Anda di halaman 1dari 12

1

Pendahuluan
Appropriate Technology merupakan teknologi tepat guna yang dilakukan untuk
menciptakan konstruksi bangunan yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan
bahan lokal yang tersedia. Terdapat bermacam macam pilihan teknologi tepat guna, antara
lain konstruksi material dari tanah, kapur dan pozzolana, konstruksi bata, teknologi beton,
kayu, dan penggunan material sisa.
Kebutuhan akan teknologi tepat guna sangat dibutuhkan di Indonesia, terutama di
daerah pedalaman yang tidak memiliki akses untuk kendaraan. Kebutuhan akan rumah tinggal
terus bertambah, sementara material fabrikasi yang umum digunakan seperti beton atau semen
sangat sulit diperoleh. Dari semua teknologi tersebut, yang cocok diterapkan di Indonesia
adalah teknologi yang mudah dalam pengerjaan, dalam artian dapat dikerjakan oleh masyarakat
lokal, tidak diperlukan proses fabrikasi, serta ketersediaan material di tempat tersebut.
Teknologi rammed earth dapat dikerjakan oleh masyarakat sekitar, dan menggunakan bahan
lokal yaitu tanah.
Salah satu penghasil tanah liat di Indonesia adalah pulau Flores di Nusa Tenggara
Timur. Selain tanah liat, daerah ini merupakan penghasil berbagai sumber daya alam, di
antaranya besi, emas, tembaga, pasir besi, serta pasir dan batu. Banyaknya sumber daya alam
yang dihasilkan ternyata tidak sebanding dengan penyedian infrastruktur di kampung
kampung, sedangkan kebutuhan akan tempat tinggal
terus bertambah. Daerah ini tidak terjangkau oleh
kendaraan sehingga bahan bangunan seperti semen
dan beton sangat sulit untuk diperoleh. Oleh karena
itu, Konstruksi rammed earth dinilai tepat untuk
diterapkan pada bangunan di daerah pedalaman pulau
Flores.

Konstruksi Rammed Earth
1

Rammed earth adalah konstruksi dinding berbahan dasar tanah yang merupakan
campuran dari kerikil, pasir,dan tanah liat. Kualitas dinding rammed earth padat, solid,dan
mirip batu dengan tidak mencemari lingkungan dan biaya pemeliharaan rendah. Rammedearth
telah digunakan selama sekitar 10.000 tahun di semua jenis bangunan dari tingkatrendah

1
Sebagian besar kajian literatur dalam tulisan ini diperoleh dari buku karangan Paul Jaquin dan Charles Augarde
yang berjudul Earth Building : History, Science, and Conservation
2

hingga tinggi dan dari pondok-pondok kecil ke istana. Konstruksi ini dibuat dari campuran
sekitar 70% agregat (kerikil, pasir) dan 30% tanah liat. Semen dapat ditambahkan jika
memerlukan campuran atau pigmentasi untuk mencapai warna yang diinginkan. Sekitar 5-10
inci campuran sub-tanah basah ditempatkan didalam bentuk dan dipukul-pukul dengan total
pemadatan dan proses akan diulang sampai ketinggian yang diinginkan tercapai. Dinding yang
terbentuk dapat bertahan lebih dari 1000 tahun. Konstruksi rammed earth biasa ditemukan pada
daerah dimana pasir, endapan lumpur, dan tanah liat bisa ditemukan, seperti pegunungan,
daerah berbukit, serta tepi sungai.
Bangunan dengan material tanah sudah dikenal sejak zaman dahulu, ketika manusia
beralih dari gaya hidup nomaden menjadi bertani. Konstruksi ini berkembang di berbagai
negara, dan diduga berasal dari bagian utara benua Afrika sampai ke India, Morocco, Spanyol,
Perancis, Pakistan dan Afganistan. Konstruksi rammed earth awal yang tidak dipengaruhi oleh
metode yang berasal dari Afrika Utara juga dapat ditemukan di dataran Cina















Perkembangan Konstruksi Rammed Earth
Sampai sekarang, dikenal dua metode dalam pelaksanaan konstruksi tanah
padat, yang pertama berasal dari Afrika Utara, dan yang kedua berasal dari Asia.
Metode yang dilakukan di Asia sebenarnya merupakan adaptasi dari metode
pelaksanaan di daerah asal, yaitu di Afrika utara. Perbedaan keduanya terletak pada
struktur bekisting dan alat penekan (rammer) yang digunakan. Metode yang berasal
Penyebaran konstruksi rammed earth di Afrika Utara (kanan) dan Cina (kiri)
Contoh bangunan yang menggunakan konstruksi rammed earth
3

dari Afrika Utara dapat dilihat pada bangunan yang berada di Ladakh, Tibet dan Nepal,
dan India.

Konstruksi Rammed Earth di Afrika Utara
Konstruksi rammed earth yang berasal dari Afrika dapat ditemukan pada bangunan
pertengahan abad ke-19 yang berada di Srinagar, India. Metode yang dilakukan adalah:
1. Menyiapkan bekisting.
2. Bekisting ini dilengkapi dengan pendukung horizontal yang terbuat dari kayu,
dalam bahasa Spanyol disebut mechinales, yang akan memperkuat kayu vertikal
sebagai penahan bekisting.
3. Mengisi bekisting dengan campuran tanah .
4. Memadatkan campuran tanah tersebut dengan menggunakan semacam tongkat dari
kayu. Alat pemadat ini memiliki dua sisi lebar pada ujung ujung kayu sepanjang
1,5 meter, dengan bagian lebih tipis pada tengah kayu.
5. Setelah campuran tanah mengeras, bekisting dinaikkan untuk mencetak dinding
bagian atas.
6. Melepas balok pendukung horizontal (mechinales), hal ini menyebabkan adanya
lubang lubang pada dinding, hal ini dapat dilihat pada gambar dinding sebuah
benteng di Basgo, Ladakh.












Gambar di atas menunjukan manuskrip Farsi yang menjelaskan konstruksi
rammed earth yang ada di Srinagar, India pada pertengahan abad 19. Gambar
4

selanjutnya menunjukan dinding sebuah benteng di Basgo, Ladakh yang ada sejak
tahun 1337. Terlihat bahwa dinding tersebut semakin ke atas semakin miring ke arah
dalam. Hal ini disebabkan oleh metode pelaksanaan pada saat itu, yaitu menaikan
bekisting selapis demi selapis.


Tipe konstruksi yang sama juga dapat dilihat pada bangunan biara Kag Chode
Thupten Samphel Ling di Kagbeni, Nepal, yang dibangun pada tahun 1429. Seperti
bangunan bangunan lain, pada dindingnya juga terdapat lubang lubang yang
menunjukkan pengaruh konstruksi rammed earth dari Afrika Utara. Hal menarik dari
bangunan ini adalah penggunaan balok kayu berukuran besar supaya struktur bangunan
tersebut lebih tahan gempa.


Konstruksi Rammed Earth di Dataran Cina
Konstruksi rammed earth di Cina telah dikenal sejak zaman dahulu. Hal ini bisa
dilihat dari konstruksi Tembok Besar Cina yang menggunakan konstruksi rammed
Contoh bangunan yang menggunakan Konstruksi rammed earth Afrika Utara :
El Badi Palace, Morocco dan Biar Castle, Spanyol
Lubang lubang pada dinding eksterior yang diakibatkan penggunaan balok horisontal
5

earth dalam proses konstruksinya. Menurut buku karangan Joseph Needham mengenai
kebudayaan dan proses membangun rumah pada masyarakat tradisional Cina, bekisting
yang digunakan lebih tipis dibandingkan dengan bekisting pada bangunan di Afrika.
Metode pelaksanaan meliputi :
1. Memasang tiang pendukung yang ditancapkan ke tanah. Tiang pendukung ini
memiliki tinggi yang sama dengan tinggi bangunan.
2. Memasang bekisting, dalam hal ini tidak diperlukan adanya pendukung horisontal
seperti pada metode yang digunakan di Afrika.
3. Mengisi bekisting dengan campuran tanah.
4. Memadatkan campuran tanah dengan alat pemukul yang memiliki pemberat pada
bagian ujungnya.
5. Setelah campuran tanah mengeras, bekisting dinaikkan untuk mencetak dinding
bagian atas.













Konstruksi Rammed Earth Modern
Bangunan terbuat dari tanah pada masa lalu, sekarang mulai dianggap sebagai
bangunan yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, konstruksi Rammed Earth kini
mulai banyak digemari. Berikut ini adalah metode pelaksanaan pada konstruksi
Rammed Earth modern.
Campuran Tanah
Campuran tanah yang digunakan terdiri dari 50 75% kerikil dan pasir, 15
30% endapan lumpur dan 10 20% tanah liat. Sebaiknya tiap jenis ini memiliki kualitas
Konstruksi rammed earth di daratan Cina
6

yang baik, sehingga tidak terdapat rongga udara dan volume penyusutan tidak terlalu
besar. Campuran yang ideal juga dapat mengurangi pemakaian stabilisator.
Konstruksi
Tahap konstruksi yang dilakukan meliputi:
- Membangun pondasi. Pondasi ini bisa terbuat dari
batu, bata, maupun beton. Yang harus
diperhatikan adalah menjaga permukaannya
tetap datar.


- Membuat bekisting (formwork). Bekisting dapat terbuat dari papan kayu maupun
beton. Pemasangan bekisting harus selalu dimulai dari ujung bangunan.


















- Mengisi bekisting dengan campuran tanah yang lembab, setinggi kurang lebih 10
cm. Setelah itu campuran tanah tadi dipadatkan dengan alat pemadat hingga
ketinggiannya berkurang 6 7 cm, lalu mengisi bagian lain. Tanah yang baru saja
7

dipadatkan ditutup dengan rumput, daun, kain, atau plastik untuk melindungi dari
hujan, angin, dan sinar matahari langsung.










Waktu pelaksanaan juga merupakan hal yang harus diperhatikan. Pada negara
tropis dengan curah hujan yang tinggi, konstruksi tidak dapat dilakukan karena
kandungan air akan mengurangi kekuatan struktur. Di daerah dengan iklim panas dan
kering, hindari pelaksanaan pada bulan bulan terpanas.
Peletakkan Bukaan
Idealnya, bukaan pada bangunan seperti jendela atau pintu diletakkan pada
pengakhiran bekisting, ketinggiannya segaris dengan bagian atas lapisan terakhir,
sehingga ring balok sekaligus dapat berfungsi sebagai ambang pintu. Selain itu, jendela
dan pintu juga dapat diletakkan di pada tengah bekisting dengan menggunakan ankur.

Dari pembahasan di atas diketahui bahwa ketiga konstruksi rammed earth di atas
memiliki metode yang berbeda. Perbedaan ketiga metode ini dapat dilihat pada jenis bekisting
(formwork) serta pendukungnya, juga dari alat pemadat (rammer) yang digunakan. Kedua hal
ini menyebabkan bentuk bangunan yang dihasilkan dari masing masing metode juga berbeda.
Afrika Utara Cina Modern
Bekisting Menggunakan kayu
yang dipasang
horisontal sebagai balok
penopang,
mengakibatkan
munculnya lubang
lubang pada dinding.
Menggunakan penguat
berupa tiang vertikal
yang ditanam di tanah,
sehingga tidak
diperlukan pendukung
horisontal

Menggunakan tiang
vertikal, pada
umumnya
ketinggian bekisting
sesuai dengan
ketinggian
bangunan yang
8

Hal ini dapat
menyebabkan kekuatan
dinding berkurang.





diinginkan,
sehingga bekisting
tersebut tidak perlu
dipindah pindah
tiap kali
menyelesaikan satu
lapisan




Tebal, terbuat dari kayu Lebih tipis, terbuat
dari kayu
Terbuat dari beton
Alat pemadat
(Rammer)
Manual, terbuat dari
kayu, pemukul terdapat
pada dua sisi
Manual, terbuat dari
kayu, pemukul hanya
terdapat pada satu sisi

Pneumatic Rammer
atau Plat Vibrator
Berdasarkan tael perbandingan tersebut, dapat dilihat bahwa dalam hal struktur dan
pembuatan bekisting, konstruksi rammed earth modern tidak mengakibatkan lubang pada
dinding serta menghasilkan dinding yang rata. Oleh karena itu, sistem ini dianggap paling
efektif untuk diterapkan di Indonesia, begitu juga dalam pemilihan alat pemadat (rammer).

Keuntungan Konstruksi Rammed Earth
Pertama, penggunaan material ini dapat menghemat energi untuk pemanasan maupun
pendinginan bangunan. Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi kondisi suhu ruang adalah
elemen elemen selubung bangunan yaitu atap, dinding dan lantai yang sangat besar
pengaruhnya terhadap kondisi ruang dalam bangunan. Bagian yang mempunyai variasi paling
besar dalam kehadirannya adalah dinding. Pada siang hari, dinding yang terbuat dari tanah
memiliki kemampuan untuk menyerap panas matahari, sekaligus menjaga bagian dalam
9

bangunan agar tetap sejuk dan kering. Selain itu, material ini memiliki timelag
2
yang panjang,
sehingga bangunan akan tetap sejuk pada siang hari dan hangat pada malam hari. Secara tidak
langsung, material ini juga ramah lingkungan.
Kedua, dibandingkan bangunan yang menggunakan rangka kayu sebagai struktur
utama, material ini tidak menghasilkan gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan. Hal
ini berpengaruh pada kualitas udara dalam bangunan. Tanah padat juga tahan terhadap api dan
serangga, sehingga tidak dibutuhkan finishing berbahan dasar kimiawi.
Ketiga, material ini berumur panjang, tahan lama, dan mudah dalam perawatannya.
Istana Tschudi di Chan Chan, Peru telah berdiri selama lebih dari 2000 tahun. Sampai sekarang,
struktur bangunan tersebut memiliki daya tahan yang luar biasa. Dengan dukungan pondasi
beton, bangunan yang menggunakan tanah padat sebagai material dinding dapat bertahan lebih
dari beberapa abad lamanya.
Terakhir, dalam pengerjaannya tidak diperlukan fabrikasi. Pengerjaan struktur tanah
padat ini cukup mudah serta bisa dikerjakan oleh masyarakat lokal. Di daerah daerah terpencil
yang tidak memungkinkan adanya akses untuk kendaraan, material ini cocok untuk digunakan.

Kerugian Konstruksi Rammed Earth
Kerugian menggunakan konstruksi rammed earth adalah kurangnya daya tahan dan
kekuatan pada bangunan, terutama pada bagian ujung bangunan dan bukaan. Kadang bagian
lain pada dinding bangunan mengalami retak. Tidak seperti konstruksi yang terbuat dari batu,
konstruksi ini tidak mampu menahan gaya tekan yang besar.

Mitigasi Bencana
Konstruksi dengan tanah padat dapat distabilkan dengan penambahan beberapa
material khusus, tergantung dari keadaan material tanah asli. Untuk stabilisator berbahan dasar
kimia, penambahan semen baik untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan dan kekakuan
material. Kapur juga baik untuk dijadikan bahan aditif yang akan meningkatkan kekuatan dan
kekakuan dan mencegah penyusutan. Secara fisik, bangunan dapat distabilkan dengan
menambahkan fiber pada tanah liat untuk meningkatkan kekuatan dan mencegah atau
mengurangi penyusutan. Penguatan dengan baja juga dapat dilakukan. Apabila dibutuhkan,
gabungan antara stabilisator fisik dan kimiawi dapat ditambahkan.

2
waktu maksimum yang dipergunakan oleh dinding untuk mengeluarkan panas dari permukaan luar dinding ke
bagian dalam dinding.
10

Meskipun begitu, penambahan material beton maupun material kedap air lainnya
sebaiknya dihindari, karena dapat mengakibatkan terkumpulnya air pada lapisan dasar. Hal ini
dikhawatirkan akan mengurangi kekuatan material. Material berbahan dasar kapur lebih baik
untuk digunakan, tetapi masih mungkin menyebabkan kerusakan apabila tidak digunakan
dengan benar. Untuk daerah rawan gempa seperti di Indonesia, konstruksi rammed earth bisa
diperkuat dengan bambu berbentuk T yang dipasang pada dinding dengan jarak tertentu.
Bagian atas batang batang bambu ini diikat oleh ring balok yang juga terbuat dari bambu.

Penerapan Konstruksi Rammed Earth di Kampung Gurusina, Flores, NTT
Kabupaten Ngada adalah sebuah kabupaten di bagian tengah pulau Flores, provinsi
Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 3.037,9
km dengan jumlah penduduk 250.000 jiwa. Kota Bajawa dihubungkan jaringan jalan arteri
dari kawasan paling timur Pulau Flores yaitu dari Larantuka melewati kota Bajawa hingga ke
bagian Flores Barat yaitu kota Labuan Bajo. Daerah ini merupakan penghasil berbagai sumber
daya alam, di antaranya besi, emas, tembaga, pasir
besi, pasir dan batu, serta tanah liat.
Salah satu kampung di Kabupaten Ngada
yang sedang direncanakan untuk dibangun kembali
adalah kampung Gurusina. Kampung ini terletak
sekitar 22 kilometer sebelah selatan kota Bajawa,
atau sekitar159 kilometer sebelah barat Kota Ende. Dari Ende, daerah itu dapat dijangkau
sekitar empat jam perjalanan dengan kendaraan. Akses kendaraan ke kampung ini dapat
dikatakan cukup sulit, apalagi untuk membawa material bangunan seperti semen. Sampai
sekarang, warga masih menggunakan bahan bahan lokal seperti dinding dengan anyaman
bambu dan alang alang. Keterbatasan material semen mengakibatkan lantai rumah terbuat
dari pelepah bambu.







11

Langkah yang dilakukan untuk menerapkan konstruksi rammed earth adalah
sebagai berikut. Pertama, membuat pondasi. Daerah ini memiliki banyak batu yang
cocok untuk digunakan sebagai material pondasi. Untuk itu pondasi akan dibuat tidak
menggunakan beton atau bata yang sulit diperoleh, melainkan menggunakan batu di
sekitar kampung. Langkah berikutnya adalah menyusun bekisting sesuai ketinggian
bangunan.
Kedua, untuk meningkatkan ketahanan terhadap gempa, pada struktur bangunan
ditambahkan batang bambu yang disusun menyerupai huruf T. Kemudian pada bagian
atasnya diikat bersama oleh ring balok yang juga terbuat dari batang bambu.
Ketiga, mengisi bekisting dengan campuran tanah yang lembab, kemudian
dipadatkan dengan alat pemadat. Langkah ini diulang sampai seluruh dinding selesai
dibangun.




















pondasi
ring balok terbuat dari
batang bambu
batang bambu
Detail peletakan
batang bambu
Proses konstruksi dan tampak akhir
penerapan Konstruksi rammed earth
pada rumah tinggal di Kampung
Gurusina
12

Kesimpulan
Konstruksi Rammed earth adalah konstruksi dinding berbahan dasar tanah yang
merupakan campuran dari kerikil, pasir,dan tanah liat. Konstruksi ini merupakan salah satu
Konstruksi tepat guna yang dapat diterapkan pada daerah pedalaman di Indonesia, karena
prosesnya yang tidak memerlukan fabrikasi, pelaksanaanya bisa dilakukan oleh masyarakat
setempat, serta menggunakan bahan dasar yang mudah diperoleh.
Berdasarkan sejarahnya, terdapat tiga metode yang dikembangkan. Metode yang
berasal dari Afrika Utara menggunakan penahan horisontal dari kayu yang menyebabkan
lubang pada dinding eksterior. Metode yang berasal dari Cina menggunakan tiang penahan
vertikal sehingga penahan horisontal tadi tidak perlu digunakan. Metode terkini menggunakan
penahan vertikal dan bekisting yang memiliki tinggi yang sama dengan ketinggian yang
diinginkan. Begitu juga dengan penambahan tiang bambu supaya struktur tersebut tanggap
gempa. Perbedaan juga terlihat pada alat pemadat (rammer). Kedua metode awal menggunakan
alat pemadat manual, sedangkan metode modern menggunakan peralatan mekanis. Dari ketiga
metode tersebut, metode modern dinilai paling cocok untuk diterapkan pada bangunan rumah
tinggal di kampung Gurusina yang berlokasi di Flores, Nusa Tenggara Timur.

Anda mungkin juga menyukai