Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS DAN STUDI KELAYAKAN PROYEK USAHA KERUPUK DANGKE SKALA

250 BUNGKUS DI DESA SOSSOK KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN


ENREKANG

Kelompok IX
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi
dan bertambahnya tingkat pendapatan masyarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan
yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. Praktek Lapang Analisis Studi Kelayakan dan
Evaluasi Proyek Usaha Kerupuk Dangke dilaksanakan pada hari sabtu - minggu tanggal 12
- 13 April 2014 bertempat di Desa Sosso, Kecamatan Manggaraja, Kabupaten Enrekang,
Provinsi Sulawesi Selatan. Metode pengumpulan data dilaksanakan dengan cara
wawancara, observasi dan kuesioner. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data
primer. Berdasarkan informasi yang diperoleh Adapun Usaha Kerupuk dangke milik Ibu
Juliati di Desa Sosso, Kecamatan Manggaraja, Kabupaten Enrekang, melalui aspek
keuangan dinyatakan layak secara finansial karena total pendapatan sudah layak untuk
dikembangkan karena mampu meningkatkan tingkatan sosial serta permintaan yang cukup
tinggi. Namun secara sosial layak diterima karena tidak memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan. Masalah utama penyebab tidak populernya makanan tradisional
kerupuk dangke adalah karena kurangnya sentuhan teknologi produksi dan pengemasan tata
saji yang lebih menarik.
Kata kunci: Aspek Finansial, Usaha Kerupuk Dangke
ABSTRACT
Along with the development of Indonesian public awareness of the need for nutrition and
income levels increase, causing demand for food that has high nutritional value increases.
So that field study analysis and evaluation study of feasibilitykerupukdangke projectheld
on saturday and sunday of July 12 - 13 April 2014 located in Sosso, Manggaraja, Enrekang,
South Sulawesi. Methods of collecting data were conducted by interview, observation and
questionnaire. The data sorceused the primary data. Based on the information obtained by
the KerupukDangkesenterpreneur, Ms. Juliati in Sosso, Manggaraja, Enrekang. Through
the financial aspects as feasible financially feasible because the total revenue had to be
developed because it can increase the level of social as well as the demand is high enough,
But socially acceptable feasible because no negative impact on the environment . The main
problem is notcauseby unpopular traditional food butkerupukdangke is due to the lack of
touch technology and the production of food packaging more attractive.
Keywords : Aspect Financial, KerupukDangke.


PENDAHULUAN
Latar belakang
Seiring dengan berkembangnya
kesadaran masyarakat Indonesia akan
kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat
pendapatan masyarakat, menyebabkan
permintaan bahan pangan yang mempunyai
nilai gizi tinggi meningkat. Pemenuhan
tingkat gizi tersebut diantaranya berasal dari
produkproduk peternakan. Sapi perah
merupakan salah satu komoditi peternakan
yang dapat mendukung pemenuhan
kebutuhan akan bahan pangan bergizi
tinggi.
Diversifikasi atau penganekaragaman
produk susu selain sebagai upaya dalam
meningkatkan konsumsi gizi masyarakat
dengan daya tarik keragaman produk,
diversifikasi juga bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan produk sehingga
dapat mengatasi masalah pengangkutan dan
penyimpanan produk. Dangke merupakan
suatu produk tradisional yang berasal dari
Kabupaten Enrekang adalah salah satu
bentuk diversifikasi produk olahan susu
yang diminati, khususnya di kalangan
masyarakat Sulawesi Selatan.
Produk dangke mempunyai
keistimewaan sebagai produk khas
tradisional Kabupaten Enrekang, sehingga
karakteristik produk perlu untuk
dipertahankan. Karakteristik produk yang
dimaksud, bukan hanya pada bentuk dan
komposisi produk, namun juga pada
kemasan produk. Perubahan-perubahan
pada produk seperti kemasan atau
bentuknya, misalnya pengemasan yang
tidak menggunakan daun pisang atau
produk yang dicetak dalam bentuk kotak
akan berpengaruh pada penurunan daya beli
konsumen dangke. Kondisi ini berdampak
pada tidak berkembangnya teknologi proses
produksi dangke, sehingga proses produksi
masih dilakukan secara tradisional.
Hal inilah yang melatarbelakangi
dilaksanakannya praktek lapang Analisis
dan Studi Kelayakan Proyek mengenai
analisis dan studi kelayakan proyek usaha
kerupuk dangke dengan skala 250 bungkus
di desa sossok, kecamatan anggeraja,
kabupaten enrekang.
Permasalahan
Berdasarkan latarbelakang yang ada
maka dapat dirumuskan masalah bahwa
sejauh mana usaha produksi kerupuk
dangke apakah layak secara finansial
maupun non finansial melalui aspek-aspek
yang berkaitan dan keberlanjutan.

MATERI DAN METODE
Waktu dan Lokasi Praktikum
Dilaksanakan pada hari Sabtu sampai
Minggu, tanggal 12-13 April 2014 di Desa
Sossok, Kecamatan Aggeraja, Kabupaten
Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data
dilaksanakan dengan cara berikut :
1. Wawancara adalah proses penggalian
informasi melalui Tanya Jawab antara
pewawancara (Interviwer) dengan
Narasumber (Interviewe).
2. Observasi adalah proses mendapatkan
informasi-informasi terhadap suatu
proses atau objek dengan maksud
merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dan sebuah fenomena dan
kemudian memahami pengetahuan dan
gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya.
3. Kuesioner adalah suatu teknik
pengumpulan informasi yang
memungkinkan analisis mempelajari
sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan
karakteristik beberapa orang terutama
didalam organisasi yang bisa terpengaruh
oleh system yang diajukan atau oleh
sistem yang sudah ada.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada
Praktek Lapang Analisis dan Kelayakan
Proyek yaitu sumber data primer. Data
primer merupakan data yang diperoleh dari
sumber asli atau melalui narasumber yang
tepat dan yang dijadikan responden dalam
penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Responden
Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari hasil wawancara di Desa
Sossok, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten
Enrekang pada pelaksanaan Praktek Lapang
Analisis dan Studi Kelayakan Proyek
deskripsi responden dapat dilihat pada tabel
1 di bawah ini:
Tabel 1. Data Responden di Desa Sossok, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
No Nama
Umur
(Tahun)
Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan Lama
Usaha
(Tahun)
Jumlah
Tenaga
Kerja
Pokok Sampingan
1 Juliati 43 SMA IRT
Usaha
kerupuk
dangke
12 2
2 Hakim 52 SMA petani Peternak 2

1

3 Subir 47 SMA petani Peternak 8

1

Sumber : Data Primer Praktek lapang Analisis dan Studi Kelayakan Proyek Peternakan di
Desa Sossok, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, 2014.
Berdasarkan tabel diatas mengenai
deskripsi responden dapat dilihat jenis
kelamin laki-laki lebih dominan dari jenis
kelamin perempuan, karena laki-laki
merupakan kepala rumah tangga yang
memiliki tanggung jawab yang besar
untuk menghidupi keluarganya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat
(1967) yang menyatakan bahwa seorang
suami adalah kepala keluarga, namun tidak
berarti bahwa istri memiliki status lebih
rendah karena ia bertanggung jawab
terhadap kelangsungan keluarga.
Umur responden berkisar antara 43-52
tahun, umur tersebut tergolong umur yang
produktif karena masyarakat di Desa
Sossok, Kecamatan Anggeraja, mampu
mengelolah usaha ternaknya mulai masa
bertumbuh sampai masa produksi hinggga
penaganan hasil ternak seperti pembuatan
dangke, tanpa mementingkan faktor usia.
Hal ini sesuai dengan pendapat Damandiri
(2010), yang menyatakan bahwa umur
seseorang pada umumnya dapat
mempengaruhi aktifitas petani dalam
mengelola usaha ternaknya dalam hal ini
mempengaruhi kondisi fisik dan
kemampuan berfikir, semakin muda umur
petani, maka cenderung memiliki sifat yang
kuat dan dinamis dalam mengelola usaha
ternaknya, sehingga mampu bekerja lebih
kuat dari peternak yang sudah berumur tua.
Sedangkan tingkat pendidikan
masyarakat di Desa Sossok, Kecamatan
Anggeraja masih rendah yaitu SD-SMA. Ini
membuktikan bahwa masyarakat di Desa
Sossok kurang peduli dengan pentingnya
pendidikan, mereka merasa lebih baik
bekerja untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Hal ini sesuai pendapat
Fachrudi (2011) yang menyatakan bahwa
masyarakat yang tinggal di desa
kebanyakan masih memiliki pendidikan
yang rendah. Hal ini disebabkan faktor
ekonomi dan sarana pendidikan/sekolah
dipedesaan masih sangat kurang.
Pekerjaan dari responden yaitu
peternak dan petani. Namun pekerjaan
petani yang memiliki jumlah pendapatan
yang paling besar dibandingkan peternak.
Walupun sebagai pekerjaan sampingan
namun peternak mampu menutupi
kebutuhan sehari-hari masyarakat di Desa
Sossok. Hal ini sesuai dengan pendapat
Haiz (2012), yang menyatakan bahwa usaha
kerupuk dangke dijadikan sebagai pekerjaan
sampingan karena mudah dilaksanakan dan
menguntungkan secara ekonomis.
Jumlah kepemilikan ternak setiap
responden rata-rata 2-13 ekor. Masyarakat
di Desa Sossok, Kecamatan Anggeraja rata-
rata mendapatkan sapi dari pemerintah
setempat dimana mereka masuk di
kelompok tani yang dibagikan sapi sebagai
bantuan dan adapun sebagian yang membeli
dari luar daerah. Kemudian di pelihara
hingga dapat berproduksi.
Sedangkan lama usaha responden
rata-rata 1-11 tahun. Masyarakat di Desa
Sossok, Kecamatan Anggeraja rata-rata
memulaiusaha kerupuk dangke saat sapi
perahnya sudah mulai berproduksi. Usaha
kerupuk dangke mempunyai potensi yang
cukup besar untuk mengembangkan
kedepannya dimana usaha tersebut mampu
meningkatkan tingkatan ekonomi dan sosial
bagi peternak yang menjalangkannya.
Selain itu usaha kerupuk dangke memiliki
prospek pasar yang yang cukup tinggi
dengan permintaan yang cukup tinggi.
Tenaga kerja yang digunakan
responden pada usaha kerupuk dangkenya
di Desa Sossok, Kecamatan Anggeraja rata-
rata hanya 1-2 orang tenaga kerja. Usaha
kerupuk dangke yang dijalankannya
masyarakat di Desa Sossok, Kecamatan
Anggeraja masih skala kecil/rumah tangga
sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk
membiayai setiap tenaga kerja sangat tinggi
itulah alasan mengapa masyarakat yang
mempunyai usaha kerupuk dangkeyang
masih skala kecil tidak menggunakan
tenaga kerja dari luar melainkan tenaga
kerja yang digunakan hanya anggota
keluarga sendiri yaitu peternak sendiri dan
istri serta seorang anak perempuannya
sebagai pengolah susu menjadi kerupuk
dangke. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fachrudi (2011), bahwa partisipasi dan
kontribusi perempuan pedesaan dalam
kegiatan pertanian dan nonpertanian
berdampak signifikan terhadap ketahanan
ekonomi keluarga.
Kelayakan Aspek Sosial Presepsi
Mayarakat Tentang Keuntungan yang
Diperole
Pendapatan masyarakat di Desa
Sossok, Kecamatan Anggeraja semakin
meningkat karena usaha kerupuk dangke
dan animo masyarakat yang terus membaik.
SDM (Sumber Daya Manusia)
peternak/pelaku industri semakin meningkat
dengan terus melakukan pembelajaran dan
manajemen usaha kerupuk dangke dan ada
potensi peningkatan produksi dan
produktifitas dalam usaha kerupuk dangke
serta skala ekonomi perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan pendapatan/meningkat
seiring dengan peningkatan pendapatan. Hal
ini sesuai pendapat Densi, (2011)
menyatakan bahwa suatu usaha baru dapat
membuka peluang kerja terhadap
masyarakat yang belum mendapatkan
pekerjaan. Dengan adanya usaha baru yang
bermunculan, tentunya memerlukan
karyawan baru yang banyak juga. Dengan
adanya usaha baru dan terbuka peluang
kerja terhadap masyarakat, maka akan
berimbas kepada menurunnya tingkat
pengangguran.
Aspek keuntungan usaha kerupuk
dangke adalah secara sosial dan ekonomi.
Secara sosial mampu menciptakan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan tidak
menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan berupa cemaran limbah
produksi. Secara ekonomi memberikan
pendapatan untuk masyarakat dan mampu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Keuntungan sosial dan ekonomi
menentukan kelayakan usaha kerupuk
dangke (Anonim, 2011).
Presepsi Masyarakat Tentang Kelayakan
Teknis Usaha yang dilakukan.
Usaha ternak sapi perah di Desa
Sossok, Kecamatan Anggeraja masih
bersifat subsisten oleh peternak kecil dan
belum mencapai usaha yang berorientasi
ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas
ternak tersebut lebih disebabkan oleh
kurangnya modal, serta
pengetahuan/keterampilan peternak yang
mencakup aspek reproduksi, pemberian
pakan, pengelolaan hasil pascapanen,
penerapan sistem recording, pemerahan,
sanitasi dan pencegahan penyakit. Sehingga
berpengaruh terhadap pengembangan usaha
hasil ikutan seperti dangke dan kerupuk
dangke, Selain itu pengetahuan petani
mengenai aspek tata niaga harus
ditingkatkan sehingga keuntungan yang
diperoleh sebanding dengan
pemeliharaannya. Produksi susu sapi di
daerah Kabupaten Enrekang kini semakin
meningkat dengan tingkat penjualan
kerupuk dangke yang lebih meningkat
dengan banyaknya permintaan baik dari
konsumen dari daerah Enrekang maupun
dari luar daerah Enrekang.
Presepsi Masyarakat Tentang Kelayakan
Prospek Usaha yang Dilakukan.
Usaha kerupuk dangke merupakan
peluang usaha yang sangat besar karena
merupakan produk yang memiliki nilai gizi
tinggi, mudah dikonsumsi dan bersifat
produk asli daerah. Aspek pasar dan
pemasaran kerupuk dangke sangat tinggi
karena mampu memberikan keuntungan
secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat
dan daerah tempat usaha. Kerupuk dangke
yaitu industri pengolahan yang masih dalam
skala rumah tangga dan memiliki prospek
usaha yang besar sebagai usaha berskala
internasional (Anonim, 2011).
Menurut masyarakat usaha kerupuk
dangke mengalami peningkatan permintaan
yang tinggi dari masyarakat sekitar
Kecamatan Anggeraja dan mulai dipasarkan
ke Kota Enrekang. Distribusi yang mulai
meningkat dipengaruhi oleh produk
menunjukkan ciri khas dari daerah
Enrekang dan memilki nilai gizi tinggi
sebagai produk olahan susu. Masalah modal
adalah kendala dalam pengembangan usaha
saat ini. Melalui dukungan pemerintah
setempat masyarakat yakin bahwa usaha
kerupuk dangke memilki prospek usaha
yang baik ke depannya.
Usaha kerupuk dangke memiliki
prospek usaha yang besar karena produk
yang dihasilkan dapat memberikan
keuntungan secara sosial dan ekonomi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Syapura (2012),
bahwa usaha kerupuk dangke memberikan
respon positif terhadap masyarakat di
sekitar industri lokal.Tidak hanya
berdampak pada meningkatnya atau
semakin baiknya kondisi lingkungan tetapi
juga memberikan manfaat ekonomi yang
tinggi.
Presepsi Masyarakat Tentang Status
Sosial Yang Dimiliki Melalui Usaha yang
Dilakukan
Aspek sosial berdasarkan data
kualitatif dari wawancara langsung
menggunakan kuisioner pada praktek
lapang Analisis dan Studi Kelayakan
Proyek Usaha Kerupuk Dangke di Desa
Sossok, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten
Enrekang adalah layak. Hal ini dilihat dari
aspek yang memberikan keuntungan secara
sosial dan ekonomi, pertimbangan teknis
yang mendukung, memilki prospek usaha
yang besar dan memberikan status sosial
bagi pengusaha.
Kelayakan dari aspek status sosial
yang dimiliki melalui usaha kerupuk dangke
adalah layak untuk dilanjutkan karena
mampu memberikan keuntungan ekonomi
dan sosial sehingga status sosial menjadi
lebih tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat
Rahim (2013), bahwa pengusaha kerupuk
dangke mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat dan pemerintah
mendapat apresiasi penghargan status
sosial.Peluang dan kesempatan kerja bagi
masyarakat membantu meningkatkan taraf
kesejahteraan sosial sehingga
mempengaruhi status sosial pengusaha
kerupuk dangke.
Menurut masyarakat di Desa Sossok,
Kecamatan Anggeraja limbah dangke tidak
berefek negatif atau merugikan bagi
lingkungan disekitarnya, karena limbah
dangke tidak bersifat racun melainkan
bersifat sebagai unsur hara. Limbah dangke
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti
pupuk cair karena memiliki kandungan
unsur hara yang cukup tinggi.
Kelayakan dari Aspek Resiko
Bedasarkan data praktek lapang
diketahui bahwa aspek resiko yang dapat
terjadi pada usaha kerupuk dangke adalah
ketidak telitian dalam pembuatan kerupuk
mulai dari penimbangan bahan dan tahap-
tahap pembuatan. Ketelitian dalam
pengolahan sangat penting untuk diterapkan
karena akan mempengaruhi kualitas
kerupuk. Hal ini didukung pendapat Haiz
(2012), bahwa produk kualitas kerupuk
dangke setiap produksi harus sama sehingga
memiliki daya permintaan yang minimal
sama.
Resiko yang dapat terjadi dari
kegiatan penjualan adalah adanya pesaing
usaha dari asal yang sama karena hampir
semua masyarakat dapat membuat kerupuk
dangke. Hal ini didukung oleh pendapat
Haiz (2012), bahwa saat ini persaingan
usaha kerupuk dangke masih kurang namun
dapat meningkat seiring permintaan pasar.
Solusi untuk msalah persaingan usaha
adalah tetap mempertahankan kualitas
produksi dan menghasil inovasi produk-
produk baru.
Aspek resiko yang dapat terjadi pada
usaha kerupuk dangke sangat tinggi
sehingga dapat dikatakan bahwa harapan
keuntungan yang diperoleh juga tinggi.
Tingkat resiko berbanding lurus dengan
harapan keuntungan yang diperoleh
sehingga usaha kerupuk dangke layak
secara aspek resiko. Hal ini sesuai pendapat
Rahim (2013), bahwa semakin tinggi resiko
yang dihadapi suatu usaha maka semakin
tinggi keuntungan yang diharapkan.
Analisis Pasar dan Pemasaran Komoditi
Pasar sasaran berpotensial dalam pemasaran
kerupuk dangke di Desa Sossok, Kecamatan
Anggeraja adalah wilayah sekitar Kabupaten
Enrekang dan daerah-daerah lainnya dimana
komunitas masyarakat berada.
Untuk pemasaran kerupuk dangke sekarang
ini mengalami peningkatan, hal ini dapat dibuktikan
dengan kerupuk dangke yang diproduksi tidak
dapat menutupi permintaan. Kerupuk dangke ini
dipasarkan di Kabupaten Enrekang dan diluar
Kabupaten Enrekang, dan dijadikan oleh-oleh.
Dibuktikan dari pengakuan peternak yang
menyatakan bahwa dangke yang mereka buat
biasaya dibeli langsung di rumah peternak dan
setiap harinya ada pembeli yang tidak mendapatkan
dangke karena terlambat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Eka (2008), yang menyatakan bahwa
kerupuk dangke yang diproduksi di kabupaten
enrekang memiliki permintaan yang tinggi.
Peningkatan populasi untuk mengembangkan
industri kerupuk dangke sebagai produk unggulan
lokal harus terus dilakukan untuk memenuhi
permintaan pasar.
a. Product (produk)
Produk yang dijual masyarakat Desa
Sossok, Kecamatan Anggeraja adalah
kerupuk dangke. Kerupuk dangke
merupakan produk olahan susu
sapi/kerbau di daerah ini. Bentuk
kemasan kerupuk dangke di daerah ini
masih tergolong tradisional karena jika
ditinjau dari kemasannya belum terlalu
menarik perhatian konsumen namun
tetap mempertahankan cita rasa dan
kualitas kerupuk dangke itu sendiri.
Produk kerupuk dangke yang dihasilkan
Ibu Juliati adalah 250 bungkus dalam 5
minggu atau per periode.
b. Price (harga)
Masyarakat Desa Sossok, Kecamatan
Anggeraja yang memiliki usaha kerupuk
dangke akan memasang harga rendah
terlebih dahulu mengingat produk sejenis
masih jarang beredar di pasaran. Setelah
pasar dikuasai maka harga akan
dinaikkan secara bertahap (Penetrating
Price). Untuk kerupuk dangke dijual
dengan harga berbeda sesuai dengan
ukurannnya. Kerupuk dangke ukuran
1000 gr dijual dengan harga Rp
50.000/bungkus, ukuran 800 gr dijual
dengan harga Rp 40.000/bungkus,
ukuran 600 gr dijual dengan harga Rp
30.000/bungkus. Dengan demikian,
kerupuk dangke yang dapat dihasilkan
oleh Ibu Juliati adalah 24.000 bungkus/ 3
jenis kemasan yaitu kemasan 1.000 gr,
800 gr dan 600 gr. Dengan kata lain,
setiap 1 jenis kemasan yang dihasilkan
adalah 800 gr. Harga untuk 3 jenis
kemasan yang dihasilkan adalah Rp
120.000 sedangkan untuk 1 jenis
kemasannya adalah masing-masing Rp.
40.000.
c. Placement (lokasi)
Masyarakat Desa Sossok, Kecamatan
Anggeraja melakukan penyaluran produk
kepasar- pasar terdekat yang mudah
dijangkau, pasar modern serta penjual
makanan tradisional maupun kios-kios
terdekat. Bahkan ada beberapa produsen
kerupuk dangke menurut informasi
responden, produk kerupuk dangke telah
menyebar ke berbagai tempat di
Sulawesi Selatan dan telah menjangkau
minimarket untuk wilayah
pemasarannya.
d. Promosion (pemasaran)
Masyarakat di Desa Sossok, Kecamatan
Anggeraja tidak melakukan promosi.
Padahal dalam meningkatkan penjualan
perlu promosi seperti media selebaran
(pamplet), iklan pada media cetak lokal
maupun secara online. Hanya Hal
tersebut dilakukan agar produknya
dikenal oleh masyarakat (Marzoeki, 1978).
Persaingan Usaha Ditingkat Produsen
Sebagai suatu area dimana banyak
orang meggantungakan nasibnya, usaha
kecil kerupuk dangke tidak boleh mati,
harus tumbuh dan berkembang atau
sekurang-kurangnya tetap bertahan
(survive). Tekat untuk survive dan tumbuh
tersebut menuntut kemampuan usaha kecil
dan para pendukungnya untuk memahami
situasi internal (kekuatan dan kelemahan)
maupun situasi eksternal (peluang dan
tantangan). Termasuk dalam situasi internal
adalah sumber daya yang dimiliki,
kebijakan yang dijalankan serta hasilnya,
sedangkan situasi eksternal adalah kekuatan
dan kecenderungan politik, ekonomi, sosial
dan teknologi serta kondisi kelompok
pesaing ataupun pendukungnya (Sjaifudian,
1995).
Analisis Kelayakan Finansial.
Analisis kelayakan finansial adalah
suatu metode menentukan kelayakan usaha
dari aspek keuangan mulai dari penggunaan
dana pra investasi sampai mendapatkan
keuntungan melakukan suatu kajian secara
finansial dalam usaha kerupuk dangke
sangat perlu sebab penentuan kelayakan
suatu usaha harus dilakukan melalui analisa
financial yaitu dengan menghitung semua
unsur biaya masukan dan semua unsur
pemasukan.
Modal awal dalam usaha kerupuk
dangke adalah modal sendiri sehingga
pengusaha tidak perlu mengembalikan
keuntungan kepada orang lain. Sebagai
usaha berskala kecil/rumah tangga, kerupuk
dangke menggunakan modal sedikit. Hal ini
sesuai pendapat Anggraeni (2010), bahwa
yang dimaksud modal sendiri adalah modal
yang dimiliki oleh pemegang saham, yang
dinyatakan dalam akte pendirian
perusahaan. Umumnya jumlah dana yang
tercantum dalam akte pendirian tersebut
masih jauh dari cukup untuk antisipasi
kebutuhan dana investasi keseluruhan.
Aspek Finansial Usaha
Berdasarkan hasil kuisioner Ibu
Juliati sebagai pengusaha kerupuk dangke
skala 250 buah dapat dilakukan analisis
kelayakan finansial sebagai berikut :
Benefit cost ratio (B/C rasio)
/ =



/ =
Rp 4.998.775
Rp 5.001.225

B/C = 0.999
B/C = 1
Berdasarkan hasil analisis B/C
bahwa usaha usaha kerupuk dangke dalam
perhitungan satu tahun maka usaha tersebut
menunjukkan layak untuk dilanjutkan
karena nilai benefit cost sama dengan satu
yaitu 1%.
NPV (Net Present Value).
Adapun NPV yang diperoleh pada
usaha kerupuk dangke, sebagai berikut :
DF = 10% 0,909
NPV = Pendapatan per Periode x DF
(Discount factor)
= Rp 4.998.775 x 0,909
= Rp 4.543.886,475
= Rp 21.743.000 + Rp 4.543.886,475
= Rp 26.286.886,48
Net Present Value (NPV) dalam
usaha kerupuk dangke dengan bunga 10%,
karena NPV yang diperoleh positif maka
usaha dapat dilaksanakan karena manfaat
yang diperoleh besar. Usaha kerupuk
dangke memiliki NPV > 0 maka usaha
tersebut layak karena pendapatan lebih
besar dari pada investasi.
IRR (Internal Rate of Return)
DF (i) 10% = 0,909 (NPV)
(ii) 20% = 0,833 (NPV)
NPV = DF x Pendapatan
= 0,909 x Rp 4.998.775
= Rp 26.286.886
NPV = DF x Pendapatan
= 0,833 x Rp 4.998.775
= Rp 25.906.980
IRR= i +
26.286.886
26.286.886 25.906.980
x (ii - i)
IRR= 10% +
26.286.886
379.907
x (20% - 10%)
IRR= 10% + 69.19297 x (10%)
IRR= 10% + 6.919297
IRR= 7.019296932
Berdasarkan hasil yang diperoleh
dapat dikatakan bahwa return to capital
invested selama umur ekonomi usaha
(1tahun) adalah 7.019296932%, maka IRR
menunjukan bahwa usaha memiliki tingkat
bunga yang sedikit sehingga usaha tersebut
mengalami keuntungan.
BEP (Break Event Point).
Berdasarkan dari hasil anlisis, maka
diperoleh BEP dalam usaha produksi
kerupuk dangke, yakni BEP produksi pada
kemasan 1000 gr sebesar Rp 125,030625
kemasan 800 gr sebesar Rp 125,03 dan
kemasan 600 gr sebesar Rp Rp125,03.
Adapun BEP harga produksi kerupuk
dangke pada kemasan 1000 gr sebesar Rp
100,0245, kemasan 800 gr sebesar Rp
125.03 dan kemasan 600 gr sebesar Rp
166.71.
Return Cost Ratio (R/C rasio)
/ =



/ =
Rp 10.000.000
Rp 5.001.225

R/C = 1.9995.
Berdasarkan hasil analisis R/C
bahwa dapat dilihat nilai R/C yang
diperoleh sebesar 1.9995%. Nilai tersebut
menunjukkan angka lebih besar dari satu
sehingga usaha produksi kerupuk dangke
layak diusahakan dan menguntungkan.
PP (Payback Period)
Diketahui,
I (Modal Investasi)
Ab (Keuntungan/periode)
Rumus,
=
I


Penyelesaian,
PP = Rp 21.743.000
Rp 4.998.775
PP = 4,349665668
PP = 5 minggu
Jadi untuk mengembalikan investasi
awal yang dikeluarkan sebesar Rp
21.743.000,00 dalam menjalankan
usahanya, maka waktu yang diperlukan
dalam mengembalikan investasi awal hanya
membutuhkan waktu dalam jangka 5
minggu. Sehingga usaha tersebut sangat
layak untuk diusahakan karena usaha
tersebut hanya memerlukan waktu relative
singkat dalam pengembalian investasi awal.
Produksi Kerupuk Dangke 250 bungkus
Biaya Tetap
a. Bangunan = Rp 17.000.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 17.000.000 ( Rp 17.000.000 10% )
5 tahun
= Rp 17.000.000 Rp 1.700.000
5 tahun
= Rp 15.300.000,00
5 tahun
= Rp 3.060.000,00
b. Wajan = Rp 27.500,00
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 27.500 ( Rp 27.000 5% )
3 tahun
= Rp 27.500 Rp 1.375
3 tahun
= Rp 26.125
3 tahun
= Rp 8.708,33
c. Sendok Adukan = Rp 12.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 12.000 ( Rp 12.000 5% )
3 tahun
= Rp 12.000 Rp 600
3 tahun
= Rp 11.400
3 tahun
= Rp 3.800
d. Saringan = Rp 15.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 15.000 ( Rp 15.000 5% )
3 tahun
= Rp 15.000 Rp 750
3 tahun
= Rp 14.250
3 tahun
= Rp 4.750
e. Alat Pencetak = Rp 100.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 100.000 ( Rp 100.000 5% )
3 tahun
= Rp 100.000 Rp 5.000
3 tahun
= Rp 95.000
3 tahun
= Rp 31.666,66
f. Alat Press = Rp 150.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 150.000 ( Rp 150.000 5% )
3 tahun
= Rp 150.000 Rp 7.500
3 tahun
= Rp 142.500
3 tahun
= Rp 47.500
g. Kompor = Rp 200.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 200.000 ( Rp 200.000 5% )
3 tahun
= Rp 200.000 Rp 10.000
3 tahun
= Rp 190.000
3 tahun
= Rp 63.333,33
h. Kompor = Rp 5.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 5.000 ( Rp 5.000 5% )
3 tahun
= Rp 5.000 Rp 250
3 tahun
= Rp 4.750
3 tahun
= Rp 1.583,33
i. Timbangan = Rp 50.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 50.000 ( Rp 50.000 5% )
3 tahun
= Rp 50.000 Rp 2.500
3 tahun
= Rp 47.500
3 tahun
= Rp 15.833,33
j. Blender = Rp 220.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 220.000 ( Rp 220.000 5% )
3 tahun
= Rp 220.000 Rp 11.000
3 tahun
= Rp 209.000
3 tahun
= Rp 69.666,66
k. Pisau = Rp 8.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 8.000 ( Rp 8.000 5% )
3 tahun
= Rp 8.000 Rp 400
3 tahun
= Rp 7.600
3 tahun
= Rp 2.533,33
l. Gunting = Rp 6.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 6.000 ( Rp 6.000 5% )
3 tahun
= Rp 6.000 Rp 300
3 tahun
= Rp 5.700
3 tahun
= Rp 1.900
m. Sendok Makan = Rp 1.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 1.000 ( Rp 1.000 5% )
3 tahun
= Rp 1.000 Rp 50
3 tahun
= Rp 950
3 tahun
= Rp 316,66
n. Baskom = Rp 12.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 12.000 ( Rp 12.000 5% )
3 tahun
= Rp 12.000 Rp 600
3 tahun
= Rp 11.400
3 tahun
= Rp 3.800
o. Motor = Rp 3.500.000
Penyusutan = Harga Awal Harga Akhir
Masa Pakai
= Rp 3.500.000 ( Rp 3.500.000 5% )
3 tahun
= Rp 3.500.000 Rp 175.000
3 tahun
= Rp 3.325.000
3 tahun
= Rp 1.108.333,33
Total Biaya Penyusutan
= Rp 3.060.000 + Rp 8.708 + Rp 3.800 +
Rp 4.750 + Rp 31.666,66 + Rp 47.500 + Rp
63.333,33 + Rp 1.583,33 + Rp 15.833,33 +
Rp 69.666,66 + Rp 2.533,33 + Rp 1.900,00
+ Rp 316.66 + Rp 3.800 + Rp 1.108.333.33
= Rp 4.423.725
Biaya Variabel (Operasional)
a. Dangke =Rp 8.000/buah
Maka = Rp 8.000 x 5 minggu
= Rp 40.000/periode
b. Tepung Ketan = Rp 6.000/bungkus
Maka = Rp 6.000 5 minggu
= Rp. 30.000/periode
c. Telur = Rp 1.250/biji
Maka = Rp 1.250 x 5 minggu
= Rp 6.250/periode
d. Gula = Rp 13.000/bungkus
Maka = Rp 13.000 x 5 minggu
= Rp 65.000/periode
e. Penyedap Rasa = Rp 500/bungkus
Maka = Rp 500,00 x 5 minggu
= Rp 2.500,00/periode
f. Minyak goreng = Rp 12.000/bungkus
Maka = Rp 12.000 x 5 minggu
= Rp 60.000/periode
g. Susu Segar = Rp 12.000/bungkus
Maka = Rp 12.000 x 5 minggu
= Rp 60.000/periode
h. Plastik Kemasan = Rp 250/bungkus
Maka = Rp 250 x 5 minggu
= Rp 1.250/periode
i. Gas 3 Kg = Rp 14.500/tabung
Maka = Rp 14.500 x 5 minggu
= Rp 72.500/periode
j. Air + Listrik = Rp 20.000/minggu
Maka = Rp 20.000 x 5 minggu
= Rp 100.000/periode
k. Tenaga kerja = Rp 20.000/minggu
Maka = Rp 20.000 x 5 minggu
= Rp 100.000/periode
l. Bensin = Rp 8.000/liter
Maka = Rp 8.000 x 5 minggu
= Rp 40.000/periode
Total Biaya Variabel
= Rp 40.000 + Rp30.000 + Rp 6.250 + Rp
65.000 + Rp 2.500 + Rp 60.000 + Rp
60.000 + Rp 1.250 + Rp 72.500 + Rp
100.000 + Rp 100.00 + Rp 40.000
= Rp 577.500
Penerimaan (Revenue)
TR = P x Q
TR = 250 bungkus x Rp 40.000
TR = Rp 10.000.000
Total penerimaan usaha produksi
kerupuk dangke ibu Juliati dengan skala
250 bungkus yaitu Rp 10.000.000/periode.








Pendapatan (Benefit)
Tabel 3. Pendapatan (Benefit)
Sumber : Data Primer Praktek Lapang
Analisis dan Studi Kelayakan
Proyek Peternakan di Desa Sossok,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten
Enrekang, 2014
Pendapatan yaitu selisih dari total
penerimaan dengan total biaya dengan
rumus Pd = TR TC, dimana Pd adalah
Pendapatan, TR yaitu total penerimaan dan
TC adalah total biaya. Diketahui bahwa
pendapatan (benefit) yang diperoleh per
produksi yaitu Rp 4.998.775.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktek lapang Analisis
Dan Study Kelayakan Proyek yang telah
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ditinjau dari aspek keuangan dan
kelayakan usaha kerupuk dangke di desa
Sossok, Kecamatan Anggeraja,
Kabupaten Enrekang sudah layak untuk
dikembangkan karena mampu
meningkatkan tingkatan sosial serta
permintaan yang cukup tinggi.
2. Pendapatan masyarakat di Desa Sossok,
Kecamatan Anggeraja semakin
meningkat karena usaha kerupuk dangke
dan animo masyarakat yang terus
membaik.
3. SDM peternak/pelaku usaha semakin
meningkat dan terdapat potensi
peningkatan produksi dan produktifitas
dalam usaha kerupuk dangke.
4. Skala ekonomi perlu ditingkatkan untuk
meningkatkan pendapatan seiring dengan
tingginya permintaan.
5. Masalah utama penyebab tidak
populernya makanan tradisional kerupuk
dangke adalah karena kurangnya
sentuhan teknologi produksi dan
pengemasan tata saji yang lebih menarik.
Kendala yang dialami dalam
pengembangan kerupuk dangke adalah
ketidak seragaman kualitas produk yang
dihasilkan oleh masyarakat dan masa
simpan produk yang masih singkat sehingga
relative sulit dalam menjangkau wilayah
pemasaran yang luas.
Saran
Saran kami selama praktek lapang
Analisis Dan Studi Kelayakan Proyek yaitu
sebaiknya praktek lapang ini dilaksanakan
pada daerah yang memiliki areal peternakan
yang lebih luas terutama komoditi kerupuk
dangke, sehingga tidak menyulitkan
praktikan dalam mencari responden untuk
diwawancarai, dan agar praktikan dapat
lebih banyak mengetahui bagaimana
Kelayakan Usaha Kerupuk Dangke
Masyarakat Di Desa Sossok, Kecamatan
Anggeraja.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni. 2010. Aspek Resiko.
http://ocw.usu.ac.id. Di akses pada 10
April 2014.
Anonim. 2011. Analisis Usaha Ternak
Sapi Perah pada UD. Hadi Putra
Ngijo Karang Ploso Malang.
Program Studi Sosial Ekonomi
Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang.
Damandiri. 2010. Sosiologi Pedesaan.
http://blog.unila.ac.id/rone/matakulaih
/sosiologi-pedesaan/html. Di Askes
pada tanggal 15 April 2014
No
Jenis
penerimaan
Penerimaan/periode
1
Total
penerimaan 10.000.000
Total biaya
5.001.225

Pendapatan 4.998.775
Densi. 2011. Peningkatan usaha baru.
http://densitama.blogspot.com. Di
askes pada tanggal 20 April 2014.
Eka. 2008. Studi Kelayakan Bisnis.
Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Fachrudi, 2011. Aspek Ekonomi dan
Sosial dalam Studi Kelayakan
Bisnis. http://niia1993.blogspot. Com.
Di akses pada 25 April2014.
Haiz. 2012. Peningkatan Produksi
Dangke. http://haiz.a.wordpress.com.
Di akses pada 20 Maret 2014.
Koentjaranigrat. 1967. Bisnis Plan
Pengolahan Dangke Susu Sapi.
http://www.scribd.com. Di akses pada
10 April 2014.
Marzoeki. 1978. Dinamika Pembangunan
Pertanian Dan Pedesaan. Jurusan
Social Ekonomi Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat.
Pustaka Benua. Banjar Baru.
Rahim, M. 2013. Pemasaran Dangke.
http://www.muhrahim.blogspot.com.
Di akses pada 30 Maret 2014.
Sjaifudian. 1995. Studi kelayakan bisnis.
http://gieliciousblog.blogspot.com. Di
akses pada 15 April 2014.
Syapura. 2012. Perencanaan Bisnis
Kerupuk Susu. Pdf. Magister Ilmu
Peternakan. Universitas Jendral
Soedirman. Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai