Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEGIATAN

MALAYSIAN TECHNICAL COOPERATION PROGRAMME (MTCP)


CERTIFICATE IN JUVENILE AND REHABILITATION 2014
1 JUNI SAMPAI DENGAN 27 JUNI 2014
DI CORRECTIONAL ACADEMI OF MALAYSIA LANGKAWI, MALAYSIA










DISUSUN OLEH :
DEDDY EDUAR EKA SAPUTRA
(BAPAS KLAS I JAKARTA TIMUR UTARA)
MUHAMMAD RIZAL FUADI
(LAPAS KLAS IIA ANAK PRIA TANGERANG)
INDRI APRIYANTI (DITJENPAS)
HAULIANA GINTING (RUTAN KLAS IIA PONDOK BAMBU)
A. PENDAHULUAN
The Malaysian Technical Cooperation Programme (MTCP)
merupakan kegiatan yang digagas pertama kali pada saat Konferensi
Asian and Pasific Conference of Correctional Administrators (APPCA) ke
17. Pada saat itu dideklarasikan bahwa Malaysia akan menjadi Pusat
Pelatihan Regional untuk praktisi Pemasyarakatan dari negara-negara
Asia dan Pasifik. Sejak tahun 2007 pelatihan-pelatihan yang telah
dilaksanakan adalah Sistem Peradilan Pidana, Pemasyarakatan, Human
Capitol Development, sumber daya manusia dalam Sistem Peradilan
Pidana dan Sistem Pemasyarakatan.
The Malaysia Technical Cooperation Programme (MTCP) didirikan
pada tahun 1980 untuk mempromosikan dan memfasilitasi partisipasi
negara-negara berkembang. Program ini mengkonsolidasikan berbagai
bentuk kerjasama teknis di daerah di mana Malaysia memiliki pengalaman
dan keahlian di bidangnya. The MTCP dilaksanakan oleh Departemen
Penjara Malaysia didasarkan pada kenyataan bahwa pembangunan suatu
negara tergantung pada kualitas sumber daya manusia.
Kerjasama Teknis Malaysia Programme (MTCP) adalah persekutuan
negara-negara berkembang bekerja sama dan berbagi pengetahuan
dengan harapan bahwa negara-negara dapat tumbuh lebih baik. Wilayah
kerja yang bervariasi dari satu negara ke negara dan setiap negara
memiliki kekuatan mereka sendiri. Program ini mendorong jaringan,
pertukaran pengalaman yang relevan, serta berbagi pengetahuan dan
sumber daya.
Saat ini, 140 negara terdaftar sebagai anggota negara-negara di
bawah MTCP. The MTCP awalnya ditawarkan hanya kepada anggota
ASEAN, kini telah diperluas untuk mencakup semua daerah utama di
dunia. Pertimbangannya berdasarkan daerah, negara, sektor dan proyek.

B. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah :
- Bersama-sama, belajar dan berbagi pengalaman dan pikiran
tentang kebijakan negara masing-masing di bidang rehabilitasi bagi
orang-orang yang telah dihukum karena kejahatannya baik melalui
Sistem Pemasyarakatan (penjara) maupun diluar Sistem
Pemasyarakatan.
- Sertifikasi dalam Penanganan Anak yang berhadapan dengan
hukum yang dikembangkan oleh Departemen Penjara Malaysia.


C. TEMPAT DAN WAKTU
Kegiatan ini diselenggarakan dari tanggal 01 hingga 27 Jun 2014
bertempat di Akademi Koreksional Malaysia (AKM) di Langkawi.

D. PESERTA/PARTICIPANTS

Peserta kegiatan ini sebanyak 37 orang yang berasal dari 7 negara
yakni Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Maldives, Uganda,
Thailand, Cambodia, dan Laos.
Peserta dari Indonesia diwakili oleh sdr. Deddy Eduar Eka Saputra
(Bapas Klas I Jakarta Timur Utara), sdr. Muhammad Rizal Fuadi (Lapas
Klas IIA Anak Pria Tangerang), sdri. Indri Apriyanti (Ditjenpas) dan sdri.
Hauliana Ginting (Rutan Klas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur).

E. MATERI KEGIATAN
Topik, materi dan kegiatan MTCP disampaikan dalam bahasa Inggris
yang mudah dimengerti dan dipahami. Adapun Topik, Materi dan Kegiatan
adalah sebagai berikut :
Ice Breaking & the formation of teams,
Country Reports
Study Tours of Various Prison / Correctional Facilities
Overview of the Malaysian Prison System,
Rehabilitation & Treatment Problems & Challenges
Malaysian Criminal Justice System
Safe Custody in Prisons
Human Development Program 4 phases
Parole System in Malaysia
Juvenile Rehabilitation
Terrorism Human Development Program
Conditioning of Officers by Prisoners
Mentor/Mentee Game
Visit to Kilim Geoforest Park
Visit to the Cable Car
Visit to Kuala Lumpur
Magazine & Presentation of Reports

F. URAIAN KEGIATAN
Selama 27 hari mengikuti kegiatan MTCP 2014 melalui kegiatan-
kegiatannya, terdapat beberapa hal yang dapat kami uraikan sebagai
bentuk laporan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
- Negara peserta MTCP 2014 diwajibkan untuk membuat Country
Report berkenaan dengan pelaksanaan Rehabilitasi dan Juvenile di
negara masing-masing. Country Report tersebut kemudian
dipresentasikan di depan peserta lainnya dan dilakukan tanya
jawab yang dipimpin oleh koordinator kegiatan Tn. Adinaraina.
- Para peserta kemudian dibagi menjadi 4 kelompok yang
merupakan gabungan masing-masing peserta. Nama-nama
kelompok tersebut adalah STAR, EAGLE, BOMBASTIK dan
PRISON. Kelompok-kelompok tersebut kemudian diberi tugas oleh
masing-masing pengajar untuk mendiskusikan materi maupun
melakukan presentasi kelompok;
- Visiting atau kunjungan ke penjara-penjara yang ada di Malaysia
dilakukan pada minggu kedua. Adapun penjara-penjara yang
dikunjungi adalah sebagai berikut :
1. Malaysian Prison College
2. Sungai Petani Prison
3. Kamunting Correctional Center Taiping, Perak
4. Jelebu Drug Rehabilitation Institution
5. Seremban Prison
6. Sungai Udang Prison, Melaka
7. Sekolah Henry Gurney, Melaka
8. Integrity School Kajang
9. Wisma Putra
- Materi kelas atau kuliah dari pengajar-pengajar yang kompeten di
bidangnya. Materi yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Overview of Prison and Juvenile Rehabilitation, oleh Sir
Narander Singh; Director of Sungai Buloh Prison, Malaysia.
2. Reaching the Youth: Countering the Terrorist Narrative, oleh
Mr. Thomas Koruth Samuel; Southeast Asia Regional Centre for
Counter-Terrorism Ministry of Foreign Affairs, Malaysia.
3. Communication oleh Tn. Adinaraina; Akademi Koreksional
Malaysia (AKM).
4. Challenges of the Journey, Juvenile behavior, oleh
Tn. Adinaraina; Akademi Koreksional Malaysia (AKM).
5. Juvenile Counseling, Individual Intervention & Group Therapy,
oleh Dr. Saralar, Dr. Nabisa & Dr. Siti; Department of Arts and
Sciences Universiti Utara Malaysia (UUM).
6. Human Rights, oleh The Human Rights Commission of
Malaysia.
7. Convention on the Rights of the Child, oleh oleh The Human
Rights Commission of Malaysia.
8. Conditioning in Prison, Malaysia oleh Tn. Adinaraina; Akademi
Koreksional Malaysia (AKM).
9. Human Development Program (for Juvenile) in Malaysia, oleh
Tn. Adinaraina; Akademi Koreksional Malaysia (AKM).

G. RESUME KEGIATAN DAN MATERI
- Dari sisi organisasi kepenjaraan di Malaysia berada dibawah
Kementerian Dalam Negeri (Home Affairs) dan memiliki
kewenangan secara menyeluruh dalam pengelolaan penjara di
Malaysia. Kewenangan tersebut meliputi anggaran/budgetting,
sumber daya manusia, sarana prasarana, pendidikan dan pelatihan
serta pengembangan sumber daya manusia.
Kemudian Lapas, Rutan, Bapas, Panti Rehabilitasi, Sekolah
Integriti dan Correctional Academy berada dibawah kewenangan
langsung Commisioner General. Hal ini sebagaimana terlihat pada
struktur organisasi berikut ini :



- Secara keseluruhan lembaga pemenjaraan yang ada di Malaysia
berjumlah 43 lembaga yang terdiri dari penjara/lapas sebanyak 35
lembaga, detention center (rutan) sebanyak 1 lembaga, lembaga
rehabilitasi sebanyak 5 lembaga, dan juvenile center (Henry
Gurney School) sebanyak 3 lembaga. Total penghuni keseluruhan
per 01 Juni 2014 adalah 39.661 orang dari total kapasitas
sebanyak 50.700. kondisi ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :


- Sebagai negara yang memiliki banyak pulau dan menjadi tujuan
pekerja, maka tahanan/narapidana asing menduduki jumlah yang
cukup besar di Malaysia. Tahanan/narapidana asing berjumlah
12.120 orang atau 30.6% dari total keseluruhan penghuni (39.661).
tahanan/narapidana asing dari Indonesia menempati posisi
pertama yaitu sebanyak 332 orang dengan mayoritas kasus
pelanggaran ijin tinggal.
- Over kapasitas atau kelebihan daya tampung juga dialami penjara-
penjara yang ada di Malaysia. Berdasarkan data, terdapat 10
penjara yang mengalami kondisi over kapasitas dari total 43
lembaga penahanan yang ada. Kondisi tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

- Saat ini Malaysia sedang menyelesaikan proyek-proyek
pembangunan dan renovasi penjara-penjara dengan bangunan
modern dan menggunakan teknologi tinggi. Berikut proyek-proyek
dimaksud dan target penyelesaiannya :


- Sebagaimana layaknya penjara di Indonesia, penjara di Malaysia
juga memiliki permasalahan dan tantangan yang kurang lebih
sama, yaitu sebagai berikut :
1. Overcrowding (kelebihan daya tampung);
2. Influx of Foreign Inmates (Masuknya narapidana asing);
3. Contrabands (barang selundupan);
4. Death in Custody (kematian dalam penahanan);
5. Infectious Diseases (penyakit menular);
6. Mentally Unstable Inmates (mental penghuni yang tidak stabil);
7. Staff Discipline (disiplin pegawai).
- Dalam hal penanganan juvenile (anak yang berhadapan dengan
hukum), Malaysia memiliki lembaga khusus yang disebut Sekolah
Integriti Henry Gunrey School sebanyak 3 lembaga. Sekolah
integriti ini anak-anak diwajibkan untuk bersekolah selama masa
pidana yang dijalaninya. Untuk menghilangkan stigma, maka
sebutan narapidana anak diganti menjadi Student atau pelajar.
Ketika bebas pelajar dapat melanjutkan ke sekolah-sekolah diluar
sebagaimana layaknya anak-anak bebas lainnya tanpa ada
diskriminasi.
- Dalam hal rehabilitasi narapidana kasus narkoba, Malaysia memiliki
lembaga rehabilitasi khusus narkoba sebanyak 5 lembaga dan
salah satu lembaga yang dikunjungi adalah Jelebu Drug
Rehabilitation Institution di Jelebu, Negeri Sembilan. Metode
rehabilitasi yang dilakukan kurang lebih sama dengan yang
dilakukan di beberapa lapas khusus narkotika di Indonesia, yaitu
menggunakan metode Therapeutic Community (TC). Terdapat
perbedaan dalam penerapan metode TC di Indonesia, di Malaysia
metode TC hanya diberikan kepada tahanan/narapidana non
muslim, sementara tahanan/narapidana muslim diberikan metode
Halaqah, yaitu metode rehabilitasi yang memasukkan unsur-unsur
pendidikan agama Islam.
- Berkenaan dengan manajemen lapas/rutan, kami melihat ada
beberapa hal yang berbeda dengan pelaksanaan di Indonesia dan
dapat dijadikan acuan atau contoh baik untuk dilaksanakan dalam
penanganan lapas/rutan di Indonesia. Hal-hal tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Visiting Program atau Program Kunjungan
Pelaksanaan kunjungan di penjara Malaysia berbeda dengan di
Indonesia. Kunjungan disini tidak dilakukan secara langsung
melainkan melalui pembatas ruangan dan menggunakan alat
komunikasi telepon untuk komunikasi.

Kemudian waktu kunjungan tidak diberikan sama pada setiap
tahanan/narapidana. Waktu kunjungan antara
tahanan/narapidana satu dengan yang lainnya ditentukan oleh
phase pembinaan mereka dan pemberian kunjungan ditentukan
oleh perkembangan perilaku mereka selama mengikuti kegiatan
pembinaan. Kondisi ini berakibat baik pada tidak adanya
kerumunan pengunjung setiap harinya karena setiap orang
memiliki waktu dan hari kunjungannya masing-masing.

2. Pelaksanaan Bebas Peredaran Uang (BPU)
Di Indonesia kita mengenal pelaksanaan Bebas Peredaran
Uang (BPU) dilakukan menggunakan kupon, buku tabungan
dan terakhir menggunakan kartu E-Money bekerjasama dengan
salah satu perbankan. Di Malaysia pelaksanaan Bebas
Peredaran Uang (BPU) tidak hanya dilakukan dengan
menggunakan Kartu (cad) sebagai pengganti uang, melainkan
juga melakukan pembatasan dan pelarangan bagi petugas
untuk membawa uang tunai ke area blok hunian. Kemudian
tidak ada kantin-kantin di area blok hunian, tahanan/narapidana
hanya diperbolehkan mengkonsumsi makanan/minuman yang
disediakan pihak lapas/rutan. Kantin hanya terdapat di area
publik (di Indonesia Gedung I), dimana keluarga yang
berkunjung diwajibkan untuk berbelanja disana apabila hendak
memberikan makanan tambahan bagi tahanan/narapidana.
Dengan kata lain bebas peredaran uang di penjara Malaysia
dilakukan terhadap petugas.

Keterangan : box sejenis ATM dimana petugas dapat mengisi ulang kartunya
dengan jumlah nominal tertentu dan dibatasi.

3. Sistem Pengamanan
Sistem pengamanan dengan pendekatan teknologi tinggi
terdapat pada Penjara Sungai Udang, Malacca. Di penjara ini
sistem pengamanannya menggunakan Electronic Security
System (ESS); dimana pengamanan terhadap segala hal yang
berada di penjara menggunakan sistem elektronik yang
terintegrasi.


Namun di penjara-penjara lain di Malaysia yang masih
menggunakan bangunan lama terdapat sarana prasarana
pengamanan yang menurut kami sederhana namun memiliki
fungsi pengamanan yang baik. Sarana ini menurut kami sangat
bisa diadakan di lapas/rutan di Indonesia. Sarana tersebut
adalah adanya cermin yang diletakkan lantai dan diatas pada
gerbang utama (di Indonesia P2U). Sarana ini memudahkan
dalam pengecekan setiap kenderaan yang masuk maupun
keluar dari lapas/rutan.

4. Basic Needs tahanan/narapidana (Seragam dan Makanan)
Dalam hal pemenuhan salah satu kebutuhan dasar
tahanan/narapidana yaitu seragam dan makanan dibuat aturan
tahanan/narapidana tidak perbolehkan membawa atau memakai
barang/benda milik pribadi. Yang boleh dipergunakan adalah
semua properti milik lapas/rutan.
Khusus untuk seragam tahanan/narapidana semua ditentukan
sesuai dengan jenis/kategori tahanan/narapidana yang
bersangkutan.






H. PENUTUP
Demikian Laporan ini kami buat, semoga dapat bermanfaat untuk
pengembangan organisasi khususnya di bidang rehabilitasi juvenile dan
pengembangan manajemen lapas/rutan pada umumnya.



Hormat Kami,
Deddy Eduar Eka Saputra
Muhamad Rizal Fuadi
Indri Apriyanti
Hauliana Ginting

Anda mungkin juga menyukai