SUPERVISOR : Dr. H.M. MARAMIS PALISURI, Sp.OG Fungsi reproduksi wanita yang normal, secara berkala dikendalikan oleh hormon yang dihasilkan oleh ovarium.
Fase pertama siklus haid disebut sebagai fase folikuler (fase proliferasi) sedangkan fase kedua disebut sebagai fase luteal (fase sekresi).
Fase folikuler dipengaruhi oleh estrogen, dan fase luteal dipengaruhi oleh progesteron.
Amenore sekunder adalah tidak terjadinya haid pada wanita yang sebelumnya mengalami haid yang normal sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut.
Faktor progesteron dan estrogen sangat berperan penting dalam diagnosis maupun penanganan amenore sekunder 2,5) .
II.1 HORMON PROGESTERON
Steroid hormon turunan kolesterol dengan 21 atom C yang terutama di bentuk pada folikel (corpus luteum) dan plasenta selama kehamilan.
Juga dihasilkan oleh korteks adrenal yang disebut sebagai progesteron residu 6,7) .
Terbagi dalam dua bentuk, yaitu progesteron alamiah dan sintetik.
Progesteron alamiah yaitu progesteron itu sendiri. Sedangkan progesteron sintetik terdiri dari derivat progesteron dan derivat testosteron 6) .
1. Derivat progesteron;
Pregnan : a. Tambahan gugus asetil : Medroksiprogesteron asetat, Megestrol asetat, Siproten asetat. b. Tanpa gugus asetil : Didrogesteron.
Nonpregnan : Demegeston, Promogeston, dan Nomogestrol asetat
8) .
2. Derivat testosteron;
Tambahan gugus etinil Tanpa gugus etinil:
Estran : Noretindron, Noretinodrel, Linestrenol, Alilestrenol, Noretindron asetat, dan Etinodiol asetat. Gonan : Levonorgestrel, Desogestrel, Gestoden, dan Norgetimat 8) .
KHASIAT UMUM Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan , serta mempertahankan uterus selama kehamilan 6, 9) .
KHASIAT KHUSUS
1. Endometrium Progesterone menyebabkan perubahan sekretorik.
2. Serviks Jumlah getah serviks berkurang dan molekul-molekul besar membentuk jala tebal, sehingga merupakan sawar yang tidak dapat dilintasi spermatozoa.
3. Miometrium Progesteron menurunkan tonus miometrium, sehingga kontraksi berjalan lambat.
4. Suhu Badan Basal Peningkatan SBB segera setelah ovulasi disebabkan pengaruh termogenik progesterone terhadap pusat pengaturan panas di hipotalamus 6) .
Hormon steroid dengan 10 atom C dan dibentuk terutama dari 17-ketosteroid androstendion.
Selain dihasilkan di ovarium, estrogen juga dihasilkan di adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan saraf pusat 6) .
Estrogen yang dihasilkan di korteks adrenal disebut juga estrogen residu.
Estrogen dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu steroid dan non steroid estrogen.
Steroid dan nonsteroid estrogen dibagi lagi menjadi estrogen alamiah dan sintetik 8) .
- Steroid; Alamiah : Estradiol (E2), Estron (E1) dan Estriol (E3). Sintetik : Etinil estradiol, dan Mestranol.
- Non-steroid; Alamiah : Fitoestrogen dan Glikosida jantung. Sintetik : Dietilstilbestrol, Klorotianisen dan Klomifen sitrat 2) .
KHASIAT UMUM
Meningkatkan sintesis protein yang merupakan reseptor progesteron 10) .
2. Serviks Meningkatkan sekresi getah serviks pada fase folikuler dan mengubah konsentrasi getah menjadi encer dan bening pada saat ovulasi.
3. Vagina Menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi getah, dan meningkatkan kadar glikogen. Nilai pH menjadi rendah dan memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi 6) .
4. Ovarium Memicu proses sintesis selain reseptor FSH di dalam sel-sel granula, juga reseptor LH di sel-sel teka. Mengatur kecepatan pengeluaran ovum dan mempersiapkan spermatozoa dalam genitalia wanita agar dapat menembus selubung ovum (proses kapasitasi) 6) .
III.1 SIKLUS OVARIUM
1. Fase folikular 2. Fase luteal
III.2 Siklus Endometrium
1. Fase proliferasi 2. Fase sekresi. 3. Fase menstruasi
Amenore sekunder adalah tidak terjadinya haid pada wanita yang sebelumnya mengalami haid yang normal sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut dan atau tidak terjadinya haid pada wanita yang sebelumnya mengalami oligomenore selama 9 bulan berturut-turut 2,3,4) .
Penyebabnya disebabkan oleh organ-organ yang terlibat dalam proses menstruasi yaitu : (1) Hipotalamus-hipofisis. (amenore hipotalamik, amenore hipofisis), (2) Ovarium (amenore ovarium), (3) Uterus (amenorea uteriner) 2,5) .
Faktor progesteron dan estrogen sangat berperan penting dalam diagnosis maupun penanganan amenore sekunder
V.1 Uji dengan menggunakan progesteron yang dikenal dengan Uji P pada wanita dengan amenore sekunder
Dosis progesteron untuk uji P adalah 5-10 mg/hari dengan lama pemberian 7 hari.
Pada umumnya perdarahan akan terjadi 3-4 hari setelah obat habis, dan dikatakan uji P pada wanita ini positif.
Jika dalam 10 hari setelah obat habis belum juga terjadi perdarahan, maka baru dikatakan uji P negatif 2,5)
1. Terjadi perdarahan setelah uji P berarti wanita tersebut memiliki uterus dengan endometrium yang normal.
2. Perdarahan dapat keluar dari alat genitalia wanita tersebut, berarti wanita tersebut memiliki vagina dan hymen yang normal.
3. Perdarahan dapat terjadi karena endometrium telah mendapat pengaruh estrogen yang cukup (proliferasi). Estrogen dihasilkan oleh ovarium, tepatnya di folikel. Artinya wanita tersebut memiliki ovarium dan pertumbuhan folikel yang normal 2) .
Bila hasil uji P negatif, maka dilakukan uji estrogen dan progesteron (Uji E/P) dengan memberikan Estrogen selama 21 hari, dan dari ke 12 sampai hari ke 21 diberikan Progesteron 5 -10 mg/hari 2,5) .
Jenis estrogen yang dapat diberikan adalah etinilestradiol (50 ug), estrogen valerianat (2 mg), atau estrogen konyugasi (0,625 mg). cara pemberian yang paling sederhana adalah pemberian pil kontrasepsi kombinasi 2,5) .
Uji E/P dikatakan positif, bila 2 atau 3 hari kemudian terjadi perdarahan (bervariasi), dan bila tidak terjadi perdarahan, uji E/P dikatakan negatif, yang artinya ada gangguan di uterus (Asherman sindrom), atau atresia genitalia distal 2,5).
Pada wanita ini perdarahan baru terjadi setelah diberikan estrogen. Estrogen dibentuk di folikel. Pada wanita ini terjadi gangguan pemetangan folikel sehingga estrogen tidak dapat dihasilkan. Hal ini menyebabkan hipoestrogen. Untuk pematangan folikel diperlukan rangsangan dari GnRH yang dihasilkan oleh hipotalamus. Dapat dipastikan bahwa pada wanita ini tidak terjadi ovulasi
2,5) .
Penyebab folikel tidak berkembang perlu dicari penyebabnya dengan analisa hormonal FSH, LH dan prolaktin 2,5) .
Bila kadar FSH dan LH rendah/normal, serta kadar PRL normal, maka diagnosisnya adalah amenore hipogonadotrop yang disebabkan oleh insufisiensi hipotalamus hipofisis. Penyebab insufisiensi tersebut dapat disebabkan oleh tumor di hipofisis 2,5) .
Bila hasil analisa hormonal ditemukan FSH, atau LH yang tinggi, serta kadar PRL normal, maka penyebab amenoreanya adalah di ovarium (insufisiensi ovarium), misalnya menopause prekok. Diagnosisnya adalah amenorea hipergonadotrop 2,5) .
Untuk memastikan diagnosisnya secara pasti, perlu dilakukan biopsy pada ovarium. Uji HMG positif
Bila didapatkan estrogen yang normal maka dikatakan uji HMG positif. 2,5) . Hasil uji HMG positif menunjukkan bahwa amenorea yang terjadi disebabkan karena kurangnya produksi gonadotropin (FSH dan LH) di hipofisis, atau produksi GnRH di hipotalamus 2,5) . Amenore pada keadaan ini disebabkan karena gangguan sentral berupa hipogonadotrop-hipogonadism.
Uji HMG negatif
Hasil uji HMG negatif menunjukkan bahwa ovarium tidak memiliki folikel, atau memiliki folikel, tetapi tidak sensitif terhadap gonadotropin, seperti pada kasus sindroma ovarium resisten 2,5) . Uji ini dilakukan untuk mengetahui lokasi gangguan yang terjadi di hipotalamus atau hipofisis dengan pemberian Klomifen Sitrat 100 mg/hari, selama 5-10 hari 2,5) .
Dikatakan positif, jika selama penggunaan klomifen di jumpai penigkatan FSH dan LH serum dua kali lipat, dan 7 hari setelah penggunaan klomifen, dijumpai peningkatan serum estradiol paling sedikit 200 pg/ml.
Peningkatan hormon gonadotropin (FSH dan LH) menunjukkan hipofisis normal, artinya masih tersedia FSH dan LH yang cukup
2,5) .
Bila uji klomifen negatif, berarti terjadi gangguan di hipotalamus dengan kemungkinan tidak tersedia GnRH yang cukup, maka tindakan selanjutnya adalah melakukan uji dengan GnRH 2,5) .
Uji ini untuk mengetahui fungsi parsial adenohipofisis, apakah sel-sel yang memproduksi FSH dan LH mampu mengeluarkan FSH dan LH, bila diberikan GnRH dari luar
2,5) .
Gn-RH diberikan dengan dosis 25-100 ug, intravena. Tiga puluh menit setelah pemberian Gn-RH, dilakukan pengukuran kadar LH dan FSH serum.
Uji Gn-RH dikatakan positif, bila dijumpai kadar FSH dan LH yang normal, ataupun meningkat. Disini dapat disimpulkan adanya gangguan di hipotalamus, sedangkan bila tidak dijumpai peningkatan, berarti ada kelainan di hipofisis 2,5) .
Bila ditemukan FSH dan LH yang normal, namun kadar prolaktin tinggi, maka pasien ini ditangani dengan pemberian bromokriptin.
Pada wanita dengan uji P negatif dan uji E/P positif, cukup diberikan estrogen/progesteron siklik, meskipun cara ini tidak mengobati penyebab dari amenore tersebut 2,5) .
Bila di duga kelainannya berada di hipofisis, maka untuk memicu pematangan folikel di ovarium dapat di berikan hMG atau FSH dan untuk induksi ovulasi diberikan hCG.
Kelainan di hipotalamus dapat diberikan Gn-RH secara pulsatif. Apabila tidak memungkinkan pemberian GnRH secara pulsatif, maka dapat diberikan FSH dari luar, terutama bagi wanita yang ingin hamil.
Pasien diperiksa kadar FSH, LH, dan prolaktin serumnya.
Jika normal, maka diagnosis pada pasien ini adalah normogonadotrop amenorea, dengan penyebab utama adanya defek pada endometrium (aplasia uteri, sindroma Asherman, TBC).