Anda di halaman 1dari 149

ANALISIS DAMPAK SOSIAL-

EKONOMI KAWASAN EKONOMI


KHUSUS PARIWISATA TANJUNG
LESUNG


LAPORAN AKHIR I

















DINAS KEBUDAYAAN DAN
PARIWISATA
PROVINSI BANTEN TA 2013
JULI, 2013



SAMBUTAN KEPALA DINAS KEBUDYAAN DAN
PARIWISATA PROVINSI BANTEN
Assalamu alaikum warohmatullahi wabarakatuh
uji dan syukur kita panjangkan ke hadirat Allah Rabbul Gafur
yang atas ijin-Nya jualah Tanjung Lesung ditetapklan sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata pertama di Indonesia
melalui Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 2012. Dengan
diterbitkannya peraturan tersebut, diharapkan Provinsi Banten menjadi
magnitude percepatan pembangunan MP3EI di wilayah banten. Dengan
ditetapkannya wilayah seluas 1.500 ha, diharapkan mampu menarik para
investor, terutama investor asing untuk berinvestasi dan menciptakan
lapangan kerja. Hal tersebut terjadi karena adanya berbagai kemudahan
yang diperoleh para investor antara lain dalam bentuk kemudahan di
bidang fiskal, perpajakan dan kepabeanan. Di samping itu, kemudahan
yang bersifat non-fiskal seperti kemudahan birokrasi, pengaturan khusus
ketenagakerjaan dan keimigrasian, serta pelayanan yang efisien dan
ketertiban di dalam kawasan.
Luaran dari kegiatan ini adalah dokumen hasil riset yang merupakan
informasi empiris tentang dampak sosial-ekonomi pengembangan KEK-
TL tahun anggaran 2013. Selain itu, pemetaan atas dampak sosial
ekonomi, serta rekomendasi tindak lanjut optimalisasi pemanfaatan
kawasan bagi perkembangan sosial-kultural ekonomi masyarakat.
Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada peneliti dan tim yang
telah melakukan penelitian ini.
Serang, Oktober 2013
Kepala Dinas

P
i

KATA PENGANTAR
uji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa,
karena atas perkenan-Nya penelitian ANALISIS DAMPAK
SOSIAL-EKONOMI KAWASAN EKONOMI KHUSUS
PARIWISATA TANJ UNG LESUNG dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang diharapkan.
Seperti diketahui bersama, KEK Pariwisata Tanjung Lesung yang
telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 tahur 2012, saat ini
masih dalam proses persiapan, yang diharapkan mulai beroperasi tahun
2015. Namun demikian, analisis ini dilaksanakan guna mengantisipasi
dan mendorong kesiapan masyarakat terhadap perubahan status kawasan
tersebut. Penelitian yang dilaksanakan ini terlaksana berkat dukungan
penuh para peneliti dari Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid J akarta di
Tangerang Selatan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para Kepala Dinas
Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten terutama Kepala Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang, Pengelola KEK Pariwisata
Tanjung Lesung yang telah membantu kegiatan penelitian ini.
Akhir kata, semoga hasilkajian ini bermanfaat bagi pengem-bangan
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di masa yang akan datang.
Serang, J uli 2013
Penyusun

P
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN KEPALA DINAS KEBUDYAAN DAN PARIWISATA
PROVINSI BANTEN ............................................................................................... I
KATA PENGANTAR .............................................................................................. I
RINGKASAN EKSEKUTIF ............... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
DAFTAR ISI ........................................................................................................... II
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ..................................... 4
C. Tujuan dan Sasaran Subjek Penelitian ................................................... 7
D. Luaran (Output) ...................................................................................... 8
E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 9
F. Sistematika Pelaporan ............................................................................. 9
BAB 2 TELAAH LITERATUR ............................................................................ 10
A. Pentingnya Pengembangan Pariwisata ................................................. 10
B. Potensi Manfaat dari Pengembangan Pariwisata .................................. 13
C. Dampak Pengembangan Pariwisata ...................................................... 17
Dampak Ekonomi ......................................................................... 18 1.
Dampak Sosial [-budaya] Pariwisata ............................................ 27 2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dampak Sosial 3.
Pariwisata ..................................................................................... 31
D. Metode dan Pendekatan dalam Penilaian Dampak
Pengembangan Pariwisata .................................................................. 43
E. Optimalisasi Manfaat, Minimalisasi Dampak Negatif
Pengembangan Pariwisata bagi Masyarakat Lokal............................. 46
F. Kerangka Berfikir Penelitian ................................................................. 47
BAB 3 DESAIN PENELITIAN ............................................................................ 49
A. Metode Penelitian dan Ruang Lingkup Unit Analisis .......................... 49
B. Teknik Sampling dan Prosedur Pengumpulan Data ............................. 49
C. Metode Analisis Data............................................................................ 50
D. Dasar Hukum ........................................................................................ 50
E. Rancangan Kerja Pelaksanaan Penelitian ............................................. 51
F. Tahapan Pekerjaan ................................................................................ 52
Pra Persiapan dan Persiapan ......................................................... 52 1.
Analisis dan Pelaporan.................................................................. 53 2.
ii


BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................... 55
A. Gambaran Umum Pariwisata Provinsi Banten ................................... 55
B. Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan KEK Pariwisata
Tanjung Lesung .................................................................................. 69
C. Sekilas tentang KEK Pariwisata Tanjung Lesung .............................. 74
D. Gambaran Umum dan Deskripsi Hasil Penelitian .............................. 77
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 77 1.
Profil Demografi Responden ........................................................ 79 2.
Kesiapan Masyarakat Penyangga dalam Mengantisipasi 3.
Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata .................. 85
E. Dampak Sosial-[budaya]-Lingkungan Pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung .................................... 98
Dampak Sosial Pariwisata............................................................. 99 1.
Dampak Pariwisata terhadap Budaya dan Lingkungan di 2.
Tanjung Lesung .......................................................................... 110
Tanggapan masyarakat terhadap dampak sosial 3.
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung .......................................................................... 112
F. Dampak Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung ................................................................................ 116
Sekilas Dampak Ekonomi Pariwisata di Provinsi Banten ........... 116 1.
Manfaat Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata 2.
Tanjung Lesung .......................................................................... 117
G. Strategi Peningakatan Kapasitas Masyarakat dalam
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata .................... 131
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................ 135
A. Kesimpulan ......................................................................................... 135
B. Saran Rekomedasi............................................................................... 138
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 141




DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Potensi Manfaat Ekonomi, Sosial/budaya, dan Lingkungan
Pariwisata ............................................................................... 13
Tabel 2-2 Tantangan Pengembangan Pariwisata....................................... 15
Tabel 2-3 Dampak Sosial-Budaya Pariwisata ........................................... 28
Tabel 4-1 Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Banten Periode 2008-2012 . 57
Tabel 4-2 J umlah Akomodasi, Rata-rata Pekerja dan J umlah Tamu per
Hari ke Provinsi Banten, Tahun 2009-2012 .............................. 59
Tabel 4-3 Rata-rata konsumsi wisatawan domestik di Banten tahun
20092010 .............................................................................. 67
Tabel 4-4 Rata-rata konsumsi wisatawan mancanegara di Provinsi
Banten, tahun 2009 2010 ...................................................... 68
Tabel 4-5 Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Pandeglang 2008-2012* . 70
Tabel 4-6 Kunjungan Tamu Wisata ke Tanjung Lesung* ......................... 72
Tabel 4-7 Responden berdasarkan tempat tinggal dan tempat lahir ........... 80
Tabel 4-8 Responden berdasarkan pekerjaan (mata pencaharian) .............. 84
Tabel 4-9 Pengetahuan terhadap Tanjung Lesung sebagai KEK
Pariwisata ............................................................................... 87
Tabel 4-10 Pengetahuan responden atas penetapan kawasan Tanjung
Lesung sebagai KEK Pariwisata menurut tempat lahir ............. 88
Tabel 4-11 Berapa lama tinggal di kampung ini? ....................................... 89
Tabel 4-12 Pengetahuan responden tentang KEK Pariwisata menurut
tempat tinggal ......................................................................... 91
Tabel 4-13 Pengetahuan responden terhadap KEK Pariwisata berdasarkan
keterkaitan aktifitasnya dengan industri.................................... 92
Tabel 4-14 Pengetahuan tentang KEK menurut interaksi dengan
wisatawan ............................................................................... 94
Tabel 4-15 Berapa kali anda melakukan perjalanan wisata ke luar daerah
dalam 12 bulan terakhir? ......................................................... 95
Tabel 4-16 Pengetahuan tentang KEK menurut frekuensi responden yang
melakukan perjalanan wisata dalam 12 bulan terakhir ............... 96
Tabel 4-17 Apakah anda pernah terlibat dalam membuat keputusan terkait
pengembangan pariwisata di wilayah kampung anda?............... 98
Tabel 4-18 Perubahan pasar kerja di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif) 100
Tabel 4-19 Pariwisata banyak menciptakan pekerjaan bagi masyarat ........ 102
Tabel 4-20 Perubahan Struktur Masyarakat di Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan
normatif) ............................................................................... 103


Tabel 4-21 Pariwisata telah menyebabkan pengeluaran rumah tangga
meningkat ............................................................................. 104
Tabel 4-22 Standar hidup telah meningkat pesat karena pariwisata ........... 104
Tabel 4-23 Harga-harga barang dan jasa telah meningkat karena
pariwisata ............................................................................. 104
Tabel 4-24 Dampak negatif sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (berdasarkan analisis
kualitatif dan normatif) .......................................................... 105
Tabel 4-25 Pariwisata telah menghasilkan pertukaran budaya lebih antara
wisatawan dan penduduk ....................................................... 107
Tabel 4-26 Pariwisata telah menghasilkan dampak positif terhadap
identitas budaya komunitas kami ........................................... 108
Tabel 4-27 Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap dampak
sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung .................................................................... 113
Tabel 4-28 Analisis Kualitatif Dampak Sosial Budaya ............................. 115
Tabel 4-29 Total Konsumsi Wisatawan Tahun 2008 - 2010 (J uta Rupiah) 117
Tabel 4-30 Prakiraan penerimaan devisa pada pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung ......................... 120
Tabel 4-31 Responden yang berusaha di sektor pariwisata ....................... 129
Tabel 4-32 Analisis Kualitatif Dampak Sosial Ekonomi ........................... 130




DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Potensi Manfaat Pariwisata bagi Masyarakat Lokal .................. 15
Gambar 2-2 Potensi Dampak Negatif Pariwisata Terhadap Masyarkat Lokal 17
Gambar 2-3 Ilustrasi Penghitungan Dampak Ekonomi Pariwisata ................ 24
Gambar 2.3 Dampak Sosial-Budaya Pariwisata dalam Kerangka Perubahan
Sosial ...................................................................................... 31
Gambar 2-4 Kerangka Penelitian Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung ............ 48
Gambar 4-1 Diagram pencar kunjungan wisatawan domestik dan
mancanegara ke Provinsi Banten, 2008-2012. .......................... 58
Gambar 4-2 Trend tamu Indonesia yang menginap di hotel berbitang dan
hotel non bintang di Provinsi Banten, 2003-2011 (BPS, 2013) .. 61
Gambar 4-3 Trend tamu asing menginap di hotel bintang dan non bintang
di Provinsi Banten, tahun 2003-2011........................................ 63
Gambar 4-4 Trend total tamu menginap di hotel di Provinsi Banten tahun
2003-2011............................................................................... 64
Gambar 4-5 Rata-rata lama tinggal tamu Indonesia dan tamu Asing yang
menginap di hotel bintang dan non bintang di Provinsi Banten
tahun 2004-2011 (BPS, 2013; diolah) ...................................... 65
Gambar 4-6 Kunjungan Tamu ke Tanjung Lesung, tahun 1997-2012 ........... 71
Gambar 4-7 Kunjungan wisatawan ke KEK Pariwisata Tanjung Lesung
2011 dan 2012......................................................................... 73
Gambar 4-8 Responden berdasarkan jender ................................................. 81
Gambar 4-9 Responden berdasarkan tingkat pendidikan .............................. 82
Gambar 4-10 Responden menurut kelompok usia .......................................... 83
Gambar 4-11 Responden menurut pendapatan per bulan ................................ 84
Gambar 4-12 Prakiraan dampak pengembangan KEK Pariwisata Tanjung
Lesung .................................................................................. 123
Gambar 4-13 Prakiraan dampak Sosial Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata Tanjung Lesung .................................................... 125




BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pariwisata di Provinsi Banten sebagai
penyangga ibukota negara, diperkirakan akan menjadi penggerak
pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami peningkatan. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan jumlah kunjungan ke berbagai
objek, daya tarik dan atraksi wisata di Provinsi Banten yang terus
tumbuh. Sebagai contoh, pada tahun 2010 jumlah wisatawan
nusantara tercatat mengalami peningkatan 5,96 persen dari tahun
2009, dan pada tahun yang sama wisatawan mancanegara
mengalami kenaikan 26,39 persen. Kenaikan kunjungan tersebut
berdampak terhadap perekonomian Provinsi Banten baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, aktivitas
kepariwisataan di Provinsi Banten telah memberikan kontribusi
terhadap nilai tambah bruto sebesar Rp 6,04 triliun pada tahun
2010. Angkutan pariwisata dan restoran tercatat sebagai pe-
nyumbang terbesar yang disusul perhotelan
1
. Sedangkan dampak
non-ekonomi seperti sosial-budaya, antara lain telah tumbuhnya
kesadaran terhadap pentingnya budaya dan produk kebudayaan
sebagai asset pariwisata, melalui terinventarisasinya berbagai
industri kreatif hasil karya seni dan budaya masyarakat Banten
2
.
1
Lih. Nesparda, Provinsi Banten, 2010
2
Lih. Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah (RIPKD, 2013-2027). Dinas Kebudayan dan
Pariwisata Provinsi Banten, 2012.
1


Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 2

Peningkatan tersebut diharapkan akan lebih tinggi lagi
mengingat Provinsi Banten yang saat ini sebagai salah satu
wilayah penyangga antara pulau J awa dan Sumatra dalam strategi
MP3EI 2011-2025, akan menjadi magnitude pertumbuhan dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 2012.
Berdasarkan Peraturan tersebut, wilayah Tanjung Lesung di
Banten Selatan, telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK
3
) Zona Pariwisata. Pada dasarnya penetapan KEK-
TL disiapkan untuk membuat lingkungan yang kondusif bagi
akitivitas investasi, ekspor, dan perdagangan yang terkait dengan
kepariwisataan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta
sebagai katalis reformasi ekonomi. Selain itu, KEK Tanjung
Lesung juga diharapkan mampu menarik para investor, terutama
investor asing untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja.
Usaha menarik investor tersebut dilakukan melalui berbagai
kemudahan yang diperoleh para investor antara lain dalam bentuk
kemudahan di bidang fiskal, perpajakan dan kepabeanan.
Kemudahan yang bersifat non-fiskal juga diperoleh KEK dalam
bentuk kemudahan birokrasi, pengaturan khusus ketenagakerjaan
dan keimigrasian, serta pelayanan yang efisien dan ketertiban di
dalam kawasan. Selain bagi investor, di dalam setiap KEK
disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM),
dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai
pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK
4
. Hal
tersebut ditujukan untuk membuka peluang sebesar-besarnya bagi
3
Kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah NKRI untuk menyelenggarakan fungsi perekonmian yang
bersifat khusus dan memperoleh fasilitas tertentu. Perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi
lainnya, selain kemudahan yang diberikan adalah tingginya peran Pemerintah Daerah, baik dalam
pengelolaannya maupun dalam penyediaan infrastruktur dan lahan.
4
Lih. UU No. 39/2009, pasal 3 ayat (3)




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 3

masyarakat sekitar kawasan untuk berusaha dan bekerja dari
aktivitas kepariwisataan di lingkungan KEK. Dengan demikian,
secara otomatis, KEK akan berdampak terhadap ekonomi secara
signifikan yang disumbangkan oleh sektor pariwisata.
Secara akademis, dampak ekonomi pengembangan pariwisata
dapat ditelaah dari (1) seberapa besar pengeluaran wisatawan di
destinasi, (2) sejauhmana pariwisata dapat menggerakan bisnis
lokal, (3) seberapa besar pendapatan pariwisata dapat
meningkatkan pendapatan rumah tangga dan usaha kecil dan
menengah, (4) seberapa banyak pariwisata dapat menciptakan
lapangan kerja dan usaha baru (5) berapa kontribusi pajak dari
pariwisata. Sedangkan terhadap aspek sosial, dampak tersebut
dapat ditelaah dari adanya peningkatan (1) kualitas hidup, (2) rasa
kebanggaan terhadap kampung tempat tinggalnya, (3) citra
destinasi (4) kesempatan kerja (5) infrastruktur lokal dan (6)
kesempatan rekreasi
5
.
Selain berdampak positif, pemberlakuan status KEK bagi
suatu daerah, juga memiliki potensi negatif dengan adanya
pengurangan pendapatan pajak akibat adanya insentif fiskal, dan
dapat mengancam kawasan industri yang telah ada untuk pindah
ke KEK. Selain itu, disparitas income antara kawasan dan di luar
kawasan, sering kali dan berdampak pada kesenjangan sosial. Hal
tersebut dapat terjadi karena dampak negatif secara ekonomi yang
menurut Kajian Creag
6
terjadi akibat meningkatnya (1) harga
barang dan jasa (2) harga tanah dan perumahan, (3) biaya hidup,
5
Fredline, L., J ago, L., & Deery, M. (2003). The development of a generic scale to measure the social
impacts of events. Event Management, 8, 23-37.
6
Kreag, G. (2001). The impacts of tourism. Minnesota Sea Grant. Retrieved November 15, 2010, from
http://www.seagrant.umn.edu/tourism/pdfs/ImpactsTourism.pdf.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 4

(4) potensi tenaga kerja impor (5) biaya infrastruktur tambahan
(air, saluran pembuangan, listrik, bahan bakar, medis) (6)
pemeliharaan jalan dan sistem transportasi, (7) risiko
pengangguran terselubung pada kondisi musiman, (8) peralihan
fungsi lahan untuk kepentingan ekonomi, (9) keuntungan ekspor
yang diperoleh langsung oleh pemilik dan (10) jumlah pekerjaan
dengan upah buruh rendah. Perbedaan ekonomi yang mencolok
antara masyarakat penyangga kawasan dan di dalam kawasan,
akan berdampak disparitas income yang berujung pada masalah
sosial dan budaya. Dampak sosial akan lebih cepat terjadi dalam
struktur sosial masyarakat terutama penyesuaian terhadap
ekonomi. Sedangkan dampak budaya akan terjadi dalam waktu
yang cukup panjang sebagai bentuk perubahan persepsi, norma-
norma dan standar hidup, yang secara bertahap muncul dalam
hubungan sosial masyarakat
7
.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian
Seperti diketahui bersama, bahwa kawasan pariwisata
Tanjung Lesung (TL) sudah menjadi destinasi wisata jauh
sebelum resmi ditetapkan sebagai KEK pada tahun 2012. Usaha
menciptakan hubungan antara pengelola kawasan dengan
masyarakat penyangga telah dilakukan berbagai aktivitas sosial
diantaranya melalui corporate philantrhopy, dan socially
responsible business practice. Bentuk nyata dari kedua aktifitas
sosial tersebut antara lain (1) pembangunan kawasan wisata agro
kebun salak, (2) mendorong pengembangan usaha kerajinan, (3)
7
Murphy, P. E. (1985). Tourism: A community approach. London: Methuen & Co. Ldt.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 5

menumbuhkan seni budaya lokal melalui pementasan pada event-
event yang dilaksanakan oleh pengelola, (4) menjaga kelestarian
kawasan pantai
8
. Namun usaha yang dilakukan tersebut belum
memadai untuk menyiapkan masyarakat sebagai menjadi tuan
rumah di suatu destinasi pariwisata. Hal tersebut dapat dilihat dari
(1) masih terdapat kesenjangan antara harapan masyarakat di
sekitara lokasi dengan apa yang dilakukan pihak pengelola
9
, (2)
masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memaknai
pariwisata, (3) masih belum ada upaya penyiapan masyarakat
secara terintegrasi melalui usaha peningkatan kompetensi kerja
yang terkait dengan pariwisata dan (4) belum adanya bantuan
pengembangan dan pemasaran atraksi wisata, kesenian dan
budaya
10
.
Adanya gap antara apa yang dilakukan oleh pengelola dengan
masyarakat menunjukkan masih belum dirasakannya dampak dari
penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) zona Pariwisata
Tanjung Lesung. Sebagai KEK, tentunya Tanjung Lesung
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang dampaknya harus dapat
dirasakan oleh masyarakat di kawasan penyangga. Perubahan
cara pandang masyarakat dalam mensikapi perubahan status
kawasan perlu dipayakan secara berkelanjutan agar dapat
beradaptasi dengan perubahan. Dampak negatif dari
meningkatnya interaksi wisatawan dengan masyarat yang
memiliki latar belakang status sosial dan berragam budaya perlu
diantisipasi. Akseptansi masyarakat terhadap perubahan perlu
8
Lih. Laporan Akhir Studi Kelayakan KEK Tanjung Lesung di Wilayah banten Selatan.
9
Ibid.
10
Lih. Laporan monitoring ke Kampung Cikadu dan Cipanon desa Tanjungjaya, J uni 2012 oleh Hari
Yandrianto dan Elda Supriatna (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Provinsi Banten).




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 6

didorong agar tercipta iklim yang kondusif untuk pertumbuhan di
KEK.
Selain itu, sampai saat ini belum tersedia informasi dan data
dasar (baseline) untuk menggambarkan situasi terkini terkait
kesiapan masyarakat penyangga KEK dalam mengantisipasi
beroperasinya KEK dalam kurun dua tahun ke depan. Baseline
yang akurat dan valid sangat berguna untuk memonitor dampak
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat penyangga kawasan KEK
agar masyarakat dapat memperolah manfaat maksimal dan
menekan dampak negatif dari berkembangnya pariwisata di
Tanjung Lesung.
Berkaitan dengan hal tersebut, pertanyaan penelitian yang
diajukan dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Sejauhmana kesiapan masyarakat penyangga KEK dalam
mengantisipasi potensi dampak sosial-ekonomi di KEK
Tanjung Lesung?
2. Bagaimana peran keterlibatan anggota masyarakat penyangga
KEK dalam kegiatan pariwisata di KEK?
3. Sejauhmana masyarakat penyangga KEK dapat memperoleh
manfaat dari pengembangan KEK Tanjung Lesung?
4. Potensi dampak sosial-ekonomi apa saja yang dapat timbul
karena pengembangan KEK Tanjung Lesung?
5. Apa strategi yang dapat diambil untuk memaksimalkan
peluang dan manfaat dan meminimalkan dampak negatif
pengembangan pariwisata bagi masyarakat setempat?



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 7

C. Tujuan dan Sasaran Subjek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris
bagaimana dampak sosial-ekonomi dari pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung terhadap masyarakat
penyangga KEK. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh gambaran kesiapan masyarakat penyangga KEK
dalam mengantisipasi potensi dampak sosial ekonomi di KEK
Tanjung Lesung.
2. Mengetahui peran keterlibatan anggota masyarakat penyangga
KEK dalam kegiatan pariwisata di KEK.
3. Mendapatkan gambaran bagaimana masyarakat penyangga
KEK dapat memperoleh manfaat dari pengembangan KEK
Tanjung Lesung.
4. Mengidentifikasi dampak sosial ekonomi baik dampak positif
maupun negatif yang dapat timbul karena pengembangan KEK
Tanjung Lesung.
5. Merumuskan rekomendasi strategi yang dapat diambil untuk
memaksimalkan peluang dan manfaat dan meminimalkan
dampak negatif pengembangan pariwisata bagi masyarakat
penyangga KEK.
Adapun sasaran subjek dari penelitian ini adalah masyarakat
di penyangga KEK Tanjung Lesung, yang terdiri dari kepala
keluarga, tokoh masyarakat (non formal leader), UMKM
termasuk pengelola usaha jasa pariwisata, di Desa Tanjungjaya
Kecamatan Panimbang. Selain itu, beberapa pemangku



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 8

kepentingan yang terkait langsung dengan pengembangan
kawasan antara lain:
- Perangkat Pemerintah Daerah baik provinsi Banten maupun
Kabupaten Pandeglang;
- Perusahaan Badan Pengelola Kawasan,
- Badan Pengawas Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung,
- Asosiasi industri pariwisata (PHRI, ASITA, HPI) dan Lembaga
Swadaya Masyarakat.
D. Luaran (Output)
Penelitian tentang dampak analisis dampak sosial-ekonomi
pengembangan KEK-TL tahun anggaran 2013 merupakan suatu
dokumen hasil penelitian empiris yang memuat informasi kondisi
eksisting masyarakat penyangga KEK Tanjung Lesung, ditinjau
dari indikator dampak pengembangan pariwisata terhadap soial-
ekonomi masyarakat. Informasi lain yang dimuat dalam dokumen
ini adalah penentuana data dasar (baseline) untuk mengukur
indikator-indikator dampaknya terhadap ekonomi sosial dan
budaya masyarakat.
Melalui berbagai analisis dan opini pakar, akan dirumuskan
rekomendasi strategi yang dapat diambil untuk memaksimalkan
peluang dan manfaat dan meminimalkan dampak negatif
pengembangan pariwisata bagi masyarakat penyangga KEK
melalui berbagai instrumen fasilitasi dan pembinaan bagi
masyarakat.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 9

E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian tentang dampak yang diajukan tidak terkait
langsung dengan implementasi KEK, karena KEK sendiri baru
ditetapkan setahun lalu. Indikator dari potensi dampak sosial-
ekonomi KEK dinilai berdasarkan persepsi masyarakat, karena
beberapa indikator belum belum terjadi. Pengukuran Dampak
Ekonomi juga tidak dilakukan dengan menghitung kontribusi
pariwisata terhadap keseluruhan kegiatan ekonomi di destinasi,
namun lebih bersifat pada beberapa indikator penggerak
pertumbuhan ekonomi, estimasi dampak dan persepsi masyarakat
terhap pariwisata dan kegiatan ekonomi.
F. Sistematika Pelaporan
Pelaporan ini dibagi ke dalam lima bab yang merupakan
sistematika umum dipakai sebagai penelitian empiris. Mulai dari
latar belakang studi, identifikasi dan perumusan masalah.
Selanjutnya telaah literatur terkait digunakan untuk menggali
berbagai variabel kajian terkait, desain penelitian, pembahasan
hasil dan kesimpulan serta rekomendasi untuk tindak lajut
pembinaan dan fasilitasi di masa yang akan datang.



BAB 2
TELAAH LITERATUR
A. Pentingnya Pengembangan Pariwisata
Spillane (1993), mengutif pernyataan IUOTO (International
Union of Official Travel Organization), menyatakan delapan
alasan pengembangan pariwisata yaitu: (1) Pariwisata sebagai
faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun
international, (2) pemicu kemakmuran melalui perkembangan
komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya,
(3) perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial
agar bernilai ekonomi, (4) pemerataan kesejahteraan yang
diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan di destinasi wisata,
(5) penghasil devisa, (6) pemicu perdagangan international, (7)
pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan
profesi pariwisata maupun lembaga yang khusus yang membentuk
jiwa hospitaliti yang handal dan santun, serta (8) pangsa pasar
bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus
berkembang, seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu
destinasi.
Sementara itu, Indonesia memiliki kepentingan dalam
pengembangan pariwisata karena pariwisata diharapkan dapat
11
:
11
Sapta Nirwandar, 2011 Pembangunan Sektor Pariwisata: Di Era Otonomi Daerah, di unduh pada 5 April
2013 pada http://www.scribd.com/doc/35092726/440-1257-
PEMBANGUNANSEKTORPARI WISATA1

10


Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 11

a. Menjadi pemersatu bangsa, melalui usaha menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa. Pariwisata dianggap mampu
memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia melalui kegiatan perjalanan
wisata yang dilakukan oleh penduduknya ke seluruh penjuru
negeri. Dampak yang diharapkan, dengan banyaknya
warganegara yang melakukan kunjungan wisata di wilayah-
wilayah selain tempat tinggalnya akan menimbulkan rasa
persaudaraan dan pengertian terhadap sistem dan filosofi
kehidupan masyarakat yang dikunjungi sehingga akan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional.
b. Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation). Pembangunan
pariwisata diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja.
Kunjungan wisatawan ke suatu daerah diharpkan mampu
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Harapannya adalah bahwa
pariwisata harusnya mampu memberi andil besar dalam
penghapusan kemiskinan di berbagai daerah yang miskin
potensi ekonomi lain selain potensi alam dan budaya bagi
kepentingan pariwisata.
c. Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development).
Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan
alam, kekayaan budaya dan keramah tamahan dan pelayanan,
sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan untuk
menyokong kegiatan ini. Artinya penggunaan sumberdaya
yang habis pakai cenderung sangat kecil sehingga jika dilihat



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 12

dari aspek keberlanjutan pembangunan akan mudah untuk
dikelola dalam waktu yang relatif lama.
d. Pelestarian Budaya (Culture Preservation). Pembangunan
kepariwisataan diharapkan mampu berkontribusi nyata dalam
upaya-upaya pelestarian budaya suatu negara atau daerah yang
meliputi perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan
budaya negara ataudaerah. UNESCO dan UN-WTO dalam
resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah menyatakan
bahwa kegiatan pariwisata merupakan alat utama pelestarian
kebudayaan. Dalam konteks tersebut, sudah selayaknya bagi
Indonesia untuk menjadikan pembangunan kepariwisataan
sebagai pendorong pelestarian kebudayaan diberbagai daerah.
e. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi Manusia.
Pariwisata pada masa kini telah menjadi kebutuhan dasar
kehidupan masyarakat modern. Pada beberapa kelompok
masyarakat tertentu kegiatan melakukan perjalanan wisata
bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi manusia khususnya
melalui pemberian waktu libur yang lebih panjang dan
skema paid holidays.
f. Peningkatan Ekonomi dan Industri. Pengelolaan
kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan diharapkan
mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di
suatu destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan produk lokal
dalam proses pelayanan di bidang pariwisata akan juga
memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan
dalam penyediaan barang dan jasa.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 13

g. Pengembangan Teknologi. Dengan semakin kompleks dan
tingginya tingkat persaingan dalam mendatangkan wisatawan
ke suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya
teknologi industri akan mendorong destinasi pariwisata
mengembangkan kemampuan penerapan teknologi terkini
mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan terjadi
pengembangan teknologi maju dan tepat guna yang akan
mampu memberikan dukungan bagi kegiatan ekonomi lainnya.
Dengan demikian pembangunan kepariwisataan akan
memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintahan di
berbagai daerah yang lebih luas dan bersifat fundamental.
Kepariwisataanakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
pembangunan suatu daerah dan terintegrasi dalam kerangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
B. Potensi Manfaat dari Pengembangan Pariwisata
Bagi masyarakat, pengembangan pariwisata memiliki potensi
manfaat secara ekonomi, sosial/kulural dan lingkungan. Secara
umum ketiga potensi manfaat tersebu seperti pada [Tabel 2-1]
berikut ini:
Tabel 2-1
Potensi Manfaat Ekonomi, Sosial/budaya, dan Lingkungan Pariwisata
Ekonomi Sosial/budaya Lingkungan
Melindungi dan menjadi sumber pendapatan bagi lingkungan dan memelihara warisan
budaya
Meningkatkan citra suatu daerah untuk menarik investor dari luar industri pariwisata,
melalui peningkatan kunjungan wisatawan ke destinasi
Katalis yang signifikan untuk
pertumbuhan ekonomi dan
penyerapan tenaga kerja serta
Mendorong
pembangunan,
pengembangan dan
Meningkatkan kesadaran untuk
menjaga dan melindungi
lingkunan alam di destinasi,



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 14

peningkatan permintaan bagi
bisnis di luar usaha pariwisata
pemeliharaan
fasilitas destinasi
lokal
serta kepedulian terhadap
pentingnya ekosistem lokal
Mendukung dan membantu memelihara layanan lokal
seperti toko ritel, akomodasi dan rumah makan
Mendukung dilaksanakannya
program event, pertunjukan
seni-budaya, olah raga dan
kegiatan desa berkelanjutan
Menyediakan peningkatan keterampilan dalam bidang
pariwisata serta mendorong peluang usaha peningkatan
kompetensi tenaga kerja bagi penduduk lokal
Membantu mengembangakan
keunikan komunitas lokal
supaya lebih percaya diri dan
bangga dengan lingkungan
lokalnya
Menyediakan kesempatan bagi mereka yang mencari
pekerjaan tambahan atau paruh waktu

Membuka peluang untuk
pengembangan partisipasi
masyarakat dalam menjaga
lingkungannya
Mendorong masyarakat lokal untuk memperoleh
kesempatan berwisata di darehnya dengan
memanfaatkan waktu luang
Mendorong penghargaan atas
keragaman budaya
Mendorong peningkatan dan penggunaan kembali
lahan serta perbaikan lahan kumuh

Menarik masuknya sumber-sumber dari luar wilayah ke
pasar lokal


Secara ringkas, potensi manfaat pariwisata bagi masyarakat
seperti ilustrasi berikut:



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 15


Gambar 2-1
Potensi Manfaat Pariwisata bagi Masyarakat Lokal
Sementara pariwisata dapat membawa banyak kesempatan
dan manfaat, ada potensi 'kerugian' bahwa masyarakat perlu
menyadari dan mengembangkan strategi untuk mengatasi Tabel
2-2]
Tabel 2-2
Tantangan Pengembangan Pariwisata
Ekonomi Sosial/Budaya
Sumberdaya Alam
dan Lingkungan
Pariwisata merupakan multi-sektor yang memerlukan koordinasi sangat kompleks dalam
menjalankannya
Pengeluaran pariwisata tergantung pada kondisi sosial, ekonomi
dan faktor lain. Nilai tukar mata uang sangat berpengaruh
terhadap pengeluaran wisatawan, baik lokal maupun
mancanegara.
Penggunaan laah
untuk infrastruktur
termasuk jalan dan
lahan parkir
Kondisi ekonomi suatu negara, akan
berpengaruh terhadap penurunan
daya beli masyarakatnya dan
berdampak pada penundaan
berwisata sehingga jumlah
wisatawan menurun.
Pariwisata menjadi sektor
yang tidak menarik akibat
jam kerja yang berlebih
(unsocial hours), bersifat
musiman dan kerja paruh
waktu
Menimbulakan
tekanan tambahan
bagi lingkungan,
karenanya perlu
pengelolaan
pengunjung secara



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 16

effektif
Permintaan yang bersifat musiman dan beragam dalam siklus
mingguan dapat berdampak pada mobilitas tenaga kerja
Memerlukan fasilitas
untuk melakukan
aktifitas pada kondisi
berbagai cuaca
Memerlukan investasi
dari pemerintah lokal
dalam
mengembangkan
wilayah

Adanya manfaat dan tantangan di atas memberikan gambaran
bahwa pengembangan pariwisata bagaikan mengelola api
12
di
mana orang dapat memanfaatnya untuk kemaslahatan masyarakat
namun di satu sisi dapat menimbulkan madorot jika
pengelolaannya tidak efektif.
Adapun dampak negatif pengembangan pariwisata dapat
digambarkan sebagaimana pada gambar di bawh ini.
12
Asian Proverb




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 17


Gambar 2-2
Potensi Dampak Negatif Pariwisata Terhadap Masyarkat Lokal
C. Dampak Pengembangan Pariwisata
Pesatnya pertumbuhan pariwisata dan potensinya mendorong
banyak negara memanfaatkannya sebagai alat pembangunan.
Interaksi langsung antara wisatawan, para pengusaha pariwisata,
masyarakat di mana wisatawan berkunjung dan pemerintah
setempat. Interaksi ini secara langsung melibatkan kegiatan yang
menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa
berbagai dampak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan kata lain, pariwisata sebagai pemicu perubahan ekonomi,
sosial, budaya dan lingkungan, mempunyai energi dobrak sangat
besar yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami
metamorpose dalam berbagai aspeknya.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 18

Dampak Ekonomi 1.
Besarnya pertumbuhan pariwisata telah mendorong para ahli
untuk melakukan studi tentang dampak pariwisata yang dimulai
sejak akhir tahun 1970-an
13
. Penelitian difokuskan pada upaya
bagaimana mengukur dampak ekonomi ekonomi, sosial, budaya
dan lingkungan. Contohnya, penelitian Sebastian dan
Rajagopalan
14
meneliti peluang penciptaan kesempatan kerja dari
pariwisata. Selain itu, masyarakat lokal lebih cenderung
menganggap pariwisata sebagai alat untuk mengurangi
pengangguran karena aktivitas pariwisata menciptakan peluang
pekerjaan baru yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan
individu, masyarakat dan pemerintah
15
.
Namun merupakan tantangan dalam mengukur dampak
ekonomi pariwisata karena sebagian sifat pariwisata
terfragmentasi, yakni mencakup berbagai industri, dan sebagian
tidak adanya output yang jelas. Hal ini terlihat adanya kesulitan
pemerintah dalam mengidentifikasi manfaat pariwisata ke dalam
account dibandingkan dengan menentukan output dari industri
tradisional yang jauh lebih mudah (Spurr, 2006)
16
.
Crompton (2006)
17
, Egan & Nield (2000)
18
memberikan
catatan bahwa banyak publikasi ilmiah dan "non-ilmiah" yang
13
(Lankford, 1994)
14
Sebastian, L.M., Rajagopalan, P. (2009) Socio-cultural transformations through tourism: A
comparison of residents' perspectives at two detinations in Kerala, India, Journal of Tourism and Cultural
Change, no.7(1), pp.5-21.
15
Gursoy, D., J urowski, C., & Uysal, M. (2002). Resident Attitudes: A Structural Modeling Approach.
Annals of Tourism Research, 29 (1), 79-105.
16
The Tourism Satellite Accounts (TSA), built on an Input-Output table, has been one solution for
governments. Lih. Spurr (2006) untuk lebih detil tentang TSA.
17
Crompton, J . L. (2006). Economic Impact Studies: Instruments for Political Shenanigans? J ournal of
Travel Research, 45(1), 67-82.
18
Egan, D., & Nield, K. (2000). The economic impact of tourism - A critical review. In M. Robinson, R.
Sharpley, N. Evans, P. Long & J . Swarbrooke (Eds.), Developments in urban and rural tourism (pp. 85-
91, 326 s.). Sunderland: Centre for Travel and Tourism in association with Business Education
Publishers.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 19

merupakan studi dampak ekonomi digunakan sebagai
mempromosikan proyek-proyek dan inisiatif tentang
Kepariwisataan oleh para pengusaha, pembuat kebijakan dan
politisi. Hal tersebut misalnya digunakan untuk melegitimasi
kebijakan atau untuk menarik subsidi melalui dana eksternal
(negara, Uni Eropa, regional, sponsor swasta dll) dalam rangka
mengembangkan suatu kawasan.
Dengan tidak mengabaikan catatan di atas, dari sisi ekonomi,
kunjungan wisatawan memberikan berkontribusi terhadap
penjualan destinasi, revenue, kesempatan kerja, pendapatan pajak,
dan munculnya berbagai usaha baru. Kontribusi pariwisata
secara langsung dihasilkan melalui sektor pariwisata primer
seperti akomodasi/ penginapan (lodging and accomodation
services), makan dan minuman (food and beverages services),
transportasi, hiburan, dan perdagangan ritel. Stynes (1997
19
)
menganalisis dampak ekonomi dengan menelusuri aliran uang
yang dibelanjakan wisatawan. Aliran pertama (direct impact)
adalah untuk perusahaan dan instansi pemerintah yang menerima
pembayaran dari wisatawan. Selanjutnya, uang mengalir melalui
aktivitas ekonomi sebagai (i) pembayaran --dari perusahaan dan
instasi pemerintah-- kepada pemasok, (ii) gaji dan upah bagi
mereka yang menyediakan tenaga kerja untuk pariwisata atau
industri pendukung, dan (iii) berbagai pajak pemerintah dan biaya
yang harus dibayar oleh para wisatawan, perusahaan dan rumah
tangga. Namun perlu dicatat bahwa dalam setiap aktifitas
19
Stynes, Daniel J . (1997), Economic Impacts Of Tourism: A Handbook for Tourism Professionals.
Illinois Bureau of Tourism, Illinois Department of Commerce and Community Affairs.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 20

ekonomi ada kebocoran ketika dilakukan pembelian dari pemasok
luar atau impor.
Dalam menentukan ukuran dampak ekonomi dari pariwisata,
Stynes
20
mengelompokannya menjadi tiga dampak dalam satu
wilayah yaitu (1) Direct effects meliputi penjualan, kesempatan
kerja, pendapatan pajak dan tingkat pendapatan, (2) Indirect
effects, meliputi perubahan tingkat harga, perubahan mutu dan
jumlah barang dan jasa, perubahan dalam penyediaan properti
dan variasi pajak, serta perubahan sosial dan lingkungan. (3)
Induced effects, yaitu pengeluaran rumahtangga, dan peningkatan
pendapatan.
Pada umumnya para Ekonom membedakan ketiga dampak
tersebut, namun dampak ekonomi pariwisata secara total
merupakan penjumlahan dari dampak langsung, tidak langsung
dan dampak ikutan (induksi) dalam suatu wilayah. Dampak tidak
langsung dan dampak ikutan seringkali disebut dampak sekunder.
Ukuran dampak ekonomi yang sering digunakan adalah output
kotor, penjualan, pendapatan, pekerjaan, atau nilai tambah.
Namun saat ini, ada tiga model dalam menghitung dampak
ekonomi pengembangan pariwisata yaitu (1) Input-Output
Analisis, (2) Cost Benefit Analysis-CBA dan (3) computable
generated equilibrium-CGE. Ketiga model ini sangat jelas
berbeda, namun ada persamaan di dalam model tersebut.
20
Ibid




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 21

a. Input-Output Analisis
Input-output (IO) adalah model matematika yang
menggambarkan aliran uang antar sektor dalam perekonomian
suatu daerah. Arus diperkirakan berdasarkan masukan bahwa
setiap industri harus membeli dari setiap industri lainnya untuk
menghasilkan satu dolar dari output. Model IO juga menentukan
proporsi penjualan yang beralih ke pendapatan upah dan gaji,
penghasilan pemilik usaha, dan pajak. Efek pengganda
(multiflier) dapat diperkirakan dari model input-output
berdasarkan taksiran re-sirkulasi pengeluaran di kawasan tersebut.
Sementara itu, ekspor dan impor ditentukan berdasarkan perkiraan
kecenderungan rumah tangga dan perusahaan untuk membeli
barang dan jasa dari sumber-sumber lokal (regional purchase
coefficientsRPC). Semakin mandiri suatu daerah, semakin
sedikit kebocoran, sehingga efek pengganda berkorelasi secara
lebih tinggi. Adapun variabel kunci dalam menggunakan analisis
IO ini adalah ketiga tingkat dampak ekonomi pariwisata di atas
yaitu direct, indirect dan induce effect.
Direct effect, mengacu kepada uang yang sebenarnya
dikeluarkan oleh wisatawan selama mereka mengunjungi dan
tinggak di suatu destinasi. Pengeluaran wisatawan ini biasanya
digunakan untuk membayar hotel atau akomodasi lainnya,
perusahaan jasa transportasi, restoran dan bar/cofee shop,
pemandu lokal, toko-toko suvenir lokal dan tempat-tempat lain di
mana wisatawan cenderung menghabiskan uang liburan mereka.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 22

Hal ini juga disebut sebagai injeksi awal uang (Crompton &
McKay, 1994)
21
.
Indirect effect, merupakan pengeluaran dampak ekonomi
yang alirannya masuk ke pembayaran upah karyawan lokal dan
pemasok barang dan jasa kepada penerima dampak ekonomi
langsung. Untuk menghindari kebocoran, sangat penting untuk
menggunakan semaksimal mungkin bahan pangan lokal untuk
memenuhi kebutuhan makan dan minum wisatawan. Demikian
pula untuk memenuhi kebutuhan non hotel lainnya seperti guest
supplies sangat baik penting untuk mengurangi kebocoran.
Induce effect atau dampak ekonomi diinduksi terkait dengan
pengeluaran karyawan lokal karena gaji atau upah yang diperoleh
dari hasil kerja pada penerima tidak langsung. Dalam hal ini
dapat dicontohkan upah atau pendapatan petani yang menjual
bahan makanan kepada pemasok hotel atau restoran. Karyawan
atau karyawan pemasok mereka mungkin mengalami kenaikan
upah yang mengarah ke peningkatan konsumsi mereka dapat
dilacak kembali ke peningkatan permintaan akhir yang
disebabkan oleh pengeluaran wisatawan. (Mules & Dwyer,
2005)
22
. Selain ketiga dampak di atas, dampak pengganda
(multiflier effect) juga sering digunakan dalam penelitian dampak
pariwisata ketika melakukan analisis input-output. Dampak ini
merupakan rasio total dampak ekonomi dibandingkan dengan
dampak ekonomi langsung (Mules & Dwyer, 2005)
23
. Namun
21
Crompton, J . L., & McKay, S. L. (1994). Measuring theEconomic Impact of Festivals and Events:
Some Myths, Misapplications and Ethical Dilemmas. Festival Management & Event Tourism, 2(1), 33-
43.
22
Mules, T., & Dwyer, L. (2005). Public Sector Support for Sport TourismEvents: The Role of Cost-
benefit Analysis. Sport in Society, 8(2), 338 - 355.
23
Ibid.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 23

perlu dicatat, faktor penentu ukuran multiplier adalah jumlah
kebocoran keluar daerah, melalui impor dan tabungan. J ika impor
dan tabungan yang besar, maka tidak banyak kegiatan ekonomi
berlangsung dalam perekonomian di wilayah tersebut, sehingga
dampak multiplier akan berkurang (Archer & Fletcher, 1990)
24
.
Pengganda sering digunakan berdasarkan dampak ekonomi
langsung (atau injeksi belanja ke wilayah ini) untuk memahami
dampak total atau permintaan yang diciptakan oleh pariwisata.
Setelah dihitung pengganda untuk wilayah tertentu itu kemudian
digunakan sebagai template untuk evaluasi masa depan. Menurut
(Archer & Fletcher, 1990)
25
, perlu digarisbawahi bahwa sering
terjadi miskonsepsi dalam membuat perbandingan antara total
pendapatan seluruh putaran pengeluaran dalam hubungan dengan
dampak langsung. Karena jika kurang cermat hanya akan
memberikan sedikit keterkaitan ke belakang dan ke depan dalam
aktivitas perekonomian sehingga tidak tepat digunakan untuk
menghitung variabel lain seperti peningkatan kerja.
24
Archer, B., & Fletcher, J. (1990). Multiplier Analysis in Tourism. Aix-en-Provence: Centres des Hautes
Etudes Touristiques.
25
Ibid.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 24


Gambar 2-3
Ilustrasi Penghitungan Dampak Ekonomi Pariwisata
b. Cost Benefit Analysis (CBA)
Analisis biaya-manfaat (CBA) adalah model lain yang
banyak digunakan untuk studi dampak ekonomi pariwisata.
Dalam analisis ini dihitung manfaat finasial maupun ongkos sosial
untuk menghasilkan manfaat yang lebih besar dirasakan oleh
masyarakat. Dalam analisis ini, bunga bukan merupakan kunci
dalam menghitung dampak ekonomi, namun manfaat dan biaya



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 25

dalam masyarakat yang disebabkan karena adanya efisiensi
sebagai akibat pengawasan yang ketat (Andersson, et al., 2008)
26
.
Dengan alasan ini, penting untuk menyertakan estimasi biaya
evaluasi, sejauhmana sumber daya akan digunakan untuk
alternatif terbaik dan manfaat paling besar serta tingkat efisiensi
yang akan dicapai.
Penggunaan model ini lebih kompleks karena diperlukan
informasi pada semua bidang yang meliputi aspek keuangan,
sosial, dan kesejahteraan sehingga lebih sulit diaplikasikan (Getz,
2005)
27
. Di dalam CBA permintaan barang untuk keperluan
aktivitas pariwisata perlu diperhatikan dan dievaluasi. Perkiraan
ini biasanya menggunakan Contingent Valuation Methods (CVM),
yang didasarkan pada preferensi dan persepsi orang dalam
memperkirakan nilai-nilai ekonomi (Mitchell & Carson, 1989)
28
.
Dalam penelitian ini, masyarakat atau wisatawan dimintai
tanggapannya atas kemungkinan manfaat dan biaya masyarakat
yang mungkin terjadi dalam aktivitas pariwisata. Dengan
menggunakan CVM, responden digali kesediaannya untuk
membayar (willingness to pay) atas layanan atau aktivitas yang
kemungkinan akan mereka dapati.
c. Computable General Equilibrium (CGE)
CGE digunakan berdasarkan model input-output yang
diperluas, di mana I-O sering mengabaikan batasan kapasitas dan
26
Andersson, T. D., Armbrecht, J ., & Lundberg, E. (2008). Impact of Mega-Events on the Economy. Asian
Bus Manage, 7(2), 163-179.
27
Getz, D. (2005). Event Management and Event Tourism (2nd ed.). New York, NY: Cognizant.
28
Mitchell, R. C., & Carson, R. T. (1989). Using surveys to value public goods : the contingent
valuation method. Washington: Resources for the Future; Distributed worldwide by the Johns Hopkins
University Press.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 26

asumsi kapasitas tidak terpakai (misalnya tenaga kerja) dalam
aktivitas ekonomi untuk memenuhi kenaikan permintaan.
Sementara itu, model CGE mempertimbangkan seluruh aktivitas
ekonomi termasuk aktivitas khusus yang mendorong peningkatan
pariwisata. Selain itu, CGE memperhitungkan keterkaitan
ekonomi baik regional maupun nasional, termasuk tenaga kerja
yang diambil dari sektor tertentu untuk memenuhi permintaan di
sektor pariwisata (sebagai efek crowding-out). Selain itu,
pertimbangan inflasi juga diperhitungkan dalam CGE untuk
mengantisipasi dampak ekspor produk pada sektor lain (Dwyer,
Forsyth, Madden, & Spurr, 2000)
29
.
d. Pengukuran Dampak Ekonomi berdasarkan Persepsi
Masyarakat Lokal
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat lokal menganggap pariwisata sebagai (1) alat
untuk pembangunan ekonomi, (2) langkah strategis dalam dalam
pembangunan ekonomi. Selain itu, masyarakat lokal juga lebih
cenderung melihat pariwisata sebagai alat untuk (3) mengurangi
pengangguran karena aktivitas pariwisata menciptakan peluang
baru, dan selanjutnya (4) akan meningkatkan pendapatan individu,
masyarakat dan pemerintah.
Dalam kaitan ini, persepsi atau pandangan masyarakat dapat
digunakan sebagai informasi untuk mengukur manfaat ekonomi
dari pengembangan pariwisata di wilayahnya. Karena sebagian
29
Dwyer, L., Forsyth, P., Madden, J ., & Spurr, R. (2000). Economic Impacts of Inbound Tourism
under Different Assumptions Regarding the Macroeconomy. Current Issues in Tourism, 3(4), 325 -
363.





Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 27

besar studi melaporkan bahwa ada hubungan positif antara
manfaat ekonomi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan
pariwisata.
Dampak ekonomi yang diketahui berdasarkan persepsi
masyarakat selain bersifat kualitatif yang diperoleh melalui
indeph study, juga dapat bersifat kuantitatif. Aspek kualitatif
digali dari pemahaman dan kondisi perubahan yang dialami
masyarakat. Sedangkan aspek kuantitatif dapat diobservasi dari
perubahan jumlah orang yang bekerja di sektor pariwisata secara
langsung, banyaknya wirausahawan baru yang bekerja di sektor
ini, dan peningkatan pendapatan dari adanya usaha baru dan
kesempatan kerja tambahan.
Dampak Sosial [-budaya] Pariwisata 2.
Di dalam melihat dampak pariwisata terhadap sosial-budaya,
masyarakat tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang
internally totally integrated entity, melainkan harus juga dilihat
segmen-segmen yang ada, atau melihat berbagai interest groups,
karena dampak terhadap kelompok sosial yang satu belum tentu
sama, bahkan bisa bertolak belakang- dengan dampak terhadap
kelompok sosial yang lain. Demikian juga mengenai penilaian
tentang positif dan negatif, sangat sulit digeneralisasi untuk
menilai perubahan masyarakat, karena penilaian positif atau
negatif tersebut sudah merupakan penilaian yang mengandung
nilai (value judgement), sedangkan nilai tersebut tidak selalu
sama bagi segenap kelompok masyarakat. Artinya, dampak positif



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 28

ataupun negatif masih perlu dipertanyakan, positif menurut siapa
dan negatif menurut siapa? (Pitana, 1999).
Namun demikian, pada awal-awal penelitiannya (Mathieson,
1994) menilai dampak sosial dan lingkungan dari pengembangan
pariwisata, menyatakan bahwa dampak pariwisata muncul dalam
bentuk perubahan perilaku manusia akibat interaksi di dalam
masyarakat antara wisatawan dengan penduduk lokal dan
pemerintahan setempat. Dengan demikian dipastikan bahwa
interaksi tersebut akan berdampak terhadap perubahan setiap
elemen pariwisata baik perubahan ke arah positif mapun ke arah
negatif.
Analisis dampak sosial berfokus perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat sepert: (1) perubahan dalam sistem sosial, (2)
nilai-nilai individu dan kolektif, (3) perilaku hubungan sosial (4)
gaya hidup dannekspresi mode serta (5) struktur masyarakat
30
.
Tabel 2-3
Dampak Sosial-Budaya Pariwisata
Positive Negative
Dampak terhadap populasi
Peningkatan populasi
(imigrasi, tidak ada emigrasi)

Imigrasi tenaga kerja musiman
(positif dalam kasus kurangnya tenaga kerja - negatif dalam kasus pengangguran)
Kehadiran pemilik rumah kedua (pemilik villa-rumah peristirahatan di destinasi)
(positif jika terlibat dalam kehidupan masyarakat - negatif jika tidak terlibat)
Perubahan distribusi penduduk masyarkat (berdasarkan usia, gender, ras dan etnik)
Urbanisasi penduduk
30
(Page, Brunt, Busby & Connell, 2002:276, Douglas, Douglas & Derrett 2001 & Fredline ef a /, 2003;.
Sims & D'Mello, 2005)





Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 29

Perubahan pasar kerja
Meningkatnya kesempatan kerja Banyak pekerjaan musiman
Banyaknya jenis pekerjaan baru di
pariwisata
Banyak pekerjaan unskilled
Meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan bahasa
berkurangnya tenaga kerja di sektor
tradisional
Diversifikasi kegiatan ekonomi
Meningkatnya disparitas pendapatan
masyarakat
Stimulasi bagi pengembangan daerah
tertinggal

Perubahan struktur, karakteristik masyarakat
Pendapatan dari pariwisata
Meningkatnya jumlah pendatang baru
(temporary residents) yang biasanya tidak
komitmen
Tumbuhnya sektor jasa, yang penting dalam
kegiatan ekonomi
Potensi konflik dengan pemilik rumah
(pendatang)
Stimulasi kehidupan sosial budaya, Kesulitan dalam memperoleh perumahan
Peningkatan nilai tanah Kenaikan harga properti
Pembangunan infrastruktur Kenaikan harga, inflasi
Kesempatan yang lebih luas untuk
pembelanjaan
Kehilangan identitas budaya
Peningkatan citra destinasi Transformasi sistem nilai
Meningkatnya kebanggaan warga terhadap
wilayahnya (ekosistem)
Konflik agama (dengan pemilik rumah
kedua, dan wisatawan)
Menurunnya prasangka buruk terhadap
pengunjung, hilangnya stereotip, dan
meningkatnya toleransi
Ketergantungan pada pariwisata,
kemacetan dan masalah lalu lintas lainnya
Transformasi stratifikasi sosial, (pemilik sumber daya wisata meningkat, pemilik sumber
daya tradisional turun)
Dampak pada Individual dan Keluarga
Meningkatnya mobilitas sosial (khususnya
perempuan dan orang muda)
Terganggunya jaringan sosial
kemasyarkatan penduduk lokal
Meningkatnya peluang berwisata Adanya perubahan ritme kehidupan
Bertambahnya interaksi sosial karena banyak
bertemu orang
Hilangnya/berkurangnya pertemanan
penting
Meningkatnya kualitas hidup
Peningkatan persepsi terhadap bahaya
(karena meningkatnya kriminalitas)
Keterampilan berbahasa
Xenofobia (rasa takut bertemu orang
asing)
Pendapatan dari pariwisata Komersialisasi hospitaliti (keramah-



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 30

tamahan)
Peningkatan sikap terhadap pekerjaan,
kesantunan dan tatakrama
Perilaku menyimpang (alkoholisme,
prostitusi, perjudian, penyalahgunaan
narkoba, vandalisme)
Tekanan terhadap bahasa lokal
Peningkatan kebebasan seksual
Transformasi strukutur keluarga, trasformasi kebiasaan mengkonsumsi barang dan jasa,
perubahan kondisi perumahan dan rumah tangga, tranformasi perilaku dan kebiasaan
Dampak pada Budaya dan Sumber Daya Alam
Perlindungan sumber daya yang unik/langka
serta keindahan alam
Penghilangan kebiasaan, tradisi
Bangkitnya seni-budaya lokal dan kerajinan,
event budaya
Komersialisasi budaya
Kebangkitan tradisi arsitektur lokal Membuang sampah sembarangan, polusi




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 31


Gambar 2.3
Dampak Sosial-Budaya Pariwisata dalam Kerangka Perubahan Sosial
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dampak Sosial 3.
Pariwisata
Dalam menganalisis dampak sosial pariwisata, penting untuk
difahami faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap dampak
sosial. Faktor-faktor tersebut akan dijadikan pertimbangan pada
saat mengukur dampak sosial dalam masyarakat. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut:



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 32

a. Faktor Budaya (Culture)
Penelitian Fredline dan Faulkner (2002
31
) menunjukkan
bahwa kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat
memiliki sistem nilai yang berbeda, yang mendukung cara-cara di
mana mereka menafsirkan fenomena di dunia di sekitar mereka
dan ini mempengaruhi dampak sosial berkaitan dengan keputusan-
keputusan yang diambil. Budaya dapat mempengaruhi pengem-
bangan pariwisata dan interaksi wisatawan-penduduk lokal
sehingga aspek ini tidak boleh diabaikan dalam analisis dampak
sosial pariwisata (Brunt dan Courtney, 1999
32
). Ada berbagai
budaya dalam masyarakat dan masing-masing memiliki keyakinan
sendiri dan perspektif tentang kehidupan. Oleh karena itu
keyakinan dan perspektif memiliki pengaruh pada keseluruhan
pandangan hidup setiap orang serta apa yang dianggap sebagai
benar atau salah. Mendapatkan pengetahuan dan menghormati
budaya yang berbeda adalah sebuah kebutuhan.
b. Keterlibatan dalam Industri
Berdasarkan teori pertukaran sosial, masyarakat lokal yang
terlibat secara aktif dan memperoleh manfaat dari industri
pariwisata cenderung memiliki sikap positif terhadap pengem-
bangan pariwisata. Masyarakat menginginkan keber-lanjutan
untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan lebih di masa
depan. Peluang kerja yang lebih baik sebagai dampak ekonomi
dari inisiatif pariwisata setempat, dapat memperbaiki penghasilan
31
Fredline, E. & Faulkner, B. (2002). Variations in residents reactions to major motorsports events: why
residents perceive the impacts of events differently. Event Management, 7(2), 115-126.
32
Brunt, P., & Courtney, P. (1999). Host perceptions of sociocultural impacts. Annals of Tourism
Research, 26(3), 493515.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 33

dan kesejahteraan mereka. Dengan demikian, kondisi ini dapat
mendorong keterlibatan masyarakat dalam mendukung kegiatan
pariwisata. Andriotis (2006
33
) menyatakan bahwa keterlibatan
pemerintah dalam promosi pariwisata sangat penting untuk
mengembangkan industri melalui penyediaan bantuan
dana/keuangan kepada sektor swasta.
c. Lokasi
Faktor lain, yang berpengaruh terhadap dampak sosial
pariwisata adalh lokasi. Lokasi destinasi yang di dalamnya
terdapat produk pariwisata memegang peranan penting dalam
menentukan pengaruh pada masyarakat sekitar. Ambil contoh,
ketika ada penyelenggaraan suatu festival seni yang di adakah
dekat dengan pemukiman makan akan terjadi keluhan karena
bising, kesulitan parkir dan vandalisme sangat mungkin terjadi.
Hal ini akan berdampak negatif terhadap masyarakat khususnya
mereka yang berdekatan langsung dengan tempat event tersebut.
J ika keadaan ini terus berulang, maka masyarakat akan semakin
frustasi, sehingga akan memberikan persepsi negatif terhadap
penyelenggaraan event tersebut. Kondisi ini diperkuat oleh hasil
penelitian Williams dan Lawson (2001
34
) serta J urowsky dan
Gursoy (2004
35
) yang menyimpulkan bahwa mereka yang hidup
paling dekat dengan tempat atau objek daya tarik wisata (ODTW)
33
Konstantinos Andriotis (2006). Hosts, guests and politics: Coastal Resorts Morphological Change.
Annals of Tourism Research, 33 (4), 10791098
34
J ohn Williams, Rob Lawson (2001). Community issues and resident opinions of tourism. Annals of
Tourism Research, 28(2), 269290.
35
Claudia J urowski, Dogan Gursoy. (2004). Distance Effects On Residents Attitudes Toward Tourism.
Annals of Tourism Research. 31(2), 296312.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 34

memiliki sikap yang kurang menguntungkan terhadap
pengembangan pariwisata.
d. Keterlibatan Warga Masyarakat dalam Pengembangan
Pariwisata
Menurut Gursoy et al. (2002
36
) warga masyarakat yang
terlibat atau berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata, lebih
mungkin untuk merasakan manfaat dan keuntungan pariwisata
secara positif. Sedangkan warga masyarakat yang tidak terlibat
dalam pengembangan, akan cenderung merasakan dampak negatif
atas pengembangan pariwisata tersebut.
e. Interaksi dengan Wisatawan
Pengaruh interaksi antara wisatawan dengan masyarakat akan
semakin kuat sejalan dengan semakin seringnya interaksi antara
wisatawan dengan warga masyarakat lokal. Hal ini bisa
mengakibatkan warga masyarakat meniru perilaku dan sikap para
wisatawan, baik yang baik maupun yang kurang baiknya (dilihat
dari tata nilai warga masyarakat lokal). Pengaruh ini dapat
berdampak positif maupun dampak negatif pada masyarakat.
Namun demikian, interaksi ini dapat menjembatani dan
mendorong pemahaman yang lebih baik, toleransi yang lebih
besar dan penerimaan terhadap perbedaan budaya. Di sisi lain,
kerugian yang mungkin terjadi adalah hilangnya identitas budaya
masyarakat setempat, seperti penggunaan bahasa menjadi
36
Gursoy, D., Jurowski, C. & Uysal, M. 2002. Resident attitudes: A structural modeling approach.
Annals of Tourism Research, 31 (3):495-516.





Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 35

terlupakan, pergaulan, meniru perilaku atau kebiasaan wisatawan
dan komersialisasi ritual budaya atau agama.
f. Karakeristik Demografi (Jender, Usia, Pendidikan dan Etnis)
Karakteristik demografis sangat berpengaruh terhadap
adaptabilitas perubahan masyarakat karena dampak
pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, dampak sosial-
budaya dapat dikaitkan dengan demografi. Ambil contoh, usia
yang berbeda dapat mencerminkan kebiasaan, perilaku dan pola
pikir tertentu yang berbeda satu sama lain. Fredline dan Faulkner
(2002
37
) menyimpulkan bahwa profil demografis masyarakat
dapat memiliki pengaruh pada persepsi, keterlibatan dan
pengembangan pariwisata. Generasi muda biasanya lebih terbuka
dan lebih rentan dalam melihat hal-hal positif terkait dengan
pariwisata. Sementara itu, generasi tua umumnya sudah memiliki
kebiasaan dan tata nilai dan idelologi dalam hidupnya. Karena itu
perlu usaha dan cukup waktu untuk penyesuaian dengan pola
pengembangan pariwisata di daerahnya. Dalam kondisi yang
demikian dapat berkembang konflik ideologi, di mana generasi
muda cenderung mempengaruhi generasi tua sebagai bentuk
"protes" atas perbedaan norma-norma yang dianutnya.
g. Kebijakan Ekonomi Lokal (State of the local economy)
Penelitian Gursoy dkk (2002
38
) menunjukkan bahwa keadaan
ekonomi lokal berpengaruh terhadap reaksi sosial masyarakat.
J ika manfaat ekonomi dirasakan secara positif oleh masyarakat
37
Ibid., hal
38
Gursoy, D., Jurowski, C. & Uysal, M. 2002. Resident attitudes: A structural modeling approach.
Annals of Tourism Research, 31 (3):495-516.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 36

lokal, maka reaksi sosial terhadap pengembangan pariwisata akan
cenderung positif. Sebaliknya, jika situasi ekonomi yang
masyarakat kurang baik, maka reaksi terhadap pengembangan
pariwisata juga akan cenderung negatif, hal ini dapat
menimbulkan gejolak sosial yang signifikan. Urtasun dan
Gutierrez (2005
39
) menunjukkan bahwa dampak pariwisata
terhadap kegiatan ekonomi lebih positif dibandingkan dengan
wilayah yang tidak mengembangkan pariwisata. Aktivitas ini
akan berpengaruh terhadap perubahan sosial di masyarkat lokal.
h. Fase dalam Daur Hidup Destinasi (Destination Area Life Cycle)
Pada fase awal daur hidup destinasi, suatu daerah tujuan
wisata cenderung akan ramai dikunjungi wisatawan. Sebagai
responnya, masyarakat lokal pun cenderung antusias dalam
menyambutnya. Namun apabila destinasi berada pada fase
'konsolidasi', maka pengembangan pariwisata sudah mencapai
titik jenuh karena produk wisata sudah mapan. Pada kondisi ini
pertumbuhan relatif lambat dan bahkan stagnan sehingga
menyebabkan kondisi ekonomi menjadi menurun, dan keadaan
masyarakat semakin apatis terhadap pengembangan pariwisata.
Sebagaimana digambarkan oleh model tahapan destinasi menurut
Butler, di mana destinasi berjalan melalui tahapan, maka ketika
destinasi sudah tergantung pada pariwisata sehingga masyarakat
akan tergantung pada pekerjaan dan dukungan dari industri
pariwisata.
39
Urtasun, A. & Gutierrez, I. 2005. Tourism agglomeration and its impact on social welfare: An
empirical approach to theSpanish case. Tourism Management, 27:901-912.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 37

i. Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Faktor lain yang memengaruhi dampak sosial pariwisata
adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pariwisata.
Semakin luas pengetahuan masyarakat akan cenderung
berinteraksi secara positif terhadap wisatawan sehingga keadaan
sosial masyarakat akan cenderung lebih baik. Masyarakat akan
memanfaatkan pengembangan pariwisata sebagai media
transformasi nilai-nilai universal dan memproteksi nilai-nilai
kearifan lokal (local indigenous) asehingga tujuan pengembangan
destinasi dapat tercapai secara berkelanjutan.
Penelitian Andereck (2005
40
) menyebutkan bahwa anggota
masyarakat yang memiliki pengetahuan serta lebih banyak
berinteraksi dengan wisatawan, cenderung melihat pengaruh
positif yang lebih besar pada dimensi dampak pariwisata terhadap
kehidupan masyarakat, citra dan ekonomi. Namun tidak ada
perbedaan persepsi tentang masalah-masalah sosial
kemasyarakatan, lingkungan dan layanan.
j. Tingkat Ketergantungan Kepada Pariwisata
Ketergantungan terhadap pariwisata juga merupakan faktor
yang mempengaruhi dampak sosial pariwisata, karena secara luas,
pariwissata dipandang sebagai potensi yang sangat besar untuk
memberikan kesempatan kerja lokal, penerimaan pajak dan
keragaman ekonomi bagi masyarakat lokal. Hester (1990
41
)
menunjukkan bahwa sebuah kota kecil yang sekarat kemudian
40
Andereck, K. L., Valentine, K. M., Knopf, R. C., & Vogt, C. A. (2005). Residents' perceptions of
community tourism impacts. Annals of Tourism Research, 32(4), 1056-1076.
41
Hester, R.T., J R. 1990. The Sacred Structure of Small Towns: A Return to Manteo, North Carolina.
Small Town, 20(4):5-21.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 38

memanfaatkan keindahan alam, karakter desa dan masa lalu
pedesaan untuk menggerakan ekonomi melalui pariwisata.
Hasilnya cukup baik walaupun sebagian masyarakat berpendapat
bahwa kegiatan budaya yang ditampilkan sudah tidak asli dan
telihat mengada-ada. Long dkk (1990
42
) menyimpulkan bahwa
persepsi masyarakat terhadap dampak negatif pariwisata
meningkat sejalan dengan tingkat meningkatnya ketergantungan
masyarakat terhadap pariwisata. Penelitian Allen, Hafer, Long
dan Perdue (1993
43
) menemukan bahwa masyarakat setuju untuk
menarik kunjungan wisatawan lebih banyak karena dengan
meningkatnya kunjungan ke daerahnya akan berdampak pada
perbaikan kualitas hidup yang lebih tinggi. Semakin besar
ketergantungan masyarakat pada pariwisata di suatu daerah, maka
semakin sulit bagi masyarakat untuk menarik manfaat dari
industri alternatif. Oleh karena itu, pariwisata harus diidentifikasi
sebagai sarana penggerak ekonomi masyarakat agar masyarakat
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Beberapa studi menekankan pentingnya membedakan
ketergantungan individual dan kepentingan masyarakat terhadap
pariwisata. Beberapa studi menemukan bahwa individu yang
secara personal mendapat manfaat dari pariwisata akan cenderung
merasakan manfaat ekonomi lebih positif dari pada (bahkan
menilai negatif) manfaat sosial dan lingkungan atau manfaat
lainnya (Getz, 1994
44
; Smith & Krannich, 1998
45
).
42
Long, P.T., Perdue, R.R. & Allen, L. 1990. Rural Resident Tourism Perceptions and Attitudes by
Community Level of Tourism. J ournal of Travel Research, 28(3):3-9.
43
Allen, L.R., Hafer, H.R., Long, P.T. & Perdue, R.R. 1993. Rural Residents' Attitudes Toward
Recreation and TourismDevelopment. J ournal of Travel Research, 31(4):27-33.
44
Getz, D. 1994. Residents' Attitudes Towards Tourism: A Longitudinal Study in Spey Valley, Scotland.
TourismManagement, 15:247-258.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 39

k. Tipe dan Jumlah Wisatawan
J umlah dan jenis wisatawan yang berkunjung ke daerah
tertentu dapat mempengaruhi sikap masyarakat setempat.
Pariwisata massal, misalnya, menimbulkan lebih banyak masalah
daripada pariwisata minat khusus. Infrastruktur dan fasilitas juga
sangat berdampak jika tingkat kunjungan ke destinasi lebih tinggi
dan destinasi wisata merupakan daerah yang sangat terkenal. Hal
ini menyebabkan masalah seperti kekurangan parkir, polusi,
kepadatan penduduk, lalu lintas dan kebisingan. J enis wisatawan
yang mengunjungi suatu destinasi juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap sosial masyarakat, karena wisatawan yang
berpendidikan cenderung menghormati masyarakat setempat
jarang menimbulkan masalah. Namun, wisatawan rendah
berpendidikannya cenderung kurang menghormati masyarakat
setempat sehingga seringkali menimbulkan perasaan negatif di
antara anggota masyarakat dan munculnya xenophobia. Misalnya,
Brunt dan Courtney (1999
46
) berpendapat bahwa penduduk lokal
mungkin menyambut beberapa perubahan yang disebabkan oleh
pariwisata seperti kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
dan sebagainya. Namun, efek lain mungkin kurang disambut,
seperti perubahan struktur sosial dan keluarga, dan praktek
budaya disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan (Dyer, Gursoy,
Sharma & Carter, 2007
47
).
45
Smith, M.D. & Kranich, R.S. (1998) Tourism dependence and resident attitudes. Annals of Tourism
Research, 25(4):783-802
46
Brunt, P. & Courtney, P. 1999. Host perceptions of socio cultural impacts. Annals of Tourism
Research, 26(3):493-515
47
Dyer, P., Gursoy, D., Sharma, B. & Carter, J . (2007). Structural modeling of resident perceptions of
tourism and associated development on the Sunshine Coast, Australia. Tourism Management, 28:409-
422.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 40

l. Ukuran dan Laju Pembangunan Pariwisata
Ukuran dan laju pembangunan pariwisata di destinasi akan
menentukan potensi dampak terhadap sikap masyarakat.
Misalnya, semakin kecil pengembangan pariwisata, semakin
sedikit dampak potensial akan terjadi di masyarakat tersebut, atau
lamanya durasi festival akan berdampak besar kepada masyarakat.
Penelitian Fredline (2000
48
) menyatakan bahwa dalam jangka
panjang pengembangan pariwisata, selama beberapa generasi,
akan merubah toleransi terhadap dampak melalui adaptasi dan
migrasi selektif.
m. Sikap Egosentrik (Egocentric attitude)
Sikap egosentris masyarakat dan/atau wisatawan dapat
mempengaruhi persepsi mereka terhadap industri pariwisata.
Masalah muncul ketika pihak bertindak dengan cara yang
menggambarkan motif egois dan mengabaikan orang lain.
Mengambil pendapat dari semua peran-pemain memperhitungkan
akan menghasilkan rasa persatuan dan visi bersama pariwisata ke
daerah. Chen (2000
49
) juga menemukan bahwa sikap egosentris
warga memiliki pengaruh pada masa depan pengembangan
pariwisata.
n. Kepuasan Masyarakat
Menurut Dyer et al. (2007
50
) penduduk harus menjadi titik
fokus dari pengembangan pariwisata agar tujuan pengembangan
48
Fredline, E. (2000). Host community reactions to major sporting events: The Golden Coast Indy and
the Australian Formula One Grand Prix in Melbourne. Griffith University (Ph.D dissertation).
49
Chen, J .S. 2000. An investigation of urban residents'loyalty of tourism. Journal of Hospitality &
TourismResearch, 24(1):5-19.
50
Dyer, et. al. Loc. Cit.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 41

dapat tercapai secara berkelanjutan. Masyarakat harus puas atas
keputusan yang yang diambil terkait dengan hal-hal yang
mempengaruhi mereka. Apabila keputusan yang diambil tidak
sejalah dengan tujuan dan harapan masyarakat, maka akan terjadi
ketidakpuasan yang bisa berdampak pada penolakan terhadap
kebijakan pengembangan pariwisata. Apabila masyarakat merasa
puas atas keputusan pengembangan pariwisata maka, masyarakat
akan memberikan kontribusi positif bagi pariwisata di daerah itu.
Keberpihakan kepada masyarakat dapat dilakukan antara lain
dengan upaya pemberdayaan dan peningkatan keterampilan
melalui pelatihan dan memberikan ruang kesempatan untuk
memperoleh penghasilan. Dengan demikian pada akhirnya
pariwisata akan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat
lokal serta industri pariwisata secara keseluruhan.
o. Persepsi Terhadap Partisipasi (Perceptions of participation)
Faktor lain yang berdampak sosial pariwisata adalah
partisipasi masyarakat. Penelitian Nash (2003
51
) menunjukkan
bahwa partisipasi masyarakat sangat penting untuk membangun
pariwisata agar berkelanjutan. Setiap anggota masyarakat
memiliki ide dan persepsinya masing-masing tentang keterlibatan
dan kontribusinya terhadap pariwisata. Ada kelompok masyarakat
yang peduli dengan pengelolaan produk pariwisata agar
berkelanjutan, sementara kelompok lainnya hanya berfokus pada
motif ekonomi. Hal ini penting untuk menangkap ide-ide dan
inisiatif anggota masyarakat melalui forum-forum rembuk
51
Nash, R.D. 2003. Participative Democracy: Community Participation or Technocratic Elitism.
Austalasian Political Studies Association Conference, University of Tasmania, Hobart, 29
September - 1 October.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 42

masyarakat. Melalui forum ini akan teridentifikasi kemampuan
masing-masing anggota masyarakat sehingga dapat berperan
sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Melalui forum-
forum tersebut dapat diketahui pelatihan apa yang harus
diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan
pariwisata di destinasinya.
p. Kedekatan (Proximity)
Semakin kuat kedekatan dengan kegiatan pariwisata, maka
semakin besar dampak pariwisata pariwisata tersebut kepada
masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat yang berada di kawasan
wisata diduga akan lebih besar memperoleh manfaat pariwisata
dari pada mereka yang berada di luar kawasan atau di luar zona
penyangga kawasan. Contoh lain seperti hasil penelitian Fredline
(2000
52
) mencatat bahwa warga yang tinggal dekat dengan tempat
suatu event, mereka akan merasakan dampak negatif jangka
pendek yang lebih besar, dan mereka berpendapat bahwa
bermanfaat secara ekonomi. Selain itu, masyarakat yang berada
lebih dekat dengan destinasi, lebih mampu memprediksi manfaat
dan sekaligus dampak dari kunjungan wisatawan dibandikngkan
dengan masyarakat yang berlokasi jauh dari destinasi atau lokasi
event.
Penelitian lain mengidentifikasi bahwa persepsi terhadap
dampak positif dan negatif masyarakat mengalami peningkatan
sejalan dengan jarak dan tingkat aktivitas pariwisata. Dengan
demikian warga yang tinggal dekat dengan tempat wisatawan dan
52
Fredlin, Op. Cit.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 43

sering berinteraksi, maka mereka cenderung berpendapat yang
tegas atas manfaat dan dampak, sementara mereka berlokasi lebih
jauh cenderung berpendapat ambivalen.
D. Metode dan Pendekatan dalam Penilaian Dampak
Pengembangan Pariwisata
Dampak pengembangan pariwisata perlu dimonitor mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan setelah selesai inisiasi program
pengembangannya. Alasan pentingnya pemantauan atas pengem-
bangan destinasi antara adalah untuk (1) menyediakan informasi
untuk pengambilan keputusan (2) meningkatkan efektifitas
pengelolaan risiko (3) menetapkan skala prioritas dalam
implementasi proyek (4) benchmarking kinerja pengembangan
destinasi, (5) meningkatkan partisipasi masyarakat dan dukungan
terhadap pengembangan pariwisata, (5) meningkatkan kualitas
atraksi untuk memperkaya pengalaman pengunjung, (6)
menghemat biaya, (7) meningkatkan nilai tambah bagi wisatawan.
Pada dasarnya evaluasi dampak pariwisata dapat dilakukan
melalui: (1) penilian atas rencana dan implementasi program
pengembangan pariwisata (2) memperkirakan masa depan
destinasi apabila implementasi pengembangan tidak berjalan
lancar, (3) menilai pengembangan destinasi secara alamiah jika
tidak ada proyek pengembangan, (4) memprakirakan dampak
yang mungkin terjadi apabila proses pengembangan tidak sesuai
rencana, (5) mengidentifikasi perbedaan (gap) perkiraan yang
telah dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif (6)
menyusun instrumen pengukuran mitigasi/ameliorasi untuk



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 44

mereduksi dampak negatif (7) menganalisis dampak dan
membandingkannya dengan berbagai alternatif perkiraan hasil
analisis (8) sajikan hasil analisis dan (9) ambil keputusan dan
tindakan koreksi. Evaluasi ini harus dilakukan oleh otoritas
wilayah setempat dan berkoordinasi dengan pengelola destinasi.
Untuk mengukur dampak ekonomi, secara umum Page (1995
dalam Page, 2003), menyarankan untuk mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi dampak ekonomi pariwisata
antara lain: (1) kondisi wilayah destinasi wisata seperti produk,
layanan dan karakteristiknya (2) volume dan besaran pengeluaran
wisatawan, (3) kondisi perkembangan ekonomi di kawasan
destinasi wisata (4) jumlah dan karakteristik penduduk lokal di
wilayah pengembangan, (5) pengeluaran tambahan yang berada
di destinasi yang bukan untuk pengeluaran impor produk dan jasa.
Dalam hal ini, pengeluaran wisatawan dikelompokkan menjadi
tiga yaitu (1) direct spending, yaitu pengeluaran yang dilakukan
oleh wisatawan untuk membeli barang dan jasa (2) indirect
spending, yaitu bagian dari total pengeluaran wisatawan yang
digunakan oleh perusahaan pariwisata untuk membayar produk,
pajak dan upah di wilayah pengembangan destinasi, dan (3)
induce spending yaitu peningkatan konsumsi lokal yang dilakukan
oleh mereka yang bekerja di sektor pariwisata atau mereka yang
memperoleh pendapatan dari sektor pariwisata.
Dampak ekonomi, juga dapat diukur berdasarkan persepsi
masyarakat. Secara kualitatif masyarakat akan merasakan
peningkatan/penurunan ekonomi keluarganya, merasakan
peningkatan kebutuhan hidup dan adanya perubahan infrastruktur



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 45

seperti jalan akses dan layanan umum. Para peneliti mengem-
bangkan berbagai kriteria untuk menilai dampak ekonomi
pariwisata berdasar persepsi masyarakat. Berdasarkan kriteria
tersebut pada kenyataanya banyak studi yang menunjukkan bahwa
masyarakat memiliki persepsi positif terhadap pengembangan
pariwisata dan kesempatan kerja. Selain itu, para peneliti juga
menunjukkan bahwa kriteria manfaat ekonomi dan biaya terkait
dengan pengembangan pariwisata, antara lain perubahan pola
investasi dan pengeluaran investor, penerimaan ekonomi, standar
hidup, distribusi pendapatan untuk masyarakat dan pemerintah,
harga barang dan jasa, sewa lahan dan properti perumahan, biaya
hidup, pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur dan sumber
daya lainnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini, pengukuran
dampak ekonomi digunakan informasi dari masyarakat sebagai
persepsi atas pengembangan destinasi pariwisata di wilayahnya.
Sebagaimana dampak ekonomi, dampak sosial/budaya baik
positif maupun negatif merupakan konsekuensi dari
pengembangan pariwisata. Dampak sosial budaya disebabkan
karena komunikasi atau interaksi antara penduduk lokal dengan
wisatawan atau industri pariwisata baik secara langsung maupun
tidak langsung. Berbagai penelitian menyatakan bahwa dampak
sosial/kultural pariwisata memberikan kontribusi terhadap sistem
tata nilai, perilaku individu, hubungan keluarga, kolektifias gaya
hidup, tingkat rasa aman, etika moral, ekspresi kreatif, upacara
tradisional dan organisasi masyarakat (Mathieson, et. Al 1982).
Pariwisata juga dipandang sebagai penyebab peluang terjadinya
pertukaran budaya, meningkatnya fasilitas rekreasi dan berbagai



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 46

faktor perubahan kualitas hidup. Selain itu, hasil penelitian
menunjukkan bahwa penduduk lokal tidak cukup merasakan
bahwa pariwisata dapat menawarkan pertukaran sosial-budaya
yang bernilai, bahkan sebaliknya berpendapat bahwa pariwisata
dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai tradisional di
masyarakat.
E. Optimalisasi Manfaat, Minimalisasi Dampak Negatif
Pengembangan Pariwisata bagi Masyarakat Lokal
Issu dampak negatif lebih besar dari pada dampak positif
pengembangan pariwisata, selalu terjadi dalam pengembangan
destinasi pariwisata di belahan manapun. Namun issu tersebut
dapat direduksi dengan merancang suatu strategi boosting
maksimal dampak positif -minimal dampak negatif. Namun tidak
ada aturan baku yang menjamin pengembangan pariwisata dapat
berkontribusi maksimum tanpa dampak negatif kepada
masyarakat.
Walaupun demikian, ikhtiar ke arah optimalisasi manfaat
tersebut tetap harus diusahakan. Sangat sedikit data kuantitatif
yang secara jelas menggambarkan kontribusi pariwisata terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal terutama yang terkait
dengan pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu, dibutuhkan
peran pemerintah setempat untuk mengatur pencapaian manfaat
maksimum pengembangan pariwisata. Beberapa ikhtiar yang
dapat ditempuh pemerintah setempat untuk memaksimalkan
manfaat pengembangan pariwisata antara lain: (1) membantu
produk lokal masuk ke dalam rantai penawaran hotel (hotel supply



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 47

chain), (2) menstimulir usaha kecil dan mikro di destinasi
pengembangan pariwisata, (2) mendorong pengembangan
kerajinan setempat dan toko souvenir bagi wisatawan, (3)
menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk lokal, (4)
memfasilitias kemitraan, (5) diversifikasi produk wisata, terutama
produk-produk yang melibatkan penduduk lokal, (6) menggunkan
kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi sektor swasta dalam
meningkatkan peran penduduk lokal, (7) memfasilitasi kemitraan
joint venture antara sektor swasta dan masyarakat, (8)
menentukan cara yang tepat untuk mendistribusikan pembiayaan
kepada masyarakat (9) memonitor dampak sosial, budaya dan
lingkungan, (10) membuat kebijakan pro-poor, (11) menentukan
pilihan strategi untuk segmentasi, pasar dan investor (Ashley,
2006
53
).
F. Kerangka Berfikir Penelitian
Pendapat masyarakat terhadap dampak sosial ekonomi KEK
ditentukan oleh faktor yang sangat kompleks namun secara umum
ditentukan oleh faktor: budaya (Culture), keterlibatan dalam
industri, lokasi, keterlibatan warga masyarakat dalam
pengembangan pariwisata, interaksi dengan wisatawan, karakeristik
demografi (Jender, Usia, Pendidikan dan Etnis), kebijakan ekonomi
lokal (state of the local economy), fase dalam daur hidup destinasi
(destination area life cycle), tingkat pengetahuan masyarakat,
tingkat ketergantungan kepada pariwisata, tipe dan jumlah
wisatawan, ukuran dan laju pembangunan pariwisata, sikap
53
Caroline, Ashley (2006). How can governments boost the local economic impacts of tourism? Options and tools.
ODI, UK.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 48

egosentrik (egocentric attitude), kepuasan masyarakat, persepsi
terhadap partisipasi (perceptions of participation), kedekatan
(proximity). Secara sekematis dapat digambarkan sebagai berikut:


Gambar 2-4
Kerangka Penelitian Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung




BAB 3
DESAIN PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Ruang Lingkup Unit Analisis
Penelitian dampak sosial ekonomi pariwisata merupakan
penelitian crossectional utuk menangkap gambaran tentang
dampak sosial ekonomi ditetapkanya KEK Pariwisata Tanjung
Lesung. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk
merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan mengumpulkan
dan menyajikan data serta menarik kesimpulan secara umum
untuk sampel terpilih. Selain itu, untuk membandingkan
tanggapan masyarakat di kawasan penyangga terhadap dampak
sosial ekonomi maka dilakukan pendekatan comparative study.
Dampak ekonomi diukur dengan menggunakan pendekatan
sederhana yang bersifat estimasi, mengingat implementasi KEK
itu sendiri belum mulai. Unit analisis dalam penelitian ini adalah
individu anggota masyarakat di sekitar kawasan penyangga
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dan usaha
non formal di lingkungan kawasasan.
B. Teknik Sampling dan Prosedur Pengumpulan Data
Polupulasi masyarakat penyangga ditentukan berdasarkan
jumlah kepala keluarga yang berada di kawasan penyangga yaitu
Desa Tanjung J aya yang 500 KK berada di Cikadu 300 KK, dan
Cipanon 200 KK. Dengan memilih teknik non probability
sampling, yaitu purposive sampling, ditetapkan 75 sampel melalui
49

Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 50

survey dan dua focus group discussion diantara orang-orang kunci
(key person) di desa lokasi penelitian.
Untuk menganalisis dampak sosial ekonomi pariwisata di
KEK Tanjung lesung, informasi diperoleh melalui observasi
lapangan, wawancara secara face-to-face, diskusi kelompok
terfokus, dan angket serta FGD. Untuk mengumpulkan data
digunaka kuesioner dan alat observasi.
C. Metode Analisis Data
Deskriptif: Untuk menggambarkan profil responden dan
pendapatnya tentang dampak sosial ekonomi pengembagan KEK.
Komparatif, untuk menguji perbedaan atara bebarapa variabel
demografi dengan tanggapan mereka terhadap dampak sosisal
ekonomi pengembangan KEK.
D. Dasar Hukum
Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
UU No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
PP No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan KEK
PP No. 100 Tahun 2012 tentang Perubahan atas PP No. 2
Tahun 2011
PP No. 26 Tahun 2012 Tentang KEK Tanjung Lesung
PP No. 50 Tahun 2011 Tentang RENCANA INDUK
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL
TAHUN 2010 2025
Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 2012, tetang KEK



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 51

Inpres RI No. 16 tahun 2005 tentang Kebijakan
Pengembangan Kebudayaan danPariwisata;
Peraturan Daerah No. 9 tahun 2005 tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah Provinsi Banten;
PERPRES No. 32 Tahun 2011 tentang MP3EI tahun 2011-
2025
KEPPRES No. 41 Tahun 2012 tentang Dewan Kawasan
KEK Provinsi Banten.
E. Rancangan Kerja Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan
Bulan
Mar Apr Mei/J uni J ul
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pra-Persiapan
Brainstorming dan penentuan
lingkup pekerjaan

Studi/observasi pendahuluan
(FGD)

Penyusunan Instrumen
Diskusi rancangan penelitian
presentasi laporan
pendahuluan

Survey-Pengumpulan Data
Primer dan Analisis

Survey
Pengolahan dan analisis data
Penyusunan laporan antara
Workshop laporan antara
Penyusunan Laporan Akhir
Penyusunan laporan akhir
Workshop laporan Akhir




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 52

F. Tahapan Pekerjaan
Kajian atas dampak dari suatu kebijakan ataupun kegiatan,
dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti studi evaluasi
yang membandingkan sebelum dan sesudah kegiatan. Atau
pengukuran pola perubahan sosio-kultural dan ekonomi
masyarakat pada suatu waktu tertentu (cross section). Namun
bagaimanapun pendekatan yang diambil, perlu dilaksanakan
secara bertahap melalui tahapan pra/persiapan, observasi
pendahuluan, pengolahan hasil observasi dan penyusunan
instrumen, survey lapangan, pengolahan dan analisis data,
workshop hasil penelitian dan penyusunan rekomendasi.
Pra Persiapan dan Persiapan 1.
a. Pra Persiapan
Pra persisapan penelitian, merupakan kegiatan koordinatif
antara pemberi tugas dengan tim periset. Pemahaman atas KAK
dan brainstorming kegiatan yang akan dilakukan. Menyusun
proposal studi dan merumuskan teknis pelaksanaan.
b. Observasi Pendahuluan
Survey pendahuluan ditujukan untuk memperoleh gambaran
umum wilayah penelitian, dan pengumpulan data awal. Hasil
studi pendahuluan tersebut akan digunakan untuk menyusun
instrumen penelitian. Studi dokumen akan dilakuk pada tahap ini,
dengan mengkaji berbagai dokumen yang terkait dengan KEK-TL
seperti peraturan perundangan, studi kelayakan, struktur



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 53

demografi masyarakat dalam dan sekitar kawasan, serta struktur
pencahariannya.
c. Pengolahan data Hasil Observasi dan Penyusunan Instrumen
Penelitian
Hasil survey pendahuluan akan dibahas dalam panel diskusi
ataupun diskusi dengan pakar, yang selanjutnya disusun
instrumen untuk penelitian selanjutnya. Dengan observasi
tersebut, diharapkan pengumpulan data pada tahap survey
berikutnya akan menggunakan instrumen yang valid.
Analisis dan Pelaporan 2.
a. Laporan Pendahuluan
Laporan ini memuat informasi awal dari rangkaian kegiatan
penelitian yang telah dilakukan termasuk pra-persiapan dan
persiapan, masalah teridentifikasi, hasil observasi awal dan
instrumen penelitian. Di samping itu, dilaporkan pula rencana
detil penelitian termasuk disain penelitiannya.
b. Laporan Antara (interim report)
Menyajikan kemajuan penelitian berdasarkan hasil
pengolahan data primer dan data sekunder, serta hasil analisis
statistik yang diperlukan dalam mengambil kesimpulan.
c. Laporan Akhir (Final Report)
Menyajikan hasil-hasil analisis mengenai dampak sosial
ekonomi masyarakat dan perubahan struktur/pola pencaharian di
kawasan pengembangan. Di samping itu memuat hasil masukan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 54

dalam workshop dan rekomendasi hasil penelitian serta rencana
tindak lanjut antisipatif kebijakan untuk mengoptimalkan dampak
positif dan menekan dampak negatif dari pengembangan kawasan.



BAB 4
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pariwisata Provinsi Banten
Secara geografis, Provinsi Banten menempati posisi strategis
untuk pengembangan pariwisata. Karena selain berbatasan dengan
ibu kota negara, juga menjadi pintu gerbang masuknya wisatawan
mancanegara ke Indonesia. Selain itu, Provinsi Banten memiliki
sumberdaya pariwisata yang sangat potensial, baik itu sumber daya
alam maupun sumber daya buatan. Identifikasi yang dilakukan pada
tahun 2006, Provinsi Banten mempunyai 204 objek daya tarik wisata
(ODTW) yang terdiri atas objek daya tarik: (1) alam, (2) sejarah dan
budaya, (3) buatan, (4) living culture dan (5) pertunjukan kesenian.
Dari jumlah tersebut, hampir 50 persennya masih merupakan potensi
yang belum dikembangkan (Renstra Provinsi Banten). Namun
setelah 10 tahun ditetapkannya 18 kawasan pengembangan
pariwisata, jumlah objek daya tarik wisata di Provinsi Banten
meningkat menjadi 526 objek dengan beberapa kategori baru seperti
objek wisata marina, warisan budaya (heritage), suaka alam, wisata
belanja, wisata kuliner, wisata kesehatan termasuk olahraga air dan
sejenisnya.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, objek wisata pantai
merupakan tujuan favorit baik wisatawan domestik maupun
wisatawan mancanegara. Pada tahun 2010, diperoleh informasi
bahwa 55,4 % wisatawan domestik memilih wisata pantai sebagai
55

Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 56

pilihan pertamanya, demikian pula wisatawan mancanegara
mencapai 64,52% yang berkunjung objek wisata pantai di Provinsi
Banten (Disbudpar, 2012).
Dengan semakin meningkatnya jumlah dan keragaman objek
wisata tersebut, maka dapat digambarkan bahwa supply produk-
produk pariwisata telah mengalami pertumbuhan secara signifikan
di Provinsi Banten. Selanjutnya, selain dipandang dari sisi supply,
perkembangan pariwisata, juga dapat dikaji dari aspek-aspek lainnya
seperti (1) jumlah kunjungan (2) lama tinggal (length of stay) dan
(3) besarnya pengeluaran (spend of expenditure) selama berwisata.
Ketiga aspek ini, selain dapat digunakan untuk memprediksi dampak
langsung pendapatan pariwisata, juga dapat digukan untuk
memprediksi dampak tidak langsung dari perkembangan pariwisata.
Dalam menentukan jumlah kunjungan wisatawan, suatu
destinasi yang dirancang dengan access gate tertentu, penghitungan
jumlah kunjungan wisatawan tidaklah sulit mengingat setiap
pengunjung dapat tercatat dengan tepat. Namun sebaliknya, bagi
daerah dengan akses masuk terbuka seperti Provinsi Banten
penghitungan jumlah kunjungan secara tepat dan akurat sangat sulit
untuk dilakukan. Pintu masuk seperti pelabuhan, bandara, statsiun
kereta api, dan terminal bis sebagai akses ke Provinsi Banten, tidak
serta-merta dapat digunakan untuk mencatatkan jumlah kunjungan
wisatawan ke Provinsi Banten. Orang yang datang ke Provinsi
Banten sangat sulit dibedakan antara penumpang yang tiba dari luar
daerah berniat dan melakukan kegiatan wisata dengan mereka yang
bukan untuk tujuan wisata (khusunya untuk wisatawan domestik).
Terkadang mereka hanya sekedar transit atau melewati Provinsi



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 57

Banten kemudian melanjutkan perjalanan akhir dengan tujuan di
luar Provinsi Banten. Indikasi ini dapat terlihat dari statistik
kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, di mana terjadi
pertumbuhan negatif selama tiga tahun (2009-2011) untuk
wisatawan domestik. Namun sebaliknya karena pendataannya relatif
mudah, untuk wisatawan mancanegara mengalami pertumbuhan
positif selama lima tahun terakhir. Dengan demikian pada tahun
2012 baik wisatawan domestik maupun mancara negara mengalami
pertumbuhan positif, yang secara total kunjungan wisatawan
mengalami pertumbuhan hampir dua persen (1,94%) seperti pada
Tabel 4-1.
Tabel 4-1
Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Banten Periode 2008-2012
Tahun
Wisatawan
domestik
+/-
Wisatawan
mancanegara
+/- Total +/-
2008 24.123.000 112.732 24.235.732
2009
*)
24.041.029 -0,34 134.612 19,41 24.175.641 -0,25
2010
*)
24.000.043 -0,17 148.046 9,98 24.148.089 -0,11
2011 23.959.057 -0,17 160.555 8,45 24.119.612 -0,12
2012 24.397.233 1,83 189.269 17,88 24.586.502 1,94
Rata-rata
pertumbuhan
0,0022 0,109 0,0029
*)

ekstrapolasi nilai rata-rata 2008 dan 2011, akibat beda metode perhitungan kunjungan wisata ke Banten
Lama
Sumber: Disbudpar Kabupaten/Kota Provinsi Banten, (diolah)
Apabila ditelaah lebih lanjut, pertumbuhan kunjungan
wisatawan dalam jangka panjang menggambarkan pertumbuhan
positif bagi kunjungan wisatawan mancanegara, namun relatif
stagnan untuk wisatawan domestik Gambar 4-1).



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 58


Gambar 4-1
Diagram pencar kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke
Provinsi Banten, 2008-2012.
Berdasarkan pada diagram pencar (scatter plot) yang diestimasi
menggunakan garis pas (fitting line) garis regresi diketahui
kecondongan garis (slope)-nya positif yaitu +46,65 (wisatawan
domestik) dan +1.790,17 (wisatawan mancanegara). Walaupun
jumlah kunjungan wisatawan domestik lebih besar (intercept
69.661,32) dibandingkan dengan wisatawan mancanegara
(interscept 3,58E6), namun pertumbuhannya lebih kecil yang
digambarkan dengan fitting line wisatawan domestik yang
kemiringan sangat landai. Sebaliknya kunjungan wisatawan
mancanegara memiliki pertumbuhannya yang sangat besar
sebagaimana kemiringan garis yang sangat curam. Dengan
demikian, perlu upaya yang lebih besar lagi untuk menggerakan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 59

wisatawan domestik ke Provinsi Banten, di samping
mempertahankan pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara.
Prediksi peningkatan tersebut didukung pula oleh tingginya
pertumbuhan industri pariwisata seperti akomodasi yang tumbuh
sangat pesat di Provinsi Banten. Dari Tabel 4-2 dapat diketahui
pertumbuhan jumlah usaha akomodasi mencapai 47% pada kurun
waktu empat tahun (2009-2012) dengan pertumbuhan jumlah kamar
sebesar 82%.
Tabel 4-2
Jumlah Akomodasi, Rata-rata Pekerja dan Jumlah Tamu per Hari
ke Provinsi Banten, Tahun 2009-2012
Indikator 2009 2010 2011 2012
Rata-rata
pertumbuhan
Banyaknya


Usaha 37 39 46 175 0,47
Kamar 2.775 2.765 3.428 30.135 0,82
Tempat Tidur 4.184 4.208 5.131 41.744 0,78
Rata-rata
Pekerja Per

Usaha 87,60 96,40 81,60 186,90 0,21
Kamar 1,20 1,40 1,10 1,10 (0,02)
Tamu Per Hari


Indonesia 1.605 1.419 1.839 14.282 0,73
Asing 298 436 308 4,913 1,02
J umlah 1.903 1.855 2.147 19.195 0,78
Sumber: diolah dari BPS, 2013
Dari data lain diperoleh (Banten dalam Angka 2010/2011),
mencatat bahwa pertumbuhan hotel berbintang dan nonbintang
mencapai 2,35% per tahun, atau meningkat dari 213 hotel pada
tahun 2007 yang menjadi 228 hotel pada tahun 2010. Konsentrasi
dari fasilitas perhotelan ini berada di Kabupaten Serang, khususnya
di Anyer. Perkembangan jumlah hotel tersebut secara otomatis akan
menambah jumlah kamar yang juga mengalami pertumbuhan pada



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 60

periode 2008-2010 sebesar 2,63% pertahun. Walaupun demikian,
jumlah tempat tidur yang justru mengalami penurunan sebesar
0,85% pertahun.
Pertumbuhan akomodasi tersebut bisa jadi dipicu pula oleh
tumbuhnya tamu yang menginap di usaha akomodasi dengan rerata
pertumbuhan 73% tamu Indonesia dan 102% tamu Asing atau 78%
pertumbuhan total tamu per hari. Dengan pertumbuhan tamu yang
menginap pada usaha akomodasi, jumlah kamar dan tempat tidur
yang sangat pesat tersebut, maka serapan atas tenaga kerja juga
mengalami peningkatan dengan rerata pertumbuhan mencapai 21%
per usaha akomodasi. Namun jika dilihat dari rerata serapan tenaga
kerja per kamar mengalami pertumbuhan negatif -2%. Hal ini
diduga terjadi karena perusahaan meningkatkan efisiensi
penggunaan tenaga kerja atau meningkatnya produktivitas pekerja
per kamar. Dengan demikian, peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan juga meningkatkan serapan tenaga kerja di Provinsi
Banten.
Aspek lain yang menarik untuk dicermati dari pertumbuhan
tamu menginap pada usaha akomodasi ini adanya pergeseran
permintaan tamu Indonesia dalam menggunakan usaha akomodasi
(Gambar 4-2).



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 61


Gambar 4-2
Trend tamu Indonesia yang menginap di hotel berbitang dan hotel non
bintang di Provinsi Banten, 2003-2011 (BPS, 2013)
Ilustrasi di atas menggambarkan data tahun 2003-2011 yang
menunjukkan bahwa tamu Indonesia yang menginap di hotel non
bintang di Provinsi Banten sangat fluktuatif, namun dengan
menggunakan fitting line metode linier, diperoleh gambaran adanya
pertumbuhan positif yang sangat lambat dengan koefisien
kemiringan garis (slope) sebesar 1.965,4. Sementara itu, permintaan
tamu Indonesia untuk menginap di hotel berbintang tumbuh dengan
pesat mencapai 19% selama delapan tahun terakhir, dengan
koefisien kemiringan garis (slope) sebesar 26.471,7. Adanya
pergeseran ini dapat dipahami bahwa telah terjadi peningkatan
pengeluaran (spend of expenditure) wisatawan untuk pengeluaran
akomodasi ketika mereka berwisata. Hal lain yang dapat dipahami



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 62

adalah adanya peningkatan ekspektasi terhadap kualitas pelayanan
selama melakukan perjalanan wisata.
Sementara itu, permintaan tamu asing untuk menginap pada
usaha akomodasi mengalami pertumbuhan negatif untuk kedua jenis
akomodasi hotel bintang maupun non bintang. Pola permintaan
yang sangat fluktuatif dan cenderung menurun berdampak pada
permintaan terhadap akomodasi mengalami trend negatif. Ilustrasi
ini dapat dilihat dari Gambar 4-3 yang menunjukkan bahwa kedua
fitting line mempunyai koefisien kemiringan garis (slope) negatif.
Walaupun dua tahun terakhir mengalami peningkatan, koefisien
kemiringan garis trend tamu asing yang menginap di hotel
berbintang masih -3.765, dan di hotel non bintang masih -1.345.
Apabila dikaitkan dengan kunjungan wisatawan asing ke
Provinsi Banten yang mempunyai kecenderungan meningkat pesat,
permintaan terhadap akomodasi seolah berbanding terbalik. Hal ini
dapat dipahami apabila pola kunjungan ke Provinsi Banten diduga
menerapkan pola daisy product di mana wisatawan asing menginap
di J akarta sebagai tempat bermalam, sementara mereka dapat
melakukan aktivitas berwisata di Provinsi Banten tanpa harus
menginap.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 63


Gambar 4-3
Trend tamu asing menginap di hotel bintang dan non bintang di Provinsi
Banten, tahun 2003-2011
Apabila kondisi seperti ini terus berlanjut, dapat dipastikan
fasilitas akomodasi yang dibangun di Provinsi Banten akan
kekurangan tamu asing, dan akan berpengaruh terhadap penerimaan
langsung dari sektor pariwisata. Selain itu, dapat bepengaruh juga
terhadap aspek penting kedua dari pariwisata yaitu lama tinggal.
Namun demikian, apabila dilihat dari agregat tamu yang
menginap di hotel baik berbintang maupun non bintang di Provinsi
Banten menggambarkan keseluruhan tamu yang membeli produk
akomodasi. Baik tamu asing maupun tamu Indonesia yang
menginap di hotel bintang maupun non bintang menunjukkan
perkembangan positif. Berdasarkan Gambar 4-4., tamu yang
menginap di hotel di Provinsi Banten menunjukkan pertumbuhan.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 64

Namun apabila dilihat secara keseluruhan, tamu yang menginap di
hotel non bintang trendnya sangat lambat yang ditunjukkan oleh
fitting line yang landai dengan koefisien kemiringan garis (slope)
sebesar +620,3, dibandingkan dengan trend tamu yang menginap di
hotel berbintang dengan koefisien kemiringan garis +22.706,67.
Seperti yang diungkapkan di atas, bahwa dengan adanya
peningkatan permintaan atas akomodasi pada hotel berbintang
mengindikasikan meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia dan
permintaan terhadap kualitas layanan.

Gambar 4-4
Trend total tamu menginap di hotel di Provinsi Banten tahun 2003-2011
Aspek lain yang berdampak ekonomi langsung adalah lama
tinggal. Semakin lama wisatawan tinggal di Provinsi Banten maka
akan semakin banyak pengeluaran untuk keperluan selama



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 65

berkunjung termasuk akomodasi, rekreasi dan pengeluaran lainnya.
Rata-rata lama tinggal wisatawan di Provinsi Banten dapat diketahui
dari lamanya tamu menginap di hotel-hotel tempat berwisata.
Berdasarkan data tahun 2004-2011 yang diolah dari publikasi BPS
(2013), rata-rata wisatawan berkunjung ke Provinsi Banten selama
1,5 hari. Gambar 4-5 memperlihatkan rata-rata lama tinggal
wisatawan selama kurun waktu delapan tahun.
Gambar 4-5
Rata-rata lama tinggal tamu Indonesia dan tamu Asing yang menginap di
hotel bintang dan non bintang di Provinsi Banten tahun 2004-2011 (BPS,
2013; diolah)
Rata-rata lama tinggal tamu yang menginap di hotel non
bintang mengalami penurunan yang sangat tajam terutama tamu asal
Indonesia yang mencapai di bawah rata-rata lama menginap total
tamu. Demikian pula lama tinggal tamu asing di hotel non bintang,
mengalami penurunan di bawah rata-rata lama tinggal di Provinsi



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 66

Banten. Sebaliknya, rata-rata lama tinggal di hotel berbintang, baik
tamu Indonesia maupun tamu asing menunjukkan kecenderungan
pertumbuhan positif. Kondisi lama tinggal ini sejalan dengan
informasi yang terkait dengan jumlah tamu yang menginap di hotel
di Provinsi Banten. Dengan demikian selain jumlah tamu yang
berkunjung ke hotel non bintang berkurang, rata-rata lama tinggal di
hotel juga berkurang.
Aspek ketiga yang berdampak langsung terhadap ekonomi
adalah pengeluaran wisatawan (spend of expenditure). Pengeluaran
wisatawan seringkali dikenal dengan konsumsi wisatawan yanga
biasanya di suatu daerah merupakan penggerak ekonomi pariwisata
daerah tersebut. Konsumsi dihitung untuk membayar akomodasi,
perdagangan cinderamata, rumah makan dan kegiatan penunjang
wisata lainnya. Karena berfungsi sebagai faktor pengungkit,
pengeluaran konsumsi wisatawan selalu yang diharapakan nilai
konsumsi ini terus meningkat sehingga ekonomi pariwisata semakin
berkembang. Konsumsi wisatawan sangat erat kaitannya dengan
jumlah kunjungan wisatawan dengan lama tinggal. Untuk
meningkatkan komsumsi wisatawan, maka variasi produk-produk
pariwisata dan yang terkait dengan pariwisata, harus dikembangkan.
Berdasarkan hasil kajian sebelumnya (Nesparda, 2011),
konsumsi wisatawan di Provinsi Banten mengalami peningkatan
seiring peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara. Setiap wisatawan
domestik yang melakukan perjalanan wisata di Banten rata-rata
menghabiskan Rp 1,64 juta pada tahun 2009 dan Rp 1,78 juta pada
tahun 2010. Pengeluaran tersebut untuk memenuhi berbagai



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 67

kebutuhan selama melakukan wisata di wilayah Banten. Pengeluaran
terbesar digunakan untuk mengkonsumsi jasa restoran, selanjutnya
jasa angkutan jalan dan barang hasil industri tekstil, pakaian jadi,
kulit dan alas kaki. Pengeluaran untuk jasa hotel sendiri hanya
menempati posisi kesepuluh dari sekian banyak barang dan jasa
yang dikonsumsi oleh wisatawan domestik (Tabel 4-3).
Kontribusi rata-rata konsumsi wisatawan domestik untuk jasa
restoran di Provinsi Banten pada tahun 2009 dan 2010, mencapai
proporsi tertinggi mencapai hampir 25%. Sementara itu, untuk
konsumsi hotel berbintang, wisatawan domestik memberikan
kontribusi sebesar 2,4% pada tahun 2010 yang mengalami
penurunan sebesar 0,2% dari tahun 2009 (2,6%). Penurunan ini
terjadi sejalan dengan anjloknya rata-rata lama tinggal tamu di hotel
bintang dari rata-rata 1,54 hari pada tahun 2009 menjadi rata-rata
1,45 hari pada tahun 2010 (lihat ilustrasi grafik pada Gambar 4-5).
Tabel 4-3
Rata-rata konsumsi wisatawan domestik di Banten tahun 20092010
Sektor/Sub Sektor
Rata-rata Konsumsi (Rp) Persentase
2009 2010 2009 2010
1. Restoran 413.828 438.354 25,26 24,64
2. Angkutan jalan 350.681 411.135 21,41 23,11
3. Industri tekstil, pakaian jadi, kulit,
dan alas kaki
170.105 181.936 10,38 10,23
4. Industri kimia, barang-barang dari
bahan kimia, karet dan plastik
146.709 165.965 8,95 9,33
5. Industri makanan, minuman &
tembakau
131.037 122.632 8,00 6,89
6. Perdagangan 66.219 68.100 4,04 3,83
7. Keuangan, persewaan, & jasa
perusahaan
63.575 67.997 3,88 3,82
8. Industri kayu, bambu, rotan, & 49.170 52.590 3,00 2,96



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 68

furniture
9. J asa perorangan dan rumah tangga 47.691 52.479 2,91 2,95
10. Hotel Bintang 42.584 42.918 2,60 2,41
11. Industri emping 28.846 37.082 1,76 2,08
12. Industri gula aren & gula semut 16.210 18.504 0,99 1,04
13. Lainnya 111.644 119.280 6,81 6,70
Total 1.638.299 1.778.972 100,00 100,00
Sumber: Nesparda Provinsi Banten 2011
Sementara itu, konsumsi wisatawan mancanegara selama
melakukan perjalanan wisata ke Provinsi Banten rata-rata
menghabiskan Rp 4,85 juta pada tahun 2009 dan meningkat sebesar
24,73 menjadi Rp 6,05 juta pada tahun 2010. Berbeda dengan pola
konsumsi wisatawan domestik, yang memberikan kontribusi terbesar
dari jasa restoran, maka proporsi terbesar konsumsi wisatawan
mancanegara dipergunakan untuk mendapatkan jasa penunjang
angkutan, diikuti oleh jasa rekreasi, kebudayaan dan olah raga serta
angkutan udara. Sementara itu, konsumsi jasa restoran hanya
menempati posisi keempat sedangkan konsumsi jasa hotel bintang
berada pada posisi keenam (Tabel 4-4).
Tabel 4-4
Rata-rata konsumsi wisatawan mancanegara di Provinsi Banten,
tahun 2009 2010
Sektor/Sub Sektor
Rata-rata Konsumsi (Rp) Persentase
2009 2010 2009 2010
1. J asa penunjang angkutan 1.456.045 1.816.057 30,02 30,02
2. J asa rekreasi, kebudayaan, & olah
raga
593.271 764.684 12,23 12,64
3. Angkutan udara 416.571 519.569 8,59 8,59
4. Restoran 374.085 466.578 7,71 7,71
5. Ind pengolahan lainnya 321.611 401.130 6,63 6,63
6. Hotel Bintang 320.624 399.899 6,61 6,61



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 69

7. Industri tekstil, pakaian jadi,
kulit, dan alas kaki
291.326 363.358 6,01 6,01
8. Angkutan jalan 247.116 308.216 5,10 5,10
9. J asa perorangan dan rumah
tangga
189.311 211.393 3,90 3,49
10. Industri makanan, minuman &
tembakau
145.724 181.756 3,00 3,00
11. Industri kayu, bambu, rotan, &
furniture
95.700 119.362 1,97 1,97
12. Keuangan, persewaan, & jasa
perusahaan
88.840 110.805 1,83 1,83
13. Lainnya 309.660 386.221 6,38 6,38
Total 4.849.884 6.049.028 100,00 100,00
Sumber: Nesparda Provinsi Banten 2011
Apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per
kunjungan secara nasional, maka rata-rata pengeluaran wisatawan ke
Provinsi Banten relatif lebih rendah. Hal ini menggambarkan lama
tinggal di Provinsi Banten tidak lama dan variasi produk pariwisata
yang tidak cukup untuk meningkatkan spent of expenditure.
B. Pariwisata Kabupaten Pandeglang dan KEK Pariwisata
Tanjung Lesung
Sebagaimana gambaran umum pariwisata Provinsi Banten,
pariwisata Kabupaten Pandeglang diharapkan menjadi turunan dari
indikator pengembangan pariwisata di tingkat provinsi. Rata-rata
pertumbuhan kunjungan ke Kabupaten Pandeglang selama lima
tahun terakhir adalah 0,298 (29,8%) wisatawan domestik dan 0,157
(15,7%) rata-rata pertumbuhan wisatawan mancanegara. Rata-rata
tersebut lebih tinggi dari pada rata-rata pertumbuhan kunjungan ke
Provinsi Banten baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sementara itu rata-rata pertumbuhan total wisatawan ke Kabupaten



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 70

Pandeglang mendekati pertumbuhan wisatawan domestik yaitu 29,7
persen.
Tabel 4-5
Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Pandeglang 2008-2012*
Tahun
Wisatawan
domestik
Wisatawan
mancanegara
Total
1 2008 655.753 6.105 661.858
2 2009 1.472.558 20.643 1.493.201
3 2010 1.647.549 15.408 1.662.957
4 2011 2.017.223 13.437 2.030.660
5 2012 2.417.189 12.672 2.429.861
Rata-rata
Pertumbuhan*
0,298 0,157 0,297
Sumber: Disbudpar Kabupaten Pandeglang (diolah dari berbagai sumber)
* menggunakan metode rata-rata pertumbuhan
Selain itu, berdasarkan Tabel 4-5 di atas, peningkatan
kunjungan wisatawan domestik cukup tinggi hampir mendekati
pertumbuhan total kunjungan ke Kabupaten Pandeglang,
menggambarkan bahwa Provinsi Banten merupakan tujuan
wisatawan domestik. Selain itu, kunjungan tersebut menunjukkan
bahwa prospek kunjungan wisata ke Kabupaten Pandeglang sangat
optimis di masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian
sebelumnya (Disbudpar, 2012
54
) menyatakan bahwa kunjungan
wisatawa ke Kabupaten Pandeglang lebih banyak pada destinasi-
destinasi lama seperti Pantai Anyer-Carita dan Tanjung Lesung.
Kunjungan mereka masih bersifat rekreatif dengan aktifitas wisata
pantai dan air. Selain itu, kunjungan wisatawan ke Provinsi Banten
ditopang oleh adanya KEK Pariwisata Tanjung Lesung.
Perkembangan kunjungan tamu ke Tanjung Lesung secara berkala
54
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (2012) Analisis Daya Saing Provinsi Banten.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 71

terus mengalami peningkatan yang sangat pesat (Gambar 4-6).
Sejak tahun 1997, penurunan terjadi pada tahun 2001 dan 2007,
yang terjadi karena berbagai faktor, salah satu diantaranya aktifitas
gunung Krakatau.

Gambar 4-6
Kunjungan Tamu ke Tanjung Lesung, tahun 1997-2012
55

Walaupun demikian, secara keseluruhan dalam kurun waktu
1997-2012 menggambarkan pertumbuhan yang sangat tinggi dengan
koefisien kemiringan garis (slope) sebesar 6.819, bahkan tahun 2011
dan 2013 kunjungannya jauh di atas trend fitting line. Hal tersebut
menggambarkan telah terjadi lonjakan pada dua tahun terakhir.
Lonjakan kunjungan tersebut, secara signifikan terjadi karena
publikasi status KEK Pariwisata. Pola kunjungan bulanan yang
55
Hanya tamu yang menginap di hotel-hotel di Tanjung Lesung




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 72

dicatat selama dua tahun terakhir menggambarkan kenaikan yang
signifikan. Kunjungan wisatawan ke kawasan (termasuk tamu
hotel), pada tahun 2012 terjadi peningkatan hampir 35% dari tahun
sebelumnya. Peningkatan ini diduga adanya berbagai liputan media
terkait dengan penetapan Tanjung Lesung sebagai kawasan ekonomi
khusus (KEK) pariwisata.
Tabel 4-6
Kunjungan Tamu Wisata ke Tanjung Lesung*
Bulan Kunjungan
Kunjungan
Tamu 2011
Kunjungan
Tamu 2012
Selisih 11/12
Selisih %
11/12
1. J anuari 6.476 10.215 3.739 57,74
2. Februari 10.657 14.084 3.427 32,16
3. Maret 14.369 20.534 6.165 42,90
4. April 18.925 26.488 7.563 39,96
5. Mei 24.082 34.026 9.944 41,29
6. J uni 31.451 42.993 11.542 36,70
7. J uli 39.996 52.066 12.070 30,18
8. Agustus 49.594 78.985 29.391 59,26
9. September 73.116 88.090 14.974 20,48
10. Oktober 74.585 96.094 21.509 28,84
11. November 79.463 105.452 25.989 32,71
12. Desember 92.023 124.175 32.152 34,94
TOTAL 514.737 693.202 178.465 34,67
Sumber: Disbudpar Kabupaten Pandeglang (diolah dari berbagai sumber)
* Kunjungan ke KEK termasuk tamu hotel
Pola kunjungan bulanan ke KEK Tanjung Lesung tabel di atas,
dapat digambarkan melalui ilustrasi pada Gambar 4-7, yang
merepresentasikan trend bulanan. Kunjungan bulanan pada dua
tahun terakhir menunjukkan trend kenaikan yang trend positif
dengan kenaikan tertinggi mulai bulan Agustus (2012) dan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 73

September (2011) berada di atas fitting line. Bila dikaitkan dengan
kalender nasional, kedua bulan tersebut merupakan libur hari raya
dan libur akhir tahun anak-anak sekolah.

Gambar 4-7
Kunjungan wisatawan ke KEK Pariwisata Tanjung Lesung 2011 dan 2012
Informasi lain dapat diketahui bahwa kecenderungan kenaikan
tahun 2012 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang
dapat dilihat dari koefisien kemiringan fitting line sebesar 10,67
dibandingkan dengan koefisien kemiringan fitting line tahun 2011
hanya sebesar 8,17 poin. Kunjungan ini merupakan tamu yang
langsung menginap di hotel, belum dihitung pengunjung yang tidak
menginap di hotel di Tanjung Lesung.
Sebagai implikasi dari meningkatnya kunjungan wisatawan ke
KEK antara lain meningkatnya tingkat hunian kamar, meningkatnya



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 74

penjualan makanan dan minuman, serta meningkatnya penjualan
produk-produk wisata di sekitar kawasan. Permintaan berwisata ke
Krakatau, Ujung Kulon dan aktivitas wisata di sekitar kawasan juga
meningkat. Dalam skala yang lebih luas, menurut studi LAPI-ITB
(2011), kecenderungan peningkatan jumlah wisatawan ini menjadi
salah satu indikasi adanya peningkatan kebutuhan akan daerah
tujuan wisata dan Tanjung Lesung merupakan salah satu destinasi
yang memiliki daya tarik tersendiri di Provinsi Banten.
C. Sekilas tentang KEK Pariwisata Tanjung Lesung
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung (KEK-
TL) berlokasi di Desa Tanjung J aya, Kecamatan Panimbang,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Kawasan yang
mempunyai luas 1.500 hektar [berdasarkan Keputusan Dirjen
Pariwisata No: Kep-18/U/II/88, Tentang Ketentuan Usaha Obyek
Wisata dan PP 26 tahun 2012], Kawasan Pariwisata Tanjung adalah
Obyek Wisata Nasional. Objek ini berlokasi diantara dua ikon
pariwisata Gunung Krakatau dan World Heritage Site Taman
Nasional Ujung Kulon yang dihuni Badak J awa sebagai daya tarik
yang sudah sangat populer. Secara administratif, berada di Desa
Tanjung J aya dengan batas-batas wilayah adalah:
Sebelah barat : Selat Sunda
Sebelah timur : Desa Citeureup
Sebelah utara : Selat Sunda
Sebelah selatan : Citeureup dan Desa Tarumanegara



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 75

Luas desa Tanjung J aya mencapai lebih dari 4.800 hektar yang
dihuni oleh sekitar 1.870 kepala keluarga pada tahun 2012.
Penduduknya tersebar di beberapa kampung dengan tingkat
kepadatan sekitar 133 jiwa/km
2
. Tingkat pertumbuhan penduduknya
adalah 2,65% per tahun. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian
mencapai lebih dari 80% yang menggarap lebih dari 90% lahan
sawah dan ladang di desa ini. Mereka mengusahakan padi-palawija,
kelapa, kopi, cokelat, cengkeh dan lain lain, dengan pendapatan per
kapita dari sektor pertanian sebesar Rp50.000,- pada tahun 2012.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tanjungjaya masih sangat
rendah, +89,4% diantaranya berpendidikan sampai dengan tamat
SD, 5,67% tamat SLTP dan 4,9% tamat SLTA.
Untuk menuju Tanjung Lesung, ada dua alternatif rute yang
dapat ditempuh dari J akarta, yaitu, alternatif pertama, rute jalan tol
J akarta-Merak, lalu keluar melalui pintu gerbang tol Serang Timur.
Setelah melewati Kota Serang-Pandeglang-Labuan berakhir di KEK
Tanjung Lesung. Adapun alternatif kedua, dapat menggunakan rute
J akarta-Merak, lalu keluar melalui gerbang tol Cilegon langsung ke
Anyer-Carita-Labuan dan berakhir di KEK Tanjung Lesung.
Adapun jarak tempuh menujuj KEK Tanjung Lesung sepanjang
160 km yang dapat ditemput antara 3 s.d 5 jam dengan
menggunakan kendaraan pribadi.
Secara legal, dan dukungan hukum penetapan KEK Pariwisata
Tanjung Lesung ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan
yang sudah ada baik yang khusus penetapan KEK Pariwisata
maupun yang terkait dengan KEK Pariwisata amtara lain:



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 76

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2012 Tentang KEK
Tanjung Lesung,
Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung dengan luas 1.500 Ha,
sesuai Keputusan Dirjen Pariwisata No: Kep-18/U/II/88, Tentang
Ketentuan Usaha Obyek Wisata, Kawasan Pariwisata Tanjung
adalah Obyek Wisata Nasional.
Surat Gubernur J awa Barat No. 593/1603/BKPMD/1990 tgl 22
Mei 1990 Perihal Penyedaiaan Lahan/Lokasi PT Banten West
J ava TDC.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005
Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata.
Rencana Strategis Kementrian Kebudayaan Dan Pariwisata
Tahun 2010-2014 melalui Program Pengembangan Destinasi
Pariwisata tahun 2010-2014 Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung
masuk dalam Pengembang Daya Tarik Pariwisata sebagai
Destinasi Pariwisata Nasional yang dalam mewujudkannya perlu
keterpaduan dengan lintas sektor, antara lain: Kementrian
Pekerjaan Umum, Kementrian Kehutanan, Kementrian Kelautan
dan Perikanan dan Kementrian Perhubungan
RPJ MD 2007-2012: Kecamatan Panimbang di tetapkan sebagai
Pusat Pertumbuhan di wilayah Kabupaten Pandeglang, didukung
dengan pengembangan jaringan transportasi (Bandar Udara



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 77

Banten Selatan, J alan Tol Serang-Panimbang, J alan Nasional dan
J alan Kereta Api);
Dalam RTRW Provinsi Banten Tahun 2010-2030 telah di
cantumkan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Strategis Provinsi
Banten (Point 2.7 Kawasan Tanjung Lesung waterfront city
Panimbang Kepentingan Ekonomi dan Telah dicantumkan
Bandara Banten Selatan, jalan Bebas Hambatan Prospektif
Serang-Panimbang, jaringan J alan Kereta Api menuju
Panimbang).
D. Gambaran Umum dan Deskripsi Hasil Penelitian
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1.
Penelitian difokuskan di Desa Tanjung J aya Kecamatan
Panimbang Kabupaten Pandeglang. Namun ditambah pula dengan
desa yang dilalui jalur utama menuju KEK Pariwisata Tanjung
Lesung yaitu desa Citeureup. Alasan utama pemilihan desa ini
didasarkan pada survey awal (studi pendahuluan) di mana informasi
tentang KEK Pariwisata Tanjung Lesung belum sampai ke
masyarakat yang lebih luas. Informasi atas penetapan Tanjung
Lesung sebagai KEK Pariwisata masih sangat terbatas pada orang
orang tertentu yang terlibat langsung dengan kegiatan pariwisata di
dalam kawasan dan zona penyangga.
Di desa ini terdapat beberapa kampung sebagai zona penyangga
(buffer zone) kawasan. Dua diantaranya kampung Cipanon dan
Cikadu Endah. Kampung Cikadu dihuni oleh sekitar 300 kepala
keluarga yang sebagian besar merupakan pindahan dari KEK.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 78

Masyarakat di kampung ini bermata pencaharian lebih banyak dari
pemanfaatan potensi potensi alam melalui bercocok tanam, agro
wisata perkebunan salak, coklat, dll. Adapun potensi wisata budaya
yang dimiliki kampung ini adalah kesenian pencak silat, debus dan
rampak lisung (gondang). Selain itu, ada juga pengrajin
cinderamata kayu miniatur badak bercula satu, namun belum baik
produksi maupun pemasarannya belum optimal.
Sementara itu, Kampung Cipanon dihuni oleh sekitar 200
kepala keluarga yang pencahariannya lebih banyak memanfaatkan
potensi pantai dan laut. Selain itu, posisi strategis Kampung
Cipanon yang berada di jalur utama masuk KEK, dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk melayani kebutuhan wisatawan, seperti
penyediaan makanan dan minuman serta home stay. Sebagaimana
halnya kampung Cikadu, Kampung Cipanon juga memiliki potensi
agrowisata kakao dan potensi budaya kesenian pencak silat dan
kesenian daerah qasidahan serta pembuatan cinderamata.
Karakteristik masyarakat Cikadu dan Cipanon merupakan
masyarakat yang memiliki sifat yang sama pada umumnya dengan
masyarakat Pandeglang, namun karakter masyarakat Cikadu dan
Cipanon terbentuk karena faktor pendidikan yang relatif masih
rendah, sehingga pemahaman masyarakat tentang pembangunan
pariwisata masih rendah terutama pada pengenalan Tanjung Lesung
sebagai KEK. Masih banyak resistensi dari masyarakat dalam
pembangunan kawasan KEK Tanjung Lesung, untuk itu KEK perlu
dikenalkan kepada masyarakat secara komprehensif dan terpadu
yang dilakukan secara bersama-sama baik oleh pemerintah kab/kota,



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 79

provinsi, Pengusaha maupun LSM, melalui penyuluhan/sosialisasi
dan advokasi sadar wisata.
Kondisi prasarana dan sarana umum yang ada di Desa ini masih
belum memadai. Misalnya, jalan masuk ke kampung Cikadu Endah
dalam keadaan kurang bagus, sehingga kendaraan roda 4 sulit masuk
pada waktu musim hujan.
Profil Demografi Responden 2.
Dalam penelitian dampak sosial pengembangan parwisata,
informasi karakteristik demografis masyarakat sangat penting untuk
diketahui. Hal ini disebabkan karena sangat berpengaruh terhadap
adaptabilitas perubahan masyarakat sebagai dampak pengembangan
pariwisata. Oleh karena itu, untuk mengetahui dampak sosial-
budaya perlu dikaitkan dengan aspek demografi. Profil demografis
masyarakat bisa berpengaruh terhadap persepsi mereka dalam
mengembangkan pariwisata.
Untuk mengetahui hal tersebut, dua jenis survey telah
dilakukan, pertama survey terhadap masyarakat untuk mengetahui
pendapat masyarakat terhadap dampak sosial ekonomi dan budaya
terkait dengan pengembangan pariwisata. Survey yang kedua
dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan industri yang terkait
langsung dengan pariwisata. Selain survey kepada masyarakat
dilakukan pula diskusi kelompok terfokus (focus group
discussion/FGD). Untuk survey kepada masyarakat dilakukan di
dua kampung penyangga kawasan (Cikadu dan Cipanon), sedangkan
Citeureup merupakan jalur utama untuk masuk ke KEK Pariwisata
Tanjung Lesung.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 80

Dengan menggunakan metode purposive sampling data yang
terkumpul lengkap dan dapat diolah adalah 67 dari 75 kuesioner
yang disebar. Karena terfokus di Desa Tanjung J aya, maka dari 67
tesebut responden tersebut berada di Cipanon dan Cikadu masing-
masing 30 dan 31 orang, sedangkan dari Desa Citeureup hanya enam
responden.
Tabel 4-7
Responden berdasarkan tempat tinggal dan tempat lahir
Tempat Tinggal
Apakah anda lahir di kampung/desa ini?
Tidak YA Total
Cipanon 16 (23,9%) 14 (20,9%) 30 (44,8%)
Cikadu 19 (28,4%) 12 (17,9%) 31 (46,3%)
Citeureup 3 (4,5%) 3 (4,5%) 6 (9,0%)
Total 38 (56,7%) 29 (43,3%) 67 (100,0%)

J umlah responden di atas, yang dipilih secara convenience
selama dilakukan survey. Sebagai pendukung dari diskusi terfokus
(focus group discussion) dengan para pemangku kempentingan di
wilayah kawasan penyangga. Survey dilakukan untuk kedua
kategori responden yaitu masyarakat umum dan pengola usaha yang
terkait dengan pariwisata.
Informasi tentang responden sangat penting untuk memperoleh
gambaran tentang informasi yang akan diperoleh dari hasil survey.
Dari responden yang disurvey diperoleh komposisi 21% perempuan
dan 79% laki-laki (Gambar 4-8), dengan tingkat pendidikan yang
beragam.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 81


Gambar 4-8
Responden berdasarkan jender
Penelitian ini menggali informasi tingkat pendidikan
masyarakat sekitar kawasan KEK, karena informasi ini sangat
penting diketahui untuk mempertimbangkan jenis partisipasi
maupun intervensi program yang tepat untuk mengantisipasi
perubahan kawasan. Dari total responden yang disurvey, responden
yang tamat SD dan yang tidak Tamat SD mencapai 57%, selebihnya
SLTP dan SLTA. Gambaran ini cukup mencerminkan kondisi
pendidikan di kawasan penyangga di mana tingkat pendidikan
masyarakat Desa Tanjungjaya masih sangat rendah , +89,4%
diantaranya berpendidikan sampai dengan tamat SD. Kondisi
tingkat pendidikan yang masih rendah ini akan berdampak pada
kurangnya responsifitas terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungan sekitar kawasan. Di samping itu, rendahnya tingkat
pendidikan ini, juga perpengaruh terhadap kesempatan mereka untuk
bekerja di dalam kawasan, mengingat kesempatan kerja yang
tercipta akibat perbumtuhan KEK Pariwisata Tanjung Lesung akan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 82

menyerap tengaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan
industrinya (Gambar 4-9)

Gambar 4-9
Responden berdasarkan tingkat pendidikan
Dalam hal usia, responden masih dalam usia produktif, namun
masih banyak yang tingkat pendidikannya masih rendah, di mana
55% dari responden berusia antara 26 tahun sampai 45 tahun.
Kecenderungan usia produktif dengan tingkat pendidikan formal
yang relatif rendah ini, pada umumnya akan mengurangi kesempatan
mereka untuk bekerja di sektor formal khusunya di industri
hospitaliti dan pariwisata. Namun sangat dimungkinkan untuk
diberikan pelatihan keterampilan yang bersifat kecakapan hidup dan
keahlian bidang pariwisata, seperti pengelolaan usaha non formal
dan pengembangan usaha kecil dan menengah (Gambar 4-10).



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 83


Gambar 4-10
Responden menurut kelompok usia
Secara umum, masyarakat setempat masih belum cukup
menguasai akses terhadap faktor-faktor produksi. Dengan
terbatasnya penguasaan atas lahan, mereka yang bermata
pencaharian sebagai petani tidak cukup untuk mengembangkan
kemampuannya. Oleh karena itu, cukup dipahami apabila
pendapatan masyarakatnya juga masih relatif rendah (Gambar 4-11).
CATATAN: Tingkat pendidikan formal yang masih rendah dengan usia yang
masih sangat produktif dapat diberikan berbagai pelatihan keterampilan di
bidang usaha hospitaliti maupun pariwisata agar memperoleh kesempat-
an/peluang yang sama dalam mengisi kesempatan kerja yang tercipta di KEK
Pariwisata Tanjung Lesung.
Dari hasil survey diperoleh informasi bahwa sebagian besar
responden (64%) berpenghasilan kurang dari sama dengan satu juta
rupiah per bulan, sementara itu mereka yang berpenghasilan antara
lebih dari satu juta sampai dua sebanyak 34%. Dengan demikian
hampir semua responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini
penghasilan perbulannya kurang dari atau sama dengan dua juta.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 84


Gambar 4-11
Responden menurut pendapatan per bulan
Dilihat dari struktur pekerjaan responden, sebagian besar
(55,2%) mereka memeperoleh penghidupannya sebagai petani dan
nelayan. Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, pekerjaan mereka
kebanyakan mengolah pertanian pada lahan sempit kurang dari satu
hektar pada lahan perusahaan milik kawasan atau milik orang lain.
Selain itu, mereka yang berprofesi sebagai nelayan pun umumnya
mereka mengoperasikan perahu pemilik modal atau pemilik perahu.
Dengan demikian, sangat wajar apabila tingkat pendidikan,
pendapatan dan mata pencaharian responden sangat berkaitan.
Adapun mereka yang bermata pencaharian sebagai buruh
pekerja/harian, sesungguhnya mereka bekerja serabutan dengan
jumlah jam kerja kurang dari 30 jam per minggu.
Tabel 4-8
Responden berdasarkan pekerjaan (mata pencaharian)
Pekerjaan Responden Frequency Percent
Cumulative
Percent
1. Petani (penggarap) 22 32,8 32,8
2. Nelayan 15 22,4 55,2



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 85

3. Buruh/pekerja harian 9 13,4 68,7
4. Usaha sendiri 8 11,9 80,6
5. Tidak bekerja 7 10,4 91,0
6. Pedagang 6 9,0 100,0
Total 67 100,0

Dengan melihat kondisi pekerjaan masyarakat penyangga
kawasan seperti pada Tabel 4-8, diperlukan usaha penguatan bagi
masyarakat petani penggarap terutama dalam peningkatan kapasitas
pengelolaan pertanian yang nantinya akan mampu bersaing
menyediakan produk pertaniannya bagi wisatawan.
Selanjutnya, diantara masyarakat yang tinggal di Cikadu Endah,
perlu mendapatkan tambahan keterampilan atau menambah
keterampilan baru, mengingat mereka yang ada kehilangan atau
perubahan mata pencaharian yang asalnya sebagai nelayan saat ini
mereka menjadi petani. Namun untuk bertani, ada keterbatasan
kepemilikan lahan, sehingga kondisinya berubah menjadi buruh tani.
CATATAN: Perlu ada penguatan kapasitas petani dan nelayan untuk
mengantisipasi dan menghadapi perubahan struktur sosial-ekonomi kawasan.
Kemampuan untuk menyiapkan hasil pertanian berkualitas dan hasil
tangkapan dari laut untuk memenuhi kebutuhan wisatawan di masa yang akan
datang.
Kesiapan Masyarakat Penyangga dalam Mengantisipasi 3.
Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Untuk mengetahui bagaimana kesiapan masyarakat dalam
menghadapi perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung, telah dilakukan pendalaman informasi terhadap tanggapan
dan pengetahuan mereka terhadap keberadaan KEK. Kesiapan ini



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 86

diawali dengan bagaimana tanggapan umum terhadap penetapan
kawasan, dan bagaimana mereka merespons perubahan tersebut.
a. Tanggapan Masyarakat Terhadap Penetapan KEK Pariwisata
Tanjung Lesung
Informasi mengenai bagaimana respon masyarakat terhadap
penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung,
sangat penting untuk didalami supaya dioperoleh gambaran yang
menyeluruh tentang berbagai aspek rekayasa sosial yang mendukung
perubahan masyarakat dan memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya dari adanya kawasan. Di samping itu, melalui informasi
ini, ikhtiar untuk mengoftimalkan manfaat dan mereduksi mudhorat
(dampak negatif) dapat dikelola dengan baik.
1) Pengetahuan Responden terhadap Penetapan KEK Pariwisata
Tanjung Lesung
Selain demografi, aspek yang penting diketahui dalam
mengkaji dampak sosial pariwisata adalah tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap pengembangan pariwisata. Semakin luas
pengetahuan masyarakat akan cenderung berinteraksi secara positif
terhadap wisatawan sehingga keadaan sosial masyarakat akan
cenderung lebih baik. Masyarakat akan memanfaatkan
pengembangan pariwisata sebagai media transformasi nilai-nilai
universal dan memproteksi nilai-nilai kearifan lokal (local
indigenous) asehingga tujuan pengembangan destinasi dapat tercapai
secara berkelanjutan.
Pengetahuan dan awareness masyarakat terhadap penetapan
Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata sangat penting diketahui



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 87

mengingat keberadaan masyarakat berlokasi di kawasan penyangga.
Awareness ini dilihat dari posisi masyarakat dan peran-peran yang
dimainkannya di masyarkat. Tanggapan dihimpun berdasarkan
informasi pengetahuan mereka terhadap penetapan Tanjung Lesung
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, yang dibedakan atas
akses tempat lahir dan pendatang, lokasi tempat tinggal, dan
interaksi dengan industri pariwisata. Berdasarkan hasil survey
diketahui sebagian besar (56,7%) responden mengetahui bahwa
Tanjung Lesung sudah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata.
Tabel 4-9
Pengetahuan terhadap Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata
Frekuensi Persen Persen kumulatif
YA, mengetahui 38 56,7 56,7
TIDAK mengetahui 29 43,3 100,0
Total 67 100,0

Akan tetapi, setelah dilakukan pendalaman, pengetahuan
tersebut ternyata hanya sebatas informasi istilah, sementara
pemahaman atas Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata masih belum
mengetahuinya. Termasuk di dalamnya, bagaimana dan apa yang
harus dipersipkan menghadapi perubahan tersebut umumnya
responden belum mengetahuinya. Untuk lebih memperdalam siapa
diantara mereka yang mengetahui tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata, maka mereka dirinci berdasarkan tempat
kelahiran, tempat tinggal dan kecenderungan interaksi dengan
industri pariwisata.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 88

2) Pengetahuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut tempat
kelahiran dan lama menetap
Tempat asal kelahiran (originality) merupakan salah satu aspek
yang berpengaruh terhadap dampak sosial masyarakat di kawasan
pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, isu pendatang dan
penduduk asli seringkali perlu dikaji di dalam pengembangan
pariwisata, karena pada umumnya pendatang lebih cepat
memanfaatkan peluang dan berusaha untuk mempertahankan hidup
di perantauan. Sementara itu penduduk lokal umumnya sudah
nyaman dengan keadaan di tempat kelahirannya sehingga respon
terhadap perubahan relatif lambat, yang pada akhirnya penguasaan
faktor-faktor ekonomi juga lebih lambat, dan respon terhadap
perubahan, masyarakat pendatang umumnya lebih cepat dan
tanggap. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil survey yang secara
signifikan menunjukkan perbedaan respon terhadap penetapan KEK
Pariwisata Tanjung Lesung.
Tabel 4-10
Pengetahuan responden atas penetapan kawasan Tanjung Lesung sebagai
KEK Pariwisata menurut tempat lahir
Deskripsi
Pengetahuan tentang penetapan KEK
Tidak
mengetahui
Mengetahui Total
Apakah anda lahir di
kampung/desa ini?
Lahir di luar
kampung ini
6 (9,0%) 32 (47,8%) 38 (56,7%)
Lahir di kampung
ini
23 (34,3%) 6 (9,0%) 29 (43,3%)
Total 29 (43,3%) 38 (56,7%) 67 (100,0%)
Symmetric measurement (nominal by nominal) Contingency Coefficient value 0,536, approx. Sig, 0,000
Dari responden yang bukan penduduk asli, 47.8% mengetahui
adanya penetapan Tanjung Lesung menjadi KEK Pariwisata.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 89

Sedangkan yang lahir di desa tersebut hanya 9% yang mengetahui
penetapan Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata. Informasi ini
sangat penting untuk digali untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam mengembangkan pariwisata di destinasi Tanjung
Lesung.
Selanjutnya, masyarakat yang tinggal di desa lokasi penelitian
umumnya sudah menetap sejak lama di kampung ini. Mereka yang
sudah lebih dari 16 tahun tinggal di kampung ini mencapai 44,8%,
yang sudah menetap antara 5-15 tahun mencapai 32,8%, selebihnya
22,4% adalah mereka yang sudah menetap antara 1-5 tahun [Tabel
4-11].
Tabel 4-11
Berapa lama tinggal di kampung ini?
Lama tinggal Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
1. >20 tahun 8 11,9 11,9
2. 16-20 tahun 22 32,8 44,8
3. 11-15 tahun 1 1,5 46,3
4. 5-10 tahun 21 31,3 77,6
5. 1- 5 tahun 15 22,4 100,0
Total 67 100,0

Implikasi dari komposisi masyarakat yang memiliki lama
tinggal di suatu tempat sangat penting untuk pemetaan tingka
flexibilitas dan rentabilitas terhadap suatu perubahan. Semakin
lama masyarakat menghuni suatu tempat akan cenderung memiliki
kekuatan emosional dan kekerabatan yang tinggi dengan masyarakat
lain dan lingkungannya. Kecenderungan ini berdampak pada



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 90

kohesifitas masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat
lainnya.
3) Pengetahuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut lokasi
tempat tinggal
Selanjutnya, faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
dampak sosial pariwisata adalah lokasi. Masyarakat yang dekat
dengan lokasi, cenderung lebih mengetahui penetapan Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung. Dampak ini dapat
positif atau bisa saja negatif. Berdasarkan tempat tinggal, dari
ketiga lokasi yang disurvey ternyata masyarakat kampung Cipanon
lebih mengetahui keberadaan KEK Pariwisata dibandingkan dengan
masyarakat yang berada di Cikadu Endah dan Citeureup.
Pengetahuan ini terkait dengan lokasi Cipanon yang berbatasan
langsung dengan kawasan, padahal kalau dilihat dari komposisi
penduduk berdasarkan tempat lahir, penduduk Cikadu Endah lebih
banyak yang lahir di wilayah kawasan, yang karena relokasi mereka
berada di tempat sekarang. Hal tersebut sejalan dengan fakta yang
menunjukkan ada perbedaan pandangan penduduk lokal secara
signifikan dalam menyikapi perubahan keberadaan KEK Pariwisata
Tanjung Lesung. Sebanyak 47,8% penduduk yang lahir di luar
kawasan KEK, mengetahuhi bahwa Tanjung Lesung sudah
ditetapkan sebagai KEK. Namun sejauhmana pemahaman mereka
terhadap KEK masih sebatas pada informasi perubahan status.
Sementara kegiatan apa yang akan terjadi ke depannya, mereka
belum mengetahui sama sekali. Mereka lebih banyak mengetahui
akan banyak investor dari luar KEK dengan membeli asset berupa



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 91

tanah dan bangunan, sehingga mereka berusaha untuk dapat ambil
bagian dalam menawarkan tanah kepada calon investor.
Tabel 4-12
Pengetahuan responden tentang KEK Pariwisata menurut tempat tinggal
Tempat tinggal
Mengetahui Tanjung Lesung sebagai KEK Pariwisata
TIDAK YA Total
Cipanon 11 (16,4%) 19 (28,4%) 30 (44,8%)
Cikadu 17 (25,4%) 14 (20,9%) 31 (46,3%)
Citeureup 1 (1,5%) 5 (7,5%) 6 (9,0%)
Total 29 (43,3%) 38 (56,7%) 67 (100,0%)

Namun dari jumlah sampel yang diwawancara, pengetahuan
masyarakat Cikadu Endah terhadap KEK masih lebih rendah diban-
dingkan dengan masyarakat Cipanon. Hal ini menunjukkan masih
belum optimalnya sosialisasi pengembangan KEK kepada
masyarakat. Padahal kalau dilihat faktanya, masyarakat Cikadu
Endah yang terkena relokasi semestinya lebih mengetahui
pengembangan KEK Tanjung Lesung. Menurut hasil penelitian
terdahulu diketahui bahwa semakin dekat masyarakat dengan
kegiatan pariwisata, maka semakin besar dampak sosial pariwisata
tersebut terhadap masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan hasil
temuan di lapangan bahwa masyarakat Cipanon cenderung lebih
mengetahui status Tanjung Lesung menjadi Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata. Demikian pula hasil penelitian Fredline
(2000
56
) yang mengemukakan bahwa warga yang tinggal dekat
dengan tempat suatu event pariwisata, akan merasakan dampak
sosial dari kegiatan tersebut, baik itu dampak positif maupun
56
Fredlin, Op. Cit.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 92

dampak negatif, di bandingkan dengan masyarakat yang lebih jauh
dari kawasan wisata.
4) Pengetahuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut
keterlibatan dalam industri pariwisata
Mengacu pada konsep pertukaran sosial, masyarakat lokal yang
memiliki keterkaitan aktifitas dengan terlibat secara aktif dan
memperoleh manfaat dari industri pariwisata cenderung memiliki
sikap positif terhadap pengembangan pariwisata. Demikian pula
pengetahuan mereka terhadap pariwisata. Berdasarkan hasil survey,
responden yang mempunyai keterkaitan dengan industri pariwisata,
baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti keluarga atau
tetangga yang bekerja di industri pariwisata, kebanyakan
mengetahui bahwa Tanjung Lesung telah ditetapkan sebagai KEK
Pariwisata. Terdapat 38 orang (56,7%) responden yang mengetahui
Tanjung Lesung telah ditetapkan sebagai KEK Pariwisata. Dari
mereka yang mengetahui tersebut, 32,8% adalah mereka yang
aktifitasnya terkait dengan industri pariwisata, sedangkan 23,9%
lainnya adalah mereka yang tidak terkait dengan industri pariwisata
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tabel 4-13
Pengetahuan responden terhadap KEK Pariwisata berdasarkan keterkaitan
aktifitasnya dengan industri

Pengetahuan atas penetapan KEK
TIDAK YA TOTAL
Keterkaitan aktifitas dengan
industri pariwisata (dirinya,
keluarga, saudara dan bahkan
tetangga)
Tidak
10 (38,5%) 16 (61,5%) 26 (100,0%)
[14,9%] [23,9%] [38,8%]
Ya
19 (46,3%) 22 (53,7%) 41 (100,0%)
[28,4%] [32,8%] [61,2%]



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 93

Total 29 (43,3%) 38 (56,7%) 67 (100,0%)
Angka dalam tanda [] persentase terhadap total
Dengan menelaah tabel di atas dapat dipahami bahwa jika
anggota masyarakat di mana keluarga atau saudara, teman dan
tetangga yang bekerja di industri pariwisata, maka mereka
cenderung sudah mengetahui penetapan Tanjung Lesung sudah
ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus. Berdasarkan
kesimpulan dari diskusi terfokus dapat diketahui bahwa anggota
masyarakat lokal yang terlibat secara langsung serta memperoleh
manfaat dari pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung cenderung memiliki sikap positif terhadap
penetapan kawasan tersebut. Masyarakat menginginkan agar pem-
bangunannya segera dipercepat dan berharap dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka di masa yang akan datang.
Di samping itu, kelompok masyarakat ini berharap agar terb
uka peluang kerja yang lebih baik sebagai dampak dari
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata tersebut.
Dengan demikian, kondisi ini dapat mendorong keterlibatan
masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata.
CATATAN: Kelompok masyarakat yang mempunyai keterlibatan baik
langsung maupun tidak langsung dengan industri pariwisata, cenderung
mengetahui adanya Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
dan mereka mempunyai tanggapan positif serta harapan adanya kesempatan
untuk memperbaiki kesejahteraan di masa yang akan datang.
5) Pengetahuan KEK Pariwisata Tanjung Lesung menurut frekuensi
interaksi dengan wisatawan
Interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan akan cenderung
berdampak sosial bagi masyarakatnya. Semakin sering terjadi



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 94

interaksi maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap perubahan
masyarakat. Interkasi ini dapat mengakibatkan warga masyarakat
meniru perilaku dan sikap para wisatawan, baik perilaku yang bagus
maupun perilaku yang kurang baiknya (dilihat dari tata nilai warga
masyarakat lokal). Namun demikian, jika dampak positif yang
lebih kuat, maka kecenderungan mendukung pengembangan
kawasan akan lebih positif. Hal ini dapat terlihat dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa 77,6% responden sudah
berinteraksi dengan wisatawan antara satu sampai lima kali dalam
satu tahun terakhir [Tabel 4-14].
Tabel 4-14
Pengetahuan tentang KEK menurut interaksi dengan wisatawan
Variabel
Apakah anda mengetahui bahwa Tanjung Lesung
sudah ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Pariwisata?
TIDAK YA Total
Berapa kali anda
berinteraksi dengan
wisatawan dalam
12 bulan terakhir?
Tidak pernah 10 [14,9%] 5 [7,5%] 15 [22,4%]
Satu kali 8 [11,9%] 6 [9,0%] 14 [20,9%]
Dua kali 4 [6,0%] 8 [11,9%] 12 [17,9%]
Tiga kali 3 [4,5%] 7 [10,4%] 10 [14,9%]
Empat kali 2 [3,0%] 7 [10,4%] 9 [14,4%]
Lima kali atau
lebih
2 [3,0%] 5 [7,5%] 7 [10,4%]
Total 29 [43,3%] 38 [56,7%] 67 [100%]

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin sering
berinteraksi dengan wisatawan, informasi yang terkait dengan
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata juga semakin tinggi. Hal
tersebut tercermin dari tingginya persentase responden yang tidak
mengetahui penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 95

Khusus Pariwisata (14,9%) responden adalah mereka yang tidak
pernah berinteraksi dengan wisatawan selama satu tahun terakhir.
Namun demikian, interaksi ini dapat menjembatani dan
mendorong pemahaman yang lebih baik, toleransi yang lebih besar
dan penerimaan terhadap perbedaan budaya. Di sisi lain, kerugian
yang mungkin terjadi adalah hilangnya identitas budaya masyarakat
setempat, seperti penggunaan bahasa menjadi terlupakan, pergaulan,
meniru perilaku atau kebiasaan wisatawan dan komersialisasi ritual
budaya atau agama.
6) Pengetahuan terhadap KEK menurut frekuensi perjalanan wisata
Frekuensi perjalanan masyarakat dari daerah asal tempat
tinggal ke luar daerah, dapat berpengaruh terhadap peningkatan
wawasan masyarakat dalam melihat suatu kondisi pariwisata di
daerahnya. Berdasarkan survey yang dilakukan, 89,6% telah
melakukan perjalanan wisata ke luar daerahnya, dan hanya 10,4%
yang tidak melakukan perjalanan dalam satu tahun terakhir. Namun
demikian, setelah ditelusuri lebih lanjut, pemahaman atas
perjalanan wisata yang relatif beragam, bahkan kategori
excursion juga termasuk di dalamnya (64,2%) [Tabel 4-15].
Tabel 4-15
Berapa kali anda melakukan perjalanan wisata ke luar daerah dalam 12
bulan terakhir?
Perjalanan responden Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
1. Lima kali atau lebih 2 3,0 3,0
2. Tiga kali 1 1,5 4,5
3. Dua kali 14 20,9 25,4
4. Satu kali 43 64,2 89,6



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 96

5. Tidak pernah 7 10,4 100,0
Total 67 100,0

Selanjutnya, pengetahuan mereka yang melakukan perjalanan
wisata terhadap penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata menunjukkan bahwa pada umumnya
mereka mengetahui. Responden yang melakukan perjalanan satu
kali dalam 12 bulan terakhir, 46,3% dari mereka sudah memahami
tentang status Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung [Tabel
4-16]. Demikian pula mereka yang melakukan perjalanan lebih dari
satu kali.
Tabel 4-16
Pengetahuan tentang KEK menurut frekuensi responden yang melakukan
perjalanan wisata dalam 12 bulan terakhir

Apakah anda mengetahui bahwa Tanjung Lesung
sudah ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Pariwisata?
TIDAK YA TOTAL
Berapa kali anda
melakukan perjalanan
wisata ke luar daerah
dalam 12 bulan
terakhir?
Tidak pernah 3 [4,5%] 4 [6,0%] 7 [10,5%]
Satu kali 12 [17,9%] 31 [46,3%] 43 [64,2%]
Dua kali 13 [19,4%] 1 [1,5%] 14 [20,9%]
Tiga kali 0 [0,0%] 1 [1,5%] 1 [1,5%]
Lima kali/lebih 1 [1,5%] 1 [1,5%] 2 [3,0%]
Total 29 [43,3%] 38 [56,7%] 67 [100%]

Informasi di atas cukup penting untuk mengetahui mobilitas
masyarakat lokal dari luar desanya ke desa lain. Mobilitas
masyarakat yang tinggi akan cenderung dapat menerima perubahan
apabila ada intervensi rekayasa social di daerahnya. Selain itu,
keterbukaan pada masuknya budaya luar dan terjadinya akulturasi



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 97

cenderung lebih cepat, sehingga pertimbangan untuk mempertahan-
kan nilai-nilai masyarakat hrus diperkuat.
CATATAN: Secara umum masyarakat sekitar kawasan telah mengetahui
adananya penetapan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata, walaupun ada yang belum tahu sama sekali. Pengetahuan
mereka sebatas mendengar, dan belum dapat menggambarkan bagaimana
dan seperti apa wujud masa depan Tanjung Lesung, setelah dikunjungi
banyak wisatawan.
b. Peran Keterlibatan Anggota Masyarakat dalam Pengembangan
KEK Pariwisata Tanjung Lesung
Informasi mengenai peran keterlibatan masyarakat dalam
pengembangan pariwisata sangat penting untuk diketahui. Hal
tersebut sebagaimana penelitian Gursoy et al. (2002
57
) warga
masyarakat yang terlibat atau berpartisipasi dalam pengembangan
pariwisata, lebih mungkin untuk merasakan manfaat dan keuntungan
pariwisata secara positif. Sedangkan warga masyarakat yang tidak
terlibat dalam pengembangan, akan cenderung merasakan dampak
negatif atas pengembangan pariwisata tersebut.
Untuk mengetahui peran masyarakat dalam pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung telah digali informasi
mengenai partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata.
Salah satu bentuk partisipasi adalah keterlibatan dalam membuat
suatu keputusan. Ini merupkan salah satu bentuk partisipasi mereka
terhadap kemajuan kampungnya. Semakin tinggi keterlibatan
masyarakat dalam pengambilan keputusan pengembangan pariwisata
57
Gursoy, D., Jurowski, C. & Uysal, M. 2002. Resident attitudes: A structural modeling approach. Annals of
TourismResearch, 31 (3):495-516. (Gursoy, D., J urowski, C. & Uysal, M. , 2002)





Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 98

di wilayahnya, maka akan cenderung menilai positif terhadap
dampak pengembangannya.
Tabel 4-17
Apakah anda pernah terlibat dalam membuat keputusan terkait
pengembangan pariwisata di wilayah kampung anda?
Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
YA 38 56,7 56,7
Tidak 29 43,3 100,0
Total 67 100,0

Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar
responden telah terlibat dalam pengambilan keputusan, terkait
dengan pengembangan pariwisata. Setelah ditelusuri lebih jauh,
keterlibatan mereka bukan dalam bentuk proses pengambilan
keputusan, namun sebagian diundang rapat warga, kemudian
disampaikan tentang rencana pengembangan kawasan.
E. Dampak Sosial-[budaya]-Lingkungan Pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
Pada bagian ini dampak sosial-[budaya] dan ekonomi akan
digali berdasarkan tanggapan masyarakat atas beberapa pernyataan
yang terkait dengan dampak sosial-[budaya] dan dampak ekonomi.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu, dalam memahami
dampak sosial, secara umum dapat didekati dari beberapa aspek
antara lain (1) dampak terhadap populasi, (2) perubahan pasar kerja
(3) perubahan struktur karakteristik masyarakat, (4) dampak pada
individu dan keluarga.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 99

Dampak Sosial Pariwisata 1.
a. Dampak terhadap populasi penduduk
Sampai saat ini belum tampak peningkatan populasi di
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung sebagai pengembangan
kawasan. Namun gejala-gejala ke arah itu sudah mulai tampak
dengan banyaknya pengalihan kepemilikan lahan di sekitar kawasan
dan dibangunnya villa yang berdekatan dengan kawasan. Demikian
juga dengan imigrasi tenaga musiman yang datang untuk
mengerjakan proyek-proyek pembangunan, belum signifikan. Pada
tahapa pembangunan proyek-proyek pariwisata, munculnya tenaga
kerja musiman bisa berdampak positif maupun negatif. Akan
berdampak positif apabila di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung kekurangan tenaga kerja untuk pengembangunan, dan akan
berdampak negatif apabila terjadi pengangguran di lingkungan
kawasan. Dalam jangka panjang, munculnya villa dan rumah-rumah
peristirahatan di destinasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung juga akan berdampak positif apabila mereka memberikan
kontribusi dan bersosialisasi dengan masyarakat. Namun sebaliknya
akan berdampak negatif apabila tidak ada keterlibatan dengan
masyarakat setempat. Kondisi-kondisi di atas akan berdampak pada
pening-katan populasi penduduk yang berada di kawasan.
b. Perubahan pasar kerja
Dampak sosial lainnya adalah adanya perubahan dalam pasar
kerja. Sejak ditetapkan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung,
belum ada pergeseran pasar kerja yang berarti, dalam pengertian
masih jenis dan keragaman kesempatan kerja masih relatif sama.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 100

Namun ada peningkatan dalam hal jumlah kesempatan kerja.
Dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus telah memunculkan
usaha baru homestay yang tadinya tidak ada menjadi ada. Kalau
pada tahun sebelum penetapan Kawasan Ekonomi Khusus hanya
berjumlah dua rumah tinggal dengan delapan kamar, maka pada
medio 2013 sudah mencapai delapan rumah dengan 28 kamar tidur.
Selain villa dan homestay usaha baru dalam penyediaan akomodasi
adalah motel atau losmen. Terdapat kamar sewaan di tepi pantai
dengan jumlah empat kamar selalu disewakan kepada para
wisatawan.
Usaha baru lainnya adalah integrasi pengembangan pertanian
dengan pariwisata, seperti agrowisata Salak Birus, potensi
agrowisata kakao dan wisata desa sejenisnya. Walaupun saat ini
jumlahnya baru agriwisata salak, namun ke di masa yang akan
datang, model integrasi ini sangat penting selain sebagai pemasok
hasil pertanian kepada wisatawan, juga dapat menjadi atraksi wisata
yang menarik bila dikemas sebagai suatu pengalaman bagi
wisatawan.
Tabel 4-18
Perubahan pasar kerja di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung
Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif)
Dampak sosial:
Perubahan Pasar Kerja
Deskripsi di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung
Potensi
dampak
1. Kesempatan kerja
baru
Peningkatan kesempatan kerja masih relatif masih
rendah, bila dibandingkan dengan estimasi
perencanaan
Induce employment dalam mempersiapkan
infrastruktur pariwisata di kawasan
Positif
2. J enis pekerjaan
baru di bidang
pariwisata
Pemandu wisata (dalam arti luas: pemandu atraksi,
budaya, diving, interpreter dll) jumlahnya masih
sangat kecil
Perajin souvenir (jumlahnya masih sangat kecil)
Positf



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 101

Pekerja losmen, villa dan homestay (jumlahnya
masih sedikit)
Pekerja seni (masih terbatas)
Warung makanan dan minuman (mulai
bermunculan terutama pada saat akhir pekan
terutama penyedia makanan seafood
3. Pengetahuan dan
keterampilan
bahasa
Interaksi dengan wisatawan masih sedikit, belum
ada peningkatan kemampuan bahasa, kecuali
mereka yang sudah memandu sebelumnya
Positif
4. Diversifikasi
kegiatan ekonomi
Ada kegiatan ekonomi baru, dan berpeluang
mengembangkan industri kreatif melalui aktifitas
seni, kerajinan, budaya dan kuliner.
Positif
5. Banyak pekerjaan
musiman
Belum ada pekerjaan musiman yang signifikan,
terutama pada saat peak season,
Pekerjaan direct maupun indirect belum
menunjukkan perubahan yang berarti
Negatif
jika setelah
musim,
mengaggur
6. Banyak pekerjaan
unskilled
Baru terbatas pada kegiatan rutin di hotel dan club
yang ada, belum menunjukkan perubahan yang
berarti sejak penetapan Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata
J enis pekerjaan gardener tenaga kebersihan
lingkungan, skuriti dll.
Negatif,
jika
semakin
banyak
7. berkurangnya
tenaga kerja di
sektor tradisional
perpindahan ke sektor pariwisata belum berarti,
namun penambahan pekerjaan di sektor pariwisata
sudah terlihat,
tadinya sebagai nelayan, sekarang ada yang sambil
menyewakan perahu untuk memancing atau
keliling bagan
Negatif
kalau
meninggal
kan sektor
yang lama
8. Meningkatnya
disparitas
pendapatan
masyarakat
Belum terlihat perubahan yang berarti, namun ada
penambahan pendapatan bagi pengepul ikan dari
nelayan, yang mereka supply ke hotel-di dalam
kawasan
Ada pendapatan tambahan bagi pemilik rumah
yang disewakan sebagai homestay
Negatif
jika jurang
pemisah
terlalu
lebar

Hal yang patut dicermati dari tabel di atas adalah dampak sosial
yang terjadi setelah penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung belum dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat sekitar
kawasan. Hal tersebut dianggap wajar, karena aktifitas pengem-
bangan kawasan baru tahap permulaan. Namun demikan, ada
peningkatan direct employment dari adanya pekerjaan musiman.
Misalnya pada saat high/peak season kesempatan kerja juga akan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 102

meningkat. Namun adanya pekerjaan musiman ini bisa berdampak
negatif karena dapat
Kesempatan kerja baru yang tercipta di sektor pariwisata adalah
adanya pemandu baik pemandu laut untuk menanam terumbu
karang, maupun pemandu di darat untuk berwisata budaya ke
perkampungan. Tanggapan masyarakat berdasarkan hasil survey
menunjukan bahwa 98,5% setuju, bahwa pariwisata telah banyak
menciptakan pekerjaan bagi masyarakatnya [Tabel 4-20].
Tabel 4-19
Pariwisata banyak menciptakan pekerjaan bagi masyarat
Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
Sangat Setuju 43 64,2 64,2
Setuju 23 34,3 98,5
Tidak tahu 1 1,5 100,0
Total 67 100,0

c. Perubahan struktur, karakteristik masyarakat
Dampak sosial lain yang dapat diukur dari adanya pengem-
bangan pariwisata adalah perubahan struktur dan karakteristik
masayarakat. Seperti halnya dampak sosial yang lain, variabel ini
belum mengindikasikan perubahan yang berarti sejak penetapan
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung. Indikator-indikator
yang dapat ditelaah untuk mengukur dampak sosial yang berupa
perubahan struktur masyarakat kawasan penyangga dapat dilihat
seperti pada tabel [Tabel 4-20].



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 103

Tabel 4-20
Perubahan Struktur Masyarakat di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif)
Struktur kegiatan
masyarkat
Kondisi di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
1. Pendapatan dari
pariwisata
Beberapa anggota masyarakat sudah ada yang memperoleh
pendapatan dari pariwisata baik sebagai pendapatan tambahan
maupun pendapatan utama,

Contoh:
Warung makan seafood sebagai pendapatan utama
Penyewaan kamar homestay sebagai pendapatan tambahan,
Penyewaan kapal penangkap ikan, sebagi pendapatan tambahan,
2. Tumbuhnya
sektor jasa, yang
penting dalam
kegiatan ekonomi
Dibangunnya kawasan akan menjadi pusat industri jasa
terutama hospitaliti dan pariwisata.
Adanya jasa memandu, jasa penyewaan (kamar, perahu),
3. Peningkatan nilai
tanah
Sudah terjadi kenaikan harga tanah, di luar kawasan (apalagi di
dalam),
Bisa positif bagi pemilik tanah, bisa negatif jika masyarakat
menjual tanah-tanahnya kepada pendatang
4. Pembangunan
infrastruktur
Sudah ada rencana pembangunan: jalan tol menujua
Panimbang, Bandar udara Internasional Panimbang, gerbang
kawasan dan rest area dan infrastruktur lainnya.
Namun semua rencana tersebut masih dalam proses persiapan
sehingga dampaknya belum dapat diukur
5. Peningkatan citra
destinasi
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung saat ini
sudah semakin banyak dikenal orang, terutama dari diperoleh
dari publikasi media pemberitaan
banyaknya pembahasan di kalangan pemerintahan dan
legislatif, memberi dampak pada pencitraan destinasi,
6. Meningkatnya
kebanggaan warga
terhadap
wilayahnya
(ekosistem)
Belum tercermin adanya kebanggaan masyarakat atas penetapan
Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata,
Masih ada mispersepsi terhadap Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata yang hanya akan menguntungkan investor luar/asing.

Terhadap pengeluaran rumah tangga, masyarakat belum
merasakan adanya perubahan, yang ditunjukkan oleh respon 68,6%
responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa pariwisata telah
menyebabkan pengeluaran rumah tangga meningkat [Tabel 4-21].



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 104

Tabel 4-21
Pariwisata telah menyebabkan pengeluaran rumah tangga meningkat
Tanggapan Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
Sangat Setuju 2 3,0 3,0
Setuju 19 28,4 31,3
Tidak tahu 21 31,3 62,7
Tidak setuju 25 37,3 100,0
Total 67 100,0

Namun sebaliknya tanggapan terhadap adanya perubahan
standard hidup bahwa 80,6% responden setuju bahwa pesatnya
pariwisata dapat meningkatkan standard hidup mereka [Tabel 4-22].
Tabel 4-22
Standar hidup telah meningkat pesat karena pariwisata
Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
Sangat Setuju 29 43,3 43,3
Setuju 25 37,3 80,6
Tidak tahu 10 14,9 95,5
Tidak setuju 3 4,5 100,0
Total 67 100,0
Naiknya standard hidup lebih dipahami responden karena
adanya peningkatan harga-harga di daerahnya. Walaupun ada yang
tidak tahu dan tidak setuju, 62,2% responden merespon setuju dan
sangat setuju atas pernyataan harga barang dan jasa meningkat
karena pariwsata [Tabel 4-23].
Tabel 4-23
Harga-harga barang dan jasa telah meningkat karena pariwisata
Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
Sangat Setuju 20 29,9 29,9
Setuju 21 31,3 61,2



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 105

Tidak tahu 11 16,4 77,6
Tidak setuju 15 22,4 100,0
Total 67 100,0

Selain itu, dampak sosial yang cenderung negatif, juga belum
dapat diukur, setelah penetapan Kawasan Ekonomi Khusus tersebut.
Indikator dampak perubahan struktur yang cenderung negatif
tersebut seperti pada tabel [Tabel 4-24].
Tabel 4-24
Dampak negatif sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung (berdasarkan analisis kualitatif dan normatif)
Dampak negatif sosial
pariwisata
Kondisi di Kawasan
1. Meningkatnya
jumlah pendatang
baru (temporary
residents) yang
biasanya tidak
komitmen
Pendatang baru yang tidak komitmen dengan pengembangan
wilayahnya, umumnya pendatang kurang peduli dengan
lingkungan sekitarnya,
Kondisi ini belum terlihat di Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata
2. Kesulitan dalam
memperoleh
perumahan
Karena belum terjadi kunjungan dan pendatang yang berarti,
maka kondisi ini belum terjadi di Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata
3. Kenaikan harga
properti
Walaupun masih dalam tahap persiapan, harga properti sudah
mulai merangkak naik seiring dengan naiknya harga jual
tanah
4. Kenaikan harga,
inflasi
Untuk saat ini, kenaikan harga-harga terjadi pada saat-saat
peak season, dan masih mengikuti makanisme supply-demand.
Semakin banyak permintaan karena tingginya kunjungan,
maka terjadi kelangkaan penawaran, dampaknya pada
kenaikan harga.
5. Kehilangan identitas
budaya
Tidak ditemukan adanya kehilangan identitas budaya pada
saat penelitin,
6. Transformasi sistem
nilai
Tidak ditemukan adanya kehilangan identitas budaya pada
saat penelitin,
7. Konflik agama
(dengan pemilik
rumah kedua, dan
wisatawan)
Pemilik rumah kedua adalah mereka yang menghuni villa
atau rumahnya hanya untuk beristirahat di waktu-waktu
tertentu.
Kondisi ini tidak ditemukan di Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata Tanjung Lesung



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 106

8. Ketergantungan pada
pariwisata,
Walaupun sudah banyak kunjungan wisata, namun kehidupan
masyarakat masih belum tergantung kepada pariwisata, karena
mata pencaharian utama mereka masih bergantung pad laut
dan lahan pertanian.
9. kemacetan dan
masalah lalu lintas
lainnya
belum terjadi kemacetan dan masalah lalulintas lainnya

d. Dampak Priwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung terhadap Individual dan Keluarga
Variabel lain yang sebagai dampak sosial dari pengembangan
pariwisata adalah perubahan individual dan keluarga. Beberapa
aspek yang dapat dianalisis antara lain (1) meningkatnya mobilitas
sosial (khususnya perempuan dan orang muda), (2) meningkatnya
peluang berwisata (3) bertambahnya interaksi sosial karena banyak
bertemu orang (4) meningkatnya kualitas hidup (5) keterampilan
berbahasa (6) pendapatan dari pariwisata (7) peningkatan sikap
terhadap pekerjaan, kesantunan dan tatakrama.
Sebagaimana indikator lainnya, penetapan Kawasan Ekonomi
Khusus Tanjung Lesung, belum memberikan dampak yang berarti
terhadap perubahan individu dan keluarga. Kalaupun ada perubahan
yang terjadi saat penelitian, dapat diduga bahwa pengembangan
pariwisata bukan merupakan penyebab utama perubahan tersebut.
Adanya peningkatan mobilitas sosial, sudah terjadi dengan
terbukanya akses dari kawasan ke luar kawasan, mudahnya trans-
portasi untuk ke luar kawasan. Namun diperkirakan akan lebih
meningkat lagi dengan berkembangnya Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung di masa yang akan datang. Mobilitas ke luar
kawasan juga dipicu oleh adanya kesempatan kerja di luar kawasan,
seperti di kawasan industri Cilegon dan sekitarnya.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 107

Pengembangan kawasan juga berdampak pada lebih besarnya
peluang berwisata bagi masyarakat, namun pada kenyataannya saat
ini di Tanjung Lesung belum terjadi. Kebutuhan masyarakat untuk
berwisata masih sangat rendah, karena masih berfokus pada
pemenuhan kebutuhan dasar (pokok).
Dampak sosial lain yang sudah tampak adalah meningkatnya
interaksi sosial dengan wisatawan. Interaksi sosial ini dapat
menghasilkan pertukaran budaya yang intens antara tuan rumah
dengan wisatawan. Tanggapan responden terkait dengan pertukaran
budaya, 59,7% menyatakan setuju dan sangat setuju atas pernyataan
bahwa pariwisata telah menghasikan pertukaran budaya antara
wisatawan dan penduduk [Tabel 4-25].
Tabel 4-25
Pariwisata telah menghasilkan pertukaran budaya lebih antara wisatawan
dan penduduk
Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
Sangat Setuju 16 23,9 23,9
Setuju 24 35,8 59,7
Tidak tahu 12 17,9 77,6
Tidak setuju 3 4,5 82,1
Sangat tidak setuju 12 17,9 100,0
Total 67 100,0

Selain itu, masyarakat mengangap pertukaran budaya tersebut
memberikan dampak positif terhadap komunitas masyarakat di
sekitar kawasan [Tabel 4-26].



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 108

Tabel 4-26
Pariwisata telah menghasilkan dampak positif terhadap identitas budaya
komunitas kami
Frekuensi Persen
Persen
kumulatif
Sangat Setuju 31 46,3 46,3
Setuju 19 28,4 74,6
Tidak tahu 6 9,0 83,6
Tidak setuju 11 16,4 100,0
Total 67 100,0

Secara umum, masyarakat yang tinggal di kampung Cipanon,
mereka telah banyak berinteraksi dengan wisatawan, terutama
wisatawan yang menginap di homestay di kampung tersebut. Selain
itu, mereka yang mengikuti kegiatan wisata budaya, agrowisata dan
kegiatan wisata telusur desa, merupakan bentuk interaksi dengan
wisatawan.
Dampak sosial yang berhubungan dengan peningkatan kualitas
hidup dan pendapatan dari pariwisata juga masih relatif sama
dengan sebelum pentapan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung. Indicator kualitas hidup erat kaitannya dengan
peningkatan pendapatan. Semakin tinggi pendapatan, maka kualitas
hidup seseorang secara material cenderung meningkat. Secara
umum, kondisi ini berlum terjadi di lokasi penelitian, karena jumlah
penerima manfaat masih sangat terbatas, yang disebabkan karena
peningkatan kunjungan belum signifikan.
Penguasaan keterampilan berbahasa dan peningakatan sikap
terhadap pekerjaan juga belum terlihat adanya peningkatan yang
berarti. Masuknya turis asing, seperti dari Korea, Perancis dan
J epang belum berdampak pada usaha peningakatan kemampuan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 109

bahasa di kalangan masyarakat. Namun sikap terhadap pekerjaan
sedikit adat perubahan terutama mereka yang bekerja di sektor
hospitaliti. Sikap lebih menghargai pendatang lebih terlihat di
masayarakat, yang ditunjukkan dari adanya toleransi terhadap tamu.
Hal tersebut terlihat pada saat bulan Ramadhan (survey kedua
dilakukan), di mana tamu asing berkunjung ke kawasan, masyarakat
tetap memberikan pelayanan yang baik terhadap tamunya.
Selain dampak yang cenderung positif terhadap perubahan
perilaku individu, pengembangan destinasi pariwisata juga
berdampak pada beberapa aspek antara lain meningkatnya ritme
kehidupan, berkurangnya pertemanan penting dan rasa hormat,
meningkatnya kriminalitas, xenophobia (takut sama orang asing)
komersialisasi hospitaliti, perilaku menyimpang (alkoholisme,
prostitusi, perjudian, penyalahgunaan narkoba, vandalism) tekanan
terhadap bahasa lokal dan tergerusnya nilai-nilai di masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi terfokus, perubahan
perilaku individu di atas belum tampak di masyarakat kawasan
penyangga. Dampak tersebut seringkali terjadi di kawasan
pengembangan destinasi wisata di negara-negara lain. Namun
dampak tersebut dapat diantisipasi dengan mempersiapkan
masyarakat dalam memperkuat jatidiri dan identitas masyarakat.
CATATAN: dalam mengantisipasi dampak sosial pariwisata di destinasi
pariwisata, penguatan kapasitas masyarakat (Community Capacity Building)
dalam usaha memperkuat identitas dan keasliannya agar menjadi salah satu
atraksi wisata, pengalaman hidup di suatu kawasan.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 110

Dampak Pariwisata terhadap Budaya dan Lingkungan di 2.
Tanjung Lesung
Banyak dampak pengembangan destinasi terhadap pengem-
bangan budaya dan konservasi lingkungan. Selain Kode Etik
Pariwisata yang mengharuskan pariwisata berkontribusi terhadap
keberlanjutan (sustainability), juga budaya dan lingkungannya
merupakan atraksi wisata yang menjadi daya tarik utama wisatawan
untuk berkunjung. Pengembangn Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung setidaknya harus berdampak pada (1) perlindungan
sumber daya yang unik/langka serta keindahan alam (2) bangkitnya
seni-budaya lokal dan kerajinan, event budaya dan (3) bangkitnya
tradisi arsitektur lokal.
Berdasarkan hasil diskusi terfokus, masyarkat lokal belum
melihat adanya dampak secara nyata tehadap budaya dan
lingkungan. Namun upaya tersebut sudah dilakukan antara lain
membangkitkan seni budaya tradisional berupa pencak silat dan
rampak lisung. Namun demikian, tradisi rampak lisung sudah
ditinggalkan masyarakat seiring dengan masuknya teknologi
penggilingan gabah. Rampak lisung, yang pada awalnya sebagai
kegiatan ibu-ibu dalam menumbuk padi. Lisung dan halu merupakan
alat tradisisonal menumbuk padi. Bisasanya pada hari-hari tertentu,
menumbuk padi dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa
orang perempuan. Pada saat menumbuk, dilakukan secara berirama,
sehingga memun-culkan alunan suara bersahutan. Selanjutnya
kebiasaan tersebut dijadikan sebagai seni pertunjukkan dengan
naman Gondang atau Ngagondang.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 111

Usaha untuk menghidupkan kerajinan, sudah dilakukan, seperti
pengrajin souvenir ukiran badak dan sejenisnya. Namun munculnya
pengrajin ini baru sebatas pembuatan yang belum sampai kepada
pemasaran, dan teknologi pengemasan yang sesuai kebutuhan
wisatawan. Namun sangat dipahami bahwa masih rendahnya
permintaan bedampak pada rendahnya produksi. Untuk itu, selain
kemampuan membuat kerajinan, juga dibangun tataniaga hasil
produksinya untuk menghasilkan yang lebih baik.
CATATAN: Sesuai dengan nama destinasinya Tanjung Lesung, maka seni
tradisional NGAGONDANG yang sekarang lebih populer dengan RAMPAK
LISUNG dapat dijadikan sebagai bagian dari cerita atau dibuat interpretasi
hubungan antara rampak lisung dengan destinasi Tanjung Lesung, agar
pariwisata berdampak pada pelestarian dan
Event budaya sebagai sarana untuk mendatangkan wisatawan
saat ini belum dikembangkan di Tanjung Lesung. Namun event
budaya dapat dikaitkan dengan event-event lain yang ada di
masyarakat sekitar kawasan.
Dampak terhadap bangkitnya arsitektur lokal, tidak mungkin
muncul bila mengacu pada konsep yang akan dibangun di dalam
kawasan. Namun sangat memungkinkan jika pengembangan desa-
desa sekitar mengembangkan keunikannya dengan arsitektur
bangunan tradisional, sebagai bagian dari atraksi wisata di Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung.
Terhadap konservasi lingkungan, sudah ada kegiatan
penanaman terumbu karang, namun kegiatan untuk lingkungan
lainnya masih terbatas. Malahan masih terjadi penebangan kayu,



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 112

dan penangkapan hewan-hewan termasuk burung yang sebenarnya
menjaga keseimbangan ekosistem.
Yang perlu diantisipasi dampak pariwisata terhadap seni
budaya adalah (1) penghilangan kebiasaan, tradisi (2) komersialisasi
budaya dan (3) pembuangan sampah dan polusi. Masalah
kehilangan tradisi atau kebiasaan budaya di Tanjung Lesung
sebenarnya terjadi tidak saja karena pariwisata, karena masuknya
teknologi pun telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap
wilayahnya. Demikian juga dengan komersialisasi budaya, di mana
kebudayaan diekpliotasi untuk kepentingan ekonomi, yang pada
akhirnya menghilangkan untur keunikan dan keaslian budayanya.
Dampak yang selalu terjadi adalah masalah sampah dan polusi.
Walaupun belum tarap rawan, di pengelolaan sampah di Tanjung
Lesung belum dilakukan dengan baik. Kebersihan kampong masih
terlihat sangat kurang. Selain itu, tingkat polusi akan meningkat
seiring dengan peningkatan kunjungan terlebih lagi setelah Bandar
udara Panimbang selesai dibangun dan dioperasikan.
Tanggapan masyarakat terhadap dampak sosial pengembangan 3.
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
Selanjutnya, analisis tanggapan masyarakat terhadap dampak
sosial pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
dilakukan dengan survey menggunakan kuesioner skala 1-5, untuk
menyatakan ketidaksetujuan dan kesetujuannya atas pernyataan
yang diajukan. Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa
penciptaan pekerjaan bagi masyarakat di desanya mendapat respon
paling tinggi (rata-rata skor: 4,29 dengan simpangan baku 0,55).



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 113

Informasi ini dapat menggambarkan tingginya harapan masyarakat
akan adanya peningkatan lapangan pekerjaan setelah destinasi
Tanjung Lesung dikembangkan. Dengan banyaknya kesempatan
kerja, diharapkan mereka dapat ambil bagian di dalamnya, yang
pada gilirannya mereka akan memperoleh pendapatan tambahan.
Oleh karena itu dapat dipahami, mengapa mereka juga berpendapat
bahwa dengan pengembangan pariwisata di daerahnya diyakini
dapat meningkatkan standard hidup mereka dengan cepat (rata-rata
skor: 3,83).
Walaupun menanggapi secara positif, mereka juga merespon
cukup besar atas dampak negatif meningkatnya angka kriminalitas
di lingkungan mereka (rata-rata skor 3,08), yang sebenarnya
merupakan kekhawatiran yang harus diantisipasi di masa yang akan
datang. Sementara itu, tanggapan atas perubahan budaya karena
pariwisata, masyarakat memberikan respond yang rendah, sehingga
dapat dipahami mereka kurang begitu kuatir dengan berubahnya
budaya tradisional. Secara keseluruhan, tanggapan masyarakat
terhadap pengembangan pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung, seperti disajikan pada tabel [Tabel 4-27]
Tabel 4-27
Analisis deskriptif tanggapan responden terhadap dampak sosial pariwisata
di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
PERNYATAAN Mean
Std.
Deviation
1. Pariwisata telah banyak menciptakan pekerjaan bagi
masyarat di sini
4,29 ,550
2. Standar hidup telah meningkat pesat karena pariwisata 3,83 1,007
3. Pengembangan pariwisata menyediakan lebih banyak
taman dan tempat rekreasi lainnya bagi warga kami
3,75 ,897
4. Setelah ada pengembangan pariwisata kriminalitas di 3,08 1,283



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 114

masyarakat semakin meningkat
5. Meningkatnya kualitas fasilitas umum, tidak dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di sini
3,08 1,316
6. Pariwisata telah menghasilkan dampak positif terhadap
identitas budaya komunitas kami
3,79 ,977
7. Pariwisata telah mendorong berbagai kegiatan budaya
oleh penduduk setempat
3,71 1,042
8. Pariwisata telah menghasilkan pertukaran budaya lebih
antara wisatawan dan penduduk
3,33 1,167
9. Pariwisata telah merubah budaya tradisional masyarakat
desa yang berharga
2,25 ,897

Dengan menelaah tabel di atas dapat difahami bahwa
masayarakat mempunyai harapan besar dari adanya pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung. Harapan
tersebut tercermin dari respon mereka terhadap hal-hal positif dari
dampak pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya mereka.
Namun kesadaran akan budaya lokal relatif kurang peduli dengan
terbukanya sikap mereka terhadap budaya kecenderungan perubahan
budaya akibat pariwisata.
CATATAN: karena harapan pekerjaan merupakan respond tertinggi dari
masyarakat, maka peningkatan kapasitas pendidikan dan keterampilan yang
sesuai dengan pekerjaan di destinasi Tanjung Lesung perlu ditambahkan
kepada masyarakat. Peningkatan kapasitas tersebut dapat berupa pendidikan
formal melalui Akademi Komunitas, maupun pendidikan non formal dan atau
informal untuk mengisi kompetensi yang dibutuhkan oleh kesempatan kerja
yang tercipta.
BUDAYA: kesadaran terhadap budaya lokal perlu ditingkatkan agar ada
inovasi produk wisata di sekitara kawasan. Banyaknya atraksi wisata akan
meningkatkan daya tarik, lama tinggal dan volume pembelanjaan wisatawan.
Berdasarkan diskusi terfokus, di mana anggota diskusi terdiri
dari berbagai kalangan, maka diperoleh tanggapan yang
diringkaskan sebagaimana pada tabel Tabel 4-28.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 115

Tabel 4-28
Analisis Kualitatif Dampak Sosial Budaya
No Indikator
Sebelum
Pengembangan
Sesudah
Pengembangan
Nilai
dampak
1
Dampak terhadap keterkaitan
dan keterlibatan antara
masyarakat setempat dengan
masyarakat yang lebih luas,
termasuk tingkat otonomi
atau ketergantungannya
Ketergantungan
rendah dengan
masyarakat luar,
karena kebutuhan
dan keinginan masih
sedikit
Ketergantungan
semakin tinggi karena
kebutuhan semakin
meningkat seiring
dengan peningkatan
pendapatan
Baik
2
Dampak terhadap hubungan
interpersonal antara anggota
masyarakat
Hubungan sangat
erat karena
kesamaan dalam
mata pencaharian
Hubungan kurang
erat akibat
keberagaman mata
pencaharian
Kurang
baik
3
Dampak terhadap dasar-dasar
organisasi/-kelembagaan
sosial
Organisasi dengan
manajemen
tradisional
Organisasi cenderung
mengarah pada
manajemen modern
baik
4
Dampak terhadap migrasi
dari dan ke daerah pariwisata
Migrasi masih
sedikit
Migrasi menjadi
semakin banyak
Kurang
baik
5
Dampak terhadap ritme
kehidupan sosial masyarakat
Ritme kehidupan
masih lambat
Ritme kehidupan
meningkat
baik
6
Dampak terhadap pola
pembagian kerja
Pembagian kerja
masih sederhana
Pembagian kerja
semakin kompleks
baik
7
Dampak terhadap stratifikasi
dan mobilitas sosial
Stratifikasi sangat
kental khususnya
pemilik tanah sangat
dihormati
Persamaan derajat,
seseorang dihormati
atas dasar apa yang
diperbuat, dan bukan
atas dasar siapa orang
tersebut
baik
9
Dampak terhadap
meningkatnya penyimpangan-
penyimpangan sosial
Penyimpangan
social rendah, masih
tuduk pada norma
adat
Penyimpangan sosial
semakin tinggi karena
lebih menekankan
pada kebebasan
individu
Kurang
baik
10
Dampak terhadap bidang
kesenian dan adat istiadat.
Kesenian dan adat
istiadat masih sangat
konvensional
Kesenian dan adat
istiadat semakin
berkembang
Baik

Dengan mengetahui informasi seperti pada tabel di atas, maka
intervensi pengembangan SDM yang harus dilakukan disarankan
agar dapat mengacu kepada kondisi sosial masyarakat yang saat ini
sedang terjadi.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 116

F. Dampak Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung
Sekilas Dampak Ekonomi Pariwisata di Provinsi Banten 1.
Salah satu pertimbangan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata Tanjung Lesung adalah besarnya manfaat pengembangan
tersebut terhadap perekonomian wilayah Provinsi Banten khsusnya
dan nasional secara luas. Dengan menentukan berbagai asumsi baik
makro maupun mikro, dasar perhitungan manfaat ekonomi adalah
kinerja kepariwisataan pada tahun 2009 (dasar perhitungan yang
digunakan dalam pembuatan studi kelayakan). Pada tahun tersebut,
perekonomian Provinsi Banten mampu menghasilkan output barang
dan jasa senilai Rp313,98 triliun, melalui masukan (input) antara
dari produk lokal Provinsi Banten dan impor dari luar Provinsi
Banten, senilai Rp180,93 triliun. Besarnya potensi perekonomian
Provinsi Banten tercermin dari komposisi masukan (input) yang
berasal dari lokal Banten mencapai 77,25 persen, dan sisanya
22,75 persen dari luar Banten.
Salah satu sumber masukan (input) untuk menghasilkan output
perekonomian Provinsi Banten tersebut adalah industri pariwisata di
mana setiap kunjungan wisatawan ke Provinsi Banten diharapkan
mampu mendongkrak perekonomian dengan lamanya tinggal dan
besarnya volume pembelanjaan. Usaha meningkatkan ketiga kom-
ponen tersebut diharapkan akan meningkatkan transaksi di Provinsi
Banten sehingga kontribusi terhadap nilai tambah perekonomian
juga akan meningkat.
Neraca Satelit Pariwisata Provinsi Banten tahun 2009,
mencatat bahwa pada tahun 2008 total konsumsi wisatawan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 117

mencapai Rp 4,66 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp 5,66
triliun pada tahun 2009 dan 6,04 triliun pada tahun 2010
58
.
Konsumsi wisatawan nusantara memberikan kontribusi lebih besar
dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yaitu 88,61% (2008),
87,48% (2009). Konsumsi wisatawan terbanyak berasal dari
wisatawan nusantara. Pada tahun 2008 porsi konsumsi wisatawan
nusantara mencapai 88,61 persen sedangkan wisatawan
mancanegara mencapai 11,39 persen. Setahun kemudian porsi dari
wisnus sedikit turun menjadi 87,48 persen sedangkan wisman
mencapai 12,52 persen.
Tabel 4-29
Total Konsumsi Wisatawan Tahun 2008 - 2010 (Juta Rupiah)
Uraian 2008 2009 2010
Wisatawan Nusantara 4.129.390 4.950.934 5.696.549
Wisatawan Mancanegara 530.922 708.547 124.634
Total 4.660.312 5.659.481 5.821.183
Sumber : BPS, Provinsi Banten, 2011, diolah kembali

Manfaat Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata 2.
Tanjung Lesung
Manfaat ekonomi suatu destinasi dapat dilihat dari beberapa
aspek yang terkait dengan perekonomian daerah maupun nasional
seperti (1) pendapatan devisa (2) tingkat kontribusi terhadap Produk
Domestik Regional Bruto atau PDRB, (3) kontribusi terhadap
Devisa, (4) effek pengganda dan pertambahan nilai (5) kontribusi
terhadap penerimaan pemerintah (6) penciptaan lapangan kerja (7)
pengembangan infrastruktur (8) pengayaan ekonomi lokal
58
Nesparda, 2011




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 118

a. Penerimaan Devisa (Foreign Exchange Earning) Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
J ika melakukan analisis secara makro, setiap pengeluaran di
sektor pariwisata, akan menyebabkan perekonomian masyarakat
lokal menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan
menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya
sektor ekonomi lainnya. Di samping itu, kedatangan wisatawan ke
sebuah destinasi juga menyebabkan tumbuhnya bisnis valuta asing
untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan
selama mereka berwisata. Tercatat juga bahwa di beberapa negara di
dunia 83% dari lima besar pendapatan mereka, 38% pendapatannya
adalah berasal dari Foreign Exchange Earnings perdagangan
valuta asing. Di Indonesia sendiri, penerimaan devisa dari
pariwisata terus meningkat, seiring peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara (8,04 juta tahun 2012). Devisa yang
dihasilkan dari kunjungan tersebut mecapai USD9,1 miliar atau
meningkat 5,81% dari tahun 2011 sebesar USD8,6 miliar. Untuk
tahun 2013 diperkirakan akan mencapai USD10,35 miliar
(meningkat 14,11%). Dari informasi di atas, cukup menggambarkan
bahwa pariwisata dapat meningkatkan devisa negara khususnya
melalui aktifitas perdagangan valuta asing.
Dengan memperhatikan gambaran perolehan devisa nasional,
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung
diharapkan mampu memberikan kontribusi lebih besar di masa yang
akan datang. Berdasarkan analisis LAPI -ITB (2011), kontribusi
terhadap devisa negara didasarkan pada pengeluaran wisatawan
mancanegara per kunjungan. Dengan menggunakan data rata-rata



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 119

pengeluaran wisatawan mancanegara sebesar USD 1.211 per kun-
jungan pe rorang dan laju pertumbuhan jumlah wisatawan berkisar
antara 910% per tahun, laju pertumbuhan jumlah wisatawan
mancanegara antara 3 6% per tahun maka kontribusi terhadap
devisa ditunjukkan pada [Tabel 4-30].




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 120

Tabel 4-30
Prakiraan penerimaan devisa pada pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata Tanjung Lesung
Tahun
Prakiraan Wisman
di Ind
Prakiraan Devisa
Tanpa Kawasan
Prakiraan Wisman
T Lesung
Prakiraan Devisa
Wisman T Lesung
Prakiraan Total
Devisa
2010 7.002.944 7.603.446.448
2011 7.213.032 8.217.447.071
2012 7.429.423 8.463.970.483
2013 7.652.306 8.717.889.597
2014 7.881.875 8.979.426.285
2015 8.118.331 9.424.976.866
2016 8.361.881 9.707.726.171
2017 8.612.738 9.998.957.957
2018 8.871.120 10.298.926.695
2019 9.137.254 10.607.894.496
2020 9.411.371 10.926.131.331
2021 9.787.826 11.575.572.408
2022 10.179.339 12.038.595.305
2023 10.586.513 12.520.139.117 608.041 736.337.651 13.256.476.768
2024 11.009.973 13.020.944.681 1.266.752 1.672.099.972 14.693.044.654
2025 11.450.372 13.541.782.469 2.128.143 2.809.127.479 16.350.909.947
2026 11.908.387 14.212.659.765 3.546.905 4.724.832.151 18.937.491.916
2027 12.384.722 14.781.166.156 5.675.048 7.559.731.543 22.340.897.699
2028 12.880.111 15.372.412.802 8.208.552 10.934.611.697 26.307.024.499
2029 13.395.316 15.987.309.314 11.147.416 14.849.472.674 30.836.781.989
2030 13.931.128 16.626.801.687 13.934.270 18.561.840.843 35.188.642.530
2031 14.627.685 17.458.141.771 15.809.063 21.059.252.156 38.517.393.927
2032 15.359.069 18.331.048.860 16.034.906 21.360.098.616 39.691.147.475
2033 16.127.022 19.247.601.303 16.260.750 21.660.945.075 40.908.546.378
2034 16.933.374 20.209.981.368 16.486.594 21.961.791.534 42.171.772.902
2035 17.780.042 21.220.480.436 16.712.438 22.262.637.994 43.483.118.430
2036 18.846.845 23.516.150.593 16.938.281 22.563.484.453 46.079.635.046
2037 19.977.655 24.927.119.628 17.164.125 22.864.330.913 47.791.450.541
2038 21.176.315 26.422.746.806 17.389.969 23.165.177.372 49.587.924.178
2039 22.446.894 28.008.111.614 17.615.813 23.466.023.831 51.474.135.445
2040 23.793.707 29.688.598.311 17.841.656 23.766.870.291 53.455.468.602
2041 25.221.330 31.469.914.210 18.067.500 24.067.716.750 55.537.630.960
2042 26.734.610 33.358.109.062 18.293.344 24.368.563.209 57.726.672.272
Sumber: LAPI-ITB (2011) Studi Kelayakan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 121

Sebagaimana diketahui, bahwa kawasan ekonomi khusus
diberikan berbagai insentif baik secara finansial maupun non
finansial termasuk pajak. Oleh karena itu, beberapa hal yang terkait
dengan penerimaan Negara, kontribusi dari Kawasan Ekonomi
Khusus mulai dihitung dari tahun 2023. Dengan demikian, sampai
batas waktu yang ditentukan, kontribusinya dapat dihitung
berdasarkan agregasi jumlah kunjungan ke Provinsi Banten.
Untuk memonitor lebih jauh berapa kontribusi Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung terhadap perolehan devisa, perlu
dilakukan monitoring, dengan menganalisis exit survey yang ada
sekarang ini.
b. Kontribusi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung
Lesung terhadap Pendapatan Pemerintah
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat
diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak
langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang
dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata
pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan
suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata
terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai
barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada
wisatawan yang berkunjung. Secara umum, pendapatan pemerintah
dari destinasi Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung terdiri
atas:
Pajak Penghasilan (Badan) Pajak Penjualan
Pajak hotel dan restauran Pajak hiburan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 122

Pajak hiburan khusus Pajak reklame
Pajak penerangan jalan Pajak air muka tanah
Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Parkir
Retribusi IMB Retribusi Ijin Lokasi

Sebagai gambaran, bahwa estimasi penerimaan pemerintah
dapat tergambar dalam rencana pengembangan KEK Pariwisata
Tanjung Lesung telah dianalisis dalam studi kelayakan rencana
pengembangan kawasan. Berdasarkan analisis pada tahun 2011,
dengan investasi US$8208,6 juta dipekirakan akan berdampak pada
output Kabupaten Pandeglang sebesar Rp16,5 triliun dan Rp17,5
triliun terhadap output Provinsi Banten. Dengan selisih yang sangat
tipis antara output kabupaten dan provinsi, sudah dipastikan KEK
Pariwisata memberikan kontribusi sangat besar terhadap output
Provinsi Banten. Prakiraan dampak ekonomi pariwisata tersebut
sperti pada diagram [Gambar 4-12]



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 123


Gambar 4-12
Prakiraan dampak pengembangan KEK Pariwisata Tanjung Lesung
Namun demikian, sesuai dengan penetapan Kawasan Ekonomi
Khusus, sampai penelitian dilakukan belum terbit ketentuan
pemberian insentif pajak terhadap pengelolaan kawasan. Oleh
karena itu, pendapatan pemerintah dari Kawasan Ekonomi Khusus
Tanjung Lesung masih mengacu kepada ketentuan yang berlaku
selama ini. Sebagai gambaran, bercermin dari pengalaman negara
lain yang mengelola kawasan pariwisata, maka kontribusi terhadap
pendapatan pemerintah menunjukkan proprorsi sangat besar. Ambil
contoh pemerintah Komboja, pada tahun 2009 mencatat penerimaan
dari aktifitas penjualan tiket masuk wisatawan yang mengunjungi
obyek wisata Angkor sebesar 1,2 juta USD, dari Visa sebesar 3 juta
USD, dan aktifitas pelayanan lainnya di badar udara.
c. Penciptaan Lapang Kerja (Employment Generation)
Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism,
(2007), mendifinisikan bahwa yang dimaksud Tourism



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 124

employment adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur besarnya
tenaga kerja yang terserap secara langsung pada sector pariwisata
termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang
pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata (indirect dan
induce employement). WTO mencatat kontribusi sector pariwisata
terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara
internasional, dan pada tahun 2012 terdapat satu pada setiap 12
kesempatan kerja adalah di sektor pariwisata.
Demikian halnya dalam pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata Tanjung Lesung diperkirakan akan terbuka 36.00
kesempatan kerja langsung, dengan total upah/gaji sebesar
Rp562,275 milyar per bulan dan pajak tak langsung sebesar
Rp674,73 milyar per tahun [Gambar 4-13]. Selain itu, lebih dari
85.000 orang tenaga kerja tidak langsung. Kesempatan kerja tertier
(induce employement) akan banyak terserap pada saat pembangunan
infrastruktur, termasuk pembuatan jalan tol, air port,
pembangunanan kawasan dan pembangunan fasilitas pendukung
lainnya seperti instalasi air, listrik dan lahar pertanian untuk
pariwisata.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 125


Gambar 4-13. Prakiraan dampak Sosial Ekonomi Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata Tanjung Lesung
Rencana tersebut menunjukkan bahwa industri pariwisata
adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah
besar dan mampu menciptakan peluang kerja dari peluang kerja
untuk tenaga yang tidak terdidik sampai dengan tenaga yang sangat
terdidik. Pariwisata juga menyediakan peluang kerja diluar bidang
pariwisata khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha
secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi
mereka yang bekerja secara tidak langsung terkait industri
pariwisata seperti usaha-usaha pendukung pariwisata; misalnya
pertanian sayur mayur, peternak daging, supplier bahan makanan,
yang akan mendukung operasional industri perhotelan dan restoran.
Sebagai gambaran perbandingan, laporan penelitian Mitchell
dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan pariwisata dalam
penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sektor lainnya
Dampak Sosial-Ekonomi
Sumber:
KEK Tanjung
Lesung



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 126

menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar
terjadi di Negara New Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara
Philipines, kemudian Chile, Papua New Guinea, dan Thailand
sebesar 0,93. Sementara di Indonesia indeks penyerapan tenaga
kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih rendah jika
dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84. Oleh
karena itu mereka menyimpulkan bahwa pariwisata memegang
peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja di hampir semua
Negara yang mengembangkan pariwisata, walaupun harus diakui
sektor pertanian masih lebih besar indeks penyerapannya dan berada
di atas indeks penyerapan tenaga kerja oleh sektor pariwisata di
hampir semua Negara.
Mengambil analogi di atas, banyaknya penyerapan tenaga kerja
di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, perlu
dicermati, seberapa besar peluang penyerapannya bagi penduduk
lokal, mengingat secara demografi tingkat pendidikan dan keteram-
pilan, serta usia yang perlu dipertimbangkan. Sementara itu,
kebutuhan tenaga kerja langsung sektor pariwisata membutuhkan
pendidikan dan komptensi yang cukup tinggi sesuai dengan standard
internasional.
CATATAN: Dengan komposisi demografi yang ada saat ini, baik di sekitar
kawasan maupun di Provinsi Banten secara umum, perlu dipersiapkan SDM
dengan komptensi dan kualifikasi yang memadai, agar dapat mengambil
bagian dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung
Lesung teersebut.




Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 127

d. Pengembangan Infrastruktur (Infrastructure Development)
Salah satu dampak ekonomi lain dari pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus pariwisata adalah berkembangnya infra struktur,
karena pariwisata dapat mendorong pemerintah daerah untuk
menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih,
listrik, telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung
lainnya sebagai konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat
meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat
lokal itu sendiri sebagai tuan rumah.
Sepakat membangun pariwisata berarti sepakat pula harus
membangun yakni daya tarik wisata attractions khususnya daya
tarik wisata man-made, sementara untuk daya tarik alamiah dan
budaya hanya diperlukan penataan dan pengkemasan. Karena J arak
dan waktu tempuh menuju destinasi accesable akhirnya akan
mendorong pemerintah untuk membangun jalan raya yang layak
untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung pariwisata
Amenities seperti hotel, penginapan, restoran juga harus
disiapkan.
Pembangunan infrastruktur pariwisata dapat dilakukan secara
mandiri ataupun mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak
investor asing khususnya untuk pembangunan yang berskala besar
seperti pembangunan Bandara Internasional, dan sebagainya.
Perbaikan dan pembangunan insfrastruktur pariwisata tersebut juga
akan dinikmati oleh penduduk local dalam menjalankan aktifitas
bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat local akan mendapatkan
pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di daerahnya.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 128

Dalam kaitan ini, infra struktur Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata Tanjung Lesung yang akan dibangun selain atraksi di
dalam kawasan, juga sarana pendukungnya. Untuk mendukung
aksesibilitas, akan dibangun jalan tol, dan Bandar udara
internasional di Panimbang.
e. Pengembangan Ekonomi Lokal (Development of Local
Economies)
Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk
mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara ada
beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena tidak
semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti
misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak
resmi, pramuwisata tidak resmi, jasa ojeg di tempat wisata dan
sejenisnya.
WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata secara tidak
langsung disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran
wisatawan pada suatu kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat
local lebih banyak berebut lahan penghidupan dari sector informal
ini, artinya jika sector informal bertumbuh maka masyarakat local
akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar. Namun
demikian, kondisi ini belum cukup dirasakan oleh masyarakat di
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung, mengingat
investasi pembangunan dan pengembangannya belum dimulai.
Walaupun demikian, bagi usaha kecil dan menengah di sektor ini
sudah mulai terlihat. Misalnya adanya pertambahan jumlah
homestay dari delapan kamar menjadi 28 kamar di wilayan kawasan
penyangga.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 129

Berdasarkan hasil survey terhadap usaha yang terjadi, telah ada
peningkatan baik dalam jumlah maupun keragamamannya, khusunya
yang berkaitan langsung dengna penyediaan akomodasi dan
makanan dan minuman. Pada Tabel 4-31 menunjukkan hasil survey
sampel usaha yang dilakukan masyarakat lokal di Kampung Cipanon
Desa Tanjung J aya.
Tabel 4-31
Responden yang berusaha di sektor pariwisata
J ENIS USAHA
Badan Hukum Status Responen
Ya Tidak Pemilik Pengelola
AKOMODASI
Losmen/Penginapan 0 1 1 0
Homestay 0 3 2 1
Villa 1 0 0 1
MAKANAN & MINUMAN
Restoran 1 0 1 0
Warung Kopi/Cofee Shop 0 1 1 0
Lainnya 0 2 2 0
TRANSPORTASI WISATA
Perahu 0 1 1 0

Tabel di atas cukup menggambarkan sektor informal (usaha
yang tidak memiliki badan hukum) banyan ambil bagian dalam
berusaha di sektor pariwisata, walaupun pertumbuhan pariwisata
belum signifikan. Usaha di bidang akomodasi berupa homestay dan
losmen sudah berperan dalam menyediakan akomodasi. Usaha
pengelolaah homestay relatif lebih menguntungkan karena selain
sharing biaya operasional sehari-hari (dibebankan kepada tamu pada
saat mengingap) juga memperoleh tambahan pendapatan yang relatif
besar.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 130

Ambil contoh, jika seorang rumah tangga mempunyai empat
buah kamar, dapat disewakan dua kamar. Satu kamar dijual Rp 300
ribu per malam, maka akan diperoleh pendapatan sebesar Rp600
ribu. J ika disewakan dua malam dalam seminggu, maka akan
diperoleh pendapatan tambahan sebesar Rp1,2 juta, jika sebulan
disewakan empat kali, paka pendapatan tambahannya hampir
mencapai Rp5 juta. Sementara itu, biaya operasionalnya hampir
tidak ada, karena semuanya menggunakan fixed cost kebutuhan
rumah tangga.
Selanjutnya hasil diskusi terfokus bagaimana tanggapan
masyarakat dalam memahami dampak sosial-konomi yang secara
kualitatatif disajikan pada Tabel 4-32.
Tabel 4-32
Analisis Kualitatif Dampak Sosial Ekonomi
No Indikator Tanggap masyarakat
Sebelum KEK
Tanggap masyarakat
Sesudah KEK
Nilai
dampak
1 Dampak terhadap
penerimaan devisa
Tidak ada penerimaan
devisa
Umumnya beranggapan
akan ada pengingkatan
baik
2 Dampak terhadap
pendapatan masyarakat
Pendapatan rendah,
dari menangkap ikan
Ada tambahan pendapatan
dari perahu dan penjualan
ikan
baik
3 Dampak terhadap
kesempatan kerja
Kesempatan kerja
rendah
Kesempatan kerja tinggi,
disektor pariwisata
baik
4 Dampak terhadap harga-
harga
Harga harga rendah Harga harga tinggi Kurang
baik
5 Dampak terhadap
distribusi
manfaat/keuntungan
Manfaat belum ada Ada penambahan manfaat
daripada kerugian
baik
6 Dampak terhadap
kepemilikan dan control
Dominan dikuasai
masyarakat lokal
Investor banyak yang
masuk membeli tanah dan
berusaha
Tidak
baik
7 Dampak terhadap
pembangunan pada
umumnya
Pembangunan fisik
non fisik lambat
Pembangunan fisik lebih
cepat
kurang
baik
8 Dampak terhadap Sedikit Masyarakat baik



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 131

pendapatan pemerintah. memperkirakan pendapatan
pemerintah meningkat

Walaupun informasi tersebut pada tabel di atas diperoleh
berdasarkan diskusi terfokus, namun penggalian informasi yang
lebih detail ke masing-masing pemangku kepentingan sangat
diperlukan dalam perspektif yang lebih luas, mengingat intervensi
program penguatan kapasitas dalam mempersiapkan perkebangan
kawasan.
G. Strategi Peningakatan Kapasitas Masyarakat dalam
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Uraian pada bab di atas memberikan gambaran bagaimana
kondisi masyarakat saat ini dalam menghadapi berbagai perubahan
karena masuknya investasi pengembangan destinasi pariwisata.
Selalu ada positif dan negatif yang terjadi dalam pembangunan
kawasan, bahkan masyarakat lokal yang tidak memiliki keahlian di
bidang industri yang berkembang hanya akan menjadi penonton dan
terpinggirkan.
Issu dampak negatif lebih besar dari pada dampak positif
pengembangan pariwisata, selalu terjadi dalam pengembangan
destinasi pariwisata di belahan manapun. Namun issu tersebut dapat
direduksi dengan merancang suatu strategi boosting maksimal
dampak positif -minimal dampak negatif. Namun tidak ada aturan
baku yang menjamin pengembangan pariwisata dapat berkontribusi
maksimum tanpa dampak negatif kepada masyarakat.
Walaupun demikian, ikhtiar ke arah optimalisasi manfaat
tersebut tetap harus diusahakan. Sangat sedikit data kuantitatif yang



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 132

secara jelas menggambarkan kontribusi pariwisata terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal terutama yang terkait
dengan pengurangan kemiskinan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran
pemerintah setempat untuk mengatur pencapaian manfaat
maksimum pengembangan pariwisata. Beberapa ikhtiar yang dapat
ditempuh pemerintah setempat untuk memaksimalkan manfaat
pengembangan pariwisata antara lain:
Bentuk Penguatan
Kapasitas
Intervensi program Instansi terkait
1. membantu produk
lokal masuk ke
dalam rantai
penawaran hotel
(hotel supply
chain)
- meningkatan mutu, standard produk
lokal
- pemahaman rantai pasokan
- fasilitasi untuk menghubungkan
pembeli dan pemasok
- tingkatkan kemampuan UMKM men-
jadi pemasok yang dapat diandalkan
- memastikan skala ekonomi
Koperasi dan
UMKM, dinas
instansi teknis
(tergantung produk
yang dihasilkan)
2. menstimulir usaha
kecil dan mikro di
destinasi
pengembangan
pariwisata
- Dukungan usaha: jasa pengembangan
pelatihan, kredit dan bisnis
- Manajemen usaha mikro-kecil dan
menengah
- Pastikan perizinan dan peraturan tidak
mengecualikan pengusaha kecil
- Memantapkan dan memonitor skema
'pemandu lokal'
- Menyediakan infrastruktur sederhana
untuk mengkatalisasi UMKM
- Memfasilitasi akses ke keterkaitan
sektor swasta dan mentoring
- Merangsang permintaan pasar
- Buat acara untuk membawa wisatawan
dan penyedia layanan bersama-sama
- Berbasis masyarakat pariwisata vs
mikro pengusaha
Dinas Koperasi,
Disbudpar,
Perdagagan, LSM
Perguruan Tinggi
3. mendorong
pengembangan
kerajinan setempat
dan toko souvenir
bagi wisatawan,
- Inovasi produk untuk membuat produk
unik cocok dengan selera wisatawan,
- meningkatkan standar mutu produk,
- pengemasan dan pemasaran,
- pameran lokal kepada wisatawan
Dinas Koperasi,
Disbudpar,
Perdagagan, LSM
Perguruan Tinggi
4. menciptakan
kesempatan kerja
bagi penduduk
lokal,
- memperluas sektor pariwisata dan
memperluas lapangan kerja
- pendidikan dan pelatihan dalam bidang
keterampilan perhotelan, kuliner dan
Dinas perinkan dan
kelautan,
pendidikan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 133

sejenisnya
5. Memfasilitasi
kemitraan
- membina kerjasama kelembagaan
- pemerintah menggunakan
kewenangannya untuk mendorong
tercapainya kemitraan
Perdagangan,
kelembagaan
6. diversifikasi
produk wisata,
terutama produk-
produk yang
melibatkan
penduduk lokal,
- membuka alternatif pilihan akses untuk
membuat diversifikasi produk
- menciptakan kesempatan melalui
parwisata budaya
- ciptakan event budaya dan atraksi
masyarakat yang khas
Perindustrian,
budpar,
7. menggunkan
kebijakan
pemerintah untuk
mempengaruhi
sektor swasta
dalam
meningkatkan
peran penduduk
lokal,
- membuat konsesi pada saat proses
investasi agar ada keberpihakan kepada
penduduk lokal terutama masyarakat
miskin
- mengembangkan model penghargaan,
kode-etik, sertifikasi dan komunikasi
dengan penginisiatif masyarakat
setempat

Pemerintahan,
kelembagaan, LSM,
8. memfasilitasi
kemitraan joint
venture antara
sektor swasta dan
masyarakat,
- mencarikan partner antara pengusaha
dengan masyarakat lokal untuk
mencapai skala usaha agar terpenuhi
rantai pemasok dan produksi
berkesinambungan
Perdaganan dan
perindustrian,
pertanian dan
perkebunan
9. menentukan cara
yang tepat untuk
mendistribusikan
pembiayaan
kepada masyarakat
- memberlakukan revenue sharing
dengan masyarakat lokal untuk
menjaga lingkungan dan keharmonisan
hubungan serta menhindari distorsi
pendapatan yang terlalu lebar
- mendorong pengaliran philantrhopic,
Perdagangan dan
perindustrian,
Disbudpar,
Pertanian,
kehutanan
Kelautan
Pendidikan

10. memonitor
dampak sosial,
budaya dan
lingkungan,
- memaksimalkan manfaat bagi
masayarakat lokal dari pengembangan
infrastruktur
- mengelola trade-off atas sumberdaya
lokal
- meminimalkan gangguan, kerusakan
dan pelanggaran budaya
- mengatur sistem pencegahan
pariwisata seks, prostitusi anak di
bawah umur dan penjualan manusia
Ketertiban
Dinas pekerjaan
umum
DPRD, Bappeda,
BPS

11. membuat
kebijakan pro-
poor,
- melibatkan partisipasi masyarakat
dalam mengambil keputusan
- strategi pengambilan keputusan
berbasis bukti dan data yang terjadi
Pendidikan, Agama,
Sosial
Perguruan Tinggi
LSM
12. menentukan - meningkatkan kemampuan Disbudpar,



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 134

pilihan strategi
untuk segmentasi,
pasar dan investor
segmenting, targeting dan posisioning
atas produk dan jasa yang ditawarkan
- menentukan investor asing dan dan
domestik, besar atau kecil
Perdagagan
Pendidikan


Upaya-upaya di atas dilakukan tujuan utamanya adalah untuk
(1) meningkatkan volume kunjungan (2) memperpanjang lama ting-
gal dan (3) memperbanyak pengeluaran. Namun sejauh mana
memberikan dampak terhadap masyarakat dan pemerintah, perlu
dilakukan monitoring dan perbaikan secara berkelanjutan
(continuous improvement), selama pengembangan Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung berlangsung.
Penyusunan perangkat program dan instrument monitoring dan
evaluasi yang dijalankan secara konsisten akan memberikan manfaat
sebesar-besarnya serta menekan dampak negatif dalam pengem-
bangan kawasan. Peran serta dan partisipasi masyarakat lokal harus
menjadi factor kunci agar tujuan pembangunan destinasi dapat
dirasakan oleh masyarakat.






BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan

Dari uraian hasil pembahasan yang terkait dengan rumusan
permasalahan dalam penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Sejauh ini, sejak Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung ditetapkan, belum ada upaya persiapan
yang berarti. Pemahaman masyarakat terhadap perubahan
status kawasan KEK masih sangat minim. Walaupun sudah
ada pendamping yang diterjunkan, program tersebut belum
menyentuh pada kesiapan mengambil peluang dari
pertumbuhan sektor pariwsata di wilayahnya. Sebagian
masyarakat Cikadu Endah sebagai penduduk yang
direlokasi belum memperoleh pembekalan yang cukup
untuk trans-formasi pengetahuan dan keterampilan dalam
mata pencaharian dari nelayan menjadi petani penggarap.
2. Peran keterlibatan masyarakat penyangga Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung dalam
kegiatan pariwisata masih rendah, pada umumnya
masyarakat tidak terlibat dalam pengambilan keputusan
peerencanaan kegiatan pariwisata sesuai dengan porsinya
masing-masing. Usaha melibatkan diri dalam kegiatan
135

Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 136

pariwisata belum dikoordinasikan secara terprogram agar
mendukung dan memperoleh manfaat dari perkembangan
kawasan.
3. Walaupun belum sepenuhnya akibat penetapan KEK,
masyarakat penyangga kawasan sudah dapat merasakan
manfaat secara ekonomi, seperti dengan bekerja sebagai
karyawan hotel-hotel di dalam kawasan, pekerja pem-
bangunan infrastruktur, dan membuka usaha baru. Usaha
mengelola homestay, losmen, penyewaan villa, penyewaan
kapal nelayan dan usaha makanan dan minuman bagi
wisatawan, adalah manfaat yang diterima masyarakat.
Demikian pula dengan usaha kerajinan tetapi masih berupa
sampingan dan belum memperoleh manfaat yang berarti.
4. Potensi dampak sosial-ekonomi yang terjadi karena KEK
adalah adanya perubahan pupulasi penduduk di sekitar
kawasan, serta terjadinya perubahan pasar kerja, yang
berdampak pula pada perubahan struktur dan karakteristik
masyarakat kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Tanjung Lesung. Demikian pula terhadap perubahan sosial
individu dan keluarga, terjadi karena adanya interaksi sosial
dengan wisatawan. Selain itu, kontak langsung perbedaan
budaya berdampak pada lunturnya kebanggaan terhadap
budaya lokal. Menurut tanggapan masyarakat, pariwisata
telah banyak menciptakan lapangan pekerjaan yang
berakibat pada meningkatnya standard hidup masyarakat.
Terhadap ekonomi, pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata Tanjung Lesung telah memberikan



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 137

dampak terhadap perolehan devisa negara, peningkatan
pendapatan langsung pemerintah, penciptaan lapangan
pekerjaan, pengembangan infra struktur khusunya di
kawasan dan akses menuju kawasan, berkembangnya
ekonomi masyarakat Tanjung Lesung, dan munculnya
usaha-ushan baru di masayarakat.
5. Agar masyarakat setempat memperoleh manfaat dari pe-
ngembangan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung
Lesung, maka perlu dilakukan intervensi program
pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat, melalui usaha-usaha: (1) membantu produk
lokal masuk ke dalam rantai penawaran hotel (hotel supply
chain) (2) menstimulir usaha kecil dan mikro di destinasi
pengembangan pariwisata (3) mendorong pengembangan
kerajinan setempat dan toko souvenir bagi wisatawan, (4)
menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk lokal, (5)
memfasilitasi kemitraan (6) diversifikasi produk wisata,
terutama produk-produk yang melibatkan penduduk lokal,
(7) menggunkan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi
sektor swasta dalam meningkatkan peran penduduk lokal,
(8) memfasilitasi kemitraan joint venture antara sektor
swasta dan masyarakat, (9) menentukan cara yang tepat
untuk mendistribusikan pembiayaan kepada masyarakat
(10) memonitor dampak sosial, budaya dan lingkungan, (11)
membuat kebijakan pro-poor,dan (12) menentukan pilihan
strategi untuk segmentasi, pasar dan investor.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 138

B. Rekomendasi
Analisis dampak sosial-ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus
Pariwisata Tanjung Lesung ini merupakan inisiasi awal untuk
dijadikan sebagai data dasar dalam menentukan peran stakholder
dalam mengawal pengmbangan destiniasi ini supaya bermanfaat
bagi semua pihak terutama masyarakat lokal. Untuk selanjutnya
penelitian serupa perlu terus dilakukan dan disempurnakan
sehingga diperoleh data berkala yang dapat digunakan untuk
memonitor dan mengevaluasi perkembangan Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata. Untuk itu direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Otoritas Kawasan (yang saat penelitian ini belum terbentuk)
perlu mengkoordinasikan dinas/instansi terkait guna menye-
laraskan program-program peningakatan kapasitas masyarkat,
guna memperoleh manfaat dari pengembangan kawasan.
2. Mengintegrasikan survey secara berkala dengan Nesparda agar
termo`nitor dampak ekonomi pariwisata yang tidak hanya pada
sektor pariwisata akan tetapi pada sektor-sektor pendukungnya,
termasuk dampak terhadap penciptaan kesempatan kerja, maka
pembangunan pada sektor pariwisata semestinya menjadi
tanggung jawab bersama.
3. Agar pengembangan kawasan berdampak positif bagi masya-
rakat maka perlu dilakukan upaya-upaya sistematis oleh otorita
kawasan bersama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten dan
Propinsi untuk (1) meningkatkan jumlah kunjungan melalui
promosi pariwisata dan promosi budaya baik di dalam maupun
luar negeri, termasuk penyelenggaraan event-event lokal,



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 139

major, mapun event internasional (2) memperpanjang lama
tinggal, melalui variasi dan inovasi produk-produk dan atraksi
wisata sehingga wisatan memperoleh pangalaman lebih dari
apa mereka bayangkan, dan (3) memperbanyak pembelanjaan
melalui peningkatan ke-ragaman souvenir, barang-barang
consumer, dan produk-produk lokal yang unik yang sesuai
dengan selera wisatawan.
4. Sehubungan tingkat pendidikan formal yang relatif masih
rendah, dan keterampilan di bidang hospitaliti masih sangat
rendah, dengan kebutuhan direct employment 36.000 jiwa,
maka otoritas kawasan bersama dengan dinas pendidikan dan
kebudayaan serta dinas tenaga kerja, membuka program
pendidikan Akademi (Akademi Komunitas) program studi
terkait dengan pariwisata, pertanian, perikana/kelautan dan
insustri kreatif. Lulusan program akademik komunitas dapat
langsug bekerja di bidang bidang yang dibutuhak wisaawan.
5. Otoritas kawasan dengan dinas instansi terkait perlu menyusun
program pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan mulai
dari perencaan sampai implementasi yang dilakukan multiyears
selama 5 tahun.
6. Pemberdayaan per sektor sangat diperlukan guna memenuhi
rantai pemasok, seperti pengembangan desa-desa wisata
berbasis pertanian (agriwisata) berbasia pantai dan laut
(marine tourism) berbasis kebudayaan (culture tourism).
Peran Disbudpar dan dinas/instansi terkait sangat diperlukan
secara berkesinambungan sekurang-kurangnya tiga tahun
sampai desa-desa wisata tersebut bisa bergerak secara mandiri.



Analisis Dampak Sosial-Ekonomi Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung 140

7. Untuk mencegah pelanggaran budaya, penjualan manusia, serta
dampak negatif lainnya perlu dibuatkan regulasi terkait
operasional kawasan, baik dalam bentuk Peraturan Daerah atau
peraturan lainnya.






DAFTAR PUSTAKA
141

Anda mungkin juga menyukai