda?............... 98 Tabel 4-18 Perubahan pasar kerja di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif) 100 Tabel 4-19 Pariwisata banyak menciptakan pekerjaan bagi masyarat ........ 102 Tabel 4-20 Perubahan Struktur Masyarakat di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif) ............................................................................... 103
Tabel 4-21 Pariwisata telah menyebabkan pengeluaran rumah tangga meningkat ............................................................................. 104 Tabel 4-22 Standar hidup telah meningkat pesat karena pariwisata ........... 104 Tabel 4-23 Harga-harga barang dan jasa telah meningkat karena pariwisata ............................................................................. 104 Tabel 4-24 Dampak negatif sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif) .......................................................... 105 Tabel 4-25 Pariwisata telah menghasilkan pertukaran budaya lebih antara wisatawan dan penduduk ....................................................... 107 Tabel 4-26 Pariwisata telah menghasilkan dampak positif terhadap identitas budaya komunitas kami ........................................... 108 Tabel 4-27 Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap dampak sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung .................................................................... 113 Tabel 4-28 Analisis Kualitatif Dampak Sosial Budaya ............................. 115 Tabel 4-29 Total Konsumsi Wisatawan Tahun 2008 - 2010 (J uta Rupiah) 117 Tabel 4-30 Prakiraan penerimaan devisa pada pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung ......................... 120 Tabel 4-31 Responden yang berusaha di sektor pariwisata ....................... 129 Tabel 4-32 Analisis Kualitatif Dampak Sosial Ekonomi ........................... 130
DAFTAR GAMBAR Gambar 2-1 Potensi Manfaat Pariwisata bagi Masyarakat Lokal .................. 15 Gambar 2-2 Potensi Dampak Negatif Pariwisata Terhadap Masyarkat Lokal 17 Gambar 2-3 Ilustrasi Penghitungan Dampak Ekonomi Pariwisata ................ 24 Gambar 2.3 Dampak Sosial-Budaya Pariwisata dalam Kerangka Perubahan Sosial ...................................................................................... 31 Gambar 2-4 Kerangka Penelitian Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung ............ 48 Gambar 4-1 Diagram pencar kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Provinsi Banten, 2008-2012. .......................... 58 Gambar 4-2 Trend tamu Indonesia yang menginap di hotel berbitang dan hotel non bintang di Provinsi Banten, 2003-2011 (BPS, 2013) .. 61 Gambar 4-3 Trend tamu asing menginap di hotel bintang dan non bintang di Provinsi Banten, tahun 2003-2011........................................ 63 Gambar 4-4 Trend total tamu menginap di hotel di Provinsi Banten tahun 2003-2011............................................................................... 64 Gambar 4-5 Rata-rata lama tinggal tamu Indonesia dan tamu Asing yang menginap di hotel bintang dan non bintang di Provinsi Banten tahun 2004-2011 (BPS, 2013; diolah) ...................................... 65 Gambar 4-6 Kunjungan Tamu ke Tanjung Lesung, tahun 1997-2012 ........... 71 Gambar 4-7 Kunjungan wisatawan ke KEK Pariwisata Tanjung Lesung 2011 dan 2012......................................................................... 73 Gambar 4-8 Responden berdasarkan jender ................................................. 81 Gambar 4-9 Responden berdasarkan tingkat pendidikan .............................. 82 Gambar 4-10 Responden menurut kelompok usia .......................................... 83 Gambar 4-11 Responden menurut pendapatan per bulan ................................ 84 Gambar 4-12 Prakiraan dampak pengembangan KEK Pariwisata Tanjung Lesung .................................................................................. 123 Gambar 4-13 Prakiraan dampak Sosial Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung .................................................... 125
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata di Provinsi Banten sebagai penyangga ibukota negara, diperkirakan akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan jumlah kunjungan ke berbagai objek, daya tarik dan atraksi wisata di Provinsi Banten yang terus tumbuh. Sebagai contoh, pada tahun 2010 jumlah wisatawan nusantara tercatat mengalami peningkatan 5,96 persen dari tahun 2009, dan pada tahun yang sama wisatawan mancanegara mengalami kenaikan 26,39 persen. Kenaikan kunjungan tersebut berdampak terhadap perekonomian Provinsi Banten baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, aktivitas kepariwisataan di Provinsi Banten telah memberikan kontribusi terhadap nilai tambah bruto sebesar Rp 6,04 triliun pada tahun 2010. Angkutan pariwisata dan restoran tercatat sebagai pe- nyumbang terbesar yang disusul perhotelan 1 . Sedangkan dampak non-ekonomi seperti sosial-budaya, antara lain telah tumbuhnya kesadaran terhadap pentingnya budaya dan produk kebudayaan sebagai asset pariwisata, melalui terinventarisasinya berbagai industri kreatif hasil karya seni dan budaya masyarakat Banten 2 . 1 Lih. Nesparda, Provinsi Banten, 2010 2 Lih. Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah (RIPKD, 2013-2027). Dinas Kebudayan dan Pariwisata Provinsi Banten, 2012. 1
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 2
Peningkatan tersebut diharapkan akan lebih tinggi lagi mengingat Provinsi Banten yang saat ini sebagai salah satu wilayah penyangga antara pulau J awa dan Sumatra dalam strategi MP3EI 2011-2025, akan menjadi magnitude pertumbuhan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 2012. Berdasarkan Peraturan tersebut, wilayah Tanjung Lesung di Banten Selatan, telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK 3 ) Zona Pariwisata. Pada dasarnya penetapan KEK- TL disiapkan untuk membuat lingkungan yang kondusif bagi akitivitas investasi, ekspor, dan perdagangan yang terkait dengan kepariwisataan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Selain itu, KEK Tanjung Lesung juga diharapkan mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja. Usaha menarik investor tersebut dilakukan melalui berbagai kemudahan yang diperoleh para investor antara lain dalam bentuk kemudahan di bidang fiskal, perpajakan dan kepabeanan. Kemudahan yang bersifat non-fiskal juga diperoleh KEK dalam bentuk kemudahan birokrasi, pengaturan khusus ketenagakerjaan dan keimigrasian, serta pelayanan yang efisien dan ketertiban di dalam kawasan. Selain bagi investor, di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK 4 . Hal tersebut ditujukan untuk membuka peluang sebesar-besarnya bagi 3 Kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah NKRI untuk menyelenggarakan fungsi perekonmian yang bersifat khusus dan memperoleh fasilitas tertentu. Perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi lainnya, selain kemudahan yang diberikan adalah tingginya peran Pemerintah Daerah, baik dalam pengelolaannya maupun dalam penyediaan infrastruktur dan lahan. 4 Lih. UU No. 39/2009, pasal 3 ayat (3)
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 3
masyarakat sekitar kawasan untuk berusaha dan bekerja dari aktivitas kepariwisataan di lingkungan KEK. Dengan demikian, secara otomatis, KEK akan berdampak terhadap ekonomi secara signifikan yang disumbangkan oleh sektor pariwisata. Secara akademis, dampak ekonomi pengembangan pariwisata dapat ditelaah dari (1) seberapa besar pengeluaran wisatawan di destinasi, (2) sejauhmana pariwisata dapat menggerakan bisnis lokal, (3) seberapa besar pendapatan pariwisata dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga dan usaha kecil dan menengah, (4) seberapa banyak pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja dan usaha baru (5) berapa kontribusi pajak dari pariwisata. Sedangkan terhadap aspek sosial, dampak tersebut dapat ditelaah dari adanya peningkatan (1) kualitas hidup, (2) rasa kebanggaan terhadap kampung tempat tinggalnya, (3) citra destinasi (4) kesempatan kerja (5) infrastruktur lokal dan (6) kesempatan rekreasi 5 . Selain berdampak positif, pemberlakuan status KEK bagi suatu daerah, juga memiliki potensi negatif dengan adanya pengurangan pendapatan pajak akibat adanya insentif fiskal, dan dapat mengancam kawasan industri yang telah ada untuk pindah ke KEK. Selain itu, disparitas income antara kawasan dan di luar kawasan, sering kali dan berdampak pada kesenjangan sosial. Hal tersebut dapat terjadi karena dampak negatif secara ekonomi yang menurut Kajian Creag 6 terjadi akibat meningkatnya (1) harga barang dan jasa (2) harga tanah dan perumahan, (3) biaya hidup, 5 Fredline, L., J ago, L., & Deery, M. (2003). The development of a generic scale to measure the social impacts of events. Event Management, 8, 23-37. 6 Kreag, G. (2001). The impacts of tourism. Minnesota Sea Grant. Retrieved November 15, 2010, from http://www.seagrant.umn.edu/tourism/pdfs/ImpactsTourism.pdf.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 4
(4) potensi tenaga kerja impor (5) biaya infrastruktur tambahan (air, saluran pembuangan, listrik, bahan bakar, medis) (6) pemeliharaan jalan dan sistem transportasi, (7) risiko pengangguran terselubung pada kondisi musiman, (8) peralihan fungsi lahan untuk kepentingan ekonomi, (9) keuntungan ekspor yang diperoleh langsung oleh pemilik dan (10) jumlah pekerjaan dengan upah buruh rendah. Perbedaan ekonomi yang mencolok antara masyarakat penyangga kawasan dan di dalam kawasan, akan berdampak disparitas income yang berujung pada masalah sosial dan budaya. Dampak sosial akan lebih cepat terjadi dalam struktur sosial masyarakat terutama penyesuaian terhadap ekonomi. Sedangkan dampak budaya akan terjadi dalam waktu yang cukup panjang sebagai bentuk perubahan persepsi, norma- norma dan standar hidup, yang secara bertahap muncul dalam hubungan sosial masyarakat 7 . B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian Seperti diketahui bersama, bahwa kawasan pariwisata Tanjung Lesung (TL) sudah menjadi destinasi wisata jauh sebelum resmi ditetapkan sebagai KEK pada tahun 2012. Usaha menciptakan hubungan antara pengelola kawasan dengan masyarakat penyangga telah dilakukan berbagai aktivitas sosial diantaranya melalui corporate philantrhopy, dan socially responsible business practice. Bentuk nyata dari kedua aktifitas sosial tersebut antara lain (1) pembangunan kawasan wisata agro kebun salak, (2) mendorong pengembangan usaha kerajinan, (3) 7 Murphy, P. E. (1985). Tourism: A community approach. London: Methuen & Co. Ldt.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 5
menumbuhkan seni budaya lokal melalui pementasan pada event- event yang dilaksanakan oleh pengelola, (4) menjaga kelestarian kawasan pantai 8 . Namun usaha yang dilakukan tersebut belum memadai untuk menyiapkan masyarakat sebagai menjadi tuan rumah di suatu destinasi pariwisata. Hal tersebut dapat dilihat dari (1) masih terdapat kesenjangan antara harapan masyarakat di sekitara lokasi dengan apa yang dilakukan pihak pengelola 9 , (2) masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memaknai pariwisata, (3) masih belum ada upaya penyiapan masyarakat secara terintegrasi melalui usaha peningkatan kompetensi kerja yang terkait dengan pariwisata dan (4) belum adanya bantuan pengembangan dan pemasaran atraksi wisata, kesenian dan budaya 10 . Adanya gap antara apa yang dilakukan oleh pengelola dengan masyarakat menunjukkan masih belum dirasakannya dampak dari penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) zona Pariwisata Tanjung Lesung. Sebagai KEK, tentunya Tanjung Lesung sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang dampaknya harus dapat dirasakan oleh masyarakat di kawasan penyangga. Perubahan cara pandang masyarakat dalam mensikapi perubahan status kawasan perlu dipayakan secara berkelanjutan agar dapat beradaptasi dengan perubahan. Dampak negatif dari meningkatnya interaksi wisatawan dengan masyarat yang memiliki latar belakang status sosial dan berragam budaya perlu diantisipasi. Akseptansi masyarakat terhadap perubahan perlu 8 Lih. Laporan Akhir Studi Kelayakan KEK Tanjung Lesung di Wilayah banten Selatan. 9 Ibid. 10 Lih. Laporan monitoring ke Kampung Cikadu dan Cipanon desa Tanjungjaya, J uni 2012 oleh Hari Yandrianto dan Elda Supriatna (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Provinsi Banten).
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 6
didorong agar tercipta iklim yang kondusif untuk pertumbuhan di KEK. Selain itu, sampai saat ini belum tersedia informasi dan data dasar (baseline) untuk menggambarkan situasi terkini terkait kesiapan masyarakat penyangga KEK dalam mengantisipasi beroperasinya KEK dalam kurun dua tahun ke depan. Baseline yang akurat dan valid sangat berguna untuk memonitor dampak ekonomi, sosial dan budaya masyarakat penyangga kawasan KEK agar masyarakat dapat memperolah manfaat maksimal dan menekan dampak negatif dari berkembangnya pariwisata di Tanjung Lesung. Berkaitan dengan hal tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Sejauhmana kesiapan masyarakat penyangga KEK dalam mengantisipasi potensi dampak sosial-ekonomi di KEK Tanjung Lesung? 2. Bagaimana peran keterlibatan anggota masyarakat penyangga KEK dalam kegiatan pariwisata di KEK? 3. Sejauhmana masyarakat penyangga KEK dapat memperoleh manfaat dari pengembangan KEK Tanjung Lesung? 4. Potensi dampak sosial-ekonomi apa saja yang dapat timbul karena pengembangan KEK Tanjung Lesung? 5. Apa strategi yang dapat diambil untuk memaksimalkan peluang dan manfaat dan meminimalkan dampak negatif pengembangan pariwisata bagi masyarakat setempat?
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 7
C. Tujuan dan Sasaran Subjek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris bagaimana dampak sosial-ekonomi dari pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung terhadap masyarakat penyangga KEK. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh gambaran kesiapan masyarakat penyangga KEK dalam mengantisipasi potensi dampak sosial ekonomi di KEK Tanjung Lesung. 2. Mengetahui peran keterlibatan anggota masyarakat penyangga KEK dalam kegiatan pariwisata di KEK. 3. Mendapatkan gambaran bagaimana masyarakat penyangga KEK dapat memperoleh manfaat dari pengembangan KEK Tanjung Lesung. 4. Mengidentifikasi dampak sosial ekonomi baik dampak positif maupun negatif yang dapat timbul karena pengembangan KEK Tanjung Lesung. 5. Merumuskan rekomendasi strategi yang dapat diambil untuk memaksimalkan peluang dan manfaat dan meminimalkan dampak negatif pengembangan pariwisata bagi masyarakat penyangga KEK. Adapun sasaran subjek dari penelitian ini adalah masyarakat di penyangga KEK Tanjung Lesung, yang terdiri dari kepala keluarga, tokoh masyarakat (non formal leader), UMKM termasuk pengelola usaha jasa pariwisata, di Desa Tanjungjaya Kecamatan Panimbang. Selain itu, beberapa pemangku
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 8
kepentingan yang terkait langsung dengan pengembangan kawasan antara lain: - Perangkat Pemerintah Daerah baik provinsi Banten maupun Kabupaten Pandeglang; - Perusahaan Badan Pengelola Kawasan, - Badan Pengawas Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, - Asosiasi industri pariwisata (PHRI, ASITA, HPI) dan Lembaga Swadaya Masyarakat. D. Luaran (Output) Penelitian tentang dampak analisis dampak sosial-ekonomi pengembangan KEK-TL tahun anggaran 2013 merupakan suatu dokumen hasil penelitian empiris yang memuat informasi kondisi eksisting masyarakat penyangga KEK Tanjung Lesung, ditinjau dari indikator dampak pengembangan pariwisata terhadap soial- ekonomi masyarakat. Informasi lain yang dimuat dalam dokumen ini adalah penentuana data dasar (baseline) untuk mengukur indikator-indikator dampaknya terhadap ekonomi sosial dan budaya masyarakat. Melalui berbagai analisis dan opini pakar, akan dirumuskan rekomendasi strategi yang dapat diambil untuk memaksimalkan peluang dan manfaat dan meminimalkan dampak negatif pengembangan pariwisata bagi masyarakat penyangga KEK melalui berbagai instrumen fasilitasi dan pembinaan bagi masyarakat.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 9
E. Keterbatasan Penelitian Penelitian tentang dampak yang diajukan tidak terkait langsung dengan implementasi KEK, karena KEK sendiri baru ditetapkan setahun lalu. Indikator dari potensi dampak sosial- ekonomi KEK dinilai berdasarkan persepsi masyarakat, karena beberapa indikator belum belum terjadi. Pengukuran Dampak Ekonomi juga tidak dilakukan dengan menghitung kontribusi pariwisata terhadap keseluruhan kegiatan ekonomi di destinasi, namun lebih bersifat pada beberapa indikator penggerak pertumbuhan ekonomi, estimasi dampak dan persepsi masyarakat terhap pariwisata dan kegiatan ekonomi. F. Sistematika Pelaporan Pelaporan ini dibagi ke dalam lima bab yang merupakan sistematika umum dipakai sebagai penelitian empiris. Mulai dari latar belakang studi, identifikasi dan perumusan masalah. Selanjutnya telaah literatur terkait digunakan untuk menggali berbagai variabel kajian terkait, desain penelitian, pembahasan hasil dan kesimpulan serta rekomendasi untuk tindak lajut pembinaan dan fasilitasi di masa yang akan datang.
BAB 2 TELAAH LITERATUR A. Pentingnya Pengembangan Pariwisata Spillane (1993), mengutif pernyataan IUOTO (International Union of Official Travel Organization), menyatakan delapan alasan pengembangan pariwisata yaitu: (1) Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun international, (2) pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya, (3) perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi, (4) pemerataan kesejahteraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan di destinasi wisata, (5) penghasil devisa, (6) pemicu perdagangan international, (7) pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk jiwa hospitaliti yang handal dan santun, serta (8) pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi. Sementara itu, Indonesia memiliki kepentingan dalam pengembangan pariwisata karena pariwisata diharapkan dapat 11 : 11 Sapta Nirwandar, 2011 Pembangunan Sektor Pariwisata: Di Era Otonomi Daerah, di unduh pada 5 April 2013 pada http://www.scribd.com/doc/35092726/440-1257- PEMBANGUNANSEKTORPARI WISATA1
10
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 11
a. Menjadi pemersatu bangsa, melalui usaha menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pariwisata dianggap mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh penduduknya ke seluruh penjuru negeri. Dampak yang diharapkan, dengan banyaknya warganegara yang melakukan kunjungan wisata di wilayah- wilayah selain tempat tinggalnya akan menimbulkan rasa persaudaraan dan pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional. b. Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation). Pembangunan pariwisata diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah diharpkan mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Harapannya adalah bahwa pariwisata harusnya mampu memberi andil besar dalam penghapusan kemiskinan di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata. c. Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development). Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya dan keramah tamahan dan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan untuk menyokong kegiatan ini. Artinya penggunaan sumberdaya yang habis pakai cenderung sangat kecil sehingga jika dilihat
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 12
dari aspek keberlanjutan pembangunan akan mudah untuk dikelola dalam waktu yang relatif lama. d. Pelestarian Budaya (Culture Preservation). Pembangunan kepariwisataan diharapkan mampu berkontribusi nyata dalam upaya-upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang meliputi perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan budaya negara ataudaerah. UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai pendorong pelestarian kebudayaan diberbagai daerah. e. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi Manusia. Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan dasar kehidupan masyarakat modern. Pada beberapa kelompok masyarakat tertentu kegiatan melakukan perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia khususnya melalui pemberian waktu libur yang lebih panjang dan skema paid holidays. f. Peningkatan Ekonomi dan Industri. Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam penyediaan barang dan jasa.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 13
g. Pengembangan Teknologi. Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat persaingan dalam mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya teknologi industri akan mendorong destinasi pariwisata mengembangkan kemampuan penerapan teknologi terkini mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat guna yang akan mampu memberikan dukungan bagi kegiatan ekonomi lainnya. Dengan demikian pembangunan kepariwisataan akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintahan di berbagai daerah yang lebih luas dan bersifat fundamental. Kepariwisataanakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari pembangunan suatu daerah dan terintegrasi dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. B. Potensi Manfaat dari Pengembangan Pariwisata Bagi masyarakat, pengembangan pariwisata memiliki potensi manfaat secara ekonomi, sosial/kulural dan lingkungan. Secara umum ketiga potensi manfaat tersebu seperti pada [Tabel 2-1] berikut ini: Tabel 2-1 Potensi Manfaat Ekonomi, Sosial/budaya, dan Lingkungan Pariwisata Ekonomi Sosial/budaya Lingkungan Melindungi dan menjadi sumber pendapatan bagi lingkungan dan memelihara warisan budaya Meningkatkan citra suatu daerah untuk menarik investor dari luar industri pariwisata, melalui peningkatan kunjungan wisatawan ke destinasi Katalis yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja serta Mendorong pembangunan, pengembangan dan Meningkatkan kesadaran untuk menjaga dan melindungi lingkunan alam di destinasi,
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 14
peningkatan permintaan bagi bisnis di luar usaha pariwisata pemeliharaan fasilitas destinasi lokal serta kepedulian terhadap pentingnya ekosistem lokal Mendukung dan membantu memelihara layanan lokal seperti toko ritel, akomodasi dan rumah makan Mendukung dilaksanakannya program event, pertunjukan seni-budaya, olah raga dan kegiatan desa berkelanjutan Menyediakan peningkatan keterampilan dalam bidang pariwisata serta mendorong peluang usaha peningkatan kompetensi tenaga kerja bagi penduduk lokal Membantu mengembangakan keunikan komunitas lokal supaya lebih percaya diri dan bangga dengan lingkungan lokalnya Menyediakan kesempatan bagi mereka yang mencari pekerjaan tambahan atau paruh waktu
Membuka peluang untuk pengembangan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungannya Mendorong masyarakat lokal untuk memperoleh kesempatan berwisata di darehnya dengan memanfaatkan waktu luang Mendorong penghargaan atas keragaman budaya Mendorong peningkatan dan penggunaan kembali lahan serta perbaikan lahan kumuh
Menarik masuknya sumber-sumber dari luar wilayah ke pasar lokal
Secara ringkas, potensi manfaat pariwisata bagi masyarakat seperti ilustrasi berikut:
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 15
Gambar 2-1 Potensi Manfaat Pariwisata bagi Masyarakat Lokal Sementara pariwisata dapat membawa banyak kesempatan dan manfaat, ada potensi 'kerugian' bahwa masyarakat perlu menyadari dan mengembangkan strategi untuk mengatasi Tabel 2-2] Tabel 2-2 Tantangan Pengembangan Pariwisata Ekonomi Sosial/Budaya Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pariwisata merupakan multi-sektor yang memerlukan koordinasi sangat kompleks dalam menjalankannya Pengeluaran pariwisata tergantung pada kondisi sosial, ekonomi dan faktor lain. Nilai tukar mata uang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Penggunaan laah untuk infrastruktur termasuk jalan dan lahan parkir Kondisi ekonomi suatu negara, akan berpengaruh terhadap penurunan daya beli masyarakatnya dan berdampak pada penundaan berwisata sehingga jumlah wisatawan menurun. Pariwisata menjadi sektor yang tidak menarik akibat jam kerja yang berlebih (unsocial hours), bersifat musiman dan kerja paruh waktu Menimbulakan tekanan tambahan bagi lingkungan, karenanya perlu pengelolaan pengunjung secara
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 16
effektif Permintaan yang bersifat musiman dan beragam dalam siklus mingguan dapat berdampak pada mobilitas tenaga kerja Memerlukan fasilitas untuk melakukan aktifitas pada kondisi berbagai cuaca Memerlukan investasi dari pemerintah lokal dalam mengembangkan wilayah
Adanya manfaat dan tantangan di atas memberikan gambaran bahwa pengembangan pariwisata bagaikan mengelola api 12 di mana orang dapat memanfaatnya untuk kemaslahatan masyarakat namun di satu sisi dapat menimbulkan madorot jika pengelolaannya tidak efektif. Adapun dampak negatif pengembangan pariwisata dapat digambarkan sebagaimana pada gambar di bawh ini. 12 Asian Proverb
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 17
Gambar 2-2 Potensi Dampak Negatif Pariwisata Terhadap Masyarkat Lokal C. Dampak Pengembangan Pariwisata Pesatnya pertumbuhan pariwisata dan potensinya mendorong banyak negara memanfaatkannya sebagai alat pembangunan. Interaksi langsung antara wisatawan, para pengusaha pariwisata, masyarakat di mana wisatawan berkunjung dan pemerintah setempat. Interaksi ini secara langsung melibatkan kegiatan yang menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, pariwisata sebagai pemicu perubahan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, mempunyai energi dobrak sangat besar yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorpose dalam berbagai aspeknya.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 18
Dampak Ekonomi 1. Besarnya pertumbuhan pariwisata telah mendorong para ahli untuk melakukan studi tentang dampak pariwisata yang dimulai sejak akhir tahun 1970-an 13 . Penelitian difokuskan pada upaya bagaimana mengukur dampak ekonomi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Contohnya, penelitian Sebastian dan Rajagopalan 14 meneliti peluang penciptaan kesempatan kerja dari pariwisata. Selain itu, masyarakat lokal lebih cenderung menganggap pariwisata sebagai alat untuk mengurangi pengangguran karena aktivitas pariwisata menciptakan peluang pekerjaan baru yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan individu, masyarakat dan pemerintah 15 . Namun merupakan tantangan dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata karena sebagian sifat pariwisata terfragmentasi, yakni mencakup berbagai industri, dan sebagian tidak adanya output yang jelas. Hal ini terlihat adanya kesulitan pemerintah dalam mengidentifikasi manfaat pariwisata ke dalam account dibandingkan dengan menentukan output dari industri tradisional yang jauh lebih mudah (Spurr, 2006) 16 . Crompton (2006) 17 , Egan & Nield (2000) 18 memberikan catatan bahwa banyak publikasi ilmiah dan "non-ilmiah" yang 13 (Lankford, 1994) 14 Sebastian, L.M., Rajagopalan, P. (2009) Socio-cultural transformations through tourism: A comparison of residents' perspectives at two detinations in Kerala, India, Journal of Tourism and Cultural Change, no.7(1), pp.5-21. 15 Gursoy, D., J urowski, C., & Uysal, M. (2002). Resident Attitudes: A Structural Modeling Approach. Annals of Tourism Research, 29 (1), 79-105. 16 The Tourism Satellite Accounts (TSA), built on an Input-Output table, has been one solution for governments. Lih. Spurr (2006) untuk lebih detil tentang TSA. 17 Crompton, J . L. (2006). Economic Impact Studies: Instruments for Political Shenanigans? J ournal of Travel Research, 45(1), 67-82. 18 Egan, D., & Nield, K. (2000). The economic impact of tourism - A critical review. In M. Robinson, R. Sharpley, N. Evans, P. Long & J . Swarbrooke (Eds.), Developments in urban and rural tourism (pp. 85- 91, 326 s.). Sunderland: Centre for Travel and Tourism in association with Business Education Publishers.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 19
merupakan studi dampak ekonomi digunakan sebagai mempromosikan proyek-proyek dan inisiatif tentang Kepariwisataan oleh para pengusaha, pembuat kebijakan dan politisi. Hal tersebut misalnya digunakan untuk melegitimasi kebijakan atau untuk menarik subsidi melalui dana eksternal (negara, Uni Eropa, regional, sponsor swasta dll) dalam rangka mengembangkan suatu kawasan. Dengan tidak mengabaikan catatan di atas, dari sisi ekonomi, kunjungan wisatawan memberikan berkontribusi terhadap penjualan destinasi, revenue, kesempatan kerja, pendapatan pajak, dan munculnya berbagai usaha baru. Kontribusi pariwisata secara langsung dihasilkan melalui sektor pariwisata primer seperti akomodasi/ penginapan (lodging and accomodation services), makan dan minuman (food and beverages services), transportasi, hiburan, dan perdagangan ritel. Stynes (1997 19 ) menganalisis dampak ekonomi dengan menelusuri aliran uang yang dibelanjakan wisatawan. Aliran pertama (direct impact) adalah untuk perusahaan dan instansi pemerintah yang menerima pembayaran dari wisatawan. Selanjutnya, uang mengalir melalui aktivitas ekonomi sebagai (i) pembayaran --dari perusahaan dan instasi pemerintah-- kepada pemasok, (ii) gaji dan upah bagi mereka yang menyediakan tenaga kerja untuk pariwisata atau industri pendukung, dan (iii) berbagai pajak pemerintah dan biaya yang harus dibayar oleh para wisatawan, perusahaan dan rumah tangga. Namun perlu dicatat bahwa dalam setiap aktifitas 19 Stynes, Daniel J . (1997), Economic Impacts Of Tourism: A Handbook for Tourism Professionals. Illinois Bureau of Tourism, Illinois Department of Commerce and Community Affairs.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 20
ekonomi ada kebocoran ketika dilakukan pembelian dari pemasok luar atau impor. Dalam menentukan ukuran dampak ekonomi dari pariwisata, Stynes 20 mengelompokannya menjadi tiga dampak dalam satu wilayah yaitu (1) Direct effects meliputi penjualan, kesempatan kerja, pendapatan pajak dan tingkat pendapatan, (2) Indirect effects, meliputi perubahan tingkat harga, perubahan mutu dan jumlah barang dan jasa, perubahan dalam penyediaan properti dan variasi pajak, serta perubahan sosial dan lingkungan. (3) Induced effects, yaitu pengeluaran rumahtangga, dan peningkatan pendapatan. Pada umumnya para Ekonom membedakan ketiga dampak tersebut, namun dampak ekonomi pariwisata secara total merupakan penjumlahan dari dampak langsung, tidak langsung dan dampak ikutan (induksi) dalam suatu wilayah. Dampak tidak langsung dan dampak ikutan seringkali disebut dampak sekunder. Ukuran dampak ekonomi yang sering digunakan adalah output kotor, penjualan, pendapatan, pekerjaan, atau nilai tambah. Namun saat ini, ada tiga model dalam menghitung dampak ekonomi pengembangan pariwisata yaitu (1) Input-Output Analisis, (2) Cost Benefit Analysis-CBA dan (3) computable generated equilibrium-CGE. Ketiga model ini sangat jelas berbeda, namun ada persamaan di dalam model tersebut. 20 Ibid
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 21
a. Input-Output Analisis Input-output (IO) adalah model matematika yang menggambarkan aliran uang antar sektor dalam perekonomian suatu daerah. Arus diperkirakan berdasarkan masukan bahwa setiap industri harus membeli dari setiap industri lainnya untuk menghasilkan satu dolar dari output. Model IO juga menentukan proporsi penjualan yang beralih ke pendapatan upah dan gaji, penghasilan pemilik usaha, dan pajak. Efek pengganda (multiflier) dapat diperkirakan dari model input-output berdasarkan taksiran re-sirkulasi pengeluaran di kawasan tersebut. Sementara itu, ekspor dan impor ditentukan berdasarkan perkiraan kecenderungan rumah tangga dan perusahaan untuk membeli barang dan jasa dari sumber-sumber lokal (regional purchase coefficientsRPC). Semakin mandiri suatu daerah, semakin sedikit kebocoran, sehingga efek pengganda berkorelasi secara lebih tinggi. Adapun variabel kunci dalam menggunakan analisis IO ini adalah ketiga tingkat dampak ekonomi pariwisata di atas yaitu direct, indirect dan induce effect. Direct effect, mengacu kepada uang yang sebenarnya dikeluarkan oleh wisatawan selama mereka mengunjungi dan tinggak di suatu destinasi. Pengeluaran wisatawan ini biasanya digunakan untuk membayar hotel atau akomodasi lainnya, perusahaan jasa transportasi, restoran dan bar/cofee shop, pemandu lokal, toko-toko suvenir lokal dan tempat-tempat lain di mana wisatawan cenderung menghabiskan uang liburan mereka.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 22
Hal ini juga disebut sebagai injeksi awal uang (Crompton & McKay, 1994) 21 . Indirect effect, merupakan pengeluaran dampak ekonomi yang alirannya masuk ke pembayaran upah karyawan lokal dan pemasok barang dan jasa kepada penerima dampak ekonomi langsung. Untuk menghindari kebocoran, sangat penting untuk menggunakan semaksimal mungkin bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum wisatawan. Demikian pula untuk memenuhi kebutuhan non hotel lainnya seperti guest supplies sangat baik penting untuk mengurangi kebocoran. Induce effect atau dampak ekonomi diinduksi terkait dengan pengeluaran karyawan lokal karena gaji atau upah yang diperoleh dari hasil kerja pada penerima tidak langsung. Dalam hal ini dapat dicontohkan upah atau pendapatan petani yang menjual bahan makanan kepada pemasok hotel atau restoran. Karyawan atau karyawan pemasok mereka mungkin mengalami kenaikan upah yang mengarah ke peningkatan konsumsi mereka dapat dilacak kembali ke peningkatan permintaan akhir yang disebabkan oleh pengeluaran wisatawan. (Mules & Dwyer, 2005) 22 . Selain ketiga dampak di atas, dampak pengganda (multiflier effect) juga sering digunakan dalam penelitian dampak pariwisata ketika melakukan analisis input-output. Dampak ini merupakan rasio total dampak ekonomi dibandingkan dengan dampak ekonomi langsung (Mules & Dwyer, 2005) 23 . Namun 21 Crompton, J . L., & McKay, S. L. (1994). Measuring theEconomic Impact of Festivals and Events: Some Myths, Misapplications and Ethical Dilemmas. Festival Management & Event Tourism, 2(1), 33- 43. 22 Mules, T., & Dwyer, L. (2005). Public Sector Support for Sport TourismEvents: The Role of Cost- benefit Analysis. Sport in Society, 8(2), 338 - 355. 23 Ibid.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 23
perlu dicatat, faktor penentu ukuran multiplier adalah jumlah kebocoran keluar daerah, melalui impor dan tabungan. J ika impor dan tabungan yang besar, maka tidak banyak kegiatan ekonomi berlangsung dalam perekonomian di wilayah tersebut, sehingga dampak multiplier akan berkurang (Archer & Fletcher, 1990) 24 . Pengganda sering digunakan berdasarkan dampak ekonomi langsung (atau injeksi belanja ke wilayah ini) untuk memahami dampak total atau permintaan yang diciptakan oleh pariwisata. Setelah dihitung pengganda untuk wilayah tertentu itu kemudian digunakan sebagai template untuk evaluasi masa depan. Menurut (Archer & Fletcher, 1990) 25 , perlu digarisbawahi bahwa sering terjadi miskonsepsi dalam membuat perbandingan antara total pendapatan seluruh putaran pengeluaran dalam hubungan dengan dampak langsung. Karena jika kurang cermat hanya akan memberikan sedikit keterkaitan ke belakang dan ke depan dalam aktivitas perekonomian sehingga tidak tepat digunakan untuk menghitung variabel lain seperti peningkatan kerja. 24 Archer, B., & Fletcher, J. (1990). Multiplier Analysis in Tourism. Aix-en-Provence: Centres des Hautes Etudes Touristiques. 25 Ibid.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 24
Gambar 2-3 Ilustrasi Penghitungan Dampak Ekonomi Pariwisata b. Cost Benefit Analysis (CBA) Analisis biaya-manfaat (CBA) adalah model lain yang banyak digunakan untuk studi dampak ekonomi pariwisata. Dalam analisis ini dihitung manfaat finasial maupun ongkos sosial untuk menghasilkan manfaat yang lebih besar dirasakan oleh masyarakat. Dalam analisis ini, bunga bukan merupakan kunci dalam menghitung dampak ekonomi, namun manfaat dan biaya
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 25
dalam masyarakat yang disebabkan karena adanya efisiensi sebagai akibat pengawasan yang ketat (Andersson, et al., 2008) 26 . Dengan alasan ini, penting untuk menyertakan estimasi biaya evaluasi, sejauhmana sumber daya akan digunakan untuk alternatif terbaik dan manfaat paling besar serta tingkat efisiensi yang akan dicapai. Penggunaan model ini lebih kompleks karena diperlukan informasi pada semua bidang yang meliputi aspek keuangan, sosial, dan kesejahteraan sehingga lebih sulit diaplikasikan (Getz, 2005) 27 . Di dalam CBA permintaan barang untuk keperluan aktivitas pariwisata perlu diperhatikan dan dievaluasi. Perkiraan ini biasanya menggunakan Contingent Valuation Methods (CVM), yang didasarkan pada preferensi dan persepsi orang dalam memperkirakan nilai-nilai ekonomi (Mitchell & Carson, 1989) 28 . Dalam penelitian ini, masyarakat atau wisatawan dimintai tanggapannya atas kemungkinan manfaat dan biaya masyarakat yang mungkin terjadi dalam aktivitas pariwisata. Dengan menggunakan CVM, responden digali kesediaannya untuk membayar (willingness to pay) atas layanan atau aktivitas yang kemungkinan akan mereka dapati. c. Computable General Equilibrium (CGE) CGE digunakan berdasarkan model input-output yang diperluas, di mana I-O sering mengabaikan batasan kapasitas dan 26 Andersson, T. D., Armbrecht, J ., & Lundberg, E. (2008). Impact of Mega-Events on the Economy. Asian Bus Manage, 7(2), 163-179. 27 Getz, D. (2005). Event Management and Event Tourism (2nd ed.). New York, NY: Cognizant. 28 Mitchell, R. C., & Carson, R. T. (1989). Using surveys to value public goods : the contingent valuation method. Washington: Resources for the Future; Distributed worldwide by the Johns Hopkins University Press.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 26
asumsi kapasitas tidak terpakai (misalnya tenaga kerja) dalam aktivitas ekonomi untuk memenuhi kenaikan permintaan. Sementara itu, model CGE mempertimbangkan seluruh aktivitas ekonomi termasuk aktivitas khusus yang mendorong peningkatan pariwisata. Selain itu, CGE memperhitungkan keterkaitan ekonomi baik regional maupun nasional, termasuk tenaga kerja yang diambil dari sektor tertentu untuk memenuhi permintaan di sektor pariwisata (sebagai efek crowding-out). Selain itu, pertimbangan inflasi juga diperhitungkan dalam CGE untuk mengantisipasi dampak ekspor produk pada sektor lain (Dwyer, Forsyth, Madden, & Spurr, 2000) 29 . d. Pengukuran Dampak Ekonomi berdasarkan Persepsi Masyarakat Lokal Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat lokal menganggap pariwisata sebagai (1) alat untuk pembangunan ekonomi, (2) langkah strategis dalam dalam pembangunan ekonomi. Selain itu, masyarakat lokal juga lebih cenderung melihat pariwisata sebagai alat untuk (3) mengurangi pengangguran karena aktivitas pariwisata menciptakan peluang baru, dan selanjutnya (4) akan meningkatkan pendapatan individu, masyarakat dan pemerintah. Dalam kaitan ini, persepsi atau pandangan masyarakat dapat digunakan sebagai informasi untuk mengukur manfaat ekonomi dari pengembangan pariwisata di wilayahnya. Karena sebagian 29 Dwyer, L., Forsyth, P., Madden, J ., & Spurr, R. (2000). Economic Impacts of Inbound Tourism under Different Assumptions Regarding the Macroeconomy. Current Issues in Tourism, 3(4), 325 - 363.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 27
besar studi melaporkan bahwa ada hubungan positif antara manfaat ekonomi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan pariwisata. Dampak ekonomi yang diketahui berdasarkan persepsi masyarakat selain bersifat kualitatif yang diperoleh melalui indeph study, juga dapat bersifat kuantitatif. Aspek kualitatif digali dari pemahaman dan kondisi perubahan yang dialami masyarakat. Sedangkan aspek kuantitatif dapat diobservasi dari perubahan jumlah orang yang bekerja di sektor pariwisata secara langsung, banyaknya wirausahawan baru yang bekerja di sektor ini, dan peningkatan pendapatan dari adanya usaha baru dan kesempatan kerja tambahan. Dampak Sosial [-budaya] Pariwisata 2. Di dalam melihat dampak pariwisata terhadap sosial-budaya, masyarakat tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang internally totally integrated entity, melainkan harus juga dilihat segmen-segmen yang ada, atau melihat berbagai interest groups, karena dampak terhadap kelompok sosial yang satu belum tentu sama, bahkan bisa bertolak belakang- dengan dampak terhadap kelompok sosial yang lain. Demikian juga mengenai penilaian tentang positif dan negatif, sangat sulit digeneralisasi untuk menilai perubahan masyarakat, karena penilaian positif atau negatif tersebut sudah merupakan penilaian yang mengandung nilai (value judgement), sedangkan nilai tersebut tidak selalu sama bagi segenap kelompok masyarakat. Artinya, dampak positif
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 28
ataupun negatif masih perlu dipertanyakan, positif menurut siapa dan negatif menurut siapa? (Pitana, 1999). Namun demikian, pada awal-awal penelitiannya (Mathieson, 1994) menilai dampak sosial dan lingkungan dari pengembangan pariwisata, menyatakan bahwa dampak pariwisata muncul dalam bentuk perubahan perilaku manusia akibat interaksi di dalam masyarakat antara wisatawan dengan penduduk lokal dan pemerintahan setempat. Dengan demikian dipastikan bahwa interaksi tersebut akan berdampak terhadap perubahan setiap elemen pariwisata baik perubahan ke arah positif mapun ke arah negatif. Analisis dampak sosial berfokus perubahan yang terjadi di dalam masyarakat sepert: (1) perubahan dalam sistem sosial, (2) nilai-nilai individu dan kolektif, (3) perilaku hubungan sosial (4) gaya hidup dannekspresi mode serta (5) struktur masyarakat 30 . Tabel 2-3 Dampak Sosial-Budaya Pariwisata Positive Negative Dampak terhadap populasi Peningkatan populasi (imigrasi, tidak ada emigrasi)
Imigrasi tenaga kerja musiman (positif dalam kasus kurangnya tenaga kerja - negatif dalam kasus pengangguran) Kehadiran pemilik rumah kedua (pemilik villa-rumah peristirahatan di destinasi) (positif jika terlibat dalam kehidupan masyarakat - negatif jika tidak terlibat) Perubahan distribusi penduduk masyarkat (berdasarkan usia, gender, ras dan etnik) Urbanisasi penduduk 30 (Page, Brunt, Busby & Connell, 2002:276, Douglas, Douglas & Derrett 2001 & Fredline ef a /, 2003;. Sims & D'Mello, 2005)
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 29
Perubahan pasar kerja Meningkatnya kesempatan kerja Banyak pekerjaan musiman Banyaknya jenis pekerjaan baru di pariwisata Banyak pekerjaan unskilled Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan bahasa berkurangnya tenaga kerja di sektor tradisional Diversifikasi kegiatan ekonomi Meningkatnya disparitas pendapatan masyarakat Stimulasi bagi pengembangan daerah tertinggal
Perubahan struktur, karakteristik masyarakat Pendapatan dari pariwisata Meningkatnya jumlah pendatang baru (temporary residents) yang biasanya tidak komitmen Tumbuhnya sektor jasa, yang penting dalam kegiatan ekonomi Potensi konflik dengan pemilik rumah (pendatang) Stimulasi kehidupan sosial budaya, Kesulitan dalam memperoleh perumahan Peningkatan nilai tanah Kenaikan harga properti Pembangunan infrastruktur Kenaikan harga, inflasi Kesempatan yang lebih luas untuk pembelanjaan Kehilangan identitas budaya Peningkatan citra destinasi Transformasi sistem nilai Meningkatnya kebanggaan warga terhadap wilayahnya (ekosistem) Konflik agama (dengan pemilik rumah kedua, dan wisatawan) Menurunnya prasangka buruk terhadap pengunjung, hilangnya stereotip, dan meningkatnya toleransi Ketergantungan pada pariwisata, kemacetan dan masalah lalu lintas lainnya Transformasi stratifikasi sosial, (pemilik sumber daya wisata meningkat, pemilik sumber daya tradisional turun) Dampak pada Individual dan Keluarga Meningkatnya mobilitas sosial (khususnya perempuan dan orang muda) Terganggunya jaringan sosial kemasyarkatan penduduk lokal Meningkatnya peluang berwisata Adanya perubahan ritme kehidupan Bertambahnya interaksi sosial karena banyak bertemu orang Hilangnya/berkurangnya pertemanan penting Meningkatnya kualitas hidup Peningkatan persepsi terhadap bahaya (karena meningkatnya kriminalitas) Keterampilan berbahasa Xenofobia (rasa takut bertemu orang asing) Pendapatan dari pariwisata Komersialisasi hospitaliti (keramah-
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 30
tamahan) Peningkatan sikap terhadap pekerjaan, kesantunan dan tatakrama Perilaku menyimpang (alkoholisme, prostitusi, perjudian, penyalahgunaan narkoba, vandalisme) Tekanan terhadap bahasa lokal Peningkatan kebebasan seksual Transformasi strukutur keluarga, trasformasi kebiasaan mengkonsumsi barang dan jasa, perubahan kondisi perumahan dan rumah tangga, tranformasi perilaku dan kebiasaan Dampak pada Budaya dan Sumber Daya Alam Perlindungan sumber daya yang unik/langka serta keindahan alam Penghilangan kebiasaan, tradisi Bangkitnya seni-budaya lokal dan kerajinan, event budaya Komersialisasi budaya Kebangkitan tradisi arsitektur lokal Membuang sampah sembarangan, polusi
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 31
Gambar 2.3 Dampak Sosial-Budaya Pariwisata dalam Kerangka Perubahan Sosial Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dampak Sosial 3. Pariwisata Dalam menganalisis dampak sosial pariwisata, penting untuk difahami faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap dampak sosial. Faktor-faktor tersebut akan dijadikan pertimbangan pada saat mengukur dampak sosial dalam masyarakat. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 32
a. Faktor Budaya (Culture) Penelitian Fredline dan Faulkner (2002 31 ) menunjukkan bahwa kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat memiliki sistem nilai yang berbeda, yang mendukung cara-cara di mana mereka menafsirkan fenomena di dunia di sekitar mereka dan ini mempengaruhi dampak sosial berkaitan dengan keputusan- keputusan yang diambil. Budaya dapat mempengaruhi pengem- bangan pariwisata dan interaksi wisatawan-penduduk lokal sehingga aspek ini tidak boleh diabaikan dalam analisis dampak sosial pariwisata (Brunt dan Courtney, 1999 32 ). Ada berbagai budaya dalam masyarakat dan masing-masing memiliki keyakinan sendiri dan perspektif tentang kehidupan. Oleh karena itu keyakinan dan perspektif memiliki pengaruh pada keseluruhan pandangan hidup setiap orang serta apa yang dianggap sebagai benar atau salah. Mendapatkan pengetahuan dan menghormati budaya yang berbeda adalah sebuah kebutuhan. b. Keterlibatan dalam Industri Berdasarkan teori pertukaran sosial, masyarakat lokal yang terlibat secara aktif dan memperoleh manfaat dari industri pariwisata cenderung memiliki sikap positif terhadap pengem- bangan pariwisata. Masyarakat menginginkan keber-lanjutan untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan lebih di masa depan. Peluang kerja yang lebih baik sebagai dampak ekonomi dari inisiatif pariwisata setempat, dapat memperbaiki penghasilan 31 Fredline, E. & Faulkner, B. (2002). Variations in residents reactions to major motorsports events: why residents perceive the impacts of events differently. Event Management, 7(2), 115-126. 32 Brunt, P., & Courtney, P. (1999). Host perceptions of sociocultural impacts. Annals of Tourism Research, 26(3), 493515.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 33
dan kesejahteraan mereka. Dengan demikian, kondisi ini dapat mendorong keterlibatan masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata. Andriotis (2006 33 ) menyatakan bahwa keterlibatan pemerintah dalam promosi pariwisata sangat penting untuk mengembangkan industri melalui penyediaan bantuan dana/keuangan kepada sektor swasta. c. Lokasi Faktor lain, yang berpengaruh terhadap dampak sosial pariwisata adalh lokasi. Lokasi destinasi yang di dalamnya terdapat produk pariwisata memegang peranan penting dalam menentukan pengaruh pada masyarakat sekitar. Ambil contoh, ketika ada penyelenggaraan suatu festival seni yang di adakah dekat dengan pemukiman makan akan terjadi keluhan karena bising, kesulitan parkir dan vandalisme sangat mungkin terjadi. Hal ini akan berdampak negatif terhadap masyarakat khususnya mereka yang berdekatan langsung dengan tempat event tersebut. J ika keadaan ini terus berulang, maka masyarakat akan semakin frustasi, sehingga akan memberikan persepsi negatif terhadap penyelenggaraan event tersebut. Kondisi ini diperkuat oleh hasil penelitian Williams dan Lawson (2001 34 ) serta J urowsky dan Gursoy (2004 35 ) yang menyimpulkan bahwa mereka yang hidup paling dekat dengan tempat atau objek daya tarik wisata (ODTW) 33 Konstantinos Andriotis (2006). Hosts, guests and politics: Coastal Resorts Morphological Change. Annals of Tourism Research, 33 (4), 10791098 34 J ohn Williams, Rob Lawson (2001). Community issues and resident opinions of tourism. Annals of Tourism Research, 28(2), 269290. 35 Claudia J urowski, Dogan Gursoy. (2004). Distance Effects On Residents Attitudes Toward Tourism. Annals of Tourism Research. 31(2), 296312.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 34
memiliki sikap yang kurang menguntungkan terhadap pengembangan pariwisata. d. Keterlibatan Warga Masyarakat dalam Pengembangan Pariwisata Menurut Gursoy et al. (2002 36 ) warga masyarakat yang terlibat atau berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata, lebih mungkin untuk merasakan manfaat dan keuntungan pariwisata secara positif. Sedangkan warga masyarakat yang tidak terlibat dalam pengembangan, akan cenderung merasakan dampak negatif atas pengembangan pariwisata tersebut. e. Interaksi dengan Wisatawan Pengaruh interaksi antara wisatawan dengan masyarakat akan semakin kuat sejalan dengan semakin seringnya interaksi antara wisatawan dengan warga masyarakat lokal. Hal ini bisa mengakibatkan warga masyarakat meniru perilaku dan sikap para wisatawan, baik yang baik maupun yang kurang baiknya (dilihat dari tata nilai warga masyarakat lokal). Pengaruh ini dapat berdampak positif maupun dampak negatif pada masyarakat. Namun demikian, interaksi ini dapat menjembatani dan mendorong pemahaman yang lebih baik, toleransi yang lebih besar dan penerimaan terhadap perbedaan budaya. Di sisi lain, kerugian yang mungkin terjadi adalah hilangnya identitas budaya masyarakat setempat, seperti penggunaan bahasa menjadi 36 Gursoy, D., Jurowski, C. & Uysal, M. 2002. Resident attitudes: A structural modeling approach. Annals of Tourism Research, 31 (3):495-516.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 35
terlupakan, pergaulan, meniru perilaku atau kebiasaan wisatawan dan komersialisasi ritual budaya atau agama. f. Karakeristik Demografi (Jender, Usia, Pendidikan dan Etnis) Karakteristik demografis sangat berpengaruh terhadap adaptabilitas perubahan masyarakat karena dampak pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, dampak sosial- budaya dapat dikaitkan dengan demografi. Ambil contoh, usia yang berbeda dapat mencerminkan kebiasaan, perilaku dan pola pikir tertentu yang berbeda satu sama lain. Fredline dan Faulkner (2002 37 ) menyimpulkan bahwa profil demografis masyarakat dapat memiliki pengaruh pada persepsi, keterlibatan dan pengembangan pariwisata. Generasi muda biasanya lebih terbuka dan lebih rentan dalam melihat hal-hal positif terkait dengan pariwisata. Sementara itu, generasi tua umumnya sudah memiliki kebiasaan dan tata nilai dan idelologi dalam hidupnya. Karena itu perlu usaha dan cukup waktu untuk penyesuaian dengan pola pengembangan pariwisata di daerahnya. Dalam kondisi yang demikian dapat berkembang konflik ideologi, di mana generasi muda cenderung mempengaruhi generasi tua sebagai bentuk "protes" atas perbedaan norma-norma yang dianutnya. g. Kebijakan Ekonomi Lokal (State of the local economy) Penelitian Gursoy dkk (2002 38 ) menunjukkan bahwa keadaan ekonomi lokal berpengaruh terhadap reaksi sosial masyarakat. J ika manfaat ekonomi dirasakan secara positif oleh masyarakat 37 Ibid., hal 38 Gursoy, D., Jurowski, C. & Uysal, M. 2002. Resident attitudes: A structural modeling approach. Annals of Tourism Research, 31 (3):495-516.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 36
lokal, maka reaksi sosial terhadap pengembangan pariwisata akan cenderung positif. Sebaliknya, jika situasi ekonomi yang masyarakat kurang baik, maka reaksi terhadap pengembangan pariwisata juga akan cenderung negatif, hal ini dapat menimbulkan gejolak sosial yang signifikan. Urtasun dan Gutierrez (2005 39 ) menunjukkan bahwa dampak pariwisata terhadap kegiatan ekonomi lebih positif dibandingkan dengan wilayah yang tidak mengembangkan pariwisata. Aktivitas ini akan berpengaruh terhadap perubahan sosial di masyarkat lokal. h. Fase dalam Daur Hidup Destinasi (Destination Area Life Cycle) Pada fase awal daur hidup destinasi, suatu daerah tujuan wisata cenderung akan ramai dikunjungi wisatawan. Sebagai responnya, masyarakat lokal pun cenderung antusias dalam menyambutnya. Namun apabila destinasi berada pada fase 'konsolidasi', maka pengembangan pariwisata sudah mencapai titik jenuh karena produk wisata sudah mapan. Pada kondisi ini pertumbuhan relatif lambat dan bahkan stagnan sehingga menyebabkan kondisi ekonomi menjadi menurun, dan keadaan masyarakat semakin apatis terhadap pengembangan pariwisata. Sebagaimana digambarkan oleh model tahapan destinasi menurut Butler, di mana destinasi berjalan melalui tahapan, maka ketika destinasi sudah tergantung pada pariwisata sehingga masyarakat akan tergantung pada pekerjaan dan dukungan dari industri pariwisata. 39 Urtasun, A. & Gutierrez, I. 2005. Tourism agglomeration and its impact on social welfare: An empirical approach to theSpanish case. Tourism Management, 27:901-912.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 37
i. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Faktor lain yang memengaruhi dampak sosial pariwisata adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pariwisata. Semakin luas pengetahuan masyarakat akan cenderung berinteraksi secara positif terhadap wisatawan sehingga keadaan sosial masyarakat akan cenderung lebih baik. Masyarakat akan memanfaatkan pengembangan pariwisata sebagai media transformasi nilai-nilai universal dan memproteksi nilai-nilai kearifan lokal (local indigenous) asehingga tujuan pengembangan destinasi dapat tercapai secara berkelanjutan. Penelitian Andereck (2005 40 ) menyebutkan bahwa anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan serta lebih banyak berinteraksi dengan wisatawan, cenderung melihat pengaruh positif yang lebih besar pada dimensi dampak pariwisata terhadap kehidupan masyarakat, citra dan ekonomi. Namun tidak ada perbedaan persepsi tentang masalah-masalah sosial kemasyarakatan, lingkungan dan layanan. j. Tingkat Ketergantungan Kepada Pariwisata Ketergantungan terhadap pariwisata juga merupakan faktor yang mempengaruhi dampak sosial pariwisata, karena secara luas, pariwissata dipandang sebagai potensi yang sangat besar untuk memberikan kesempatan kerja lokal, penerimaan pajak dan keragaman ekonomi bagi masyarakat lokal. Hester (1990 41 ) menunjukkan bahwa sebuah kota kecil yang sekarat kemudian 40 Andereck, K. L., Valentine, K. M., Knopf, R. C., & Vogt, C. A. (2005). Residents' perceptions of community tourism impacts. Annals of Tourism Research, 32(4), 1056-1076. 41 Hester, R.T., J R. 1990. The Sacred Structure of Small Towns: A Return to Manteo, North Carolina. Small Town, 20(4):5-21.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 38
memanfaatkan keindahan alam, karakter desa dan masa lalu pedesaan untuk menggerakan ekonomi melalui pariwisata. Hasilnya cukup baik walaupun sebagian masyarakat berpendapat bahwa kegiatan budaya yang ditampilkan sudah tidak asli dan telihat mengada-ada. Long dkk (1990 42 ) menyimpulkan bahwa persepsi masyarakat terhadap dampak negatif pariwisata meningkat sejalan dengan tingkat meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap pariwisata. Penelitian Allen, Hafer, Long dan Perdue (1993 43 ) menemukan bahwa masyarakat setuju untuk menarik kunjungan wisatawan lebih banyak karena dengan meningkatnya kunjungan ke daerahnya akan berdampak pada perbaikan kualitas hidup yang lebih tinggi. Semakin besar ketergantungan masyarakat pada pariwisata di suatu daerah, maka semakin sulit bagi masyarakat untuk menarik manfaat dari industri alternatif. Oleh karena itu, pariwisata harus diidentifikasi sebagai sarana penggerak ekonomi masyarakat agar masyarakat memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Beberapa studi menekankan pentingnya membedakan ketergantungan individual dan kepentingan masyarakat terhadap pariwisata. Beberapa studi menemukan bahwa individu yang secara personal mendapat manfaat dari pariwisata akan cenderung merasakan manfaat ekonomi lebih positif dari pada (bahkan menilai negatif) manfaat sosial dan lingkungan atau manfaat lainnya (Getz, 1994 44 ; Smith & Krannich, 1998 45 ). 42 Long, P.T., Perdue, R.R. & Allen, L. 1990. Rural Resident Tourism Perceptions and Attitudes by Community Level of Tourism. J ournal of Travel Research, 28(3):3-9. 43 Allen, L.R., Hafer, H.R., Long, P.T. & Perdue, R.R. 1993. Rural Residents' Attitudes Toward Recreation and TourismDevelopment. J ournal of Travel Research, 31(4):27-33. 44 Getz, D. 1994. Residents' Attitudes Towards Tourism: A Longitudinal Study in Spey Valley, Scotland. TourismManagement, 15:247-258.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 39
k. Tipe dan Jumlah Wisatawan J umlah dan jenis wisatawan yang berkunjung ke daerah tertentu dapat mempengaruhi sikap masyarakat setempat. Pariwisata massal, misalnya, menimbulkan lebih banyak masalah daripada pariwisata minat khusus. Infrastruktur dan fasilitas juga sangat berdampak jika tingkat kunjungan ke destinasi lebih tinggi dan destinasi wisata merupakan daerah yang sangat terkenal. Hal ini menyebabkan masalah seperti kekurangan parkir, polusi, kepadatan penduduk, lalu lintas dan kebisingan. J enis wisatawan yang mengunjungi suatu destinasi juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap sosial masyarakat, karena wisatawan yang berpendidikan cenderung menghormati masyarakat setempat jarang menimbulkan masalah. Namun, wisatawan rendah berpendidikannya cenderung kurang menghormati masyarakat setempat sehingga seringkali menimbulkan perasaan negatif di antara anggota masyarakat dan munculnya xenophobia. Misalnya, Brunt dan Courtney (1999 46 ) berpendapat bahwa penduduk lokal mungkin menyambut beberapa perubahan yang disebabkan oleh pariwisata seperti kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan sebagainya. Namun, efek lain mungkin kurang disambut, seperti perubahan struktur sosial dan keluarga, dan praktek budaya disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan (Dyer, Gursoy, Sharma & Carter, 2007 47 ). 45 Smith, M.D. & Kranich, R.S. (1998) Tourism dependence and resident attitudes. Annals of Tourism Research, 25(4):783-802 46 Brunt, P. & Courtney, P. 1999. Host perceptions of socio cultural impacts. Annals of Tourism Research, 26(3):493-515 47 Dyer, P., Gursoy, D., Sharma, B. & Carter, J . (2007). Structural modeling of resident perceptions of tourism and associated development on the Sunshine Coast, Australia. Tourism Management, 28:409- 422.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 40
l. Ukuran dan Laju Pembangunan Pariwisata Ukuran dan laju pembangunan pariwisata di destinasi akan menentukan potensi dampak terhadap sikap masyarakat. Misalnya, semakin kecil pengembangan pariwisata, semakin sedikit dampak potensial akan terjadi di masyarakat tersebut, atau lamanya durasi festival akan berdampak besar kepada masyarakat. Penelitian Fredline (2000 48 ) menyatakan bahwa dalam jangka panjang pengembangan pariwisata, selama beberapa generasi, akan merubah toleransi terhadap dampak melalui adaptasi dan migrasi selektif. m. Sikap Egosentrik (Egocentric attitude) Sikap egosentris masyarakat dan/atau wisatawan dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap industri pariwisata. Masalah muncul ketika pihak bertindak dengan cara yang menggambarkan motif egois dan mengabaikan orang lain. Mengambil pendapat dari semua peran-pemain memperhitungkan akan menghasilkan rasa persatuan dan visi bersama pariwisata ke daerah. Chen (2000 49 ) juga menemukan bahwa sikap egosentris warga memiliki pengaruh pada masa depan pengembangan pariwisata. n. Kepuasan Masyarakat Menurut Dyer et al. (2007 50 ) penduduk harus menjadi titik fokus dari pengembangan pariwisata agar tujuan pengembangan 48 Fredline, E. (2000). Host community reactions to major sporting events: The Golden Coast Indy and the Australian Formula One Grand Prix in Melbourne. Griffith University (Ph.D dissertation). 49 Chen, J .S. 2000. An investigation of urban residents'loyalty of tourism. Journal of Hospitality & TourismResearch, 24(1):5-19. 50 Dyer, et. al. Loc. Cit.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 41
dapat tercapai secara berkelanjutan. Masyarakat harus puas atas keputusan yang yang diambil terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi mereka. Apabila keputusan yang diambil tidak sejalah dengan tujuan dan harapan masyarakat, maka akan terjadi ketidakpuasan yang bisa berdampak pada penolakan terhadap kebijakan pengembangan pariwisata. Apabila masyarakat merasa puas atas keputusan pengembangan pariwisata maka, masyarakat akan memberikan kontribusi positif bagi pariwisata di daerah itu. Keberpihakan kepada masyarakat dapat dilakukan antara lain dengan upaya pemberdayaan dan peningkatan keterampilan melalui pelatihan dan memberikan ruang kesempatan untuk memperoleh penghasilan. Dengan demikian pada akhirnya pariwisata akan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal serta industri pariwisata secara keseluruhan. o. Persepsi Terhadap Partisipasi (Perceptions of participation) Faktor lain yang berdampak sosial pariwisata adalah partisipasi masyarakat. Penelitian Nash (2003 51 ) menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat sangat penting untuk membangun pariwisata agar berkelanjutan. Setiap anggota masyarakat memiliki ide dan persepsinya masing-masing tentang keterlibatan dan kontribusinya terhadap pariwisata. Ada kelompok masyarakat yang peduli dengan pengelolaan produk pariwisata agar berkelanjutan, sementara kelompok lainnya hanya berfokus pada motif ekonomi. Hal ini penting untuk menangkap ide-ide dan inisiatif anggota masyarakat melalui forum-forum rembuk 51 Nash, R.D. 2003. Participative Democracy: Community Participation or Technocratic Elitism. Austalasian Political Studies Association Conference, University of Tasmania, Hobart, 29 September - 1 October.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 42
masyarakat. Melalui forum ini akan teridentifikasi kemampuan masing-masing anggota masyarakat sehingga dapat berperan sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Melalui forum- forum tersebut dapat diketahui pelatihan apa yang harus diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan pariwisata di destinasinya. p. Kedekatan (Proximity) Semakin kuat kedekatan dengan kegiatan pariwisata, maka semakin besar dampak pariwisata pariwisata tersebut kepada masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat yang berada di kawasan wisata diduga akan lebih besar memperoleh manfaat pariwisata dari pada mereka yang berada di luar kawasan atau di luar zona penyangga kawasan. Contoh lain seperti hasil penelitian Fredline (2000 52 ) mencatat bahwa warga yang tinggal dekat dengan tempat suatu event, mereka akan merasakan dampak negatif jangka pendek yang lebih besar, dan mereka berpendapat bahwa bermanfaat secara ekonomi. Selain itu, masyarakat yang berada lebih dekat dengan destinasi, lebih mampu memprediksi manfaat dan sekaligus dampak dari kunjungan wisatawan dibandikngkan dengan masyarakat yang berlokasi jauh dari destinasi atau lokasi event. Penelitian lain mengidentifikasi bahwa persepsi terhadap dampak positif dan negatif masyarakat mengalami peningkatan sejalan dengan jarak dan tingkat aktivitas pariwisata. Dengan demikian warga yang tinggal dekat dengan tempat wisatawan dan 52 Fredlin, Op. Cit.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 43
sering berinteraksi, maka mereka cenderung berpendapat yang tegas atas manfaat dan dampak, sementara mereka berlokasi lebih jauh cenderung berpendapat ambivalen. D. Metode dan Pendekatan dalam Penilaian Dampak Pengembangan Pariwisata Dampak pengembangan pariwisata perlu dimonitor mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan setelah selesai inisiasi program pengembangannya. Alasan pentingnya pemantauan atas pengem- bangan destinasi antara adalah untuk (1) menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan (2) meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko (3) menetapkan skala prioritas dalam implementasi proyek (4) benchmarking kinerja pengembangan destinasi, (5) meningkatkan partisipasi masyarakat dan dukungan terhadap pengembangan pariwisata, (5) meningkatkan kualitas atraksi untuk memperkaya pengalaman pengunjung, (6) menghemat biaya, (7) meningkatkan nilai tambah bagi wisatawan. Pada dasarnya evaluasi dampak pariwisata dapat dilakukan melalui: (1) penilian atas rencana dan implementasi program pengembangan pariwisata (2) memperkirakan masa depan destinasi apabila implementasi pengembangan tidak berjalan lancar, (3) menilai pengembangan destinasi secara alamiah jika tidak ada proyek pengembangan, (4) memprakirakan dampak yang mungkin terjadi apabila proses pengembangan tidak sesuai rencana, (5) mengidentifikasi perbedaan (gap) perkiraan yang telah dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif (6) menyusun instrumen pengukuran mitigasi/ameliorasi untuk
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 44
mereduksi dampak negatif (7) menganalisis dampak dan membandingkannya dengan berbagai alternatif perkiraan hasil analisis (8) sajikan hasil analisis dan (9) ambil keputusan dan tindakan koreksi. Evaluasi ini harus dilakukan oleh otoritas wilayah setempat dan berkoordinasi dengan pengelola destinasi. Untuk mengukur dampak ekonomi, secara umum Page (1995 dalam Page, 2003), menyarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi dampak ekonomi pariwisata antara lain: (1) kondisi wilayah destinasi wisata seperti produk, layanan dan karakteristiknya (2) volume dan besaran pengeluaran wisatawan, (3) kondisi perkembangan ekonomi di kawasan destinasi wisata (4) jumlah dan karakteristik penduduk lokal di wilayah pengembangan, (5) pengeluaran tambahan yang berada di destinasi yang bukan untuk pengeluaran impor produk dan jasa. Dalam hal ini, pengeluaran wisatawan dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) direct spending, yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan untuk membeli barang dan jasa (2) indirect spending, yaitu bagian dari total pengeluaran wisatawan yang digunakan oleh perusahaan pariwisata untuk membayar produk, pajak dan upah di wilayah pengembangan destinasi, dan (3) induce spending yaitu peningkatan konsumsi lokal yang dilakukan oleh mereka yang bekerja di sektor pariwisata atau mereka yang memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata. Dampak ekonomi, juga dapat diukur berdasarkan persepsi masyarakat. Secara kualitatif masyarakat akan merasakan peningkatan/penurunan ekonomi keluarganya, merasakan peningkatan kebutuhan hidup dan adanya perubahan infrastruktur
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 45
seperti jalan akses dan layanan umum. Para peneliti mengem- bangkan berbagai kriteria untuk menilai dampak ekonomi pariwisata berdasar persepsi masyarakat. Berdasarkan kriteria tersebut pada kenyataanya banyak studi yang menunjukkan bahwa masyarakat memiliki persepsi positif terhadap pengembangan pariwisata dan kesempatan kerja. Selain itu, para peneliti juga menunjukkan bahwa kriteria manfaat ekonomi dan biaya terkait dengan pengembangan pariwisata, antara lain perubahan pola investasi dan pengeluaran investor, penerimaan ekonomi, standar hidup, distribusi pendapatan untuk masyarakat dan pemerintah, harga barang dan jasa, sewa lahan dan properti perumahan, biaya hidup, pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur dan sumber daya lainnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini, pengukuran dampak ekonomi digunakan informasi dari masyarakat sebagai persepsi atas pengembangan destinasi pariwisata di wilayahnya. Sebagaimana dampak ekonomi, dampak sosial/budaya baik positif maupun negatif merupakan konsekuensi dari pengembangan pariwisata. Dampak sosial budaya disebabkan karena komunikasi atau interaksi antara penduduk lokal dengan wisatawan atau industri pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagai penelitian menyatakan bahwa dampak sosial/kultural pariwisata memberikan kontribusi terhadap sistem tata nilai, perilaku individu, hubungan keluarga, kolektifias gaya hidup, tingkat rasa aman, etika moral, ekspresi kreatif, upacara tradisional dan organisasi masyarakat (Mathieson, et. Al 1982). Pariwisata juga dipandang sebagai penyebab peluang terjadinya pertukaran budaya, meningkatnya fasilitas rekreasi dan berbagai
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 46
faktor perubahan kualitas hidup. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa penduduk lokal tidak cukup merasakan bahwa pariwisata dapat menawarkan pertukaran sosial-budaya yang bernilai, bahkan sebaliknya berpendapat bahwa pariwisata dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai tradisional di masyarakat. E. Optimalisasi Manfaat, Minimalisasi Dampak Negatif Pengembangan Pariwisata bagi Masyarakat Lokal Issu dampak negatif lebih besar dari pada dampak positif pengembangan pariwisata, selalu terjadi dalam pengembangan destinasi pariwisata di belahan manapun. Namun issu tersebut dapat direduksi dengan merancang suatu strategi boosting maksimal dampak positif -minimal dampak negatif. Namun tidak ada aturan baku yang menjamin pengembangan pariwisata dapat berkontribusi maksimum tanpa dampak negatif kepada masyarakat. Walaupun demikian, ikhtiar ke arah optimalisasi manfaat tersebut tetap harus diusahakan. Sangat sedikit data kuantitatif yang secara jelas menggambarkan kontribusi pariwisata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal terutama yang terkait dengan pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah setempat untuk mengatur pencapaian manfaat maksimum pengembangan pariwisata. Beberapa ikhtiar yang dapat ditempuh pemerintah setempat untuk memaksimalkan manfaat pengembangan pariwisata antara lain: (1) membantu produk lokal masuk ke dalam rantai penawaran hotel (hotel supply
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 47
chain), (2) menstimulir usaha kecil dan mikro di destinasi pengembangan pariwisata, (2) mendorong pengembangan kerajinan setempat dan toko souvenir bagi wisatawan, (3) menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk lokal, (4) memfasilitias kemitraan, (5) diversifikasi produk wisata, terutama produk-produk yang melibatkan penduduk lokal, (6) menggunkan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi sektor swasta dalam meningkatkan peran penduduk lokal, (7) memfasilitasi kemitraan joint venture antara sektor swasta dan masyarakat, (8) menentukan cara yang tepat untuk mendistribusikan pembiayaan kepada masyarakat (9) memonitor dampak sosial, budaya dan lingkungan, (10) membuat kebijakan pro-poor, (11) menentukan pilihan strategi untuk segmentasi, pasar dan investor (Ashley, 2006 53 ). F. Kerangka Berfikir Penelitian Pendapat masyarakat terhadap dampak sosial ekonomi KEK ditentukan oleh faktor yang sangat kompleks namun secara umum ditentukan oleh faktor: budaya (Culture), keterlibatan dalam industri, lokasi, keterlibatan warga masyarakat dalam pengembangan pariwisata, interaksi dengan wisatawan, karakeristik demografi (Jender, Usia, Pendidikan dan Etnis), kebijakan ekonomi lokal (state of the local economy), fase dalam daur hidup destinasi (destination area life cycle), tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat ketergantungan kepada pariwisata, tipe dan jumlah wisatawan, ukuran dan laju pembangunan pariwisata, sikap 53 Caroline, Ashley (2006). How can governments boost the local economic impacts of tourism? Options and tools. ODI, UK.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 48
egosentrik (egocentric attitude), kepuasan masyarakat, persepsi terhadap partisipasi (perceptions of participation), kedekatan (proximity). Secara sekematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2-4 Kerangka Penelitian Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
BAB 3 DESAIN PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Ruang Lingkup Unit Analisis Penelitian dampak sosial ekonomi pariwisata merupakan penelitian crossectional utuk menangkap gambaran tentang dampak sosial ekonomi ditetapkanya KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan mengumpulkan dan menyajikan data serta menarik kesimpulan secara umum untuk sampel terpilih. Selain itu, untuk membandingkan tanggapan masyarakat di kawasan penyangga terhadap dampak sosial ekonomi maka dilakukan pendekatan comparative study. Dampak ekonomi diukur dengan menggunakan pendekatan sederhana yang bersifat estimasi, mengingat implementasi KEK itu sendiri belum mulai. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu anggota masyarakat di sekitar kawasan penyangga Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dan usaha non formal di lingkungan kawasasan. B. Teknik Sampling dan Prosedur Pengumpulan Data Polupulasi masyarakat penyangga ditentukan berdasarkan jumlah kepala keluarga yang berada di kawasan penyangga yaitu Desa Tanjung J aya yang 500 KK berada di Cikadu 300 KK, dan Cipanon 200 KK. Dengan memilih teknik non probability sampling, yaitu purposive sampling, ditetapkan 75 sampel melalui 49
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 50
survey dan dua focus group discussion diantara orang-orang kunci (key person) di desa lokasi penelitian. Untuk menganalisis dampak sosial ekonomi pariwisata di KEK Tanjung lesung, informasi diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara secara face-to-face, diskusi kelompok terfokus, dan angket serta FGD. Untuk mengumpulkan data digunaka kuesioner dan alat observasi. C. Metode Analisis Data Deskriptif: Untuk menggambarkan profil responden dan pendapatnya tentang dampak sosial ekonomi pengembagan KEK. Komparatif, untuk menguji perbedaan atara bebarapa variabel demografi dengan tanggapan mereka terhadap dampak sosisal ekonomi pengembangan KEK. D. Dasar Hukum Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan; UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus PP No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan KEK PP No. 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas PP No. 2 Tahun 2011 PP No. 26 Tahun 2012 Tentang KEK Tanjung Lesung PP No. 50 Tahun 2011 Tentang RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010 2025 Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 2012, tetang KEK
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 51
Inpres RI No. 16 tahun 2005 tentang Kebijakan Pengembangan Kebudayaan danPariwisata; Peraturan Daerah No. 9 tahun 2005 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Provinsi Banten; PERPRES No. 32 Tahun 2011 tentang MP3EI tahun 2011- 2025 KEPPRES No. 41 Tahun 2012 tentang Dewan Kawasan KEK Provinsi Banten. E. Rancangan Kerja Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Bulan Mar Apr Mei/J uni J ul 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pra-Persiapan Brainstorming dan penentuan lingkup pekerjaan
Studi/observasi pendahuluan (FGD)
Penyusunan Instrumen Diskusi rancangan penelitian presentasi laporan pendahuluan
Survey-Pengumpulan Data Primer dan Analisis
Survey Pengolahan dan analisis data Penyusunan laporan antara Workshop laporan antara Penyusunan Laporan Akhir Penyusunan laporan akhir Workshop laporan Akhir
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 52
F. Tahapan Pekerjaan Kajian atas dampak dari suatu kebijakan ataupun kegiatan, dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti studi evaluasi yang membandingkan sebelum dan sesudah kegiatan. Atau pengukuran pola perubahan sosio-kultural dan ekonomi masyarakat pada suatu waktu tertentu (cross section). Namun bagaimanapun pendekatan yang diambil, perlu dilaksanakan secara bertahap melalui tahapan pra/persiapan, observasi pendahuluan, pengolahan hasil observasi dan penyusunan instrumen, survey lapangan, pengolahan dan analisis data, workshop hasil penelitian dan penyusunan rekomendasi. Pra Persiapan dan Persiapan 1. a. Pra Persiapan Pra persisapan penelitian, merupakan kegiatan koordinatif antara pemberi tugas dengan tim periset. Pemahaman atas KAK dan brainstorming kegiatan yang akan dilakukan. Menyusun proposal studi dan merumuskan teknis pelaksanaan. b. Observasi Pendahuluan Survey pendahuluan ditujukan untuk memperoleh gambaran umum wilayah penelitian, dan pengumpulan data awal. Hasil studi pendahuluan tersebut akan digunakan untuk menyusun instrumen penelitian. Studi dokumen akan dilakuk pada tahap ini, dengan mengkaji berbagai dokumen yang terkait dengan KEK-TL seperti peraturan perundangan, studi kelayakan, struktur
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 53
demografi masyarakat dalam dan sekitar kawasan, serta struktur pencahariannya. c. Pengolahan data Hasil Observasi dan Penyusunan Instrumen Penelitian Hasil survey pendahuluan akan dibahas dalam panel diskusi ataupun diskusi dengan pakar, yang selanjutnya disusun instrumen untuk penelitian selanjutnya. Dengan observasi tersebut, diharapkan pengumpulan data pada tahap survey berikutnya akan menggunakan instrumen yang valid. Analisis dan Pelaporan 2. a. Laporan Pendahuluan Laporan ini memuat informasi awal dari rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan termasuk pra-persiapan dan persiapan, masalah teridentifikasi, hasil observasi awal dan instrumen penelitian. Di samping itu, dilaporkan pula rencana detil penelitian termasuk disain penelitiannya. b. Laporan Antara (interim report) Menyajikan kemajuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan data primer dan data sekunder, serta hasil analisis statistik yang diperlukan dalam mengambil kesimpulan. c. Laporan Akhir (Final Report) Menyajikan hasil-hasil analisis mengenai dampak sosial ekonomi masyarakat dan perubahan struktur/pola pencaharian di kawasan pengembangan. Di samping itu memuat hasil masukan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 54
dalam workshop dan rekomendasi hasil penelitian serta rencana tindak lanjut antisipatif kebijakan untuk mengoptimalkan dampak positif dan menekan dampak negatif dari pengembangan kawasan.
BAB 4 HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pariwisata Provinsi Banten Secara geografis, Provinsi Banten menempati posisi strategis untuk pengembangan pariwisata. Karena selain berbatasan dengan ibu kota negara, juga menjadi pintu gerbang masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia. Selain itu, Provinsi Banten memiliki sumberdaya pariwisata yang sangat potensial, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya buatan. Identifikasi yang dilakukan pada tahun 2006, Provinsi Banten mempunyai 204 objek daya tarik wisata (ODTW) yang terdiri atas objek daya tarik: (1) alam, (2) sejarah dan budaya, (3) buatan, (4) living culture dan (5) pertunjukan kesenian. Dari jumlah tersebut, hampir 50 persennya masih merupakan potensi yang belum dikembangkan (Renstra Provinsi Banten). Namun setelah 10 tahun ditetapkannya 18 kawasan pengembangan pariwisata, jumlah objek daya tarik wisata di Provinsi Banten meningkat menjadi 526 objek dengan beberapa kategori baru seperti objek wisata marina, warisan budaya (heritage), suaka alam, wisata belanja, wisata kuliner, wisata kesehatan termasuk olahraga air dan sejenisnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, objek wisata pantai merupakan tujuan favorit baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Pada tahun 2010, diperoleh informasi bahwa 55,4 % wisatawan domestik memilih wisata pantai sebagai 55
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 56
pilihan pertamanya, demikian pula wisatawan mancanegara mencapai 64,52% yang berkunjung objek wisata pantai di Provinsi Banten (Disbudpar, 2012). Dengan semakin meningkatnya jumlah dan keragaman objek wisata tersebut, maka dapat digambarkan bahwa supply produk- produk pariwisata telah mengalami pertumbuhan secara signifikan di Provinsi Banten. Selanjutnya, selain dipandang dari sisi supply, perkembangan pariwisata, juga dapat dikaji dari aspek-aspek lainnya seperti (1) jumlah kunjungan (2) lama tinggal (length of stay) dan (3) besarnya pengeluaran (spend of expenditure) selama berwisata. Ketiga aspek ini, selain dapat digunakan untuk memprediksi dampak langsung pendapatan pariwisata, juga dapat digukan untuk memprediksi dampak tidak langsung dari perkembangan pariwisata. Dalam menentukan jumlah kunjungan wisatawan, suatu destinasi yang dirancang dengan access gate tertentu, penghitungan jumlah kunjungan wisatawan tidaklah sulit mengingat setiap pengunjung dapat tercatat dengan tepat. Namun sebaliknya, bagi daerah dengan akses masuk terbuka seperti Provinsi Banten penghitungan jumlah kunjungan secara tepat dan akurat sangat sulit untuk dilakukan. Pintu masuk seperti pelabuhan, bandara, statsiun kereta api, dan terminal bis sebagai akses ke Provinsi Banten, tidak serta-merta dapat digunakan untuk mencatatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Banten. Orang yang datang ke Provinsi Banten sangat sulit dibedakan antara penumpang yang tiba dari luar daerah berniat dan melakukan kegiatan wisata dengan mereka yang bukan untuk tujuan wisata (khusunya untuk wisatawan domestik). Terkadang mereka hanya sekedar transit atau melewati Provinsi
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 57
Banten kemudian melanjutkan perjalanan akhir dengan tujuan di luar Provinsi Banten. Indikasi ini dapat terlihat dari statistik kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, di mana terjadi pertumbuhan negatif selama tiga tahun (2009-2011) untuk wisatawan domestik. Namun sebaliknya karena pendataannya relatif mudah, untuk wisatawan mancanegara mengalami pertumbuhan positif selama lima tahun terakhir. Dengan demikian pada tahun 2012 baik wisatawan domestik maupun mancara negara mengalami pertumbuhan positif, yang secara total kunjungan wisatawan mengalami pertumbuhan hampir dua persen (1,94%) seperti pada Tabel 4-1. Tabel 4-1 Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Banten Periode 2008-2012 Tahun Wisatawan domestik +/- Wisatawan mancanegara +/- Total +/- 2008 24.123.000 112.732 24.235.732 2009 *) 24.041.029 -0,34 134.612 19,41 24.175.641 -0,25 2010 *) 24.000.043 -0,17 148.046 9,98 24.148.089 -0,11 2011 23.959.057 -0,17 160.555 8,45 24.119.612 -0,12 2012 24.397.233 1,83 189.269 17,88 24.586.502 1,94 Rata-rata pertumbuhan 0,0022 0,109 0,0029 *)
ekstrapolasi nilai rata-rata 2008 dan 2011, akibat beda metode perhitungan kunjungan wisata ke Banten Lama Sumber: Disbudpar Kabupaten/Kota Provinsi Banten, (diolah) Apabila ditelaah lebih lanjut, pertumbuhan kunjungan wisatawan dalam jangka panjang menggambarkan pertumbuhan positif bagi kunjungan wisatawan mancanegara, namun relatif stagnan untuk wisatawan domestik Gambar 4-1).
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 58
Gambar 4-1 Diagram pencar kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Provinsi Banten, 2008-2012. Berdasarkan pada diagram pencar (scatter plot) yang diestimasi menggunakan garis pas (fitting line) garis regresi diketahui kecondongan garis (slope)-nya positif yaitu +46,65 (wisatawan domestik) dan +1.790,17 (wisatawan mancanegara). Walaupun jumlah kunjungan wisatawan domestik lebih besar (intercept 69.661,32) dibandingkan dengan wisatawan mancanegara (interscept 3,58E6), namun pertumbuhannya lebih kecil yang digambarkan dengan fitting line wisatawan domestik yang kemiringan sangat landai. Sebaliknya kunjungan wisatawan mancanegara memiliki pertumbuhannya yang sangat besar sebagaimana kemiringan garis yang sangat curam. Dengan demikian, perlu upaya yang lebih besar lagi untuk menggerakan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 59
wisatawan domestik ke Provinsi Banten, di samping mempertahankan pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara. Prediksi peningkatan tersebut didukung pula oleh tingginya pertumbuhan industri pariwisata seperti akomodasi yang tumbuh sangat pesat di Provinsi Banten. Dari Tabel 4-2 dapat diketahui pertumbuhan jumlah usaha akomodasi mencapai 47% pada kurun waktu empat tahun (2009-2012) dengan pertumbuhan jumlah kamar sebesar 82%. Tabel 4-2 Jumlah Akomodasi, Rata-rata Pekerja dan Jumlah Tamu per Hari ke Provinsi Banten, Tahun 2009-2012 Indikator 2009 2010 2011 2012 Rata-rata pertumbuhan Banyaknya
Usaha 37 39 46 175 0,47 Kamar 2.775 2.765 3.428 30.135 0,82 Tempat Tidur 4.184 4.208 5.131 41.744 0,78 Rata-rata Pekerja Per
Usaha 87,60 96,40 81,60 186,90 0,21 Kamar 1,20 1,40 1,10 1,10 (0,02) Tamu Per Hari
Indonesia 1.605 1.419 1.839 14.282 0,73 Asing 298 436 308 4,913 1,02 J umlah 1.903 1.855 2.147 19.195 0,78 Sumber: diolah dari BPS, 2013 Dari data lain diperoleh (Banten dalam Angka 2010/2011), mencatat bahwa pertumbuhan hotel berbintang dan nonbintang mencapai 2,35% per tahun, atau meningkat dari 213 hotel pada tahun 2007 yang menjadi 228 hotel pada tahun 2010. Konsentrasi dari fasilitas perhotelan ini berada di Kabupaten Serang, khususnya di Anyer. Perkembangan jumlah hotel tersebut secara otomatis akan menambah jumlah kamar yang juga mengalami pertumbuhan pada
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 60
periode 2008-2010 sebesar 2,63% pertahun. Walaupun demikian, jumlah tempat tidur yang justru mengalami penurunan sebesar 0,85% pertahun. Pertumbuhan akomodasi tersebut bisa jadi dipicu pula oleh tumbuhnya tamu yang menginap di usaha akomodasi dengan rerata pertumbuhan 73% tamu Indonesia dan 102% tamu Asing atau 78% pertumbuhan total tamu per hari. Dengan pertumbuhan tamu yang menginap pada usaha akomodasi, jumlah kamar dan tempat tidur yang sangat pesat tersebut, maka serapan atas tenaga kerja juga mengalami peningkatan dengan rerata pertumbuhan mencapai 21% per usaha akomodasi. Namun jika dilihat dari rerata serapan tenaga kerja per kamar mengalami pertumbuhan negatif -2%. Hal ini diduga terjadi karena perusahaan meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja atau meningkatnya produktivitas pekerja per kamar. Dengan demikian, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan juga meningkatkan serapan tenaga kerja di Provinsi Banten. Aspek lain yang menarik untuk dicermati dari pertumbuhan tamu menginap pada usaha akomodasi ini adanya pergeseran permintaan tamu Indonesia dalam menggunakan usaha akomodasi (Gambar 4-2).
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 61
Gambar 4-2 Trend tamu Indonesia yang menginap di hotel berbitang dan hotel non bintang di Provinsi Banten, 2003-2011 (BPS, 2013) Ilustrasi di atas menggambarkan data tahun 2003-2011 yang menunjukkan bahwa tamu Indonesia yang menginap di hotel non bintang di Provinsi Banten sangat fluktuatif, namun dengan menggunakan fitting line metode linier, diperoleh gambaran adanya pertumbuhan positif yang sangat lambat dengan koefisien kemiringan garis (slope) sebesar 1.965,4. Sementara itu, permintaan tamu Indonesia untuk menginap di hotel berbintang tumbuh dengan pesat mencapai 19% selama delapan tahun terakhir, dengan koefisien kemiringan garis (slope) sebesar 26.471,7. Adanya pergeseran ini dapat dipahami bahwa telah terjadi peningkatan pengeluaran (spend of expenditure) wisatawan untuk pengeluaran akomodasi ketika mereka berwisata. Hal lain yang dapat dipahami
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 62
adalah adanya peningkatan ekspektasi terhadap kualitas pelayanan selama melakukan perjalanan wisata. Sementara itu, permintaan tamu asing untuk menginap pada usaha akomodasi mengalami pertumbuhan negatif untuk kedua jenis akomodasi hotel bintang maupun non bintang. Pola permintaan yang sangat fluktuatif dan cenderung menurun berdampak pada permintaan terhadap akomodasi mengalami trend negatif. Ilustrasi ini dapat dilihat dari Gambar 4-3 yang menunjukkan bahwa kedua fitting line mempunyai koefisien kemiringan garis (slope) negatif. Walaupun dua tahun terakhir mengalami peningkatan, koefisien kemiringan garis trend tamu asing yang menginap di hotel berbintang masih -3.765, dan di hotel non bintang masih -1.345. Apabila dikaitkan dengan kunjungan wisatawan asing ke Provinsi Banten yang mempunyai kecenderungan meningkat pesat, permintaan terhadap akomodasi seolah berbanding terbalik. Hal ini dapat dipahami apabila pola kunjungan ke Provinsi Banten diduga menerapkan pola daisy product di mana wisatawan asing menginap di J akarta sebagai tempat bermalam, sementara mereka dapat melakukan aktivitas berwisata di Provinsi Banten tanpa harus menginap.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 63
Gambar 4-3 Trend tamu asing menginap di hotel bintang dan non bintang di Provinsi Banten, tahun 2003-2011 Apabila kondisi seperti ini terus berlanjut, dapat dipastikan fasilitas akomodasi yang dibangun di Provinsi Banten akan kekurangan tamu asing, dan akan berpengaruh terhadap penerimaan langsung dari sektor pariwisata. Selain itu, dapat bepengaruh juga terhadap aspek penting kedua dari pariwisata yaitu lama tinggal. Namun demikian, apabila dilihat dari agregat tamu yang menginap di hotel baik berbintang maupun non bintang di Provinsi Banten menggambarkan keseluruhan tamu yang membeli produk akomodasi. Baik tamu asing maupun tamu Indonesia yang menginap di hotel bintang maupun non bintang menunjukkan perkembangan positif. Berdasarkan Gambar 4-4., tamu yang menginap di hotel di Provinsi Banten menunjukkan pertumbuhan.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 64
Namun apabila dilihat secara keseluruhan, tamu yang menginap di hotel non bintang trendnya sangat lambat yang ditunjukkan oleh fitting line yang landai dengan koefisien kemiringan garis (slope) sebesar +620,3, dibandingkan dengan trend tamu yang menginap di hotel berbintang dengan koefisien kemiringan garis +22.706,67. Seperti yang diungkapkan di atas, bahwa dengan adanya peningkatan permintaan atas akomodasi pada hotel berbintang mengindikasikan meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia dan permintaan terhadap kualitas layanan.
Gambar 4-4 Trend total tamu menginap di hotel di Provinsi Banten tahun 2003-2011 Aspek lain yang berdampak ekonomi langsung adalah lama tinggal. Semakin lama wisatawan tinggal di Provinsi Banten maka akan semakin banyak pengeluaran untuk keperluan selama
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 65
berkunjung termasuk akomodasi, rekreasi dan pengeluaran lainnya. Rata-rata lama tinggal wisatawan di Provinsi Banten dapat diketahui dari lamanya tamu menginap di hotel-hotel tempat berwisata. Berdasarkan data tahun 2004-2011 yang diolah dari publikasi BPS (2013), rata-rata wisatawan berkunjung ke Provinsi Banten selama 1,5 hari. Gambar 4-5 memperlihatkan rata-rata lama tinggal wisatawan selama kurun waktu delapan tahun. Gambar 4-5 Rata-rata lama tinggal tamu Indonesia dan tamu Asing yang menginap di hotel bintang dan non bintang di Provinsi Banten tahun 2004-2011 (BPS, 2013; diolah) Rata-rata lama tinggal tamu yang menginap di hotel non bintang mengalami penurunan yang sangat tajam terutama tamu asal Indonesia yang mencapai di bawah rata-rata lama menginap total tamu. Demikian pula lama tinggal tamu asing di hotel non bintang, mengalami penurunan di bawah rata-rata lama tinggal di Provinsi
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 66
Banten. Sebaliknya, rata-rata lama tinggal di hotel berbintang, baik tamu Indonesia maupun tamu asing menunjukkan kecenderungan pertumbuhan positif. Kondisi lama tinggal ini sejalan dengan informasi yang terkait dengan jumlah tamu yang menginap di hotel di Provinsi Banten. Dengan demikian selain jumlah tamu yang berkunjung ke hotel non bintang berkurang, rata-rata lama tinggal di hotel juga berkurang. Aspek ketiga yang berdampak langsung terhadap ekonomi adalah pengeluaran wisatawan (spend of expenditure). Pengeluaran wisatawan seringkali dikenal dengan konsumsi wisatawan yanga biasanya di suatu daerah merupakan penggerak ekonomi pariwisata daerah tersebut. Konsumsi dihitung untuk membayar akomodasi, perdagangan cinderamata, rumah makan dan kegiatan penunjang wisata lainnya. Karena berfungsi sebagai faktor pengungkit, pengeluaran konsumsi wisatawan selalu yang diharapakan nilai konsumsi ini terus meningkat sehingga ekonomi pariwisata semakin berkembang. Konsumsi wisatawan sangat erat kaitannya dengan jumlah kunjungan wisatawan dengan lama tinggal. Untuk meningkatkan komsumsi wisatawan, maka variasi produk-produk pariwisata dan yang terkait dengan pariwisata, harus dikembangkan. Berdasarkan hasil kajian sebelumnya (Nesparda, 2011), konsumsi wisatawan di Provinsi Banten mengalami peningkatan seiring peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Setiap wisatawan domestik yang melakukan perjalanan wisata di Banten rata-rata menghabiskan Rp 1,64 juta pada tahun 2009 dan Rp 1,78 juta pada tahun 2010. Pengeluaran tersebut untuk memenuhi berbagai
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 67
kebutuhan selama melakukan wisata di wilayah Banten. Pengeluaran terbesar digunakan untuk mengkonsumsi jasa restoran, selanjutnya jasa angkutan jalan dan barang hasil industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki. Pengeluaran untuk jasa hotel sendiri hanya menempati posisi kesepuluh dari sekian banyak barang dan jasa yang dikonsumsi oleh wisatawan domestik (Tabel 4-3). Kontribusi rata-rata konsumsi wisatawan domestik untuk jasa restoran di Provinsi Banten pada tahun 2009 dan 2010, mencapai proporsi tertinggi mencapai hampir 25%. Sementara itu, untuk konsumsi hotel berbintang, wisatawan domestik memberikan kontribusi sebesar 2,4% pada tahun 2010 yang mengalami penurunan sebesar 0,2% dari tahun 2009 (2,6%). Penurunan ini terjadi sejalan dengan anjloknya rata-rata lama tinggal tamu di hotel bintang dari rata-rata 1,54 hari pada tahun 2009 menjadi rata-rata 1,45 hari pada tahun 2010 (lihat ilustrasi grafik pada Gambar 4-5). Tabel 4-3 Rata-rata konsumsi wisatawan domestik di Banten tahun 20092010 Sektor/Sub Sektor Rata-rata Konsumsi (Rp) Persentase 2009 2010 2009 2010 1. Restoran 413.828 438.354 25,26 24,64 2. Angkutan jalan 350.681 411.135 21,41 23,11 3. Industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki 170.105 181.936 10,38 10,23 4. Industri kimia, barang-barang dari bahan kimia, karet dan plastik 146.709 165.965 8,95 9,33 5. Industri makanan, minuman & tembakau 131.037 122.632 8,00 6,89 6. Perdagangan 66.219 68.100 4,04 3,83 7. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan 63.575 67.997 3,88 3,82 8. Industri kayu, bambu, rotan, & 49.170 52.590 3,00 2,96
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 68
furniture 9. J asa perorangan dan rumah tangga 47.691 52.479 2,91 2,95 10. Hotel Bintang 42.584 42.918 2,60 2,41 11. Industri emping 28.846 37.082 1,76 2,08 12. Industri gula aren & gula semut 16.210 18.504 0,99 1,04 13. Lainnya 111.644 119.280 6,81 6,70 Total 1.638.299 1.778.972 100,00 100,00 Sumber: Nesparda Provinsi Banten 2011 Sementara itu, konsumsi wisatawan mancanegara selama melakukan perjalanan wisata ke Provinsi Banten rata-rata menghabiskan Rp 4,85 juta pada tahun 2009 dan meningkat sebesar 24,73 menjadi Rp 6,05 juta pada tahun 2010. Berbeda dengan pola konsumsi wisatawan domestik, yang memberikan kontribusi terbesar dari jasa restoran, maka proporsi terbesar konsumsi wisatawan mancanegara dipergunakan untuk mendapatkan jasa penunjang angkutan, diikuti oleh jasa rekreasi, kebudayaan dan olah raga serta angkutan udara. Sementara itu, konsumsi jasa restoran hanya menempati posisi keempat sedangkan konsumsi jasa hotel bintang berada pada posisi keenam (Tabel 4-4). Tabel 4-4 Rata-rata konsumsi wisatawan mancanegara di Provinsi Banten, tahun 2009 2010 Sektor/Sub Sektor Rata-rata Konsumsi (Rp) Persentase 2009 2010 2009 2010 1. J asa penunjang angkutan 1.456.045 1.816.057 30,02 30,02 2. J asa rekreasi, kebudayaan, & olah raga 593.271 764.684 12,23 12,64 3. Angkutan udara 416.571 519.569 8,59 8,59 4. Restoran 374.085 466.578 7,71 7,71 5. Ind pengolahan lainnya 321.611 401.130 6,63 6,63 6. Hotel Bintang 320.624 399.899 6,61 6,61
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 69
7. Industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki 291.326 363.358 6,01 6,01 8. Angkutan jalan 247.116 308.216 5,10 5,10 9. J asa perorangan dan rumah tangga 189.311 211.393 3,90 3,49 10. Industri makanan, minuman & tembakau 145.724 181.756 3,00 3,00 11. Industri kayu, bambu, rotan, & furniture 95.700 119.362 1,97 1,97 12. Keuangan, persewaan, & jasa perusahaan 88.840 110.805 1,83 1,83 13. Lainnya 309.660 386.221 6,38 6,38 Total 4.849.884 6.049.028 100,00 100,00 Sumber: Nesparda Provinsi Banten 2011 Apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kunjungan secara nasional, maka rata-rata pengeluaran wisatawan ke Provinsi Banten relatif lebih rendah. Hal ini menggambarkan lama tinggal di Provinsi Banten tidak lama dan variasi produk pariwisata yang tidak cukup untuk meningkatkan spent of expenditure. B. Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan KEK Pariwisata Tanjung Lesung Sebagaimana gambaran umum pariwisata Provinsi Banten, pariwisata Kabupaten Pandeglang diharapkan menjadi turunan dari indikator pengembangan pariwisata di tingkat provinsi. Rata-rata pertumbuhan kunjungan ke Kabupaten Pandeglang selama lima tahun terakhir adalah 0,298 (29,8%) wisatawan domestik dan 0,157 (15,7%) rata-rata pertumbuhan wisatawan mancanegara. Rata-rata tersebut lebih tinggi dari pada rata-rata pertumbuhan kunjungan ke Provinsi Banten baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Sementara itu rata-rata pertumbuhan total wisatawan ke Kabupaten
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 70
Pandeglang mendekati pertumbuhan wisatawan domestik yaitu 29,7 persen. Tabel 4-5 Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Pandeglang 2008-2012* Tahun Wisatawan domestik Wisatawan mancanegara Total 1 2008 655.753 6.105 661.858 2 2009 1.472.558 20.643 1.493.201 3 2010 1.647.549 15.408 1.662.957 4 2011 2.017.223 13.437 2.030.660 5 2012 2.417.189 12.672 2.429.861 Rata-rata Pertumbuhan* 0,298 0,157 0,297 Sumber: Disbudpar Kabupaten Pandeglang (diolah dari berbagai sumber) * menggunakan metode rata-rata pertumbuhan Selain itu, berdasarkan Tabel 4-5 di atas, peningkatan kunjungan wisatawan domestik cukup tinggi hampir mendekati pertumbuhan total kunjungan ke Kabupaten Pandeglang, menggambarkan bahwa Provinsi Banten merupakan tujuan wisatawan domestik. Selain itu, kunjungan tersebut menunjukkan bahwa prospek kunjungan wisata ke Kabupaten Pandeglang sangat optimis di masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Disbudpar, 2012 54 ) menyatakan bahwa kunjungan wisatawa ke Kabupaten Pandeglang lebih banyak pada destinasi- destinasi lama seperti Pantai Anyer-Carita dan Tanjung Lesung. Kunjungan mereka masih bersifat rekreatif dengan aktifitas wisata pantai dan air. Selain itu, kunjungan wisatawan ke Provinsi Banten ditopang oleh adanya KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Perkembangan kunjungan tamu ke Tanjung Lesung secara berkala 54 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (2012) Analisis Daya Saing Provinsi Banten.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 71
terus mengalami peningkatan yang sangat pesat (Gambar 4-6). Sejak tahun 1997, penurunan terjadi pada tahun 2001 dan 2007, yang terjadi karena berbagai faktor, salah satu diantaranya aktifitas gunung Krakatau.
Gambar 4-6 Kunjungan Tamu ke Tanjung Lesung, tahun 1997-2012 55
Walaupun demikian, secara keseluruhan dalam kurun waktu 1997-2012 menggambarkan pertumbuhan yang sangat tinggi dengan koefisien kemiringan garis (slope) sebesar 6.819, bahkan tahun 2011 dan 2013 kunjungannya jauh di atas trend fitting line. Hal tersebut menggambarkan telah terjadi lonjakan pada dua tahun terakhir. Lonjakan kunjungan tersebut, secara signifikan terjadi karena publikasi status KEK Pariwisata. Pola kunjungan bulanan yang 55 Hanya tamu yang menginap di hotel-hotel di Tanjung Lesung
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 72
dicatat selama dua tahun terakhir menggambarkan kenaikan yang signifikan. Kunjungan wisatawan ke kawasan (termasuk tamu hotel), pada tahun 2012 terjadi peningkatan hampir 35% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini diduga adanya berbagai liputan media terkait dengan penetapan Tanjung Lesung sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata. Tabel 4-6 Kunjungan Tamu Wisata ke Tanjung Lesung* Bulan Kunjungan Kunjungan Tamu 2011 Kunjungan Tamu 2012 Selisih 11/12 Selisih % 11/12 1. J anuari 6.476 10.215 3.739 57,74 2. Februari 10.657 14.084 3.427 32,16 3. Maret 14.369 20.534 6.165 42,90 4. April 18.925 26.488 7.563 39,96 5. Mei 24.082 34.026 9.944 41,29 6. J uni 31.451 42.993 11.542 36,70 7. J uli 39.996 52.066 12.070 30,18 8. Agustus 49.594 78.985 29.391 59,26 9. September 73.116 88.090 14.974 20,48 10. Oktober 74.585 96.094 21.509 28,84 11. November 79.463 105.452 25.989 32,71 12. Desember 92.023 124.175 32.152 34,94 TOTAL 514.737 693.202 178.465 34,67 Sumber: Disbudpar Kabupaten Pandeglang (diolah dari berbagai sumber) * Kunjungan ke KEK termasuk tamu hotel Pola kunjungan bulanan ke KEK Tanjung Lesung tabel di atas, dapat digambarkan melalui ilustrasi pada Gambar 4-7, yang merepresentasikan trend bulanan. Kunjungan bulanan pada dua tahun terakhir menunjukkan trend kenaikan yang trend positif dengan kenaikan tertinggi mulai bulan Agustus (2012) dan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 73
September (2011) berada di atas fitting line. Bila dikaitkan dengan kalender nasional, kedua bulan tersebut merupakan libur hari raya dan libur akhir tahun anak-anak sekolah.
Gambar 4-7 Kunjungan wisatawan ke KEK Pariwisata Tanjung Lesung 2011 dan 2012 Informasi lain dapat diketahui bahwa kecenderungan kenaikan tahun 2012 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang dapat dilihat dari koefisien kemiringan fitting line sebesar 10,67 dibandingkan dengan koefisien kemiringan fitting line tahun 2011 hanya sebesar 8,17 poin. Kunjungan ini merupakan tamu yang langsung menginap di hotel, belum dihitung pengunjung yang tidak menginap di hotel di Tanjung Lesung. Sebagai implikasi dari meningkatnya kunjungan wisatawan ke KEK antara lain meningkatnya tingkat hunian kamar, meningkatnya
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 74
penjualan makanan dan minuman, serta meningkatnya penjualan produk-produk wisata di sekitar kawasan. Permintaan berwisata ke Krakatau, Ujung Kulon dan aktivitas wisata di sekitar kawasan juga meningkat. Dalam skala yang lebih luas, menurut studi LAPI-ITB (2011), kecenderungan peningkatan jumlah wisatawan ini menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan kebutuhan akan daerah tujuan wisata dan Tanjung Lesung merupakan salah satu destinasi yang memiliki daya tarik tersendiri di Provinsi Banten. C. Sekilas tentang KEK Pariwisata Tanjung Lesung Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (KEK- TL) berlokasi di Desa Tanjung J aya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Kawasan yang mempunyai luas 1.500 hektar [berdasarkan Keputusan Dirjen Pariwisata No: Kep-18/U/II/88, Tentang Ketentuan Usaha Obyek Wisata dan PP 26 tahun 2012], Kawasan Pariwisata Tanjung adalah Obyek Wisata Nasional. Objek ini berlokasi diantara dua ikon pariwisata Gunung Krakatau dan World Heritage Site Taman Nasional Ujung Kulon yang dihuni Badak J awa sebagai daya tarik yang sudah sangat populer. Secara administratif, berada di Desa Tanjung J aya dengan batas-batas wilayah adalah: Sebelah barat : Selat Sunda Sebelah timur : Desa Citeureup Sebelah utara : Selat Sunda Sebelah selatan : Citeureup dan Desa Tarumanegara
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 75
Luas desa Tanjung J aya mencapai lebih dari 4.800 hektar yang dihuni oleh sekitar 1.870 kepala keluarga pada tahun 2012. Penduduknya tersebar di beberapa kampung dengan tingkat kepadatan sekitar 133 jiwa/km 2 . Tingkat pertumbuhan penduduknya adalah 2,65% per tahun. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai lebih dari 80% yang menggarap lebih dari 90% lahan sawah dan ladang di desa ini. Mereka mengusahakan padi-palawija, kelapa, kopi, cokelat, cengkeh dan lain lain, dengan pendapatan per kapita dari sektor pertanian sebesar Rp50.000,- pada tahun 2012. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tanjungjaya masih sangat rendah, +89,4% diantaranya berpendidikan sampai dengan tamat SD, 5,67% tamat SLTP dan 4,9% tamat SLTA. Untuk menuju Tanjung Lesung, ada dua alternatif rute yang dapat ditempuh dari J akarta, yaitu, alternatif pertama, rute jalan tol J akarta-Merak, lalu keluar melalui pintu gerbang tol Serang Timur. Setelah melewati Kota Serang-Pandeglang-Labuan berakhir di KEK Tanjung Lesung. Adapun alternatif kedua, dapat menggunakan rute J akarta-Merak, lalu keluar melalui gerbang tol Cilegon langsung ke Anyer-Carita-Labuan dan berakhir di KEK Tanjung Lesung. Adapun jarak tempuh menujuj KEK Tanjung Lesung sepanjang 160 km yang dapat ditemput antara 3 s.d 5 jam dengan menggunakan kendaraan pribadi. Secara legal, dan dukungan hukum penetapan KEK Pariwisata Tanjung Lesung ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang sudah ada baik yang khusus penetapan KEK Pariwisata maupun yang terkait dengan KEK Pariwisata amtara lain:
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 76
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2012 Tentang KEK Tanjung Lesung, Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung dengan luas 1.500 Ha, sesuai Keputusan Dirjen Pariwisata No: Kep-18/U/II/88, Tentang Ketentuan Usaha Obyek Wisata, Kawasan Pariwisata Tanjung adalah Obyek Wisata Nasional. Surat Gubernur J awa Barat No. 593/1603/BKPMD/1990 tgl 22 Mei 1990 Perihal Penyedaiaan Lahan/Lokasi PT Banten West J ava TDC. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata. Rencana Strategis Kementrian Kebudayaan Dan Pariwisata Tahun 2010-2014 melalui Program Pengembangan Destinasi Pariwisata tahun 2010-2014 Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung masuk dalam Pengembang Daya Tarik Pariwisata sebagai Destinasi Pariwisata Nasional yang dalam mewujudkannya perlu keterpaduan dengan lintas sektor, antara lain: Kementrian Pekerjaan Umum, Kementrian Kehutanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan dan Kementrian Perhubungan RPJ MD 2007-2012: Kecamatan Panimbang di tetapkan sebagai Pusat Pertumbuhan di wilayah Kabupaten Pandeglang, didukung dengan pengembangan jaringan transportasi (Bandar Udara
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 77
Banten Selatan, J alan Tol Serang-Panimbang, J alan Nasional dan J alan Kereta Api); Dalam RTRW Provinsi Banten Tahun 2010-2030 telah di cantumkan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Strategis Provinsi Banten (Point 2.7 Kawasan Tanjung Lesung waterfront city Panimbang Kepentingan Ekonomi dan Telah dicantumkan Bandara Banten Selatan, jalan Bebas Hambatan Prospektif Serang-Panimbang, jaringan J alan Kereta Api menuju Panimbang). D. Gambaran Umum dan Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Penelitian difokuskan di Desa Tanjung J aya Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Namun ditambah pula dengan desa yang dilalui jalur utama menuju KEK Pariwisata Tanjung Lesung yaitu desa Citeureup. Alasan utama pemilihan desa ini didasarkan pada survey awal (studi pendahuluan) di mana informasi tentang KEK Pariwisata Tanjung Lesung belum sampai ke masyarakat yang lebih luas. Informasi atas penetapan Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata masih sangat terbatas pada orang orang tertentu yang terlibat langsung dengan kegiatan pariwisata di dalam kawasan dan zona penyangga. Di desa ini terdapat beberapa kampung sebagai zona penyangga (buffer zone) kawasan. Dua diantaranya kampung Cipanon dan Cikadu Endah. Kampung Cikadu dihuni oleh sekitar 300 kepala keluarga yang sebagian besar merupakan pindahan dari KEK.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 78
Masyarakat di kampung ini bermata pencaharian lebih banyak dari pemanfaatan potensi potensi alam melalui bercocok tanam, agro wisata perkebunan salak, coklat, dll. Adapun potensi wisata budaya yang dimiliki kampung ini adalah kesenian pencak silat, debus dan rampak lisung (gondang). Selain itu, ada juga pengrajin cinderamata kayu miniatur badak bercula satu, namun belum baik produksi maupun pemasarannya belum optimal. Sementara itu, Kampung Cipanon dihuni oleh sekitar 200 kepala keluarga yang pencahariannya lebih banyak memanfaatkan potensi pantai dan laut. Selain itu, posisi strategis Kampung Cipanon yang berada di jalur utama masuk KEK, dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melayani kebutuhan wisatawan, seperti penyediaan makanan dan minuman serta home stay. Sebagaimana halnya kampung Cikadu, Kampung Cipanon juga memiliki potensi agrowisata kakao dan potensi budaya kesenian pencak silat dan kesenian daerah qasidahan serta pembuatan cinderamata. Karakteristik masyarakat Cikadu dan Cipanon merupakan masyarakat yang memiliki sifat yang sama pada umumnya dengan masyarakat Pandeglang, namun karakter masyarakat Cikadu dan Cipanon terbentuk karena faktor pendidikan yang relatif masih rendah, sehingga pemahaman masyarakat tentang pembangunan pariwisata masih rendah terutama pada pengenalan Tanjung Lesung sebagai KEK. Masih banyak resistensi dari masyarakat dalam pembangunan kawasan KEK Tanjung Lesung, untuk itu KEK perlu dikenalkan kepada masyarakat secara komprehensif dan terpadu yang dilakukan secara bersama-sama baik oleh pemerintah kab/kota,
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 79
provinsi, Pengusaha maupun LSM, melalui penyuluhan/sosialisasi dan advokasi sadar wisata. Kondisi prasarana dan sarana umum yang ada di Desa ini masih belum memadai. Misalnya, jalan masuk ke kampung Cikadu Endah dalam keadaan kurang bagus, sehingga kendaraan roda 4 sulit masuk pada waktu musim hujan. Profil Demografi Responden 2. Dalam penelitian dampak sosial pengembangan parwisata, informasi karakteristik demografis masyarakat sangat penting untuk diketahui. Hal ini disebabkan karena sangat berpengaruh terhadap adaptabilitas perubahan masyarakat sebagai dampak pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, untuk mengetahui dampak sosial- budaya perlu dikaitkan dengan aspek demografi. Profil demografis masyarakat bisa berpengaruh terhadap persepsi mereka dalam mengembangkan pariwisata. Untuk mengetahui hal tersebut, dua jenis survey telah dilakukan, pertama survey terhadap masyarakat untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap dampak sosial ekonomi dan budaya terkait dengan pengembangan pariwisata. Survey yang kedua dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan industri yang terkait langsung dengan pariwisata. Selain survey kepada masyarakat dilakukan pula diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD). Untuk survey kepada masyarakat dilakukan di dua kampung penyangga kawasan (Cikadu dan Cipanon), sedangkan Citeureup merupakan jalur utama untuk masuk ke KEK Pariwisata Tanjung Lesung.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 80
Dengan menggunakan metode purposive sampling data yang terkumpul lengkap dan dapat diolah adalah 67 dari 75 kuesioner yang disebar. Karena terfokus di Desa Tanjung J aya, maka dari 67 tesebut responden tersebut berada di Cipanon dan Cikadu masing- masing 30 dan 31 orang, sedangkan dari Desa Citeureup hanya enam responden. Tabel 4-7 Responden berdasarkan tempat tinggal dan tempat lahir Tempat Tinggal Apakah anda lahir di kampung/desa ini? Tidak YA Total Cipanon 16 (23,9%) 14 (20,9%) 30 (44,8%) Cikadu 19 (28,4%) 12 (17,9%) 31 (46,3%) Citeureup 3 (4,5%) 3 (4,5%) 6 (9,0%) Total 38 (56,7%) 29 (43,3%) 67 (100,0%)
J umlah responden di atas, yang dipilih secara convenience selama dilakukan survey. Sebagai pendukung dari diskusi terfokus (focus group discussion) dengan para pemangku kempentingan di wilayah kawasan penyangga. Survey dilakukan untuk kedua kategori responden yaitu masyarakat umum dan pengola usaha yang terkait dengan pariwisata. Informasi tentang responden sangat penting untuk memperoleh gambaran tentang informasi yang akan diperoleh dari hasil survey. Dari responden yang disurvey diperoleh komposisi 21% perempuan dan 79% laki-laki (Gambar 4-8), dengan tingkat pendidikan yang beragam.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 81
Gambar 4-8 Responden berdasarkan jender Penelitian ini menggali informasi tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan KEK, karena informasi ini sangat penting diketahui untuk mempertimbangkan jenis partisipasi maupun intervensi program yang tepat untuk mengantisipasi perubahan kawasan. Dari total responden yang disurvey, responden yang tamat SD dan yang tidak Tamat SD mencapai 57%, selebihnya SLTP dan SLTA. Gambaran ini cukup mencerminkan kondisi pendidikan di kawasan penyangga di mana tingkat pendidikan masyarakat Desa Tanjungjaya masih sangat rendah , +89,4% diantaranya berpendidikan sampai dengan tamat SD. Kondisi tingkat pendidikan yang masih rendah ini akan berdampak pada kurangnya responsifitas terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar kawasan. Di samping itu, rendahnya tingkat pendidikan ini, juga perpengaruh terhadap kesempatan mereka untuk bekerja di dalam kawasan, mengingat kesempatan kerja yang tercipta akibat perbumtuhan KEK Pariwisata Tanjung Lesung akan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 82
menyerap tengaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan industrinya (Gambar 4-9)
Gambar 4-9 Responden berdasarkan tingkat pendidikan Dalam hal usia, responden masih dalam usia produktif, namun masih banyak yang tingkat pendidikannya masih rendah, di mana 55% dari responden berusia antara 26 tahun sampai 45 tahun. Kecenderungan usia produktif dengan tingkat pendidikan formal yang relatif rendah ini, pada umumnya akan mengurangi kesempatan mereka untuk bekerja di sektor formal khusunya di industri hospitaliti dan pariwisata. Namun sangat dimungkinkan untuk diberikan pelatihan keterampilan yang bersifat kecakapan hidup dan keahlian bidang pariwisata, seperti pengelolaan usaha non formal dan pengembangan usaha kecil dan menengah (Gambar 4-10).
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 83
Gambar 4-10 Responden menurut kelompok usia Secara umum, masyarakat setempat masih belum cukup menguasai akses terhadap faktor-faktor produksi. Dengan terbatasnya penguasaan atas lahan, mereka yang bermata pencaharian sebagai petani tidak cukup untuk mengembangkan kemampuannya. Oleh karena itu, cukup dipahami apabila pendapatan masyarakatnya juga masih relatif rendah (Gambar 4-11). CATATAN: Tingkat pendidikan formal yang masih rendah dengan usia yang masih sangat produktif dapat diberikan berbagai pelatihan keterampilan di bidang usaha hospitaliti maupun pariwisata agar memperoleh kesempat- an/peluang yang sama dalam mengisi kesempatan kerja yang tercipta di KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Dari hasil survey diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden (64%) berpenghasilan kurang dari sama dengan satu juta rupiah per bulan, sementara itu mereka yang berpenghasilan antara lebih dari satu juta sampai dua sebanyak 34%. Dengan demikian hampir semua responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini penghasilan perbulannya kurang dari atau sama dengan dua juta.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 84
Gambar 4-11 Responden menurut pendapatan per bulan Dilihat dari struktur pekerjaan responden, sebagian besar (55,2%) mereka memeperoleh penghidupannya sebagai petani dan nelayan. Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, pekerjaan mereka kebanyakan mengolah pertanian pada lahan sempit kurang dari satu hektar pada lahan perusahaan milik kawasan atau milik orang lain. Selain itu, mereka yang berprofesi sebagai nelayan pun umumnya mereka mengoperasikan perahu pemilik modal atau pemilik perahu. Dengan demikian, sangat wajar apabila tingkat pendidikan, pendapatan dan mata pencaharian responden sangat berkaitan. Adapun mereka yang bermata pencaharian sebagai buruh pekerja/harian, sesungguhnya mereka bekerja serabutan dengan jumlah jam kerja kurang dari 30 jam per minggu. Tabel 4-8 Responden berdasarkan pekerjaan (mata pencaharian) Pekerjaan Responden Frequency Percent Cumulative Percent 1. Petani (penggarap) 22 32,8 32,8 2. Nelayan 15 22,4 55,2
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 85
3. Buruh/pekerja harian 9 13,4 68,7 4. Usaha sendiri 8 11,9 80,6 5. Tidak bekerja 7 10,4 91,0 6. Pedagang 6 9,0 100,0 Total 67 100,0
Dengan melihat kondisi pekerjaan masyarakat penyangga kawasan seperti pada Tabel 4-8, diperlukan usaha penguatan bagi masyarakat petani penggarap terutama dalam peningkatan kapasitas pengelolaan pertanian yang nantinya akan mampu bersaing menyediakan produk pertaniannya bagi wisatawan. Selanjutnya, diantara masyarakat yang tinggal di Cikadu Endah, perlu mendapatkan tambahan keterampilan atau menambah keterampilan baru, mengingat mereka yang ada kehilangan atau perubahan mata pencaharian yang asalnya sebagai nelayan saat ini mereka menjadi petani. Namun untuk bertani, ada keterbatasan kepemilikan lahan, sehingga kondisinya berubah menjadi buruh tani. CATATAN: Perlu ada penguatan kapasitas petani dan nelayan untuk mengantisipasi dan menghadapi perubahan struktur sosial-ekonomi kawasan. Kemampuan untuk menyiapkan hasil pertanian berkualitas dan hasil tangkapan dari laut untuk memenuhi kebutuhan wisatawan di masa yang akan datang. Kesiapan Masyarakat Penyangga dalam Mengantisipasi 3. Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Untuk mengetahui bagaimana kesiapan masyarakat dalam menghadapi perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, telah dilakukan pendalaman informasi terhadap tanggapan dan pengetahuan mereka terhadap keberadaan KEK. Kesiapan ini
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 86
diawali dengan bagaimana tanggapan umum terhadap penetapan kawasan, dan bagaimana mereka merespons perubahan tersebut. a. Tanggapan Masyarakat Terhadap Penetapan KEK Pariwisata Tanjung Lesung Informasi mengenai bagaimana respon masyarakat terhadap penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, sangat penting untuk didalami supaya dioperoleh gambaran yang menyeluruh tentang berbagai aspek rekayasa sosial yang mendukung perubahan masyarakat dan memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya dari adanya kawasan. Di samping itu, melalui informasi ini, ikhtiar untuk mengoftimalkan manfaat dan mereduksi mudhorat (dampak negatif) dapat dikelola dengan baik. 1) Pengetahuan Responden terhadap Penetapan KEK Pariwisata Tanjung Lesung Selain demografi, aspek yang penting diketahui dalam mengkaji dampak sosial pariwisata adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pengembangan pariwisata. Semakin luas pengetahuan masyarakat akan cenderung berinteraksi secara positif terhadap wisatawan sehingga keadaan sosial masyarakat akan cenderung lebih baik. Masyarakat akan memanfaatkan pengembangan pariwisata sebagai media transformasi nilai-nilai universal dan memproteksi nilai-nilai kearifan lokal (local indigenous) asehingga tujuan pengembangan destinasi dapat tercapai secara berkelanjutan. Pengetahuan dan awareness masyarakat terhadap penetapan Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata sangat penting diketahui
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 87
mengingat keberadaan masyarakat berlokasi di kawasan penyangga. Awareness ini dilihat dari posisi masyarakat dan peran-peran yang dimainkannya di masyarkat. Tanggapan dihimpun berdasarkan informasi pengetahuan mereka terhadap penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, yang dibedakan atas akses tempat lahir dan pendatang, lokasi tempat tinggal, dan interaksi dengan industri pariwisata. Berdasarkan hasil survey diketahui sebagian besar (56,7%) responden mengetahui bahwa Tanjung Lesung sudah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Tabel 4-9 Pengetahuan terhadap Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata Frekuensi Persen Persen kumulatif YA, mengetahui 38 56,7 56,7 TIDAK mengetahui 29 43,3 100,0 Total 67 100,0
Akan tetapi, setelah dilakukan pendalaman, pengetahuan tersebut ternyata hanya sebatas informasi istilah, sementara pemahaman atas Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata masih belum mengetahuinya. Termasuk di dalamnya, bagaimana dan apa yang harus dipersipkan menghadapi perubahan tersebut umumnya responden belum mengetahuinya. Untuk lebih memperdalam siapa diantara mereka yang mengetahui tentang Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, maka mereka dirinci berdasarkan tempat kelahiran, tempat tinggal dan kecenderungan interaksi dengan industri pariwisata.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 88
2) Pengetahuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut tempat kelahiran dan lama menetap Tempat asal kelahiran (originality) merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap dampak sosial masyarakat di kawasan pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, isu pendatang dan penduduk asli seringkali perlu dikaji di dalam pengembangan pariwisata, karena pada umumnya pendatang lebih cepat memanfaatkan peluang dan berusaha untuk mempertahankan hidup di perantauan. Sementara itu penduduk lokal umumnya sudah nyaman dengan keadaan di tempat kelahirannya sehingga respon terhadap perubahan relatif lambat, yang pada akhirnya penguasaan faktor-faktor ekonomi juga lebih lambat, dan respon terhadap perubahan, masyarakat pendatang umumnya lebih cepat dan tanggap. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil survey yang secara signifikan menunjukkan perbedaan respon terhadap penetapan KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Tabel 4-10 Pengetahuan responden atas penetapan kawasan Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata menurut tempat lahir Deskripsi Pengetahuan tentang penetapan KEK Tidak mengetahui Mengetahui Total Apakah anda lahir di kampung/desa ini? Lahir di luar kampung ini 6 (9,0%) 32 (47,8%) 38 (56,7%) Lahir di kampung ini 23 (34,3%) 6 (9,0%) 29 (43,3%) Total 29 (43,3%) 38 (56,7%) 67 (100,0%) Symmetric measurement (nominal by nominal) Contingency Coefficient value 0,536, approx. Sig, 0,000 Dari responden yang bukan penduduk asli, 47.8% mengetahui adanya penetapan Tanjung Lesung menjadi KEK Pariwisata.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 89
Sedangkan yang lahir di desa tersebut hanya 9% yang mengetahui penetapan Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata. Informasi ini sangat penting untuk digali untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan pariwisata di destinasi Tanjung Lesung. Selanjutnya, masyarakat yang tinggal di desa lokasi penelitian umumnya sudah menetap sejak lama di kampung ini. Mereka yang sudah lebih dari 16 tahun tinggal di kampung ini mencapai 44,8%, yang sudah menetap antara 5-15 tahun mencapai 32,8%, selebihnya 22,4% adalah mereka yang sudah menetap antara 1-5 tahun [Tabel 4-11]. Tabel 4-11 Berapa lama tinggal di kampung ini? Lama tinggal Frekuensi Persen Persen kumulatif 1. >20 tahun 8 11,9 11,9 2. 16-20 tahun 22 32,8 44,8 3. 11-15 tahun 1 1,5 46,3 4. 5-10 tahun 21 31,3 77,6 5. 1- 5 tahun 15 22,4 100,0 Total 67 100,0
Implikasi dari komposisi masyarakat yang memiliki lama tinggal di suatu tempat sangat penting untuk pemetaan tingka flexibilitas dan rentabilitas terhadap suatu perubahan. Semakin lama masyarakat menghuni suatu tempat akan cenderung memiliki kekuatan emosional dan kekerabatan yang tinggi dengan masyarakat lain dan lingkungannya. Kecenderungan ini berdampak pada
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 90
kohesifitas masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat lainnya. 3) Pengetahuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut lokasi tempat tinggal Selanjutnya, faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap dampak sosial pariwisata adalah lokasi. Masyarakat yang dekat dengan lokasi, cenderung lebih mengetahui penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung. Dampak ini dapat positif atau bisa saja negatif. Berdasarkan tempat tinggal, dari ketiga lokasi yang disurvey ternyata masyarakat kampung Cipanon lebih mengetahui keberadaan KEK Pariwisata dibandingkan dengan masyarakat yang berada di Cikadu Endah dan Citeureup. Pengetahuan ini terkait dengan lokasi Cipanon yang berbatasan langsung dengan kawasan, padahal kalau dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan tempat lahir, penduduk Cikadu Endah lebih banyak yang lahir di wilayah kawasan, yang karena relokasi mereka berada di tempat sekarang. Hal tersebut sejalan dengan fakta yang menunjukkan ada perbedaan pandangan penduduk lokal secara signifikan dalam menyikapi perubahan keberadaan KEK Pariwisata Tanjung Lesung. Sebanyak 47,8% penduduk yang lahir di luar kawasan KEK, mengetahuhi bahwa Tanjung Lesung sudah ditetapkan sebagai KEK. Namun sejauhmana pemahaman mereka terhadap KEK masih sebatas pada informasi perubahan status. Sementara kegiatan apa yang akan terjadi ke depannya, mereka belum mengetahui sama sekali. Mereka lebih banyak mengetahui akan banyak investor dari luar KEK dengan membeli asset berupa
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 91
tanah dan bangunan, sehingga mereka berusaha untuk dapat ambil bagian dalam menawarkan tanah kepada calon investor. Tabel 4-12 Pengetahuan responden tentang KEK Pariwisata menurut tempat tinggal Tempat tinggal Mengetahui Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata TIDAK YA Total Cipanon 11 (16,4%) 19 (28,4%) 30 (44,8%) Cikadu 17 (25,4%) 14 (20,9%) 31 (46,3%) Citeureup 1 (1,5%) 5 (7,5%) 6 (9,0%) Total 29 (43,3%) 38 (56,7%) 67 (100,0%)
Namun dari jumlah sampel yang diwawancara, pengetahuan masyarakat Cikadu Endah terhadap KEK masih lebih rendah diban- dingkan dengan masyarakat Cipanon. Hal ini menunjukkan masih belum optimalnya sosialisasi pengembangan KEK kepada masyarakat. Padahal kalau dilihat faktanya, masyarakat Cikadu Endah yang terkena relokasi semestinya lebih mengetahui pengembangan KEK Tanjung Lesung. Menurut hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa semakin dekat masyarakat dengan kegiatan pariwisata, maka semakin besar dampak sosial pariwisata tersebut terhadap masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan hasil temuan di lapangan bahwa masyarakat Cipanon cenderung lebih mengetahui status Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Demikian pula hasil penelitian Fredline (2000 56 ) yang mengemukakan bahwa warga yang tinggal dekat dengan tempat suatu event pariwisata, akan merasakan dampak sosial dari kegiatan tersebut, baik itu dampak positif maupun 56 Fredlin, Op. Cit.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 92
dampak negatif, di bandingkan dengan masyarakat yang lebih jauh dari kawasan wisata. 4) Pengetahuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut keterlibatan dalam industri pariwisata Mengacu pada konsep pertukaran sosial, masyarakat lokal yang memiliki keterkaitan aktifitas dengan terlibat secara aktif dan memperoleh manfaat dari industri pariwisata cenderung memiliki sikap positif terhadap pengembangan pariwisata. Demikian pula pengetahuan mereka terhadap pariwisata. Berdasarkan hasil survey, responden yang mempunyai keterkaitan dengan industri pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti keluarga atau tetangga yang bekerja di industri pariwisata, kebanyakan mengetahui bahwa Tanjung Lesung telah ditetapkan sebagai KEK Pariwisata. Terdapat 38 orang (56,7%) responden yang mengetahui Tanjung Lesung telah ditetapkan sebagai KEK Pariwisata. Dari mereka yang mengetahui tersebut, 32,8% adalah mereka yang aktifitasnya terkait dengan industri pariwisata, sedangkan 23,9% lainnya adalah mereka yang tidak terkait dengan industri pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung. Tabel 4-13 Pengetahuan responden terhadap KEK Pariwisata berdasarkan keterkaitan aktifitasnya dengan industri
Pengetahuan atas penetapan KEK TIDAK YA TOTAL Keterkaitan aktifitas dengan industri pariwisata (dirinya, keluarga, saudara dan bahkan tetangga) Tidak 10 (38,5%) 16 (61,5%) 26 (100,0%) [14,9%] [23,9%] [38,8%] Ya 19 (46,3%) 22 (53,7%) 41 (100,0%) [28,4%] [32,8%] [61,2%]
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 93
Total 29 (43,3%) 38 (56,7%) 67 (100,0%) Angka dalam tanda [] persentase terhadap total Dengan menelaah tabel di atas dapat dipahami bahwa jika anggota masyarakat di mana keluarga atau saudara, teman dan tetangga yang bekerja di industri pariwisata, maka mereka cenderung sudah mengetahui penetapan Tanjung Lesung sudah ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus. Berdasarkan kesimpulan dari diskusi terfokus dapat diketahui bahwa anggota masyarakat lokal yang terlibat secara langsung serta memperoleh manfaat dari pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung cenderung memiliki sikap positif terhadap penetapan kawasan tersebut. Masyarakat menginginkan agar pem- bangunannya segera dipercepat dan berharap dapat meningkatkan kesejahteraan mereka di masa yang akan datang. Di samping itu, kelompok masyarakat ini berharap agar terb uka peluang kerja yang lebih baik sebagai dampak dari pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata tersebut. Dengan demikian, kondisi ini dapat mendorong keterlibatan masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata. CATATAN: Kelompok masyarakat yang mempunyai keterlibatan baik langsung maupun tidak langsung dengan industri pariwisata, cenderung mengetahui adanya Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dan mereka mempunyai tanggapan positif serta harapan adanya kesempatan untuk memperbaiki kesejahteraan di masa yang akan datang. 5) Pengetahuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut frekuensi interaksi dengan wisatawan Interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan akan cenderung berdampak sosial bagi masyarakatnya. Semakin sering terjadi
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 94
interaksi maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap perubahan masyarakat. Interkasi ini dapat mengakibatkan warga masyarakat meniru perilaku dan sikap para wisatawan, baik perilaku yang bagus maupun perilaku yang kurang baiknya (dilihat dari tata nilai warga masyarakat lokal). Namun demikian, jika dampak positif yang lebih kuat, maka kecenderungan mendukung pengembangan kawasan akan lebih positif. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa 77,6% responden sudah berinteraksi dengan wisatawan antara satu sampai lima kali dalam satu tahun terakhir [Tabel 4-14]. Tabel 4-14 Pengetahuan tentang KEK menurut interaksi dengan wisatawan Variabel Apakah anda mengetahui bahwa Tanjung Lesung sudah ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata? TIDAK YA Total Berapa kali anda berinteraksi dengan wisatawan dalam 12 bulan terakhir? Tidak pernah 10 [14,9%] 5 [7,5%] 15 [22,4%] Satu kali 8 [11,9%] 6 [9,0%] 14 [20,9%] Dua kali 4 [6,0%] 8 [11,9%] 12 [17,9%] Tiga kali 3 [4,5%] 7 [10,4%] 10 [14,9%] Empat kali 2 [3,0%] 7 [10,4%] 9 [14,4%] Lima kali atau lebih 2 [3,0%] 5 [7,5%] 7 [10,4%] Total 29 [43,3%] 38 [56,7%] 67 [100%]
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin sering berinteraksi dengan wisatawan, informasi yang terkait dengan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata juga semakin tinggi. Hal tersebut tercermin dari tingginya persentase responden yang tidak mengetahui penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 95
Khusus Pariwisata (14,9%) responden adalah mereka yang tidak pernah berinteraksi dengan wisatawan selama satu tahun terakhir. Namun demikian, interaksi ini dapat menjembatani dan mendorong pemahaman yang lebih baik, toleransi yang lebih besar dan penerimaan terhadap perbedaan budaya. Di sisi lain, kerugian yang mungkin terjadi adalah hilangnya identitas budaya masyarakat setempat, seperti penggunaan bahasa menjadi terlupakan, pergaulan, meniru perilaku atau kebiasaan wisatawan dan komersialisasi ritual budaya atau agama. 6) Pengetahuan terhadap KEK menurut frekuensi perjalanan wisata Frekuensi perjalanan masyarakat dari daerah asal tempat tinggal ke luar daerah, dapat berpengaruh terhadap peningkatan wawasan masyarakat dalam melihat suatu kondisi pariwisata di daerahnya. Berdasarkan survey yang dilakukan, 89,6% telah melakukan perjalanan wisata ke luar daerahnya, dan hanya 10,4% yang tidak melakukan perjalanan dalam satu tahun terakhir. Namun demikian, setelah ditelusuri lebih lanjut, pemahaman atas perjalanan wisata yang relatif beragam, bahkan kategori excursion juga termasuk di dalamnya (64,2%) [Tabel 4-15]. Tabel 4-15 Berapa kali anda melakukan perjalanan wisata ke luar daerah dalam 12 bulan terakhir? Perjalanan responden Frekuensi Persen Persen kumulatif 1. Lima kali atau lebih 2 3,0 3,0 2. Tiga kali 1 1,5 4,5 3. Dua kali 14 20,9 25,4 4. Satu kali 43 64,2 89,6
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 96
5. Tidak pernah 7 10,4 100,0 Total 67 100,0
Selanjutnya, pengetahuan mereka yang melakukan perjalanan wisata terhadap penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata menunjukkan bahwa pada umumnya mereka mengetahui. Responden yang melakukan perjalanan satu kali dalam 12 bulan terakhir, 46,3% dari mereka sudah memahami tentang status Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung [Tabel 4-16]. Demikian pula mereka yang melakukan perjalanan lebih dari satu kali. Tabel 4-16 Pengetahuan tentang KEK menurut frekuensi responden yang melakukan perjalanan wisata dalam 12 bulan terakhir
Apakah anda mengetahui bahwa Tanjung Lesung sudah ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata? TIDAK YA TOTAL Berapa kali anda melakukan perjalanan wisata ke luar daerah dalam 12 bulan terakhir? Tidak pernah 3 [4,5%] 4 [6,0%] 7 [10,5%] Satu kali 12 [17,9%] 31 [46,3%] 43 [64,2%] Dua kali 13 [19,4%] 1 [1,5%] 14 [20,9%] Tiga kali 0 [0,0%] 1 [1,5%] 1 [1,5%] Lima kali/lebih 1 [1,5%] 1 [1,5%] 2 [3,0%] Total 29 [43,3%] 38 [56,7%] 67 [100%]
Informasi di atas cukup penting untuk mengetahui mobilitas masyarakat lokal dari luar desanya ke desa lain. Mobilitas masyarakat yang tinggi akan cenderung dapat menerima perubahan apabila ada intervensi rekayasa social di daerahnya. Selain itu, keterbukaan pada masuknya budaya luar dan terjadinya akulturasi
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 97
cenderung lebih cepat, sehingga pertimbangan untuk mempertahan- kan nilai-nilai masyarakat hrus diperkuat. CATATAN: Secara umum masyarakat sekitar kawasan telah mengetahui adananya penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, walaupun ada yang belum tahu sama sekali. Pengetahuan mereka sebatas mendengar, dan belum dapat menggambarkan bagaimana dan seperti apa wujud masa depan Tanjung Lesung, setelah dikunjungi banyak wisatawan. b. Peran Keterlibatan Anggota Masyarakat dalam Pengembangan KEK Pariwisata Tanjung Lesung Informasi mengenai peran keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata sangat penting untuk diketahui. Hal tersebut sebagaimana penelitian Gursoy et al. (2002 57 ) warga masyarakat yang terlibat atau berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata, lebih mungkin untuk merasakan manfaat dan keuntungan pariwisata secara positif. Sedangkan warga masyarakat yang tidak terlibat dalam pengembangan, akan cenderung merasakan dampak negatif atas pengembangan pariwisata tersebut. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung telah digali informasi mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Salah satu bentuk partisipasi adalah keterlibatan dalam membuat suatu keputusan. Ini merupkan salah satu bentuk partisipasi mereka terhadap kemajuan kampungnya. Semakin tinggi keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan pengembangan pariwisata 57 Gursoy, D., Jurowski, C. & Uysal, M. 2002. Resident attitudes: A structural modeling approach. Annals of TourismResearch, 31 (3):495-516. (Gursoy, D., J urowski, C. & Uysal, M. , 2002)
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 98
di wilayahnya, maka akan cenderung menilai positif terhadap dampak pengembangannya. Tabel 4-17 Apakah anda pernah terlibat dalam membuat keputusan terkait pengembangan pariwisata di wilayah kampung anda? Frekuensi Persen Persen kumulatif YA 38 56,7 56,7 Tidak 29 43,3 100,0 Total 67 100,0
Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah terlibat dalam pengambilan keputusan, terkait dengan pengembangan pariwisata. Setelah ditelusuri lebih jauh, keterlibatan mereka bukan dalam bentuk proses pengambilan keputusan, namun sebagian diundang rapat warga, kemudian disampaikan tentang rencana pengembangan kawasan. E. Dampak Sosial-[budaya]-Lingkungan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung Pada bagian ini dampak sosial-[budaya] dan ekonomi akan digali berdasarkan tanggapan masyarakat atas beberapa pernyataan yang terkait dengan dampak sosial-[budaya] dan dampak ekonomi. Sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu, dalam memahami dampak sosial, secara umum dapat didekati dari beberapa aspek antara lain (1) dampak terhadap populasi, (2) perubahan pasar kerja (3) perubahan struktur karakteristik masyarakat, (4) dampak pada individu dan keluarga.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 99
Dampak Sosial Pariwisata 1. a. Dampak terhadap populasi penduduk Sampai saat ini belum tampak peningkatan populasi di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung sebagai pengembangan kawasan. Namun gejala-gejala ke arah itu sudah mulai tampak dengan banyaknya pengalihan kepemilikan lahan di sekitar kawasan dan dibangunnya villa yang berdekatan dengan kawasan. Demikian juga dengan imigrasi tenaga musiman yang datang untuk mengerjakan proyek-proyek pembangunan, belum signifikan. Pada tahapa pembangunan proyek-proyek pariwisata, munculnya tenaga kerja musiman bisa berdampak positif maupun negatif. Akan berdampak positif apabila di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung kekurangan tenaga kerja untuk pengembangunan, dan akan berdampak negatif apabila terjadi pengangguran di lingkungan kawasan. Dalam jangka panjang, munculnya villa dan rumah-rumah peristirahatan di destinasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung juga akan berdampak positif apabila mereka memberikan kontribusi dan bersosialisasi dengan masyarakat. Namun sebaliknya akan berdampak negatif apabila tidak ada keterlibatan dengan masyarakat setempat. Kondisi-kondisi di atas akan berdampak pada pening-katan populasi penduduk yang berada di kawasan. b. Perubahan pasar kerja Dampak sosial lainnya adalah adanya perubahan dalam pasar kerja. Sejak ditetapkan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, belum ada pergeseran pasar kerja yang berarti, dalam pengertian masih jenis dan keragaman kesempatan kerja masih relatif sama.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 100
Namun ada peningkatan dalam hal jumlah kesempatan kerja. Dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus telah memunculkan usaha baru homestay yang tadinya tidak ada menjadi ada. Kalau pada tahun sebelum penetapan Kawasan Ekonomi Khusus hanya berjumlah dua rumah tinggal dengan delapan kamar, maka pada medio 2013 sudah mencapai delapan rumah dengan 28 kamar tidur. Selain villa dan homestay usaha baru dalam penyediaan akomodasi adalah motel atau losmen. Terdapat kamar sewaan di tepi pantai dengan jumlah empat kamar selalu disewakan kepada para wisatawan. Usaha baru lainnya adalah integrasi pengembangan pertanian dengan pariwisata, seperti agrowisata Salak Birus, potensi agrowisata kakao dan wisata desa sejenisnya. Walaupun saat ini jumlahnya baru agriwisata salak, namun ke di masa yang akan datang, model integrasi ini sangat penting selain sebagai pemasok hasil pertanian kepada wisatawan, juga dapat menjadi atraksi wisata yang menarik bila dikemas sebagai suatu pengalaman bagi wisatawan. Tabel 4-18 Perubahan pasar kerja di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif) Dampak sosial: Perubahan Pasar Kerja Deskripsi di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung Potensi dampak 1. Kesempatan kerja baru Peningkatan kesempatan kerja masih relatif masih rendah, bila dibandingkan dengan estimasi perencanaan Induce employment dalam mempersiapkan infrastruktur pariwisata di kawasan Positif 2. J enis pekerjaan baru di bidang pariwisata Pemandu wisata (dalam arti luas: pemandu atraksi, budaya, diving, interpreter dll) jumlahnya masih sangat kecil Perajin souvenir (jumlahnya masih sangat kecil) Positf
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 101
Pekerja losmen, villa dan homestay (jumlahnya masih sedikit) Pekerja seni (masih terbatas) Warung makanan dan minuman (mulai bermunculan terutama pada saat akhir pekan terutama penyedia makanan seafood 3. Pengetahuan dan keterampilan bahasa Interaksi dengan wisatawan masih sedikit, belum ada peningkatan kemampuan bahasa, kecuali mereka yang sudah memandu sebelumnya Positif 4. Diversifikasi kegiatan ekonomi Ada kegiatan ekonomi baru, dan berpeluang mengembangkan industri kreatif melalui aktifitas seni, kerajinan, budaya dan kuliner. Positif 5. Banyak pekerjaan musiman Belum ada pekerjaan musiman yang signifikan, terutama pada saat peak season, Pekerjaan direct maupun indirect belum menunjukkan perubahan yang berarti Negatif jika setelah musim, mengaggur 6. Banyak pekerjaan unskilled Baru terbatas pada kegiatan rutin di hotel dan club yang ada, belum menunjukkan perubahan yang berarti sejak penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata J enis pekerjaan gardener tenaga kebersihan lingkungan, skuriti dll. Negatif, jika semakin banyak 7. berkurangnya tenaga kerja di sektor tradisional perpindahan ke sektor pariwisata belum berarti, namun penambahan pekerjaan di sektor pariwisata sudah terlihat, tadinya sebagai nelayan, sekarang ada yang sambil menyewakan perahu untuk memancing atau keliling bagan Negatif kalau meninggal kan sektor yang lama 8. Meningkatnya disparitas pendapatan masyarakat Belum terlihat perubahan yang berarti, namun ada penambahan pendapatan bagi pengepul ikan dari nelayan, yang mereka supply ke hotel-di dalam kawasan Ada pendapatan tambahan bagi pemilik rumah yang disewakan sebagai homestay Negatif jika jurang pemisah terlalu lebar
Hal yang patut dicermati dari tabel di atas adalah dampak sosial yang terjadi setelah penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung belum dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat sekitar kawasan. Hal tersebut dianggap wajar, karena aktifitas pengem- bangan kawasan baru tahap permulaan. Namun demikan, ada peningkatan direct employment dari adanya pekerjaan musiman. Misalnya pada saat high/peak season kesempatan kerja juga akan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 102
meningkat. Namun adanya pekerjaan musiman ini bisa berdampak negatif karena dapat Kesempatan kerja baru yang tercipta di sektor pariwisata adalah adanya pemandu baik pemandu laut untuk menanam terumbu karang, maupun pemandu di darat untuk berwisata budaya ke perkampungan. Tanggapan masyarakat berdasarkan hasil survey menunjukan bahwa 98,5% setuju, bahwa pariwisata telah banyak menciptakan pekerjaan bagi masyarakatnya [Tabel 4-20]. Tabel 4-19 Pariwisata banyak menciptakan pekerjaan bagi masyarat Frekuensi Persen Persen kumulatif Sangat Setuju 43 64,2 64,2 Setuju 23 34,3 98,5 Tidak tahu 1 1,5 100,0 Total 67 100,0
c. Perubahan struktur, karakteristik masyarakat Dampak sosial lain yang dapat diukur dari adanya pengem- bangan pariwisata adalah perubahan struktur dan karakteristik masayarakat. Seperti halnya dampak sosial yang lain, variabel ini belum mengindikasikan perubahan yang berarti sejak penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Indikator-indikator yang dapat ditelaah untuk mengukur dampak sosial yang berupa perubahan struktur masyarakat kawasan penyangga dapat dilihat seperti pada tabel [Tabel 4-20].
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 103
Tabel 4-20 Perubahan Struktur Masyarakat di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif) Struktur kegiatan masyarkat Kondisi di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata 1. Pendapatan dari pariwisata Beberapa anggota masyarakat sudah ada yang memperoleh pendapatan dari pariwisata baik sebagai pendapatan tambahan maupun pendapatan utama,
Contoh: Warung makan seafood sebagai pendapatan utama Penyewaan kamar homestay sebagai pendapatan tambahan, Penyewaan kapal penangkap ikan, sebagi pendapatan tambahan, 2. Tumbuhnya sektor jasa, yang penting dalam kegiatan ekonomi Dibangunnya kawasan akan menjadi pusat industri jasa terutama hospitaliti dan pariwisata. Adanya jasa memandu, jasa penyewaan (kamar, perahu), 3. Peningkatan nilai tanah Sudah terjadi kenaikan harga tanah, di luar kawasan (apalagi di dalam), Bisa positif bagi pemilik tanah, bisa negatif jika masyarakat menjual tanah-tanahnya kepada pendatang 4. Pembangunan infrastruktur Sudah ada rencana pembangunan: jalan tol menujua Panimbang, Bandar udara Internasional Panimbang, gerbang kawasan dan rest area dan infrastruktur lainnya. Namun semua rencana tersebut masih dalam proses persiapan sehingga dampaknya belum dapat diukur 5. Peningkatan citra destinasi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung saat ini sudah semakin banyak dikenal orang, terutama dari diperoleh dari publikasi media pemberitaan banyaknya pembahasan di kalangan pemerintahan dan legislatif, memberi dampak pada pencitraan destinasi, 6. Meningkatnya kebanggaan warga terhadap wilayahnya (ekosistem) Belum tercermin adanya kebanggaan masyarakat atas penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, Masih ada mispersepsi terhadap Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata yang hanya akan menguntungkan investor luar/asing.
Terhadap pengeluaran rumah tangga, masyarakat belum merasakan adanya perubahan, yang ditunjukkan oleh respon 68,6% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa pariwisata telah menyebabkan pengeluaran rumah tangga meningkat [Tabel 4-21].
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 104
Tabel 4-21 Pariwisata telah menyebabkan pengeluaran rumah tangga meningkat Tanggapan Frekuensi Persen Persen kumulatif Sangat Setuju 2 3,0 3,0 Setuju 19 28,4 31,3 Tidak tahu 21 31,3 62,7 Tidak setuju 25 37,3 100,0 Total 67 100,0
Namun sebaliknya tanggapan terhadap adanya perubahan standard hidup bahwa 80,6% responden setuju bahwa pesatnya pariwisata dapat meningkatkan standard hidup mereka [Tabel 4-22]. Tabel 4-22 Standar hidup telah meningkat pesat karena pariwisata Frekuensi Persen Persen kumulatif Sangat Setuju 29 43,3 43,3 Setuju 25 37,3 80,6 Tidak tahu 10 14,9 95,5 Tidak setuju 3 4,5 100,0 Total 67 100,0 Naiknya standard hidup lebih dipahami responden karena adanya peningkatan harga-harga di daerahnya. Walaupun ada yang tidak tahu dan tidak setuju, 62,2% responden merespon setuju dan sangat setuju atas pernyataan harga barang dan jasa meningkat karena pariwsata [Tabel 4-23]. Tabel 4-23 Harga-harga barang dan jasa telah meningkat karena pariwisata Frekuensi Persen Persen kumulatif Sangat Setuju 20 29,9 29,9 Setuju 21 31,3 61,2
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 105
Tidak tahu 11 16,4 77,6 Tidak setuju 15 22,4 100,0 Total 67 100,0
Selain itu, dampak sosial yang cenderung negatif, juga belum dapat diukur, setelah penetapan Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Indikator dampak perubahan struktur yang cenderung negatif tersebut seperti pada tabel [Tabel 4-24]. Tabel 4-24 Dampak negatif sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif) Dampak negatif sosial pariwisata Kondisi di Kawasan 1. Meningkatnya jumlah pendatang baru (temporary residents) yang biasanya tidak komitmen Pendatang baru yang tidak komitmen dengan pengembangan wilayahnya, umumnya pendatang kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya, Kondisi ini belum terlihat di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata 2. Kesulitan dalam memperoleh perumahan Karena belum terjadi kunjungan dan pendatang yang berarti, maka kondisi ini belum terjadi di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata 3. Kenaikan harga properti Walaupun masih dalam tahap persiapan, harga properti sudah mulai merangkak naik seiring dengan naiknya harga jual tanah 4. Kenaikan harga, inflasi Untuk saat ini, kenaikan harga-harga terjadi pada saat-saat peak season, dan masih mengikuti makanisme supply-demand. Semakin banyak permintaan karena tingginya kunjungan, maka terjadi kelangkaan penawaran, dampaknya pada kenaikan harga. 5. Kehilangan identitas budaya Tidak ditemukan adanya kehilangan identitas budaya pada saat penelitin, 6. Transformasi sistem nilai Tidak ditemukan adanya kehilangan identitas budaya pada saat penelitin, 7. Konflik agama (dengan pemilik rumah kedua, dan wisatawan) Pemilik rumah kedua adalah mereka yang menghuni villa atau rumahnya hanya untuk beristirahat di waktu-waktu tertentu. Kondisi ini tidak ditemukan di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 106
8. Ketergantungan pada pariwisata, Walaupun sudah banyak kunjungan wisata, namun kehidupan masyarakat masih belum tergantung kepada pariwisata, karena mata pencaharian utama mereka masih bergantung pad laut dan lahan pertanian. 9. kemacetan dan masalah lalu lintas lainnya belum terjadi kemacetan dan masalah lalulintas lainnya
d. Dampak Priwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung terhadap Individual dan Keluarga Variabel lain yang sebagai dampak sosial dari pengembangan pariwisata adalah perubahan individual dan keluarga. Beberapa aspek yang dapat dianalisis antara lain (1) meningkatnya mobilitas sosial (khususnya perempuan dan orang muda), (2) meningkatnya peluang berwisata (3) bertambahnya interaksi sosial karena banyak bertemu orang (4) meningkatnya kualitas hidup (5) keterampilan berbahasa (6) pendapatan dari pariwisata (7) peningkatan sikap terhadap pekerjaan, kesantunan dan tatakrama. Sebagaimana indikator lainnya, penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, belum memberikan dampak yang berarti terhadap perubahan individu dan keluarga. Kalaupun ada perubahan yang terjadi saat penelitian, dapat diduga bahwa pengembangan pariwisata bukan merupakan penyebab utama perubahan tersebut. Adanya peningkatan mobilitas sosial, sudah terjadi dengan terbukanya akses dari kawasan ke luar kawasan, mudahnya trans- portasi untuk ke luar kawasan. Namun diperkirakan akan lebih meningkat lagi dengan berkembangnya Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung di masa yang akan datang. Mobilitas ke luar kawasan juga dipicu oleh adanya kesempatan kerja di luar kawasan, seperti di kawasan industri Cilegon dan sekitarnya.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 107
Pengembangan kawasan juga berdampak pada lebih besarnya peluang berwisata bagi masyarakat, namun pada kenyataannya saat ini di Tanjung Lesung belum terjadi. Kebutuhan masyarakat untuk berwisata masih sangat rendah, karena masih berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar (pokok). Dampak sosial lain yang sudah tampak adalah meningkatnya interaksi sosial dengan wisatawan. Interaksi sosial ini dapat menghasilkan pertukaran budaya yang intens antara tuan rumah dengan wisatawan. Tanggapan responden terkait dengan pertukaran budaya, 59,7% menyatakan setuju dan sangat setuju atas pernyataan bahwa pariwisata telah menghasikan pertukaran budaya antara wisatawan dan penduduk [Tabel 4-25]. Tabel 4-25 Pariwisata telah menghasilkan pertukaran budaya lebih antara wisatawan dan penduduk Frekuensi Persen Persen kumulatif Sangat Setuju 16 23,9 23,9 Setuju 24 35,8 59,7 Tidak tahu 12 17,9 77,6 Tidak setuju 3 4,5 82,1 Sangat tidak setuju 12 17,9 100,0 Total 67 100,0
Selain itu, masyarakat mengangap pertukaran budaya tersebut memberikan dampak positif terhadap komunitas masyarakat di sekitar kawasan [Tabel 4-26].
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 108
Tabel 4-26 Pariwisata telah menghasilkan dampak positif terhadap identitas budaya komunitas kami Frekuensi Persen Persen kumulatif Sangat Setuju 31 46,3 46,3 Setuju 19 28,4 74,6 Tidak tahu 6 9,0 83,6 Tidak setuju 11 16,4 100,0 Total 67 100,0
Secara umum, masyarakat yang tinggal di kampung Cipanon, mereka telah banyak berinteraksi dengan wisatawan, terutama wisatawan yang menginap di homestay di kampung tersebut. Selain itu, mereka yang mengikuti kegiatan wisata budaya, agrowisata dan kegiatan wisata telusur desa, merupakan bentuk interaksi dengan wisatawan. Dampak sosial yang berhubungan dengan peningkatan kualitas hidup dan pendapatan dari pariwisata juga masih relatif sama dengan sebelum pentapan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Indicator kualitas hidup erat kaitannya dengan peningkatan pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, maka kualitas hidup seseorang secara material cenderung meningkat. Secara umum, kondisi ini berlum terjadi di lokasi penelitian, karena jumlah penerima manfaat masih sangat terbatas, yang disebabkan karena peningkatan kunjungan belum signifikan. Penguasaan keterampilan berbahasa dan peningakatan sikap terhadap pekerjaan juga belum terlihat adanya peningkatan yang berarti. Masuknya turis asing, seperti dari Korea, Perancis dan J epang belum berdampak pada usaha peningakatan kemampuan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 109
bahasa di kalangan masyarakat. Namun sikap terhadap pekerjaan sedikit adat perubahan terutama mereka yang bekerja di sektor hospitaliti. Sikap lebih menghargai pendatang lebih terlihat di masayarakat, yang ditunjukkan dari adanya toleransi terhadap tamu. Hal tersebut terlihat pada saat bulan Ramadhan (survey kedua dilakukan), di mana tamu asing berkunjung ke kawasan, masyarakat tetap memberikan pelayanan yang baik terhadap tamunya. Selain dampak yang cenderung positif terhadap perubahan perilaku individu, pengembangan destinasi pariwisata juga berdampak pada beberapa aspek antara lain meningkatnya ritme kehidupan, berkurangnya pertemanan penting dan rasa hormat, meningkatnya kriminalitas, xenophobia (takut sama orang asing) komersialisasi hospitaliti, perilaku menyimpang (alkoholisme, prostitusi, perjudian, penyalahgunaan narkoba, vandalism) tekanan terhadap bahasa lokal dan tergerusnya nilai-nilai di masyarakat. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi terfokus, perubahan perilaku individu di atas belum tampak di masyarakat kawasan penyangga. Dampak tersebut seringkali terjadi di kawasan pengembangan destinasi wisata di negara-negara lain. Namun dampak tersebut dapat diantisipasi dengan mempersiapkan masyarakat dalam memperkuat jatidiri dan identitas masyarakat. CATATAN: dalam mengantisipasi dampak sosial pariwisata di destinasi pariwisata, penguatan kapasitas masyarakat (Community Capacity Building) dalam usaha memperkuat identitas dan keasliannya agar menjadi salah satu atraksi wisata, pengalaman hidup di suatu kawasan.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 110
Dampak Pariwisata terhadap Budaya dan Lingkungan di 2. Tanjung Lesung Banyak dampak pengembangan destinasi terhadap pengem- bangan budaya dan konservasi lingkungan. Selain Kode Etik Pariwisata yang mengharuskan pariwisata berkontribusi terhadap keberlanjutan (sustainability), juga budaya dan lingkungannya merupakan atraksi wisata yang menjadi daya tarik utama wisatawan untuk berkunjung. Pengembangn Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung setidaknya harus berdampak pada (1) perlindungan sumber daya yang unik/langka serta keindahan alam (2) bangkitnya seni-budaya lokal dan kerajinan, event budaya dan (3) bangkitnya tradisi arsitektur lokal. Berdasarkan hasil diskusi terfokus, masyarkat lokal belum melihat adanya dampak secara nyata tehadap budaya dan lingkungan. Namun upaya tersebut sudah dilakukan antara lain membangkitkan seni budaya tradisional berupa pencak silat dan rampak lisung. Namun demikian, tradisi rampak lisung sudah ditinggalkan masyarakat seiring dengan masuknya teknologi penggilingan gabah. Rampak lisung, yang pada awalnya sebagai kegiatan ibu-ibu dalam menumbuk padi. Lisung dan halu merupakan alat tradisisonal menumbuk padi. Bisasanya pada hari-hari tertentu, menumbuk padi dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang perempuan. Pada saat menumbuk, dilakukan secara berirama, sehingga memun-culkan alunan suara bersahutan. Selanjutnya kebiasaan tersebut dijadikan sebagai seni pertunjukkan dengan naman Gondang atau Ngagondang.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 111
Usaha untuk menghidupkan kerajinan, sudah dilakukan, seperti pengrajin souvenir ukiran badak dan sejenisnya. Namun munculnya pengrajin ini baru sebatas pembuatan yang belum sampai kepada pemasaran, dan teknologi pengemasan yang sesuai kebutuhan wisatawan. Namun sangat dipahami bahwa masih rendahnya permintaan bedampak pada rendahnya produksi. Untuk itu, selain kemampuan membuat kerajinan, juga dibangun tataniaga hasil produksinya untuk menghasilkan yang lebih baik. CATATAN: Sesuai dengan nama destinasinya Tanjung Lesung, maka seni tradisional NGAGONDANG yang sekarang lebih populer dengan RAMPAK LISUNG dapat dijadikan sebagai bagian dari cerita atau dibuat interpretasi hubungan antara rampak lisung dengan destinasi Tanjung Lesung, agar pariwisata berdampak pada pelestarian dan Event budaya sebagai sarana untuk mendatangkan wisatawan saat ini belum dikembangkan di Tanjung Lesung. Namun event budaya dapat dikaitkan dengan event-event lain yang ada di masyarakat sekitar kawasan. Dampak terhadap bangkitnya arsitektur lokal, tidak mungkin muncul bila mengacu pada konsep yang akan dibangun di dalam kawasan. Namun sangat memungkinkan jika pengembangan desa- desa sekitar mengembangkan keunikannya dengan arsitektur bangunan tradisional, sebagai bagian dari atraksi wisata di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Terhadap konservasi lingkungan, sudah ada kegiatan penanaman terumbu karang, namun kegiatan untuk lingkungan lainnya masih terbatas. Malahan masih terjadi penebangan kayu,
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 112
dan penangkapan hewan-hewan termasuk burung yang sebenarnya menjaga keseimbangan ekosistem. Yang perlu diantisipasi dampak pariwisata terhadap seni budaya adalah (1) penghilangan kebiasaan, tradisi (2) komersialisasi budaya dan (3) pembuangan sampah dan polusi. Masalah kehilangan tradisi atau kebiasaan budaya di Tanjung Lesung sebenarnya terjadi tidak saja karena pariwisata, karena masuknya teknologi pun telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap wilayahnya. Demikian juga dengan komersialisasi budaya, di mana kebudayaan diekpliotasi untuk kepentingan ekonomi, yang pada akhirnya menghilangkan untur keunikan dan keaslian budayanya. Dampak yang selalu terjadi adalah masalah sampah dan polusi. Walaupun belum tarap rawan, di pengelolaan sampah di Tanjung Lesung belum dilakukan dengan baik. Kebersihan kampong masih terlihat sangat kurang. Selain itu, tingkat polusi akan meningkat seiring dengan peningkatan kunjungan terlebih lagi setelah Bandar udara Panimbang selesai dibangun dan dioperasikan. Tanggapan masyarakat terhadap dampak sosial pengembangan 3. Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung Selanjutnya, analisis tanggapan masyarakat terhadap dampak sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung dilakukan dengan survey menggunakan kuesioner skala 1-5, untuk menyatakan ketidaksetujuan dan kesetujuannya atas pernyataan yang diajukan. Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa penciptaan pekerjaan bagi masyarakat di desanya mendapat respon paling tinggi (rata-rata skor: 4,29 dengan simpangan baku 0,55).
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 113
Informasi ini dapat menggambarkan tingginya harapan masyarakat akan adanya peningkatan lapangan pekerjaan setelah destinasi Tanjung Lesung dikembangkan. Dengan banyaknya kesempatan kerja, diharapkan mereka dapat ambil bagian di dalamnya, yang pada gilirannya mereka akan memperoleh pendapatan tambahan. Oleh karena itu dapat dipahami, mengapa mereka juga berpendapat bahwa dengan pengembangan pariwisata di daerahnya diyakini dapat meningkatkan standard hidup mereka dengan cepat (rata-rata skor: 3,83). Walaupun menanggapi secara positif, mereka juga merespon cukup besar atas dampak negatif meningkatnya angka kriminalitas di lingkungan mereka (rata-rata skor 3,08), yang sebenarnya merupakan kekhawatiran yang harus diantisipasi di masa yang akan datang. Sementara itu, tanggapan atas perubahan budaya karena pariwisata, masyarakat memberikan respond yang rendah, sehingga dapat dipahami mereka kurang begitu kuatir dengan berubahnya budaya tradisional. Secara keseluruhan, tanggapan masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, seperti disajikan pada tabel [Tabel 4-27] Tabel 4-27 Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap dampak sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung PERNYATAAN Mean Std. Deviation 1. Pariwisata telah banyak menciptakan pekerjaan bagi masyarat di sini 4,29 ,550 2. Standar hidup telah meningkat pesat karena pariwisata 3,83 1,007 3. Pengembangan pariwisata menyediakan lebih banyak taman dan tempat rekreasi lainnya bagi warga kami 3,75 ,897 4. Setelah ada pengembangan pariwisata kriminalitas di 3,08 1,283
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 114
masyarakat semakin meningkat 5. Meningkatnya kualitas fasilitas umum, tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di sini 3,08 1,316 6. Pariwisata telah menghasilkan dampak positif terhadap identitas budaya komunitas kami 3,79 ,977 7. Pariwisata telah mendorong berbagai kegiatan budaya oleh penduduk setempat 3,71 1,042 8. Pariwisata telah menghasilkan pertukaran budaya lebih antara wisatawan dan penduduk 3,33 1,167 9. Pariwisata telah merubah budaya tradisional masyarakat desa yang berharga 2,25 ,897
Dengan menelaah tabel di atas dapat difahami bahwa masayarakat mempunyai harapan besar dari adanya pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung. Harapan tersebut tercermin dari respon mereka terhadap hal-hal positif dari dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya mereka. Namun kesadaran akan budaya lokal relatif kurang peduli dengan terbukanya sikap mereka terhadap budaya kecenderungan perubahan budaya akibat pariwisata. CATATAN: karena harapan pekerjaan merupakan respond tertinggi dari masyarakat, maka peningkatan kapasitas pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan di destinasi Tanjung Lesung perlu ditambahkan kepada masyarakat. Peningkatan kapasitas tersebut dapat berupa pendidikan formal melalui Akademi Komunitas, maupun pendidikan non formal dan atau informal untuk mengisi kompetensi yang dibutuhkan oleh kesempatan kerja yang tercipta. BUDAYA: kesadaran terhadap budaya lokal perlu ditingkatkan agar ada inovasi produk wisata di sekitara kawasan. Banyaknya atraksi wisata akan meningkatkan daya tarik, lama tinggal dan volume pembelanjaan wisatawan. Berdasarkan diskusi terfokus, di mana anggota diskusi terdiri dari berbagai kalangan, maka diperoleh tanggapan yang diringkaskan sebagaimana pada tabel Tabel 4-28.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 115
Tabel 4-28 Analisis Kualitatif Dampak Sosial Budaya No Indikator Sebelum Pengembangan Sesudah Pengembangan Nilai dampak 1 Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya Ketergantungan rendah dengan masyarakat luar, karena kebutuhan dan keinginan masih sedikit Ketergantungan semakin tinggi karena kebutuhan semakin meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan Baik 2 Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat Hubungan sangat erat karena kesamaan dalam mata pencaharian Hubungan kurang erat akibat keberagaman mata pencaharian Kurang baik 3 Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/-kelembagaan sosial Organisasi dengan manajemen tradisional Organisasi cenderung mengarah pada manajemen modern baik 4 Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata Migrasi masih sedikit Migrasi menjadi semakin banyak Kurang baik 5 Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat Ritme kehidupan masih lambat Ritme kehidupan meningkat baik 6 Dampak terhadap pola pembagian kerja Pembagian kerja masih sederhana Pembagian kerja semakin kompleks baik 7 Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial Stratifikasi sangat kental khususnya pemilik tanah sangat dihormati Persamaan derajat, seseorang dihormati atas dasar apa yang diperbuat, dan bukan atas dasar siapa orang tersebut baik 9 Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan- penyimpangan sosial Penyimpangan social rendah, masih tuduk pada norma adat Penyimpangan sosial semakin tinggi karena lebih menekankan pada kebebasan individu Kurang baik 10 Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat. Kesenian dan adat istiadat masih sangat konvensional Kesenian dan adat istiadat semakin berkembang Baik
Dengan mengetahui informasi seperti pada tabel di atas, maka intervensi pengembangan SDM yang harus dilakukan disarankan agar dapat mengacu kepada kondisi sosial masyarakat yang saat ini sedang terjadi.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 116
F. Dampak Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung Sekilas Dampak Ekonomi Pariwisata di Provinsi Banten 1. Salah satu pertimbangan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung adalah besarnya manfaat pengembangan tersebut terhadap perekonomian wilayah Provinsi Banten khsusnya dan nasional secara luas. Dengan menentukan berbagai asumsi baik makro maupun mikro, dasar perhitungan manfaat ekonomi adalah kinerja kepariwisataan pada tahun 2009 (dasar perhitungan yang digunakan dalam pembuatan studi kelayakan). Pada tahun tersebut, perekonomian Provinsi Banten mampu menghasilkan output barang dan jasa senilai Rp313,98 triliun, melalui masukan (input) antara dari produk lokal Provinsi Banten dan impor dari luar Provinsi Banten, senilai Rp180,93 triliun. Besarnya potensi perekonomian Provinsi Banten tercermin dari komposisi masukan (input) yang berasal dari lokal Banten mencapai 77,25 persen, dan sisanya 22,75 persen dari luar Banten. Salah satu sumber masukan (input) untuk menghasilkan output perekonomian Provinsi Banten tersebut adalah industri pariwisata di mana setiap kunjungan wisatawan ke Provinsi Banten diharapkan mampu mendongkrak perekonomian dengan lamanya tinggal dan besarnya volume pembelanjaan. Usaha meningkatkan ketiga kom- ponen tersebut diharapkan akan meningkatkan transaksi di Provinsi Banten sehingga kontribusi terhadap nilai tambah perekonomian juga akan meningkat. Neraca Satelit Pariwisata Provinsi Banten tahun 2009, mencatat bahwa pada tahun 2008 total konsumsi wisatawan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 117
mencapai Rp 4,66 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 5,66 triliun pada tahun 2009 dan 6,04 triliun pada tahun 2010 58 . Konsumsi wisatawan nusantara memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yaitu 88,61% (2008), 87,48% (2009). Konsumsi wisatawan terbanyak berasal dari wisatawan nusantara. Pada tahun 2008 porsi konsumsi wisatawan nusantara mencapai 88,61 persen sedangkan wisatawan mancanegara mencapai 11,39 persen. Setahun kemudian porsi dari wisnus sedikit turun menjadi 87,48 persen sedangkan wisman mencapai 12,52 persen. Tabel 4-29 Total Konsumsi Wisatawan Tahun 2008 - 2010 (Juta Rupiah) Uraian 2008 2009 2010 Wisatawan Nusantara 4.129.390 4.950.934 5.696.549 Wisatawan Mancanegara 530.922 708.547 124.634 Total 4.660.312 5.659.481 5.821.183 Sumber : BPS, Provinsi Banten, 2011, diolah kembali
Manfaat Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata 2. Tanjung Lesung Manfaat ekonomi suatu destinasi dapat dilihat dari beberapa aspek yang terkait dengan perekonomian daerah maupun nasional seperti (1) pendapatan devisa (2) tingkat kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB, (3) kontribusi terhadap Devisa, (4) effek pengganda dan pertambahan nilai (5) kontribusi terhadap penerimaan pemerintah (6) penciptaan lapangan kerja (7) pengembangan infrastruktur (8) pengayaan ekonomi lokal 58 Nesparda, 2011
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 118
a. Penerimaan Devisa (Foreign Exchange Earning) Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung J ika melakukan analisis secara makro, setiap pengeluaran di sektor pariwisata, akan menyebabkan perekonomian masyarakat lokal menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. Di samping itu, kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi juga menyebabkan tumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata. Tercatat juga bahwa di beberapa negara di dunia 83% dari lima besar pendapatan mereka, 38% pendapatannya adalah berasal dari Foreign Exchange Earnings perdagangan valuta asing. Di Indonesia sendiri, penerimaan devisa dari pariwisata terus meningkat, seiring peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (8,04 juta tahun 2012). Devisa yang dihasilkan dari kunjungan tersebut mecapai USD9,1 miliar atau meningkat 5,81% dari tahun 2011 sebesar USD8,6 miliar. Untuk tahun 2013 diperkirakan akan mencapai USD10,35 miliar (meningkat 14,11%). Dari informasi di atas, cukup menggambarkan bahwa pariwisata dapat meningkatkan devisa negara khususnya melalui aktifitas perdagangan valuta asing. Dengan memperhatikan gambaran perolehan devisa nasional, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung diharapkan mampu memberikan kontribusi lebih besar di masa yang akan datang. Berdasarkan analisis LAPI -ITB (2011), kontribusi terhadap devisa negara didasarkan pada pengeluaran wisatawan mancanegara per kunjungan. Dengan menggunakan data rata-rata
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 119
pengeluaran wisatawan mancanegara sebesar USD 1.211 per kun- jungan pe rorang dan laju pertumbuhan jumlah wisatawan berkisar antara 910% per tahun, laju pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara antara 3 6% per tahun maka kontribusi terhadap devisa ditunjukkan pada [Tabel 4-30].
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 120
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 121
Sebagaimana diketahui, bahwa kawasan ekonomi khusus diberikan berbagai insentif baik secara finansial maupun non finansial termasuk pajak. Oleh karena itu, beberapa hal yang terkait dengan penerimaan Negara, kontribusi dari Kawasan Ekonomi Khusus mulai dihitung dari tahun 2023. Dengan demikian, sampai batas waktu yang ditentukan, kontribusinya dapat dihitung berdasarkan agregasi jumlah kunjungan ke Provinsi Banten. Untuk memonitor lebih jauh berapa kontribusi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung terhadap perolehan devisa, perlu dilakukan monitoring, dengan menganalisis exit survey yang ada sekarang ini. b. Kontribusi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung terhadap Pendapatan Pemerintah Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung. Secara umum, pendapatan pemerintah dari destinasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung terdiri atas: Pajak Penghasilan (Badan) Pajak Penjualan Pajak hotel dan restauran Pajak hiburan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 122
Pajak hiburan khusus Pajak reklame Pajak penerangan jalan Pajak air muka tanah Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Parkir Retribusi IMB Retribusi Ijin Lokasi
Sebagai gambaran, bahwa estimasi penerimaan pemerintah dapat tergambar dalam rencana pengembangan KEK Pariwisata Tanjung Lesung telah dianalisis dalam studi kelayakan rencana pengembangan kawasan. Berdasarkan analisis pada tahun 2011, dengan investasi US$8208,6 juta dipekirakan akan berdampak pada output Kabupaten Pandeglang sebesar Rp16,5 triliun dan Rp17,5 triliun terhadap output Provinsi Banten. Dengan selisih yang sangat tipis antara output kabupaten dan provinsi, sudah dipastikan KEK Pariwisata memberikan kontribusi sangat besar terhadap output Provinsi Banten. Prakiraan dampak ekonomi pariwisata tersebut sperti pada diagram [Gambar 4-12]
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 123
Gambar 4-12 Prakiraan dampak pengembangan KEK Pariwisata Tanjung Lesung Namun demikian, sesuai dengan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus, sampai penelitian dilakukan belum terbit ketentuan pemberian insentif pajak terhadap pengelolaan kawasan. Oleh karena itu, pendapatan pemerintah dari Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung masih mengacu kepada ketentuan yang berlaku selama ini. Sebagai gambaran, bercermin dari pengalaman negara lain yang mengelola kawasan pariwisata, maka kontribusi terhadap pendapatan pemerintah menunjukkan proprorsi sangat besar. Ambil contoh pemerintah Komboja, pada tahun 2009 mencatat penerimaan dari aktifitas penjualan tiket masuk wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Angkor sebesar 1,2 juta USD, dari Visa sebesar 3 juta USD, dan aktifitas pelayanan lainnya di badar udara. c. Penciptaan Lapang Kerja (Employment Generation) Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007), mendifinisikan bahwa yang dimaksud Tourism
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 124
employment adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata (indirect dan induce employement). WTO mencatat kontribusi sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional, dan pada tahun 2012 terdapat satu pada setiap 12 kesempatan kerja adalah di sektor pariwisata. Demikian halnya dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung diperkirakan akan terbuka 36.00 kesempatan kerja langsung, dengan total upah/gaji sebesar Rp562,275 milyar per bulan dan pajak tak langsung sebesar Rp674,73 milyar per tahun [Gambar 4-13]. Selain itu, lebih dari 85.000 orang tenaga kerja tidak langsung. Kesempatan kerja tertier (induce employement) akan banyak terserap pada saat pembangunan infrastruktur, termasuk pembuatan jalan tol, air port, pembangunanan kawasan dan pembangunan fasilitas pendukung lainnya seperti instalasi air, listrik dan lahar pertanian untuk pariwisata.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 125
Gambar 4-13. Prakiraan dampak Sosial Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung Rencana tersebut menunjukkan bahwa industri pariwisata adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu menciptakan peluang kerja dari peluang kerja untuk tenaga yang tidak terdidik sampai dengan tenaga yang sangat terdidik. Pariwisata juga menyediakan peluang kerja diluar bidang pariwisata khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi mereka yang bekerja secara tidak langsung terkait industri pariwisata seperti usaha-usaha pendukung pariwisata; misalnya pertanian sayur mayur, peternak daging, supplier bahan makanan, yang akan mendukung operasional industri perhotelan dan restoran. Sebagai gambaran perbandingan, laporan penelitian Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sektor lainnya Dampak Sosial-Ekonomi Sumber: KEK Tanjung Lesung
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 126
menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi di Negara New Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara Philipines, kemudian Chile, Papua New Guinea, dan Thailand sebesar 0,93. Sementara di Indonesia indeks penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih rendah jika dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84. Oleh karena itu mereka menyimpulkan bahwa pariwisata memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan pariwisata, walaupun harus diakui sektor pertanian masih lebih besar indeks penyerapannya dan berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja oleh sektor pariwisata di hampir semua Negara. Mengambil analogi di atas, banyaknya penyerapan tenaga kerja di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, perlu dicermati, seberapa besar peluang penyerapannya bagi penduduk lokal, mengingat secara demografi tingkat pendidikan dan keteram- pilan, serta usia yang perlu dipertimbangkan. Sementara itu, kebutuhan tenaga kerja langsung sektor pariwisata membutuhkan pendidikan dan komptensi yang cukup tinggi sesuai dengan standard internasional. CATATAN: Dengan komposisi demografi yang ada saat ini, baik di sekitar kawasan maupun di Provinsi Banten secara umum, perlu dipersiapkan SDM dengan komptensi dan kualifikasi yang memadai, agar dapat mengambil bagian dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung teersebut.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 127
d. Pengembangan Infrastruktur (Infrastructure Development) Salah satu dampak ekonomi lain dari pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus pariwisata adalah berkembangnya infra struktur, karena pariwisata dapat mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat lokal itu sendiri sebagai tuan rumah. Sepakat membangun pariwisata berarti sepakat pula harus membangun yakni daya tarik wisata attractions khususnya daya tarik wisata man-made, sementara untuk daya tarik alamiah dan budaya hanya diperlukan penataan dan pengkemasan. Karena J arak dan waktu tempuh menuju destinasi accesable akhirnya akan mendorong pemerintah untuk membangun jalan raya yang layak untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung pariwisata Amenities seperti hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan. Pembangunan infrastruktur pariwisata dapat dilakukan secara mandiri ataupun mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing khususnya untuk pembangunan yang berskala besar seperti pembangunan Bandara Internasional, dan sebagainya. Perbaikan dan pembangunan insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati oleh penduduk local dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat local akan mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di daerahnya.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 128
Dalam kaitan ini, infra struktur Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung yang akan dibangun selain atraksi di dalam kawasan, juga sarana pendukungnya. Untuk mendukung aksesibilitas, akan dibangun jalan tol, dan Bandar udara internasional di Panimbang. e. Pengembangan Ekonomi Lokal (Development of Local Economies) Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, jasa ojeg di tempat wisata dan sejenisnya. WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata secara tidak langsung disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada suatu kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat local lebih banyak berebut lahan penghidupan dari sector informal ini, artinya jika sector informal bertumbuh maka masyarakat local akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar. Namun demikian, kondisi ini belum cukup dirasakan oleh masyarakat di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, mengingat investasi pembangunan dan pengembangannya belum dimulai. Walaupun demikian, bagi usaha kecil dan menengah di sektor ini sudah mulai terlihat. Misalnya adanya pertambahan jumlah homestay dari delapan kamar menjadi 28 kamar di wilayan kawasan penyangga.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 129
Berdasarkan hasil survey terhadap usaha yang terjadi, telah ada peningkatan baik dalam jumlah maupun keragamamannya, khusunya yang berkaitan langsung dengna penyediaan akomodasi dan makanan dan minuman. Pada Tabel 4-31 menunjukkan hasil survey sampel usaha yang dilakukan masyarakat lokal di Kampung Cipanon Desa Tanjung J aya. Tabel 4-31 Responden yang berusaha di sektor pariwisata J ENIS USAHA Badan Hukum Status Responen Ya Tidak Pemilik Pengelola AKOMODASI Losmen/Penginapan 0 1 1 0 Homestay 0 3 2 1 Villa 1 0 0 1 MAKANAN & MINUMAN Restoran 1 0 1 0 Warung Kopi/Cofee Shop 0 1 1 0 Lainnya 0 2 2 0 TRANSPORTASI WISATA Perahu 0 1 1 0
Tabel di atas cukup menggambarkan sektor informal (usaha yang tidak memiliki badan hukum) banyan ambil bagian dalam berusaha di sektor pariwisata, walaupun pertumbuhan pariwisata belum signifikan. Usaha di bidang akomodasi berupa homestay dan losmen sudah berperan dalam menyediakan akomodasi. Usaha pengelolaah homestay relatif lebih menguntungkan karena selain sharing biaya operasional sehari-hari (dibebankan kepada tamu pada saat mengingap) juga memperoleh tambahan pendapatan yang relatif besar.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 130
Ambil contoh, jika seorang rumah tangga mempunyai empat buah kamar, dapat disewakan dua kamar. Satu kamar dijual Rp 300 ribu per malam, maka akan diperoleh pendapatan sebesar Rp600 ribu. J ika disewakan dua malam dalam seminggu, maka akan diperoleh pendapatan tambahan sebesar Rp1,2 juta, jika sebulan disewakan empat kali, paka pendapatan tambahannya hampir mencapai Rp5 juta. Sementara itu, biaya operasionalnya hampir tidak ada, karena semuanya menggunakan fixed cost kebutuhan rumah tangga. Selanjutnya hasil diskusi terfokus bagaimana tanggapan masyarakat dalam memahami dampak sosial-konomi yang secara kualitatatif disajikan pada Tabel 4-32. Tabel 4-32 Analisis Kualitatif Dampak Sosial Ekonomi No Indikator Tanggap masyarakat Sebelum KEK Tanggap masyarakat Sesudah KEK Nilai dampak 1 Dampak terhadap penerimaan devisa Tidak ada penerimaan devisa Umumnya beranggapan akan ada pengingkatan baik 2 Dampak terhadap pendapatan masyarakat Pendapatan rendah, dari menangkap ikan Ada tambahan pendapatan dari perahu dan penjualan ikan baik 3 Dampak terhadap kesempatan kerja Kesempatan kerja rendah Kesempatan kerja tinggi, disektor pariwisata baik 4 Dampak terhadap harga- harga Harga harga rendah Harga harga tinggi Kurang baik 5 Dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan Manfaat belum ada Ada penambahan manfaat daripada kerugian baik 6 Dampak terhadap kepemilikan dan control Dominan dikuasai masyarakat lokal Investor banyak yang masuk membeli tanah dan berusaha Tidak baik 7 Dampak terhadap pembangunan pada umumnya Pembangunan fisik non fisik lambat Pembangunan fisik lebih cepat kurang baik 8 Dampak terhadap Sedikit Masyarakat baik
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 131
pendapatan pemerintah. memperkirakan pendapatan pemerintah meningkat
Walaupun informasi tersebut pada tabel di atas diperoleh berdasarkan diskusi terfokus, namun penggalian informasi yang lebih detail ke masing-masing pemangku kepentingan sangat diperlukan dalam perspektif yang lebih luas, mengingat intervensi program penguatan kapasitas dalam mempersiapkan perkebangan kawasan. G. Strategi Peningakatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Uraian pada bab di atas memberikan gambaran bagaimana kondisi masyarakat saat ini dalam menghadapi berbagai perubahan karena masuknya investasi pengembangan destinasi pariwisata. Selalu ada positif dan negatif yang terjadi dalam pembangunan kawasan, bahkan masyarakat lokal yang tidak memiliki keahlian di bidang industri yang berkembang hanya akan menjadi penonton dan terpinggirkan. Issu dampak negatif lebih besar dari pada dampak positif pengembangan pariwisata, selalu terjadi dalam pengembangan destinasi pariwisata di belahan manapun. Namun issu tersebut dapat direduksi dengan merancang suatu strategi boosting maksimal dampak positif -minimal dampak negatif. Namun tidak ada aturan baku yang menjamin pengembangan pariwisata dapat berkontribusi maksimum tanpa dampak negatif kepada masyarakat. Walaupun demikian, ikhtiar ke arah optimalisasi manfaat tersebut tetap harus diusahakan. Sangat sedikit data kuantitatif yang
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 132
secara jelas menggambarkan kontribusi pariwisata terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal terutama yang terkait dengan pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah setempat untuk mengatur pencapaian manfaat maksimum pengembangan pariwisata. Beberapa ikhtiar yang dapat ditempuh pemerintah setempat untuk memaksimalkan manfaat pengembangan pariwisata antara lain: Bentuk Penguatan Kapasitas Intervensi program Instansi terkait 1. membantu produk lokal masuk ke dalam rantai penawaran hotel (hotel supply chain) - meningkatan mutu, standard produk lokal - pemahaman rantai pasokan - fasilitasi untuk menghubungkan pembeli dan pemasok - tingkatkan kemampuan UMKM men- jadi pemasok yang dapat diandalkan - memastikan skala ekonomi Koperasi dan UMKM, dinas instansi teknis (tergantung produk yang dihasilkan) 2. menstimulir usaha kecil dan mikro di destinasi pengembangan pariwisata - Dukungan usaha: jasa pengembangan pelatihan, kredit dan bisnis - Manajemen usaha mikro-kecil dan menengah - Pastikan perizinan dan peraturan tidak mengecualikan pengusaha kecil - Memantapkan dan memonitor skema 'pemandu lokal' - Menyediakan infrastruktur sederhana untuk mengkatalisasi UMKM - Memfasilitasi akses ke keterkaitan sektor swasta dan mentoring - Merangsang permintaan pasar - Buat acara untuk membawa wisatawan dan penyedia layanan bersama-sama - Berbasis masyarakat pariwisata vs mikro pengusaha Dinas Koperasi, Disbudpar, Perdagagan, LSM Perguruan Tinggi 3. mendorong pengembangan kerajinan setempat dan toko souvenir bagi wisatawan, - Inovasi produk untuk membuat produk unik cocok dengan selera wisatawan, - meningkatkan standar mutu produk, - pengemasan dan pemasaran, - pameran lokal kepada wisatawan Dinas Koperasi, Disbudpar, Perdagagan, LSM Perguruan Tinggi 4. menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk lokal, - memperluas sektor pariwisata dan memperluas lapangan kerja - pendidikan dan pelatihan dalam bidang keterampilan perhotelan, kuliner dan Dinas perinkan dan kelautan, pendidikan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 133
sejenisnya 5. Memfasilitasi kemitraan - membina kerjasama kelembagaan - pemerintah menggunakan kewenangannya untuk mendorong tercapainya kemitraan Perdagangan, kelembagaan 6. diversifikasi produk wisata, terutama produk- produk yang melibatkan penduduk lokal, - membuka alternatif pilihan akses untuk membuat diversifikasi produk - menciptakan kesempatan melalui parwisata budaya - ciptakan event budaya dan atraksi masyarakat yang khas Perindustrian, budpar, 7. menggunkan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi sektor swasta dalam meningkatkan peran penduduk lokal, - membuat konsesi pada saat proses investasi agar ada keberpihakan kepada penduduk lokal terutama masyarakat miskin - mengembangkan model penghargaan, kode-etik, sertifikasi dan komunikasi dengan penginisiatif masyarakat setempat
Pemerintahan, kelembagaan, LSM, 8. memfasilitasi kemitraan joint venture antara sektor swasta dan masyarakat, - mencarikan partner antara pengusaha dengan masyarakat lokal untuk mencapai skala usaha agar terpenuhi rantai pemasok dan produksi berkesinambungan Perdaganan dan perindustrian, pertanian dan perkebunan 9. menentukan cara yang tepat untuk mendistribusikan pembiayaan kepada masyarakat - memberlakukan revenue sharing dengan masyarakat lokal untuk menjaga lingkungan dan keharmonisan hubungan serta menhindari distorsi pendapatan yang terlalu lebar - mendorong pengaliran philantrhopic, Perdagangan dan perindustrian, Disbudpar, Pertanian, kehutanan Kelautan Pendidikan
10. memonitor dampak sosial, budaya dan lingkungan, - memaksimalkan manfaat bagi masayarakat lokal dari pengembangan infrastruktur - mengelola trade-off atas sumberdaya lokal - meminimalkan gangguan, kerusakan dan pelanggaran budaya - mengatur sistem pencegahan pariwisata seks, prostitusi anak di bawah umur dan penjualan manusia Ketertiban Dinas pekerjaan umum DPRD, Bappeda, BPS
11. membuat kebijakan pro- poor, - melibatkan partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan - strategi pengambilan keputusan berbasis bukti dan data yang terjadi Pendidikan, Agama, Sosial Perguruan Tinggi LSM 12. menentukan - meningkatkan kemampuan Disbudpar,
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 134
pilihan strategi untuk segmentasi, pasar dan investor segmenting, targeting dan posisioning atas produk dan jasa yang ditawarkan - menentukan investor asing dan dan domestik, besar atau kecil Perdagagan Pendidikan
Upaya-upaya di atas dilakukan tujuan utamanya adalah untuk (1) meningkatkan volume kunjungan (2) memperpanjang lama ting- gal dan (3) memperbanyak pengeluaran. Namun sejauh mana memberikan dampak terhadap masyarakat dan pemerintah, perlu dilakukan monitoring dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous improvement), selama pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung berlangsung. Penyusunan perangkat program dan instrument monitoring dan evaluasi yang dijalankan secara konsisten akan memberikan manfaat sebesar-besarnya serta menekan dampak negatif dalam pengem- bangan kawasan. Peran serta dan partisipasi masyarakat lokal harus menjadi factor kunci agar tujuan pembangunan destinasi dapat dirasakan oleh masyarakat.
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Dari uraian hasil pembahasan yang terkait dengan rumusan permasalahan dalam penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Sejauh ini, sejak Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung ditetapkan, belum ada upaya persiapan yang berarti. Pemahaman masyarakat terhadap perubahan status kawasan KEK masih sangat minim. Walaupun sudah ada pendamping yang diterjunkan, program tersebut belum menyentuh pada kesiapan mengambil peluang dari pertumbuhan sektor pariwsata di wilayahnya. Sebagian masyarakat Cikadu Endah sebagai penduduk yang direlokasi belum memperoleh pembekalan yang cukup untuk trans-formasi pengetahuan dan keterampilan dalam mata pencaharian dari nelayan menjadi petani penggarap. 2. Peran keterlibatan masyarakat penyangga Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dalam kegiatan pariwisata masih rendah, pada umumnya masyarakat tidak terlibat dalam pengambilan keputusan peerencanaan kegiatan pariwisata sesuai dengan porsinya masing-masing. Usaha melibatkan diri dalam kegiatan 135
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 136
pariwisata belum dikoordinasikan secara terprogram agar mendukung dan memperoleh manfaat dari perkembangan kawasan. 3. Walaupun belum sepenuhnya akibat penetapan KEK, masyarakat penyangga kawasan sudah dapat merasakan manfaat secara ekonomi, seperti dengan bekerja sebagai karyawan hotel-hotel di dalam kawasan, pekerja pem- bangunan infrastruktur, dan membuka usaha baru. Usaha mengelola homestay, losmen, penyewaan villa, penyewaan kapal nelayan dan usaha makanan dan minuman bagi wisatawan, adalah manfaat yang diterima masyarakat. Demikian pula dengan usaha kerajinan tetapi masih berupa sampingan dan belum memperoleh manfaat yang berarti. 4. Potensi dampak sosial-ekonomi yang terjadi karena KEK adalah adanya perubahan pupulasi penduduk di sekitar kawasan, serta terjadinya perubahan pasar kerja, yang berdampak pula pada perubahan struktur dan karakteristik masyarakat kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung. Demikian pula terhadap perubahan sosial individu dan keluarga, terjadi karena adanya interaksi sosial dengan wisatawan. Selain itu, kontak langsung perbedaan budaya berdampak pada lunturnya kebanggaan terhadap budaya lokal. Menurut tanggapan masyarakat, pariwisata telah banyak menciptakan lapangan pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya standard hidup masyarakat. Terhadap ekonomi, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 137
dampak terhadap perolehan devisa negara, peningkatan pendapatan langsung pemerintah, penciptaan lapangan pekerjaan, pengembangan infra struktur khusunya di kawasan dan akses menuju kawasan, berkembangnya ekonomi masyarakat Tanjung Lesung, dan munculnya usaha-ushan baru di masayarakat. 5. Agar masyarakat setempat memperoleh manfaat dari pe- ngembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, maka perlu dilakukan intervensi program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, melalui usaha-usaha: (1) membantu produk lokal masuk ke dalam rantai penawaran hotel (hotel supply chain) (2) menstimulir usaha kecil dan mikro di destinasi pengembangan pariwisata (3) mendorong pengembangan kerajinan setempat dan toko souvenir bagi wisatawan, (4) menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk lokal, (5) memfasilitasi kemitraan (6) diversifikasi produk wisata, terutama produk-produk yang melibatkan penduduk lokal, (7) menggunkan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi sektor swasta dalam meningkatkan peran penduduk lokal, (8) memfasilitasi kemitraan joint venture antara sektor swasta dan masyarakat, (9) menentukan cara yang tepat untuk mendistribusikan pembiayaan kepada masyarakat (10) memonitor dampak sosial, budaya dan lingkungan, (11) membuat kebijakan pro-poor,dan (12) menentukan pilihan strategi untuk segmentasi, pasar dan investor.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 138
B. Rekomendasi Analisis dampak sosial-ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung ini merupakan inisiasi awal untuk dijadikan sebagai data dasar dalam menentukan peran stakholder dalam mengawal pengmbangan destiniasi ini supaya bermanfaat bagi semua pihak terutama masyarakat lokal. Untuk selanjutnya penelitian serupa perlu terus dilakukan dan disempurnakan sehingga diperoleh data berkala yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Untuk itu direkomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Otoritas Kawasan (yang saat penelitian ini belum terbentuk) perlu mengkoordinasikan dinas/instansi terkait guna menye- laraskan program-program peningakatan kapasitas masyarkat, guna memperoleh manfaat dari pengembangan kawasan. 2. Mengintegrasikan survey secara berkala dengan Nesparda agar termo`nitor dampak ekonomi pariwisata yang tidak hanya pada sektor pariwisata akan tetapi pada sektor-sektor pendukungnya, termasuk dampak terhadap penciptaan kesempatan kerja, maka pembangunan pada sektor pariwisata semestinya menjadi tanggung jawab bersama. 3. Agar pengembangan kawasan berdampak positif bagi masya- rakat maka perlu dilakukan upaya-upaya sistematis oleh otorita kawasan bersama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten dan Propinsi untuk (1) meningkatkan jumlah kunjungan melalui promosi pariwisata dan promosi budaya baik di dalam maupun luar negeri, termasuk penyelenggaraan event-event lokal,
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 139
major, mapun event internasional (2) memperpanjang lama tinggal, melalui variasi dan inovasi produk-produk dan atraksi wisata sehingga wisatan memperoleh pangalaman lebih dari apa mereka bayangkan, dan (3) memperbanyak pembelanjaan melalui peningkatan ke-ragaman souvenir, barang-barang consumer, dan produk-produk lokal yang unik yang sesuai dengan selera wisatawan. 4. Sehubungan tingkat pendidikan formal yang relatif masih rendah, dan keterampilan di bidang hospitaliti masih sangat rendah, dengan kebutuhan direct employment 36.000 jiwa, maka otoritas kawasan bersama dengan dinas pendidikan dan kebudayaan serta dinas tenaga kerja, membuka program pendidikan Akademi (Akademi Komunitas) program studi terkait dengan pariwisata, pertanian, perikana/kelautan dan insustri kreatif. Lulusan program akademik komunitas dapat langsug bekerja di bidang bidang yang dibutuhak wisaawan. 5. Otoritas kawasan dengan dinas instansi terkait perlu menyusun program pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan mulai dari perencaan sampai implementasi yang dilakukan multiyears selama 5 tahun. 6. Pemberdayaan per sektor sangat diperlukan guna memenuhi rantai pemasok, seperti pengembangan desa-desa wisata berbasis pertanian (agriwisata) berbasia pantai dan laut (marine tourism) berbasis kebudayaan (culture tourism). Peran Disbudpar dan dinas/instansi terkait sangat diperlukan secara berkesinambungan sekurang-kurangnya tiga tahun sampai desa-desa wisata tersebut bisa bergerak secara mandiri.
Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 140
7. Untuk mencegah pelanggaran budaya, penjualan manusia, serta dampak negatif lainnya perlu dibuatkan regulasi terkait operasional kawasan, baik dalam bentuk Peraturan Daerah atau peraturan lainnya.