Anda di halaman 1dari 17

Modul 3

Media Display

Drs. Denny Setiawan, M.Ed.


Drs. Benny A. Pribadi, M.A.

P ada modul ketiga ini kita membahas media yang tidak diproyeksikan,
yaitu chart, grafik, poster, bulletin board, realia, model, diorama, serta
bagaimana teknik mendesain visual untuk media tersebut. Media ini
termasuk dalam jenis media display atau display learning material, yang
biasa digunakan untuk mempresentasikan informasi dan pengetahuan dalam
kelas atau kelompok kecil. Media display pada umumnya digunakan dalam
suatu pameran dengan jumlah audiens yang kecil atau small scale exhibition,
Masing-masing medium tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda
namun semua dipergunakan untuk menyampaikan informasi berbentuk visual
secara cepat dan mudah dimengerti oleh yang melihatnya. Pada kegiatan
belajar pertama akan dibahas apa yang dimaksud dengan chart, grafik,
poster, bulletin board, realia, model, dan diorama serta macam-macam dan
kegunaannya. Pada kegiatan belajar bagian kedua akan dibahas bagaimana
merencanakan visual untuk media tersebut sehingga informasi yang disajikan
terlihat menarik dan komunikatif (mudah dimengerti).
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa akan dapat menjelaskan cara
merancang dan membuat chart, grafik, poster, bulletin board, realia, model,
dan diorama sesuai dengan informasi yang akan disajikan.
Kegiatan Belajar 1

Chart, Grafik, Poster, Bulletin Board,


Realia, Model, dan Diorama

J enis media yang akan diuraikan dalam kegiatan belajar ini merupakan
media yang mudah dibuat dan dengan biaya yang relatif murah. Jenis
media tersebut adalah chart, grafik, poster, bulletin board, realia, model, dan
diorama. Marilah kita bahas satu per satu agar kita dapat memahaminya lebih
jauh.

A. CHART

Chart dapat dipresentasikan berupa gambar grafis yang


menginformasikan hubungan-hubungan, misalnya kronologis, jumlah, dan
hierarki. Chart banyak terdapat dalam buku teks sebagai tabel atau flowchart.
Tetapi chart juga dapat dipergunakan untuk mengajar siswa secara klasikal,
yakni dengan cara membuatnya menjadi besar dan biasanya ditempelkan di
dinding (wallchart). Ada beberapa tipe atau macam chart, diantaranya adalah
berikut ini.

1. Chart Organisasi (Organization Chart)


Chart ini menunjukkan hubungan atau rantai komando dalam suatu
organisasi, misalnya perusahaan, dan lembaga pemerintah.

2. Chart Garis Waktu (Time line chart)


Chart ini menggambarkan hubungan kronologis antarbeberapa peristiwa.
Sering kali dipergunakan untuk menunjukkan kronologis waktu suatu
peristiwa bersejarah. Pada chart garis waktu kita dapat memberikan gambar
atau ilustrasi lainnya untuk memperjelas pesan dan memperindah
penampilan. Chart ini sangat baik untuk meringkas suatu sekuensa waktu
dari suatu seri peristiwa.
3. Chart Klasifikasi (Classification chart)
Chart hampir sama dengan chart organisasi, hanya saja chart ini
dipergunakan untuk klasifikasi atau kategorisasi objek, kejadian atau spesies
tertentu.

4. Chart aliran (Flowchart)


Chart ini menunjukkan sebuah sekuens, sebuah prosedur atau sebuah
proses. Flowchart sering dibuat horizontal dan menunjukkan bagaimana
kegiatan atau prosedur yang berbeda tampil dalam suatu kesatuan.

5. Chart Tabulasi (Tabular chart)


Chart ini berisi informasi angka atau data. Chart ini juga sering
dipergunakan untuk informasi waktu, misalnya tabel waktu dari
keberangkatan bis kota, pesawat, dan kereta.

B. GRAFIK

Secara fisik bentuk grafik dan chart hampir sama, akan tetapi grafik
hanya menyajikan bentuk visual dari sejumlah angka. Angka-angka tersebut
diwakili oleh bentuk visual, misalnya berupa garis, gambar orang, batang dan
sebagainya. Berdasarkan visual yang mewakilinya, grafik dibagi menjadi
beberapa macam, di antaranya ialah bar graphs (grafik batang), pictorial
graphs (grafik gambar), circle atau pie graphs (grafik lingkaran) dan line
graphs (grafik garis).

1. Bar Graphs (Grafik Batang)


Grafik ini termasuk mudah dibaca dan dapat dipergunakan untuk anak
usia sekolah dasar. Tinggi batang menunjukkan jumlah angka yang
diwakilinya. Lebar setiap batang harus sama agar tidak menimbulkan
kebingungan. Kita dapat membagi-bagi setiap batang ke dalam bagian-bagian
yang lebih kecil apabila kita ingin menunjukkan komposisi dari setiap angka
yang diwakilinya. Batang-batang grafik dapat dipergunakan sebagai
perbandingan antara beberapa hal dalam satu satuan waktu atau satu hal
dalam beberapa kurun waktu. Misalnya, kita ingin menunjukkan
perbandingan nilai rata-rata kelas dari kelas satu hingga kelas enam untuk
satu tahun. Maka, kita gunakan enam batang (tiap batang mewakili satu
kelas) yang tingginya berlainan sesuai dengan jumlah nilai rata-rata kelas
pada setiap kelas.

2. Pictorial Graphs (Grafik Gambar)


Grafik ini menggunakan gambar sederhana (lebih konkret dari grafik
lainnya) untuk mempresentasikan sejumlah angka. Grafik ini tampak lebih
menarik terutama bagi anak-anak atau orang dewasa yang sangat awam
dalam membaca grafik. Tetapi sebenarnya grafik ini agak lebih sukar dibaca
daripada grafik batang karena kadang-kadang kita harus membuat gambar
sebagian (setengah, seperempat, sepertiga, dan lain-lain) dari benda konkret
tersebut untuk menunjukkan jumlah tertentu. Untuk mengurangi
kebingungan dalam membacanya kita harus menuliskan berapa jumlah angka
yang diwakili oleh satu gambar, setengah gambar, seperempat gambar, dan
sebagainya.

3. Circle or Pie Graphs (Grafik Lingkaran atau Pastel)


Dalam grafik ini lingkaran dibagi menjadi beberapa bagian yang masing-
masing bagian tersebut mewakili bagian atau persentase dari suatu jumlah
keseluruhan. Misalnya, kita ingin menunjukkan persentase pendapat siswa
mengenai lokasi study tour. Seluruh lingkaran mewakili 100% siswa, yang
kemudian dibagi-bagi berdasarkan persentase siswa yang memilih lokasi
yang berbeda-beda. Kemudian, guru dapat mengarsir atau memberi warna
pada daerah yang mewakili lokasi yang dipilih untuk studi tour.

4. Line Graphs (Grafik Garis)


Grafik garis adalah grafik yang paling presisi (tepat) dalam mewakili
angka dan dapat mewakili data yang lebih kompleks. Grafik ini berada di
dalam kawasan garis vertikal dan horizontal yang mempunyai titik-titik yang
berjarak sama satu sama lainnya. Setiap titik mempunyai nilai masing-
masing dan garis atau kurva digambar untuk menghubungkan poin-poin
tersebut.
Dalam memilih macam grafik mana yang akan kita pergunakan, kita
harus mempertimbangkan seberapa kompleks informasi yang akan kita
sajikan dan bagaimana keterampilan membaca grafik dari orang yang kita
harapkan akan membaca grafik kita. Misalnya, kita ingin menyajikan data
berupa jumlah rata-rata siswa per-kelas kepada orang tua siswa yang berlatar
belakang pendidikan bukan sarjana atau hanya tamatan SMA ke bawah.
Maka kita dapat memilih grafik gambar, yaitu gambar siswa perempuan dan
laki-laki. Pertimbangannya adalah berikut ini.
1. Grafik gambar menyajikan visual yang secara sederhana dapat mewakili
angka. Misalnya, satu gambar siswa mewakili 1 siswa atau 5 siswa.
2. Grafik gambar menyajikan gambar lebih konkret dibandingkan grafik
lainnya. Dalam hal ini siswa diwakili gambar orang dan bukan diwakili
oleh garis, gambar batang atau lingkaran. Dengan demikian, mudah
dimengerti oleh orang tua siswa yang belum mengenal grafik secara
mendalam.

C. POSTER

Poster bersifat persuasif, yaitu bermaksud menarik perhatian dengan


menyatukan gambar, warna, tulisan, dan kata-kata. Agar efektif maka poster
hendaknya berwarna dan dinamis. Sebuah poster harus dapat menarik
perhatian dan berkomunikasi secara cepat dengan yang melihatnya. Poster
dapat digunakan secara efektif dalam berbagai situasi belajar. Media ini
banyak dipergunakan untuk pesan-pesan khusus, seperti peringatan jangan
merokok, dan anjuran menjaga kebersihan lingkungan.
D. BULLETIN BOARD

Bulletin board adalah media display yang sifatnya umum, maksudnya


adalah media yang berisi pesan bukan untuk sekelompok orang saja tetapi
juga untuk suatu populasi. Bulletin board dapat berisi berita, pengetahuan,
pesan singkat dan sebagainya. Jadi fungsinya hampir sama dengan majalah
dinding, hanya saja bulletin board banyak dipergunakan untuk pengetahuan
yang sederhana. Misalnya, menunjukkan perkembangan alat komunikasi dari
yang sederhana hingga yang rumit, dan roses dari gabah hingga menjadi nasi.
Secara fisik bulletin board terbuat adalah suatu bidang datar dengan
berbagai ukuran dan bentuk (biasanya berbentuk persegi panjang) yang
terbuat dari bahan yang dapat tembus paku payung atau benda tajam lainnya
dengan tanpa merusak permukaannya. Oleh karena bentuknya yang besar,
biasanya bulletin board ditempatkan di tempat khusus tanpa dipindah-
pindahkan. Bulletin board mengandung tiga unsur yaitu unsur dekoratif,
motivasi, dan instruksional.

E. REALIA

Bahan ajar berbentuk tiga dimensi berupa benda nyata (real things) yang
dipamerkan disebut dengan istilah realia. Bahan ajar realia dapat berbentuk
mata uang (coin), peralatan (tool), benda-benda peninggalan purbakala
(artifacts) dan tanaman atau hewan yang telah diawetkan.
Pada dasarnya realia tidak hanya berbentuk bahan atau hewan yang telah
diawetkan, tetapi dapat juga berupa benda hidup. Misalnya, akuarium air
tawar dapat memberi informasi tentang ekosistem yang ada di dalamnya.
Tentu saja hal ini berguna untuk menjelaskan salah satu konsep dalam mata
pelajaran Biologi.
.
F. MODEL

Sebuah model adalah bentuk 3 dimensi dari benda nyata. Model yang
mewakili benda sesungguhnya dapat berukuran lebih besar, sama atau
bahkan lebih kecil daripada benda yang aslinya.
Sebuah model dapat berbentuk sangat terperinci (detail) atau merupakan
bentuk yang lebih sederhana (simplifikasi) dari benda atau objek yang
diwakilinya. Sebagai contoh model dapat memberikan pengalaman belajar
yang lebih baik daripada beberapa jenis bahan ajar display yang lain. Model
anatomi jantung manusia dapat memberikan pengalaman belajar konkret
tentang bagian dan struktur jantung manusia.

G. DIORAMA

Diorama adalah sebuah pameran statis atau diam yang didesain untuk
menyampaikan informasi tentang kejadian nyata atau peristiwa yang terjadi
di masa lalu, sekarang atau masa yang akan datang. Diorama biasanya
berbentuk patung tiga dimensi dengan skala ukuran tertentu.
Benda-benda yang digunakan sebagai bahan dalam diorama, baik berupa
benda nyata (realia) maupun berupa model, disusun dan diletakkan pada
tempat tertentu misalnya kotak kaca untuk menggambarkan pemandangan
dalam suatu kehidupan nyata. Untuk lebih menghadirkan efek terjadinya
peristiwa, diorama biasanya diberi latar belakang atau pemandangan yang
sesuai.
Dalam proses belajar di dalam kelas, diorama digunakan oleh guru untuk
melukiskan berlangsungnya suatu peristiwa sehingga siswa dapat menghayati
topik utama. Sebagai contoh dalam mata pelajaran sejarah, diorama
digunakan untuk melukiskan keadaan atau peristiwa perang yang terjadi di
masa lalu. Sedang dalam dunia industri, diorama sering dibuat untuk
menampilkan tata letak (layout) peralatan atau mesin yang digunakan untuk
produksi.
Kegiatan Belajar 2

Merancang Gambar untuk


Bahan Ajar Display

A. FAKTOR-FAKTOR DALAM MERANCANG BAHAN AJAR


DISPLAY

Gambar-gambar, seperti yang dijelaskan pada Kegiatan Belajar 1 dalam


modul ini merupakan salah satu bentuk bahan ajar display dua dimensi yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan secara
efektif kepada orang yang melihatnya. Agar dapat berfungsi secara optimal,
informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam gambar yang akan
dipamerkan sebaiknya dirancang atau didesain terlebih dahulu.
Pemanfaatan gambar sebagai bahan ajar display dapat dilakukan dengan
cara memanfaatkan bahan-bahan yang sudah ada atau dengan cara membuat
atau memproduksi bahan ajar yang baru. Kedua cara ini sama-sama
memerlukan upaya atau kreativitas guru.

1. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan faktor penting yang perlu
dipertimbangkan. Siswa biasanya memiliki karakteristik yang berbeda.
Perbedaan karakteristik siswa dapat mencakup perbedaan status sosial,
budaya dan bahkan ekonomi. Selain ketiga perbedaan tersebut, sering pula
kita jumpai perbedaan dalam hal kemampuan intelektual. Faktor karakteristik
siswa, sebagai orang yang menjadi sasaran penyampaian informasi dan
pengetahuan, merupakan faktor penting yang dapat menentukan bentuk
bahan ajar yang kita rancang.
Siswa dengan kemampuan tinggi akan dapat dengan mudah menyerap
informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam suatu bahan ajar. Sebaliknya
siswa dengan kemampuan intelektual yang rendah akan mengalami hambatan
dalam memahami isi bahan ajar yang sama.

2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 ranah (domain),
yaitu:
a. ranah kognitif;
b. ranah afektif;
c. ranah psikomotor.

Ranah kognitif lebih menekankan pada pencapaian kemampuan


intelektual. Tujuan yang bersifat kognitif dimulai dari kemampuan
mengingat, memahami, menerapkan, melakukan analisis, sintesis, dan
mengevaluasi informasi dan pengetahuan yang dipelajari melalui bahan ajar
display. Misalnya, setelah mempelajari informasi yang terdapat dalam suatu
bahan ajar siswa akan mampu menjelaskan proses fotosintesis yang
berlangsung dalam tanaman. Contoh lain dari ranah kognitif, yaitu siswa
mampu menyebutkan organ-organ pernapasan pada tubuh manusia.

Ranah afektif lebih menekankan pada sikap yang diharapkan timbul


akibat dari mempelajari informasi dan pengetahuan yang terdapat pada bahan
ajar display. Misalnya, setelah mempelajari dampak dan bahaya penggunaan
narkotika, yang diperlihatkan melalui bahan ajar berbentuk poster, siswa
akan menolak jika ditawarkan untuk mencoba obat-obatan berbahaya
tersebut. Banyak tujuan afektif yang dapat dicapai dengan memanfaatkan
bahan ajar display, coba berikan contoh yang lain!

Ranah psikomotor adalah ranah yang menekankan pada kemampuan


untuk melakukan gerakan tertentu yang diperoleh melalui hasil belajar.
Sebuah serial gambar tentang gerakan tertentu dalam olahraga, misalnya
atletik akan membantu siswa menirukan dan menguasai gerakan tersebut.
Contoh lain, serial gambar tentang cara memukul backhand dalam olahraga
tenis merupakan contoh gambar yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan dalam ranah psikomotor.
3. Ketersediaan Bahan dan Informasi
Ketersediaan bahan dan informasi untuk membuat bahan ajar display
sangat menentukan kualitas bahan ajar display yang akan kita buat. Pilihlah
informasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, namun mudah diperoleh
baik bahan maupun sumber informasinya. Bahan yang dapat dipamerkan
sebagai bahan ajar display dapat bersifat dua dan tiga dimensi.

4. Keterlibatan Siswa
Penggunaan bahan ajar dalam aktivitas pembelajaran akan memberikan
kontribusi positif apabila siswa terlibat dalam kegiatan perancangan dan
pembuatannya. Libatkanlah siswa dalam merancang dan membuat bahan ajar
display. Konsep Learning by doing dalam hal ini mempunyai makna bahwa
siswa akan berhubungan secara langsung dengan materi pembelajaran
melalui perancangan dan pembuatan bahan ajar display. Pada umumnya
siswa yang terlibat dalam kegiatan perancangan dan produksi bahan ajar akan
memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap isi (content) bahan ajar
tersebut.
Keterlibatan respons siswa merupakan faktor penting dalam proses
belajar. Apa pun jenis bahan ajar yang digunakan, keterlibatan respons siswa
merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan
tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya dapat digunakan untuk
memancing respons siswa.
Contoh pertanyaan yang dapat digunakan untuk memancing keterlibatan
siswa, yaitu "Beranikah Anda mencobanya?" Jika disertai dengan gambar
dan dampak yang mengerikan dari penggunaan narkoba, pertanyaan, seperti
di atas diharapkan akan memancing respons negatif dari siswa.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan faktor penting yang digunakan untuk menentukan
efektivitas bahan ajar yang kita rancang dan produksi. Evaluasi dapat
dilakukan dengan menggunakan input dan respons yang berasal dari siswa.
Tanyakan kepada siswa, yang dalam hal ini berperan sebagai “target
audience” atau sasaran. Apakah bahan ajar tersebut menarik? Apakah isinya
mudah dimengerti? Dan tanyakan pula bagian-bagian mana dari bahan ajar
tersebut yang sulit dimengerti. Input dan respons yang berasal dari siswa
dapat digunakan sebagai dasar untuk merevisi bahan ajar tersebut.
Uji coba dan evaluasi dapat dilakukan sebelum bahan ajar digunakan.
Aktivitas uji coba dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
beberapa hal, misalnya:
a. keterbacaan huruf dan teks;
b. kesesuaian gambar atau visual yang digunakan;
c. keserasian warna yang digunakan;
d. keseimbangan tata letak/layout.

B. PEMILIHAN BAHAN DAN PRODUKSI BAHAN AJAR DISPLAY

Pada modul ini pemilihan bahan dan produksi bahan ajar display akan
lebih ditekankan pada pemilihan bahan dan produksi bahan ajar display dua
dimensi dalam bentuk gambar. Bahan ajar display berbentuk gambar,
misalnya:
1. chart;
2. grafik;
3. diagram;
4. poster;
5. foto.

Memilih dan memproduksi bahan ajar yang akan di display dapat


dilakukan setelah Anda selesai merumuskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai oleh siswa.
Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk menciptakan
bahan ajar display dua dimensi, yaitu:
1. mengumpulkan bahan/informasi yang akan di-display;
2. merencanakan visual;
3. menentukan tata letak (layout) informasi;
4. men-display bahan informasi yang telah diperoleh.

1. Mengumpulkan Bahan/Informasi
Bahan atau informasi yang akan digunakan sebagai bahan ajar display
dua dimensi dapat diperoleh dari berbagai sumber. Misalnya, koran, majalah,
buku teks, leaflet, brosur, dan lain-lain. Pilihlah bahan dan informasi yang
relevan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.
Contoh jika Anda ingin menyampaikan informasi dan pengetahuan
tentang "nilai tukar" dan tujuan pembelajaran yang Anda rumuskan adalah
"siswa akan mampu menjelaskan arti nilai tukar dalam aktivitas ekonomi
maka Anda harus mengumpulkan informasi tentang nilai tukar dari berbagai
sumber, seperti koran, buku, dan majalah ekonomi.
Informasi yang perlu Anda kumpulkan mungkin mencakup:
a. definisi nilai tukar dalam ekonomi;
b. arti nilai tukar suatu mata uang;
c. contoh grafik tentang perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata
uang dolar Amerika, dan sebagainya.
Definisi dari arti nilai tukar mungkin dapat Anda peroleh melalui buku
teks atau majalah khusus ekonomi. Sedangkan grafik mengenai
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat (US
dollar) dapat dijumpai setiap hari dalam surat kabar.
Jika menemukan gambar yang akan Anda gunakan sebagai bahan ajar
display berukuran kecil maka Anda harus melakukan pembesaran gambar
tersebut dengan mesin fotokopi. Cara lain adalah melakukan gambar ulang
dengan ukuran yang lebih besar.

2. Perencanaan Visual
Perencanaan visual menyangkut apa yang akan terlihat oleh siswa di
depan kelas pada saat presentasi. Hal ini menyangkut tiga bagian
perencanaan, yaitu elemen, pola, dan pengaturan.

a. Elemen
Terdapat 2 elemen dalam suatu media, yaitu Elemen Visual dan Elemen
Verbal. Berikut adalah penjelasan masing-masing.
1) Elemen visual
Tipe visual yang dipilih untuk situasi tertentu tergantung pada isi
pelajaran. Kita mengenal ada tiga kategori bentuk visual, yaitu realistik,
analogik, dan organisasional.
Visual yang realistik menunjukkan objek yang sebenarnya. Contohnya,
adalah photo dari suatu benda dengan warna aslinya. Visual yang
analogik menunjukkan sesuatu yang lain yang mempunyai kesamaan
dengan benda yang dianalogikan. Misalnya, dalam mengajarkan arus
listrik, kita dapat melakukannya dengan menunjukkan aliran air pada
pipa plastik yang transparan. Contoh lainnya, misalnya dalam
menjelaskan darah putih menyerang penyakit, kita dapat
menggambarkan tentara yang sedang menyerang musuh. Visual yang
organisasional meliputi flowchart, grafik, peta, dan skema. Visual ini
menunjukkan hubungan beberapa hal yang divisualkan dalam media
tersebut. Misalnya, bagan organisasi, dan alur kerja.
2) Elemen verbal
Kebanyakan media display memasukkan informasi verbal sebagai
pelengkap visualnya. Untuk itu kita perlu memperhatikan penggunaan
huruf-huruf, yaitu meliputi bentuk, jumlah bentuk yang digunakan, huruf
besar, warna, ukuran, jarak antarhuruf, dan spasi.
a) Bentuk huruf
Bentuk huruf harus konsisten dan harmonis dengan elemen visual.
Untuk itu huruf yang sederhana atau tidak dekoratif sangat
disarankan karena mudah dibaca. Banyak orang yang menyukai tipe
sans serif, seperti jenis Helvetica atau Palatino karena
kesederhanaannya.
b) Jumlah bentuk huruf
Disarankan untuk menggunakan tidak lebih dari dua macam bentuk
huruf dan harus diusahakan keharmonisan kedua bentuk huruf
tersebut. Paling banyak hanya 4 macam bentuk huruf yang
digunakan. Kita dapat menggunakan garis bawah atau cetak tebal
untuk variasi ketimbang menambah bentuk huruf.
c) Huruf besar
Gunakan huruf kecil untuk menuliskan kalimat. Gunakan huruf
besar jika diperlukan sesuai kaidah bahasa. Judul dapat dituliskan
dengan huruf besar semua, tetapi judul yang berbentuk kalimat
harus mengikuti aturan bahasa.
d) Warna huruf
Warna huruf harus kontras dengan latar belakangnya. Warna huruf
yang kurang kontras akan menyebabkan sulit dibaca.
e) Ukuran huruf
Media display, seperti bulletin board dan poster sering didesain
untuk orang yang melihat dari jarak satu atau 2 meter lebih. Dalam
hal ini ukuran huruf perlu dipikirkan untuk kemudahan
membacanya. Misalnya, untuk ukuran pembaca paling belakang
yang berdiri kurang lebih 10 meter, tinggi huruf minimal 1½ inci.
2. Pola
Setelah membuat keputusan sementara tentang elemen-elemen apa yang
akan dimasukkan dalam display, kita siap mempertimbangkan tampak,
seperti apa keseluruhannya. Ide kita adalah menentukan bagaimana mata
audience akan mengalir di atas display. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keseluruhan penampilan display adalah kelurusan, bentuk, keseimbangan,
gaya dan warna.

a. Kelurusan
Ketika elemen-elemen utama dalam display diletakkan maka akan
tampak dengan jelas hubungan masing-masing visual. Audience akan
terganggu perhatiannya jika kita tidak meluruskan elemen-elemen tersebut
baik secara vertikal maupun horizontal. Kita dapat juga membuat garis
bingkai untuk mengesankan kelurusan.

b. Bentuk
Cara lain untuk mengatur elemen-elemen visual dan verbal adalah
dengan meletakkannya dalam bentuk yang sudah dikenal oleh audience.
Figur geometris sederhana, seperti segitiga atau lingkaran merupakan bingkai
yang sangat akrab dengan audience.
Huruf O, T dan S sering digunakan sebagai bentuk dasar dari suatu
gambar. Prinsip lain yang dapat membantu menempatkan visual adalah
aturan tiga-tiga, yaitu elemen-elemen disusun berdasarkan pembagian
permukaan display menjadi sepertiga-sepertiga (horizontal dan vertikal
dibagi tiga bagian-tiga bagian).

e. Warna
Pemilihan warna perlu memperhatikan kekontrasan dan keharmonisan.
Tujuan memperhatikan kekontrasan adalah agar mudah dibaca oleh audience.
Jangan sampai huruf sulit dibaca karena warna huruf tidak kontras dengan
warna dasar. Apabila warna dasar gelap atau mendekati hitam, sebaiknya kita
menggunakan warna huruf yang agak terang atau mendekati putih. Warna
biru tua dan merah merupakan warna yang kontras, akan tetapi keduanya
adalah warna gelap sehingga huruf tidak mudah dibaca. Sedangkan tujuan
memperhatikan keharmonisan adalah agar audience tertarik dengan display
yang kita buat dan mata mereka tidak lelah melihatnya.
3. Menentukan Tata Letak
Setelah Anda berhasil mengumpulkan informasi dan pengetahuan yang
akan di-display maka langkah selanjutnya adalah menentukan tata letak. Tata
letak yang dimaksud di sini adalah cara yang dilakukan dalam menempatkan
informasi dan pengetahuan ke dalam suatu bidang untuk dipamerkan. Dalam
merancang tata letak, ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
a. prinsip kesederhanaan (simplicity);
b. prinsip kesatuan (unity);
c. prinsip penekanan (emphasis);
d. prinsip pemanfaatan warna (color).

a. Prinsip kesederhanaan (simplicity)


Buatlah tata letak yang sederhana agar informasi pengetahuan yang
terdapat dalam bahan ajar display dapat dengan mudah dipelajari. Hindari
keinginan untuk memasukkan terlalu banyak informasi dalam suatu bidang
display. Tata letak yang rumit dan padat akan memberi kesan sulit untuk
mempelajari informasi dan pengetahuan yang terdapat dalam bahan ajar
display. Gambar berikut merupakan contoh tata letak sederhana tentang
siklus atau daur biologi yang mudah dimengerti.

Contoh lain dari tata letak yang sederhana dapat dilihat dalam gambar
berikut. Display dalam gambar ini memberikan informasi tentang peran
jamur (fungus) dalam kehidupan manusia. Jamur dapat berperan sebagai zat
pengurai (decomposer). Jamur dapat menguraikan organisme yang telah mati
dan sampah. Zat yang telah diuraikan oleh jamur akan membuat tanah
menjadi subur. Tanah yang subur merupakan sumber makanan yang baik
bagi tumbuhan. Pemilihan gambar dan simbol yang komunikatif disertai
dengan tata letak yang sederhana akan dapat membuat pesan mudah
dimengerti.
b. Prinsip kesatuan (unity)
Prinsip ini mempunyai arti adanya hubungan antara unsur-unsur gambar
(visual) yang digunakan dalam bahan ajar display. Hubungan antara
komponen yang digunakan dalam bahan ajar dilakukan dengan simbol,
seperti tanda panah, garis, dan lain-lain. Contoh penggunaan prinsip
kesatuan, yaitu penggunaan tanda panah yang menunjukkan keseluruhan
proses pengambilan keputusan, seperti yang dapat dilihat pada gambar
berikut.
c. Prinsip penekanan (emphasis)
Dari seluruh komponen informasi dan pengetahuan yang
dikomunikasikan melalui bahan ajar display ada satu atau beberapa
komponen yang lebih penting atau perlu ditonjolkan. Prinsip penekanan
(emphasis) mempunyai makna bahwa komponen informasi yang lebih
penting harus ditampilkan dalam bentuk dan tampilan yang berbeda. Dengan
cara ini, komponen informasi yang lebih penting akan lebih menarik
perhatian orang yang melihatnya (audience).
d. Prinsip pemanfaatan warna (color)
Dalam komunikasi visual unsur warna mempunyai daya tarik dan makna
tersendiri. Warna sering digunakan sebagai simbol untuk mendeskripsikan
suatu situasi. Warna merah misalnya, sering diasosiasikan dengan sifat
berani. Warna hijau sering diasosiasikan dengan sifat kesejukan atau
kesuburan. Sedangkan warna kuning sering disamakan dengan suasana ceria.
Penggunaan prinsip warna dalam bahan ajar yang dipamerkan (display)
dimaksudkan untuk menciptakan kesan tertentu dan memperkuat aplikasi
prinsip yang telah dijelaskan sebelumnya. Penggunaan warna tertentu yang
kontras akan memberi penonjolan atau penekanan pada unsur informasi
tertentu. Warna yang sama pada beberapa bagian akan menciptakan pola
tertentu untuk memberi kesan adanya kesatuan (unity) pesan atau informasi.
4. Men-Display Bahan Informasi
Display bahan informasi dan pengetahuan yang telah dikumpulkan
sebaiknya sesuai dengan layout (tata letak) yang telah dirancang sebelumnya.
Gunakan papan tulis, white board atau cloth board untuk
menaruh/menempelkan informasi atau pengetahuan yang akan
dikomunikasikan. Berikut ini beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
men-display bahan.
a. Gunakan jenis dan ukuran huruf yang mudah dibaca.
b. Gunakan gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
c. Jangan terlalu banyak menggunakan warna tanpa tujuan yang jelas. Hal
ini akan membingungkan orang yang melihat informasi (audiens). Warna
biasanya digunakan untuk memperjelas arti dari konsep atau
pengetahuan yang dikomunikasikan.
d. Warna biasanya digunakan untuk menarik perhatian orang terhadap
informasi dan ilmu pengetahuan yang di-display.
e. Walaupun gambar atau visual mempunyai sifat dua dimensi, Anda dapat
menciptakan kesan 3 dimensi dengan menggunakan teknik tertentu yang
disebut shading atau membuat bayangan, dan sebagainya.
f. Gunakan tanda panah atau tanda lainnya untuk menunjukkan arah atau
menunjukkan berlangsungnya proses atau prosedur.

Daftar Pustaka

Heinich, R. (et.al). (1996). Instructional media and technologies for learning.


New Jersey: Prentice Hall.

Kemp, J.E. dan Dayton, D,K. (1985). Planning and producing instructional
media. New York: Harper & Row.

Minor Ed, Frye Harvey R. (1970). Techniques for Producing Visual


Instructional Media. New York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai