Anda di halaman 1dari 12

MATERI BAHASA INDONESIA SMK KELAS XI SMT 1

BAB 1
MENYIMAK UNTUK MENYIMPULKAN INFORMASI YANG TIDAK BERSIFAT
PERINTAH DALAM KONTEKS BEKERJA

A. Kegiatan Menyimak dan Memahami informasi Nonverbal
Menyimak merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dapat menambah atau
memperluas pengetahuan. Keterampilan menyimak perlu dilatih secara terus-menerus
dan berkesinambungan. Proses pelatihan menyimak menuntut adanya kesiapan mental
dan kesehatan fisik serta motivasi atau kemauan secara sadar untuk mengikuti seluruh
isi simakan. Pada dasarnya menyimak adalah kegiatan menyerap informasi yang
disampaikan secara lisan dengan tidak sekadar menggunakan indera pendengaran,
tetapi juga berupaya menangkap isi atau pesan serta memahami makna informasi yang
disampaikan. Hasil simakan dapat diungkapkan kembali dengan bahasa sendiri dengan
tidak mengubah pengertian dasar informasi sumber. Proses menyimak menuntut
motivasi dan perhatian dari pendengar. Tanpa keinginan dan perhatian, sulit
mengharapkan hasil yang memuaskan. Berdasarkan caranya, menyimak terdiri atas
beberapa macam, yakni, seperti berikut :
1. Menyimak Intensif menyimak memahami secara terperinci, teliti, dan mendalami
bahan yang disimak.
2. Menyimak Ekstensif menyimak memahami secara sepintas dan umum dalam garis-
garis besar atau butir-butir penting tertentu.
3. Menyimak untuk Belajar melalui kegiatan menyimak, seseorang mempelajari
berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya, para siswa menyimak ceramah guru bahasa
Indonesia, para siswa mendengarkan suara radio, televisi, dan sebagainya.
4. Menyimak untuk Menghibur menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya. Misalnya,
menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, pertunjukan sandiwara, film, dan sebagainya.
5. Menyimak untuk Menilai menyimak mendengarkan, memahami isi simakan,
menelaah, mengkaji, menguji, dan membandingkan dengan pengalaman serta
pengetahuan menyimak.
6. Menyimak Diskriminatif menyimak untuk membedakan bunyi suara. Dalam belajar
bahasa Inggris, misalnya siswa harus dapat membedakan bunyi (i) dan (i:).
7. Menyimak Pemecahan Masalah menyimak mengikuti uraian pemecahan masalah
secara kreatif dan analisis yang disampaikan oleh si pembicara. Mungkin juga
penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analisis
setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu.
Untuk dapat mengungkapkan kembali informasi simakan yang diterima dengan baik
dan memadai, kita dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perhatikan judul wacana yang akan dilisankan..
2. Catatlah kata-kata kunci yang dianggap penting berupa frasa atau klausa.
3. Catatlah ide-ide pokok setiap paragraf.
4.Catatlah fakta-fakta atau data berupa angka, persentase, atau perbandingan.
5. Uraikan kembali dalam bentuk ikhtisar berdasarkan data-data yang dicatat.
Informasi hasil simakan dapat dikemukakan atau disampaikan dalam bentuk verbal
maupun nonverbal. Informasi verbal berwujud uraian, ulasan, atau penjelasan dan
dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Informasi ini dianggap lebih mudah
dicerna dan dipahami. Contoh informasi verbal:
Sulistya mengatakan UN lebih banyak menimbulkan penderitaan bagi sekolah swasta
dan pinggiran. Bagaimana mungkin sekolah pinggiran yang sarana, prasarana, kualitas
SDM, dan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM)-nya sangat terbatas
disamakan dengan sekolah yang SPM-nya lengkap dan pada umumnya didominasi
sekolah negeri perkotaan. UN yang diselenggarakan setiap tahun hanya akan
menambah persoalan dan pemborosan APBN, jika hasil ujian periode sebelumnya
tidak ditindaklanjuti dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada sekolah
yang angka kelulusannya rendah.
Informasi berbentuk nonverbal cenderung bersifat visual, berupa bentuk atau gambar
serta garis-garis yang memiliki ciri-ciri tersendiri dan cenderung perlu pengamatan
lebih khusus. Contohnya: grafik, denah, bagan, diagram, atau matriks.
Berikut ini pengertian dan contoh bentuk informasi nonverbal.
1. Grafik
Grafik adalah gambaran pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada dengan
garis atau gambar. Grafik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu grafik batang, grafik
garis, dan grafik lingkaran.
a. Grafik batang adalah lukisan naik turunnya data berupa batang atau
balok dan dipakai untuk menekankan adanya perbedaan tingkatan atau nilai berupa
aspek.
Contoh Grafik Batang :
Grafik Pekerjaan Orang Tua Siswa SMK Nurul Islam Tahun 2007 Grafik Pekerjaan
Orang Tua Siswa SMK Nurul Islam Tahun 2007
b. Grafik garis adalah lukisan naik turunnya data berupa garis yang dihubungkan dari
titik-titik data secara berurutan. Grafik ini dipakai untuk menggambarkan
perkembangan atau perubahan dari waktu ke waktu.
Contoh grafik garis:
Grafik Pengunjung Perpustakaan SMK Nuris Tahun 2007
c. Grafik lingkaran adalah gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk
menggambarkan persentase dari nilai total atau seluruhnya.
Contoh grafik lingkaran:
Persentase Penganut Agama di SMK Kartini Persentase Penganut Agama di SMK
Kartini
2. Diagram
Diagram adalah (gambaran buram, sketsa) untuk memperlihatkan atau menerangkan
sesuatu. Bentuk-bentuk diagram antara lain adalah diagram arus (bagan alur),
diagram balok, diagram gambar, diagram garis, diagram lingkaran, diagram cabar,
dan diagram pohon. Contoh diagram:
Total Nilai Transaksi di BEJ (dalam Triliyun)
3. Tabel
Tabel adalah daftar yang berisi ikhtisar dan sejumlah data informasi, biasanya berupa
kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan
deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak.
Contoh:
Data Tentang Kesegaran Jasmani Manusia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
4. Bagan
Bagan adalah gambaran secara analisis atau terurai tentang proses yang terjadi di
alam, teknologi, dan masyarakat manusia. Bagan digunakan untuk membantu
memperjelas proses kerja.
Contoh bagan:
Bagan Budidaya Belut
5. Peta
Peta adalah gambar atau lukisan pada kertas yang menunjukkan letak tanah, laut,
sungai, gunung-gunung, dan sebagainya atau representasi melalui gambar dari suatu
daerah yang menyatakan sifat, batas, sifat permukaan, dan sebagainya.
Contoh :
6. denah
Denah adalah gambar yang menunjukkan letak kota, jalan, peta, atau gambar
rancangan bangunan.
Contoh:
7. Matriks
Matriks adalah tabel yang disusun dalam lajur dan jajaran sehingga butir-butir uraian
yang diisikan dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
Contoh:
B. Pengalihan informasi Verbal menjadi Nonverbal
Informasi yang kita simak perlu ditelaah isinya berdasarkan kepentingan atau maksud
yang terkandung di dalamnya. Bentuk-bentuk pengungkapan informasi baik yang
verbal maupun nonverbal masingmasing selalu membutuhkan penyampaian informasi.
Adakalanya suatu informasi lebih tepat disampaikan dengan penyajian verbal karena
lebih memerlukan banyak penjelasan daripada bentuk visual. Namun, ada informasi
yang lebih mudah dicerna karena disajikan dalam bentuk nonverbal. Tapi pada
dasarnya semua itu bergantung pada kebutuhan. Proses mengubah isi informasi verbal
menjadi nonverbal memang agak sulit. Namun, bila bahan simakan dapat ditelaah, hal
itu bukan hal yang tidak dapat dilakukan. Itulah sebabnya, kita perlu berlatih dengan
saksama. Cara pertama, simaklah isi informasi dengan penuh perhatian. Kedua,
setelah disimak, cobalah perhatikan: Apa isinya, bagaimana uraiannya, dan dapatkah
divisualisasikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengalihkan atau mengubah informasi verbal
ke informasi nonverbal, adalah sebagai berikut.
1. Perhatikan dengan saksama isi informasi verbal yang ingin diubah.
2. Perhatikan data-data berupa lambang, satuan atau angka-angka serta
perbandingannya untuk menentukan bentuk visual yang efektif, apakah grafik, tabel,
diagram dan yang lainnya.
3. Catatlah hal-hal pokok atau inti dari informasi yang disimak.
4. Buatlah bentuk nonverbal yang tepat untuk mengungkapkan informasi tersebut.
5. Gambar, bagan, atau grafik dibuat dengan baik, benar, tepat, dan seimbang dengan
isi.
6. Tentukan warna, lambang, atau bentuk untuk menggambarkan atau membedakan
data-datanya.
Perhatikan contoh perubahan informasi verbal menjadi informasi nonverbal di bawah
ini!
Contoh I.
Berdasarkan penghitungan suara sementara putaran pertama pemilu Presiden 2004,
Yudhoyono-Yusuf Kalla menempati urutan pertama dengan perolehan suara sebanyak
35.687.602 atau 33,60% dari total perolehan suara. Megawati-Hasyim menempati
urutan kedua dengan perolehan jumlah suara sebanyak 27.910.706 atau 26,27% dari
total perolehan suara. Urutan ketiga ditempati oleh Wiranto-Salahuddin dengan
perolehan suara sebanyak 23.583.501 atau 22,20% dari total perolehan suara. Urutan
keempat ditempati Amien Rais-Siswono dengan perolehan jumlah suara sebanyak
15.800.979 atau 14,08% dari total perolehan suara sedangkan duet Hamzah-Agum
menempati urutan terakhir. Total perolehan suara yang telah terkumpul sampai 19
Juli 2004, pukul 21.00 adalah 106.228.247 orang.
Inti dari informasi verbal di atas, adalah sebagai berikut.
1. Informasi tentang penghitungan suara pemilu Presiden 2004.
2. Penghitungan suara sementara putaran pertama pemilu Presiden 2004 Yudhoyono-
Kalla menempati urutan pertama pemilu dengan perolehan suara sebanyak 35.687.602
atau 33,60%.
3. Megawati-Hasyim menempati urutan kedua dengan perolehan suara 27.910.706 atau
22,20%.
4. Wiranto-Salahuddin berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 23.583.501
atau 22,20%.
5. Amien-Siswono memperoleh jumlah suara 15.800.979 atau 14,80%.
6. Hamzah-Agum menempati urutan terakhir dengan jumlah perolehan suara
3.253.014 atau 3,06%.
7. Total perolehan suara yang terkumpul sampai 19 Juli 2004 pukul 21.00 adalah
106.228.247 orang.
Bentuk informasi nonverbalnya berupa diagram seperti berikut.
Contoh II.
Vika, siswi Kelas 1 SMK, bercita-cita menjadi animator profesional. Untuk itu, dia
memilih sekolah di SMK jurusan Grafika. Selain sekolah dan magang yang telah
ditetapkan sebagai program sekolah, untuk menunjang cita-citanya tersebut, dia
mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris. Calon animator profesional tersebut
telah merencanakan setamat pendidikan nanti, jika kondisi sangat memungkinkan, dia
akan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Jurusan yang akan diambilnya adalah
desain grafis. Jika keuangan keluarganya tidak memungkinkannya untuk kuliah, dia
akan kursus desain grafis saja. Akan tetapi, jika kedua keinginannya tersebut tidak
dapat terpenuhi, dia akan mengikuti balai latihan kerja (BLK) terlebih dahulu sebelum
terjun ke dunia kerja. Dengan mengikuti BLK, Vika yakin akan mudah mendapat
pekerjaan karena peserta pelatihan di BLK akan disalurkan kerja sesuai dengan
bidang keahliannya masingmasing. Bila ikut pelatihan di BLK pun tidak
memungkinkan karena kondisi keuangan keluarganya, terpaksa dia langsung bekerja
di mana saja dalam bidang apa saja. Tekadnya, yang penting dia dapat menabung
untuk dapat meraih cita-citanya kelak.
Inti dari informasi di atas seperti berikut :
1. Vika bercita-cita menjadi animator profesional,
2 Vika memilih sekolah di SMK jurusan Grafik,
3. Tamat SMK, Vika berencana melanjutkan ke perguruan tinggi jika ada biaya,
4. Jika biaya tidak memungkinkan, Vika mengikuti latihan balai kerja (BLK).
Bentuk Informasi Nonverbal yang cocok dari informasi di atas adalah bagan, yaitu:
C. Menyampaikan Pendapat melalui simpulan secara deduktif dan induktif
Penyimpulan secara deduktif ialah cara mengambil simpulan dari pernyataan yang
bersifat umum diikuti oleh uraian atau pernyataanpernyataan yang bersifat khusus.
Perhatikan contoh berikut.
1. Negara adalah institusi mapan, tetapi dinamis sehingga mampu mengantisipasi
segala perubahan yang terjadi. Negara mewadahi seluruh kepentingan masyarakat. Ia
menyediakan kerangka umum yang bersifat abstrak sehingga terbuka untuk
ditafsirkan. Sementara pemerintah adalah pranata kontemporer, sebagai
penyelenggara negara dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh konstitusi negara.
2. Hasil perolehan suara sementara dari penyelenggaraan pemilu pemilihan
presiden tahun 2004 cukup signifikan. Peringkat pertama diraih oleh pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dengan persentase suara terbanyak, yaitu 33,60
persen. Peringkat kedua diraih oleh pasangan Megawati dan Hasyim Muzadi dengan
persentase suara 22,20 persen. Disusul peringkat ketiga yaitu pasangan Wiranto dan
Salahudin. Selanjutnya peringkat keempat ialah pasangan Amin Rais dan Siswono.
Terakhir adalah pasangan Hamzah Haz dan Agum Gumelar.
Penyimpulan secara induktif ialah cara mengambil simpulan dari pernyataan-
pernyataan atau fakta-fakta yang bersifat khusus menuju ke suatu simpulan yang
bersifat umum.
Perhatikan contoh berikut.
1. Penyair akan membuat sebuah puisi dengan cara menuangkan imajinasinya, barulah
tercermin sebuah puisi. Pengarang novel akan merangkai ceritanya dengan
pengembangan imajinasi. Demikian juga seniman akan menggoreskan lukisan di dasar
kain dengan imajinasinya ke arah yang sebenarnya. Memang benar imajinasi itu
diperlukan yang mencipta suatu karya.
2. Plagiat ialah pengambilan atau penerjemahan sesuatu hasil begitu saja dengan tidak
menyebutkan pengarang asli melainkan menurunkan nama sendiri sebagai pengarang.
Plagiat tidak diperkenankan dalam dunia sastra. Banyak karya sastra yang beredar
merupakan karya plagiat. Dalam dunia karya sastra memang terdapat larangan keras
untuk pengarang plagiat.Menyampaikan simpulan dapat dilakukan secara lisan
maupun tulisan. Penyampaian harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Simpulan yang disampaikan dapat diperoleh dari informasi lisan maupun tulisan baik
informasi lisan yang bersifat verbal maupun informasi tulisan yang berbentuk
nonverbal. Simpulan dapat disertakan dengan opini atau pendapat.
Opini adalah pandangan berdasarkan ideologi atau sikap seseorang dalam memberikan
suatu wawasan terhadap objek atau peristiwa. Opini dapat juga disebut pendapat
seseorang. Antonim dari opini adalah fakta. Fakta bersifat objektif, merupakan
kenyataan bersifat konkret dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Perhatikan tabel berikut.
Pendapat/Opini Fakta
1. Pemkab. dan PT. Jasa Marga berusaha menuntaskan kesepakatan pembangunan
fisik jalan tol. 1. Harga tanah yang dibebaskan ditetapkan Rp 80.000,- hingga Rp
400.000 per meter persegi
2. Jalan tol GempolPasuruan diharapkan mampu mendorong akselerasi pertumbuhan
perekonomian kawasan. .2. Di Gedung Grahadi Surabaya dilangsungkan
penandatanganan kesepakatan bersama.
Simpulan yang di dalamnya terdapat opini dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
Contoh 1.
Vika bercita-cita menjadi animator profesional. Ia pun masuk ke SMK Grafika. Di
samping itu, ia juga mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris. Untuk mencapai
keinginannya itu, ia berencana setelah lulus sekolah akan kuliah pada jurusan desain
grafis. Jika tak mampu kuliah, ia berencana kursus desain grafis atau mengikuti balai
latihan kerja (BLK). Bila tak memungkinkan, ia akan bekerja apa saja untuk
mengumpulkan uang biaya kuliah. Sungguh begitu kuatnya keinginan Vika dalam
mengapai citacitanya sehingga segala kemungkinan jalan yang terbaik akan dia
tempuh.
Contoh 2.
Niat Vika setelah lulus sekolah akan meneruskan kuliah ke jurusan desain grafis. Jika
tak bisa ia mau mencoba kursus desain grafis atau masuk balai latihan kerja. Namun,
jika pun tak bisa, ia kemungkinan akan bekerja dulu dalam rangka mengumpulkan
uang untuk biaya kuliah pada jurusan yang sama. Saat ini pun ia masuk SMK jurusan
Grafika. Semua itu dilakukan atas dasar dorongan yang kuat untuk mencapai cita-
citanya. Ia bercita-cita menjadi animator profesional.
Contoh pertama ialah simpulan yang diuraikan secara deduktif dengan penambahan
opini atau pendapat di bagian akhir paragraf. Contoh kedua ialah simpulan yang
diuraikan secara induktif dengan penambahan kalimat opini sebelum kalimat terakhir
yang merupakan simpulan umum.
TUGAS MANDIRI:
Mintalah salah seorang siswa membacakan wacana yang terdapat di awal bab,
sedangkan siswa lainnya menyimak. Setelah menyimak lakukan hal berikut.
1. Catatlah pokok-pokok informasi.
2. Dari pokok informasi yang dicatat, buatlah informasi berbentuk nonverbal !
3. Susunlah sebuah simpulannya secara deduktif atau induktif yang disertakan opini
Anda.

Materi Bahasa Indonesia kelas XI SMK
1. MEMBACAKAN BERITA
Membacakan berita dapat menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan bagi sang pembaca
dan pendengarnya jika pembacaan dilakukan dengan baik. Untuk dapat menjadi pembaca
berita yang baik perlu berlatih:
1. lafal dan pengucapan yang jelas;
2. intonasi yang benar;
3. sikap yang benar.
Dalam menyampaikan berita, intonasi dapat menimbulkan bermacam arti. Keras lambatnya
suara atau pengubahan nada, dan cepat lambatnya pembacaan dapat digunakan sebagai
penegasan, peralihan waktu, perubahan suasana, maupun perenungan.
Dalam membacakan berita hendaknya diutamakan pelafalan yang tepat. Gerak-gerik terbatas
pada gerak tangan, lengan atau kepala. Segala gerak tersebut lebih banyak bersifat
mengisyaratkan (bernilai sugestif) dan jangan berlebihan. Untuk menimbulkan suasana
khusus yang diperlukan dalam pembacaan, suara lebih efektif dengan didukung oleh ekspresi
wajah. Air muka (mimik) dan alunan suara yang pas lebih efektif untuk meningkatkan
suasana. Senyum atau kerutan kening juga dapat membantu penafsiran teks.
Perhatikan pula kontak pandangan Anda dengan pendengar (penonton), terutama bila
membacakan berita melalui media televisi atau kontak langsung dengan pendengarnya.Jadi,
membaca berita adalah menyampaikan suatu informasi atau berita melalui membaca teks
berita dengan lafal, intonasi, dan sikap secara benar
2. KATA BAKU
Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Kata baku digunakan dalam
teks-teks berita, makalah, surat dinas, dan teks-teks lain yang bersifat resmi.
Kata tidak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan. Kata tidak baku
biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari
Yang dimaksud dengan kata baku adalah kata-kata yang sesuai dengan pedoman atau kaidah
yang ditentukan (standardisasi). Dalam pemakaian, kita sering menjumpai kata-kata yang
tidak baku. Kata-kata yang tidak baku tersebut tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah
yang ditentukan.
Kata risiko, misalnya, sering ditulis resiko atau kata universal ditulis universil. Bila kata-kata
tersebut digunakan dalam kalimat, kalimat itu pun menjadi kalimat tidak baku.
Ketidakbakuan bukan saja disebabkan oleh penulisan yang salah, melainkan juga karena
pengucapan yang salah, pembentukan yang tidak benar atau penyusunan kalimat yang tidak
tepat. Bahasa baku digunakan dalam situasi resmi, misalnya dalam pemerintahan, pendidikan
dan pengajaran, penulisan ilmiah, perundang-undangan, atau kegiatan diskusi ilmiah.
3. HIKAYAT
Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985:59) mengatakan bahwa hikayat adalah jenis prosa,
cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang orang suci di
sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mirip cerita sejarah atau membentuk
riwayat hidup.
Contoh:
Hikayat Indera Bangsawan;
Hikayat Iskandar Zulkarnaen;
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat merupakan bentuk cerita yang berasal dari Arab. Mulai dikenal di Indonesia sejak
masuknya ajaran Islam ke Indonesia. Hikayat itu hampir mirip dengan dongeng, penuh
dengan daya fantasi. Biasanya berisi cerita kehidupan seputar istana. Kisah cerita anak-anak
raja, pertempuran antarnegara, seorang pahlawan yang memiliki senjata sakti, dan
sebagainya. Hikayat sering kali disebut sebagai dongeng istana. Tokoh dalam hikayat sudah
dapat dipastikan raja, permaisuri, putra dan putri raja, juga para kerabat raja. Cerita terjadi di
negeri Antah Berantah, dan selalu berakhir dengan kemenangan tokoh yang selalu berpihak
pada hal yang benar.
Hikayat adalah karya sastra lama Melayu yang berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-
undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan atau
sekadar untuk meramaikan pesta. Misalnya: Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam
Ciri-ciri hikayat
1. Sebagian besar berupa sastra lisan (disampaikan dari mulut kemulut);
2. Anonim (tidak dikenal namapengarangnya);
3 . Komunal (hasil sastra yang ada dianggap milik bersama);
3. Statis (tidak mengalami perubahan atau perkembangan);
4. Tidak berangka tahun (tidak diketahui secara pasti kapan karya tersebut dibuat); dan
5. Istana sentris/kraton sentries kehidupan raja-raja dan kaum kerabatnya).
Ciri khas sebuah hikayat:
4. RESENSI
Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan.
Jadi, resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya
disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.
Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan,
pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah
timbangan buku.
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku,
apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada.
Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah
merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi.
Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca
buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai,
terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi. Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi dalam penyusunan sebuah resensi.
1. 1 . Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau
hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan
Umumnya resensi terdiri dari
1. Judul
Judul resensi harus menarik dan selaras dengan keseluruhan isi resensi
2. Identitas buku
meliputi judul buku(judul asli dan Modern.terjemahan),penulis, penerbit, tahun terbit, tebal
buku.
3. Isi
Meliputi
ulasan singkat isi
keunggulan buku,
kelemahan buku,
rumusan kerangka
4. Penutup
Penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Selain itu dapat
juga berisi kelemahan buku.
Kiat Praktis Menulis Resensi Buku
Apakah resensi itu?
Resensi adalah tulisan yang menjelaskan kelebihan dan kekurangan sebuah karya baik yang
berupa buku maupun yang berupa karya seni. Tulisan ini biasanya dimuat di media cetak
seperti koran, majalah, atau tabloid. Dilihat dari segi isinya terdapat berbagai macam resensi,
antara lain resensi buku, resensi novel, resensi buku kumpulan cerpen, resensi film, resensi,
patung, dan sebagainya.
Uraian berikut ini lebih difokuskan pada resensi buku.
Siapakah penulis resensi?
Penulis resensi adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang bidang yang diresensi dan
memiliki kemampuan untuk menganalisis sebuah karya secara kritis sehingga dapat
menjelaskan kelemahan dan kelebihan dari karya yang diresensi.
Apakah tujuan ditulisnya sebuah resensi?
Resensi dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang sebuah karya
sehingga pembaca mengetahui apakah karya yang diresensi itu merupakan karya yang
bermutu atau tidak. Resensi akan sangat bermanfaat apabila karya yang diresensi relatif
masih baru. Semakin baru karya yang diresensi, semakin baik. Hal itu dimaksudkan agar
pembaca segera mengetahui apakah karya itu layak untuk dinikmati atau tidak..
Apa saja unsur-unsur dalam resensi?
Sekurang-kurangnya dalam resensi terdapat hal-hal berikut ini:
Judul resensi
Identitas karya (buku) yang diresensi
Uraian tentang jenis karya yang diresensi
Uraian tentang kelebihan dan kekurangan karya yang diresensi
Kesimpulan yang berisi penegasan kembali mengenai layak tidaknya karya tersebut untuk
dinikmati oleh pembaca.
Bagaimana langkah-langkah menulis resensi buku (novel)?
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis resensi buku (novel) adalah:
1. Tahap Persiapan meliputi:
(a) Membaca contoh-contoh resensi; dan
(b) Menentukan buku yang akan diresensi.
2. Tahap Pengumpulan Data meliputi:
(a) Membaca buku yang akan diresensi;
(b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data meliputi hal-hal yang
menarik dan tidak menarik dari buku (novel) yang diresensi;
(c) Mencatat data-data penulisan resensi yang telah diperoleh melalui membaca buku yang
diresensi..
3. Tahap Penulisan meliputi:
(a) Menuliskan identis buku;
(b) Mengemukakan isi buku (sinopsis novel dan unsur-unsur intrinsik lainnya );
(c) Mengemukakan kelebihan dan kekurangan buku (novel) baik dari segi isi maupun bahasa;
(d) Merevisi resensi dengan memperhatikan susunan kalimatnya, kepaduan paragrafnya,
diksinya, ejaan dan tanda bacanya.
(e) Membuat judul resensi.
5. UNGKAPAN/IDIOM
Ungkapan/idiom adalah satuan bahasa, baik berbentuk kata, frasa, maupun klausa yang
maknanya sudah tidak dapat dirunut kembali dari makna denotasi unsur-unsur yang
menyusunnya.
Contoh :
a. Orang terkaya itu mempunyai gula-gula yang disimpannya di luar kota.
b. Si panjang tangan itu sudah memperbaiki tingkah lakunya.
c. Orang itu sedang dicari polisi karena tercatat dalam daftar hitam.
Berdasarkan atas makna unsur-unsur yang membentuknya, idiom dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yakni:
a. Idiom penuh, yaitu idiom atau ungkapan yang seluruh unsure pembentuknya tidak dapat
dikembalikan kepada makna denotasinya/sebenarnya.
Contoh:
1. Gulung tikar berarti bangkrut.
2. Pantat kuning berarti pelit/kikir.
Kata gulung dan kata tikar sudah kehilangan makna denotasinya. Demikian juga kata pantat
dan kata kuning.
b. Idiom sebagian, yaitu idiom atau ungkapan yang sebagian unsur pembentuknya masih
dapat dikembalikan kepada makna denotasinya.
Contoh:
1. Kabar burung berarti kabar atau berita yang belum tentu kebenarannya.
2. Daftar hitam berarti daftar nama orang yang terlibat dalam tindak kejahatan.
Dalam hal ini, kata kabar dan daftar masih dapat dikembalikan pada makna denotasinya.
6. PROPOSAL
Pada umumnya sebelum kita melakukan suatu kegiatan, kita harus menyusun rencana
kegiatan terlebih dahulu. Rencana kegiatan itu berisi strategi pelaksanaan kegiatan dari awal
sampai akhir.Rencana kegiatan yang disusun itu disebut proposal.
Proposal dapat didefinisikan sebagai rencana kerja yang disusun secara sistematis dan terinci
untuk suatu kegiatan yang bersifat formal
Contoh format penyusunan proposa kegiatan
1. Nama kegiatan (Judul)
Nama kegiatan/judul yang akan dilaksanakan tercermin dalam judul proposal.
2. Latar belakang
Latar belakang proposal berisi pokok-pokok pemikiran dan alasan perlunya diadakan
kegiatan tertentu.
3. Tujuan
Penyusunan proposal harus merumuskan tujuan sedemikian rupa agar target yang akan
dicapai dapat dirasakan oleh pembaca proposal. Oleh karena itu,tujuan harus dijabarkan
supaya tampak manfaatnya.
4. Tema
Tema adalah hal yang mendasari kegiatan tersebut.
5. Sasaran/peserta
Penyusun proposal harus menetapkan secara tegas siapa yang akan dilibatkan dalam kegiatan
tersebut.
6. Tempat dan waktu kegiatan
Dalam proposal harus dituliskan secara jelas kapan dan di mana kegiatan akan dilaksanakan.
7. Kepanitiaan
Penyelenggara atau susunan panitia harus dicantumkan dalam proposal dan ditulis secara
rinci.
8. Rencana anggaran kegiatan
Penulis proposal harus menyusun anggaran biaya yang logis dan realistis, serta
memperhatikan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
9. Penutup
Berisi ucapan terima kasih
7. KARANGAN ILMIAH
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Yang termasuk karangan ilmiah adalah
makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian.
Ketentuan umum yang harus diperhatikan dalam pembuatan karangan ilmiah:
1. Kertas yang digunakan untuk mengetik karangan adalah kertas HVS berukuran kuarto
(21,5 x 28 cm). Untuk kulitnya, digunakan kertas yang agak tebal.
2. Pengetikan menggunakan huruf tegak dan jelas (misalnya, Times New Roman) dengan
ukuran 12.
3. Menggunakan tinta berwarna hitam.
4. Batas-batas pengetikan:
a. pias atas 4 cm;
b. pias bawah 3 cm;
c. pias kiri 4 cm; dan
d. pias kanan 3 cm.
Sistematika Karya Ilmiah
BAGIAN PEMBUKA
1 . Kulit Luar/Kover
Yang harus dicantumkan pada kulit luar dan halaman judul
a. Judul karangan ilmiah lengkap dengan anak judul (jika ada)
b. Keperluan Penyusunan
c. Nama Penyusun
d. Nama Lembaga Pendidikan
e. Nama Kota
f. Tahun Penyusunan
karangan ilmiah adalah sebagai berikut:
2 . Halaman Judul
3 . Halaman Pengesahan,
Dalam halaman ini dicantumkan nama guru pembimbing, kepala sekolah, dan tanggal, bulan,
tahun persetujuan.
4 . Kata Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang
penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya singkat tapi jelas. Yang dicantumkan
dalam kata pengantar adalah (1) puji syukur kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa
karya dibuat, (3) kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih kepada pihak
yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6) tempat, tanggal, tahun,
dan nama penyusun karangan ilmiah.
5. Daftar Tabel
Tajuk Daftar Tabel dituliskan dengan huruf kapital semua dan terletak di tengah.
6. Daftar Grafik, Bagan, atau Skema
Pada dasarnya penulisannya hampir sama seperti penulisan Daftar Tabel.
7. Daftar Singkatan/Lambang
Penulisan sama dengan penulisan Daftar Tabel, Grafik, Bagan, atau Skema.
BAGIAN INTI KARANGAN
1. Bab Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Bagian ini memuat alasan penulis mengambil judul itu dan manfaat praktis yang dapat
diambil dari karangan ilmiah tersebut. Alasan-alasan ini dituangkan dalam paragraf-paragraf
yang dimulai dari hal yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus.
1.2 Rumusan masalah
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan dan ini ada kaitannya
dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas sebelumnya. Permasalahan ini
dirumuskan dalam kalimat-kalimat pertanyaan.
1.3 Tujuan
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan tujuan ini ada
kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan judul. Tujuan boleh lebih dari
satu.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas. Pembatasan masalah
hendaknya terinci dan istilah istilah yang berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan
ruang lingkup harus sesuai dengan tujuan pembahasan.
1.5 Landasan Teori
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam pembahasan. Teori ini
juga berguna untuk membantu gambaran langkah kerja sehingga membantu penulis dalam
membahas masalah yang sedang diteliti.
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang dirumuskan dan untuk sementara diterima,
serta masih harus dibuktikan kebenarannya dengan data-data otentik yang ada, pada bab-bab
be rikutnya. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta cukup mencakup
masalah yang dibahas.
1.7 Sumber data
Sumber data yang digunakan penulis karangan ilmiah biasanya adalah kepustakaan, tempat
kejadian peristiwa (hasil observasi), interview, seminar, diskusi, dan sebagainya.
1.8 Metode dan teknik
a. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara mencari data bagi suatu penulisan, ada yang secara
deduktif dan atau induktif. Mencari data dapat dilakukan dengan cara studi pustaka,
penelitian lapangan, wawancara, seminar, diskusi, dan lain sebagainya.
b. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang dapat digunakan ialah teknik wawancara, angket, daftar kuesioner,
dan observasi. Semua ini disesuaikan dengan masalah yang dibahas.
1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan adalah suatu tulisan mengenai isi pokok secara garis besar dari bab I
sampai bab terakhir atau kesimpulan dari suatu karangan ilmiah. Berdasarkan landasan teori
2. Bab Analisis/Bab Pembahasan
Bab ini merupakan bagian pokok dari sebuah karangan ilmiah,yaitu masalah-masalah akan
dibahas secara terperinci dan sistematis. Jika bab pembahasan cukup besar, penulisan dapat
dijadikan dalam beberapa anak bab.
3. Bab Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan.
Kesimpulan adalah gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang
sudah dikemukakan.Yang dimaksudkan dengan saran adalah saran penulis tentang metode
penelitian lanjutan, penerapan hasil penelitian, atau beberapa saran yang ada relevansinya
dengan hambatan yang dialami selama penelitian.
BAGIAN PENUTUP
1. Daftar Pustaka
Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi tanda baca dan
dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka dicantumkan semua kepustakaan, baik
yang dijadikan acuan penyusunan karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan, termasuk
artikel, makalah, skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.
Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang atau lembaga
yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor urut. Jika tanpa nama pengarang
atau lembaga, yang menjadi dasar urutan adalah judul pustaka.
2. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)
3. Penulisan Indeks (jika diper lukan)
8. KUTIPAN, DAFTAR PUSTAKA DAN CATATAN KAKI
Penulisan kutipan, daftar pustaka, dan catatan kaki berkaitan erat dengan proses pengambilan
data untuk kepentingan penulisan karya ilmiah.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kutipan, daftar pustaka, dan catatan kaki, kita akan
melihat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data.
1. Harus mencantumkan sumber aslinya. Hal ini penting karena pengambilan data tanpa
mencantumkan sumber aslinya dapat dikategorikan sebagai penjiplakan atau plagiat.
2. Data yang diambil harus sesuai dengan fakta, tidak boleh diubah ataupun direkayasa.
3. Pengambilan data hendaknya diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya, baik dari
objektivitas, metode pengumpulan, (jika data diperoleh dari pengamatan, pengujian, atau
angket) maupun kewenangan pihak pemberi data.

Anda mungkin juga menyukai