Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN MEI 2010

OLEH:
MUHAIMIN MUNIZU
C111 05 186

PEMBIMBING:
Dr. HENDERA HENDERI

SUPERVISOR :
Dr. H.M. MARAMIS PALISURI, Sp.OG
Fungsi reproduksi wanita yang normal, secara berkala dikendalikan oleh
hormon yang dihasilkan oleh ovarium.

Fase pertama siklus haid disebut sebagai fase folikuler (fase proliferasi)
sedangkan fase kedua disebut sebagai fase luteal (fase sekresi).

Fase folikuler dipengaruhi oleh estrogen, dan fase luteal dipengaruhi oleh
progesteron.

Amenore sekunder adalah tidak terjadinya haid pada wanita yang sebelumnya
mengalami haid yang normal sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut.

Faktor progesteron dan estrogen sangat berperan penting dalam diagnosis
maupun penanganan amenore sekunder
2,5)
.




II.1 HORMON PROGESTERON

Steroid hormon turunan kolesterol dengan 21 atom C yang
terutama di bentuk pada folikel (corpus luteum) dan plasenta
selama kehamilan.

Juga dihasilkan oleh korteks adrenal yang disebut sebagai
progesteron residu
6,7)
.


Terbagi dalam dua bentuk, yaitu progesteron alamiah dan sintetik.

Progesteron alamiah yaitu progesteron itu sendiri. Sedangkan
progesteron sintetik terdiri dari derivat progesteron dan derivat
testosteron
6)
.

1. Derivat progesteron;

Pregnan :
a. Tambahan gugus asetil : Medroksiprogesteron asetat,
Megestrol asetat, Siproten asetat.
b. Tanpa gugus asetil : Didrogesteron.

Nonpregnan : Demegeston, Promogeston, dan Nomogestrol asetat

8)
.

2. Derivat testosteron;

Tambahan gugus etinil
Tanpa gugus etinil:

Estran : Noretindron, Noretinodrel, Linestrenol, Alilestrenol, Noretindron
asetat, dan Etinodiol asetat.
Gonan : Levonorgestrel, Desogestrel, Gestoden, dan Norgetimat
8)
.



KHASIAT UMUM
Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan , serta
mempertahankan uterus selama kehamilan
6, 9)
.

KHASIAT KHUSUS

1. Endometrium
Progesterone menyebabkan perubahan sekretorik.

2. Serviks
Jumlah getah serviks berkurang dan molekul-molekul besar membentuk jala tebal,
sehingga merupakan sawar yang tidak dapat dilintasi spermatozoa.

3. Miometrium
Progesteron menurunkan tonus miometrium, sehingga kontraksi berjalan lambat.

4. Suhu Badan Basal
Peningkatan SBB segera setelah ovulasi disebabkan pengaruh termogenik
progesterone terhadap pusat pengaturan panas di hipotalamus
6)
.


Hormon steroid dengan 10 atom C dan dibentuk terutama
dari 17-ketosteroid androstendion.

Selain dihasilkan di ovarium, estrogen juga dihasilkan di
adrenal, plasenta, testis, jaringan lemak dan susunan saraf
pusat
6)
.

Estrogen yang dihasilkan di korteks adrenal disebut juga
estrogen residu.

Estrogen dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu steroid dan
non steroid estrogen.

Steroid dan nonsteroid estrogen dibagi lagi menjadi
estrogen alamiah dan sintetik
8)
.


- Steroid;
Alamiah : Estradiol (E2), Estron (E1) dan Estriol
(E3).
Sintetik : Etinil estradiol, dan Mestranol.

- Non-steroid;
Alamiah : Fitoestrogen dan Glikosida jantung.
Sintetik : Dietilstilbestrol, Klorotianisen dan
Klomifen sitrat
2)
.

KHASIAT UMUM

Meningkatkan sintesis protein yang merupakan reseptor progesteron
10)
.

KHASIAT KHUSUS

1. Endometrium
Memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot uterus
6)
.

2. Serviks
Meningkatkan sekresi getah serviks pada fase folikuler dan mengubah konsentrasi getah
menjadi encer dan bening pada saat ovulasi.

3. Vagina
Menyebabkan perubahan selaput vagina, meningkatkan produksi getah, dan
meningkatkan kadar glikogen. Nilai pH menjadi rendah dan memperkecil kemungkinan
terjadinya infeksi
6)
.

4. Ovarium
Memicu proses sintesis selain reseptor FSH di dalam sel-sel granula, juga reseptor LH di
sel-sel teka.
Mengatur kecepatan pengeluaran ovum dan mempersiapkan spermatozoa dalam genitalia
wanita agar dapat menembus selubung ovum (proses kapasitasi)
6)
.


III.1 SIKLUS OVARIUM

1. Fase folikular
2. Fase luteal

III.2 Siklus Endometrium

1. Fase proliferasi
2. Fase sekresi.
3. Fase menstruasi







Amenore sekunder adalah tidak terjadinya haid pada wanita
yang sebelumnya mengalami haid yang normal sedikitnya
selama 3 bulan berturut-turut dan atau tidak terjadinya haid
pada wanita yang sebelumnya mengalami oligomenore
selama 9 bulan berturut-turut
2,3,4)
.

Penyebabnya disebabkan oleh organ-organ yang terlibat
dalam proses menstruasi yaitu :
(1) Hipotalamus-hipofisis. (amenore hipotalamik, amenore
hipofisis),
(2) Ovarium (amenore ovarium),
(3) Uterus (amenorea uteriner)
2,5)
.

Faktor progesteron dan estrogen sangat berperan penting dalam
diagnosis maupun penanganan amenore sekunder

V.1 Uji dengan menggunakan progesteron yang dikenal dengan
Uji P pada wanita dengan amenore sekunder


Dosis progesteron untuk uji P adalah 5-10 mg/hari dengan lama
pemberian 7 hari.

Pada umumnya perdarahan akan terjadi 3-4 hari setelah obat
habis, dan dikatakan uji P pada wanita ini positif.

Jika dalam 10 hari setelah obat habis belum juga terjadi
perdarahan, maka baru dikatakan uji P negatif
2,5)

1. Terjadi perdarahan setelah uji P berarti wanita tersebut
memiliki uterus dengan endometrium yang normal.

2. Perdarahan dapat keluar dari alat genitalia wanita tersebut,
berarti wanita tersebut memiliki vagina dan hymen yang
normal.

3. Perdarahan dapat terjadi karena endometrium telah
mendapat pengaruh estrogen yang cukup (proliferasi).
Estrogen dihasilkan oleh ovarium, tepatnya di folikel. Artinya
wanita tersebut memiliki ovarium dan pertumbuhan folikel
yang normal
2)
.


Bila hasil uji P negatif, maka dilakukan uji estrogen dan
progesteron (Uji E/P) dengan memberikan Estrogen selama 21
hari, dan dari ke 12 sampai hari ke 21 diberikan Progesteron 5 -10
mg/hari
2,5)
.

Jenis estrogen yang dapat diberikan adalah etinilestradiol (50 ug),
estrogen valerianat (2 mg), atau estrogen konyugasi (0,625 mg).
cara pemberian yang paling sederhana adalah pemberian pil
kontrasepsi kombinasi
2,5)
.

Uji E/P dikatakan positif, bila 2 atau 3 hari kemudian terjadi
perdarahan (bervariasi), dan bila tidak terjadi perdarahan, uji E/P
dikatakan negatif, yang artinya ada gangguan di uterus
(Asherman sindrom), atau atresia genitalia distal
2,5).



Pada wanita ini perdarahan baru terjadi setelah
diberikan estrogen.
Estrogen dibentuk di folikel. Pada wanita ini terjadi
gangguan pemetangan folikel sehingga estrogen tidak
dapat dihasilkan. Hal ini menyebabkan hipoestrogen.
Untuk pematangan folikel diperlukan rangsangan dari
GnRH yang dihasilkan oleh hipotalamus. Dapat
dipastikan bahwa pada wanita ini tidak terjadi ovulasi

2,5)
.

Penyebab folikel tidak berkembang perlu dicari
penyebabnya dengan analisa hormonal FSH, LH dan
prolaktin
2,5)
.

Bila kadar FSH dan LH rendah/normal, serta kadar
PRL normal, maka diagnosisnya adalah amenore
hipogonadotrop yang disebabkan oleh insufisiensi
hipotalamus hipofisis. Penyebab insufisiensi tersebut
dapat disebabkan oleh tumor di hipofisis
2,5)
.

Bila hasil analisa hormonal ditemukan FSH, atau LH
yang tinggi, serta kadar PRL normal, maka penyebab
amenoreanya adalah di ovarium (insufisiensi
ovarium), misalnya menopause prekok.
Diagnosisnya adalah amenorea hipergonadotrop
2,5)
.

Untuk memastikan diagnosisnya secara pasti, perlu
dilakukan biopsy pada ovarium.
Uji HMG positif

Bila didapatkan estrogen yang normal maka dikatakan uji HMG
positif.
2,5)
.
Hasil uji HMG positif menunjukkan bahwa amenorea yang terjadi
disebabkan karena kurangnya produksi gonadotropin (FSH dan
LH) di hipofisis, atau produksi GnRH di hipotalamus
2,5)
.
Amenore pada keadaan ini disebabkan karena gangguan sentral
berupa hipogonadotrop-hipogonadism.

Uji HMG negatif

Hasil uji HMG negatif menunjukkan bahwa ovarium tidak memiliki
folikel, atau memiliki folikel, tetapi tidak sensitif terhadap
gonadotropin, seperti pada kasus sindroma ovarium resisten
2,5)
.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui lokasi gangguan yang terjadi di
hipotalamus atau hipofisis dengan pemberian Klomifen Sitrat 100
mg/hari, selama 5-10 hari
2,5)
.

Dikatakan positif, jika selama penggunaan klomifen di jumpai
penigkatan FSH dan LH serum dua kali lipat, dan 7 hari setelah
penggunaan klomifen, dijumpai peningkatan serum estradiol
paling sedikit 200 pg/ml.

Peningkatan hormon gonadotropin (FSH dan LH) menunjukkan
hipofisis normal, artinya masih tersedia FSH dan LH yang cukup

2,5)
.

Bila uji klomifen negatif, berarti terjadi gangguan di hipotalamus
dengan kemungkinan tidak tersedia GnRH yang cukup, maka
tindakan selanjutnya adalah melakukan uji dengan GnRH
2,5)
.


Uji ini untuk mengetahui fungsi parsial adenohipofisis,
apakah sel-sel yang memproduksi FSH dan LH mampu
mengeluarkan FSH dan LH, bila diberikan GnRH dari luar

2,5)
.

Gn-RH diberikan dengan dosis 25-100 ug, intravena. Tiga
puluh menit setelah pemberian Gn-RH, dilakukan
pengukuran kadar LH dan FSH serum.

Uji Gn-RH dikatakan positif, bila dijumpai kadar FSH dan
LH yang normal, ataupun meningkat. Disini dapat
disimpulkan adanya gangguan di hipotalamus, sedangkan
bila tidak dijumpai peningkatan, berarti ada kelainan di
hipofisis
2,5)
.


Bila ditemukan FSH dan LH yang normal, namun kadar prolaktin
tinggi, maka pasien ini ditangani dengan pemberian bromokriptin.

Pada wanita dengan uji P negatif dan uji E/P positif, cukup
diberikan estrogen/progesteron siklik, meskipun cara ini tidak
mengobati penyebab dari amenore tersebut
2,5)
.

Bila di duga kelainannya berada di hipofisis, maka untuk memicu
pematangan folikel di ovarium dapat di berikan hMG atau FSH dan
untuk induksi ovulasi diberikan hCG.

Kelainan di hipotalamus dapat diberikan Gn-RH secara pulsatif.
Apabila tidak memungkinkan pemberian GnRH secara pulsatif,
maka dapat diberikan FSH dari luar, terutama bagi wanita yang
ingin hamil.



Pasien diperiksa kadar FSH, LH, dan prolaktin
serumnya.

Jika normal, maka diagnosis pada pasien ini adalah
normogonadotrop amenorea, dengan penyebab
utama adanya defek pada endometrium (aplasia
uteri, sindroma Asherman, TBC).

Anda mungkin juga menyukai