Anda di halaman 1dari 313

RINGKASAN EKSEKUTIF

CAPAIAN KINERJA TAHUN 2011


Kementerian ESDM merupakan Kementerian yang memiliki lingkup tugas cukup luas,
setidaknya mencakup 4 bidang strategis yaitu: bidang migas, bidang ketenagalistrikan, bidang
mineral dan batubara, dan bidang energi baru, terbarukan dan konservasi energi serta bidang
lainnya.
Berdasarkan Perpres 24 tahun 2010 tentang Kedudukan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, tugas Kementerian
ESDM adalah menyelenggarakan urusan di bidang energi dan sumber daya mineral dalam
pemerintahan, untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Sedangkan dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian ESDM menyelenggarakan fungsi antara
lain: perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang energi dan sumber daya
mineral; pengelolaan barang milik kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
ESDM; pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian ESDM; dan pelaksanaan
kegiatan teknis yang berskala nasional.
Sesuai dengan tugas dan fungsi di atas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki
peran stategis dalam pembangunan nasional. Peran tersebut meliputi berbagai aspek yang
dalam pelaksanaannya membutuhkan adanya kerja sama dan koordinasi dengan seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders).
Sektor ESDM tetap menjadi andalan dan berpengaruh dalam mendukung pembangunan dan
perekonomian nasional, baik melalui sisi fiskal, moneter maupun sektor riil. Disamping itu sektor
ESDM juga memiliki peranan penting yaitu sebagai penjamin sumber pasokan (energi dan
minerba) yang didukung oleh harga energi yang terjangkau dan kemampuan meningkatkan
nilai tambah.
PERAN SEKTOR ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Dari sisi fiskal, sektor ESDM berkontribusi terhadap penerimaan negara (revenue) tapi di
sisi lain menimbulkan konsekuensi subsidi energi. Dari moneter, komoditas ESDM yang
bersifat adminestered price akan berperan terhadap besaran/dinamika inflasi nasional.
Sedangkan dari sektor riil, secara timbal balik, sektor ESDM berperan terhadap tumbuhnya
investasi dan di saat bersamaan juga membutuhkan investasi untuk berkembang.
Semua ini pada akhirnya akan menjadi landas gerak untuk pembangunan nasional yang
dilakukan melalui four tracks yaitu pertumbuhan (pro-growth), penciptaan lapangan kerja
(pro-job), pemerataan pembangunan dengan orientasi pengentasan kemiskinan (pro-poor),
dan kepedulian terhadap lingkungan (pro-environment).
Peran Kementerian ESDM tersebut juga dilaksanakan berdasarkan landasan hukum yang
sudah sesuai dengan hirarki. Dimulai dari landasan konstitusional yaitu UUD 1945 pasal 33
ayat 2, 3 dan 5, kemudian landasan kebijakan nasional yaitu RPJP dan landasan operasional
yang terdiri dari 5 Undang-undang dan peraturan turunannya sebagai amanat dari
peraturan yang lebih tinggi dan/atau dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi
penyelenggaraan negara.
Kinerja sektor ESDM secara umum dapat dinilai dari capaian indikator kinerja sektor ESDM
yang mencakup antara lain, penerimaan sektor ESDM, subsidi energi, investasi, pasokan
energi dan mineral, dan pembangunan daerah (Dana Bagi Hasil dan Community
Development). Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat dari kegiatan
atau capaian-capaian pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun berjalan
seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM,
penyelesaian permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.
KERANGKA LEGISLASI KESDM
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Peran Kementerian ESDM tersebut juga dilaksanakan berdasarkan landasan hukum yang
sudah sesuai dengan hirarki. Dimulai dari landasan konstitusional yaitu UUD 1945 pasal 33
ayat (2), (3) dan (5), kemudian landasan kebijakan nasional yaitu RPJP dan landasan
operasional yang terdiri dari 5 Undang-undang dan peraturan turunannya sebagai amanat
dari peraturan yang lebih tinggi dan/atau dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi
penyelenggaraan negara.
Dalam implementasi pola pikir pengelolaan energi dan sumber daya mineral nasional dijabarkan
menjadi 7 tujuan dan 14 sasaran strategis yang saling terkait untuk melaksanakan peran ESDM
sebagai penjamin sumber pasokan (energi dan minerba) yang didukung oleh harga energi yang
terjangkau dan kemampuan meningkatkan nilai tambah
PEMETAAN TUJUAN DAN SASARAN
Perwujudan tujuan dan sasaran strategis di atas membutuhkan proses perencanaan, pemantauan
dan evaluasi. Selanjutnya ukuran keberhasilan pencapaian kinerja sasaran strategis ini dilakukan
melalui penerapan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Sebagaimana terlihat dalam bagan di atas, kinerja utama Sektor ESDM dapat menjadi indikator keberhasilan
pembangunan nasional, antara lain: penerimaan negara, pembangunan daerah, investasi, subsidi, penyediaan energi
dan bahan baku domestik serta efek berantai termasuk menciptakan lapangan kerja, yang secara tidak langsung
akan memperbaiki Human Development Index (HDI).
LAKIP KESDM Tahun 2011 merupakan LAKIP tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis KESDM Tahun 2010-2014,
oleh sebab itu disamping melaporkan perbandingan antara capaian kinerja (performance results) dengan Rencana
Kinerja (Performance Plan) Tahun 2011, dalam LAKIP Tahun 2011 ini juga berisi informasi capaian kinerja yang
relevan dari capaian kinerja periode sebelumnya.
Pada Tahun 2011 ini, telah dilaksanakan berbagai upaya dalam rangka pelaksanaan kebijakan ESDM. Hasilhasil
capaian strategis dari berbagai kegiatan Kementerian ESDM selama kurun waktu tersebut diuraikan, sebagai
berikut:
Penggerak Utama Perekonomian Nasional
Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi sekitar 30% terhadap
penerimaan nasional. Pada tahun 2011, realisasi penerimaan sektor ESDM mencapai Rp. 352,15 triliun atau 29,4%
terhadap perkiraan penerimaan
nasional sebesar Rp. 1.199 triliun.
Penerimaan sektor ESDM tersebut,
bila dibandingkan dengan target
APBN-P 2011 yang sebesar Rp. 324
triliun, capaian kinerja mencapai
109%, sedangkan jika dibandingkan
dengan penerimaan tahun 2010
sebesar Rp. 289 triiliun adalah
sebesar 122%. Selanjutnya peran
atau kontribusi penerimaan negara
Penerimaan Nasional 100%
(1.199,5 Triliun)
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
sektor ESDMterhadap APBN adalah sebesar 29,4%, seperti dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini.
Secara rinci, grafik di bawah ini
menunjukkan bahwa trend
realisasi penerimaan sektor ESDM
dalam 6 tahun terakhir mengalami
pertumbuhan positif. Hal ini
menunjukkan bukti bahwa sektor
ESDM masih mempunyai peran
yang besar dalam penerimaan
APBN.
Minyak dan gas bumi masih
merupakan komoditi primadona,
dimana 77% penerimaan sektor
ESDM atau Rp 272 triliun berasal
dari penerimaan migas, dan
selebihnya Rp 77 triliun dari
pertambangan umum (22%), Rp. 0,55 triliun dari panas bumi (0,2%), dan Rp. 1,76 triliun dari penerimaan lainnya
(0,5%).
Peningkatan Produksi Energi Nasional
Untuk mendukung peningkatan kebutuhan energi nasional yang terus bertumbuh maka dibutuhkan adanya
peningkatan produksi energi dan sumber daya mineral secara berkelanjutan.
Secara umum, produksi minyak dan gas bumi tahun 2011 lebih rendah dibandingkan tahun 2010. Di sisi lain,
produksi batubara mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 6%. Namun, apabila energi fosil dilihat sebagai
satu kesatuan (as single comodity), produksi energi fosil mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010.
Produksi energi fosil Indonesia tahun 2011 ditargetkan sebesar 6.239 ribu BOEPD (Barel Oil Ekuivalen Per Day). Pada
realisasinya, produksi energi fosil Indonesia tahun 2011 mencapai 5.782 ribu BOEPD atau 93% terhadap target tahun
2011. Produksi energi fosil tersebut ekivalen dengan 101,5% realisasi tahun 2010 sebesar 5.698 ribu BOEPD.
Peningkatan tersebut berasal dari produksi batubara yang diperkirakan mencapai 293 juta ton atau 106%
dibandingkan tahun 2010 sebesar 275 juta ton. Secara rinci capaian kinerja sasaran ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
PRODUKSI ENERGI FOSIL
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Meningkatnya Jumlah Investasi Sektor ESDM
Peningkatan jumlah produksi ESDM tidak dapat di lepaskan dari pertumbuhan jumlah investasi. Dengan demikian
jelas bahwa untuk menjamin ketersediaan energi dan sumber daya mineral secara merata dan berkesinambungan
juga dibutuhkan adanya pertumbuhan jumlah investasi.
Total investasi sektor ESDM pada tahun 2011 mencapai US$ 27,11 miliar, angka ini masih dibawah target yang
diharapkan yaitu sebesar US$ 30,4 miliar. Hal tersebut menjadi lesson learned bagi Kementerian ESDM untuk
peningkatan kinerja kedepan. Namun jika dibandingkan dengan investasi tahun 2010 sebesar US$ 22.098 juta (year
to date), terdapat peningkatan investasi sebesar 23%.
Tidak tercapainya target investasi tahun 2011 ini antara lain disebabkan karena kegiatan operasi sektor ESDM
mengalami kendala seperti pengadaan lahan terutama bidang minyak dan gas bumi di daerah, dan izin dari
Pemerintah Daerah. Sementara bidang ketenagalistrikan, tidak tercapainya rencana investasi tahun 2011
disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek 10.000 MW Tahap I yang tidak sesuai jadwal akibat adanya
permasalahan-permasalahan seperti pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan
terlambatnya penerbitan DIPA SLA
Iklim investasi yang kondusif sangat penting bagi para pelaku usaha dan bagi Pemerintah sendiri, karena mayoritas
investasi di sektor ESDM berasal dari pendanaan swasta. Sebagai gambaran rencana investasi sektor ESDM tahun
2010-2014 diperkirakan sekitar Rp.
1.480 triliun. Mayoritas investasi
sektor ESDM dilakukan dari Non-
APBN yang terdiri dari swasta sekitar
Rp. 1.016 triliun dan BUMN sekitar
Rp. 384 triliun. Sedangkan porsi
pendanaan Pemerintah dalam
investasi tersebut hanya sekitar 5%
atau Rp. 80,7 triliun. Untuk tahun
2011, realisasi pendanaan Pemerintah
untuk investasi sektor ESDM hanya
sekitar 8,2% dari rata-rata total
investasi sektor ESDM sekitar Rp.
186,6 triliun.
Perkembangan nilai investasi sektor
energi dan sumber daya mineral,
sejak tahun 2005 sampai dengan
tahun 2011, dapat dilihat pada grafik di samping ini.
NILAI INVESTASI SEKTOR ESDM
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Berkurangnya Subsidi Energi Sehingga Mengurangi Beban APBN
Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi BBM dan listrik guna
mengurangi beban APBN. Dari tabel dibawah ini, dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 ini realisasi subsidi energi
yang terdiri dari BBM, LPG dan listrik keseluruhannya masih di bawah target yang ditetapkan.
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah subsidi BBM, BBNdan
LPG
Rp Triliun 129,7 168,2 70,3%
Ribu KL 40,49 41,42 97,7%
2. Jumlah subsidi Listrik Rp Triliun 65,6 93,3 57,8%
Perkembangan besarnya subsidi energi selama 6 tahun terakhir, terlihat pada grafik dibawah ini.
Besarnya subsidi BBM/LPG bervariasi
tiap tahunnya, tergantung dari
konsumsi dan harga minyak. Jumlah
subsidi BBM, BBN, dan LPG di tahun
2011 ini mencapai Rp 261,5 Triliun atau
66,1% dari target yang ditetapkan. Hal
tersebut disebabkan karena realisasi
subsidi BBM, BBN dan LPG yang jauh
dibawah kuota akibat penguatan nilai
kurs rupiah. Jika dibandingkan dengan
jumlah subsidi di tahun 2010, pada
tahun 2011 ini jumlah subsidi
mengalami peningkatan 70%, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat bertambahnya
jumlah kendaraan bermotor.
Pembangunan Daerah
Disamping sebagai kontributor penting terhadap penerimaan nasional, sektor ESDM juga turut mendukung
pembangunan daerah, antara lain melalui dana bagi hasil (DBH), kegiatan community development (comdev) dan
corporate social responsibility (CSR), listrik perdesaan, program Desa Mandiri Energi (DME) dan penyediaan air bersih
(pemboran air tanah).
Capaian kinerja pendukung pembangunan daerah adalah sebagai berikut:
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Sektor ESDM
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah dana bagi hasil sektor
ESDM
Rp Triliun 43,6 40,9 94%
2. Jumlah CSR sector ESDM Rp Miliar 1.565 1.658 106%
3. Jumlah jaringan distribusi Kms/ 15.813/ 17.306/ 104,65%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
listrik(kms) dan gardu distribusi
listrik
MVA 370 369,6
4. Jumlah desa mandiri energi
(DME)
DME 50 51 102%
5. Jumlah sumur bor daerah sulit air Titik Bor 255 260 102%
Dana bagi hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi, sebagaimana Undang-Undang Nomor 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah. DBH sektor
ESDM bersumber dari kegiatan minyak bumi,
gas bumi dan pertambangan umum, serta
panas bumi.
Dana Bagi Hasil (DBH) sektor ESDM pada
tahun 2011 ini mencapai sebesar Rp. 40,9
triliun yang terdiri dari minyak bumi Rp. 16,4
triliun, gas bumi Rp. 11,7 triliun,
pertambangan umum Rp. 12,3 triliun dan
panas bumi Rp. 0,5 triliun. Capaian DBH
tahun ini lebih rendah dari target yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 43,6% atau capaian
kinerjanya sebesar 94%.
Di sektor energi dan sumber daya mineral, community development (comdev) adalah bagian dari tanggung jawab
korporat (Corporate Social Responsibility) yang merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut
berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan.
Kegiatan comdev dilakukan antara lain melalui: Ekonomi (peningkatan pendapatan, perbaikan jalan, sarana
pertanian, pembangunan/perbaikan sarana ibadah), Pendidikan dan Kebudayaan (kelompok usaha, pelatihan,
perencanaan), Kesehatan (kesehatan terpadu, air bersih), Lingkungan (penanaman bakau, reklamasi) dan lainnya
(kegiatan sosial, penyuluhan, pembangunan sarana olah raga).
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pada tahun 2011 realisasi
dana Comdev dan CSR sektor
ESDM yang digunakan untuk
pengembangan Masyarakat
dan untuk mendukung
kegiatan-kegiatan sangat
penting di masyarakat
melampaui target yang telah
ditetapkan sebesar 106%,
yaitu dari target 1,6 Triliun
realisasinya mencapai Rp 1,7
Triliun. Dana Comdev dan CSR ini berasal dari perusahaan pertambangan umum, perusahaan migas dan perusahaan
listrik.
Desa Mandiri Energi (DME) merupakan program yang baru diluncurkan pada tahun 2007 dan merupakan terobosan
dalam mendukung diversifikasi energi dan penyediaan energi daerah perdesaan. Program ini terdiri dari DME
berbasis Bahan Bakar Nabati (BBN) dan non-BBN.
DME berbasis BBN antara lain menggunakan
bahan baku energi jarak pagar, kelapa, sawit
singkong dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-
BBN memanfaatkan sumber energi terbarukan
setempat antara lain mikrohidro, angin, surya dan
biomassa.
Pada tahun 2011 direncanakan pembangunan DME
sebanyak 50 desa, yang terdiri dari 35 DME
berbasis non-BBN dan 15 DME berbasis BBN.
Sampai dengan akhir Desember 2011, seluruh
pembangunan DME tersebut dapat terselesaikan,
bahkan sedikit melebihi target, yaitu 51 DME
karena adanya pengalihan jenis fisik dari PLT
Mikrohidro menjadi PLT Pikohidro (2 unit).
Sehingga total DME yang telah dibangun sejak
tahun 2009 sebanyak 191 DME.
Program pembangunan daerah lainnya, yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah
program penyediaan air bersih melalui pemboran air
tanah. Program tersebut dilakukan sejak tahun 1995
melalui pendanaan dari APBN. Sejak dimulainya
program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari
satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih
ini.
Pada tahun 2011 Kementerian ESDM menargetkan
sebanyak 260 lokasi titik bor yang dapat
direalisasikan, yang terdiri dari 255 titik/lokasi
No. Perusahaan
2009
(Rp Miliar)
2010
(Rp Miliar)
2011 (Rp Miliar)
Target Realisasi Capaian (%)
1. Perusahaan
Migas
215.5 425.0 266 178 67%
2. Perusahaan
Listrik
94.0 90.3 99 89 90%
3. Perusahaan
Pertambangan
Umum
1,002.4 952.2 1.200 1.391 116%
TOTAL 1,311.9 1,467.5 1.565 1.658 106%
KementerianEnergidanSumber Daya Mineral
Direktorat Jenderal Energi BaruTerbarukandanKonservasi Energi
EBTKEKESDM-2011
Riau
3 lokasi
Riau
1 lokasi
Kalteng
1lokasi
Sulut
1 lokasi
DMEBBN(SINGKONG)
PETA SEBARAN DME BBN 2011
Kalbar
1 lokasi
Kalbar
1 lokasi
Sulbar
1 lokasi
DMEBBN(NIPAH)
DMEBBN(BIOMAS)
DMEIMPLEMENTASI
BIOGASRT
Jabar
1 lokasi
Jateng
1 lokasi
NTB
1 lokasi
DIY
1 lokasi
Riau
2 lokasi
0
50
100
150
200
250
300
6 6 6
14
5 3 3 2
24
34
28
61
72
139
26
100
255
J
U
M
L
A
H

P
E
N
G
E
B
O
R
A
N
Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
pemboran air sumur dalam dan 5 titik/lokasi pemboran sumur pantau, untuk memenuhi kebutuhan air bersih di
daerah sulit air. Pelaksanaan kegiatan pem-boran tersebut menghasikan total debit air sebesar 2.256,12 liter/jam
dengan peruntukan sebanyak 626.700 Jiwa didaerah sulit air/desa tertinggal.
Meningkatnya Kemampuan Pemanfaatan Energi Terbarukan
Ketergantungan terhadap kebutuhan energi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan, sedangkan kemampuan
ketersediaan sumberdaya energi konvensional dari waktu ke waktu mengalami penurunan akibat ekploitasi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan pemanfaatan
energi alternatif. Capaian kinerja usaha ini dalam tahun 2011 adalah sebagai berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Pangsa energi primer untuk pembangkit
listrik
% 95,24 95,22 99,9
Pangsa Minyak Bumi % 12 19 158,3
Pangsa Gas Bumi % 30 26 86,7
Pangsa batubara % 49 46 93,9
Pangsa panas bumi % 4,24 4,22 99,5
2. Pangsa energi baru terbarukan lainnya % 7,08 7,08 100
Pangsa Tenaga Air % 7 7 100
Pangsa Bio Diesel Bio Energi % 0,08 0,08 100
Upaya pemanfaatan energi alternatif untuk
pembangkit tenaga listrik secara nasional dari
tahun ke tahun menunjukkan terjadinya
penurunan penggunaan BBM rata-rata 8% per
tahun, demikian pula halnya dengan penggunaan
batubara, gas, dan panas bumi sejak tahun 2007
sampai 2011 trend pertumbuhannya bergerak
positif dengan pertumbuhan rata-rata masing-
masing 2%, 8% dan 7% per tahun.
Selain hal tersebut diatas, dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan energi domestik, diversifikasi energi
merupakan program prioritas, khususnya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) atau energi alternatif non-
BBM. Pembangkit listrik EBT terdiri dari PLTP, PLTS, PLTB, PLTMH, Pikohidro dll dimana kapasitas terpasangnya
ditingkatkan terus setiap tahunnya. Pengembangan sumber-sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
meningkat setiap tahun.
Dalam tahun 2011 ini, pangsa energi baru terbarukan telah mencapai 7,08% dari keseluruhan pangsa energi
nasional, yang terdiri dari eergi air 7% dan bio diesel 0,08% .
Energi Primer
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Batubara 43% 35% 39% 38% 46%
Gas 19% 17% 25% 25% 26%
BBM 27% 36% 25% 22%
19%
Panas Bumi 3% 3% 3% 3% 4%
Air 8% 9% 8% 12% 7%
Bio Diesel 0% 0% 0% 0%
0.08%
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pemberdayaan Kapasitas Nasional
Terwujudnya pemberdayaan nasional diukur
melalui 2 indikator kinerja yaitu: penggunaan tenaga
kerja lokal dan penggunaan kandungan lokal (produk
dalam negeri).
Selanjutnya realisasi penggunaan tenaga kerja lokal
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sektor
ESDM adalah sebesar 55,5% dibandingkan target
48% atau melampaui target yang ditetapkan sebesar
115,6%. Begitu pula dengan penggunaan produk
dalam negeri (local content) yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan sektor ESDM di tahun 2011 ini
melebihi target yang ditetapkan sebesar 103%, atau dari target sebesar 48% terealisasi sebesar 55,5%.
Meningkatnya Kemampuan Pengungkapan dan Pemanfaatan Potensi ESDM
Kegiatan eskplorasi dan eksploitasi ESDM bukanlah pekerjaan yang mudah sebab umumnya potensi di sektor ini
berada di dalam perut bumi. Oleh sebab itu, dituntut kemampuan penguasaan teknologi yang tinggi. Terkait dengan
hal ini maka pemerintah berusaha untuk meningkatkan kemampuan pengungkapan dan pemanfaatan potensi ESDM
guna meningkatkan jumlah produksi yang akhirnya akan menjamin ketersediaan pasokan ESDM dalam negeri secara
berkesinambungan.
Selanjutnya, kegiatan eksplorasi dan eksploitasi ESDM harus didukung dengan penyediaan basis data yang baik
(misalnya berupa data usulan WKP, peta geologi, data dan informasi mitigasi), produk penelitian dan pengembangan
(misalnya berupa paten dan hak cipta, makalah dan pilot plant serta demo plant). Oleh sebab itu, capaian kinerja
sasaran ini juga digambarkan melalui berbagai indikator kinerja sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini:
No Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah peta geologi yang dihasilkan dan
digunakan
Peta 905 996 110%
2. Jumlah usulan Paten dan Hak Cipta Buah 6 6 100%
3. Jumlah masukan/rekomendasi kebijakan Rekomenda
si
43 43 100%
4. Pertambahan makalah Ilmiah yang
dipublikasikan dalam Jurnal Nasional maupun
Internasional dan Laporan Ilmiah
Makalah 96 140 145,8%
5. Jumlah pilot plant, demo plant atau
rancangan/produk rancang bangun penerapan
teknologi unggulan bidang Energi Dan Sumber
Daya Mineral
Pilot plant
31 31 100%
Terwujudnya Tata Kelola Kepemerintahan Yang Baik
Salah satu komitmen utama pemerintah yang dituangkan dalam RPJM 2010-2014 adalah perwujudan pemerintahan
yang baik (good governance). Keberhasilan hal ini dapat digambarkan melalui berbagai indikator antara lain: (1)
pengelolaan keuangan Negara melalui kualitas laporan keuangan; (2) penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan;
(3) penerapan manajemen berbasis kinerja. Secara umum hasil capaian kinerja dari sasaran-sasaran strategis yang
terkait dengan penerapan tata kelola pemerintahan yang baik telah menunjukkan capaian kinerja yang memuaskan.
Indikator kinerja Satua
n
Targe
t
Realisasi Capaia
n
1. Persentase Jumlah
Tenaga Kerja
Nasional Sektor
ESDM
% 95.95 99 103
2. Persentase
penggunaan barang
dan jasa produksi
dalam negeri
% 48 55.5 115.6
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sebagai contoh opini hasil audit BPK terhadap laporan keuangan KESDM adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
sedangkan capaian kinerja lainnya adalah:
No Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Penyelesaian LHP dan MHP
yang tepat waktu
LHP/ MHP 165 144 87.27%
2. Penyelesaian kasus atas
kewajiban penyetoran kepada
kas negara
Rp
US
33.625.839.669,
5
2.342
390.577.928
0
1,162 %
0
3. Opini BPK terhadap LK Opini WTP WTP 100%
Berdasarkan evaluasi internal atas LAKIP DESDM dapat disimpulkan bahwa meskipun secara umum realisasi kinerja
telah sesuai dengan harapan, namun masih diperlukan komitmen dan langkah-langkah strategis melalui penajaman
berbagai program dan kegiatan, sehingga hasil pembangunan sektor ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, guna menciptakan birokrasi yang efesien dan efektif,
Kementerian ESDM berkomitmen untuk melaksanakan reformasi birokrasi secara komprehensif sesuai dengan
Grand Design dan Roadmap Reformasi Birokrasi Nasional.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xx
DAFTAR ISTILAH . ........................................................................................................... xxiii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1. Isu dan Kondisi Lingkungan Strategis Terkait Pengelolaan ESDM .....................2
1.2. Ringkasan Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2006-2010.................................9
1.3. Peran dan Posisi KESDMSebagai Regulator....................................................24
1.4. Tugas dan Fungsi KESDM ...............................................................................26
BAB 2 RPJM 2010 2014 .................................................................................................... 31
2.1. Kondisi Umum ............................................................................................... 31
2.2. Visi dan Misi Pembangunan Nasional ............................................................ 33
2.3. Prioritas dan Sasaran Pembangunan Nasional ..............................................34
2.4. Permasalahan dan Sasaran Pembangunan .................................................... 35
2.5. Strategi dan Arah Kebijakan...........................................................................39
2.6. ProgramPembangunan dan Target Tahun 2011 Sektor ESDM .....................41
BAB 3 PERENCANAAN STRATEGIS .................................................................................44
3.1.Visi dan Misi ......................................................................................................45
3.2.Tujuan dan Sasaran Strategis ...........................................................................46
3.3.Indikator Kinerja Utama ...................................................................................................... 54
BAB 4 RENCANA KINERJA ....................................................................................................................57
4.1. Rencana Kerja PemerintahTahun 2011- Sektor ESDM ...................................................57
4.2.Kebijakan dan Strategi Tahun 2011- Sektor ESDM .........................................................60
4.3. Rencana Kinerja Tahun 2011 - Kementerian ESDM ...........................................66
BAB 5 AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................................72
5.1. Gambaran Umum Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 ..................................72
5.2. Capaian Indikator Kinerja Utama ..........................................................................73
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Tahapan Program Percepatan 10.000 MW Tahap II ..............................................3
Tabel 1.2. Proyeksi Pangsa Penyediaan Per Jenis Energi (%) .................................................5
Tabel 1.3. Program Konversi Minyak Tanah ke LPG .......................................................... 8
Tabel 1.4. Penghematan Setelah Program Konversi ...........................................................13
Tabel 1.5. Supply dan Demand Produksi Batubara............................................................ 18
Tabel 1.6. Perkembangan Produksi Mineral ..................................................................... 19
Tabel 1.7. Perkembangan Produksi Mineral ..................................................................... 19
Tabel 1.8. Perkembangan Pembangunan Ketenagalistrikan ........................................... 20
Tabel 1.9. Bauran Energi Untuk Pembangkit Tenaga Listrik ............................................ 20
Tabel 1.10. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM ......................................................................... 21
Tabel 1.11. Realisasi Anggaran KESDM 2006-2010 ........................................................... 24
Tabel 1.12. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral29
Tabel 1.13. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Menurut Pendidikan TMT 1 Maret 2011 ........................................................... 30
Tabel 2.1. Sasaran Pembangunan Nasional Sektor ESDM ............................................... 37
Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja .............................................................. 52
Tabel 3.2. Target Indikator Kinerja Utama ....................................................................... 55
Tabel 4.1. Rencana Investasi Sektor ESDM ...................................................................... 65
Tabel 4.2. Tujuan 1: Terjaminnya pasokan energy dan bahan baku domestik
domestik .......................................................................................................... 66
Tabel 4.3. Tujuan 2: Meningkatnya investasi sektor ESDM .............................................. 67
Tabel 4.4. Tujuan 3: Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan
Negara ............................................................................................................. 67
Tabel 4.5. Tujuan 4: Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam
Pembangunan daerah ..................................................................................... 67
Tabel 4.6. Tujuan 5: Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik .............. 67
Tabel 4.7. Tujuan 6: Peningkatan peran penting sektor ESDM dalam peningkatan surplus
Neraca perdagangan dengan mengurangi impor............................................. 68
Tabel 4.8. Tujuan 7: Terwujudnya peningkatan efek berantai/ketenagakerjaan............... 68
Tabel 5.1. Capaian Indikator Kinerja Utama ..................................................................... 73
Tabel 5.2. Daftar Penandatanganan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Tahun 2011............77
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.3. Penandatanganan KKS WK GMB Tahun 2011 .................................................. 79
Tabel 5.4. Potensi Wilayah Kerja Panas Bumi ................................................................... 80
Tabel 5.5. Perkembangan Produksi Uap PLTP.................................................................. 82
Tabel 5.6. Produksi Biodiesel dan Bioethanol .................................................................. 83
Tabel 5.7. DMO Batubara Tahun 2011 ............................................................................. 87
Tabel 5.8. Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Kerja Asing .............................................. 88
Tabel 5.9. Indikator Kinerja Pemberdayaan Kapasitas Nasional ...................................... 89
Tabel 5.10. Supply Demand BBM Indonesia ....................................................................... 90
Tabel 5.11. Perkembangan DME Tahun 2009 -2011 .......................................................... 91
Tabel 5.12. Indikator Kinerja Sasaran 1 .............................................................................. 93
Tabel 5.13. Produksi Energi Fosil ....................................................................................... 94
Tabel 5.14. Produksi Batubara Tahun 2011.........................................................................102
Tabel 5.15. DMO Batubara Tahun 2011 .............................................................................103
Tabel 5.16. Produksi Mineral ..............................................................................................104
Tabel 5.17. Supply Demand BBM Indonesia .......................................................................106
Tabel 5.18. Kapasitas Desain Kilang LPG yang Beroperasi di Indonesia .............................108
Tabel 5.19. Indikator Kinerja Sasaran 2............................................................................... 110
Tabel 5.20. Indikator Kinerja Sasaran 3 .............................................................................. 112
Tabel 5.21. Pangsa Energi Primer ...................................................................................... 113
Tabel 5.22. Proyeksi Pangsa Penyediaan Per Jenis Energi (%) ...........................................114
Tabel 5.23. Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2011 ........................................................ 115
Tabel 5.24. Kapasitas Terpasang PLT Bayu/Angin Per Provinsi .........................................116
Tabel 5.25. Indikator Kinerja Sasaran 4 .............................................................................. 117
Tabel 5.26. Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga ..................118
Tabel 5.27. Perkembangan Jumlah Sambungan Rumah yang Dialiri Gas Bumi...................118
Tabel 5.28. Perkembangan Jumlah Sambungan Rumah yang Dialiri Gas Bumi.....................122
Tabel 5.29. Perkembangan Pembangunan Ketenagalistrika................................................122
Tabel 5.30. Kapasitas Terpasang PLTP.................................................................................123
Tabel 5.31. Potensi Panas Bumi Indonesia 2011 (dalam Mwe)..............................................124
Tabel 5.32. Indikator Kinerja Sasaran 5 .............................................................................128
Tabel 5.33. Realisasi dan Target Elastisitas Energi Tahun 2009-2010....................................128
Tabel 5.34. Indikator Kinerja Sasaran 6.................................................................................132
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.35. Investasi Sub SektorKetenagalistrikan..................................................................137
Tabel 5.36. Investasi 2007 2011 dan Rencana 2012 Sub Sektor Mineral dan Batubara .........137
Tabel 5.37. Indikator Kinerja Sasaran .....................................................................................138
Tabel 5.38. Kontribusi Penerimaan Sektor ESDM Terhadap Penerimaan Nasional.................141
Tabel 5.39 Perkembangan Penerimaan Negara Sub Sektor Migas Tahun 2007 2011............142
Tabel 5.40. PNBP Subsektor Minerba 2007-2012....................................................................143
Tabel 5.41. Indikator Kinerja Sasaran ....................................................................................144
Tabel 5.42. Dana Bagi Hasil Sub Sektor Mineral Batubara......................................................146
Tabel 5.43. Jumlah Daerah Penghasil Migas Tahun 2011 dan 2012.........................................147
Tabel 5.44. Dana Bagi Hasil Sub Sektor Migas........................................................................147
Tabel 5.45. Penggunaan Dana Comdev dan CSR Sektor ESDM..............................................148
Tabel 5.46. Pertumbuhan Anggaran Community Development Sub Sektor
Mineral dan Batubara..........................................................................................149
Tabel 5.47. Pembangunan Gardu dan Jaringan Distribusi.......................................................151
Tabel 5.48. Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN..............................................................153
Tabel 5.49. Desa Mandiri Energi (DME) berbasis Non BBN......................................................153
Tabel 5.50. Jumlah Lokasi Pengeboran Air TanahTahun 2011.................................................154
Tabel 5.51. Lokasi Pemboran Air Tanah Tahun 2011...............................................................155
Tabel 5.52. Indikator Kinerja Sasaran 9 .............................................................................. 157
Tabel 5.53. Rencana dan Realisasi Volume BBM Bersubsidi ..............................................158
Tabel 5.54. Program Konversi Minyak Tanah ke LPG ........................................................161
Tabel 5.55. Subsidi BBN Tahun 2011 (Kilo Liter) ................................................................162
Tabel 5.56. Indikator Sasaran 10 ........................................................................................165
Tabel 5.57. Ekspor Minyak Bumi ........................................................................................165
Tabel 5.58. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi ..............................................................166
Tabel 5.59. Supply Deman BBM Indonesia ......................................................................... 167
Tabel 5.60. Impor Minyak Bumi Berdasarkan Negara Asal .................................................168
Tabel 5.61. Indikator Kinerja Sasaran 11 ............................................................................ 170
Tabel 5.62. Tenaga Kerja Nasional dan Asing Sub Sektor Migas ESDM ............................. 171
Tabel 5.63. Kekuatan Tenaga Kerja Sub Sektor Migas per Jenis Kegiatan ......................... 171
Tabel 5.64. Tenaga Kerja Sub Sektor Ketenagalistrikan Tahun 2010 ................................. 171
Tabel 5.65. Perbandingan Tenaga Kerja Asing dan Tenaga Kerja Lokal Sub Sektor Minerba172
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.66. Indikator Kinerja Sasaran 12 ...................................................................... 172
Tabel 5.67. Rasio Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Kerja Asing ............................... 173
Tabel 5.68. Nilai Rencana Impor Barang Operasi dan Intervensi Verifikasi Rencana
Kebutuhan Barang Impor 2006 2011 ....................................................... 173
Tabel 5.69. Tabel Pemanfaatan Barang dan Jasa Dalam Negeri ................................... 175
Tabel 5.70. Indikator Kinerja Sasaran 13 ...................................................................... 175
Tabel 5.71. Indikator Kinerja Sasaran 14 ...................................................................... 178
Tabel 5.72. Indikator Kinerja Sasaran 1 Penunjang ......................................................182
Tabel 5.73. Realisasi Penjualan BBM Non PSO ............................................................ 185
Tabel 5.74. Kuota BBM Tertentu ..................................................................................186
Tabel 5.75. Besaran Persentase Tarif Pengangkutan Gas Bumi Terhadap Volume
Gas Bumi yang Diangkut ...........................................................................194
Tabel 5.76. Realisasi Volume Gas Bumi yang Niagakan Setiap Badan Usaha ..............194
Tabel 5.77. Realisasi Volume Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Setiap Badan Usaha 195
Tabel 5.78. Indikator Kinerja Sasaran 2 Penunjang ......................................................196
Tabel 5.79. Status Kegiatan Gunung Api Tahun 2011 ..................................................204
Tabel 5.80. Gunung Api yang Dapat Dipantau Langsung dari Kantor PVMBG .............206
Tabel 5.81. Indikator Kinerja Sasaran 3 Penunjang ...................................................... 212
Tabel 5.82. Indikator Kinerja Sasaran 4 Penunjang ...................................................... 212
Tabel 5.83. Capaian Kinerja KESDM Tahun 2011 ......................................................... 215
Tabel 5.84. Realisasi Anggaran Kementerian ESDM ....................................................218
Tabel 5.85. Peraturan Perundang-Undangan ..............................................................220
Tabel 5.86. Rasio Berita Positif, Negatif dan Netral .....................................................222
Tabel 5.87. Indikator Kinerja Sasaran 5 Penunjang ......................................................223
Tabel 5.88. Indikator Kinerja Sasaran 6 Penunjang ...................................................... 227
Tabel 5.89. Blok yang Direkomendasikan Untuk Ditawarkan Kembali ........................229
Tabel 5.90. Perbandingan Komposisi Gas Produk Gasifikasi Batubara Penerapan dan
PKN Dengan Pereaksi Oksigen dan Oksigen/Steam .................................. 231
Tabel 5.91. Distribusi Kecepatan Arus Line 000 ......................................................... 233
Tabel 5.92. Indikator Kinerja Sasaran 7 Penunjang ......................................................245
Tabel 5.93. Realisasi Anggaran KESDM Tahun 2011 Per Unit Kerja Eselon I ................ 247
Tabel 5.94. Realisasi Anggaran KESDM Tahun 2011 Per Program ...............................248
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia dan Harga Minyak Mentah Dunia 1
Grafik 1.2. Produksi Minyak Indonesia Tahun 2011 .............................................................2
Grafik 1.3. Penerimaan Migas Indonesia .............................................................................2
Grafik 1.4. Perbandingan Realisasi Subsidi Energi vs Penerimaan Sektor Energi ................6
Grafik 1.5. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) ......................................9
Grafik 1.6. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia dan Harga Minyak Mentah Dunia 10
Grafik 1.7. Lifting/Produksi Minyak Bumi .......................................................................... 11
Grafik 1.8. Volume BBM Jenis Tertentu & LPG Tertentu ................................................... 11
Grafik 1.9. Jumlah Subsidi Listrik, BBM & LPG ..................................................................12
Grafik 1.10. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi Listrik Tahun 2000-2010 ............ 13
Grafik 1.11. Penerimaan Sektor ESDM ...............................................................................14
Grafik 1.12. Nilai Investasi Sektor ESDM ............................................................................ 15
Grafik 1.13. Perkembangan Subsidi Energi ......................................................................... 15
Grafik 1.14. Produksi Minyak Bumi .....................................................................................16
Grafik 1.15. Produksi Gas Bumi ........................................................................................... 17
Grafik 1.16. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM .........................................................................21
Grafik 5.1. Produksi Produksi Uap Tenaga Panas Bumi (Ton) ...........................................82
Grafik 5.2. Produksi Listrik Tenaga Panas Bumi (MWh) ....................................................82
Grafik 5.3. Pemanfaatan Gas Bumi ...................................................................................86
Grafik 5.4. Perkembangan Intensitas Energi Final Indonesia Tahun 2000 - 2010...............88
Grafik 5.5. Produksi Minyak Bumi dan Kondensat Indonesia/Bulan Tahun 2011................95
Grafik 5.6. Perbandingan Produksi Minyak Bumi Tahun 2006 - 2011.................................95
Grafik 5.7. Produksi Gas Bumi Tahun 2007 2011 .............................................................98
Grafik 5.8. Produksi Batubara 2007 2011 dan Rencana 2012 ........................................102
Grafik 5.9. Perkembangan Kapasitas Kilang ................................................................... 105
Grafik 5.10. Supply Demand BBM dan Rencana Pembangunan Kilang .............................106
Grafik 5.11. Produksi LPG 2006 2011 ............................................................................. 107
Grafik 5.12. Supply Demand LPG ...................................................................................... 107
Grafik 5.13. Produksi LNG Tahun 2006 2011 ..................................................................109
Grafik 5.14. Realisasi Penyaluran Gas Sektor Pupuk 2011 ................................................. 112
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Grafik 5.15. Kapasitas Terpasang PLT Bayu/Angin ........................................................... 116
Grafik 5.16. % Ratio Elektrofikasi .....................................................................................120
Grafik 5.17. Perkembangan Kapasitas Terpasang ............................................................. 121
Grafik 5.18. Perbandingan Intensitas Energi Primer Indonesia Dengan Negara Lain ........129
Grafik 5.19. Perkembangan Intensitas Energi Final Indonesia Tahun 2000 2010 ...........129
Grafik 5.20. Estimasi Emisi CO
2
Berdasarkan Sektor Pengguna Utama ........................... 130
Grafik 5.21. Nilai Investasi Sektor ESDM........................................................................... 133
Grafik 5.22. Perkembangan Investasi Sub Sektor Migas .................................................. 134
Grafik 5.23. Penerimaan Nasional ....................................................................................140
Grafik 5.24. Penerimaan Sektor ESDM ............................................................................. 141
Grafik 5.25. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP) .................................142
Grafik 5.26. Realisasi Penerimaan Negara Sub Sektor Migas ...........................................142
Grafik 5.27. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM Tahun 2009 dan 2011...................................... 145
Grafik 5.28. Kegiatan CSR Sub Sektor Ketenagalistrikan ................................................. 150
Grafik 5.29. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah .............................................................. 155
Grafik 5.30. Jumlah Masyarakat yang Dapat Menikmati Air Bersih .................................. 155
Grafik 5.31. Perkembangan Subsidi BBM/LPG dan Listrik ................................................ 157
Grafik 5.32. Kuota dan Realisasi Konsumsi BBM PSO 2011 ............................................... 158
Grafik 5.33. Neraca Perdagangan Sektor ESDM ...............................................................164
Grafik 5.34. Tenaga Kerja Nasional dan Asing Sub Sektor Migas ESDM ........................... 171
Grafik 5.35. Rencana Kebutuhan Barang Impor ................................................................ 174
Grafik 5.36. Hasil Pengukuran T1 dan T2 Secara Digital di Sumur Tiruan ..........................177
Grafik 5.37. Jumlah Surat Keterangan Terdaftar Migas Tahun 2011 ................................. 179
Grafik 5.38. Realisasi Volume Penjualan Gas Bumi Melalui Pipa ....................................... 195
Grafik 5.39. Rencana dan Realisasi Penerimaan Iuran Badan Usaha .................................196
Grafik 5.40. Rencana dan Realisasi Penerimaan Iuran Badan Usaha tahun 2006 - 2012 ...196
Grafik 5.41. Perbandingan Jenis Kegiatan dan Status Tahapan Penyelidikan ...................203
Grafik 5.42. Kejadian Gerakan Tanah Pada Tahun 2011 ..................................................205
Grafik 5.43. Jumlah Pengunjung Museum Kegeologian ...................................................208
Grafik 5.45. Kejadian Gerakan Tanah Peningkatan Status Gunung Api Indonesia Tahun 2011 208
Grafik 5.46. Temperatur Ruang Bakar dengan Menggunakan Spray Burner 3 .................230
Grafik 5.47. Realisasi PNBP di Lingkungan Badan Litbang ESDM ....................................244
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2011 .........................................2
Gambar 1.2. Peta Lokasi Program Percepatan 10.000 MW Tahap I ...................................3
Gambar 1.3. Peta Lokasi PLTP ...........................................................................................5
Gambar 1.4. Perizinan Panas Bumi Kawasan Hutan MOU Dengan Menteri Keuangan ...6
Gambar 1.5. Pengaturan BBM Bersubsidi........................................................................... 7
Gambar 1.6. Dasar Pemberian Subsidi Listrik..................................................................... 7
Gambar 1.7. Sarana dan Fasilitas Pendistribusian LPG.......................................................8
Gambar 1.8. Peta Cadangan Minyak Bumi .......................................................................16
Gambar 1.9. Peta Cadangan Gas Bumi ............................................................................. 17
Gambar 1.10. Peta Sumber Daya dan Cadangan Batubara ...............................................18
Gambar 1.11. Peta Sebaran Sumber Daya dan Cadangan Mineral Indonesia ....................19
Gambar 1.12. Peta Sebaran Desa Mandiri Energi ..............................................................22
Gambar 1.13. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah dan Jumlah Masyarakat yang Dapat
Menikmati Air Bersih....................................................................................23
Gambar 1.14. Pengelolaan Sub Sektor Migas.....................................................................24
Gambar 1.15. Pengelolaan Sub Sektor Ketenagalistrikan .................................................25
Gambar 1.16. Pengelolaan Sub Sektor Mineral Batubara dan Panas Bumi ........................25
Gambar 1.17. Tugas Pokok dan Fungsi KESDM ................................................................. 27
Gambar 1.18. Struktur Organisasi Kementerian ESDM .....................................................28
Gambar 1.19. Kekuatan PNS KESDM TMT Maret 2011 .....................................................29
Gambar 1.20. Kekuatan PNS KESDM Menurut Pendidikan ...............................................30
Gambar 3.1. Isu Strategis Terkait Pengelolaan ESDM......................................................44
Gambar 3.2. Hubungan antara Tujuan Strategis ..............................................................46
Gambar 3.3. Pemetaan Tujuan dan sasaran ..................................................................... 51
Gambar 3.4. Indikator Kinerja Utama KESDM..................................................................54
Gambar 4.1. Kebijkaan Energi dan Sumber Daya Mineral ................................................60
Gambar 4.2. Peta Cekungan Hidrokarbon Indonesia........................................................61
Gambar 4.3. Peta Cekungan Batubara dan CBM Indonesia ..............................................61
Gambar 4.4. Jalur Cepat Pengembangan BBN.................................................................62
Gambar 5.1. Proses pengukuran dan monitoring kinerja.................................................. 72
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.2. Penawaran Wilayah Kerja Migas Tahap I ................................................76
Gambar 5.3. Penawaran Wilayah Kerja Migas Tahap II ................................................76
Gambar 5.4. Peta Wilayah Kerja CBM di Indonesia ...................................................... 78
Gambar 5.5. Peta Perusahaan Komersial Bioethanol yang Memiliki Ijin Usaha ...........83
Gambar 5.6. Peta Perusahaan Komersial Biodiesel yang Memiliki Ijin Usaha...............83
Gambar 5.7. Kompor yang Menggunakan Bahan Bakar Biogas ..................................84
Gambar 5.8. Kilang LPG & LNG di Indonesia ...............................................................85
Gambar 5.9. Alokasi Gas Bumi Taun 2011 ....................................................................86
Gambar 5.10. Bahan Bakar Nabati ................................................................................. 87
Gambar 5.11. Bahan Bakar Nabati yang Digunakan Pada Pembangunan DME.............91
Gambar 5.12. Cadangan Minyak Bumi Indonesia Tahun 2011 .......................................96
Gambar 5.13. Pelaksanaan Batu Pertama Proyek Banyu Urip di Kabupaten Bojonegoro
Jawa Timur, 6 Desember 2011 . ...............................................................97
Gambar 5.14. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2011 ..................................99
Gambar 5.15. Persetujuan Percepatan Pengiriman Gas Dari West Natuna dan Tambahan
Pasokan ke PLN Jawa Barat Dalam Rangka Penghematan BBM . .........100
Gambar 5.16. Penandatanganan Principles of Agreement (POA) Terkait Rencana Eksplorasi
dan Eksploitasi Wilayah East Natuna di KESDM, 19 Agustus 2011 . .......100
Gambar 5.17. Cadangan Gas Bumi Indonesia Tahun 2011 ........................................... 101
Gambar 5.18. Penandatanganan Nota Kesepahaman Jual Beli CBM antara PT PLN (Persero)
Dan Virginia Indonesia Co. CBM Limited (VICO), di KESDM,
4 November 2011................................................................................... 101
Gambar 5.19. Kapasitas Kilang Minyak Indonesia ....................................................... 105
Gambar 5.20. Kilang LPG dan LNG di Indonesia ..........................................................109
Gambar 5.21. PLTMH Nirmala Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur ................... 115
Gambar 5.22. Metering Regulation Station (MR/S) Pipa Distribusi Gas Bumi
Untuk Rumah Tangga . .......................................................................... 119
Gambar 5.23. Tapping Pipa Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga....................... 119
Gambar 5.24. Regulation Sector (R/S) Pipa Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga 119
Gambar 5.25. Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga ..... 119
Gambar 5.26. Jaringan Distribusi Gas Kota .................................................................. 119
Gambar 5.27. Rasio Elektrifikasi Per Wilayah...............................................................120
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.28. Penandatanganan penugasan pembelian tenaga listrik kepada PT PLN
dan persetujuan harga jual tenaga listrik.............................................................121
Gambar 5.29. Kapasitas TerpasangPLTP...............................................................................123
Gambar 5.30. Penandatanganan MoU antara Menteri ESDM dengan Menteri
Kehutanan............124
Gambar 5.31. PLTP Lahendong Unit 4 .............................................................................125
Gambar 5.32. Lokasi Produksi Biogas Komunal Ciamis, Jawa Barat..........................................126
Gambar 5.33. PLTA Asahan, Sumatra Utara..............................................................................127
Gambar 5.34. PLTMH Suryalaya, Jawa Barat.............................................................................127
Gambar 5.35. PLT Angin, Nusa Penida Bali................................................................................127
Gambar 5.36. PLTS Bunaken.....................................................................................................127
Gambar 5.37. PLT Hybrid Pulau SeliuBangka...........................................................................127
Gambar 5.38. PLT Arus Laut......................................................................................................127
Gambar 5.39. Pencemaran Udara Oleh Asap Pabrik..................................................................129
Gambar 5.40.Pertemuan Indonesia-United States (U.S.) Energy Investment Roundtable
(EIR)....132
Gambar 5.41. Kegiatan Promosi Potensi Investasi Migas...........................................................136
Gambar 5.42.Sertifikat ISO 9001:2008......................................................................................136
Gambar 5.43. 50 Wilayah Kerja Panas Bumi..............................................................................138
Gambar 5.44.Daerah Penghasil Migas......................................................................................147
Gambar 5.45.Pengelolaan Sumur Tua......................................................................................150
Gambar 5.46.Kegiatan CSR Sub Sektor Ketenagalistrikan........................................................151
Gambar 5.47. Unit Pengolah bioethanol kapasitas 400 l/hari Desa Gandang Barat,
Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah....................................................152
Gambar 5.48.Unit Pengolah bioethanol kapasitas 400 l/hari Desa Gandang Barat,
Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.....................................................152
Gambar 5.49. Penandatanganan MoU Tentang Koordinasi Pelaksanaan Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang ESDM.. ............159
Gambar 5.50. Sosialisasi Penggunaan Alat Kendali (RFID) pada Kendaraan Angkutan Umum
Terminal Bus Senen, 20 Oktober 2011 .............................................................159
Gambar 5.51. Pelatihan Tenaga Penyuluh Lapangan Pengaturan BBM Bersubsidi Bagi
Supervisor SPBU di Wilayah Jakarta di KESDM, 25 April 2011 . ........................160
Gambar 5.52. Uji Coba Pemasangan RFID Sebagian dari Rangkaian Program Pengaturan BBM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Bersubsidi, di SPBU Nomor 3413102, daerah Matraman . ................................160
Gambar 5.53. Peta Program Konversi Minyak Tanah ke LPG ......................................... 161
Gambar 5.54. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi Listrik Tahun 2000 2010 ... 163
Gambar 5.55. Dasar Perhitungan Subsidi Listrik ............................................................. 163
Gambar 5.56. Neraca Minyak Bumi/BBM .......................................................................166
Gambar 5.57. Neraca Gas Bumi Tahun 2010 ................................................................... 167
Gambar 5.58. Diagram Rencana Pengembangan Alat .................................................... 176
Gambar 5.59. CBM 4 dan Hasil Produksi Gasnya .............................................................177
Gambar 5.60. Alat Analisis CBM ..................................................................................... 178
Gambar 5.61. Lokasi Penelitian Pemetaan Geologi Berbasis Penginderaan Jauh Tahun 2011 198
Gambar 5.62. Hasil Interpretasi Pemetaan Geologi Berbasis Penginderaan Jauh ..........198
Gambar 5.63. Lokasi Penelitian Cekungan Kendari Muna Button, Sulawesi Tenggara 199
Gambar 5.64. Lokasi Penelitian Cekungan Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah .............199
Gambar 5.65. Lokasi Penelitian Cekungan Wokam, Kep Aru Maluku .............................200
Gambar 5.66. Peta Usulan WKP Panas Bumi Tahun 2011 ...............................................201
Gambar 5.67. Peta Lokasi Penemuan Terbaru Panas Bumi Hasil Survei Pendahuluan 2011 202
Gambar 5.68. Transmisi Data Aktivitas Gunung Api Melalui Regional Center ................206
Gambar 5.69. Sistem Pemantauan Gunung Api di Indonesia Melalui Regional Center ...209
Gambar 5.70. Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2011 ...............................................214
Gambar 5.71. Sebaran Formasi Baong Top Matang (milisekon) .....................................228
Gambar 5.72. Idektifikasi Prospek Formasi Talang Akar .................................................229
Gambar 5.73. Uji Coba Pembakaran Dalam Ruang Bakar (Burner) ................................. 231
Gambar 5.74. Peralatan Pendukung Pilot Project .......................................................... 233
Gambar 5.75. Nilai T Pada Musim Barat di Kedalaman 600m, (Aghina drr 2011) .........234
Gambar 5.76. Diagram Rencana Pengembangan Alat ....................................................241
Gambar 5.77. Setting Prototipe Pembakar Siklon yang Terintegrasi Dengan
Sistem Konveyor Nyumatik .......................................................................242
Gambar 5.78. Konfigurasi Sistem Gasifikasi Biomasa Circulating Fluidized Bed ..............243
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
DAFTAR ISTILAH
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara
APBN-P Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan
BBG Bahan Bakar Gas
BBL Bahan Bakar Lain
BBM Bahan Bakar Minyak
BBN Bahan Bakar Nabati
BOEPD Barrels of Oil Equivalent Per Day
BOPD Barrels of Oil per Day
BP MIGAS Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
BPH MIGAS Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi
BPK Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BUMD Bahan Usaha Milik Daerah
BUMN Bahan Usaha Milik Negara
BUMS Badan Usaha Milik Swasta
CAR Capital Adequacy Ratio/Rasio Kecukupan Modal
CBM Coal Bed Methane
CNG Compressed Natural Gas
CSR Corporate Social Responsibility
DBH Dana Bagi Hasil
DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DME Desa Mandiri Energi
EBT Energi Baru Terbarukan
GDP Gross Domestic Product
GMB Gas Metana (Methane) Batubara
GSA Gas Sales Agreement
GWh Gigawatt hour
HoA Head of Agreement
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
HOMC High Octane Mogas Component
IKU Indikator Kinerja Utama
IPP Independent Power Producers
IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
ISO International Organization for Standardization
IUKU Ijin Usaha Ketenagalistrikan untuk Umum
KEN Kebijakan Energi Nasional
KK Kontrak Kerja
KKKS Kontraktor Kontrak Kerja Sama
KKS Kontrak Kerja Sama
KL Kilo Liter
KP Kuasa Pertambangan
KPK Komisi Pemberantas Korupsi
kWh Kilowatt Hour
LHP Laporan Hasil PEmeriksaan
LPG Liquefied Petroleum Gas
LNG Liquefied Natural Gas
M. Ton Metric Ton
MBCD Thousand Barrels Per Calendar Day
MBOPD Thousand Barrels of Oil Per Day
MBPD Million Barrels Per Day
MHP Momerandum Hasil Pemeriksaan
Mitan Minyak Tanah
MK Mahkamah Konstitusi
MMSCFD Million Metric Standard Cubic Feet per Day
MMTPA Million Metric Tonne Per Annum
MTPA Metric Tons Per Annum
MW Megawatt
MWe Megawatt electrical
NPL Non Performace Loan
PDB Produk Domestik Bruto
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
PEN Pengolahan Energi Nasional
PETI Pertambangan Tanpa Ijin
PKK Pengukuran Kinerja Kegiatan
PKP2B Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara
PKUK Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan
PLN Perusahaan Listrik Negara
PLT Pembangkit Listrik Tenaga
PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air
PLTB Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
PLTGU Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap
PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
PLTP Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya
PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak
POD Plan of Development
PPS Pengukuran Pencapaian Sasaran
PSO Public Service Obligation
Renstra Perencanaan Strategis
RKA Rencana Kerja Anggaran
RKA-KL Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
RKP Rencana Kerja Pemerintah
RKT Rencana KErja Tahunan
RON Real Octane Number
RPJM Rencana Kerja Jangka Menengah
RPJMN Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional
RSNI Revisi Standar Nasional Indonesia
SBM Setara Barel Minyak
SDM Sumber Daya Manusia
SNI Standar Nasional Indonesia
SPBU Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
TCF Trillion Cubic Feet
TKA Tenaga Kerja Asing
TKI Tenaga Kerja Indonesia
TLHP Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
TOE Tonne of Oil Equivalent
TSCF Triliun standar cubic feet
WDP Wajar Dengan Pengecualian
WKP Wilayah Kerja Pertambangan
WP Wilayah Pertambangan
WPN Wilayah Pencadangan Nasional
WTP Wajar Tanpa Pengecualian
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
1.1. Isu -isu Strategis Pengelolaan ESDM
ejolak ekonomi dunia masih didominasi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi
dunia pada kuarter kedua tahun 2011 termasuk Indonesia. Dampak tersebut telah
mempengaruhi kondisi nasional, khususnya terkait dengan pengelolaan sektor
energi dan sumber daya mineral. Secara umum setiap kenaikan harga minyak
mentah sebesar USD 1/barrel secara langsung akan menambah penerimaan
negara sebesar Rp. 3,50 Triliun, namun disisi lain subsidi akan bertambah sebesar Rp. 2,95 Triliun
dan Dana Bagi Hasil Migas Rp. 0,49 Triliun, sehingga masih diperoleh surplus sebesar Rp. 0,05
Triliun (Rp. 50 Miliar). Selain dampak langsung pada penerimaan dan subsidi minyak, kenaikan
penerimaan migas akan menaikkan total pendapatan APBN sehingga anggaran belanja untuk
Pendidikan dan belanja ke daerah yang berupa dana alokasi umum (DAU) akan meningkat juga,
sehingga secara menyeluruh keaikan harga minyak akan meningkatkan defisit APBN. Kemudian
dampak kenaikan harga minyak pada sektor riil, menyebabkan kenaikan harga BBM non subsidi
yang dikonsumsi oleh sektor industri. Hal ini berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi makro,
antara lain meningkatnya inflasi dan peluang penyalahgunaan BBM bersubsidi.
Dampak fluktuasi harga minyak dunia menunjukkan bahwa aspek keamanan energi (energy
security) memerlukan perhatian serius. Pengelolaan energi memerlukan paradigma baru yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri, penciptaan nilai tambah pemanfaatan
energi di dalam negeri, penekanan penggunaan energi yang lebih hemat, dan pengaturan harga
yang lebih mencerminkan nilai keekonomiannya, pengusahaan serta pertumbuhan ekonomi
daerah, termasuk pemanfaatan sumber-sumber energi primer setempat.
G
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
BAB I
PENDAHULUAN
PERKEMBANGAN HARGA MINYAK MENTAH INDONESIA DAN
MINYAK MENTAH UTAMA DUNIA
Merujuk pada kondisi di atas, maka penyediaan energi berupa upaya peningkatan ketahanan energi
harus terus dilakukan. Ketahanan energi dapat ditinjau dari tiga komponen utama, yaitu
ketergantungan terhadap energi impor, ketergantungan terhadap energi minyak, dan efisiensi
pemanfaatan energi. Dengan kata lain, ketahanan energi yang tinggi ditunjukkan dengan
rendahnya ketergantungan terhadap energi impor, rendahnya pemanfaatan minyak serta
pemanfaatan energi yang efisien.
Beberapa isu strategis terkait pengelolaan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral di tahun 2011,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Isu strategis sub sektor minyak dan gas bumi
Realisasi produksi minyak bumi sampai dengan akhir Desember 2011 diperkirakan sebesar 902
ribu BOPD atau 95% dari target APBN-P 2011. Beberapa tahun terakhir ini, produksi minyak
Indonesia dibawah 1 juta BOPD, mengingat mayoritas lapangan yang berproduksi saat ini
merupakan lapangan tua.
Grafik 1.1. Perkembangan Harga Minyak Metah Indonesia dan Minyak Mentah Dunia
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Namun dengan ditemukannya cadangan minyak di Blok Cepu (lapangan Banyu Urip) yang
cukup signifikan, diharapkan pada saat pengembangan lapangan Banyu Urip secara full scale
telah selesai, produksi minyak akan dapat kembali meningkat.
Produksi gas bumi tahun 2011 sesuai APBN-P ditargetkan sebesar 8.541 MMSCFD. Pada
realisasinya, produksi gas bumi tahun 2011 mencapai 8.443 MMSCFD atau 99% terhadap target
tahun 2011. Produksi gas tersebut ekivalen dengan 95% realisasi tahun 2010 sebesar 8.857
MMSCFD. Pada tahun 2011 ini, kebijakan alokasi gas untuk kebutuhan domestik (contracted
demand+potential demand) lebih diutamakan yaitu mencapai 58%, dari tahun ke tahun, ekspor
gas sudah mulai dikurangi, sebaliknya pemanfaatan domestik terus diintensifkan.
.
*) Status s/d Nop 2011 (Angka Produksi Net)
**) Penyaluran KKKS ke industri selain pengguna PGN
MMSCFD ( %)
P U P U K
615, 3
7 ,3
K IL AN G 89, 5 1 ,1
P E T . K IM IA
93, 5
1 ,1
K O N D E N S AS I 12, 8 0 ,2
L P G
38, 0
0 ,5
P G N 752, 7 8 ,9
P L N
721, 4
8 ,6
K R AK AT AU S T E E L 51, 6 0 ,6
IN D U S T R I L AI N * *
552, 1
6 ,6
C IT Y G AS
0, 20
0 ,0 0 2
P E M AK AI AN S E N D IR I 544, 6 6 ,5
S U B T O T A L D O M E S T I K 3 .4 7 1 ,9 4 1 ,2
F E E D K IL A N G L N G 3. 543, 7 4 2 ,0
L P G - 0 ,0
G AS P IP A 924, 5 1 1 ,0
S U B T O T A L E K S P O R 4 .4 6 8 ,2 5 3 ,0
L O S S E S 488, 3 5 ,8
T O T A L 8 .4 2 8 ,4 1 0 0
D O M E S T I K
E K S P O R
Grafik 1.2. Produksi Minyak Indonesia Tahun 2011 Grafik 1.3. Penerimaan Migas Indonesia
Produksi Dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2011
Gambar 1.1. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2) Isu strategis sub sektor ketenagalistrikan
Terkait dengan energi domestik, permintaan kebutuhan energi listrik meningkat tiap tahunnya
dengan pertumbuhan tahun 2011 mencapai 11%/tahun. Kebutuhan listrik selalu melebihi dari
kapasitas terpasang yang ada. Krisis ekonomi 1998/1999, memiliki dampak sangat luas bagi
pembangunan ketenagalistrikan. Krisis tersebut, menyebabkan tidak adanya investasi yang
masuk dan pertumbuhan kapasitas pembangkit terhambat. Bahkan proyek-proyek IPP pun
menjadi terhenti. Untuk mengejar pertumbuhan kebutuhan tersebut, dilakukan upaya antara
lain pembangunan pembangkit listrik dengan program 10.000 MW tahap I, 10.000 MW tahap II
dan IPP.
PROGRAM PERCEPATAN 10.000 MW TAHAP I
N o T a h a p a n P r o y e k
J u m l a h
P r o y e k K a p a s i t a s To t a l ( M W )
P r o y e k P L N
1 P e r s i a p a n 1 5 3 . 3 2 2
2 K o n s t r u k s i 4 1 5 4
3 B a t a l d i l a k s a n a k a n 2 7 4 0
T o t a l 2 1 4 . 2 1 6
P r o y e k I P P
1 P e r s i a p a n 6 3 4 . 7 5 7
2 D i u b a h m e n j a d i p r o y e k P L N 1 1 2 0
3 P r o s e s h u k u m d i P T U N 1 5 5
4 B a t a l d i l a k s a n a k a n 6 3 7 4
T o t a l 7 1 5 . 3 0 6
Jumlah seluruh proyek pada Program 10.000 MW tahap II adalah 92 proyek dengan total kapasitas 9.522 MW. Pada
tahun 2012, akan ada 3 proyek yang beroperasi secara, yaitu: PLTU Kota Baru 2x7 MW, PLTU Ketapang 2x10 MW, dan
PLTU Bau-Bau 2x10 MW
Gambar 1.2. Peta Lokasi Program Percepatan 10.000 MW Tahap I
Tabel 1.1. Tahapan Program Percepatan 10.000 MW Tahap II
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Rasio elektrifikasi tahun 2011 ditargetkan sebesar 70,4%, dan diperkirakan akan tercapai
sepenuhnya. Realisasi rasio desa berlistrik tahun 2011 lebih rendah dari target karena
banyaknya pemekaran desa. Kapasitas terpasang pembangkit listrik tahun 2011 ditargetkan
sebesar 37.884 MW. Pada realisasinya, kapasitas terpasang pembangkit tahun 2011
diperkirakan mencapai 37.353 MW atau 99% terhadap target tahun 2011.
Pada tanggal 1 November 2011, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM), Jero Wacik
menandatangani surat penugasan pembelian tenaga listrik yang bersumber dari pembangkit
panas bumi kepada PT. PLN (Persero) dan persetujuan harga jual tenaga listrik kepada pihak
swasta.
Dengan telah ditandatanganinya penugasan dan persetujuan harga jual tenaga listrik tersebut,
selanjutnya pengembang listrik swasta akan melakukan penandatanganan Power Purchase
Agreement (PPA) dengan PT. PLN (Persero), dan akan dilanjutkan dengan pembangunan sarana
dan prasarana yang diharapkan pada sekitar tahun kedua pembangkit baru tersebut sudah ada
yang beroperasi
Dengan telah beroperasinya pembangkit tersebut, maka akan meningkatkan jumlah
ketersediaan daya listrik sekitar 430 MW yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, yang
pada gilirannya akan meningkatkan hajat hidup masyarakat serta memajukan sektor
perekonomian.
3) Isu strategis sub sektor mineral dan batubara
Produksi batubara pada APBN-P 2011 ditargetkan sebesar 327 juta ton. Pada realisasinya,
produksi batubara tahun 2011 diperkirakan mencapai 293 juta ton atau 89% terhadap target
tahun 2011. Produksi Batubara 2011 hanya mencapai 89% dikarenakan belum semua data IUP
terkumpul dan saat ini sedang dalam proses pengumpulan data IUP untuk mendapatkan data
IUP yang lengkap. Data IUP yang tersaji adalah yang tercatat dan dilaporkan secara resmi ke
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara c.q Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara.
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, ketentuan dalam Pasal KK dan PKP2B harus disesuaikan (renegosiasi),
adapun untuk Kuasa Pertambangan (KP) berubah menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Dari 37 KK yang melakukan renegosiasi, saat ini 9 KK telah menyetujui seluruh materi
renegosiasi (amandemen kontrak untuk 5 KK siap ditandatangani pada Februari 2012), 23 KK
setuju sebagian materi renegosiasi, dan 5 KK belum setuju seluruh materi renegosiasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Dari 74 PKP2B yang melakukan renegosiasi, saat ini 60 PKP2B telah menyetujui seluruh materi
renegosiasi (amandemen kontrak untuk 8 PKP2B siap ditandatangani pada Februari 2012) dan
14 PKP2B belum menyetujui seluruh materi renegosiasi.
Jumlah IUP yang terinventarisir sebanyak 10.235 IUP dan yang sudah berstatus clear and clean
sampai dengan 2 Maret 2012 adalah sebanyak 4.151 IUP.
4) Isu strategis sub sektor Energi Baru Terbarukan
Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang
merupakan bahan bakar tidak terbarukan, dan beralih untuk pengembangan potensi Bahan
Bakar Nabati (BBN), Pemerintah melalui Perpres 5 Tahun 2006 menetapkan target penggunaan
BBN sebesar 5% dari total konsumsi energi pada tahun 2025.
Kemudian untuk mendukung Perpres 5 Tahun 2006 tersebut dan dalam rangka diversifikasi
energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM dengan persentase
tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata
Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga dicampurkan dengan
BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan
bioetanol dengan bensin Premium. Prospek pengembangan bahan bakar nabati sangat
memungkinkan, terutama karena potensi ketersediaan lahan dan keanekaragaman bahan
baku.
Selain itu dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan energi domestik di sub sektor
ketenagalistrikan, diversifikasi energi merupakan program prioritas, khususnya pengembangan
energi baru terbarukan (EBT) atau energi alternatif non-BBM. Pembangkit listrik EBT terdiri dari
PLTP, PLTS, PLTB, PLTMH, Pikohidro dll dimana kapasitas terpasangnya ditingkatkan terus
setiap tahunnya. Pengembangan sumber-sumber energi dalam rangka diversifikasi energi
meningkat setiap tahunnya.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pada tahun 2011 pemanfaatan energi baru terbarukan yang terdiri dari tenaga air, Biomassa,
Surya (Matahari), Angin (Bayu), Hybrid, serta arus laut telah digunakan sebagai pembangkit
tenaga listrik dan menunjukkan kemajuan yang cukup tinggi. Dalam tahun 2011 ini pangsa
energi baru terbarukan telah mencapai 12% dari keseluruhan pangsa energi nasional. Dan
ditargetkan pada tahun 2025 pangsa EBT dapat mencapai 25% dari kseluruhan pangsa energi
nasional.
Khusus Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi telah memperlihatkan peningkatan kinerja
lebih dulu dari pada sumber EBT lainnya. Pada tahun 2011 Kapasitas Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) dalam APBN P ditargetkan sebesar 1.209 MW dan realisasinya
mencapai 1.226 MW atau 101% terhadap target tahun 2011.
SI BAYAK 12 MW
LAHENDONG 60 MW
DI ENG 60 MW
SALAK 375 MW
W. WI NDU 227 MW
DARAJAT 260 MW
KAMOJANG 200 MW
KAPASITAS TERPASANG PLTP
Tabel 1.2. Proyeksi Pangsa Penyediaan Per Jenis Energi (%)
Gambar 1.3. Peta Lokasi PLTP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
5) Pengendalian Subsidi Energi
Subsidi energi yang terdiri dari BBM/LPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka
meningkatkan daya beli masyarakat dan mendukung aktifitas perekonomian. Di sisi lain subsidi
energi juga mengambil porsi yang cukup besar dalam APBN. Dapat dibayangkan jika anggaran
subsidi tersebut dipergunakan untuk pembangunan sektor lain yang lebih penting, seperti
transportasi umum, pendidikan, kesehatan, subsidi pangan, perawatan/pembangunan
infrastruktur, jalan, dan bantuan sosial, tentu dampak ekonominya juga baik. Namun perlu
disadari bahwa pergeseran subsidi energi menjadi subsidi langsung atau untuk anggaran sektor
lain, memiliki dampak politik dan sosial yang lebih tinggi. Sehingga upaya perlu dilakukan
secara bertahap.
Untuk tahun 2011, subsidi energi dialokasikan sebesar Rp 195,2 triliun yang terdiri dari subsidi
BBM/LPG sebesar Rp. 129,7 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp. 65,5 triliun. Sampai dengan
akhir Desember 2011,
diperkirakan subsidi
energi akan melampaui
target, dengan rincian
subsidi BBM/LPG akan
mencapai Rp. 168,2
triliun atau 130% dari
alokasi pada APBN-P
2011.
Grafik 1.4. Perbandingan Realisasi Subsidi Energi vs Penerimaan Sektor ESDM
2006 2007 2008 2009 201 0 201 1
Total Subsi di Energi 98 , 1 121,1 221, 1 118,5 140, 4 261 , 5
Peneri maan sektor ESDM 222, 1 225, 2 349, 5 238 , 0 289 , 3 352, 2
0
50
100
1 50
200
250
300
350
400
R
p
.
T
r
i
l
i
u
n
Gambar 1.4. Perizinan Panas Bumi Kawasan Hutan MOU Dengan Menteri Keuangan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Secara umum, lebih tingginya realisasi subsidi energi tersebut disebabkan karena lebih
tingginya perkiraan realisasi ICP rata-rata dari APBN-P 2011 sebesar 95 USD/Barrel menjadi 111
USD/Barrel. Selain itu, kurs yang semula diperkirakan sebesar Rp. 8.700,- (APBN-P 2011)
diperkirakan akan menjadi Rp. 8.734,-. Namun demikian, meskipun subsidi energi lebih tinggi
dari target APBN-P 2011, tetapi kontribusi sektor ESDM terhadap penerimaan nasional masih
jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi subsidi energi.
a) Subsidi BBM
Berdasarkan UU No. 22 tahun 2011 tentang APBN 2012, Pemerintah diminta untuk melakukan
pengendalian subsidi BBM melalui: Pengalokasian BBM bersubsidi secara lebih tepat sasaran
yang dilakukan dengan membatasi jumlah pengguna BBM bersubsidi serta memberikan
alternatif bahan bakar sebagai
pengganti BBM bersubsidi; dan
Pengendalian konsumsi BBM
bersubsidi yaitu dengan menurunkan
volume konsumsi (kuota) BBM
bersubsidi.
Pemerintah menyadari bahwa subsidi
yang sebetulnya merupakan hak
masyarakat ekonomi lemah ke bawah,
penyalurannya masih banyak yang
kurang tepat sasaran, sehingga juga dinikmati oleh masyarakat yang mampu secara ekonomi.
Oleh karena itu, kebijakan penataan ulang sistem penyaluran subsidi yang telah dilakukan pada
tahun 2011 dan akan tetap dilanjutkan dalam tahun 2012. Volume BBM bersubsidi,
dikendalikan antara lain melalui: optimalisasi program konversi minyak tanah ke LPG tabung 3
kg; peningkatan pemanfaatan energi alternatif seperti Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Bahan
Bakar Gas (BBG); serta pembatasan volume konsumsi secara bertahap.
Realisasi volume BBM bersubsidi s.d. November 2011 sebesar 38 juta KL dan sampai dengan
akhir Desember 2011 diperkirakan mencapai lebih dari 41 juta KL. Lebih tingginya realisasi
subsidi BBM utamanya disebabkan karena konsumsi BBM bersubsidi mencapai 41 juta KL atau
lebih tinggi dari kuota sebesar 40 juta KL. Meskipun upaya-upaya pengawasan dan sosialisasi
BBM bersubsidi telah dilakukan namun belum bisa menahan tingginya konsumsi BBM yang
dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan kendaraan dari yang diperkirakan dan tumbuhnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun demikian, Pemerintah terus menerus melakukan
upaya pengendalian BBM bersubsidi dimana rencananya akan dilakukan program pengaturan
BBM bersubsidi pada tahun 2012 yang persiapannya sudah mulai dilakukan sejak tahun 2010 dan
sepanjang tahun 2011 ini.
Gambar 1.5. Pengaturan BBM Bersubsidi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Over kuota terjadi pada jenis BBM Premium dan Solar berturut-turut sekitar 3% dan 0,1% yang
disebabkan antara lain karena pertumbuhan jumlah kendaraan di atas rata-rata, tingginya harga
minyak dunia yang menyebabkan disparitas harga BBM bersubsidi dengan non-subsidi sehingga
memicu konsumen bermigrasi dari BBM non-subsidi ke BBM bersubsidi dan penyalahgunaan
BBM utamanya ke industri. Sedangkan untuk minyak tanah, telah berhasil dilakukan
penghematan konsumsi sebesar 3,4% dari kuota APBN-P. Hal tersebut utamanya karena
berhasilnya program konversi minyak tanah ke LPG.
b) Subsidi listrik
Subsidi listrik yang diperkirakan mencapai
Rp. 93,3 triliun atau 142% lebih tinggi dari
APBN-P 2011.Lebih tingginya realisasi
subsidi listrik tahun 2011 dibandingkan
APBN-P 2011, juga disebabkan karena
target pasokan gas sebesar 320 TBTU
hanya tercapai sebesar 284 TBTU. Selain
itu, mundurnya penyelesaian beberapa
PLTU pada Proyek 10.000 MW Tahap I,
repowering PLTU Batubara reguler, dan
menurunnya capacity factor, sehingga target semula pasokan batubara sebesar 37 juta ton
diperkirakan terealisasi 29 juta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran subsidi listrik antara lain: Nilai tukar Rupiah, Harga
crudi oil (ICP), Pertumbuhan penjualan listrik, Susut jaringan, Marjin usaha; Biaya Pokok
Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik; dan Tarif Tenaga Listrik.
c) Subsidi BBN
Prospek pengembangan bahan bakar nabati sangat memungkinkan, terutama karena potensi
ketersediaan lahan dan keanekaragaman bahan baku. Namun, untuk mengantisipasi harga
BBN yang terkadang lebih tinggi dibandingkan BBM, maka diperlukan subsidi BBN.
Berdasarkan APBN 2011 dan APBN-P 2011 dialokasikan subsidi BBN, sebagai berikut:
Bioetanol (1%) sebesar Rp 2.000/liter dengan kuota sebesar 4 ribu Kilo Liter , dan subsidi
sebesar Rp.8 miliar.
Biodiesel (5%) sebesar Rp. .2.000/liter dengan kuota sebesar 600 ribu Kilo Liter , dan
subsidi sebesar Rp. 1,3 triliun.
Realisasi subsidi BBN untuk tahun 2011 mencapai Rp. 673,15 miliar dengan volume BBN
yang tersalurkan sebesar 336,6 ribu Kilo Liter atau 56% terhadap target tahun 2011.
Sedangkan produksi bioetanol belum dapat direalisasikan sama sekali karena harga indeks
pasar bioethanol terlalu rendah, sehingga tidak ada produsen yang memasok ke Pertamina.
Gambar 1.6. Dasar Pemberian Subsidi Listrik
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 1.3. Program Konversi Minyak Tanah ke LPG
Gambar 1.7. Sarana dan Fasilitas Pendistribusian LPG
d) Subsidi LPG
Dalam rangka melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG, berdasarkan APBN dan
APBN-P tahun 2011 direncakanan isi ulang/refill LPG 3 kg sebesar 3,52 juta Metrik Ton. Realisasi
distribusi isi ulang/refill sebesar 3,28 juta MT status November 2011 atau mencapai 98,2% dari
target. Program konversi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini, telah berhasil
mendistribusikan paket sebanyak 53.287.342 untuk rumah tangga, dan refill sebesar 7.997 ribu
MT.Nett penghematan setelah dikurangi biaya konversi s.d Juli 2011 mencapai Rp. 37,55 triliun.

Uraian Satuan 2007 2008 2009 2010


2011
Akumul
asi
APBN-P Realisasi
Distribusi Paket
Perdana
Ribu
Paket
3.976 15.078 24.355 4.715 - - 53.287
Isi Ulang/Refill Ribu
MTon
21 547 1.767 2.714 3.522 3.283 7.997
Nett
Penghematan
Rp.
Triliun
37,55
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
1.2. Ringkasan Kinerja Sektor ESDM Tahun 2006-2010

Kinerja sektor ESDM secara umum dapat dinilai dari capaian indikator kinerja sektor ESDM
yang mencakup antara lain asumsi makro sektor ESDM, penerimaan sektor ESDM, subsidi
energi, investasi, pasokan energi dan mineral, dan pembangunan daerah (Dana Bagi Hasil
dan Community Development). Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat
dari kegiatan atau capaian-capaian pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun
berjalan seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM,
penyelesaian permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.
1) Capaian Kinerja Asumsi Makro
Asumsi makro merupakan indikator yang berpengaruh terhadap postur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) secara keseluruhan. Beberapa asumsi makro APBN
yang terkait langsung dengan sektor ESDM meliputi harga minyak mentah Indonesia
(Indonesian Crude Price/ICP), Lifting minyak bumi, Volume Bahan Bakar Minyak (BBM)
bersubsidi, Subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN), Volume Liquified Petroleum Gas (LPG)
bersubsidi, dan subsidi listrik. Khusus untuk subsidi listrik akan dibahas pada sub bab subsidi
energi.
a) Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP)
Perkembangan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) sejak tahun 2005 sampai
dengan 2007 memperlihatkan kenaikan yang signifikan yaitu rata 15% per tahun, namun
pada tahun 2008 meningkat tajam dari US$ 69,69/barrel menjadi US$ 101,31/barrel atau
meningkat sebesar 45% ini disebabkan karena Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingginya harga minyak antara lain: musim dingin ekstrim di Eropa dan Amerika
menyebabkan tingginya permintaan minyak mentah; krisis politik di Timur Tengah dan
Afrika Utara; Melemahnya nilai tukar dollar terhadap beberapa mata uang utama dunia;
menurunnya stok minyak mentah di Amerika Serikat dan Eropa, terhentinya suplai
minyak dari jalur pipa Trans Alaska akibat terjadi kebocoran. Selanjutnya pada tahun
2009 harga minyak mentah Indonesia kembali anjlog pada angka US$ 58,55/barrel.
Kemudian pada akhir desember Pada akhir Desember 2010 kembali meningkat mencapai
US$ 78/barrel. Ini disebabkan karena kebutuhan minyak dunia sebesar 88 Juta Barel per-
hari, pasokan 89 juta barel per-hari, Kapasitas cadangan produksi OPEC sebesar 6 juta
Barel per hari yang siap diproduksikan dalam waktu yang singkat, cadangan komersial di
negara-negara OECD pada akhir Desember yang lalu dilaporkan masih dapat memasok
selama 57,5 hari (lebih tinggi dari rata-rata 5 tahun yg lalu 54,6 hari). Trend perkembangan
harga minyak mentah Indonesia dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Grafik 1.5. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP)
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul i Ags Sep Okt Nov De s
US$ per bar el
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Secara umum setiap kenaikan harga minyak mentah sebesar USD 1/barrel secara langsung akan
menambah penerimaan negara sebesar Rp. 3,50 Triliun, tetapi subsidi akan bertambah sebesar
Rp. 2,95 Triliun dan Dana Bagi Hasil Migas Rp. 0,49 Triliun, sehingga masih diperoleh surplus
sebesar Rp. 0,05 Triliun (Rp. 50 Miliar). Selain dampak langsung pada penerimaan dan subsidi
minyak, kenaikan penerimaan migas akan menaikkan total pendapatan APBN sehingga
anggaran belanja untuk Pendidikan dan belanja ke daerah yang berupa dana alokasi umum
(DAU) akan meningkat juga, sehingga secara menyeluruh keaikan harga minyak akan
meningkatkan defisit APBN.
Grafik 1.6. Perkembangan Harga Minyak Metah Indonesia dan Minyak Mentah Dunia
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Dampak kenaikan harga minyak pada sektor riil, yaitu kenaikan harga BBM non subsidi yang
dikonsumsi oleh sektor industri. Hal ini berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi makro,
antara lain meningkatnya inflasi dan peluang penyalahgunaan BBM bersubsidi.
Untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak dunia perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
Peningkatan pengawasan penyediaan dan pendistribusian BBM bersubsidi untuk
mengantisipasi penyelewengan penggunaannya akibat kenaikan harga BBM non subsidi.
Untuk menjaga agar kuota volume BBM bersubsidi tidak terlampaui (38,59 juta kilo liter).
Penerapan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi yang telah disepakati dengan Komisi VII
DPR RI tanggal 13 Desember 2010.
Untuk menjaga subsidi listrik tidak mengalami kenaikan dari rencana subsidi sebesar Rp. 40,7
Triliun, dapat dilakukan melalui penambahan pasokan gas untuk pembangkit PLN dan
mempercepat penyelesaian program 10.000 MW tahap I.
Mengusulkan kepada Badan Anggaran DPR melalui Kementerian Keuangan untuk
mencadangkan anggaran dari windfall profit penerimaan migas untuk penanggulangan
kenaikan subsidi BBM dan listrik serta kenaikan BBM non subsidi untuk sektor riil lainnya.
b) Lifting/Produksi Minyak Bumi
Perkembangan lifting minyak bumi sejak tahun 2000 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada
grafik di bawah ini, dimana sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 produksi/lifting
minyak minyak terus menurun dengan decline rate sekitar 10 persen per tahun. Namun,
decline rate ini dapat diturunkan menjadi sekitar 1 persen pada tahun 2006, sekitar 4 persen
pada tahun 2007, dan akhirnya produksi minyak dapat meningkat sekitar 3 persen pada
tahun 2008. Pada tahun 2010, produksi minyak terus menurun mencapai sebesar 944.9 ribu
barel per hari.
Grafik 1.7. Lifting/Produksi Minyak Bumi
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Total 1.413 1.340 1.249 1.14 1.09 1.06 1.005 954,4 976,8 948,8 944,9
Mi nyak 1.272 1.208 1.117 1.01 965, 934, 883,0 836,0 853,8 826,5 823,7
Kondensat 141,4 131,9 131,8 133, 128, 127,3 122,6 118,4 123,0 122,3 121,2
R
i
b
u

B
a
r
e
l

P
e
r
h
a
r
i
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Upaya-upaya strategis yang telah dilakukan untuk mencapai target antara lain:
Mendorong optimasi produksi pada lapangan eksisting termasuk penerapan EOR.
Meningkatkan kehandalan peralatan produksi dengan preventive/predictive maintenance
untuk mengurangi unplanned shutdown.
Melaksanakan percepatan pengembangan lapangan baru, dan lapangan /struktur idle
Pertamina EP.
Meningkatkan koordinasi untuk penyelesaian masalah yang terkait dengan regulasi,
perijinan dan tumpang tindih lahan dan keamanan.

c) Volume Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi


Sebagaimana diketahui, bahwa BBM
bersubsidi terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium,
Minyak tanah dan Solar. Kuota volume BBM
bersubsidi 2010 mencapai 38,59 juta KL.
Pelaksanaan pendistribusian BBM bersubsidi
dilaksanakan oleh PT Pertamina selaku
badan usaha yang mendapatkan Penugasan
Penyediaan dan Pendistribusian BBM
bersubsidi (Public Service Obligation/PSO),
dan untuk tahun 2010 PT AKR Corporindo
dan PT Petronas Indonesia ikut
mendampingi PT Pertamina dalam
menyalurkan BBM bersubsidi untuk
beberapa wilayah di luar Jawa Bali meskipun dengan volume yang kecil. Jika dibandingkan
dengan jumlah subsidi di tahun 2009, pada tahun 2010 ini jumlah subsidi mengalami peningkatan
yang hampir 2 kali lipat, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk
BBM/LPG dan listrik masih diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan
aktivitas perekonomian. Besarnya subsidi BBM/LPG bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari
konsumsi dan harga minyak. Grafik di samping ini menunjukkan perkembangan subsidi BBM
dalam 5 tahun terakhir. secara ringkas grafik ini menunjukkan kecenderungan penurunan
subsidi BBM dan juga pada subsidi listrik. Namun demikian khusus dalam tahun 2008 terdapat
lonjakan subsidi yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia sebagai akibat dari
invasi Amerika ke Irak.
Grafik 1.8. Volume BBM Jenis Tertentu & LPG Tertentu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Jumlah subsidi BBM, BBN, dan LPG
di tahun 2010 ini mencapai Rp
88,89,35 Triliun. Hal tersebut
disebabkan karena realisasi subsidi
BBM, BBN dan LPG yang jauh
dibawah kuota akibat penguatan
nilai kurs rupiah.
d) Subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN).
Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang
merupakan bahan bakar tidak terbarukan, dan beralih untuk pengembangan potensi Bahan
Bakar Nabati (BBN), Pemerintah melalui Perpres 5 Tahun 2006 menetapkan target penggunaan
BBN sebesar 5% dari total konsumsi energi pada tahun 2025. Prospek pengembangan bahan
bakar nabati sangat memungkinkan, terutama karena potensi ketersediaan lahan dan
keanekaragaman bahan baku.
Dalam rangka diversifikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM
dengan persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan,
Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN
juga dicampurkan dengan BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan
dengan minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium.
Subsidi BBN mulai diberlakukan di tahun 2011, untuk mengantisipasi harga BBN yang
terkadang lebih tinggi dibandingkan BBM, maka diperlukan subsidi BBN. Berdasarkan APBN
2011 dan APBN-P 2011 dialokasikan subsidi BBN, sebagai berikut:
Bioetanol (1%) sebesar Rp 2.000/liter dengan kuota sebesar 4 ribu Kilo Liter , dan subsidi
sebesar Rp.8 miliar.
Biodiesel (5%) sebesar Rp. .2.000/liter dengan kuota sebesar 600 ribu Kilo Liter , dan
subsidi sebesar Rp. 1,3 triliun.
Realisasi subsidi BBN untuk tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp. 673,15 miliar dengan
volume BBN yang tersalurkan sebesar 336,6 ribu Kilo Liter atau 56% terhadap target tahun
2011. Sedangkan produksi bioetanol belum dapat direalisasikan sama sekali karena harga
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
indeks pasar bioethanol terlalu rendah, sehingga tidak ada produsen yang memasok ke
Pertamina.
Upaya yang dilakukan Pemerintah, untuk mengurangi subsisi BBM adalah sebagai berikut:
Pengalihan Subsidi Harga ke Subsidi Langsung melalui revitalisasi Program Perlindungan
Dan Kesejahteraan Masyarakat
Pengurangan Volume (Q) BBM tertentu, dengan cara: menghemat pemakaian BBM;
mengembangkan energi pengganti (alternatif) BBM (BBG dan Bahan Bakar Lain), dan subsidi
BBM hanya untuk target konsumen dilaksanakan dengan Penerapan Sistem Distribusi
Tertutup
Pemilihan Harga Patokan BBM yang tepat dengan cara: menekan biaya distribusi BBM, dan
menghitung harga keekonomian penyediaan BBM
e) Volume Liquified Petroleum Gas (LPG) Bersubsidi
Dalam rangka melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG, berdasarkan APBN dan
APBN-P tahun 2011 direncakanan isi ulang/refill LPG 3 kg sebesar 3,52 juta Metrik Ton. Realisasi
distribusi isi ulang/refill sebesar 2.948 ribu MT status November 2011 atau sesuai target.
Program konversi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini, telah berhasil mendistribusikan
paket untuk 53.287.342 rumah tangga, dan refill sebesar 7.413 ribu MT.
*)
Nett penghematan setelah dikurangi biaya konversi s.d Juli 2011 mencapai Rp. 37,54 triliun.
Uraian Satuan 2007 2008 2009 2010
2011
Akumulasi
2012
APBN/
APBN-P
Perk.
Realisasi
APBN
1. Distribusi Paket Perdana Ribu Paket 3.976 15.078 24.355 4.715 - - 53.287
*)
-
2. Isi Ulang/Refill Ribu MTon 21 547 1.767 2.714 3.522 3.283 7.997
**)
3.606
3. Nett Penghematan Rp. Triliun 37,55
***)
f) Subsidi Listrik
Realisasi subsidi listrik tahun 2010 lebih tinggi dari rencana yang ditargetkan, yaitu dari Rp 55,11
Triliun menjadi Rp 62,81 Triliun atau mengalami peningkatan sebesar 14%. Hal ini antara lain
disebabkan oleh:
Kenaikan penjualan tenaga listrik dari target 143,26 TWh menjadi 146,19 TWh;
Kenaikan penggunaan BBM dari target 6.420.058 KL menjadi 9.392.894 KL, yang
Tabel 1.4. Penghematan Setelah Program Konversi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
disebabkan antara lain: keterlambatan penyelesaian PLTU Batubara, program mengatasi
pemadaman dalam tahun 2010, dan tidak tercapainya volume pasokan gas alam sesuai
target.
Adanya kekurangan pembayaran subsidi listrik pada tahun 2009 yang harus dibayar di
tahun 2010.
2).Capaian Kinerja Strategis
Selain capaian kinerja berdasarkan asumsi makro, Kinerja sektor ESDM secara umum juga dapat
dinilai dari capaian strategis kinerja sektor ESDM yang mencakup penerimaan sektor ESDM,
subsidi energi, investasi, pasokan energi dan mineral, dan pembangunan daerah (Dana Bagi Hasil
dan Community Development). Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat dari
kegiatan atau capaian-capaian pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun berjalan
seperti pembangunan infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM, penyelesaian
permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya. Secara rinci capaian strategis
kinerja sektor ESDM selama tahun 2006 sampai dengan 2010 dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Penerimaan Sektor ESDM
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral masih menjadi sumber penggerak utama roda
perekonomian nasional. Penerimaan negara sektor ESDM berasal dari 3 sumber yaitu dari sub
sektor migas, pertambangan umum, dan penerimaan negara bukan pajak dari sub sektor lainnya
yaitu dari hasil kegiatan pelayanan jasa penelitian dan pengembangan dan hasil kegiatan
pelayanan jasa pendidikan dan pelatihan ESDM
Grafik 1.10. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi Listrik Tahun 2000-2010
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sejak tahun 2006 sampai dengan 2008 sektor ESDM memperlihatkan pertumbuhan yang positif
dalam hal realisasi penerimaan Negara dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 25%. Namun pada
tahun 2009 penerimaan negara mengalami penurunan yang cukup tajam jika dibandingkan
dengan penerimaan Negara ditahun 2008 hingga mencapai 47%. Penurunan tersebut terjadi
karena menurunnya
produksi (lifting) minyak
bumi pada tahun 2009 dan
harga rata-rata minyak
dunia yang mengalami
penurunan sampai dengan
harga US$ 37/barel dan
pada akhir tahun 2009
meningkat menjadi US$
65/barel, harga tersebut jauh
lebih rendah jika
dibandingkan dengan harga
pada tahun 2008 yang
mencapai US$ 130-
140/barel. Selanjutnya pada tahun 2010, penerimaan negara sektor ESDM meningkat kembali
sebesar 21% dari penerimaan negara di tahun sebelumnya.
b) Investasi Sektor ESDM
Dalam rangka menjamin ketersediaan energi dan sumber daya mineral secara merata dan
berkesinambungan dibutuhkan adanya pertumbuhan jumlah investasi. Nilai investasi sektor ESDM
berasal dari sub sektor Migas, Pertambangan Umum dan Ketenagalistrikan.
Selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan 2010, trend kinerja peningkatan
jumlah investasi sektor ESDM menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan rata-rata
pertumbuhan 11%, kecuali
di tahun 2009 terjadi sedikit
penurunan jumlah investasi
sebesar 0,4%, penurunan
ini disebabkan karena
adanya penundaan rencana
kegiatan investasi di
berbagai perusahaan yang
antara lain disebabkan oleh
Grafik 1.12. Nilai Investasi Sektor ESDM
Grafik 1.11. Penerimaan Sektor ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
akibat tumpang-tindih dan kendala izin AMDAL yang diterbitkan daerah. Grafik realisasi nilai
investasi selama 6 tahun terakhir seperti yang terlihat pada grafik disamping.
c) Subsidi Energi
Salah satu outcome akhir yang ingin dicapai oleh KESDM adalah berkurangnya subsidi BBM guna
mengurangi beban APBN. Grafik di bawah ini menunjukkan perkembangan subsidi BBM dalam 5
tahun terakhir. Secara ringkas
grafik di bawah ini
menunjukkan kecenderungan
penurunan subsidi BBM. Namun
demikian khusus dalam tahun
2008 terdapat lonjakan subsidi
yang disebabkan oleh kenaikan
harga minyak mentah dunia
sebagai akibat dari invasi
Amerika ke Irak. Kemudian di
tahun 2009 terlihat kondisi
kecenderungan penurunan
subsidi yang tidak hanya terjadi
pada BBM tetapi juga pada subsidi listrik, hal tersebut disebabkan karena realisasi subsidi BBM,
BBN dan LPG yang jauh dibawah kuota akibat penguatan nilai kurs rupiah. Selanjutnya jumlah
subsidi di tahun 2010 ini kembali meningkat jika dibandingkan dengan jumlah subsidi di tahun
2009 hampir 2 kali lipat, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.
d) Pasokan Energi Dan Mineral
Salah satu peran dominan sektor ESDM dalam pembangunan nasional adalah menjamin pasokan
energi dan mineral dalam negeri, baik untuk bahan bakar maupun bahan baku. Untuk
mewujudkan hal tersebut, pada dasarnya Indonesia memiliki sumber energi yang beranekaragam
dan jumlahnya memadai. Hingga saat ini, minyak bumi masih merupakan tulang punggung
energi Indonesia, meskipun cadangannya terbatas dan terdapat beraneka ragam sumber energi
non-BBM yang penggunaannya semakin digalakan oleh Pemerintah.
Untuk mendukung peningkatan kebutuhan energi nasional yang terus bertumbuh maka
dibutuhkan adanya peningkatan produksi energi dan sumber daya mineral secara berkelanjutan.
Masing-masing capaian/realisasi produksi ESDM yang terdiri dari Minyak Bumi, Gas Bumi,
Batubara dan Mineral seta Panas Bumi dalam 5 tahun terakhir diuraikan sebagai berikut:
Grafik 1.13. Perkembangan Subsidi Energi
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Minyak Bumi
Selama lima tahun terakhir (2006 -2010) produksi minyak bumi cenderung terus menurun
dengan rata-rata penurunan sebesar 2% per tahun. Penurunan produksi minyak utamanya
disebabkan karena usia industri
minyak bumi yang sudah lebih dari
100 tahun dan sifat minyak bumi
yang habis pakai menyebabkan
penurunan produksi secara
alamiah. Hal tersebut perlu
diimbangi dengan penemuan
cadangan melalui intensifikasi
eksplorasi migas. Upaya-upaya
yang telah dilakukan tersebut
berhasil menekan penurunan
lifting/produksi minyak bumi pada
tingkat 3% yang seharusnya secara alamiah sekitar 12% untuk tahun 2009 2010.
Penurunan trend produksi minyak bumi sesungguhnya juga terjadi secara global. Produksi
minyak bumi dunia sudah mulai tergantikan dengan energi fosil lainnya seperti batubara, gas
bumi dan unconventional gas seperti CBM, shale gas, gas hydrates serta renewable energy.
Cadangan minyak bumi pada tahun
2010 sebesar 7.764,48 MMSTB, yang
terdiri dari cadangan terbukti
(proven) sebesar 4.230,17 MMSTB
dan cadangan potensial sebesar
3.534,31 MMSTB. Dengan tingkat
produksi seperti saat ini, maka
berdasarkan perbandingan antara
total cadangan minyak bumi dengan
tingkat produksi minyak saat ini
diperkirakan cadangan minyak bumi
masih dapat bertahan sekitar 23 tahun (dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru).
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Total 1.413 1.340 1.249 1.14 1.09 1.06 1.005 954,4 976,8 948,8 944,9
Minyak 1.272 1.208 1.117 1.01 965, 934, 883,0 836,0 853,8 826,5 823,7
Kondensat 141,4 131,9 131,8 133, 128, 127,3 122,6 118,4 123,0 122,3 121,2
R
i
b
u

B
a
r
e
l

P
e
r
h
a
r
i
Grafik 1.14. Produksi Minyak Bumi
Grafik 1.8. Peta Cadangan Minyak Bumi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gas Bumi
Sebelum tahun 2000-an, kondisi pemanfaatan gas bumi tidak seperti saat ini, dimana
kebutuhan domestik sangat tinggi. Pada saat itu, pemanfaatan gas bumi dari cadangan besar
biasanya untuk ekspor, sedangkan gas bumi dari cadangan yang kecil untuk domestik. Selain
itu, permintaan gas bumi domestik pada era tersebut juga masih sangat rendah, sehingga
kontrak-kontrak pengembangan gas bumi lebih dominan untuk ekspor. Kontrak-kontrak gas
bumi yang ditandatangani pada waktu itu merupakan kontrak jangka panjang. Maka, ketika
saat ini dimana permintaan domestik relatif tinggi, kontrak-kontrak tersebut tidak dapat serta
merta diubah untuk domestik, karena dapat berakibat pada pelanggaran kontrak (default).
Saat ini kebijakan alokasi gas lebih mengutamakan untuk pasokan domestik, cadangan besar
dapat digunakan baik untuk domestik maupun ekspor dan cadangan kecil untuk domestik. Dari
tahun ke tahun, ekspor gas sudah mulai dikurangi, sebaliknya pemanfaatan domestik terus
diintensifkan. Trend pemanfaatan gas bumi saat ini mulai meningkat untuk domestik
dibandingkan ekspor sebagaimana grafik terlampir, hal tersebut menunjukkan keberpihakan
untuk pemenuhan domestik. Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Gas Bumi (PJBG) dari tahun 2003-
2010, porsi untuk domestik cukup besar yaitu sebesar 73,7%.
Adapun perkembangan produksi gas
bumi selama 5 tahun terakhir
berfluktuasi, pada tahun 2007
produksi gas bumi mengalami
penurunan sebesar 5% dari tahun
2006, namun di tahun berikutnya
cenderung terus meningkat, dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 7%.
Meskipun demikian, kemampuan
produksi gas bumi ini belum dapat
memenuhi kebutuhan gas bumi
yang terus meningkat. Upaya
pengembangan lapangan gas baru
cenderung menemukan cadangan
yang mengecil pada mayoritas
temuan lapangan gas. Sementara,
upaya pengembangan infrastruktur
gas bumi masih sangat terbatas.
Total Cadangan gas bumi pada tahun
2010 adalah sebesar 157.14 TSCF.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
M
M
S
C
F
D
Produksi 7,927 7,690 8,318 8,644 8,278 8,179 8,093 7,686 7,883 8,386 9,336
Pemanfaatan 7,471 7,188 7,890 8,237 7,909 7,885 7,785 7,418 7,573 7,912 8,389
Dibakar 456 502 428 407 369 294 308 268 310 474 507
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Grafik 1.15. Produksi Gas Bumi
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 1.5. Supply dan Demand Produksi Batubara
Cadangan tersebut mengalami penurunan sebesar -2.50 TSCF (1.56%) dibandingkan cadangan
gas bumi tahun 2009 sebesar 159.64 TSCF. Penurunan sebesar 2.50 TSCF tersebut terutama
berasal dari penurunan cadangan pada beberapa KKKS
seperti Pertamina Region Sumatera, Total Indonesie, BP Wiriagar Ltd., ConocoPhillips (Grissik),
Conoco Phillips, BP West Java, Star Energy (Kakap), CNOOC dan S. Persada Oil. Dengan
cadangan gas bumi sebesar 157.14 TSCF dan tingkat produksi sebesar 2,9 TSCF, maka
diharapkan dapat memasok energi hingga 50 tahun ke depan.
Batubara
Produksi batubara setiap tahunnya memperlihatkan pertumbuhan yaitu dengan rata-rata
sebesar 9%. Pertumbuhan ini menunjukkan trend yang positif dalam rangka meningkatkan
perekonomian nasional, karena secara tidak langsung juga meningkatkan penerimaan Negara.
Secara lengkap peningkatan supply dan demand produksi batubara sejak 2006-2010 setiap
tahunnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Supply /
Demand
Realisasi (Juta Ton)
2006 2007 2008 2009 2010
Demand 48 54 69 56 84
Supply/Produksi 193 217 236 254 270
Ekspor 145 163 160 198 186
Pemanfaatan batubara untuk domestik sebagai energi alternatif pengganti BBM diproyeksikan
akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar pembangkit (Proyek Percepatan Pembangunan
Pembangkit Listrik 10.000 MW). Hasil pemanfaatan batubara untuk kebutuhan domestik selain
digunakan untuk kebutuhan listrik, juga digunakan untuk pabrik semen, usaha tekstil, kertas,
dan briket.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 1.10. Peta Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Mineral
Indonesia telah lama dikenal dunia sebagai negara penghasil timah, nikel, bauksit, tembaga,
emas dan perak. Produksi Mineral di Indonesia dikelola oleh beberapa perusahaan besar,
seperti: PT. Freeport Indonesia yang menghasilkan tembaga, emas dan perak; PT Antam, Tbk
yang menghasilkan bijih nikel, emas dan perak; PT Timah, Tbk menghasilkan timah; dan PT.
Inco, Tbk menghasilkan nikel mate.
Perkembangan produksi mineral sejak tahun 2005 sampai dengan 2010 dan peta sebaran
sumber daya dan cadangan mineral, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.6. Perkembangan Produksi Mineral 2005-2010
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Listrik
Perkembangan total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik nasional selama 5 tahun
terakhir mengalami
pertumbuhan rata-rata
sebesar 4% per tahun.
Sampai dengan akhir tahun
2010, total kapasitas
terpasang pembangkit
tenaga listrik nasional adalah
sebesar 33.823 MW yang
terdiri atas pembangkit milik
PT PLN (Persero) sebesar
26.212 MW, IPP sebesar 6.231
MW dan PPU sebesar 1.380
MW. Perkembangan
kapasitas terpasang pembangkit listrik
No
.
PULAU 2006 2007 2008 2009 2010
1 Sumatera 4,275 4,615 4,951 5,300 5,909
2 Jawa-Bali 22,387 23,046 23,137 23,253 23,906
3 Kalimantan 1,000 1,121 1,178 1,277 1,602
4 Sulawesi 1,053 1,082 1,198 1,166 1,580
5
Nusa
Tenggara
273 267 265 252 282
6 Maluku 197 180 182 182 233
7 Papua 170 166 168 171 311
NASIONAL 29,354 30,477 31,077 31,602 33,823
Gambar 1.11. Peta Sebaran Sumber Daya dan Cadangan Mineral Indonesia
Tabel 1.7. Total Kapasitas Terpasang Pembangkit Tenaga Listrik Nasional
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
per pulau dapat dilihat pada tabel di samping. Secara lengkap perkembangan pembangunan di
bidang ketenagalistrikan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Uraian Satua
n
2006 2007 2008 2009 2010
Rasio Elektrifikasi % 63 64.34 65.1 65.79 67.15
Jumlah Desa
Berlistrik
Desa 54.136 65.816 66.039 70.511 70.822
Jumlah KK
Berlistrik
Ribu 33.118 35.630 36.230 37.950 39.696
Total Kapasitas
Terpasang
MW 29,354 30,477 31,077 31,602 33,823
PLN MW 24.675 24.925 25.451 25.751 26.212
IPP MW 3.222 3.984 1.159 4.269 6.231
PPU MW 526 796 916 920 1.380
Produksi Listrik GWh 104.469 111.241 118.047 120.457
168.665,2
1
PLN GWh 28.640 31.199 31.389.66 35.015 124.897,45
IPP GWh 133.108 142.441 149.437 155.472 43.767,76
Energi Baru Terbarukan
Ketergantungan terhadap kebutuhan energi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan,
sedangkan kemampuan ketersediaan sumberdaya energi konvensional dari waktu ke waktu
mengalami penurunan akibat ekploitasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam rangka
mengurangi ketergantungan pada energi konvensional, perlu adanya kegiatan diversifikasi atau
penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin. Diversifikasi energi
dilakukan melalui upaya pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), seperti panas bumi,
tenaga air, energi surya, energi angin, biomassa, dan energi nuklir. Dengan memanfaatkan EBT,
ketergantungan akan penggunaan bahan bakar fosil di dalam sistem penyediaan energi
nasional dapat menurun. Selain itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan
bahan bakar fosil merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan
Tabel 1.8. Perkembangan Pembangunan Ketenagalistrikan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
bakar fosil. Melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, EBT diharapkan dapat berperan
minimal 17% dalam pemanfaatan energi nasional pada tahun 2025.
Dalam pelaksanaan diversifikasi energi, pangsa energi terbarukan yang bersumber dari air,
panas bumi, surya, bayu, dan sampah juga menunjukkan peran yang semakin berarti. Dalam
tahun 2010 pangsa energi baru terbarukan (air) telah mencapai 12% dari keseluruhan pangsa
energi nasional. Secara lengkap, capaian penggunaan EBT dapat diuakan sebagai berikut:
Perkembang-an bauran energi
primer pembangkit tenaga
listrik secara nasional dari
tahun ke tahun menunjukkan
terjadinya penurunan
penggunaan BBM dari 40%
pada tahun 2006 menjadi 22%
pada tahun 2010, selain itu
upaya untuk memperbaiki
bauran energi primer terlihat
dengan naiknya penggunaan
batubara
dari 27% pada tahun 2007 menjadi 38% pada tahun 2010 dan naiknya penggunaan gas dari 9%
pada tahun 2006 menjadi 25% pada tahun 2010.
e) Pembangunan Daerah
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dan melindungi kemiskinan sesuai dengan
Peraturan Presiden (Perpres) No. 13 tahun 2009, maka sebagian pembangunan sektor ESDM
tetap diarahkan untuk melanjutkan pembangunan daerah. Peran sektor ESDM juga penting
sebagai pendorong pembangunan daerah. Peran sektor ESDM terhadap pembangunan daerah
diwujudkan, antara lain melalui dana bagi hasil (DBH), kegiatan pengembangan masyarakat atau
community development (comdev) atau corporate social responsibility (CSR). Selain itu terdapat
program pembangunan Desa Mandiri Energi (DME), dan Pemboran air tanah yang merupakan
program-program pro-rakyat sehingga pembangunan daerah dapat berjalan lebih efektif.
Energi
Primer
Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
Batubara 27% 43% 35% 39% 38%
Gas 9% 19% 17% 25% 25%
BBM 40% 27% 36% 25% 22%
Panas
Bumi
5% 3% 3% 3% 3%
Air 19% 8% 9% 8% 12%
Bio Diesel 0% 0% 0% 0% 0%
Tabel 1.9. Bauran Energi Untuk Pembangkit Tenaga Listrik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Dana Bagi Hasil
Pada tahun 2010, Dana Bagi Hasil
(DBH) sector ESDM yang diserahkan
adalah sebesar Rp 35,8 Triliun atau
92,2% dari target sebesar Rp 38,9
Triliun. Meskipun tidak mencapai
target, namun jika dibandingkan
dengan DBH sector ESDM tahun 2009,
realisasi DBH tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 13,9%, yaitu dari
Rp 31,5 Triliun (2009) menjadi Rp 35,8
Triliun (2010). Dana Bagi Hasil Sector
ESDM ini terdiri dari DBH minyak bumi
Rp. 14.6 Triliun, gas bumi Rp.10,5
Triliun dan pertambangan umum Rp.10.53 Triliun serta dari pertambangan panas bumi sebesar
Rp.0,20 Triliun. Perbandingan DBH tahun 2009 dan tahun 2010 serta rencana 2011, dapat dilihat
pada grafik di samping.
Besarnya DBH sektor ESDM selaras dengan penerimaan sektor ESDM. Kenaikan DBH dari
tahun 2005 sampai dengan 2009 menunjukan kenaikan sampai 53% yang merupakan
peningkatan peran sektor ESDM dalam mendukung pembangunan daerah.
Corporate Social Responsibility (CSR ) Sektor ESDM
Di sektor energi dan sumber daya mineral, community development (comdev) adalah bagian
dari tanggung jawab korporat (Corporate Social Responsibility) yang merupakan komitmen
bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut berikut komunitas setempat (lokal) dan
masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Kegiatan comdev dilakukan antara lain melalui: Ekonomi (peningkatan pendapatan, perbaikan
jalan, sarana pertanian, pembangunan/perbaikan sarana ibadah), Pendidikan dan Kebudayaan
(kelompok usaha, pelatihan, perencanaan), Kesehatan (kesehatan terpadu, air bersih),
Lingkungan (penanaman bakau, reklamasi) dan lainnya (kegiatan sosial, penyuluhan,
pembangunan sarana olah raga).
Grafik 1.16. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Comdev dan CSR sektor ESDM
pada tahun 2010 menggunakan
dana sebesar Rp1.5 triliun yang
merupakan peningkatan 12% dari
dana yang dipergun akan tahun
2009 sebesar Rp. 1,3 triliun. Dana
Comdev dan CSR ini selalu
meningkat dari tahun ke tahun
yang menunjukkan perhatian yang
berkelanjutan terhadap
pengembangan kehidupan
masyarakat.
Desa Mandiri Energi (DME)
Desa Mandiri Energi (DME) merupakan program yang baru diluncurkan pada tahun 2007 dan
merupakan terobosan dalam mendukung diversifikasi energi dan penyediaan energi daerah
perdesaan. Program ini terdiri dari DME berbasis Bahan Bakar Nabati (BBN) dan non-BBN. DME
berbasis BBN antara lain menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa, sawit singkong
dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi terbarukan
setempat antara lain mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Pemenuhan kebutuhan sumber
energi mandiri bagi desa-desa di Nusantara terus ditingkatkan agar program ini memberikan
manfaat langsung berupa kemandirian energi dan peningkatan ekonomi perdesaan melalui
pemberdayaan potensi daerah.
Total DME yang telah dibangun sejak tahun 2009 sampai dengan 2010 sebanyak 141 DME,
sehingga total seluruh desa dengan sumber energi mandiri telah terwujud sebanyak 633 desa,
dimana sebanyak 396 desa adalah DME berbasis Non-BBN dan 237 desa berbasis BBN.
No. Perusahaan
2009
(Rp
Miliar)
2010 (Rp Miliar)
Target Realisasi
Capaian
(%)
1.
Perusahaan
Migas
215.5 215.5 425.0 197.2
2.
Perusahaan
Listrik
94.0 90.3 90.3 100
3.
Perusahaan
Pertambangan
Umum
1,002.4 1,308.2 952.2 72.8
TOTAL 1,311.9 1,614 1,467.5 90.9
Tabel 1.10. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 1.12. Peta Sebaran Desa Mandiri Energi
Pemboran Air Tanah
Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah juga merupakan program strategis sektor
ESDM yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Penyediaan air tanah di
daerah sangat sulit air diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air minum dan air baku
penduduk di desa tertinggal atau desa miskin. Hal ini diharapkan akan memicu rangkaian
dampak positif, secara sosial, ekonomi dan pengembangan wilayah.
Kegiatan penyediaan air bersih tersebut dilakukan tiap tahunnya melalui pendanaan APBN dari
tahun anggaran 1995/1996. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari
satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini.
Sejak tahun 1995 hingga 2010, jumlah titik bor air tanah yang telah direalisasikan adalah
sebanyak 533 buah titik bor dan jumlah masyarakat yang dapat menikmati air bersih di daerah
sulit air adalah sebanyak 1,167,113 jiwa, di bawah ini adalah grafik perkembangan jumlah titik
bor dan masyarakat yang dapat menikmati air bersih.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 1.13. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah dan Jumlah Masyarakat yang Dapat Menikmati Air Bersih
3) Capaian Kinerja Keuangan
Realisasi Keuangan Kementerian ESDM selama 5 tahun terakhir (2006 2010), dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Unit Eselon I 2006 2007 2008 2009 2010
Sekretariat
Jenderal
166.975 427.158,22 369.372,01 422.166,23 569.193,50
BPH Migas - - 192.790,61 170.838,30 227.878,11
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 1.11. Realisasi Anggaran KESDM 2006-2010
Unit Eselon I 2006 2007 2008 2009 2010
Dekonsentra
si
112.693 156.346,01 32.063,59 31.334,09 23.857,74
Inspektorat
Jenderal
42.825 37.813,86 46.111,91 51.878,96 92.558,15
Direktorat
Jenderal Migas
285.659 380.201,61 219.865,53 307.400,85 485.505,86
Direktorat
Jenderal LPE
178.669 589.110,33 421.789,09 795.882,28 347.351,82
PT. PLN
(Persero)
2.720.830
2.382.596,
04
2.819.293,0
1
3.272.716,39 1.843.527,71
Direktorat
Jenderal
Minerba dan
Pabum
132.869 283.735,51 239.397,72 214.385,09 331.273,83
Balitbang ESDM 368.876 546.783,39 358.706,22 333.961,10 579.013,06
Badiklat ESDM 316.352 334.917,32 371.031,26 259.302,59 383.508,96
Badan Geologi 297.474 362.272,53 373.139,48 276.162,91 622.785,97
Setjen DEN - - 37.205,71
Jumlah 4.623.222
5.500.934,
83
5.443.560,
43
6.578.028,7
8
5.543.660,42
1.3. Peran dan Posisi KESDM Sebagai Regulator
1) Lembaga Pengelolaan Sub Sektor Migas
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan pembuat kebijakan pada bidang hulu-
hilir migas. Untuk regulator keselamatan dan usaha penunjang hulu-hlir migas dilakukan oleh
Ditjen Migas sebagai perangkat Menteri ESDM. Disamping itu, regulator usaha hulu migas
juga dilakukan oleh Ditjen Migas. Sedangkan untuk hilir migas, pelaksanaan regulasi dilakukan
oleh Ditjen Migas dan BPH Migas. Ditjen Migas melakukan regulasi hilir yaitu untuk bahan
bakar lain (BBL) dan gas bumi non-pipa. Sedangkan pengawasan terhadap pelaksanaan
penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi melalui
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
pipa dilakukan oleh BPH Migas.
Pada tingkat mikro hulu migas, terdapat pelaku usaha yaitu Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap seperti Pertamina, Chevron, Medco dan badan usaha migas lainnya yang disebut
sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu
migas, terdapat BPMIGAS yang berperan dalam melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan Kontrak Kerja Sama oleh KKKS.
Selain itu, terdapat juga badan usaha yang bergerak dalam usaha penunjang migas. Badan
usaha tersebut yaitu pabrikasi peralatan dan melakukan jasa-jasa seperti konsultansi, G & G,
pemboran, inspeksi teknis, litbang, dikLat dan jasa-jasa lainnya.
Di rekt orat Jenderal Mi gas
( Regul at or Kesel amat an dan Usaha Penunj ang Hul u-Hi l i r Mi gas)
MENTERI ESDM MENTERI ESDM
( Pembuat Kebi j akan Bi dang Hul u ( Pembuat Kebi j akan Bi dang Hul u Hi l i rMi gas) Hi l i r Mi gas)
Di r ekt or at Jender al Mi gas Di r ekt or at Jender al Mi gas
( Regul at or Usaha Hul u) ( Regul at or Usaha Hul u)
MAKRO ( Kebi j akan dan Regul asi ) :
Di r ekt or at Jender al Mi gas Di r ekt or at Jender al Mi gas
( Regul at or Hi l i r BBL dan ( Regul at or Hi l i r BBL dan
Gas Bumi Non Gas Bumi Non- -Pi pa) Pi pa)
BPH MI GAS BPH MI GAS
Usaha Hul uMi gas Usaha Hi l i r Mi gas
B P M I G A S B P M I G A S
B a d a n U s a h a / B U T B a d a n U s a h a / B U T
H u l u M i g a s H u l u M i g a s
B a d a n U s a h a B a d a n U s a h a
B B L * ) d a n G a s N o n B B L * ) d a n G a s N o n - - P i p a P i p a
B a d a n U s a h a B a d a n U s a h a
B B M d a n G a s P i p a B B M d a n G a s P i p a
KKS
MI KRO ( Pel aku Usaha)
Regul asi Regul asi Regul asi
PENGELOLAAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI
USAHA PENUNJANG MI GAS
*) BBL ( Bahan Bakar Lai n)
Gambar 1.14. Pengelolaan Sub Sektor Migas
2) Lembaga Pengelolaan Sub Sektor Ketenagalistrikan
Pada sub sektor ketenagalistrikan, Menteri ESDM melakukan kebijakan, regulasi keteknikan
dan regulasi bisnis pada tataran makro. Sedangkan pada tingkat mikro, pengusahaan
ketenagalistrikan dilakukan oleh PLN sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan
(PKUK) yang meliputi pembangkitan, transmisi dan distribusi termasuk
pemasaran/penjualan. Terkait aspek korporasi, PLN berada di bawah Kementerian Negara
Badan Usaha Milik Negara. Sedangkan terkait aspek regulasi dan kebijakan, PLN berada di
bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Disamping itu, pada tataran mikro juga terdapat badan usaha swasta seperti IPP, Koperasi,
BUMD, dll yang dapat melakukan usaha ketengalistrikan yang kemudian listriknya dijual
kepada PLN sebagai PKUK.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
PROVI NSI
T a n gg un gj awa b p e ng e l o l a a n l i n t a s Ka b up a t e n
d a n / a t a u b er d a mp a k r e g i o na l
P e r da
KA BUPA TE N / KOT A
T a n gg un gj awa b p e ng e l o l a a n d i Wi l a y a h
Ka b u pa t e n / Ko t a
P e r da
PEL AKU USAHA
BU MN / BU MD
Ba d a nUs a h a L a i n
Pe mer i ntah c. q. DE SDM
P en e t a p a nKe b i j a ka n da n Pe n g atur a n
P en e t a p a nSt a n d a r d an P e do ma n
P en g e l o l a a n e x i s t i n gk on t r a k p e r t a mb an g a n
T a n gg un gj awa b p e ng e l o l a a n mi ne r b a b e r d amp a k
n a s i o nal d a n l i nt a s pr o v i n s i
P e mbi naa n d a n Pe n g a wa s a n
Ha k
P en gus a ha a n
( Eco nomi c Ri g ht )
P e ny e l e n g ga r a a n
P e ngu a sa a n
Pe r t a mb an ga n
(Mini ngRi g ht )
K ep emi l i kan
( Mine r a l Ri ght)
+

D
e
s
e
n
t
r
a
l
i
s
a
s
i
+

D
e
k
o
n
s
e
n
t
r
a
s
i
P
e
r
u
n
d
a
n
g
-
u
n
d
a
n
g
a
n
PENGELOLAAN
SUB SEKTOR MI NERAL, BATUBARA DAN PANAS BUMI
BANGSA I NDONESI A
NEGARA
Gambar 1.15. Pengelolaan Sub Sektor Ketenagalistrikan
3) Lembaga Pengelolaan Sub Sektor Mineral, Batubara Dan Panas Bumi
Berdasarkan UUD 1945 pasal 33 ayat (3) bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Dengan demikian kepemilikan sumber daya alam dikelola oleh negara
yang dalam hal ini pemerintah bertindak melakukan pengelolaan terhadap seluruh sumber
daya alam yang ada di bumi Indonesia. Pemerintah cq. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral melakukan
penetapan kebijakan
dan pengaturan,
penetapan standar dan
pedoman, pengelolaan
existing kontrak
pertambangan,
tanggung jawab
pengelolaan,
pembinaan dan
pengawasan terhadap
kegiatan
pertambangan mineral, batubara dan panas bumi.
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tanggung jawab
pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan melalui Peraturan Daerah Provinsi untuk
wilayah lintas kabupaten dan/atau berdampak regional (dekonsentrasi) dan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota di
PENGELOLAAN SUB SEKTOR KETENAGALISTRIKAN
DESDM
TATARAN
MAKRO
KEBI JAKAN
MI KRO / KORPORASI
DESDM
PKUK / PLN
DESDM
REGULASI
KETEKNI KAN
REGULASI
BI SNI S
Transmi si Di st ri busi * Pembangki tan
BUMS ( I PP, KOPERASI , BUMD, DLL)
KEMENTERIAN NEGARA BUMN
* Mel i put i pemasaran / penj ual an
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
wilayah kabupaten/kota (desentralisasi), sedangkan hak pengusahaan dilakukan oleh pelaku
usaha seperti BUMN, BUMD maupun pelaku usaha lainnya.
1.4 Karakteristik Kelembagaan KESDM
1) Tugas dan Fungsi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dibentuk berdasarkan Surat Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara. Sesuai Peraturan Presiden tersebut, tugas pokok dan fungsi kementerian ESDM
seperti dibawah ini.
Ke me nt e r i an
E S D M
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
KEMENTERIAN ESDM
*)
Tugas:
Kement er i an Ener gi dan Sumber Daya Mi ner al mempunyai t ugas menyel enggar akan ur usan di bi dang
ener gi dan s umber daya miner al dal am pemer i nt ahan unt uk membant u Pr esiden dalam
menyel enggar akan pemer i nt ahan negar a.
Fungsi:
Dal am mel aks anakan t ugasnya, Kement er i an ESDM menyel enggar akan f ungsi:
1. Per umusan, penet apan, dan pel aks anaan kebi j akan di bidang ener gi dan sumber daya mi ner al
2. Pengel ol aan bar ang mi l i k kekayaan negar a yang menj adi t anggung j awab Kement er i an Ener gi dan
Sumber Daya Mi ner al
3. Pengawasan at as pel aksanaan t ugas di l i ngkungan Kement er i an Ener gi dan Sumber Daya Mi ner al
4. Pel aks anaan bi mbi ngan t ekni s dan s uper vi si at as pel aksanaan ur usan Kement er i an Ener gi dan
Sumber Daya Mi ner al di daer ah
5. Pel aks anaan kegi at an t ekni s yang ber s kal a nasi onal
*) Per pr es No. 24 Tahun 2010 t ent ang K edudukan Tugas da n F ungs i Kement er i a nNegar a ser t aSusuna n Or gani s asi
Tugas da n F ungs i Esel on I K ement er i a nNegar a
6
Gambar 1.17. Tugas Pokok dan Fungsi KESDM
Dalam menyelenggarakan fungsinya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
mempunyai kewenangan:
1. Penetapan kebijakan untuk mendukung pembangunan secara makro di bidangnya;
2. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
3. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;
4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya;
5. Penetapan pedoman pengelolaan dan perlindungan sumber daya alam di bidangnya;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
6. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama
negara di bidangnya;
7. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidangnya;
8. Penanggulangan bencana berskala nasional di bidangnya;
9. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidangnya;
10. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidangnya;
11. Penyelesaian perselisihan antarprovinsi di bidangnya;
12. Pengaturan sistem lembaga perekonomian negara di bidangnya;
13. Pelancaran kegiatan distribusi bahan-bahan pokok di bidangnya;
14. Pengaturan survai dasar geologi dan air bawah tanah skala lebih kecil atau sama dengan 1
: 250.000, penyusunan peta tematis, dan inventarisasi sumber daya mineral dan energi
serta mitigasi bencana geologi;
15. Pengaturan pembangkit, transmisi, dan distribusi ketenagalistrikan yang masuk dalam
jaringan transmisi (grid) nasional dan pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nukLir, serta
pengaturan pemanfaatan bahan tambang radio aktif;
16. Penetapan kebijakan intensifikasi, diversifikasi, konservasi, dan harga energi, serta
kebijakan jaringan transmisi (grid) nasional/regional listrik dan gas bumi;
17. Penetapan kriteria wilayah kerja usaha termasuk distribusi ketenagalistrikan dan
pertambangan;
18. Penetapan penyediaan dan tarif dasar listrik, bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan
gas bumi di dalam negeri;
19. Pemberian izin usaha inti minyak dan gas bumi, mulai dari eksplorasi sampai dengan
pengangkutan minyak dan gas bumi dengan pipa lintas provinsi, izin usaha inti listrik yang
meliputi pembangkitan lintas provinsi, transmisi dan distribusi, serta izin usaha non-inti
yang meliputi depot lintas provinsi dan pipa transmisi minyak dan gas bumi;
20. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
Pengelolaan dan penyelenggaraan perlindungan sumber daya alam di wilayah laut di
luar 12 (dua belas) mil dan wilayah lintas propinsi di bidangnya,
Penetapan standar penyelidikan umum dan standar pengelolaan sumber daya mineral
dan energi, air bawah tanah dan mineral radio aktif, serta pemantauan dan penyelidikan
bencana alam geologi.
Pengaturan dan penetapan standar serta norma keselamatan di bidang energi, sumber
daya mineral, dan geologi.
Dalam menjalankan tugas yang telah dibebankan, Kementerian Energi dan Sumber Daya
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Mineral memiliki susunan organisasi sebagai berikut :
1. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;
2. Sekretariat Jenderal;
3. Inspektorat Jenderal;
4. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi;
5. Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi;
6. Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi;
7. Badan Geologi;
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral;
9. Badan Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral;
10. Badan Pelaksana Hilir Migas
11. Dewan Energi Nasional
12. Staf Ahli Menteri Bidang Sumber Daya Manusia dan Teknologi;
13. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Keuangan;
14. Staf Ahli Menteri Bidang Informasi dan Komunikasi;
15. Staf Ahli Menteri Bidang Kewilayahan dan Lingkungan Hidup;
16. Staf Ahli Menteri Bidang Kemasyarakatan dan Kelembagaan;
17. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral.
2) Struktur Organisasi
Struktur organisasi sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
adalah sebagai berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
G
a
m
b
a
r

1
.
1
8
.

S
t
r
u
k
t
u
r

O
r
g
a
n
i
s
a
s
i

K
e
m
e
n
t
e
r
i
a
n

E
S
D
M
3) Sumber Daya Manusia KESDM
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terhitung mulai tanggal 1 Maret 2011 memiliki
jumlah pegawai sebanyak 6.096 pegawai yang tersebar di 11 unit Eselon I. Pada tahun 2011
ini tidak ada penambahan jumlah pegawai di lingkungan Kementerian ESDM karena adanya
kebijakan moratorium, sehingga jumlah pegawai di Kementerian ESDM masih sama dengan
jumlah di tahun 2010.
Penyebaran jumlah pegawai KESDM per unit Eselon I dapat dilihat pada tabel dan grafik di
bawah ini :
Tabel 1.12.
JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TMT 1 MARET 2012
NO UNIT
JENIS
KELAMIN
JUMLAH KETERANGAN
P W
1 Sekretariat Jenderal 374 167 541
Termasuk perbantuan Otorita
Batam : 43 orang
2 Ditjen Migas 357 138 495 -
3 Ditjen Ketenagalistrikan 215 65 280
Termasuk perbantuan PT.
PLN : 15 orang
4 Ditjen Mineral dan Batubara 295 93 388 -
5 Ditjen EBT dan KE 124 60 184 -
6 Inspektorat Jenderal 143 56 199 -
7 Badan Geologi 1.109 230 1.339 -
8 Badan Litbang ESDM 952 295 1.247 -
9 Badan Diklat ESDM 757 192 949 -
10 Setjen DEN 39 24 63 -
JUMLAH TOTAL 4.365 1.320 5.685
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 1.19. Kekuatan PNS KESDM TMT Maret 2011
Sedangkan berdasarkan strata pendidikan pegawai KESDM dapat dilihat pada tabel dan gragik dibawah
ini.
Tabel 1.13
JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
MENURUT PENDIDIKAN
TMT 1 MARET 2012
NO UNIT
TINGKAT PENDIDIKAN
JUMLAH
SD SLTP SLTA Diploma S1 Spesialis 1 S2 S3
1 Sekretariat Jenderal 20 18 178 29 234 - 69 7 541
2 Ditjen Migas 11 8 88 14 288 - 81 5 495
3 Ditjen Ketenagalistrikan 2 5 73 15 135 - 47 3 280
4
Ditjen Mineral dan
Batubara
6 5 108 21 196 - 49 3 388
5 Ditjen EBT dan KE - - 29 6 107 - 37 5 184
6 Inspektorat Jenderal 3 4 49 2 91 - 50 - 199
7 Badan Geologi 32 56 636 56 348 19 187 24 1.339
8 Badan Litbang ESDM 24 47 432 73 467 1 181 21 1.247
9 Badan Diklat ESDM 24 40 273 199 258 - 150 5 949
10 Setjen DEN - - 3 - 41 - 18 - 63
JUMLAH TOTAL 122 183 1868 418 2152 20 869 73 5.685
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
122
183
1868
418
2152
869
73
SD SLTP SLTA DIPLOMA S 1 S 2 S 3
JUMLAH PEGAWAI NEGERI SI PIL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
TMT 1 MARET 2012
Gambar 1.20. Kekuatan PNS KESDM Menurut Pendidikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
5.1. Gambaran Umum Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011
ecara umum pengukuran capaian kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM) tahun 2011 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
dengan realisasi masing-masing indikator kinerja. Namun demikian untuk beberapa
indikator kinerja sasaran dan kegiatan juga dilakukan perbandingan dengan realisasi
capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya maupun dengan standar yang lazim.
Secara ringkas sebagian besar sasaran-sasaran strategis yang telah ditargetkan dapat dicapai,
namun demikian masih terdapat sebagian kecil sasaran strategis yang tidak berhasil diwujudkan
pada tahun 2011 ini. Terhadap sasaran maupun target indikator kinerja yang tidak berhasil
diwujudkan tersebut, KESDM telah melakukan evaluasi agar terdapat perbaikan penanganan di
masa mendatang. Analisis capaian kinerja tersebut selengkapnya tertuang pada bagian berikut
ini.
Pada dasarnya proses pengukuran dan monitoring kinerja dilakukan langsung oleh masing-
masing unit kerja utama yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran dan
program/kegiatan. Selanjutnya informasi kinerja dari unit-unit kerja tersebut disampaikan
kepada Biro Perencanaan dan Kerjasama dan Inspektorat Jenderal untuk dievaluasi lebih lanjut
sebelum diteruskan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
S
Gambar 5.1. Proses pengukuran dan monitoring kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
BAB V
AKUNTABILITAS KINERJA
Secara khusus Biro Perencanaan dan kerjasama menghimpun informasi kinerja tersebut sebagai
satu kesatuan sebagai bahan utama untuk penyusunan LAKIP KESDM, sedangkan oleh
Inspektorat Jenderal KESDM data kinerja tersebut dievaluasi untuk memberi rekomendasi
perbaikan bagi setiap unit kerja yang terkait. Melalui proses ini diharapkan adanya upaya-upaya
perbaikan kinerja sehingga capaian kinerja dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.
5.2. Capaian Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Utama Kementerian ESDM, telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM No. 12
Tahun 2009, tanggal 14 Juli 2009. Pada tahun 2011 ini, Capaian Kinerja Utama Kementerian ESDM
terhadap target yang telah ditetapkan di awal Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
No. Uraian Satuan Target Realisasi Capaian (%)
1. Jumlah penerimaan negara Sektor
Energi dan Sumber Daya Mineral
terhadap target APBN
Rp/Triliun 324,3 352,2 109
2. Jumlah investasi Sektor Energi dan
Sumber Daya Mineral
Juta US$ 30.429 27.111 89
3. Jumlah Kontrak Kerja Sama Sektor
Energi dan Sumber Daya Mineral yang
telah ditawarkan dan ditanda tangani:
a. Penawaran WK Migas WK 40 35 88
b. Penandatanganan KKS Migas KKS 27 27 100
c. Penawaran WK CBM WK 13 29 223
d. Penandatanganan KKS CBM KKS 10 19 190
e. Wilayah Kerja Pertambang-an
Panas Bumi yang telah dilelang
WKP 9 5 55,6
4. Jumlah produksi :
a. Minyak bumi MBOPD 970 902 93
b. Gas bumi MMSCFD 8.541 8.435 99
c. Batubara Juta Ton 327 293 90
d. Mineral
Tembaga Ton 665.158 618.297 93
Emas Kg 102.562 78.148 76
Perak Kg 278.431 223.078 80
Tabel 5.1.
Capaian Indikator Kinerja Utama
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No. Uraian Satuan Target Realisasi Capaian (%)
Ni + Co in matte Ton 70.500 70.936 100,6
Timah Ton 75.000 60.002 80
Bijih nikel Ton 8.500.000 8.522.128 100,2
Ferronikel Ni 18.000 19.990 111
Bauksit Mt 10.000.000 10.887.659 109
Bijih besi Mt 5.000.000 5.215.391 104
Granit M
3
2.500.000 2.810.148 112
e. Listrik GWh 171.330,16 170.584,24 99
f. Uap panas bumi Juta ton 71 68,6 96,6
g. Bioetanol Kilo Liter 4.000 - -
h. Bio alkohol Kilo Liter 600.000 358.812 59,80 %
i. Biogas M
3
28.800 13.835 48,04 %
5. Jumlah pengurangan Subsidi Energi :
a. BBM Juta KL 40,49 41,24 98,15
b. LPG 3 Kg Ribu M.Ton 3.522 3.283 93,21
c. BBN KL 600.000 336.574 56,10
c. Listrik Rp Triliun
65,48 93,29 57,53
6. Persentase pemanfaatan produk sektor
ESDM :
a. Prosentase pemanfaatan hasil
produksi minyak bumi domestik
yang diolah menjadi LPG, BBM
dan hasil olahannya
% 70 51.19 73
b. Persentase pemanfaatan produksi
gas untuk kebutuhan domestik
% 58 41,2 81,9
c. Jumlah pemanfaatan batubara
untuk kebutuhan domestik
Juta Ton 78.97 60,15 76,2
d. Persentase pemanfaatan BBN
pada BBM Transportasi
% 2,5 2,52 100,8
e. Rasio Elektrifikasi % 70,4 70,4 100
f. Penurunan Intensitas Energi BOE/Kapi
ta
2,9 3,3 84,83
7. Persentase peningkatan pemberdaya
an kapasitas nasional:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No. Uraian Satuan Target Realisasi Capaian (%)
a. Persentase Jumlah Tenaga Kerja
Nasional Sektor ESDM terhadap
Tenaga Kerja Sektor ESDM
% 95.95 99 103
b. Persentase penggunaan barang
dan jasa produksi dalam negeri
dalam pembangunan sektor ESDM
% 48 55.5 115.6
8. Persentase kemampuan pasokan
energi (BBM) dalam negeri
% 70 59.04 84
9. Persentase peningkatan peran sektor
ESDM dalam pembangunan daerah :
a. Jumlah Dana Bagi Hasil Rp Triliun 43,6 40,9 93,8
b. Jumlah CSR dan Community
Development
Rp Miliar 1.565 1.658 105,9
c. Jumlah Desa Mandiiri Energi
berbasis BBN
DME 50 51 98
d. Jumlah daerah sulit air yang
kebutuhan air bersihnya dapat
terpenuhi melalui sumur bor air
tanah
Daerah 255 255 100
e. Jumlah wilayah yang teraliri
jaringan gas untuk rumah tangga
Wilayah
SR
5
16.000
5
18.714
100
117
f. Jumlah wilayah yang terbangun
fasilitas dan pemanfaatan gas
untuk transportasi
Wilayah
SPBG
Bengkel
1
4
1
1
4
1
100
10. Persentase pemanfaatan energi Non
BBM dalam rangka diversifikasi energi:
a.Pangsa Gas Bumi % 30 26 86,67
b.Pangsa Batubara % 49 46 93,88
c.Pangsa Panas Bumi % 4,24 4,22 99,5
d.Pangsa Tenaga Air 7 7 100
e.Pangsa Bio Diesel Bio Energi % 0,08 0,08 100
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Penjelasan dari masing-masing indikator kinerja utama Kemenreeian ESDM tahun 2011,
diuraikan sebagai berikut:
1. Prosentase penerimaan negara Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap target
APBN
Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi sekitar
30% terhadap penerimaan nasional. Pada tahun 2011, penerimaan sektor ESDM mencapai Rp.
352 triliun atau sekitar 29% terhadap perkiraan penerimaan nasional sebesar Rp. 1.199 triliun.
Penerimaan sektor ESDM tersebut mencapai 109% dari target APBN-P 2011 sebesar Rp. 324 triliun.
Lebih tingginya realisasi penerimaan migas antara lain disebabkan karena tingginya harga Minyak
Mentah Indonesia (ICP) dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika.
Besarnya penerimaan sektor ESDM tersebut belum termasuk deviden dari BUMN di lingkungan sektor
ESDM, pajak-pajak dari pengusahaan sektor ESDM yang terdiri dari PPN, PBBKB dan PBB dan royalti,
iuran tetap dari pemegangIUP yang ijinnya diterbitkan oleh Bupati dan sebagian masih diaudit.
2. Jumlah investasi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.
Investasi sektor ESDM, baik melalui pendanaan APBN maupun non-APBN tersebut, pada
dasarnya merupakan dukungan dalam rangka mendorong perekonomian nasional. Total
investasi sektor ESDM tahun 2011 sebesar US$ 21,4 miliar. Tingginya investasi sektor ESDM
tersebut berasal dari investasi migas sebesar US$ 18,7 miliar atau 69% dari total investasi sektor
ESDM.
Secara umum, terjadi penurunan nilai investasi sektor ESDM dibandingkan tahun 2010. Hal
tersebut antara lain disebabkan karena kegiatan operasi sektor ESDM mengalami kendala seperti
pengadaan lahan terutama bidang minyak dan gas bumi di daerah, dan izin dari Pemerintah
Daerah. Sementara bidang ketenagalistrikan, tidak tercapainya rencana investasi tahun 2011
disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek 10.000 MW Tahap I yang tidak sesuai jadwal
akibat adanya permasalahan-permasalahan seperti pengadaan lahan, perizinan daerah, dan
kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya penerbitan DIPA SLA.
3. Jumlah Kontrak Kerja Sama Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang telah ditawarkan
dan ditanda tangani.
a. Penawaran Wilayah Kerja Migas
Mekanisme penawaran Wilayah Kerja dibagi menjadi dua yaitu melalui Lelang Reguler dan
Penawaran Langsung. Pada Tahun 2011 penawaran wilayah kerja migas dilakukan dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.2. Peta Penawaran Wilayah Kerja Migas Tahap I
dua tahap, yaitu:
Tahap Pertama periode 10 Juni 2011 7 Oktober 2011, ditawarkan 20 Wilayah Kerja
melalui Lelang Reguler
sebanyak 9 Wilayah Kerja
dan Penawaran Langsung
sebanyak 11 Wilayah Kerja
seperti terlihat pada gambar
disamping. Lelang Reguler 11
Wilayah Kerja tersebut
adalah: Bulu Rembang,
Offshore Timor Sea I,
Offshore Timor Sea II,
Halmahera I, Halmahera II,
Halmahera III, West Aru I,
West Aru II, Arafura Sea II. Penawaran Langsung 9 Wilayah Kerja tersebut adalah: Ranau,
Northeast Madura, West Tanjung, Belayan, East Simenggaris, North Ganal, Babar Selaru,
Obi, North Semai, West Berau, Semai IV.
Tahap kedua periode 10
Oktober 2011 22 Pebruari
2011, ditawarkan 15 Wilayah
Kerja, melalui Lelang Reguler
sebanyak 9 Wilayah Kerja dan
Penawaran Langsung
sebanyak 6 Wilayah Kerja.
Lelang Reguler 9 Wilayah
kerja tersebut adalah:
Kuningan, Offshore South
Java I, Offshore South Java II,
Offshore South Java III,
South East Sageri, East
Abadi, South West Salawati, West Berau, Kai. Penawaran Langsung 6 Wilayah Kerja
tersebut adalah Kalyani, South Baturaja, Nort Baturaja, Kuala Pembuang, Tanjung Aru,
South East Seram.
Gambar 5.3. Peta Penawaran Wilayah Kerja Migas Tahap II
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
b. Penandatanganan Wilayah Kerja Migas
Selama tahun 2011 telah ditandatangani 27 KKS dari target penandatanganan 27 KKS dengan
total investasi komitmen eksplorasi sebesar US $ 336,025 juta dan Bonus Tandatangan sebesar
US $ 81,5 juta, yaitu:
Tabel 5.2
Daftar Penandatanganan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Tahun 2011
No Perusahaan Wilayah Kerja Investasi
(US $)
Sign Bonu
(US $)
1 Lundin Gurita B.V Gurita 5,100,000 1,500,000
2 Techwin Energy South Betung Limited South Betung 6,100,000 1,000,000
3 Cooper Energy Sumbagsel Ltd Sumbagsel 5,900,000 1,000,000
4 Pt Schintar Marquisa Marquisa 5,500,000 1,000,000
5 Total Indonesia R&P West Papua Sw Birds Head R&P
West Papua
19,500,000 5,000,000
6 PT Mandiri Panca Usaha Sembilang 1,100,000
7 Eni Arguni I Limited Arguni I 86,500,000 1,500,000
8 Pan Orient Energy East Jabung Pty Ltd East Jabung 7,675,000 1,500,000
9 Prabu Energy Pty Ltd Ranau 6,700,000 1,000,000
10 Techwin Energy Northeast Madura Ltd Northeast Madura 8,600,000 1,000,000
11 PT MRI Energy West Tanjung 3,600,000 1,000,000
12 PT Geraldo Energy Belayan 9,500,000 1,050,000
13 Sonlaw United Corporation East Simenggaris 11,550,000 1,030,000
14 Konsorsium Niko Resources (North
Ganal) Limited-Statoil Indonesia North
Ganal AS- North Ganal Energy Ltd-ENI
North Ganal Limited- GDF Suez New
Projects Indonesia BV
North Ganal 31,400,000 1,000,076
15 INPEX Banda Sea Ltd Babar Selaru 31,500,000 1,500,000
16 Konsorsium Niko Resources (Obi) Ltd-
Statoil Indonesia OBI AS-Zimorex NV
Obi 1,800,000 10,000,076
17 Murphy Semai IV Ltd Semai IV 2,450,000 1,000,000
18 Hess (Indonesia-V) Limited Offshore Timor Sea I 2,300,000 1,100,000
19 KonsorsiumStatoil Indonesia Halmahera
II AS-Niko Resources (Halmahera II)
Limited
Halmahera II 10,000,000 2,000,000
20 BP West Aru I Ltd West Aru I 1,200,000 1,250,000
21 BP West Aru II Ltd West Aru II 41,000,000 15,000,000
22 Eurorich Group Ltd Kalyani 5,600,000 1,000,000
23 PT Anugerah Mutiara Sentosa South Baturaja 5,400,000 1,000,000
24 PT Terra Global Vestal Baturaja North Baturaja 15,650,000 1,000,000
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No Perusahaan Wilayah Kerja Investasi
(US $)
Sign Bonu
(US $)
25 PT Mentari Pembuang Internasional Kuala Pambuang 4,200,000 1,000,000
26 Konsorsium Krisenergy (Tanjung Aru)
B.V-Neon Energy Indonesia PTE LTD-
Natuna Ventures PTY LTD
Tanjung Aru 5,500,000 1,000,000
27 Niko Resources (South East Seram)Ltd South East Seram 1,800,000 1,500,000
1. Penawaran WK GMB
Mekanisme penawaran Wilayah Kerja GMB dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu melalui
Penawaran Langsung berdasarkan Permen ESDM No. 33 Tahun 2006 dan melalui Lelang
Reguler dan Lelang Penawaran Langsung berdasarkan Permen ESDM No. 36 Tahun 2008.
Dari target 13 WK GMB yang ditawarkan, realisasi penawaran WK GMB tahun 2011
berjumlah 29 WK GMB, yaitu :
Berdasarkan Permen ESDM No. 33 Tahun 2006 terdapat 8 WK GMB yang ditawarkan
yaitu Blok GMB Muara Enim I, Muara Enim II, Tanjung IV, Belida, Lematang, Kutai II,
Suban I dan Suban II.
Berdasarkan Permen ESDM No. 36 Tahun 2008, terdapat 21 WK GMB yang ditawarkan
terdiri dari :
Lelang Penawaran Langsung
periode 10 Januari 18 Maret
2011, ditawarkan Wilayah
Kerja sebanyak 6 Wilayah
Kerja
Lelang Reguler periode 10
Januari 9 Mei 2011,
ditawarkan Wilayah Kerja
sebanyak 7 Wilayah Kerja
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Penawaran Langsung periode
12 September 27 Oktober
2011, ditawarkan Wilayah
Kerja sebanyak 8 Wilayah Kerja
(Gambar 3)
2. Penandatangan KKS WK GMB
Selama tahun 2011 telah ditandatangani 19 KKS WK GMB dari target penandatanganan 10
KKS. Berikut nama perusahaan yang menandatangani wilayah kerja gas metana batubara
pada tahun 2011:
Tabel 5.3
Penandatanganan KKS WK GMB Tahun 2011
NO PERUSAHAAN WILAYAH KERJA TANGGAL
1 Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana
Sumatera 5 - PT Metana Enim Energi - Indo Cbm
Sumbagsel 2 Pte. Ltd.
GMB Muara Enim II 01 April 2011
2 Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana
Sumatera 4 - PT Baturaja Metana Indonesia
GMB Muara Enim III 01 April 2011
3 Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metan
Tanjung Iv - BP Tanjung Iv Limited
GMB Tanjung IV 01 April 2011
4 Konsorsium PT Transasia CBM - BP Kapuas I
Limited
GMB Kapuas I 01 April 2011
5 Konsorsium PT Kapuas CBM Indonesia - Bp
Kapuas Ii Limited
GMB Kapuas II 01 April 2011
6 Konsorsium PT Gas Methan Utama - BP Kapuas
Iii Limited
GMB Kapuas III 01 April 2011
7 Konsorsium Senyiur Cbm Inc. - Total E&P Kutai
Timur
GMB Kutai Timur 01 April 2011
8 PT Gas Methan Abadi GMB Kutai Barat 01 April 2011
9 Konsorsium PT Inti Gas Energi - PT Bukit Asam
(Persero) Tbk
GMB Sijunjung 01 April 2011
10 Konsorsium PT Sele Raya Resources PT
Andalas Metana Energi
GMB Belida 01 Agustus 2011
Gambar 5.4. Peta Wilayah Kerja CBM di Indonesia
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
NO PERUSAHAAN WILAYAH KERJA TANGGAL
11 Konsorsium PT Medco CBM Lematang PT
Methanindo Energi Resources PT Saka Energi
Indonesia
GMB Lematang 01 Agustus 2011
12 Konsorsium Ephindo Kutai North Inc. PT
Resources Alam Energi
GMB Kutai II 01 Agustus 2011
13 Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana
Suban I PT Suban Energi
GMB Suban I 01 Agustus 2011
14 Konsorsium PT Pertamina Hulu Energi Metana
Suban II PT Suban Methan Gas
GMB Suban II" 01 Agustus 2011
15 Ephindo Mega Methana Inc GMB Melak Mendung I 01 Agustus 2011
16 Konsorsium Deep Industries Limited Monnet
Ispat & Energy Limited
GMB Melak Mendung III 01 Agustus 2011
17 PT Bangkanai Energi Resources GMB Bangkanai III 19 Desember 2011
18 PT Bangkanai Jaya Perkasa GMB Bangkanai IV 19 Desember 2011
19 PT Asam-Asam Methan Gas GMB Tanah Laut 19 Desember 2011
3. Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi yang telah dilelang.
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi adalah wilayah yang ditetapkan dalam Izin
Usaha Pertambangan (IUP). Penetapan WKP panas bumi merupakan wewenang pemerintah
pusat dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sedangkan kewenangan
pemberi perizinan tergantung dari letak di mana WKP tersebut berada.
Pada tahun 2011 ini target WKP panas bumi yang telah dilelang adalah sebanyak 9 WKP, dan
terealisasi sebesar 5 WKP atau capaian sebesar 55,6%. WKP yang berhasil dilelang adalah:
WKP Bonjol, WKP Danau Ranau, WKP Mataloko, WKP Gunung Ciremai, dan WKP Gunung.
Endut.
Potensi Wilayah Kerja Panas Bumi yang direncanakan akan dilelang tahun 2011, dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.4
Potensi Wilayah Kerja Panas Bumi
No NAMA WKP POTENSI (MW) KETERANGAN
1 Bonjol 200 Sudah ditetapkan
2 Danau Ranau 210 Sudah ditetapkan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
4. Jumlah Produksi
a. Minyak Bumi
Produksi minyak bumi pada APBN-P 2011 ditargetkan sebesar 945 ribu barel per day (bpd). Pada
realisasinya, produksi minyak bumi tahun 2011 mencapai 902 ribu bpd atau 95% terhadap target
APBN-P 2011.
Penurunan produksi minyak utamanya disebabkan karena usia industri minyak bumi yang sudah
lebih dari 100 tahun dan sifat minyak bumi yang habis pakai menyebabkan penurunan produksi
secara alamiah dengan decline rate saat ini sekitar 12%/tahun. Hal tersebut perlu diimbangi dengan
penemuan cadangan melalui intensifikasi eksplorasi migas. Upaya-upaya yang telah dilakukan
berhasil menekan penurunan lifting/produksi minyak bumi pada tingkat 3% yang seharusnya secara
alamiah sekitar 12%untuk tahun 2009 2010.
Tidak tercapainya produksi minyak tahun 2011 antara lain disebabkan:
a. Kehilangan peluang produksi karena unplanned shutdown antara lain:
o Masalah peralatan (kerusakan kompresor/pompa; kerusakan pipa)
o Kejadian alam (a.l. penurunan temperatur akibat hujan dan banjir sehingga terjadi
pengentalan minyak, cuaca buruk/gelombang laut tinggi )
b. Kehilangan produksi karena kendala lain:
o Keterlambatan proyek /pengembangan lapangan
o Permasalahan offtaker
o Kendala subsurface (a.l. kenaikan water cut, problem kepasiran)
c. Perpanjangan planned shutdown
d. Kendala perijinan, khususnya ijin lokasi pemboran dan transportasi.
e. Permasalahan sosial (pencurian minyak dan demonstrasi masyarakat)
f. Penurunan trend produksi minyak bumi sesungguhnya juga terjadi secara global. Produksi
3 Matoloko 63 Sudah ditetapkan
4 Gn. Ciremai 150 Sudah ditetapkan
5 Gn. Endut 80 Sudah ditetapkan
6 Simbolon Samosir, 155 usulan pelelangan
7 Way-Rantai, 105 usulan pelelangan
8 Umbul-Telomoyo 120 usulan pelelangan
9 Bora-Pulu 152 usulan pelelangan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
minyak bumi dunia sudah mulai tergantikan dengan energi fosil lainnya seperti batubara, gas
bumi dan unconventional gas seperti CBM, shale gas, gas hydrates serta renewable energy.
g. Apabila produksi minyak bumi dilihat secara keseluruhan bersama gas bumi dan batubara
(sebagai energi fosil), maka totalnya menjadi 5.769 ribu barel oil equivalen per day (boepd) atau
101% dari tahun 2010, sehingga melampaui target tahun 2011.
h. Cadangan minyak bumi pada tahun 2011 sebesar 7.732,27 MMSTB, yang terdiri dari cadangan
terbukti (proven) sebesar 4.039,57 MMSTB Dan cadangan potensial sebesar 3692,70 MMSTB.
Dengan tingkat produksi seperti saat ini, maka berdasarkan perbandingan antara total cadangan
minyak bumi dengan tingkat produksi minyak saat ini diperkirakan cadangan minyak bumi masih
dapat bertahan sekitar 23tahun (dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru).
b. Gas Bumi
Produksi gas bumi tahun 2011 ditargetkan sebesar 8.541 MMSCFD sesuai APNB 2011. Pada
realisasinya, produksi gas bumi tahun 2011 mencapai 8.443 MMSCFD atau 99% terhadap
target tahun 2011. Produksi gas tersebut ekivalen dengan 95% realisasi tahun 2010 sebesar
8.857 MMSCFD.
c. Batubara
Produksi batubara pada APBN-P 2011 ditargetkan sebesar 327 juta ton. Pada realisasinya,
produksi batubara tahun 2011 mencapai 293 juta ton atau 89% terhadap target tahun 2011.
Produksi batubara tersebut ekivalen dengan 106% realisasi tahun 2010 sebesar 275 juta ton.
Diterapkannya Domestic Market Obligation (DMO) batubara cukup efektif untuk turut
menjamin ketersediaan batubara dalam negeri. Pada tahun 2011, pasokan batubara domestik
diperkirakan mencapai 65 juta ton, sedangkan ekspor sebesar 209,1 juta ton.
Produksi Batubara 2011 hanya mencapai 89% dikarenakan belum semua data IUP terkumpul.
Data IUP yang tersaji adalah yang tercatat dan dilaporkan secara resmi ke Direktorat Jenderal
Mineral dan Batubara c.q Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara
d. Mineral
Secara umum, produksi mineral tahun 2011 relatif baik, terdapat peningkatan produksi dari
beberapa komoditi mineral seperti logam timah, bijih besi, bijih nikel, ferro nike, dan granit
dibandingkan produksi tahun 2010.
Tidak tercapainya rencana produksi komoditas tembaga emas dan perak terjadi akibat
penurunan produksi PT Freeport Indonesia yang terjadi akibat demo dan pemogokan kerja
yang terjadi sejak triwulan III tahun 2011, yang berimbas pada berhentinya operasional PT
Freeport Indonesia.
Tidak tercapainya rencana produksi komoditas logam timah di tahun 2011 terjadi akibat
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
keputusan bersama pengusaha timah di Bangka dan Belitung untuk menghentikan ekspor
logam timah sejak Oktober 2011. Hal ini berimbas pada terhentinya aktivitas produksi logam
timah di Bangka Belitung.
e. Listrik
Terkait dengan energi domestik, permintaan kebutuhan energi listrik meningkat tiap
tahunnya dengan pertumbuhan tahun 2011 mencapai 11%/tahun. Kebutuhan listrik selalu
melebihi dari kapasitas terpasang yang ada. Krisis ekonomi 1998/1999, memiliki dampak
sangat luas bagi pembangunan ketenagalistrikan. Krisis tersebut, menyebabkan tidak adanya
investasi yang masuk dan pertumbuhan kapasitas pembangkit terhambat. Bahkan proyek-
proyek IPP pun menjadi terhenti. Untuk mengejar pertumbuhan kebutuhan tersebut,
dilakukan upaya antara lain pembangunan pembangkit listrik dengan program 10.000 MW
tahap I, 10.000 MW tahap II dan IPP.
Pada tahun 2011 ini ditargetkan produksi listrik mencapai 171.330,16 GWh, dan terealisasi
sebesar 170.584,24 GWh atau sebesar 99,6%
f. Uap panas bumi
Realisasi Produksi uap panas bumi pada tahun ini sebesar 68.610.109 ton dari targetkan
sebesar 71.000.000 ton, atau dengan kata lain capaian sebesar 96,6%.
Jumlah produksi uap panas bumi tersebut diperoleh dari PLTP Kamojang, Lahendong,
Sibayak, G.Salak, Darajat, Wayang windu dan Dieng. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel dan
Grafik di bawah ini.
Tabel 5.5
Perkembangan Produksi Uap PLTP
No Area Kapasitas
Produksi (ton)
Total
2008 2009 2010 2011
1 Kamojang 200 12.099.515 12.612.255 12.446.134 12.472.068 49.629.972
2 Lahendong 60 2.349.480 2.664.546 2.964.180 2.441.258 10.419.464
3 Sibayak 12 288.761 497.918 548.411 312.285 1.647.375
4 G.Salak 375 24.481.941 24.538.210 24.271.622 24.673.075 97.964.848
5 Darajat 255 13.487.496 13.977.250 14.264.431 14.131.343 55.860.520
6 W.windu 227 6.665.057 12.989.353 13.675.168 13.348.645 46.678.223
7 Dieng 60 1.644.159 780.457 1.221.300 1.231.435 4.877.351
TOTAL 1189 61.016.409 68.059.989 69.391.246 68.610.109
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
g. Bioetanol
Jumlah produksi bioethanol pada tahun ini belum mencapai seperti yang ditargetkan yaitu
sebesar 4.000 Kl, hal ini disebabkan harga Indeks Pasar bioethanol terlalu rendah, sehingga
tidak ada produsen yang memasok ke Pertamina.
Tabel 5.6
Produksi Biodiesel dan Bioethanol
URAIAN SATUAN
2010 2011
REALISASI RENCANA REALISASI
a. Biodiesel ribu KL 4.500,0 600,0 358.812
b. Bioethanol ribu KL 220,1 4.000,0 0
Grafik 5.2. Produksi Listrik Tenaga Panas Bumi
(MWh)
Grafik 5.1. Produksi Uap Tenaga Panas Bumi
(Ton)
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
PT . A n u g r a h K u r n i a
A ba d i
5 5. 00 0K L / T h
PT .
I n d o l a m p u n g
Di s t i l l e r y
5 0. 0 00 MT /T h
PT . EN3 Gr ee n
En e r g y
1 80 . 00 0K l /T h
PT . K a wa n
s ej a t i p r i ma
10 . 2 4 0 K l / T h
PT . Pa s a d e n a
B i o f u e l sMa n d i r i
E t ha no l : 9 . 99 0
K L / t h
Bi o d i e s el : 10 . 24 0
Kl/t h
PT . B er l i a n
En e r g y
1 0. 00 0K l / T h
PT . Mo l i n d o
Ra ya
5 0. 0 00 K l / T h
Kapas i t as Ter pas ang Bi oet hanol = 286. 686 KL/y ear
PETA PERUSAHAAN KOMERSI AL BI OETHANOL YANG MEMI LI KI I J I NUSAHA
h. Bio alkohol/Biodiesel
Jumlah produksi biodiesel pada tahun ini adalah 358.812 Kl, angka ini masih jauh dibawah dari
target yang ditetapkan yaitu sebesar 600.000 Kl, atau capaian kinerja sebesar 59,8 %, belum
tercapainya target dikarenakan kurangnya infrastruktur terkait dengan distribusi BBN di
Pertamina produksi biodiesel.
PETA PERUSAHAAN KOMERSI AL BI ODI ESEL YANG MEMI LIKI I JI NUSAHA
PT . Pel i t a A g u n g
Ag r i I n d u s t r i e s
2 0 0 . 0 00 MT / T h
P T . a n u g e r a h
i n t i g ema n u s a
40 . 00 0 MT /T h
PT . s u mi a s i h Ol eo
C h e m .
1 00 . 00 0 MT / t h
PT . e t er i n d o
Nu s a Gr a h a
4 0 . 0 0 0 MT /T h
PT . E t e r n a l
B u a n a C h e m ,
I n d
40 . 00 0 MT /T h
PT . I n d o B i o f u e l s
E n e r g y
6 0. 0 00 MT / T h
PT . Da r me x
Bi o f u e l s
1 50 . 00 0
MT / t h
PT . Mu s i mMa s
4 2 0 . 0 00 MT /T h
PT . Si n t o n g
A b a d i
35 . 0 0 0 K l / T h
P T . Pr i ma n u s a
Pa l ma E n e r g i
24 . 0 0 0 K l / T h
PT . Mu l t i k i m i a I n t i
P el a n g i
14 . 00 0 K l / T h
PT . C e me r l a n g
e n e r g i p er ka s a
4 00 . 00 0 MT l /T h
PT . Pe t r o
A n d a l a n
N u s a n t a r a
1 50 . 00 0 K l / T h
PT . Bi o en e r g y
Pr a t a m a J a y a
66 . 00 0 MT / T h
PT . P a s a d e n a B i o f u e l s
Ma n d i r i
1 0 . 2 4 0 K l / t h
PT . Wa h a n a A b d i
t i r t a t e h n i k a
1 3 . 2 0 0 K L / t h
PT . A l i a Ma d a
Pe r k a s a
11 . 0 0 0 K L / t h
PT . Da ma i
s ej a h t e r a
s e n t o s a
1 20 . 00 0 MT /T h
PT . Oi l T a n k i n g
50 4 . 0 0 0 MT / T h
PT . C i l i a n d r a
25 0 . 0 0 0 MT / T h
PT . En er g i
a l t e r n a t i f
7 . 0 0 0 MT / T h
PT . T j e n g k a r e n g Dj a y a
Bi o d i e s e l : 7 2 . 00 0 K l / t h
PT . Wi l ma r
B i o e n e r g y I n d
1 . 0 5 0 . 0 00
MT / T h
Kapas i t as Ter pas ang Bi odi es el = 4.506.629 KL /t ahun
Gambar 5.5. Peta Perusahaan Komersial Bioethanol yang Memiliki Ijin Usaha
Gambar 5.6. Peta Perusahaan Komersial Biodiesel yang Memiliki Ijin Usaha
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
i. Biogas
Dari target sebesar 28.800 M
3
, realisasi
produksi biogas di tahun 2011 hanya
sebesar 13.835,76 M
3
atau capaian kinerja
sebesar 48,04 %. Secara rinci jumlah
produksi biogas ini berasal dari :
Ditjen EBTKE 603 M
3
(dari biogas
digester 6 M
3
dan 20 M
3
)
BIRU Hivos 8.082 M
3
(biogas digester 6
M
3
)
Digester fiber SWEN 5.150 M (kapasitas 4 M
3
, 5 M
3
, 6,4 M
3
, 7 M
3
, 11 M
3
, 17 M
3
, 100 M
3
)
5. Persentase Pengurangan volume Subsidi.
a. BBM
Sebagaimana diketahui bahwa BBM bersubsidi terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah
dan Solar. Kuota volume BBM bersubsidi 2011 berdasarkan APBN 2011 dialokasikan sebesar 38,59
juta Kilo Liter (KL) dan mengalami perubahan berdasarkan APBN-P 2011 menjadi 40,49 juta KL.
Realisasi volume BBM bersubsidi s.d. November 2011 sebesar 38 juta KL dan sampai dengan akhir
Desember 2011 mencapai dari 41,24 juta KL. Dengan demikian persentase capaian kinerja adalah
sebesar 98,15%
Over kuota terjadi pada jenis BBM Premium dan Solar berturut-turut sekitar 3% dan 0,1% yang
disebabkan antara lain karena pertumbuhan jumlah kendaraan di atas rata-rata, tingginya harga
minyak dunia yang menyebabkan disparitas harga BBM bersubsidi dengan non-subsidi sehingga
memicu konsumen bermigrasi dari BBM non-subsidi ke BBM bersubsidi dan penyalahgunaan BBM
utamanya ke industri. Sedangkan untuk minyak tanah, telah berhasil dilakukan penghematan
konsumsi sebesar 3,4% dari kuota APBN-P. Hal tersebut utamanya karena berhasilnya program
konversi minyak tanah ke LPG.
b. LPG 3 Kg
Dalam rangka melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG, berdasarkan APBN dan
APBN-P tahun 2011 direncakanan isi ulang/refill LPG 3 kg sebesar 3.522 Ribu Metrik Ton. Namun
realisasi distribusi isi ulang/refill sebesar berjumlah 3.283 Ribu Metrik Tonatau 93,21% dari target.
Program konversi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini, telah berhasil mendistribusikan
paket untuk 53.287.342 rumah tangga, dan refill sebesar 7.413 ribu MT.Nett penghematan setelah
dikurangi biaya konversi s.d Juli 2011 mencapai Rp. 37,54 triliun
Gambar 5.7. Kompor yang menggunakan bahan
Bakar Biogas
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
c. BBN
Dalam rangka diversifikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM
dengan persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan,
Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga
dicampurkan dengan BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan
minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium.
Namun, untuk mengantisipasi harga BBN yang terkadang lebih tinggi dibandingkan BBM, maka
diperlukan subsidi BBN. Berdasarkan APBN 2011 dan APBN-P 2011 dialokasikan subsidi BBN
sebesar (1%) untuk Bioetanol atau sebesar Rp 2.000/liter dengan kuota sebesar 4 ribu Kilo Liter,
sehingga subsidi ditargetkan sebesar Rp.8 miliar. Sedangkan untuk Biodiesel (5%) sebesar Rp.
.2.000/liter dengan kuota sebesar 600ribu Kilo Liter , dan subsidi sebesar Rp. 1,3 triliun.
Realisasi subsidi BBN untuk tahun 2011 mencapai Rp. 673,15 miliar dengan volume BBN yang
tersalurkan sebesar 336,6 ribu Kilo Liter atau 56% terhadap target tahun 2011. Sedangkan produksi
bioetanol belum dapat direalisasikan sama sekali karena harga indeks pasar bioethanol terlalu
rendah, sehingga tidak ada produsen yang memasok ke Pertamina.
d. Listrik
Tahun 2011 subsidi listrik ditargetkan sebesar Rp 65,48 triliun, namun pada akhir tahun 2011
jumlah subsidi listrik yang terealisasi adalah sebesar Rp 93,29 triliun atau capaian kinerja
hanya sebesar 57,53%, besarnya realisasi subsidi listrik yang melebihi target pada tahun
2011 ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Naiknya ICP dari semula 95 USD/barrel menjadi 111 USD/Barrel, kurs semula Rp 8.700
menjadi Rp 8.734;
2. Target pasokan gas sebesar 320 TBTU diperkirakan hanya tercapai sebesar 284 TBTU;
3. Mundurnya COD beberapa PLTU Batubara program 10.000 MW Tahap I, repowering PLTU
Batubara reguler, dan menurunnya capacity factor, sehingga target semula pasokan
batubara sebesar 37 juta ton diperkirakan terealisasi 29 juta ton.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
6. Prosentase pemanfaatan produk sektor ESDM :
a. Prosentase pemanfaatan hasil produksi minyak bumi domestik yang diolah menjadi
LPG, BBM dan hasil olahannya.
Dengan adanya penambahan kilang-kilang gas baru setelah implementasi UU No. 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, maka kapasitas pengolahan gas bumi di dalam negeri
pada akhir tahun 2011
mengalami
peningkatan sebesar
1,37% dibanding tahun
2010 dikarenakan
pada bulan April 2011
kilang Yudistira Energi
dengan kapasitas 160
ton/ hari (58 MTPA)
mulai beroperasi,
dengan produksi
kilang LPG oleh
Pertamina sebesar
1156 MTPA, kilang
pola hulu sebesar
2.342 MTPA dan
kilang pola hilir
sebesar 724 MTPA, sehingga pasokan LPG dari kilang dalam negeri total sejumlah 4.222
MTPA.
Secara umum, persentase LPG di kilang dalam negeri pada tahun 2011 menurun sebesar
8,29% dibanding tahun 2010. Penurunan ini salah satunya disebabkan oleh tidak
beroperasinya kilang LPG milik KKKS Conoco Phillips di Belanak dikarenakan Calm Buoy
untuk LPG FSO (Gas Concord) tenggelam, dimana kapasitas LPG dari kilang tersebut bisa
mencapai 1.150 ton/ hari.
Gambar 5.8. Kilang LPG & LNG di Indonesia
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
b. Prosentase pemanfaatan produksi gas untuk kebutuhan domestik
Pada tahun 2011 ini kebijakan alokasi
gas untuk kebutuhan domestik
(contracted demand+potential
demand) lebih diutamakan yaitu
mencapai 58%, namun pada
kenyataan terealisasi sebesar 41,2%
atau 4.468,2 MMSCFD, menurun
sebesar 8,8% dibandingkan tahun
2010 yang sebesar 4.848 MMSCFD.
Sehingga capaian kinerja untuk
kinerja ini adalah sebesar 81,9%. Dari
tahun ke tahun, ekspor gas sudah
mulai dikurangi, sebaliknya
pemanfaatan domestik terus diintensifkan. Trend pemanfaatan gas bumi saat ini mulai
meningkat untuk domestik dibandingkan ekspor sebagaimana grafik di bawah ini, hal tersebut
menunjukkan keberpihakan untuk pemenuhan domestik.
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
B
B
T
U
D
Ekspor Domestik
Tangguh 710 BBTUD
c. Prosentase hasil pemanfaatan batubara untuk kebutuhan domestik.
Dalam rangka mencukupi kebutuhan batubara di dalam negeri, maka pemerintah menerapkan
kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Diterapkannya DMO batubara cukup efektif untuk
Ekspor
42%
peningkatan produksi
3,8 %
Pupuk
11%
Listrik
24 %
Industri
19%
Gas Kota
0 ,023 %
BBG Transportasi
0 ,19 %
Gambar 5.9. Alokasi Gas Bumi Tahun 2011
(Contracted Demand+Potential Demand)
Tahun 2011 (contracted demand+potential demand) alokasi gas bumi untuk domestik 58%
(peningkatan produksi pupuk, listrik, industri lain, gas kota dan BBG transportasi), ekspor
42%.
Grafik 5.3. Pemanfaatan Gas Bumi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
turut menjamin ketersediaan batubara dalam negeri. Berdasarkan KepMen ESDM No. 2360
K/30/MEM/2010 Tentang Penetapan Kebutuhan Dan Persentase Minimal Penjualan Batubara
Untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2011, dinyatakan bahwa perkiraan kebutuhan batubara
untuk kepentingan dalam negeri (end user domestic) oleh pemakai batubara tahun 2011 adalah
sebesar 78,97 (tujuh puluh delapan koma sembilan puluh tujuh) juta ton.
Pemanfataan batubara untuk domestik pada tahun 2011 mencapai 60,15 juta ton atau sebesar
22,2% dari total produksi sebesar 293 Juta Ton, sedangkan untuk ekspor sebesar 209,1 juta ton.
Jumlah pemanfaatan batubara untuk domestik ini lebih rendah dari jumlah di tahun 2010 yang
mencapai 24,4% dari total produksi atau sebanyak 67 Juta Ton dari total produksi 275 Juta ton,
dan sisanya sebesar 208 Juta Ton untuk diekspor. Begitu pula bila dilihat dari pencapaian target
yang sebesar 78,97 juta ton,
hanya terealisasi sebesar
76,12%. Penurunan jumlah
DMO ini terjadi dikarenakan
mundurnya jadwal COD PLTU
mengakibatkan terjadinya
perubahan kebutuhan
domestik tahun 2011.
Secara rinci pemanfaatan
batubara untuk kebutuhan
dalam negeri dapat dilihat
pada tabel di samping.
d. Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM Transportasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM no 32/2008 mandatory (kewajiban) pemanfaatan BBN
untuk transportasi (baik dengan subsidi dan nonsubsidi) serta untuk industri mencapai antara 3-7
persen dari total bauran energi. Realisasi pemanfaatan Biodesel hingga April 2011 hanya
mencapai 116.449 kiloliter atau 8,98 persen dari kewajiban 1,297 juta kiloliter.
Pemanfaatan BBN pada BBM transportasi ditargetkan sebesar 2,5%, namun pada realisasinya
tercapai sedikit melebihi target yaitu sebesar 2,52 %, dengan demikian capaian kinerja ini adalah
sebesar 100,8%. Realisasi pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel pada tahun ini
mengalami peningkatan 5,22%dibandingkan tahun 2010 lalu.
1. PT. PLN (Persero) 37 61, 52 4. 000 5. 200
2. IPP 8,97 14, 91 4. 000 5. 200
3. PT. FREEPORT I NDONESIA 0,83 1,38 5. 650 6. 150
4. PT. NEWMONT NUSA TENGGARA 0,47 0,78 5,200
5. PT. PUSAKA JAYA PALU POWER 0,19 0,32 5,000
1 PT INCO 0,14 0,23 5,900
2. PT.ANTAM.Tbk 0,20 0,33 > 6. 600
1. SEMEN 8,86 14, 73 4. 100 6. 300
2. TEKSTI L DAN PRODUKTEKSTIL 1,97 3,28 5. 000 6. 500
3. PUPUK 0,92 1,53 4. 500 5. 000
4. PULP 0,6 1 5. 000 5. 500
60,15 100
B. METALURGI
C. SEMEN, TEKSTIL, PUPUK DAN PULP
TOTAL
A. PLTU
NO. I NDUSTRI
TONASE
(JUTA
TON)
% GCV (GAR)
Tabel 5.7. DMO Batubara Tahun 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Saat ini, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral c.q. Direktorat Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
sedang menggodog rancangan revisi indeks
harga BBN ke Kementerian Keuangan.
Dimana pada rancangan tersebut dijelaskan,
alasan dilakukan revisi harga karena
Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi Nasional untuk mengembangkan
sumber energi alternatif sebagai pengganti
Bahan Bakar Minyak (BBM), yang diikuti oleh
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006
tentang Penyedian dan Pemanfaatan BBN sebagai Bahan Bakar Lain, didalam perkembangannya
(sejak tahun 2006), realisasi pemanfaatan BBN di Indonesia masih jauh dari target yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri (Permen) No 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan,
Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati sebagai Bahan Bakar Lain.
e. Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi tahun 2011 yang ditargetkan sebesar 70,4%, dapat tercapai sepenuhnya. Rasio
elektrifikasi tahun 2011 tersebut mengalami peningkatan sebesar 4,20% dibandingkan dengan
realisasi tahun 2010 sebesar 67,2%.
f. Penurunan Intensitas Energi
Intensitas energi adalah energi yang
dibutuhkan untuk meningkatkan
gross domestic product (GDP) atau
produk domestik bruto. Semakin
efisien suatu negara, maka
intensitasnya akan semakin kecil.
Intensitas energi Indonesia pada
tahun 2011 ini mencapai 3,41 BOE
(barrel-oil-equivalent) per kapita
(dihitung berdasarkan pertumbuhan
rata-rata 2% per tahun).
Perkembangan Intensitas konsumsi
energi per kapita dapat dilihat pada Gambar di samping ini.
Salah satu indeks yang biasa digunakan untuk mengukur kebutuhan energi terhadap
Grafik 5.4. Perkembangan Intensitas Energi Final Indonesia
Tahun 2000-2010
Tabel 5.10. Bahan Bakar Nabati
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
perkembangan ekonomi sebuah negara adalah Elastisitas Energi, yaitu pertumbuhan kebutuhan
energi yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi (GDP) tertentu. Angka
elastisitas energi di bawah 1,0 dicapai apabila energi yang tersedia telah dimanfaatkan secara
produktif. Elastisitas energi di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 1,6. Di negara-negara
maju elastisitas ekonomi berkisar antara 0,1% hingga 0,6%. Angka elastisitas di Indonesia masih
>1 yang mengindikasikan pemanfaatan energi belum efisien, hal ini ditandai dengan intensitas
energi yang tinggi.
7. Prosentase peningkatan pemberdayaan kapasitas nasional
a. Persentase Jumlah Tenaga Kerja Nasional (TKN) Sektor ESDM terhadap Jumlah Tenaga
Kerja Sektor ESDM.
Realisasi perbandingan penggunaan tenaga asing dan penggunaan tenaga kerja nasional di
Sektor ESDM pada tahun 2009 sampai dengan 2011 ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5.8
Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Kerja Asing
Sub Sector 2009 2010 2011
TKN TKA TKN TKA TKN TKA
Migas 275.908 3.088 291.455 4.270 276.532 3.211
Pertambangan Umum 130.509 994 143.067 1.017 181.267 1.308
Jumlah 406.417 4082 434.522 5.287 457.799 4.519
Jumlah Tenaga Kerja Sektor ESDM 410.499 439.809 462.318
Pada tahun 2011 ini penggunaan TKN mencapai 99% dari total tenaga kerja sektor ESDM, seperti
yang dapat dilihat pada tabel di atas. Perlu dijelaskan bahwa penetapan target sebesar 95,95%
berdasarkan capaian realisasi tahun 2010.
b. Persentase penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri dalam pembangunan sektor
ESDM
Secara keseluruhan realisasi persentase peningkatan pemberdayaan nasional adalah 109%. Perlu
diketahui, bahwa pemberdayaan kapasitas nasional sektor ESDM diukur dari 2 indikator kinerja yaitu:
penggunaan tenaga kerja lokal dan penggunaan kandungan lokal (produk dalam negeri).
Selanjutnya realisasi penggunaan tenaga kerja lokal yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
sektor ESDMadalah sebesar 55,5%dibandingkan target 48% atau melampaui target yang ditetapkan
sebesar 115,6%. Begitu pula dengan penggunaan produk dalam negeri (local content) yang digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan sektor ESDM di tahun 2011 ini melebihi target yang ditetapkan sebesar
103%, atau dari target sebesar 48% terealisasi sebesar 55,5%. Tabel pengukuran kinerja dari 2
indikator pendukung ini adalah:
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Indikator kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Persentase Jumlah Tenaga Kerja
Nasional Sektor ESDM terhadap
Tenaga Kerja Sektor ESDM
% 95.95 99 103
2. Persentase penggunaan barang
dan jasa produksi dalam negeri
dalam pembangunan sektor ESDM
% 48 55.5 115.6
8. Prosentase Kemampuan pasokan energi (BBM) dalam negeri
Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi dalam negeri secara langsung menuntut adanya
ketersediaan fasilitas pengolahan migas yang cukup memadai, baik dari segi kapasitas maupun
maupun produksi. Meningkatnya konsumsi BBM di Indonesia terkait pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor tidak disertai dengan penambahan kapasitas produksi kilang, sehingga
kekurangan jumlah pasokan BBM di Indonesia dipenuhi dari impor.
Sampai dengan akhir tahun 2011, produki BBM mencapai 37,48 juta kiloliter (terdiri dari produksi
kilang Pertamina, kilang Pusdiklat Migas, kilang TPPI dan kilang TWU).
Pada tahun 2011 realisasi pemenuhan BBM dalam negeri hanya mencapai 59,4% dari target yang
ditetapkan sebesar 70% atau capaian kinerja adalah 84%. Realisasi pemenuhan pasokan energi
dalam negeri ini juga mengalami penurunan sebesar 13,4% dari realisasi ditahun 2010 yang
sebesar 68,22%.
Penghitungan realisasi pencapaian target adalah sebagai berikut: Produksi BBM dalam negeri
tahun 2011 mencapai 37,48 Juta KL, sedangkan konsumsi BBM sebesar 63,18 Juta KL, kelebihan
konsumsi dipenuhi dari impor sebesar 25,7 Juta KL.
Sebagian besar pasokan BBM untuk Indonesia, dipasok dari kilang milik Pertamina, dengan
status pada tahun 2011 terdapat lima kilang Pertamina yang aktif berproduksi.
Kapasitas total kilang minyak yang beroperasi di Indonesia pada akhir tahun 2011 adalah sebesar
1.157,1 MBCD yang terdiri atas:
1. Kilang PT Pertamina (Persero) dengan total kapasitas 1047,3 MBCD
- RU-II Dumai / Sungai Pakning : 177 MBCD
- RU-III Plaju / S. Gerong : 127,3 MBCD
- RU-IV Cilacap : 348 MBCD
- RU-V Balikpapan : 260 MBCD
Tabel 5.9
Indikator Kinerja Pemberdayaan Kapasitas Nasional
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
- RU-VI Balongan : 125 MBCD
- RU-VII Kasim : 10 MBCD
2. Kilang Pusdkilat Migas Cepu dengan kapasitas 3,8 MBCD
3. Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dengan kapasitas 100 MBCD,
mengolah bahan baku berupa kondensat.
4. Kilang PT Tri Wahana Universal (TWU) dengan kapasitas 6 MBCD
Selain berbahan baku minyak bumi/kondensat, BBM juga dapat dihasilkan dari bahan baku
lainnya, seperti di kilang PT Patra SK di Dumai yang berbahan baku uncorverted oil (kapasitas 25
MBCD) serta PT Primergy Solution (Gresik) yang menghasilkan BBM dari pelumas bekas
(kapasitas pelumas bekas 600 ton per bulan).
Tabel 5.10
PRODUKSI I MPOR TOTAL
KONSUMSI DALAM
NEGERI
EKSPOR TOTAL
2000 42, 654, 625 16, 725, 175 59, 379, 800 55, 059, 335 55, 059, 335
2001 43, 680, 109 13, 760, 006 57, 440, 116 56, 855, 740 56, 855, 740
2002 43, 029, 258 16, 970, 455 59, 999, 714 57, 667, 388 57, 667, 388
2003 42, 520, 910 16, 896, 735 59, 417, 645 58, 361, 343 58, 361, 343
2004 43, 233, 064 19, 150, 684 62, 383, 748 62, 209, 235 62, 209, 235
2005 40, 991, 618 25, 848, 233 66, 839, 851 62, 534, 260 26, 483. 7 62, 560, 744
2006 38, 689, 741 20, 356, 241 59, 045, 982 58, 574, 788 153, 702. 7 58, 728, 491
2007 37, 552, 098 22, 906, 030 60, 458, 127 60, 7 17, 020 254, 416. 0 60, 971, 436
2008 38, 529, 142 23, 846, 535 62, 375, 677 60, 223, 609 284, 252. 4 60, 507, 861
2009 37, 940, 033 21, 985, 209 59, 925, 241 58, 277, 008 258, 638. 5 58, 535, 646
2010 37, 483, 960 26, 017, 420 63, 501, 380 62, 187, 080 504, 480. 0 62, 691, 560
2011 37, 483, 960 31, 290, 865 68, 774, 825 63, 188, 439 288, 838. 00 63, 477, 277
*Data Unaudited
SUPPLY DEMAND BBM INDONESIA
TAHUN
SUPPLY ( KL) DEMAND ( KL)
9. Persentase peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah
Peran sektor ESDM juga penting sebagai pendorong pembangunan daerah. Peran sektor ESDM
terhadap pembangunan daerah diwujudkan, antara lain melalui dana bagi hasil (DBH), kegiatan
pengembangan masyarakat atau community development (comdev) atau corporate social responsibility
(CSR). Selain itu terdapat program pembangunan Desa Mandiri Energi (DME), dan Pemboran air tanah
yang merupakan program-program pro-rakyat sehingga pembangunan daerah dapat berjalan lebih
efektif.
a.Jumlah Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana Undang-Undang Nomor 33/2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. DBH sektor ESDM
bersumber dari kegiatan minyak bumi, gas bumi dan pertambangan umum, serta panas bumi.
DBH sektor ESDM pada tahun 2011 mencapai sebesar Rp. 40,9 triliun yang terdiri dari minyak bumi
Rp. 16,4 triliun, gas bumi Rp. 11,7 triliun, pertambangan umum Rp. 12,3 triliun dan panas bumi Rp.
0,5 triliun.
b. Jumlah CSR dan Community Development
Di sektor energi dan sumber daya mineral, community development (comdev) adalah bagian dari
tanggung jawab korporat (Corporate Social Responsibility) yang merupakan komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan
perusahaan, keluarga karyawan tersebut berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara
keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Kegiatancomdev dilakukan antara lain melalui: Ekonomi (peningkatan pendapatan, perbaikan jalan,
sarana pertanian, pembangunan/perbaikan sarana ibadah), Pendidikan dan Kebudayaan (kelompok
usaha, pelatihan, perencanaan), Kesehatan (kesehatan terpadu, air bersih), Lingkungan
(penanaman bakau, reklamasi) dan lainnya (kegiatan sosial, penyuluhan, pembangunan sarana olah
raga).
Rencana dana comdev sektor ESDM pada tahun 2011 sebesar Rp. 1,56 triliun, sedangkan terealisasi
sebesar Rp. 1,66 triliun atau 106% terhadap target 2011.
c. Jumlah Desa Mandiiri Energi berbasis BBN
Jumlah Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN dan Non BBN sesuai dengan yang
ditargetkan, yaitu dari target sebesar 50 DME, terealisasi sebesar 51 DME atau capaian
kinerja sebesar 100 %. Realisasi melebihi target, dikarenakan terdapat pengalihan jenis fisik
dari PLT Mikrohidro menjadi PLT Pikohidro (2 unit).
Pembangunan DME tahun 2011 dilaksanakan di 17 Propinsi yang mencakup: DME berbasis
Singkong di 6 lokasi (5 propinsi), DME berbasis Nipah di 3 lokasi (2 propinsi), DME berbasis
Biomassa di 3 lokasi (1 propinsi), DME berbasis Biogas di 8 propinsi, DME berbasis PLTMH di 8
propinsi, DME berbasis PLT Pikohidro di 2 propinsi, DME yang menggunakan peralatan
kegiatan produktif sebanyak 9 propinsi.
Perkembangan DME yang berhasil diwujudkan Kementerian ESDM sejak tahun 2009 hingga
2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.11
Perkembangan DME Tahun 2009-2011
No Indikator Realisasi DME
Total Kumulatif
2009 2010 2011
1 DME berbasis Non BBN 62 34 19 115
2 DME berbasis BBN 28 16 32 75
Total DME 90 50 51 191
Gambar 5.11. Bahan Bakar Nabati yang Digunakan Pada Pembangunan DME
d. Jumlah daerah sulit air yang kebutuhan air bersihnya dapat terpenuhi melalui sumur bor
air tanah
Program pembangunan daerah lainnya, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah
program penyediaan air bersih melalui pemboran air tanah. Program tersebut dilakukan sejak tahun
1995 melalui pendanaan dari APBN.
Pada tahun 2011, telah dilaksanakan pemboran air tanah di 255 lokasi dengan peruntukan bagi
640.560 jiwa. Sedangkan selama periode 1995 sampai dengan 2011 ini, total pemboran air tanah
yang telah dilakukan sebanyak 784 titik yang tersebar di seluruh Indonesia dengan peruntukan bagi
sekitar 1,8 juta jiwa.
e.Jumlah wilayah yang teraliri jaringan gas untuk rumah tangga
Pada tahun 2011 ini telah dilaksanakan pembangunan gas kota di 5 kota yaitu Rusun Jabotabek,
Bontang, Sengkang, Sidoarjo (lanjutan) dan Bekasi (lanjutan). Dari target sebanyak 16.000
sambungan rumah tangga (SR) yang direncanakan akan dibangun pada 5 Kota (Wilayah) terealisasi
sebanyak 17.939 SR, atau capaian target sebesar 112%.
f. Jumlah wilayah yang terbangun fasilitas dan pemanfaatan gas untuk transportasi.
Target di tahun 2011 ini akan dibangun fasilitas dan pemanfaatan gas untuk transportasi
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
sebanyak 4 (empat) instalasi SPBG dan satu bengkel pemeliharaan peralatan BBG untuk
transportasi di Palembang. Semua target yang telah ditetapkan dapat direalisasikan, dengan kata
lain, capaian kinerja ini adalah 100%. Sebagai tambahan informasi kinerja, ditahun ini juga telah
dibagikan 200 Konverter Kit untuk angkutan kota dan taksi di Kota Palembang.
10. Persentase pemanfaatan energi Non BBM dalam rangka diversifikasi energi
Selain dengan memberdaya kan energi terbarukan, KESDM juga melakukan upaya untuk
mengurangi pembangkit tenaga listrik yang masih menggunakan produk minyak bumi (BBM)
dengan memberdayakan gas bumi, batubara, panas bumi dan air sebagai energi alternatif bahan
baku utama untuk pembangkit tenaga listrik.
a.Pangsa Gas Bumi
Pangsa gas bumi ditargetkan dapat mencapai 30% di tahun 2011 ini, namun yang dapat
direalisasikan sebesar 26%, atau 86,67%. Tidak tercapainya target pemanfaatan gas bumi sebagai
pembangkit tenaga listrik dikarenakan terlambatnya COD PLTU dalam FTP I, sehingga pasokan
gas yang disediakan untuk pembangkit tersebut tidak terpakai. Sebagai penggantinya
dioperasikannya PLTD sewa di beberapa sistem kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga listrik sementara karena belum beroperasinya pembangkit utama yang telah
direncanakan.
b. Pangsa Batubara
Batubara masih merupakan energi yang mendominasi energi mix bagi pembangkit tenaga
listrik, pada tahun ini pangsa batubara untuk pembangkit listrik mencapai 46% dari target
yang ditetapkan sebesar 49%, atau dengan kata lain capaian kinerja sebesar 93,88%.
c. Pangsa Panas Bumi
Pangsa energi panas bumi ditahun 2011 ini hampir mencapai target yang telah ditetapkan
yaitu sebesar 4,22 % dari target sebesar 4,24% atau capaian 99,6%. Hal ini disebabkan
adanya penambahan potensi energi lebih besar dari kenaikan jumlah kapasitas terpasang.
d. Pangsa Tenaga Air 7
Realisasi pangsa tenaga air pada tahun ini tercapai sesuai target yaitu sebesar 7%, namun angka ini
masih di bawah realisasi pada tahun 2010 yang mencapai 12%.
e.Pangsa Bio Diesel Bio Energi
Tahun 2011 ini bio diesel mulai dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik, walaupun
pangsa biodiesel masih relatif rendah yaitu 0,08%, namun angka tersebut sesuai dengan
target yang ditetapkan. Jumlah bio diesel yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik pada
tahun ini adalah sebesar 4.253.839 KL.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
5.3. Capaian Kinerja Tujuan Strategis
Tujuan I : Terjaminnya Pasokan Energi Dan Bahan Baku Domestik
Salah satu peran dominan sektor ESDM dalam pembangunan nasional adalah menjamin
pasokan energi dan mineral dalam negeri, baik untuk bahan bakar maupun bahan baku. Untuk
mewujudkan hal tersebut, pada dasarnya Indonesia memiliki sumber energi yang
beranekaragam dan jumlahnya memadai. Hingga saat ini, minyak bumi masih merupakan
tulang punggung energi Indonesia, meskipun cadangannya terbatas dan terdapat beraneka
ragam sumber energi non-BBM yang penggunaannya semakin digalakan oleh Pemerintah.
Dalam menjamin penyediaan energi domestik, telah dilakukan optimasi produksi energi fosil
yaitu minyak bumi, gas bumi dan batubara. Produksi minyak bumi, sebagai energi tidak
terbarukan, cenderung menurun dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2007, produksi minyak
berada di bawah level 1 juta barel per hari. Namun, dengan adanya temuan cadangan baru
seperti Blok Cepu, maka dalam jangka pendek akan terjadi kenaikan produksi minyak Indonesia
yang tidak akan bertahan lama karena terjadi natural decline rate yang cukup tinggi sekitar
12%per tahun.
Sebagaimana diketahui, sekitar 60% produksi minyak Indonesia dipasok untuk kebutuhan
dalam negeri dan sisanya sebesar 40% untuk ekspor. Selanjutnya, terkait pasokan bahan baku
domestik, sektor ESDM memberikan kontribusi utamanya pada pasokan gas dan bahan
mineral. Pemakaian gas domestik dimanfaatkan untuk industri pupuk, kilang petrokimia,
kondensasi, LPG, PGN, PLN, Krakatau steel, industri lainnya. Selanjutnya pasca diterbitkan UU
Migas Nomor 22 tahun 2001, alokasi gas bumi domestik mencapai 63,5%, sedangkan alokasi
gas bumi ekspor sebesar 36,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pada tataran kebijakan dan
perencanaan, upaya pengutamaan pasokan gas bumi domestik sudah berjalan sangat baik.
Meskipun saat ini kebijakan alokasi gas untuk domestik sudah diprioritaskan, namun ekspor gas
juga tetap diperlukan untuk mencapai skala keekonomian dari suatu lapangan gas bumi,
mengingat harga gas bumi domestik pada umumnya lebih rendah dibandingkan untuk ekspor.
Disamping gas bumi, bahan mineral juga berperan penting sebagai pemasok bahan baku
industri. Bahan mineral tersebut antara lain tembaga, emas, perak, bauksit, nikel, timah, intan
dan besi.
Dalam rangka mewujudkan tujuan di atas, ditetapkan 5 (lima) sasaran sebagai berikut:
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sasaran 1. Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 9 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)
1. Produksi minyak bumi MBOPD 945 902 95
2. Produksi gas bumi MBOEPD 1.534 1.516 99
3. Produksi CBM MBOEPD 0 0 -
4. Produksi batubara Juta Ton 327 293 89
5. Pasokan batubara untuk kebutuhan
dalam negeri
Juta Ton 79 65 82
6. Produksi mineral
Tembaga Ton 665.158 618.297 93
Emas
Kg 102.562 78.148 76
Perak Kg 278.431 223.078 80
Ni + Co in matte Ton 70.500 70.936 100,6
Timah Ton 75.000 60.002 80
Bijih nikel Ton 8.500.000 8.522.128 100,2
Ferronikel Ni 18,000 19.990 111
Bauksit Mt 10.000.000 10.887.659 109
Bijih besi Mt 5.000.000 5.215.391 104
Granit M
3
2.500.000 2.810.148 112
7. Produksi BBM Juta KL 36,5 37,23 102
8. Produksi LPG Juta Ton 2 2,32 116
9. Produksi LNG Juta Ton 23.29 21.97 94
Secara umum, produksi minyak dan gas bumi tahun 2011 lebih rendah dibandingkan tahun
2010. Di sisi lain, produksi batubara mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 6%.
Namun, apabila energi fosil dilihat sebagai satu kesatuan (as single comodity), produksi energi
fosil mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010.
Produksi energi fosil Indonesia tahun 2011 ditargetkan sebesar 6.239 ribu BOEPD (Barel Oil
Tabel 5.12
Indikator Kinerja Sasaran 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Ekuivalen Per Day). Pada realisasinya, produksi energi fosil Indonesia tahun 2011 mencapai
5.782 ribu BOEPD atau 93% terhadap target tahun 2011. Produksi energi fosil tersebut ekivalen
dengan 101,5% realisasi tahun 2010 sebesar 5.698 ribu BOEPD. Peningkatan tersebut berasal
dari produksi batubara yang diperkirakan mencapai 293 juta ton atau 106% dibandingkan
tahun 2010 sebesar 275 juta ton. Secara rinci capaian kinerja sasaran ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.12.
Produksi Energi Fosil
Penjelasan atas capaian kinerja produksi energi fosil adalah sebagai berikut:
1. Produksi Minyak Bumi
Lifting minyak bumi tahun 2011 berdasarkan APBN 2011 ditargetkan sebesar 970 ribu BOPD
dan mengalami perubahan berdasarkan APBN-P 2011 menjadi sebesar 945 ribu BOPD.
Realisasi produksi minyak bumi sampai dengan akhir Desember 2011 sebesar 902 ribu
BOPD atau 95% dari
target APBN-P
2011. Beberapa
tahun terakhir ini,
produksi minyak
Indonesia dibawah
1 juta BOPD,
mengingat
mayoritas lapangan
yang berproduksi
saat ini merupakan
lapangan tua.
Namun dengan
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
R
i
b
u

B
a
r
e
l

P
e
r
h
a
r
i
Total 904 907 912 904 905 892 902 911 908 900 891 889 902
Minyak 791 794 798 793 797 788 798 800 798 792 789 773 793
Kondensat 113 113 113 112 108 104 105 111 110 108 102 116 110
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Rata-
Rata
Grafik 5.5. Produksi Minyak Bumi dan Kondensat Indonesia/Bulan
Tahun 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
ditemukannya cadangan minyak di Blok Cepu (lapangan Banyu Urip) yang cukup signifikan,
diharapkan pada saat pengembangan lapangan Banyu Urip secara full scale telah selesai,
produksi minyak akan dapat kembali meningkat.
Belum tercapainya target produksi minyak tahun 2011 disebabkan antara lain :
i. Kehilangan peluang produksi karena unplanned shutdown antara lain:
1. Masalah peralatan (kerusakan kompresor/pompa; kerusakan pipa)
2. Kejadian alam (a.l. penurunan temperatur akibat hujan dan banjir sehingga terjadi
pengentalan minyak, cuaca buruk/gelombang laut tinggi )
ii. Kehilangan produksi karena kendala lain:
1. Keterlambatan proyek /pengembangan lapangan
2. Permasalahan offtaker
3. Kendala subsurface (a.l. kenaikan water cut, problem kepasiran)
iii. Perpanjangan planned shutdown.
iv. Kendala perijinan, khususnya ijin lokasi pemboran dan transportasi.
v. Permasalahan sosial (pencurian minyak dan demonstrasi masyarakat)
Perbandingan produksi minyak bumi sepanjang tahun 2006 hingga tahun 2011 terlihat pada
grafik di bawah ini :
Penurunan trend produksi minyak bumi sesungguhnya juga terjadi secara global. Produksi
minyak bumi dunia sudah mulai tergantikan dengan energi fosil lainnya seperti batubara, gas
bumi dan unconventional gas seperti CBM, shale gas, gas hydrates serta renewable energy.
Apabila produksi minyak bumi dilihat secara keseluruhan bersama gas bumi dan batubara
(sebagai energi fosil), maka totalnya menjadi 5.769 ribu barel oil equivalen per day (BOEPD)
atau 101% dari tahun 2010, sehingga melampaui target tahun 2011.
Grafik 5.3. Produksi Minyak Bumi
840
860
880
900
920
940
960
980
1.000
1.020
2006 2007 2008 2009 2010 2011
t ar get 1.000 950 927 960 965 945
r eal i sasi 1.006 954 979 948 945 902
r
i
b
u

b
a
r
e
l

p
e
r

d
a
y

(
b
p
d
)
Grafik 5.6. Perbandingan Produksi Minyak Bumi Tahun 2006-2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Cadangan minyak bumi pada tahun 2011 sebesar 7.732,27 MMSTB, yang terdiri dari cadangan
terbukti (proven) sebesar 4.039,57 MMSTB Dan cadangan potensial sebesar 3692,70 MMSTB.
Dengan tingkat produksi seperti saat ini, maka berdasarkan perbandingan antara total
cadangan minyak bumi dengan tingkat produksi minyak saat ini diperkirakan cadangan minyak
bumi masih dapat bertahan sekitar 23 tahun (dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan
baru).
Upaya-upaya strategis yang telah dilakukan untuk mencapai target antara lain:
Mendorong optimasi produksi pada lapangan eksisting termasuk penerapan EOR.
Meningkatkan kehandalan peralatan produksi dengan preventive/ predictive maintenance
untuk mengurangi unplanned shutdown.
Melaksanakan percepatan pengembangan lapangan baru, dan lapangan /struktur idle
Pertamina EP.
Meningkatkan koordinasi untuk penyelesaian masalah yang terkait dengan regulasi,
perijinan dan tumpang tindih lahan dan keamanan.
Dalam rangka peningkatan produksi minyak, diharapkan pada 2-3 tahun ke depan, produksi
minyak dari Blok Cepu dapat berproduksi full scale. Cadangan lapangan Banyu Urip Blok Cepu
diperkirakan lebih dari 450 juta barel minyak dan direncanakan dapat mencapai puncak
produksi (peak production) sebesar165.000 barel minyak per hari.
PAPUA
NATUNA
MALUKU
TERBUKTI = 4,039.57 MMSTB
POTENSIAL = 3.692.70 MMSTB
TOTAL = 7,732.27 MMSTB
NAD
SUMATERA UTARA
SUMATERA TENGAH
SUMATERA SELATAN
JAWA TIMUR
JAWA BARAT
SULAWESI
KALIMANTAN
CADANGAN MINYAK BUMI ( MMSTB )
110.85
3,847.79
838.00
360.65
599.40
1031.94
669.24
49.11
37.92
65.73
121.65
Gambar 5.12. Cadangan Minyak Bumi Indonesia Tahun 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.13. Peletakan Batu Pertama Proyek Banyu Urip
di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, 6 Desember 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pada tanggal 6 Desember 2011, Menteri ESDM melakukan kunjungan lapangan sekaligus
melakukan peletakan batu pertama Proyek Banyu Urip di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa
Timur. Peletakan batu pertama ini menandai dimulainya pengerjaan pengembangan penuh
Proyek Banyu Urip.
Menteri ESDM, Jero Wacik meminta agar penyelesaian proyek ini bisa dipercepat mengingat
pentingnya kontribusi lapangan tersebut terhadap peningkatan produksi minyak nasional. Hal
ini sejalan dengan arahan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang
meminta adanya langkah nyata dan aktif untuk mengantisipasi terjadinya ketahanan energi dan
pangan pada masa depan yang semakin kritis. Penyelesaian proyek ini diperkirakan akan
memakan waktu sekitar 36 bulan, tetapi Menteri ESDM meminta semua pihak agar bekerja
sama agar penyelesaiaan proyek ini bisa dipercepat. Percepatan tersebut sangat penting untuk
segera mewujudkan target Pemerintah meningkatkan produksi minyak menjadi 1 juta barel per
hari pada akhir tahun 2013.
2. Produksi Gas Bumi
Produksi gas bumi tahun 2011 sesuai APNB ditargetkan sebesar 8.541 MMSCFD atau setara
dengan 1.534 Ribu BOEPD. Pada realisasinya, produksi gas bumi tahun 2011 adalah sebesar
1.516 Ribu BOEPD atau 99% terhadap target tahun 2011. Produksi gas tersebut ekivalen
dengan 95% realisasi tahun 2010 sebesar 1.590 Ribu BOEPD.
Belum tercapainya target produksi gas bumi tahun 2011, disebabkan antara lain :
Tidak kembalinya produksi gas bumi setelah turn around di beberapa lapangan gas
Gangguan peralatan produksi seperti sulfinol absorber di PT. Arun, absorber dan valve di
NSO serta kompresor di ExxonMobil, terbakarnya FPSO Lentera Bangsa di CNOOC yang
mengakibatkan seumlah sumur harus ditutup.
Decline produksi alamiah dari sumur-sumur di lapangan yang sudah berproduksi relatif
lama (misal : VICO).
Upaya-upaya pencapaian produksi gas :
Pengembangan lapangan baru (a.l. Blok Cepu dan Donggi Senoro) termasuk percepatan
produksi sumur temuan eksplorasi.
Percepatan produksi dari lapangan-lapangan CBM (a.l. di Kalimantan Timur dan
Sumatera Selatan).
Meningkatkan kehandalan peralatan produksi dan keselamatan kerja untuk mengurangi
unplanned shutdown.
Meningkatkan koordinasi untuk penyelesaian masalah yang terkait dengan regulasi,
antara lain penerapan azas cabotage, perijinan pada lokasi kegiatan, tumpang tindih
lahan dan kawasan hutan dan pembebasan lahan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Perkembangan produksi gas bumi sejak tahun 2007 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada
grafik di bawah ini:
Sebelum tahun 2000-an, kondisi pemanfaatan gas bumi tidak seperti saat ini, dimana
kebutuhan domestik sangat tinggi. Pada saat itu, pemanfaatan gas bumi dari cadangan
besar biasanya untuk ekspor, sedangkan gas bumi dari cadangan yang kecil untuk domestik.
Selain itu, permintaan gas bumi domestik pada era tersebut juga masih sangat rendah,
sehingga kontrak-kontrak pengembangan gas bumi lebih dominan untuk ekspor. Kontrak-
kontrak gas bumi yang ditandatangani pada waktu itu merupakan kontrak jangka panjang.
Maka, ketika saat ini dimana permintaan domestik relatif tinggi, kontrak-kontrak tersebut
tidak dapat serta merta diubah untuk domestik, karena dapat berakibat pada pelanggaran
kontrak (default).
Saat ini kebijakan alokasi gas lebih mengutamakan untuk pasokan domestik, cadangan besar
dapat digunakan baik untuk domestik maupun ekspor dan cadangan kecil untuk domestik.
Dari tahun ke tahun, ekspor gas sudah mulai dikurangi, sebaliknya pemanfaatan domestik
terus diintensifkan. Trend pemanfaatan gas bumi saat ini mulai meningkat untuk domestik
dibandingkan ekspor sebagaimana grafik terlampir, hal tersebut menunjukkan keberpihakan
untuk pemenuhan domestik. Berdasarkan Perjanjian Jual Beli Gas Bumi (PJBG) dari tahun
2003-2010, porsi untuk domestik cukup besar yaitu sebesar 73,7%.
2007 2008 2009 2010 2011
Produksi Gross 7.686 7.883 8.386 9.336 8.922
Produksi Nett 7.283 7.460 7.962 8.857 8.415
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
10.000
M
M
S
C
F
D
Gambar 5.7. Produksi Gas Bumi Tahun 2007-2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Dalam rangka mendorong pasokan gas dalam negeri, dan peningkatan penerimaa negara, pada
tanggal 26 Oktober 2011, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) telah mengambil
keputusan untuk percepatan realisasi pengiriman gas bumi ke Singapura dari lapangan Gajah
Baru di West Natuna sesuai gas sale agreement (GSA) dan pengiriman ke dalam negeri sebesar
40 juta kaki kubik per hari melalui mekanisme Swap, yang akan dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik PLN di Muara Tawar, Jawa Barat.
Dengan telah disetujuinya pengiriman gas ini maka pemerintah akan terhindar dari kewajiban
pembayaran penalti sebesar Rp 5 Miliar per hari, dan sejak saat pengaliran, negara berpotensi
memperoleh pendapatan sekitar Rp 15 Miliar per hari atau Rp 5,4 Triliun per tahun.
Selain daripada itu, pengiriman gas bumi ke PLN Jawa Barat sebesar 40 juta kaki kubik per hari
yang setara dengan 6000 barel BBM per hari yang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 160
200 megawatt, sehingga PLN akan dapat menghemat biaya operasi sebesar Rp 2 3 Trilun
per tahun, yang diperoleh dari selisih harga pembelian BBM dan gas bumi.
Selanjutnya MESDM telah menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
dan Kepala BP Migas untuk segera mengambil langkah-langkah dan meningkatkan koordinasi
dengan pihak terkait untuk menyelesaikan masalah Swap tersebut.
MMSCFD ( %)
P U P U K
615, 3
7 , 3
K IL A N G
89, 5
1 , 1
P E T . K IM I A
93, 5
1 , 1
K O N D E N S A S I
12, 8
0 , 2
L P G
38, 0
0 , 5
P G N 752, 7 8 , 9
P L N
721, 4
8 , 6
K R A K A T A U S T E E L
51, 6
0 , 6
I N D U S T R I L AI N * * 552, 1 6 , 6
C IT Y G A S
0, 20
0 , 0 0 2
P E M A K A I AN S E N D I R I 544, 6 6 , 5
SUB TOTAL DOMESTI K 3. 471, 9 41, 2
F E E D K I L A N G L N G 3. 543, 7 4 2 , 0
L P G - 0 , 0
G A S P IP A 924, 5 1 1 , 0
SUB TOTAL EKSPOR 4. 468, 2 53, 0
LOSSES
488, 3
5, 8
T O T A L 8. 428, 4 100
DOMESTI K
EKSPOR
*) Status s/d Nop 2011 (Angka Produksi Net)
**) Penyaluran KKKS ke industri selain pengguna
PGN
Gambar 5.14. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi Tahun 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.15. Persetujuan percepatan pengiriman gas dari West Natuna dan tambahan pasokan ke
PLN Jawa Barat dalam rangka penghematan BBM
Untuk optimalisasi pemanfaatan gas bumi dalam negeri, pemerintah akan terus mendorong
terbangunnya infrastuktur gas bumi baik melalui pipa maupun fasilitas terminal penerima gas
bumi di daerah-daerah yang telah diprogramkan pada wilayah pertumbuhan ekonomi,
sebagaimana direncanakan dalam MP3EI, maupun pada sentra-sentra industri yang telah ada.
Dalam rangka mempercepat produksi gas bumi di cadangan yang terdapat di Indonesia,
khususnya Wilayah East Natuna, pada tanggal 19 Agustus 2011, Pemerintah Principles of
Agreement (POA) terkait rencana eksplorasi dan eksploitasi Wilayah East Natuna bersama
dengan para stakeholder yaitu PT Pertamina (Persero), Esso Natuna Ltd, Total E&P Activities
Petrolieres dan Petronas. POA tersebut dimaksudkan untuk melanjutkan proses yang menuju
pada persiapan suatu kontrak kerja sama Wilayah East Natuna yang akan ditandatangani
kemudian, dimana Pemerintah berharap dengan akan ditandatanganinya kontrak kerja sama
wilayah East Natuna akan segera dilakukan pengembangan proyek Gas East Natuna.
Gambar 5.16. Penandatanganan Principles of Agreement (POA) terkait rencana eksplorasi
Dan eksploitasi Wilayah East Natuna di KESDM, 19 Agustus 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.17. Cadangan Gas Bumi Indonesia Tahun 2011
Disamping penandatanganan Principle of Agreement, juga dilakukan penandatanganan Head of
Agreement antara PT. Pertamina EP, Mobil Cepu Ltd., Ampolex (Cepu) Pte., Ltd. dan PT.
Pertamina EP Cepu mengenai pelaksanaan unitisasi Lapangan Jambaran - Tiung Biru.
Cadangan gas bumi pada tahun 2011
sebesar 152,89 TSCF, yang terdiri
dari cadangan terbukti (proven)
sebesar 104,71 TSCF. Dan cadangan
potensial sebesar 48,18 TSCF.
Dengan tingkat produksi seperti saat
ini, maka berdasarkan
perbandingkan antara total
cadangan gas bumi dengan tingkat
produksi gas bumi saat ini,
diperkirakan cadangan gas bumi
masih dapat bertahan sekitar 49 Tahun (dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru).
Selain gas bumi konventional, Pemerintah juga mendorong unconventional resources seperti
Coal Bed Methane (CBM). Sejak ditandatanganinya Kontrak Kerja Sama (KKS) CBM yang
pertama di Indonesia pada tahun 2008, hingga saat ini total jumlah kontrak CBM yang telah
ditandatangani sebanyak 42 kontrak, yaitu 7 kontrak pada tahun 2008, 13 kontrak pada tahun
2009, 3 kontrak pada tahun 2010 dan 19 kontrak pada tahun 2011.
Dalam rangka mendukung CBM to power tahun 2011, saat ini telah ditandatangani 3 MoU
antara KKKS dengan konsumen gas dengan total gas sebesar 1,2 MMSCFD (3,6 MW), yaitu:
Vico (Blok CBM Sanga-Sanga) dengan PT PLN. Pasokan gas 0,5 MMSCFD untuk melistriki
+1,5 MW bagi masyarakat di wilayah Sanga-Sanga.
Sangatta West Cbm Inc. (Blok Sangatta I) dengan PT Kutai Timur Investama. Pasokan gas
0,5 MMSCFD untuk melistriki +1,5 MW masyarakat di wilayah Sangatta.
Medco CBM Sekayu (Blok CBM Sekayu) dengan Perusahaan Daerah Pertambangan dan
Energi Sumatera Selatan. Pasokan sekitar 0,2 MMSCFD untuk melistriki 0,6 MW masyarakat
di wilayah Sekayu.
PAPUA
NATUNA
MALUKU
TERBUKTI = 104 .71 TSCF
POTENSIAL = 48 .18 TSCF
TOTAL = 152 .89 TSCF
NAD
SUMATERA UTARA
SUMATERA TENGAH
SUMATERA SELATAN
JAWA TIMUR
JAWA BARAT
SULAWESI
KALIMANTAN
CADANGAN GAS BUMI ( TSCF )
1.29
9.01
15.79
50.94
4.24
5.73
17.36
3.83
15.22
23.91
5.56
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
3. CBM
Sampai pada tahun 2011 ini. Coal Bed Methane belum berproduksi, direncanakan baru
mulai produksi di tahun 2012.
4. Produksi Batubara
Energi di Indonesia berasal dari berbagai sumber energy, salah satunya adalah batubara.
Pasokan batubara untuk energi perlu dipenuhi dan dijaga supaya akses atau kemampuan
perusahaan batubara dalam memenuhi pasokan batubara dalam negeri dapat terukur
sehingga tidak terjadi kelangkaan batubara. Karena itu sebagai cara dalam memenuhi
pasokan batubara untuk dalam negeri. Pemerintah membuat kebijakan Domestic Market
Obligation (DMO). Kebijakan ini bertujuan untuk mewajibkan perusahaan batubara untuk
memenuhi batubara di dalam negeri.
Rencana produksi batubara nasional perlu disusun guna menjaga pasokan batubara juga
sebagai cara control pemerintah untuk menjaga kontinuitas pemanfaatan batubara untuk
mendukung pembangunan nasional.Rasio cadangan terhadap produksi dari tahun ke tahun
semakin kecil maka perencanan produksi batubara memiliki peran penting dalam konservasi
batubara.
Produksi batubara pada APBN-P 2011 ditargetkan sebesar 327 juta ton. Pada realisasinya,
produksi batubara tahun 2011 diperkirakan mencapai 293 juta ton atau 89% terhadap target
tahun 2011. Produksi Batubara 2011 hanya mencapai 89% dikarenakan belum semua data
IUP terkumpul dan saat ini sedang dalam proses pengumpulan data IUP untuk
mendapatkan data IUP yang lengkap. Data IUP yang tersaji adalah yang tercatat dan
dilaporkan secara resmi ke Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara c.q Direktorat
Gambar 5.18. Penandatanganan Nota Kesepahaman Jual Beli CBM antara PT PLN
(Persero) dan Virginia Indonesia Co. CBM Limited (VICO), di KESDM, tanggal 4
November 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pembinaan Pengusahaan Batubara. Produksi batubara tersebut ekivalen dengan 107%
realisasi tahun 2010 sebesar 275 juta ton, seperti pada tabel berikut :
Tabel 5.14
Produksi Batubara Tahun 2011
Produksi Batubara 2011 hanya mencapai 90% dikarenakan belum semua data IUP
terkumpul. Data IUP yang tersaji adalah yang tercatat dan dilaporkan secara resmi ke
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara c.q Direktorat Pembinaan Pengusahaan Batubara.
Pertumbuhan produksi batubara selama 5 (lima) tahun terakhir sebesar 8%. Pertumbuhan
ini menunjukkan trend yang positif dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional,
karena secara tidak langsung juga meningkatkan penerimaan Negara, sebagaimana terlihat
pada grafik di bawah ini.
5. Pasokan Batubara Untuk Kebutuhan Dalam Negeri
Dalam rangka mencukupi kebutuhan batubara di dalam negeri, maka pemerintah
menerapkan kebijakan DMO (Domestic Market Obligation) batubara. Diterapkannya DMO
batubara cukup efektif untuk turut menjamin ketersediaan batubara dalam negeri.
Berdasarkan KepMen ESDM No. 2360 K/30/MEM/2010 Tentang Penetapan Kebutuhan dan
Persentase Minimal Penjualan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri Tahun 2011,
dinyatakan bahwa Perkiraan kebutuhan batubara untuk kepentingan dalam negeri (end user
domestic) oleh pemakai batubara tahun 2011 adalah sebesar 78,97 juta ton. Namun target
tersebut mengalami perubahan yang diakomodir berdasarkan Kepmen ESDM nomor
Grafik 5.8. Produksi Batubara 2007-2011 dan Rencana 2012
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
1334.K/32/DJB/2011 tentang perubahan atas keputusan Menteri ESDM Nomor
2360.K/30/MEM/2010 tentang penetapan kebutuhan dan persentase minimal penjualan
batubara untuk kepentingan dalam negeri tahun 2011, sehingga komposisi DMO batubara
tahun 2011 setelah revisi, seperti tabel di bawah ini.
Tabel 5.15
DMO Batubara Tahun 2011
NO PERUSAHAAN TONASE (JUTA TON) % GCV (GAR)
I
PLN 55,82 70,69 4.000 - 5.200
IPP 8,97 11,36 4.000 - 5.200
PT FREEPORT INDONESIA 0,83 1,05 5.650 - 6.150
PT NEWMONT NUSA TENGGARA 0,47 0,60 5.200
PT PUSAKA JAYA PALU POWER 0,19 0,24 5.000
II METALURGI
PT INCO 0,14 0,17 5,900
PT ANTAM 0,20 0,25 ? 6.000
III
SEMEN 8,86 11,22 4.100 - 6.300
TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL *) 1,97 2,49 5.000 - 6.500
PUPUK 0,92 1,16 4.000 - 5.000
PULP 0,60 0,76 4.500 - 5.500
78,97 100,0 TOTAL
PLTU
SEMEN, PUPUK,PULP DAN TEKSTIL
6. Produksi Mineral
Indonesia telah lama dikenal dunia sebagai negara penghasil timah, nikel, bauksit, tembaga,
emas dan perak. Produksi Mineral di Indonesia dikelola oleh beberapa perusahaan besar,
seperti: PT. Freeport Indonesia yang menghasilkan tembaga, emas dan perak; PT Antam,
Tbk yang menghasilkan bijih nikel, emas dan perak; PT Timah, Tbk menghasilkan timah; dan
PT. Inco, Tbk menghasilkan nikel mate.
Penyusunan rencana produksi mineral oleh suatu perusahaan perlu mendapat perhatian dan
telaahan dikaitkan dengan kepentingan nasional berupa terjaminnya pasokan untuk
kebutuhan dalam negeri, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dan cadangan layak
tambang, intensitas kegiatan eksplorasi yang akan menambah jumlah cadangan layak
tambang dan memperpanjang masa operasi, kualitas dan kuantitas produk, cut of grade,
harga/permintaan pasar, keuntungan yang akan diperoleh, konservasi bahan galian, legal
aspek berupa tingkat produksi yang sesuai dengan dokumen Studi Kelayakan dan Amdal
yang disetujui, disamping memptenaGertimbangkan hambatanhambatan pengusahaan.
Penyusunan Rencana Produksi Mineral perlu dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan
produksi mineral dan batubara nasional sehingga dapat dijadikan acuan bagi pemerintah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
dalam membuat kebijakan perencanaan produksi serta optimalisasi produksi dan
pemanfaatan suatu kegiatan pengusahaan bahan galian mineral.
Tabel 5.16. Produksi Mineral
1 Logam Tembaga ton 878.377 665.158 618.297
2 Emas kg 104.535 102.562 78.148
3 Perak kg 278.781 278.431 223.078
4 Logam Timah ton 49.496 75.000 60.002
5 Bauksit mt 15.699.741 10.000.000 10.887.659
6 Bijih Besi mt 3.865.385 5.000.000 5.215.391
7 Bijih Nikel ton 7.522.759 8.500.000 8.522.128
8 Ni+Co in matte ton 77.186 70.500 70.936
9 Ferro Nikel mt Ni 18.688 18.000 19.990
10 Intan crt n.a. n.a. n.a.
11 Granit m3 2.343.133 2.500.000 2.810.148
2011
Realisasi Rencana Realisasi*)
NO KOMODITI SATUAN
2010
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan, produksi mineral tahun 2011 relatif baik, terdapat
peningkatan produksi dari beberapa komoditi mineral seperti bijih besi 37%, bijih nikel
93% dan granit 44%. Namun, kondisi tersebut belum final dan masih dilakukan
pencatatan. Beberapa komoditas yang tidak tercapai berdasarkan rencana seperti
tembaga, emas, perak dan logam timah. Hal ini dikarenakan :
a. Tidak tercapainya rencana produksi komoditas tembaga emas dan perak terjadi
akibat penurunan produksi PT Freeport Indonesia yang terjadi akibat demo dan
pemogokan kerja yang terjadi sejak triwulan III tahun 2011, yang berimbas pada
berhentinya operasional PT Freeport Indonesia.
b. Tidak tercapainya rencana produksi komoditas logam timah di tahun 2011 terjadi
akibat keputusan bersama pengusaha timah di Bangka dan Belitung untuk
menghentikan ekspor logam timah sejak Oktober 2011. Hal ini berimbas pada
terhentinya aktivitas produksi logam timah di Bangka Belitung.
7. Produksi BBM
Kebutuhan bahan bakar minyak dan gas bumi dalam negeri secara langsung menuntut
adanya ketersediaan fasilitas pengolahan migas yang cukup memadai, baik dari segi
kapaitas maupun maupun produksi. Meningkatnya konsumsi BBM di Indonesia terkait
pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor tidak disertai dengan penambahan kapasitas
produksi kilang, sehingga kekurangan jumlah pasokan BBM di Indonesia dipenuhi dari
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
impor. Sebagian besar pasokan BBM untuk Indonesia, dipasok dari kilang milik Pertamina,
dengan status pada tahun 2011 terdapat lima kilang Pertamina yang aktif berproduksi.
Kapasitas total kilang minyak yang beroperasi di Indonesia pada akhir tahun 2011 adalah
sebesar 1.157,1 MBCD yang terdiri atas:
1. Kilang PT Pertamina (Persero) dengan total kapasitas 1047,3 MBCD
- RU-II Dumai / Sungai Pakning : 177 MBCD
- RU-III Plaju / S. Gerong : 127,3 MBCD
- RU-IV Cilacap : 348 MBCD
- RU-V Balikpapan : 260 MBCD
- RU-VI Balongan : 125 MBCD
- RU-VII Kasim : 10 MBCD
2. Kilang Pusdkilat Migas Cepu dengan kapasitas 3,8 MBCD
3. Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dengan kapasitas 100 MBCD,
mengolah bahan baku berupa kondensat.
4. Kilang PT Tri Wahana Universal (TWU) dengan kapasitas 6 MBCD
Selain berbahan baku minyak bumi/kondensat, BBM juga dapat dihasilkan dari bahan baku
lainnya, seperti di kilang PT Patra SK di Dumai yang berbahan baku uncorverted oil
(kapasitas 25 MBCD) serta PT Primergy Solution (Gresik) yang menghasilkan BBM dari
pelumas bekas (kapasitas pelumas bekas 600 ton per bulan).
Sampai dengan akhir tahun 2011, produki BBM mencapai 37,23 juta kiloliter (terdiri dari
produksi kilang Pertamina, kilang Pusdiklat Migas, kilang TPPI dan kilang TWU) dari 36,5
juta kiloliter yang ditargetkan, sehingga capaian produksi BBM di tahun ini mencapai 102%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Perkembangan kilang di Indonesia tidak mengalami kemajuan semenjak RU VI Balongan
beroperasi pada tahun 1994. Semenjak itu, tidak ada lagi penambahan fasilitas kilang baru
milik Pertamina. Tercatat
hanya kilang milik swasta
dengan kapasitas kecil, yaitu
kilang milik PT TWU dan PT
TPPI di Jawa Timur yang
beroperasi. Penambahan
kilang baru oleh Pertamina
direncanakan akan dibangun
di Balongan II, Tuban dan
Banten. Sedangkan
pengembangan kilang
existing akan dilakukan
melalui penambahan
fasilitas RFCC di RU IV
Cilacap, proyek Centralized
Crude Terminal di RU V
Balikpapan, proyek Open
Access dan Calciner di RU II Dumai dan proyek revamping FCCU RU III Plaju. Dibawah ini
tabel suplly demand BBM di Indonesia, dimana terlihat bahwa supply demand BBM sedikit
Grafik 5.9. Perkembangan Kapasitas Kilang
Gambar 5.19. Kapasitas Kilang Minyak Indonesia
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
mengalami penurunan dalam sepuluh tahun terkahir, hal ini karena
adanya program pengalihan Minyak Tanah ke LPG yang telah berlangsung sejak tahun
2006, jumlah konsumsi masyarakat terutama sektor rumah tanga akan Bahan Bakar
Minyak yaitu Minyak Tanah mengalami penurunan karena sudah beralih kepada LPG.
PRODUKSI IMPOR TOTAL
KONSUMSI DALAM
NEGERI
EKSPOR TOTAL
2000 42. 654. 625 16. 725. 175 59. 379. 800 55. 059. 335 55. 059. 335
2001 43. 680. 109 13. 760. 006 57. 440. 116 56. 855. 740 56. 855. 740
2002 43. 029. 258 16. 970. 455 59. 999. 714 57. 667. 388 57. 667. 388
2003 42. 520. 910 16. 896. 735 59. 417. 645 58. 361. 343 58. 361. 343
2004 43. 233. 064 19. 150. 684 62. 383. 748 62. 209. 235 62. 209. 235
2005 40. 991. 618 25. 848. 233 66. 839. 851 62. 534. 260 26. 483, 7 62. 560. 744
2006 38. 689. 741 20. 356. 241 59. 045. 982 58. 574. 788 153. 702, 7 58. 728. 491
2007 37. 552. 098 22. 906. 030 60. 458. 127 60. 717. 020 254. 416, 0 60. 971. 436
2008 38. 529. 142 23. 846. 535 62. 375. 677 60. 223. 609 284. 252, 4 60. 507. 861
2009 37. 940. 033 21. 985. 209 59. 925. 241 58. 277. 008 258. 638, 5 58. 535. 646
2010 37. 483. 960 26. 017. 420 63. 501. 380 62. 187. 080 504. 480, 0 62. 691. 560
2011 37. 483. 960 31. 290. 865 68. 774. 825 63. 188. 439 288. 838, 00 63. 477. 277
*Data Unaudited
Tabel 5.17
Supply Demand BBM Indonesia
TAHUN
SUPPLY ( KL) DEMAND (KL)
Kebutuhan BBM dalam negeri saat ini sekitar 37% dipenuhi dari impor. Dengan
meningkatnya kebutuhan BBM dari tahun ke tahun, ketergantungan Indonesia pada impor
BBM diperkirakan akan semakin meningkat. Melihat kondisi yang ada, pemerintah telah
mendorong adanya pembangunan kilang minyak baru untuk meningkatkan kehandalan
penyediaan BBM dari dalam negeri.
Sebagai gambaran, pada tahun 2011 kapasitas kilang di dalam negeri mempunyai total 1157
MBCD, dengan estimasi produksi sebesar 676 MBCD, sedangkan angka konsumsi BBM
dalam negeri sebesar 1064 MBCD. Dengan demikian timbul defisit pasokan BBM sekitar 388
MBCD atau sekitar 36 % dari total kebutuhan nasional yang dipenuhi melalui impor BBM.
Sampai dengan tahun 2015, direncanakan hanya ada penambahan kapasitas produksi dari
mulai beroperasinya kilang Muba (0.8 MBCD) dan selesainya proyek RFCC kilang Cilacap (62
MCD). Maka dengan asumsi pertumbuhan konsumsi BBM nasional sebesar 4%/tahun, maka
proyeksi konsumsi BBM di tahun 2015 sebesar 1294 MBCD dan defisit BBM yang harus
dipenuhi dari BBM sebesar 575 MBCD atau sekitar 44% dari total kebutuhan BBM.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
0
400 ,000
800 ,000
1 ,200 ,000
1,600,000
2,000,000
V
o
l
u
m
e

(
b
b
l
/
h
a
r
i
)
Konsumsi Produksi Suplai Biofuel
Grafik 5.10. Supply Demand BBM dan Rencana
Pembangunan Kilang
Grafik 5.11. Produksi LPG 2006-2011
Terkait penjelasan di atas, di tahun 2015 saja sudah dibutuhkan 3 unit pengolahan (kilang)
baru dengan kapasitas masing-
masing 200 MBCD. Jika rencana
pembangunan kilang ini terus
tertunda dan terkendala, maka
setiap tahunnya jumlah unit kilang
baru yang perlu dibangun akan
terus bertambah dan jumlah impor
BBM pun akan semakin besar.
Perkembangan dan perkiraan
Supply demand BBM dan rencana
pembangunan kilang sejak tahun
2005 sampai dengan 2015 dapat
dilihat pada grafik di samping.
8. Produksi LPG
Dengan adanya penambahan kilang-kilang gas baru setelah implementasi UU No. 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, maka kapasitas pengolahan gas bumi di dalam negeri
pada akhir tahun 2011
mengalami sebesar 1,37%
dibanding tahun 2010
dikarenakan pada bulan
April 2011 kilang Yudistira
Energi dengan kapasitas
160 ton/ hari (58 MTPA)
mulai beroperasi, dengan
produksi kilang LPG oleh
Pertamina sebesar 1156
MTPA, kilang pola hulu
sebesar 2342 MTPA dan
kilang pola hilir sebesar 724
MTPA, sehingga pasokan LPG
dari kilang dalam negeri total sejumlah 4222 MTPA. Secara umum, persentase LPG di kilang
dalam negeri pada tahun 2011 menurun sebesar 8.29% dibanding tahun 2010. Penurunan ini
salah satunya disebabkan oleh tidak beroperasinya kilang LPG milik KKKS Conoco Phillips di
Belanak dikarenakan Calm Buoy untuk LPG FSO (Gas Concord) tenggelam, dimana
SUPPLY DEMAND BBM DAN RENCANA
PEMBANGUNAN KILANG
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
0
1000
2000
3000
4000
5000
2006 2007 2008 2009 2010 2011
R
i
b
u

M
e
t
r
i
k

T
o
n
Production Import Demand + Export
kapasitas LPG dari kilang tersebut bisa mencapai 1.150 ton/ hari. Grafik disamping ini adalah
profil produksi LPG dalam negeri selama enam tahun terakhir.
Dengan adanya program konversi minyak tanah ke LPG, konsumsi LPG nasional pada tahun
2011 diperkirakan mencapai
4,65 juta ton per tahun. Pada
tahun 2011 ini produksi LPG
adalah sebesar 2,32 juta ton,
meskipun angka produksi LPG
melebihi target yang
ditetapkan yaitu 2 juta ton,
namun jumlah ini lebih rendah
dari capaian di tahun 2010
sebesar 2,44 juta ton atau
menurun sekitar 5%.
Dengan demikian Indonesia masih membutuhkan sumber-sumber pasokan LPG baru baik
dari dalam maupun luar negeri, karena produksi LPG masih jauh dari kebutuhan konsumsi
LPG nasional.
Upaya-upaya yang sedang dilaksanakan saat ini adalah dengan mencari sumber-sumber
baru pasokan bahan baku gas bumi yang potensial seperti pemanfaatan lapangan gas
marginal sebagai bahan baku LPG maupun melalui upaya pemanfaatan alternatif bahan
bakar baru pengganti/ pencampur LPG yaitu dimethyl ether (DME), untuk mengurangi
konsumsi LPG.
Tabel 5.18
Kapasitas Desain Kilang LPG yang Beroperasi di Indonesia
Nama Badan Usaha Lokasi Kapasitas
(Ton/hari)
Kapasitas
(MTPA)
Kilang Minyak
PT. Pertamina (Persero) Dumai 185 68,00
PT. Pertamina (Persero) Musi 360 131,00
PT. Pertamina (Persero) Cilacap 630 318,00
PT. Pertamina (Persero) Balikpapan 250 91,00
Grafik 5.12. Supply Demand LPG
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Nama Badan Usaha Lokasi Kapasitas
(Ton/hari)
Kapasitas
(MTPA)
PT. Pertamina (Persero) Balongan 1500 548,00
Sub Total Kilang Minyak 1.156,00
Kilang Gas Pola Hulu
PT. Pertamina (Persero) Bontang 2,74 1.000,00
Chevron T. Santan 247 90,00
Petrochina Arar 38 14,00
Petrochina Jabung 1,315 600,00
Conoco Phillips Belanak 1,151 525,00
Hess Ujung Pangkah 247 113,00
Sub Total Kilang Gas Pola Hulu 2.342,00
Kilang Gas Pola Hilir
PT. Pertamina (Persero) P. Brandan 120 44,00
PT. Pertamina (Persero) Mundu 100 37,00
PT. Maruta Bumi Prima Langkat 46,57 17,00
PT. Medco LPG Kaji Kaji 200 73,00
PT. Titis Sampurna Prabumulih 200 73,00
PT. Sumber Daya Kelola Tugu Barat 18 7,00
PT. Odira Energy Persada Tambun 150 55,00
PT. Surya Esa Perkasa Lembak 125 46,00
PT. Yudhistira Haka Perkasa Cilamaya 120 44,00
PT. Wahana Insannugraha Cemara 102,3 37,00
PT. Media Karya Sentosa Gresik 160 58,00
PT. Tuban LPG Indonesia Tuban 480 175,00
PT. Yudistira Energi Pondok Tengah 160 58,00
Sub Total Kilang Gas Pola Hilir 724,00
Total Kilang Gas 3.066,00
Grand Total Produksi LPG 4.222,00
9. Produksi LNG
Dengan beroperasinya kilang LNG BP Tangguh pada tahun 2009, produksi LNG dalam
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Grafik 5.13. Produksi LNG Tahun 2006-2011
Gambar 5.20. Kilang LPG dan LNG di Indonesia
negeri saat ini dipenuhi oleh 3 kilang LNG yaitu kilang PT Arun, PT Badak dan BP Tangguh.
Produksi LNG tahun 2011 adalah sebesar 21,97 Juta MTon, mengalami penuru-nan sekitar
9,67 % dari tahun sebelumnya sebesar 24,10 Juta MTon.
Selain itu, untuk kilang LNG di tahun 2011 tidak ada peningkatan kapasitas
dikarenakan tidak ada kilang LNG yang terbangun. Di bawah ini adalah grafik
produksi LNG selama enam tahun terakhir.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sasaran 2. Meningkatnya kemampuan pasokan bahan baku untuk domestik
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Persentase pemenuhan kebutuhan
bahan baku pupuk dan petrokimia
% 100 92.2 92.2%
Isu yang penting dalam rencana pengembangan pabrik pupuk adalah jaminan ketersediaan dan
kontinuitas pasokan bahan baku dalam periode yang panjang. Bahan baku pabrik pupuk urea
yang paling efisien selama ini adalah gas bumi. Sebagai alternatif pertama bahan baku
diupayakan akan menggunakan gas bumi dengan jaminan pasokan paling tidak selama 20 tahun.
Untuk itu perlu diadakan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam mengupayakan
sumber-sumber gas yang diprioritaskan sebagai bahan baku pupuk.
Pemanfaatan gas bumi sangat tergantung pada tersedianya infrastruktur gas bumi yang dapat
digunakan untuk mengalirkan gas bumi dari lapangan kepada konsumen gas bumi atau yang
menghubungkan sumber-sumber gas bumi dengan pasar (konsumen). Sejauh ini perkembangan
jaringan pipa gas di Indonesia bersifat piecemeal, suatu jalur pipa baru dibangun apabila terjadi
transaksi pengiriman gas ke konsumen besar, yang kemudian diikuti oleh terbentuknya pasar di
daerah yang dilewati jalur pipa.
Untuk pemanfaatan gas bumi Indonesia yang optimal dibutuhkan suatu jaringan pipa transmisi dan
distribusi gas bumi yang terpadu yang menghubungkan multi produsen dan multi konsumen.
Namun, untuk membangun jaringan pipa gas terpadu tersebut diperlukan dana yang sangat
besar, sedangkan dana yang dimiliki Pemerintah sangat terbatas. Karena itu Pemerintah
mendorong pemanfaatan gas bumi pada mulut tambang, dalam hal ini industri yang merupakan
konsumen gas bumi dibangun disekitar lokasi cadangan gas bumi. Pembangunan industri dekat
dengan sumber gas bumi akan mengurangi biaya yang diperlukan untuk pembangunan
infrastruktur yang diperlukan untuk mengalirkan gas bumi, sehingga dapat menekan harga
gas bumi yang harus dibeli oleh konsumen. Permasalahan yang dihadapi oleh pabrik pupuk
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.19. Indikator Kinerja Sasaran 2
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
a. Umur pabrik yang tua sudah di atas 30 tahun, dimana pada saat ini pemakaian gas
buminya 25% lebih tinggi dibandingkan dengan pabrik-pabrik yang menggunakan
teknologi baru yang hemat energi.
b. Penggantian peralatan dalam jumlah besar akan menyebabkan membesarnya biaya
investasi dan operasional; peralatan yang tidak diganti, memiliki potensi yang besar
terjadi kerusakan secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan turunnya on stream days
yang meningkatkan biaya pemeliharaan dan menurunkan keandalan pabrik.
c. Suku cadang peralatan sulit diperoleh di pasaran dan jika bisa dipenuhi oleh vendor
maka harganya akan sangat mahal.
d. Sebagian besar pabrik pupuk yang menggunakan bahan baku gas bumi belum
mendapatkan alokasi jumlah gas yang cukup dalam jangka panjang.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan gas untuk industri pupuk, Pemerintah mengeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk, dimana Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral diinstruksikan untuk memprioritaskan alokasi pemenuhan
kebutuhan gas bumi untuk bahan baku dan energi industri pupuk. Revitalisasi tersebut
diprioritaskan terhadap pabrik yang sudah berumur di atas 25 tahun dan menggunakan energi
30 MMBTU/ton Urea. Revitalisasi tersebut meliputi penggantian 5 (lima) pabrik pupuk yang
sudah berusia tua yaitu pabrik Pupuk Sriwidjaja (Pusri) II, III dan IV, pabrik Pupuk Kalimantan
Timur (PKT) 1 dan pabrik Pupuk Kujang Cikampek (PKC) 1A, serta pembangunan 1 (satu) pabrik
urea ammonia baru Petrokimia Gresik (PKG) II PT.
Status pasokan gas untuk pabrik pupuk baik yang eksisting maupun untuk rencana revitalisasi
pabrik pupuk tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pupuk Sriwidjaja
Pabrik Pusri IB, III dan IV yang kontrak gasnya berakhir pada tahun 2012 akan dialokasikan
gas dari Pertamina EP sebesar 166 MMSCFD dan dari Pertagas sebesar 14 MMSCFD selama
5 tahun sampai dengan 2017.
Revitalisasi Pusri IIB dibutuhkan gas sebesar 63 MMSCFD (45 MMSCFD berasal dari
pengalihan gas Pusri II mulai tahun 2015 dan dilakukannya konversi bahan bakar gas
dengan batubara sebesar 18 MMSCFD).
Revitalisasi Pusri IIIB dan IVB (gabungan menjadi Pusri IIIB) kebutuhan gasnya sebesar 70
MMSCFD, Pusri mengharapkan sumber gasnya berasal dari lapangan-lapangan gas di
Sumatera bagian Selatan atau melalui gasifikasi batubara di Tanjung Api Api.
b. Pupuk Kujang Cikampek
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pasokan gas untuk PKC IB yang dipasok dari Pertamina EP dimana kontraknya berakhir
tahun 2011, sudah ada PJBG antara PKC dan Pertamina EP untuk pasokan gas sebesar 39
MMSCFD mulai tahun 2012-2016. Sedangkan PHE ONJW sebesar 57MMCSFD
Untuk revitalisasi PKC IC sebagai pengganti PKC 1A, dimana berdasarkan rapat yang telah
dilakukan antara Ditjen Migas, Ditjen Industri Kimia Dasar, BPMIGAS, PT Pertamina EP dan
PKC pada tanggal 28 Juli 2011, dianjurkan kepada PKC untuk dapat melakukan pendekatan
langsung kepada Pertamina EP Cepu (PEPC) sebagai operator Lapangan Jambaran-Tiung
Biru, terhadap kemungkinan pengembangan lapangan gas lain di sekitar Blok Cepu dan
upside potential dari lapangan Kedung Keris dan Alas Tua
c. Pupuk Kalimantan Timur
Telah ditandatanganinya Natural Gas Sale and Purchase Agreement (NGSPA) antara PKT
dengan Pearl Oil dan KKKS Blok Mahakam pada tanggal 20 Juni 2011 untuk volume gas
sebesar 84.800 MMBTU/hari ( 80 MMSCFD) selama 10 tahun mulai tahun 2012 sampai
dengan tahun 2021.
Pasokan gas untuk PKT-1 / 5 sebesar 84.800 MMBTU/hari, dimulai tanggal 1 Januari 2012
sampai dengan 31 Desember 2021 (untuk PKT-1 sampai dengan Desember 2013 dan PKT-5
mulai Januari 2014 sampai dengan Desember 2021).
Alokasi pasokan gas dari 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012 dipasok oleh
KKKS Mahakam, sedangkan mulai 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2021 dipasok oleh
KKKS Sebuku. KKKS Sebuku mengalami decline period mulai tahun 2017.
d. Petrokimia Gresik
Telah ditandatanganinya Memorandum of Agreement (MoA) antara PKG dengan Mobil Cepu
Ltd. untuk pabrik PKG II dengan volume gas sebesar 85 MMSCFD, dimana saat ini masih
dilakukan pembahasan untuk perpanjangan masa berlaku MoA tersebut.
e. Pupuk Iskandar Muda
Pasokan gas untuk PIMtahun 2011 dialokasikan setara dengan 7 kargo LNG sampai dengan
21 Desember 2011, dimana 3 kargo dari ExxonMobil Oil Indonesia (EMOI) dan sebanyak 4
kargo dipasok dari Bontang melalui mekanisme Cargo Loading Agreement (CLA).
Pada tanggal 15 Desember 2011 telah dilakukan rapat pembahasan pasokan gas untuk PIM
tahun 2012, dimana alokasi gas untuk tahun 2012 adalah 8 kargo (7 kargo berasal dari
Bontang dan 1 kargo dari ExxonMobil Oil indonesia (EMOI)).
Dikarenakan pasokan gas untuk PIM tahun 2011 akan habis per tanggal 21 Desember 2011,
maka 1 kargo pada butir b ditarik ke Desember 2011 dan akan dipasok oleh Mahakam PSC.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Mengingat bahwa PIM adalah BUMN yang mendapat penugasan untuk memasok pupuk
urea bersubsidi bagi petani di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Daratan dan
Riau Kepulauan, maka Pemerintah memutuskan bahwa harga gas tersebut pada butir c
disesuaikan dengan harga 2 kargo terakhir untuk PIM yaitu US$ 8/MMBTU.
-
100. 00
200. 00
300. 00
400. 00
500. 00
600. 00
700. 00
Januari Februari Maret Apri l Mei Juni Juli Agustus Sepet ember Oktober November Desember
M
M
S
C
F
D
Real i sasi Penyal uran Gas Sekt or Pupuk
2011
TOTAL PUPUK DAI LY CONTRACT QUANTITY
Sasaran 3. Meningkatnya pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka
diversifikasi energi
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Pangsa energi primer untuk pembangkit listrik % 95,24 95,22 99,9
Pangsa Minyak Bumi % 12 19 158,3
Pangsa Gas Bumi % 30 26 86,7
Pangsa batubara % 49 46 93,9
Pangsa panas bumi % 4,24 4,22 99,5
2. Pangsa energi baru terbarukan lainnya % 7,08 7,08 100
Tabel 5.20
Indikator Kinerja Sasaran 3
Grafik 5.14. Realisasi Penyaluran Gas Sektor Pupuk 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.21
Pangsa Energi Primer
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
Pangsa Tenaga Air % 7 7 100
Pangsa Bio Diesel Bio Energi % 0,08 0,08 100
1. Pangsa energi primer untuk pembangkit listrik
Selain dengan memberdayakan energi terbarukan, KESDM juga melakukan upaya untuk
mengurangi pembangkit tenaga listrik yang masih menggunakan produk minyak bumi (BBM)
dengan memberdayakan batubara, gas bumi, panas bumi dan air sebagai bahan baku utama
energi alternatif untuk pembangkit tenaga listrik.
Upaya pemanfaatan energi alternatif untuk pembangkit tenaga listrik secara nasional dari
tahun ke tahun menunjukkan terjadinya penurunan penggunaan BBM rata-rata 8% per tahun,
demikian pula halnya dengan penggunaan batubara, gas, dan panas bumi sejak tahun 2007
sampai 2011 trend pertumbuhannya bergerak positif dengan pertumbuhan rata-rata masing-
masing 2%, 8% dan 7%per tahun.
Secara rinci perkembangan pangsa masing-masing energi untuk pembangkit listrik sejak
tahun 2007 hingga 2011, tertuang dalam tabel di bawah ini.
Energi Primer
Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Batubara 43% 35% 39% 38% 46%
Gas 19% 17% 25% 25% 26%
BBM 27% 36% 25% 22%
19%
Panas Bumi 3% 3% 3% 3% 4%
Air 8% 9% 8% 12% 7%
Bio Diesel 0% 0% 0% 0% 0.08%
2. Pangsa energi baru terbarukan
Dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan energi domestik, diversifikasi energi merupakan
program prioritas, khususnya pengembangan energi baru terbarukan (EBT) atau energi
alternatif non-BBM. Pembangkit listrik EBT terdiri dari PLTP, PLTS, PLTB, PLTMH, Pikohidro
dll dimana kapasitas terpasangnya ditingkatkan terus setiap tahunnya. Pengembangan
sumber-sumber energi dalam rangka diversifikasi energi meningkat setiap tahun.
Dalam tahun 2011 ini, pangsa energi baru terbarukan telah mencapai 7,08% dari keseluruhan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
pangsa energi nasional, yang terdiri dari eergi air 7% dan bio diesel 0,08% .
Tabel 5.22
Proyeksi Pangsa Penyediaan Per Jenis Energi (%)
Pada tahun 2011 pemanfaatan energi baru terbarukan yang terdiri dari tenaga air, Biomassa,
Surya (Matahari), Angin (Bayu), Hybrid, serta arus laut telah digunakan sebagai pembangkit
tenaga listrik dan menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Secara rinci penggunaan
eenrgi baru terbarukan sebagai pembangkit tenga listrik, diuraikan sebagai berikut:
Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Biomasa
Realisasi kapasitas total PLT Biomassa ditahun 2011 ini adalah sebesar 20,3 MW, angka
ini melebih dari target yaitu sebesar 10 MW atau capaian sebesar 203%. Total kapasitas
PLT Biomassa tersebut berasal dari:
oPLT biomassa di 3 (tiga) lokasi yang berada di Propinsi Riau sebesar 300 kW.
oPLT biomassa yang masuk ke dalam sistem kelistrikan PT PLN selama tahun 2011
sebesar.
Dalam rangka menarik pelaku usaha, diusulkan agar ditetapkan harga jual listrik (feed in
tarrif) berbasis biomassa, biogas dan sampah kota. Dimana harga jual listrik tersebut
dalam Permen ESDM No. 31 tahun 2009 belum ditetapkan.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Realisasi pembangunan pembangkit listrik tenaga air ditargetkan berkapasitas 4.768 MW.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Namun karena adanya beberapa PLTA yang dibangun oleh PLN yang semula ditargetkan
selesai di tahun 2012, sudah terealisasi di tahun 2011 sehingga total kapasitas
pembangunan PLTA mencapai 5.711,29 MW atau Capaian sebesar 119,78%.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Pada tahun 2011 ini, pembangunan PLMTH ditargetkan sebesar 206,08 KW, namun yang
dapat direalisasikan adalah sebesar 204,02 KW atau capaian sebesar 99%. Dimana Lokasi
pembangunan PLTMH pada tahun ini meliputi 8 provinsi yaitu Sumatera Utara,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, NTT, dan
NTB. Rincian besarnya kapasitas terpasang PLTMH dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.23
Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2011
No Pekerjaan Daya Terpasang (KW)
1 PLTMH Dulamayo, Gorontalo, Gorontalo 30,53
2 PLTMH Harumandala, Ciamis, Jawa Barat 24,4
3 PLTMH Tumbang Lapan, Gunung Mas, Kalimantan Tengah 30
4 PLTMH Nirmala, Ngada, NTT 29
5 PLTMH Tetebatu, Lombok Timur, NTB 35
6 PLTMH Laine, Sangihe, Sulawesi Utara 13,89
7 PLTMH Lamontoli, Morowali, Sulawesi Tengah 16
8 PLTMH Hasinggahan, Samosir, Sumatera Utara 23
9 Pikohidro I, Banjarnegara, Jawa Tengah 1,1
10 Pikohidro II, Banjarnegara, Jawa Tengah 1,1
TOTAL 204,02
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTA/PLTB)
Pada tahun 2011 target
kapasitas terpasang yang
akan dibangun dari PLT
Angin/Bayu adalah sebesar
1.809 KW, namun tidak dapat
direalisasikan, hal ini
disebabkan karena kegiatan
pembangunan PLTB tidak
dilaksanakan, dan
direncanakan akan dilaksanakan di tahun berikutnya. Dibawah ini perkembangan kapasitas
terpasang PLTB sejak tahun 2005 hingga 2010.
Grafik 5.15. Kapasitas Terpasang PLT Bayu/Angin
Grafik 5.21. PLTMH Nirmala Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.24
Kapasitas Terpasang PLT Bayu/Angin Per Provinsi
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid adalah merupakan salah satu alternatif Pembangikit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) yang memanfaatkan sumber energi gabungan misalnya dari tenaga surya
dan motor diesel. Kegiatan pembangunan PLT Hybrid pada tahun 2011 ini juga tidak dapat
dicapai sesuai dengan yang ditargetkan yaitu sebesar 425 KW. Tidak dilaksanakaannya
kegiatan ini disebabkan karena tidak ada peserta pelelangan yang memenuhi persyaratan
teknis.
Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Arus Laut
Kegiatan pembangunan PLT Arus Laut yang direncanakan berkapasitas terpasang sebesar 10
KW juga tidak dapat dilaksanakan dikarenakan tidak ada peserta pelelangan yang memenuhi
persyaratan teknis.
Sasaran 4. Meningkatnya pembangunan infrastruktur energi dan mineral
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 5 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
N No o P Pu ul la au u
K Ka ap pa as si it ta as s P Pe er r T Ta ah hu un n ( (K Kw w) )
2 20 00 05 5 2 20 00 06 6 2 20 00 07 7 2 20 00 08 8 2 20 00 09 9 2 20 01 10 0 2 20 01 11 1
1 Sumatra 1,5 81,5 81,5 81,5 81,5 85,6 85,6
2 Jawa 285,7 285,7 285,7 285,7 285,7 300,0 300,0
3 Kalimantan 0 0 0 0 0 0 0
4 Sulawesi 148,7 228,7 388,7 588,7 588,7 618,1 618,1
5 Bali,NTT, NTB 591,05 591,05 911,05 911,05 911,05 956,6 956,6
6 Maluku, Papua 2 2 2 2 2 2 2
TOTAL 1.029,0 1.189,0 1.670,0 1.870,0 1.870,0 1.962,5 1.962,5
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.25
Indikator Kinerja Sasaran 4
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah Sambungan Rumah (SR)
yang terpasang/teraliri jaringan gas
bumi (gas kota) untuk rumah tangga
SR 16.000 18.714 117%
2. Rasio elektrifikasi % 70,4 70,4 100%
3. Jumlah Kapasitas pembangkit listrik MW 37.884 37.353 98,6%
4. Jumlah Kapasitas Pembangkit Listrik
Tenaga Panasbumi (PLTP)
MW 1.209 1.226,1 101,4%
5. Jumlah lokasi fasilitas pembangkit
Energi Baru Terbarukan (EBT)
Lokasi 4.601 4.175 90,7%
Penjelasan tentang capaian kinerja masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jumlah Sambungan Rumah (SR) yang terpasang/teraliri jaringan gas bumi (gas kota)
untuk rumah tangga.
Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, Peraturan Presiden Nomor 5
Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Pemerintah Cq. Ditjen Migas menyusun
langkah untuk mendiversifikasi energy. Saat ini, upaya peningkatan pemanfaatan bahan
bakar gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil terhambat karena terbatasnya
infrastruktur yang menghubungkan gas bumi dari sumbernya ke konsumen. Kurang
berkembangnya infrastruktur gas bumi tersebut dikerenakan kendala keekonomian,
sehingga badan usaha belum tertarik untuk mengembangkannya. Oleh karena itu, perlu
keterlibatan pemerintah untuk mempercepat penggunaan bahan bakar gas tersebut.
Salah satu langkahnya adalah dengan membangun Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk
Rumah Tangga dengan alokasi rata-rata untuk kota terpilih sejumlah 4000 Sambungan
Rumah (SR). Pada tahun 2010 diresmikan Road Map Pembangunan Jaringan Distribusi Gas
Bumi untuk Rumah Tangga (Jargas) sampai dengan tahun 2014 yang pelaksanaannya selalu
dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan
(UKP4), sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pembangunan Jargas telah mulai dilaksanakan dari tahun 2009 dan sampai sekarang telah 6
Kota yang dibangun, yaitu Palembang, Surabaya, Bekasi, Sidoarjo, Tarakan, dan Depok
dengan jumlah sebanyak 19.366 SR.
Pola mekanisme pengelolaan jaringan gas pasca konstruksi adalah Penetapan Status
Penggunaan (PSP) kepada operator yang dipilih berdasarkan lelang yang diselenggarakan
oleh Ditjen Migas. operator dimaksud adalah Badan Usaha ataupun Badan Usaha lain
(BUMN, BUMD, Koperasi) yang bergerak salah satunya di bidang usaha migas. Program
Jargas ini diharapkan menjadi pemacu operator terpilih untuk mengembangkan jaringan
yang ada untuk kepentingan masyarakat.
Pada tahun 2011, pembangunan Jargas dilaksanakan di Bekasi (lanjutan), Sidoarjo (lanjutan),
Sengkang, Bontang, dan 9 Rusun di Jabotabek. Pembangunan fisik Jargas meliputi
pembangunan Metering Regulation Station (MR/S) bila dibutuhkan, Regulation Sector (RS)
yang dapat memenuhi maksimal 400 Sambungan Rumah, jaringan pipa yang panjang dan
susunan diameter yang bervariasi (Carbon Steel (CS) 4 inch, pipa Poly Ethylene (PE)
berukuran 180 mm, 90 mm, 63 mm, 32 mm, dan 20 mm), serta meter dan
regulator pada setiap sambungan rumah.
Tabel 5.26
Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.27
Perkembangan Jumlah Sambungan Rumah yang Dialiri Gas Bumi
2009 2010 2011
Wilayah/Kota Jumlah (SR) Wilayah/Kota Jumlah (SR) Wilayah/Kota
Jumlah (SR)
Palembang
Surabaya
6.211 Sidoarjo
Tarakan Depok
Bekasi
13.166 Jabotabek
Bontang
Sengkang
Sidoarjo Bekasi
18,714
Metering Regulating Statio n (MR/S) Pipa Distribusi Gas Bumi Tapping Pipa Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga
Untuk Rumah Tangga
Regulation Sector (R/S) Pipa Distribusi Gas Bumi Untuk RT Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk RT
Kegiatan lain selain konstruksi ialah Front End Engineering Design/Design Engineering for
Detail Construction (FEED/DEDC) untuk Kota Cirebon, Kota Jambi, Kota Prabumulih,
Kabupaten Sidoarjo (lanjutan) dan Kabupaten Bogor dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL) untuk Kota Cirebon, Kota Jambi,
Kota Prabumulih, Kabupaten Bogor dan 9 Rusun di Jabotabek. Kemudian, telah dilakukan
kegiatan sosialisasi Jargas di kota-kota yang akan dibangun Jargas dengan materi
pengenalan jaringan gas bumi sampai cara penggunaan dan pemeliharaan fasilitasnya oleh
masyarakat.
Gambar 5.22. Metering Regulating Station
(MR/S) Pipa Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah
Tangga
Gambar 5.23. Tapping Pipa Distribusi Gas Bumi
Untuk Rumah Tangga
Gambar 5.24. Regulation Sector (R/S) Pipa
Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga
Gambar 5.25. Pembangunan Jaringan Distribusi
Gas Bumi Untuk Rumah Tangga
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Grafik 5.13. Perkembangan Ratio Elektrifikasi
O Op pe er ra as si io on na al l
Proses
P Pe en ng ga aw wa as sa an n
P Pe em mb ba an ng gu un na an n
P Pr re e F Fe ea as siib bi il l i it ty y
S St tu ud dy y
U UK KL L & & U UP PL L
S Su ur rv ve ey y F FE EE ED D D DE ED DC C
K Ka aj ji ia an n A As se et t P Pa as sc ca a
K Ko on ns st tr ru uk ks si i
K Ka aj ji ia an n S Sk ke en na ar ri io o
P Pe en ng go op pe er ra as si ia an n
P Pe en ng ga ad da aa an n & &
K Ko on ns st tr ru uk ks si i
2 20 00 08 8 2 20 00 09 9
Wilayah yang direncanakan akan dibangun :
Kabupaten Blora;
Palembang (Kel. Lorok Pakjo dan Kel. Siring Agung)
Bekasi (Kel. Pejuang dan Kel. Kali Abang)
Depok (Kel. Bakti Jaya dan Kel. Depok Jaya)
Surabaya (Kel. Kalirungkut dan Kel. Rungkut Kidul)
Medan (Kel. Sunggal dan Kel. Sei Sikambing)
A As sp pe ek k L Le eg ga al l
P Pe en ng go op pe er ra as si ia an n
J Ja ar ri in ng ga an n
2 20 00 07 7 2 20 01 11 1
G Ga as s S Sa al le es s
A Ag gr re ee em me en nt t
P Pe er ri ij ji in na an n & & K Ko oo or rd di in na as si i
Front End
Engineering Design
Detail Engineering
Design for
Construction
A Al lo ok ka as si i G Ga as s
P Pr ro os se es s P Pe el le el la an ng ga an n
U Um mu um m
Skema pembangunan jaringan distribusi gas bumi tersebut adalah sebagai berikut:
2. Rasio elektrifikasi
Terkait dengan energi domestik, permintaan kebutuhan energi listrik meningkat tiap
tahunnya dengan pertumbuhan tahun 2011 mencapai 11%/tahun. Kebutuhan listrik selalu
melebihi dari kapasitas terpasang yang ada. Krisis ekonomi 1998/1999, memiliki dampak
sangat luas bagi pembangunan ketenagalistrikan. Krisis tersebut, menyebabkan tidak
adanya investasi yang masuk dan
pertumbuhan kapasitas pembangkit
terhambat. Bahkan proyek-proyek IPP
pun menjadi terhenti. Untuk mengejar
pertumbuhan kebutuhan tersebut,
dilakukan upaya antara lain
pembangunan pembangkit listrik
dengan program 10.000 MW tahap I,
10.000 MW tahap II dan IPP.
Rasio elektrifikasi tahun 2011
ditargetkan sebesar 70,4%, dan
terealisasi sebesar 72,95%. Rasio
elektrifikasi tahun 2011 tersebut melebihi target sebesar 3,6% dan mengalami peningkatan
sebesar 8,5% dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 sebesar 67,2%.
Gambar 5.26. Jaringan Distribusi Gas Kota
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Realisasi rasio elektrifikasi per propinsi dapat terlihat pada peta dibawah ini.
Gambar 5.27. Rasio Elektrifikasi Per Wilayah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Jumlah Kapasitas Pembangkit l istrik
Kapasitas terpasang pembangkit listrik tahun 2011 ditargetkan sebesar 37.884 MW. Pada
realisasinya, kapasitas terpasang pembangkit tahun 2011 mencapai 37.353 MW atau 99%
terhadap target tahun 2011. Kapasitas terpasang pembangkit tersebut ekivalen dengan 110%
realisasi tahun 2010 sebesar 33.923 MW, dengan total tambahan sebesar 3.430 MW, dengan
rincian sebagai berikut:
Program 10.000 MW tahap I sebesar 2.590 MW, yang berasal dari 3 pembangkit yang telah
COD; yaitu PLTU dramayu Unit 2
dan 3 (660 MW); PLTU Suralaya
(1x625 MW); dan PLTU Lontar
Unit 1 (315 MW); serta
pembangkit yang telah beroperasi
namun belum COD; yaitu: PLTU
Lontar Unit 2 (315 MW), PLTU
Rembang (2x315 MW), PLTU
Amurang Unit 1 (25 MW) dan
PLTU Kendari (2x10 MW).
Program IPP sebesar : 840 MW,
yang terdiri dari 2 pembangkit yang telah COD; yaitu PLTA Asahan 1 (180 MW0 dan PLTU
Tanjung Jati B (660 MW).
Pada tanggal 1 November 2011, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM), Jero
Wacik menandatangani surat
penugasan pembelian tenaga listrik
yang bersumber dari pembangkit panas
bumi kepada PT. PLN (Persero) dan
persetujuan harga jual tenaga listrik
kepada pihak swasta. Dengan telah
ditandatanganinya penugasan dan
persetujuan harga jual tenaga listrik
tersebut, selanjutnya pengembang
listrik swasta akan melakukan penanda-
tanganan Power Purchase Agreement
(PPA) dengan PT. PLN (Persero),
dan akan dilanjutkan dengan
pembangunan sarana dan prasarana
Gambar 5.26. Penandatanganan penugasan pembelian tenaga listrik
kepada PT PLN dan persetujuan harga jual tenaga listrik, di KESDM,
tanggal 1 November 2011
-
2,500
5,000
7,500
10,000
12,500
15,000
17,500
20,000
22,500
25,000
27,500
30,000
32,500
35,000
37,500
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PPU 825 812 1,087 1,118 1,174 1,202 1,380 1,380
IPP 3,590 3,593 4,913 5,695 5,872 6,034 6,231 6,891
PLN 21,302 22,346 23,355 23,664 24,031 24,366 26,212 29,132
MW
Grafik 5.17. Perkembangan Kapasitas Terpasang
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Realisasi Rencana Realisasi
1. % 8,63 7,9 11,5
2. Rasio Elektrifikasi % 67,2 70,4
70,4
3. Rasio Desa Berlistrik % 92,50 95,50 92,58
4. Total Kapasitas Terpasang MW 33.923 37.884 37.353
a. PLN MW 26.639 30.037 29.229
b. Independent Power Producers (IPP) MW 6.151 7.001 6.991
c. Private Power Utilities (PPU) MW 1.133 846 1.133
5. Produksi Listrik
1. Produksi Sendiri (PLN) GWh 124.897,45 137.660,56 140.941,48
2. Pembelian (IPP) GWh 43.767,76 39.726,66 36.281,10
3. Produksi Bruto (1) + (2) GWh 168.665,21 177.387,22 177.222,58
4. Pemakaian Sendiri GWh 5.537,90 6.057,06 6.638,34
5. Produksi Net (3) - (4) GWh 163.127,31 171.330,16 170.584,24
6. Pembangkit EBT dan infrastruktur lainnya
- PLTP mW 1.189,00 1.209,00 1226,1
- PLTA
- PLTMH kW - 525 347
- PLTS kWp -
- PLTS Terpusat kWp
- PLTB kW
- PLT Hybrid Surya-Angin kW 425
- PLT Biomassa mW 10 20
- Gardu Induk 90 120
- Gardu Distribusi Unit/kVA 45,0 377,8 334,0
- Jaringan Distribusi 5.674,00 16.555,08 14.953,91
No URAIAN SATUAN
2010 2011
Pertumbuhan kebutuhan listrik
yang diharapkan pada sekitar tahun kedua pembangkit baru tersebut sudah ada yang
beroperasi.
Dengan telah beroperasinya pembangkit tersebut, maka akan meningkatkan jumlah
ketersediaan daya listrik sekitar 430 MW yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, yang
pada gilirannya akan meningkatkan hajat hidup masyarakat serta memajukan sektor
perekonomian.
Tabel 5.28
Perkembangan Jumlah Sambungan Rumah yang Dialiri Gas Bumi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Secara lengkap perkembangan pembangunan di bidang ketenagalistrikan sejak tahun 2005
sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Uraian Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Rasio Elektrifikasi % 62.09 63 64.34 65.1 65.79 67.15 72,95
Jumlah Desa
Berlistrik
Desa 53.546 54.136 65.816 66.039 70.511 70.822
Jumlah KK Berlistrik Ribu 32.175 33.118 35.630 36.230 37.950 39.696
Total Kapasitas
Terpasang
MW 26.091 28.422 29.705 30.526 30.940 31.111
PLN MW 22.346 24.675 24.925 25.451 25.751 25.526
IPP MW 3.222 3.222 3.984 1.159 4.269 5.739
PPU MW 523 526 796 916 920 846
Produksi Listrik GWh 101.282 104.469 111.241 118.047 120.457 168.665,21
PLN GWh 26.088 28.640 31.199 31.389.66 35.015 124.897,45
IPP GWh 127.370 133.108 142.441 149.437 155.472 43.767,76
4. Jumlah Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP)
Pada tahun 2011 Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dalam APBN P
ditargetkan sebesar 1.209 MW dan realisasinya mencapai 1.226 MW atau 101% terhadap
target tahun 2011. Kapasitas PLTP tersebut ekivalen dengan 103% realisasi kapasitas PLTP
tahun 2010 sebesar 1.189 MW.
Kapasitas total PLTP sebesar 1.226,1 MWdidapat dari:
Penambahan PLTP Lahendong Unit 4 (20 MW) & Ulumbu (100 KW)
Uprating PLTP Salak dari 375 MW menjadi 377 MW
Uprating PLTP darajat dari 255 MW menjadi 270 MW
Perkembangan Kapasitas Terpasang PLTP sejak tahun 2009 sampai dengan 2011, secara
rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.29
Perkembangan Pembangunan Ketenagalistrikan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.30
Kapasitas Terpasang PLTP
N
o.
Nama PLTP Lokasi
Kapasitas Terpasang (MW)
2009 2010 2011
1 Sibayak Sibayak Sinabung, SUMUT 12 12 12
2 Salak
Cibeureum Parabakti,
JABAR
375 375 377
3
Wayang
Windu
Pangalengan, JABAR
227 227 227
4 Kamojang Kamojang Darajat, JABAR 200 200 200
5 Darajat Kamojang Darajat, JABAR 255 255 270
6 Dieng
Dataran Tinggi Dieng,
JATENG
60 60 60
7 Lahendong
Lahendong Tompaso,
SULUT
60 60
80
TOTAL 1.189 1.226
SI BAYAK 12 MW
LAHENDONG 60 MW
DI ENG 60 MW
SALAK 375 MW
W. WI NDU 227 MW
DARAJAT 260 MW
KAMOJANG 200 MW
KAPASITAS TERPASANG PLTP
Gambar 5.29. Kapasitas Terpasang PLTP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Selain itu juga telah ditetapkan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi sebanyak 5
WKP melalui Kepmen ESDM No. 1151 K/30/MEM/2011.
Beberapa capaian terkait panas bumi lainnya, antara lain:
Dikeluarkannya Permen ESDM No. 02 Tahun 2011 tentang Penugasan kepada PT PLN
(Persero) untuk
melakukan pembelian
tenaga listrik dari
Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi
(PLTP) dan Harga
Patokan Pembelian
Tenaga Listrik oleh PT
PLN (Persero) dari PLTP.
Penandatanganan Nota
Kesepahaman antar
Menteri ESDM dengan
Menteri Kehutanan
tentang Koordinasi dan
Percepatan Perizinan
Pengusahaan Panas Bumi pada Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung dan
Kawasan Konservasi.
Gambar 5.30. Penandatanganan MoU antara Menteri ESDM dengan
Menteri Kehutanan terkait perizinan pengusahaan panas bumi di
kawasan hutan produksi, hutan lindung dan kawasan konservasi, di
KESDM, tanggal 19 Desember 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.31
Potensi Panas Bumi Indonesia 2011 (dalam Mwe)
5. Jumlah lokasi fasil itas Energi Baru Terbarukan (EBT)
Sebagaimana diketahui bahwa dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi domestik,
Pemerintah juga memprioritaskan program diversifikasi energi, khususnya pengembangan
energi baru terbarukan (EBT) dan energi alternatif non-BBM lainnya, Pengembangan
sumber-sumber energi dalam rangka diversifikasi energi meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun ini, terdapat penambahan indikator kinerja pada sasaran meningkatnya
pembangunan infrastruktur energi dan mineral, hal ini disebabkan karena adanya
Reorganisasi Kementerian ESDM, dimana Unit Kerja Utama yang dahulu Direktorat Jenderal
Listrik dan Pemanfaatan Energi dipecah dua yaitu menjadi Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan dan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.
Dengan demikian pengembangan EBT menjadi fokus bagi kinerja Ditjen EBTKE.
Jumlah lokasi fasilitas Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi tambahan indikator kinerja
dalam mencapai sasaran meningkatkan pembangunan infrastruktur energi yaitu dalam
No Pulau
Jumlah
Lokasi
Energi Potensi (Mwe)
Total
Terpasan
g
Sumber Daya Cadangan
Spekulatif Hipotetis
Terdug
a
Mungkin
Terbukt
i
1 Sumatera 86 4.785 2.086 6.250 15 380 13516 12
2 Jawa 71 1.935 1.836 3.848 658 1.815 10.092 1.124
3 Bali-Nusa
Tenggara
27 410 359 983 0 15 1.767
4 Kalimantan 8 155 0 0 0 0 155
5 Sulawesi 55 925 67 1.313 150 78 2.533 60
6 Maluku 26 620 43 376 0 0 1.039
7 Papua 3 75 0 0 0 0 75
Total 276 8.905 4391 12.770 823 2.288 29.177 1.196
13296 15881
29.177
Catatan: Jumlah Lapangan/Daerah Panas Bumi = 285 lokasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
rangka mengukur seberapa besar peningkatan pembangunan infrastruktur di bidang energi
baru terbarukan. Pada tahun ini, jumlah lokasi fasilitas EBT yang ditargetkan adalah
sebanyak 4.601 lokasi dan terealiasi sebanyak 4.175 lokasi, atau besarnya capaian knerja
adalah sebesar 90%. Secara rinci capaian kinerja tersebut diuraikan sebagai berikut:
Jumlah lokasi fasilitas produksi panas bumi
Realisasi lokasi fasilitas produksi Panas Bumi sebanyak 2 lokasi yaitu: PLTP Lahendong
Unit 4 (20 MW) dan PLTP Ulumbu (100 KW).
Jumlah lokasi fasilitas produksi biogas
Jumlah lokasi fasilitas produksi Biogas ditahun 2011 ini adalah sebanyak 17 lokasi yaitu:
9 lokasi yang berasal dari DJ EBTKE yakni Provinsi Lampung, Jawa Barat (2 lokasi),
Jogjakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan
Sulawesi Barat, dan 8 lokasi dari Biogas BIRU Hivos yakni di Provinsi Jawa Barat, Jawa
tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan
Sulawesi Selatan.
5.31. PLTP Lahendong Unit 4
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Jumlah lokasi fasilitas PLTA
Jumlah lokasi fasilitas PLTA pada tahun ini adalah sebanyak 60 lokasi, pelaksanaan
pembangunan dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero).
Jumlah lokasi fasilitas PLTMH
Lokasi fasilitas PLTMH pada tahun ini terealisasi sebanyak 738 lokasi yang tersebar di 8
provinsi yaitu Sumatera Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Jawa Barat,
Kalimantan Selatan, NTT, NTB. Sebanyak 10 lokasi belum dapat direalisasikan di tahun ini
disebabkan karena FS dan DED Tidak Sesuai dengan data di lapangan dan adanya
permasalahan lahan yang belum bisa diselesaikan
Jumlah lokasi fasilitas PLT Surya
Jumlah lokasi fasilitas PLTS ditargetkan pada tahun 2011 terakumulasi sebanyak 3.682
lokasi, namun pada tahun ini kegiatan pembangunan PLTS tidak dapat dilaksanakan,
sehingga akumulasi PLTS hingga tahun 2011 masih sebanyak 3.262 lokasi. Pelaksanaan
pembangunan PLTS direncanakan akan dilaksanakan pada tahun berikutnya.
5.32. Lokasi Produksi Biogas Komunal
Ciamis, Jawa Barat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Jumlah lokasi fasilitas PLT Angin
Sama dengan PLT Surya, jumlah lokasi fasilitas PLT Angin tidak ada penambahan pada
tahun 2011ini sehingga akumulasi lokasi fasilitas PLT Angin adalah sebanyak 73 lokasi.
Jumlah lokasi fasilitas PLT Hybrid
Jumlah Lokasi fasilitas PLT Hybrid juga tidak ada penambahan pada tahun ini dengan
akumulasi sebanyak 29 lokasi. Tidak adanya penambahan lokasi PLT Hybrid ini
dikarenakan tidak ada peserta pelelangan yang memenuhi persyaratan teknis. Gambar di
bawah ini adalah PLT Hybrid yang mengkombinasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
dan Tenaga Bayu (PLTS dan PLTB), dimana terlihat beberapa tiang tinggi dengan baling-
baling diatasnya yang merupakan gugusan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin) dan
sederet Panel surya yang menghiasi area.
Jumlah lokasi fasilitas PLT Arus Laut
Jumlah lokasi fasilitas PLT Arus Laut yang ditargetkan pada tahun ini adalah 1 (satu)
lokasi, namun masih belum dapat direalisasikan dikarenakan tidak ada peserta
pelelangan yang memenuhi persyaratan teknis.
Gambar 5.33. PLTA Asahan, Sumatra Utara Gambar 5.34. PLTMH Suryalaya, Jawa Barat
Gambar 5.36. PLTS Bunaken, Sulawesi Utara Gambar 5.35. PLT Angin, Nusa Penida, Bali
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sasaran 5. Peningkatan efisiensi pemakaian dan pengolahan energi
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Real isasi Capaian
1. Elastisitas Energi % 1,8 1,99 89,4%
2. Penurunan emisi CO
2
% 5.9 7 (*) 81.35%
*Berdasarkan angka estimasi
Penjelasan atas capaian kinerja dari tabel di atas adalah sebagai berikut:
1. Elastisitas Energi
Elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dan
pertumbuhan ekonomi (umumnya dinyatakan dalam GDP atau Gross Domestic Product).
Berdasarkan Perpres Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, target
elastisitas energi Indonesia pada tahun 2025 adalah lebih kecil dari 1, atau dengan kata lain
nilai pertumbuhan konsumsi energi diharapkan tidak akan melebihi nilai pertumbuhan
ekonomi.
Salah satu tujuan strategis dalam penyediaan pasokan energi dan mineral untuk kebutuhan
Tabel 5.32
Indikator Kinerja Sasaran 5
Gambar 5.37. PLT Hybrid (Kombinasi
Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Tenaga
Bayu), Pulau Seliu, Bangka Belitung
Gambar 5.38. PLT Arus Laut
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
domestik adalah peningkatan efisiensi pemakaian dan pengolahan energi, dimana tingkat
elastisitas energi perlu diturunkan terus. Pada tahun 2011 elastisitas energi Indonesia berada
pada angka 1,99.
Adapun perkembangan elastisitas energi dan target pencapaian sejak tahun 2009 sampai
dengan 2011, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Table 5.33
Realisasi dan Target Elastisitas Energi Tahun 2009-2010
Indikator kinerja 2009 2010 2011 2014
Realisasi Elastisitas Energi 1,8 1,64 1,99 -.
Target Elastisitas Energi 1,64 1,64 1,48
Salah satu indeks yang biasa digunakan untuk mengukur kebutuhan energi terhadap
perkembangan ekonomi sebuah negara adalah Elastisitas Energi, yaitu pertumbuhan
kebutuhan energi yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi (GDP)
tertentu. Angka elastisitas energi di bawah 1,0 dicapai apabila energi yang tersedia telah
dimanfaatkan secara produktif. Elastisitas energi di Indonesia pada tahun 2010 adalah
sebesar 1,6. Di negara-negara maju elastisitas ekonomi berkisar antara 0,1% hingga 0,6%.
Angka elastisitas di Indonesia
masih >1 yang
mengindikasikan
pemanfaatan energi belum
efisien, hal ini ditandai dengan
intensitas energi yang tinggi.
Pemanfaatan energi yang
efisien melalui penerapan
konservasi energi masih
menghadapi berbagai
hambatan antara lain:
budaya hemat energi masih
sulit diterapkan,
kemampuan SDM masih rendah sehingga sikap masyarakat terhadap teknologi juga rendah.
Grafik 5.17. Perbandingan Intensitas Energi Primer Indonesia Dengan
Negara Lain
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Intensitas energi adalah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan gross domestic product
(GDP) atau produk domestik
bruto. Semakin efisien suatu
negara, maka intensitasnya akan
semakin kecil. Intensitas energi
Indonesia sebesar 3.34 BOE
(barrel-oil-equivalent) per capita.
Intensitas konsumpsi energi per
kapita dapat dilihat pada Gambar
di samping ini.
2. Penurunan emisi CO
2
Sektor energi secara global di kategorikan sebagai sektor yang berkontribusi sangat signifikan
dalam penumpukan GRK di atmosfer. Banyak negara menyadari bahwa diperlukan perubahan
pengelolaan sistem energi agar dapat mengurangi emisi CO
2
dari penggunaannya namun
tetap dapat menjaga dan menjamin ketahanan energi yang dibutuhkan dalam pembangunan
ekonomi.
Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil yaitu BBM, gas bumi dan batubara
akan berdampak pada
meningkatnya emisi gas
rumah kaca. Sebagai
konsekuensi dari hal
tersebut emisi gas rumah
kaca (karbon dioksida (CO
2
)
di atmosfir akan mengalami
peningkatan. Situasi ini
menjadi perhatian dunia
semenjak dampak dari
perubahan emisi gas
rumah kaca khususnya CO
2
menjadi pemicu utama kenaikan temperatur bumi yang
menyebabkan perubahan iklim global.
Emisi gas rumah kaca dari sektor energi diperkirakan akan meningkat sekitar 7% dari tahun
2006 hingga tahun 2025 sejalan dengan kenaikan konsumsi energi khususnya dari bahan bakar
Grafik 5.19. Perkembangan Intensitas Energi Final Indonesia Tahun
2000-2010
Gambar 5.39. Pencemaran Udara Oleh Asap Pabrik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
minyak bumi. Penggunaan energi yang bersumber pada energi baru, peningkatan efisiensi
energi dan pengembangan teknologi yang bersih terutama dalam menangkap dan
penyimpanan karbon akan mengurangi efek gas rumah kaca.
Beberapa potensi program yang bisa mengurangi efek gas rumah kaca antara lain:
- Pengembangan program percepatan pembangkit listrik 10000 MW tahap II yang sebagian
besar berasal dari energi baru terbarukan (panas bumi dan tenaga air).
- Penggantian bahan bakar minyak dengan bahan bakar nabati (untuk sektor transportasi)
- Penggantian bahan bakar minyak menjadi CNG (untuk sektor transportasi) seperti
penggunaan pada bus
- Pengembangan gas kota
- Promosi lampu hemat energi
- Program konversi minyak tanah ke LPG
- Pengembangan DME dengan menggunakan energi baru terbarukan yang potensial (angin,
cahaya matahari, air, dan lain-lain).
- Pengurangan pembakaran gas di flare stack.
Grafik 5.20. Estimasi Emisi CO2 Berdasarkan Sektor Pengguna Utama
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tujuan II : Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor ESDM
Investasi sektor ESDM, baik melalui pendanaan APBN maupun non-APBN tersebut, pada
dasarnya merupakan dukungan dalam rangka mendorong perekonomian nasional.
Peningkatan jumlah produksi ESDM tidak dapat di lepaskan dari pertumbuhan jumlah investasi.
Dengan demikian jelas bahwa untuk menjamin ketersediaan energi dan sumber daya mineral
secara merata dan berkesinambungan juga dibutuhkan adanya pertumbuhan jumlah investasi.
Iklim investasi yang kondusif sangat penting bagi para pelaku usaha dan bagi Pemerintah sendiri,
karena mayoritas investasi di sektor ESDM berasal dari pendanaan swasta. Sebagai gambaran,
rencana investasi sektor ESDM tahun 2010-2014 diperkirakan sekitar Rp. 1.480 triliun.
Kementerian ESDM selalu berperan dalam mendorong peningkatan aktifitas investasi di sektor
ESDM. Nilai Investasi sektor ESDM sejak tahun 2005 hingga 2008 terus meningkat sekitar 67%
dari US$ 11,9 miliar menjadi US$ 19,9 miliar. Sumbangan terbesar investasi sektor ESDM, berasal
dari investasi migas dengan porsi sekitar 70% tiap tahunnya. Namun pada tahun 2009 terjadi
penurunan akibat penundaan rencana kegiatan investasi di berbagai perusahaan yang antara lain
disebabkan oleh akibat tumpang-tindih birokrasi (khususnya antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah) dan kendala izin AMDAL yang diterbitkan daerah. Selanjutnya pada tahun
2010, total investasi kembali meningkat sebesar 10%, yaitu dari sebesar US$ 19,9 miliar menjadi
US$ 219 miliar ditahun 2010.
Belum optimalnya investasi untuk pengembangan sektor energi dan sumber daya mineral,
disebabkan antara lain oleh tumpang tindih wilayah pertambangan dengan kehutanan,
perkebunan; lamanya pemberian izin pinjam pakai wilayah hutan; alokasi tanah adat/tanah
ulayat, dan belum dicapainya nilai keekonomian harga uap/listrik dalam pengembangan panas
bumi.
Di sub sektor ketenagalistrikan, keterbatasan kemampuan penyediaan tenaga listrik untuk
memenuhi pertumbuhan beban akibat investasi untuk penambahan kapasitas terpasang relatif
kecil. Penambahan kapasitas pembangkit ini diakibatkan antara lain oleh keterbatasan
kemampuan pendanaan ketenagalistrikan baik dari Pemerintah, BUMN, maupun swasta dan
rendahnya ketertarikan investor untuk berinvestasi. Keterbatasan pendanaan APBN untuk
pembangunan infrastruktur dan eksploitasi potensi sektor energi dan sumber daya mineral
selama ini diatasi dengan mengoptimalkan investasi baik dari dalammaupun luar negeri.
Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi sector ESDM, ditetapkan 1 (satu) sasaran
sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sasaran 6. Meningkatnya investasi sektor ESDM
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Table 5.34
Indikator Kinerja Sasaran 6
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1 Jumlah Investasi Sektor ESDM : US$ Juta 30.429 27.111 89%
Jumlah Investasi sub sektor migas US$ Juta 16.854 18.696 111%
Jumlah Investasi bidang ketenagalistrikan US$ Juta 9.739 4.948 51%
Jumlah investasi sub sektor mineral dan
batubara
US$ Juta 3.200 3.412 107
Jumlah Investasi bidang energi baru
terbarukan
US$ Juta 463 55 12%
Total investasi sektor ESDM pada tahun 2011 mencapai US$ 27,11 miliar, angka ini masih
dibawah target yang diharapkan yaitu sebesar US$ 30,4 miliar. Namun jika dibandingkan dengan
investasi tahun 2010 sebesar US$ 22.098 juta (year to date), terdapat peningkatan investasi
sebesar 23%.
Tidak tercapainya target investasi tahun 2011 ini antara lain disebabkan karena kegiatan operasi
sektor ESDM mengalami kendala seperti pengadaan lahan terutama bidang minyak dan gas
bumi di daerah, dan izin dari Pemerintah Daerah. Sementara bidang ketenagalistrikan, tidak
tercapainya rencana investasi tahun 2011 disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek
10.000 MW Tahap I yang tidak sesuai jadwal akibat adanya permasalahan-permasalahan seperti
pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya
penerbitan DIPA SLA.
Dalam mendukung investasi, pada tanggal 9-10 Mei 2011 telah diselenggarakan Pertemuan
Indonesia-United States (U.S.) Energy Investment Roundtable (EIR) di Hotel Gran Melia Jakarta
dengan tujuan untuk menyorot peluang investasi energi di Indonesia dan untuk membahas
langkah-langkah kebijakan yang bisa membuat kesempatan ini lebih menarik untuk sektor
swasta dari Amerika Serikat. Fokus pertemuan adalah investasi, khususnya pada sektor migas
serta tenaga panas bumi dan biofuel. Pertemuan ini akan dibagi menjadi pertemuan semi public
serta pertemuan G-G. Pertemuan Indonesia-US EIR merupakan salah satu hasil kerja sama
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
bilateral bidang energi antara Indonesia dan Amerika Serikat yang selama ini terjalin melalui
Indonesia-US Energy Policy Dialogue (EPD).
Iklim investasi yang kondusif sangat penting bagi para pelaku usaha dan bagi Pemerintah sendiri,
karena mayoritas investasi di sektor ESDM berasal dari pendanaan swasta. Sebagai gambaran
rencana investasi sektor ESDM tahun 2010-2014 diperkirakan sekitar Rp. 1.480 triliun. Mayoritas
investasi sektor ESDM dilakukan dari Non-APBN yang terdiri dari swasta sekitar Rp. 1.016 triliun
dan BUMN sekitar Rp. 384 triliun. Sedangkan porsi pendanaan Pemerintah dalam investasi
tersebut hanya sekitar 5% atau Rp. 80,7 triliun. Untuk tahun 2011, realisasi pendanaan
Pemerintah untuk investasi sektor ESDM hanya sekitar 8,2% dari rata-rata total investasi sektor
ESDM sekitar Rp. 186,6 triliun.
Perkembangan nilai investasi sektor energi dan sumber daya mineral, sejak tahun 2005 sampai
dengan tahun 2011, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 5.40. Pertemuan Indonesia-United States (U.S.) Energy Investment Roundtable (EIR)
di Hotel Gran Melia Jakarta, tanggal 9-10 Mei 2011
Grafik 5.20. Nilai Investasi Sektor ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Investasi sub sektor migas
Sektor ESDM selalu menorehkan tinta emas dalam aktifitas investasinya. Total investasi
sektor ESDM tahun 2011 sebesar US$ 27,11 Miliar. Sumbangan terbesar investasi sektor
ESDM, berasal dari investasi migas dengan porsi sekitar US$ 18,7 Miliar. Terjadi peningkatan
investasi sebesar 37% dari tahun 2010 sebesar US$ 13,7 Miliar. Hal tersebut menandakan
bahwa iklim investasi Indonesia, khususnya di sektor ESDM masih cukup kondusif.
Realisasi investasi di kegiatan usaha hulu sebesar US$ 17,03 miliar berasal dari expenditure
KKKS Produksi sebesar US$ 15,74 miliar dan KKKS Non Produksi sebesar US$ 1,33 miliar. Nilai
ini menunjukkan kenaikan belanja di fase produksi yang mencapai US$ 4,71 miliar
dibandingkan periode tahun sebelumnya (US$ 11,03 miliar). Kenaikan expenditure di fase
produksi ini karena harga rata-rata minyak dunia meningkat dari 77,45 $/Barel di tahun 2010
menjadi 107,5 $/Barel sehingga KKKS Produksi lebih memilih mengalokasikan modalnya di
fase produksi daripada fase development atau eksplorasi. Selain itu di fase produksi resiko
investasi lebih kecil. Sejalan dengan target pemerintah untuk mempertahankan produksi
sekitar 975 MBPD, nilai expenditure yang besar akan berasal dari KKKS Produksi di fase
pengembangan dan produksi. Mengingat mayoritas produksi minyak nasional (92%) berasal
dari lapangan lapangan tua (mature) sehingga memerlukan biaya yang relatif lebih tinggi
(maintenance yang lebih sering, workover, biaya artificial lift tambahan, EOR, dll).
Di sektor hilir realisasi investasi pada tahun 2011 diharapkan terjadi dengan terealisasinya
rencana investasi untuk pembangunan kilang minyak baru, revitalisasi kilang, pembangunan
FSRU di Sumatera Utara dan Jawa Barat serta sektor-sektor niaga yang tumbuh. Sampai
dengan Nopember 2011, investasi hilir migas mencapai 1,66 miliar US$, dengan investasi
terbesar berasal dari sektor pengangkutan sebesar 0,55 miliar US$ (didominasi oleh investasi
pengangkutan LPG dan pengangkutan gas bumi melalui pipa), disusul pengolahan sebesar
0,53 miliar US$ (progress 30% Kilang LNG Donggi Senoro) serta penyimpanan sebesar 0,4
miliar US$, terakhir niaga 0,01 miliar US$.
Grafik 5.22. Perkembangan Investasi Sub Sektor Migas
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Nilai investasi pada kegiatan sub sektor migas selama tahun 2004 2008 terus meningkat.
Namun pada tahun 2009 terjadi penurunan akibat turunnya komitmen investasi dan masalah
teknis antara lain : efisiensi pengadaan, penundaan kegiatan pemboran dan penundaan
proyek karena belum ada persetujuan selain itu ada kekhawatiran investor terkait kepastian
cost recovery. Secara eksternal penurunan ini sebagai imbas kelesuan perekonomian dunia
saat itu akibat krisis ekonomi negara-negara maju. Namun pada tahun 2010, realisasi investasi
sub sector migas kembali meningkat mencapai US$ 13,5 miliar. Dan tada tahun 2011 ini
realisasi investasi migas melebihi target sebesar 11%, yaitu dari target 16,85 miliar US$,
terealisasi sebesar 18,69 miliar US$.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam mempertahankan atau meningkatkan iklim investasi di
sub sektor migas antara lain adalah:
1. Penerapan asas cabotage pada kegiatan usaha migas
Dalam rangka meminimize asas cabotage pada kegiatan usaha migas yang dapat
menurunkan minat investor dan pada akhirnya akan dapat menghambat kegiatan
eksplorasi dan produksi migas yang mengakibatkan terganggunya kelangsungan produksi
migas, terhentinya penemuan cadangan baru, menurunnya penerimaan negara, dan tidak
tercapainya ketahanan energi nasional, pada tanggal 4 April 2011 telah diterbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan. Kementrian
Perhubungan juga telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor PM 48 Tahun 2011
tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing Untuk
Kegiatan Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang dan/atau Barang
Dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri.
2. Tumpang tindih lahan
Telah diidentifikasi 57 kasus tumpang tindih lahan di kegiatan usaha hulu migas dengan 5
tipologi permasalahan tumpang tindih beserta usulan, yaitu :
Tipologi 1: Tumpang tindih dengan kawasan peruntukan pertambangan non migas di
mana usulan penyelesaiannya perlu disusun Permen ESDM sebagai bahan
acuan dalam menentukan kesepakatan kerjasama antar sektor
pertambangan (pemilik ijin KP dan KKKS).
Tipologi 2: Tumpang tindih dengan kawasan hutan produksi dan hutan lindung, dimana
usulan penyelesaiannya KESDM perlu terlibat dalam penyusunan
Permenhut tersebut untuk mengantisipasi potensi masalah di masa
mendatang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tipologi 3: Tumpang tindih dengan kawasan hutan produksi yang telah dibebani hak,
dimana usulan penyelesaiannya KESDM perlu terlibat dalam penyusunan
Permenhut tersebut mengingat kesepakan kerja sama hanya bergantung
kepada negosiasi antar sektor (pemilik ijin HTI/HPH dan KKKS)
Tipologi 4: Tumpang tindih dengan kawasan hutan konservasi, dimana usulan
penyelesaiannya terkait dengan kontrak kerja sama migas yang telah ada
sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, perlu diusulkan revisi Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan untuk menambahkan satu pasal yang mengakomodir
kontrak-kontrak kerja sama migas yang ditandatangani sebelum tahun
1999.
Tipologi 5: Tumpang tindih dengan kawasan budidaya non hutan dan non tambang, di
mana usulan penyelesaiannya adalah revisi PP No. 26 agar sektor ESDM
dapat dilampirkan, sehingga Perpes No.54/2008 (tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur) selanjutnya dapat direvisi untuk disesuaikan
Dari 5 (lima) tipologi dan usulan-usulan tersebut, hanya Kawasan Hutan Produksi dan
Hutan Lindung serta Kawasan Hutan Produksi yang Dibebani hak yang telah
dilaksanakan, dimana Kementrian ESDM telah ikut terlibat dalam penyusunan Peraturan
Menteri Kehutanan No. P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan.
3. Pemberian Insentif
Pembangunan Kilang Minyak
Dalam rangka ketersediaan (security of supply) BBM guna memenuhi kebutuhan di
dalam negeri, maka sangat diperlukan pembangunan kilang minyak baru di Indonesia.
Dengan mempertimbangkan usaha pengolahan minyak bumi membutuhkan investasi
yang sangat besar dan keekonomian usaha yang cukup marginal dengan tingkat resiko
yang cukup besar, maka sangat diperlukan insentif investasi untuk pembangunan kilang
minyak.
Pembangunan Floating Storage Regasification Unit (FSRU)
Dalam rangka mengurangi kekurangan pasokan gas di beberapa wilayah yang terjadi di
Indonesia memerlukan pembangunan infrastruktur seperti Floating Storage
Regasification Unit (FSRU). Investasi yang diperlukan untuk pembangunan FSRU sangat
besar dan sebagian masih menggunakan teknologi yang belum dihasilkan di Indonesia.
Besarnya Investasi yang diperlukan tersebut berakibat pada harga gas di konsumen
akhir. Penurunan biaya investasi memallui pemberian fasilitas fiskal akan membantu
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
menurunkan harga gas di konsumen akhir sehingga mampu terjangkau oleh industry /
konsumen kecil.
Fasilitas Impor Barang Operasi
Kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang membutuhkan
investasi sangat besar dan tingkat resiko yang sangat tinggi serta teknologi tinggi.
Untuk manarik minat investor dan meningkatkan investasi pada kegiatan eksplorasi
minyak dan gas bumi dimana sebagian besar peralatan masih diimpor, maka diperlukan
fasilitas impor barang operasi dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi.
Pengembangan Migas Non Konvensional
Dalam rangka membantu diversifikasi energi dan mengurangi ketergantungan pada
BBM (Bahan Bakar Minyak) sehingga ketahanan energi nasional menjadi lebih baik
perlu dilakukan pengembangan migas non konvensional yang mencakup Coalbed
Methane. Shale gas, Tight Gas Sand, dan Methane Hydrate.
Gambar 5.41. Kegiatan Promosi Potensi Investasi Migas
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Selain melakukan hal-hal tersebut di atas, dalam rangka meningkatkan investasi Kementerian
ESDM juga melakukan promosi potensi investasi migas guna meningkatkan produksi minyak
dan gas bumi melalui penyebarluasan data, informasi dan peluang usaha pada kegiatan migas
di Indonesia dengan melakukan pameran, baik di dalam maupun luar negeri. Serta peningkatan
pelayanan investasi migas terpadu, dengan sertifikasi manajemen mutu ISO 9001:2008.
Promosi investasi migas melalui kegiatan pameran telah dilakukan di Canada pada September
2011, India pada 13-14 Oktober 2011, dan Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2011.
Materi pameran yang ditampilkan pada seminar dalam pameran ini adalah terkait potensi dan
peluang investasi kegiatan usaha hulu dan hilir migas serta CMB, meliputi:
- Cadangan minyak dan gas bumi serta CBM
- Wilayah kerja minyak dan gas bumi
- Tender wilayah kerja minyak dan gas bumi Indonesia tahun 2011
- Supply-demand BBM dan rencana pembangunan kilang minyak
- Kilang minyak bumi, LPG dan LNG
- Fasilitas tanki penyimpanan minyak bumi
- Rencana induk jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional
- Neraca gas bumi
- Infrastruktur gas bumi
Investasi sub sektor ketenagalistrikan
Pada tahun 2011 realisasi investasi sektor Ketenagalistrikan mencapai US$ 4,95 Juta, jumlah
Gambar 5.42. Sertifikat ISO 9001:2008
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
ini jauh dibawah dari yang ditargetkan sebesar US$ 9,74 juta, atau hanya tercapai 51%.
Sedangkan bila dibandingkan dengan besarnya investasi ditahun 2010 yang sebesar US$ 4.968
Juta, investasi di tahun 2011 hanya sedikit lebih rendah yaitu 0,2%. Rendahnya nilai investasi
pada sub sektor ketenagalistrikan disebabkan Sementara bidang ketenagalistrikan, tidak
tercapainya rencana investasi tahun 2011 disebabkan oleh terkendalanya penyelesaian Proyek
10.000 MW Tahap I yang tidak sesuai jadwal akibat adanya permasalahan-permasalahan
seperti pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala teknis pembangkit, dan terlambatnya
penerbitan DIPA SLA.
Perkembangan investasi sub sector ketenagalistrikan sejak 2005 2011, seperti terlihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5.35
Investasi Sub Sektor Ketenagalistrikan
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Investasi
Ketenagalistrikan
2.553,75 2.637,55 3.252,99 3.320,06 4.759,90 4.968 4.948
Investasi sub sektor pertambangan umum (mineral, batubara)
Pertumbuhan investasi selama lima tahun terakhir pada sub sektor mineral dan batubara
sebesar 25% berasal dari perusahaan KK, PKP2B, IUP BUMN dan Izin Usaha Jasa
Pertambangan (IUJP). Pertumbuhan yang positif ini menunjukkan bahwa industry
pertambangan Indonesia menuju ke arah yang lebih baik lagi dan tingkat kepercayaan yang
tumbuh dari investor yang ingin menanamkan modalnya di industry pertambangan.
Tabel 5.36
Investasi 2007 2011 dan Rencana 2012
Sub Sektor Mineral dan Batubara
PERUSAHAAN
REALISASI Rencana
2007 2008 2009 2010 2011 2012
KK 727,75 963,3 754,18 1.479,00 1.235,54 1.366,30
PKP2B 293,83 399,15 769,87 764,4 958,09 966,47
IUP BUMN 158,06 165,58 61,76 38,3 232 417,3
IUJP 275 465 624 904,82 986,67 1.000,00
JUMLAH 1.454,64 1.993,03 2.209,81 3.186,52 3.412,30 3.750,07
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Nilai realisasi investasi pada sub sektor mineral dan batubara pada tahun 2011 mencapai US$
3.412 Juta, angka ini melampaui dari nilai investasi yang ditargetkan yaitu sebesar US$ 3.200
Juta atau mencapai 106,6% dari target yang ditetapkan. Bila dibandingkan dengan capaian
pada tahun 2010, nilai investasi sector mineral dan batubara tahun ini juga mengalami
peningkatan sebesar 7%, yaitu dari US$ 3.186,52 juta (tahun 2010) menjadi US$ 3.412 juta
(tahun 2010).
Kontribusi investasi berasal dari investasi perusahaan KK, PKP2B, IUP BUMN dan Izin Usaha
Jasa Pertambangan (IUJP). Meningkatnya nilai investasi pada sektor pertambangan umum ini
disebabkan oleh adanya beberapa perusahaan KK (Kontrak Karya) dan PKP2B (Pengusahaan
Kegiatan Pengelolaan Pertambangan Batubara) melakukan peningkatan tahap kegiatan dari
FS (feasibility study) ke Konstruksi dan dari Konstruksi ke Produksi.
Dalam rangka meningkatkan investasi di sub sektor Mineral dan batubara, Kementerian ESDM
melalui Ditjen Mineral dan Batubara telah melakukan berbagai cara yaitu dengan
melaksanakan berbagai promosi dan melakukan kerjasama bilateral, regional dan multilateral.
Kegiatan bilateral yang dilakukan antara lain Indonesia Thailand Energy Forum (ITEF),
Indonesia-Japan Coal Policy Dialogue (IJCPD) dan Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF),
Kerjasama regional yang dilakukan, yaitu The 1st ASEAN Fuel Policy For Power Generation
Workshop, ASEAN Forum On Coal (AFOC) Ke 9, The 29th Senior Official Meeting on Energy
(SOME) dan The 11th ASEAN Senior Official Meeting On Minerals (ASOMM), The 8
th
ASOMM
WG, The 4
th
ASOMM+3 Consultation and The 3
rd
AMMin. Kerjasama multilateral yang
dilakukan antara lain 8th ASEAN+3 Energy Security Forum, The 2nd Senior Official Meeting
on Energy (SOME) Russian Dialogue dan The 2nd Mining Initiative
Investasi sub sektor Energi Baru dan Terbarukan
Jumlah investasi di bidang energi baru terbarukan pada tahun 2011 terealisasi sebesar US$ 55
juta, angka ini sangat rendah jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan yaitu
sebesar US$ 463 Juta, atau dengan kata lain hanya capaian kinerja sebesar 12%. Hal ini
disebabkan karena dari 50 WKP Panas bumi yang semula dapat ditetapkan di tahun 2011 ini,
hanya 5 WKP Panas bumi yang berhasil ditetapkan yaitu Bonjol, Danau Ranau, Mataloko,
Gunung Ciremai dan Gunung Endut.
Dibandingkan dengan tahun 2010 realisasi investasi di bidang energi baru terbarukan juga
jauh lebih rendah hanya mencapai 20%, yaitu dari US$ 280 Juta di tahun 2010 dan US$ 55 Juta
di tahun 2011. Pada tahun 2010 terdapat 45 WKP Panas Bumi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, dengan 30 WKP telah ada pengembang (IUP) dan 15 WKP masih dalam tahap
pelelangan. Sebanyak 15 WKP tersebut merupakan milik Pertamina dan 6 WKP di antaranya
merupakan WKP tahap produksi, yang menghasilkan total energi listrik sebesar 1.189 MW.
Dari 45 WKP yang telah ditetapkan tersebut, 19 WKP merupakan WKP yang telah ditetapkan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
sebelum berlakunya UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi dan setelah terbit UU No. 27
Tahun 2003 yaitu 31 WKP.
Di bawah ini adalah peta Wilayah Kerja Panas Bumi yang direncanakan akan ditetapkan di tahun 2011.
Tujuan III : Terwujudnya peran penting sektor ESDMdalam penerimaan negara
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral masih menjadi sumber penggerak utama roda
perekonomian nasional. Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya
memberikan kontribusi setidaknya 30% terhadap penerimaan negara.
Pada tahun 2008 tercatat sekitar Rp. 349,5 triliun atau 36,3% kontribusi sektor ESDM terhadap
penerimaan negara yang terdiri dari penerimaan migas Rp. 304,4 triliun (31,6%), pertambangan
umum Rp. 42,7 triliun (4,4%) dan lain-lain Rp. 2,4 triliun (0,3%). Sedangkan Pada tahun 2009,
sektor ESDM mencatatkan realisasi penerimaan negara sebesar Rp 238,2 triliun atau sebesar 24%
dari total penerimaan negara (APBN). Kemudian di tahun 2010, angka realisasi penerimaan negara
Sektor ESDM terus meningkat cukup tajam yaitu mencapai Rp 289,04 triliun atau meningkat
sebesar 21,22%. Angka ini juga melebihi rencana atau target yang ditetapkan pada APBN tahun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
EBTKE KESDM - 2011
50 WILAYAH KERJA PANAS BUMI
2 WKP di NAD
provinsi
Jaboi
Seulawah Agam
4 WKP diSUMUT provinsi
Gn. Sibayak Sinabung
Gn. Sibual Buali
Sipaholon Ria-ria
Sorik Marapi - Roburan -
Sampuraga
1 WKP JAMBI
provinsi
Sungai Penuh
3 WKP diSUMSEL
provinsi
Lumut Balai
Rantau Dedap
Danau Ranau
1 WKP di
MALUKU
provinsi
Tulehu
2 WKP di MALUT
provinsi
Jailolo
Songa Wayaua
2 WKP diSULUT
provinsi
Kotamobagu
Lahendong-Tompaso
1 WKP di
GORONTALO
provinsi
Suwawa
1 WKP
diSULTENG
provinsi
Marana
Catatan: Terpasang
Gambar 5.43. 50 Wilayah Kerja Panas Bumi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2010 yaitu sebesar Rp 276,85 triliun atau capaian kinerjanya sebesar 104%.
Minyak dan gas bumi masih merupakan penghasil penerimaan negara terbesar. Pada tahun 80an,
komoditi migas merupakan sumber utama bagi penerimaan negara, dimana kontribusinya
bahkan mencapai lebih dari 70%. Penerimaan dan kontribusi migas terhadap APBN tersebut
sangat dipengaruhi oleh tingkat produksi dan harga minyak. Sejak pertengahan tahun 90an
produksi minyak bumi, yang merupakan energi habis pakai, mulai menurun.
Namun demikian, seiring dengan optimisme dan kerja keras, meskipun produksi minyak nasional
relatif menurun, realisasi penerimaan migas selalu melebihi dari target yang ditetapkan setiap
tahunnya. Dengan proporsi produksi migas yang selalu jauh lebih besar dibandingkan dengan
komoditi lainnya di sektor ESDM, maka realisasi total penerimaan sektor ESDM juga selalu lebih
tinggi dari targetnya.
Penerimaan sektor ESDM tersebut belum termasuk dividen dari BUMN di lingkungan sektor
ESDM, pajak-pajak dari pengusahaan sektor ESDM terdiri dari PPN, PBBKB dan PBB serta usaha
pertambangan KP yang ijinnya diterbitkan oleh Bupati.
Jenis-jenis penerimaan yang terangkum dalam Indikator tujuan dari penerimaan negara sektor
ESDM berasal dari sub-sektor minyak dan gas, PNPB dari pertambangan umum, kegiatan jasa
penelitian dan pengembangan, dari kegiatan di Badan Diklat dan dari BPH Migas.
Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi sector ESDM, ditetapkan 1 (satu) sasaran
sebagai berikut:
Sasaran 7. Terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan negara
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.37.
Indikator Kinerja Sasaran 7
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1
Total Penerimaan Negara Sektor ESDM
Rp Triliun 324,34 352,15 109%
Jumlah penerimaan negara sub sektor
migas
Rp Triliun 249,59 278,39 109%
Jumlah penerimaan negara subsektor
pertambangan umum (mineral,
Rp Triliun 73,53 77,39 116%
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1
Total Penerimaan Negara Sektor ESDM
Rp Triliun 324,34 352,15 109%
batubara)
Jumlah penerimaan negara dari
subsector energi bari terbarukan
Rp Triliun 0,35 0,55 155%
Jumlah Penerimaan lain-lain
(Balitbang, Badiklat, BPH Migas)
Rp Triliun 0,86 1,76 206%
Sebagai sumber penerimaan negara, sektor ESDM tiap tahunnya memberikan kontribusi sekitar
30% terhadap penerimaan nasional. Pada tahun 2011, realisasi penerimaan sektor ESDMmencapai
Rp. 352,15 triliun atau 29,4% terhadap perkiraan penerimaan nasional sebesar Rp. 1.199 triliun.
Penerimaan sektor ESDM tersebut, bila dibandingkan dengan target APBN-P 2011 yang sebesar
Rp. 324 triliun, capaian kinerja mencapai 109%, sedangkan jika dibandingkan dengan penerimaan
tahun 2010 sebesar Rp. 289 triiliun adalah sebesar 122%i.
Lebih tingginya realisasi
penerimaan migas antara lain
disebabkan karena tingginya
harga Minyak Mentah
Indonesia (ICP) dan nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar
Amerika, serta Faktor
dominan yang
mempengaruhi besarnya
penerimaan sektor ESDM
yaitu produksi dan harga.
Harga minyak Indonesia atau
Indonesian Crude Price (ICP)
dan produksi/lifting minyak
bumi merupakan asumsi
dasar yang sangat menentukan dalam postur APBN. Secara rinci kontribusi penerimaan sektor
ESDM terhadap penerimaan nasional dapat di lihat pada tabel berikut:
Penerimaan Nasional 100%
(1.199,5 Triliun)
Grafik 5.23. Penerimaan Nasional
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.38.
Kontribusi Penerimaan Sektor ESDM Terhadap Penerimaan Nasional
2010
Realisasi APBN APBN-P REALISASI
% terhadap
APBN-P
% terhadap
Tahun 2010
2 3 4 5 6=5/4 7=5/2
1. PENERIMAAN MIGAS 220.987 217.226 249.595 272.449 109% 123%
2. PENERIMAAN PERTAMBANGAN UMUM 66.825 66.511 73.529 77.387 105% 116%
3. PENERIMAAN PANAS BUMI 516 356 356 551 155% 107%
4. PENERIMAAN LAIN-LAIN 959 1.511 857 1.763 206% 184%
TOTAL 289.287 285.604 324.337 352.150 109% 122%
PENERIMAAN NASIONAL 995.272 1.104.902 1.169.915 1.199.500 103% 121%
% KONTRIBUSI SEKTOR ESDM 29,1% 25,8% 27,7% 29,4%
Kurs (Rupiah/US$) 9.087 9.250 8.700 8.734
ICP (US$/barel) 79,4 80,0 95,0 111,8
Lifting minyak (ribu bpd) 954 970 945 903
Uraian penerimaan
2011
1
Minyak dan gas bumi masih merupakan komoditi primadona, dimana 77% penerimaan sektor
ESDM atau Rp 272 triliun berasal dari penerimaan migas, dan selebihnya Rp 77 triliun dari
pertambangan umum (22%), Rp. 0,55 triliun dari panas bumi (0,2%), dan Rp. 1,76 triliun dari
penerimaan lainnya (0,5%).
Besarnya penerimaan sektor ESDM tersebut belum termasuk deviden dari BUMN di lingkungan
sektor ESDM, pajak-pajak dari pengusahaan sektor ESDM yang terdiri dari PPN, PBBKB dan PBB
dan royalti, iuran tetap dari pemegang IUP yang ijinnya diterbitkan oleh Bupati dan sebagian
masih diaudit.
Secara rinci, grafik di bawah ini menunjukkan bahwa trend realisasi penerimaan sektor ESDM
dalam 6 tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif. Hal ini menunjukkan bukti bahwa sektor
ESDM masih mempunyai peran yang besar dalam penerimaan APBN.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Penerimaan negara sub sektor migas
Berdasarkan realisasi pembayaran dan penjualan migas bagian negara serta kewajiban-
kewajiban Kontraktor KKS ke Kas Negara, perkiraan realisasi penerimaan negara sektor migas
didasarkan pada tagihan atas lifting Pemerintah periode Desember 2010 s/d Nopember 2011
sedangkan realisasi penerimaan negara sektor migas meliputi penyelesaian tagihan dan
settement pemindahbukuan pada periode Januari 2011 s/d Desember 2011 yang telah diterima
dalam rekening BUN 502.000000.
Besaran jumlah penerimaan
negara sektor migas
dipengaruhi antara lain
realisasi lifting migas, harga
minyak mentah Indonesia
(ICP) dan kurs. Walaupun
realisasi lifting migas
diperkirakan belum dapat
mencapai target yang
ditetapkan dalam APBNP
yaitu sebesar 945 MBOPD,
namun realisasi ICP tahun
2011 sebesar US$109.94/
barel (melebihi target yang
ditetapkan)telah memberikan kontribusi yang cukup tinggi sehingga realisasi penerimaan
60 , 00
70 , 00
80 , 00
90 , 00
100 , 00
110 , 00
120 , 00
130 , 00
140 , 00
0
1
-
D
e
s
0
7
-
D
e
s
1
3
-
D
e
s
1
7
-
D
e
s
2
3
-
D
e
s
2
9
-
D
e
s
0
4
-J
a
n
1
0
-J
a
n
1
4
-J
a
n
2
0
-J
a
n
2
6
-J
a
n
0
1
-F
e
b
0
7
-F
e
b
1
1
-F
e
b
1
7
-F
e
b
2
3
-F
e
b
0
1
-M
a
r
0
7
-M
a
r
1
1
-M
a
r
1
7
-M
a
r
2
3
-M
a
r
2
9
-M
a
r
0
4
-
A
p
r
0
8
-
A
p
r
1
4
-
A
p
r
2
0
-
A
p
r
2
6
-
A
p
r
0
2
-M
e
i
0
6
-M
e
i
1
2
-M
e
i
1
8
-M
e
i
2
4
-M
e
i
3
0
-M
e
i
0
3
-J
u
n
0
9
-J
u
n
1
5
-J
u
n
2
1
-J
u
n
2
7
-J
u
n
0
1
-J
u
l
0
7
-J
u
l
1
3
-J
u
l
1
9
-J
u
l
2
5
-J
u
l
2
9
-J
u
l
0
4
-
A
g
u
s
t
1
0
-
A
g
u
s
t
1
6
-
A
g
u
s
t
2
2
-
A
g
u
s
t
2
6
-
A
g
u
s
t
0
1
-
S
e
p
0
7
-
S
e
p
1
3
-
S
e
p
1
9
-
S
e
p
2
3
-
S
e
p
2
9
-
S
e
p
0
5
-
O
k
t
1
1
-
O
k
t
1
7
-
O
k
t
2
1
-
O
k
t
2
7
-
O
k
t
0
2
-
N
o
p
0
8
-N
o
p
1
4
-N
o
p
1
8
-N
o
p
2
4
-N
o
p
3
0
-N
o
p
0
6
-
D
e
s
1
2
-
D
e
s
1
6
-
D
e
s
2
2
-
D
e
s
2
8
-
D
e
s
US$ per barel
WTI(NYMEX)
Brent (IPE)
SLC/Minas
Rata-2ICPdari50 jenisMinyakIndonesia
Rata-2Des'10-Nov'11*)
Rata-2ICPJan-Des'11*)
*) Rata - rata sampai tgl 30 Desember 2 011
97 ,09
103 , 31
91 ,37
113 , 07
123 ,36
115 ,18 113 ,82
117 ,15
111 ,67
111 ,00 109 ,25
112 , 94
110 ,70 *)
Grafik 5.25. Perkembangan Harga Minyak Mentah Indonesia (ICP)
Grafik 5.24. Penerimaan Sektor ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
negara melebihi target yang ditetapkan yaitu mencapai 129% dari APBN dan 112% dari
APBNP.
Penerimaan Negara Sub Sektor Mineral dan
Batubara
Subsektor mineral dan batubara memiliki peran yang strategis dalam pencapaian
pembangunan ekonomi Indonesia. Hasil kontribusi yang nyata adalah penerimaan Negara
bukan pajak dari subsektor pertambangan umum. Kontribusi yang diberikan ini adalah hasil
kerja keras semua pihak dalam membangun dan meningkatkan industri pertambangan
Indonesia.
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari subsektor minerba tahun 2011 adalah
24,7 triliun yang terdiri dari deadrent 270 miliar, royalty 15 triliun dan penjualan hasil tambang
7 triliun. Angka ini melebihi target APBN-P 2011 yaitu sebesar Rp 16,5 Trilyun, dengan
demikian capaian kinerja mencapai 150%. Selain mencapai target yang telah ditetapkan,
penerimaan Negara sub sektor pertambangan umum tahun 2011 juga mengalami peningkatan
yang cukup besar bila dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu dari sebesar Rp 18.6 Triliun pada
tahun 2010 dan sebesar Rp 24.7 Triliun di tahun 2010, atau peningkatan mencapai 24,5%. Jika
dibandingkan dengan total penerimaan Negara sector ESDM, sub sektor pertambangan
umum ini memberikan kontribusi sebesar 23% dari total penerimaan sektor ESDM yang
sebesar 286 triliun rupiah
Pertumbuhan penerimaan Negara bukan pajak selama lima tahun terakhir sebesar 30%. Data
perkembangan lima tahun terakhir dan rencana 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tahun APBN APBN-P Realisasi
%
(APBN)
%
(APBN-
P)
2007 188.495,36 151.162,88 177.503,24 94 117
2008 166.028,31 257.186,97 304.378,67 183 118
2009 226.791,04 183.607,02 184.689,60 81 101
2010 174.394,09 215.020,32 220.987,10 127 103
2011 215.335,95 249.594,60 278.389,50 129 112
Grafik 5.26. Realisasi Penerimaan Negara Sub
sektor Migas
Tabel 5.39
Perkembangan Penerimaan Negara Sub Sektor Migas
Tahun 2007 2011 (Rp.Miliar)
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.40
PNBP Subsektor Minerba 2007-2012
Penerimaan Negara Sub Sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT)
Jumlah PNBP sub sektor EBT pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 0,551, jumlah ini melampaui
angka yang ditargetkan, yaitu sebesar Rp 0,356 Triliun atau capaian kinerja mencapai 154,8 %.
PNBP sub sektor EBT berasal dari proyek Panas Bumi yang telah mencapai NOI (Kamojang,
Darajat, dan Salak)
Penerimaan Negara Sub Sektor Lainnya
Selain penerimaan negara dari sub sektor migas dan pertambangan umum, KESDM juga
menyumbangkan penerimaan negara bukan pajak dari sub sektor lainnya yaitu dari hasil
kegiatan pelayanan jasa penelitian dan pengembangan dan hasil kegiatan pelayanan jasa
pendidikan dan pelatihan ESDM serta dari Badan Pelaksana Hilir Migas (BPH Migas) yang
pada tahun 2011 ini terealisasi sebesar 783 Miliar dari target sebesar Rp 436 Miliar atau 180%.
Seperti halnya sub sector migas dan pertambangan umum, penerimaan Negara dari sector
lainnya pada tahun 2011 ini juga mengalami peningkatan penerimaan bila dibandingkan
dengan tahun 2010, yaitu dari Rp 711.9 Miliar di tahun 2010 meningkat menjadi Rp 977 Miliar
pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 37%.
Tujuan IV : Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah
Disamping sebagai kontributor penting terhadap penerimaan nasional, peran sektor ESDM juga
penting sebagai pendorong pembangunan daerah. Peran sektor ESDM terhadap pembangunan
daerah diwujudkan, antara lain melalui dana bagi hasil (DBH), kegiatan pengembangan
masyarakat atau community development (comdev) atau corporate social responsibility (CSR).
Selain itu terdapat program pembangunan Desa Mandiri Energi (DME), dan Pemboran air tanah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
yang merupakan program-program pro-rakyat sehingga pembangunan daerah dapat berjalan
lebih efektif.
Melalui program penyediaan listrik perdesaan telah dibangun pembangkit listrik dari energi
terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) serta jaringan tegangan menengah dan
jaringan tegangan rendah.
Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah juga merupakan program strategis sektor
ESDM yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Penyediaan air tanah di
daerah sangat sulit air diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air minum dan air baku
penduduk di desa tertinggal atau desa miskin. Hal ini diharapkan akan memicu rangkaian
dampak positif, secara sosial, ekonomi dan pengembangan wilayah.
Kegiatan penyediaan air bersih tersebut dilakukan tiap tahunnya melalui pendanaan APBN dari
tahun anggaran 1995/1996. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah tersebut, lebih dari
satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini.
Desa Mandiri Energi (DME) merupakan program yang baru diluncurkan pada tahun 2007 dan
merupakan terobosan dalam mendukung diversifikasi energi dan penyediaan energi daerah
perdesaan. Program ini terdiri dari DME berbasis Bahan Bakar Nabati (BBN) dan non-BBN. DME
berbasis BBN antara lain menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa, sawit singkong
dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi terbarukan
setempat antara lain mikrohidro, angin, surya dan biomassa. Pemenuhan kebutuhan sumber
energi mandiri bagi desa-desa di Nusantara terus ditingkatkan agar program ini memberikan
manfaat langsung berupa kemandirian energi dan peningkatan ekonomi perdesaan melalui
pemberdayaan potensi daerah.
Dalam rangka mewujudkan peningkatan peran sector ESDM dalam pembangunan daerah,
ditetapkan 1 (satu) sasaran sebagai berikut:
Sasaran 8. Terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 5 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.41
Indikator Kinerja Sasaran 8
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah dana bagi hasil sektor ESDM Rp Triliun 43,6 40,9 94%
Jumlah dana bagi hasil subsektor
Migas
Rp Triliun 34,9 28,1 80%
Jumlah dana bagi hasil subsektor
Mineral dan batubara
Rp Triliun 8,3 12,3 148%
Jumlah dana bagi hasil subsektor
panas bumi
Rp Triliun 0,4 0,5 128%
2. Jumlah CSR sector ESDM Rp Miliar 1.565 1.658 106%
Jumlah CSR subsektor Minerba
Pabum
Rp Miliar 1.200 1.391 116%
Jumlah CSR subsektor Listrik dan
Pemanfaatan Energi
Rp Miliar 99 89 90%
Jumlah CSR subsektor Migas Rp Miliar 266 178 67%
3. Jumlah jaringan distribusi listrik(kms)
dan gardu distribusi listrik
Kms/
MVA
15.813/
370
17.306/
369,6
104,65%
4. Jumlah desa mandiri energi (DME) DME 50 51 102%
5. Jumlah sumur bor daerah sulit air Titik Bor 255 260 102%
1. Dana Bagi Hasil (DBH) Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral
Dana bagi hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana Undang-Undang Nomor 33/2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. DBH sektor ESDM
bersumber dari kegiatan minyak bumi, gas bumi dan pertambangan umum, serta panas bumi.
DBH sektor ESDM pada tahun 2011 ini mencapai sebesar Rp. 40,9 triliun yang terdiri dari minyak
bumi Rp. 16,4 triliun, gas bumi Rp. 11,7 triliun, pertambangan umum Rp. 12,3 triliun dan panas
bumi Rp. 0,5 triliun. Capaian DBH tahun ini lebih rendah dari target yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 43,6% atau capaian kinerjanya sebesar 94%.
Meskipun tidak mencapai target, namun jika dibandingkan dengan capaian ditahun 2010, Dana
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Bagi Hasil (DBH) Sektor ESDM mengalami peningkatan sebesar 14% yaitu dari Rp 35,8 Triliun di
tahun 2010 menjadi Rp 40,9 Triliun di tahun 2011.
Perbandingan DBH tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, dapat dilihat pada grafik di bawah
ini.
Besarnya DBH sektor ESDM selaras dengan penerimaan sektor ESDM. Kenaikan DBH dari tahun
2009 sampai dengan 2011 menunjukan kenaikan sampai 30% yang merupakan peningkatan
peran sektor ESDM dalam mendukung pembangunan daerah.
Dana Bagi Hasil sub sektor Mineral Batubara dan Panas Bumi
Pada sub sector Mineral, Batubara dan Panas Bumi, realisasi DBH di tahun 2011 ini mencapai
Rp 12,3 Triliun dari target sebesar Rp 8,29 Triliun atau capaian kinerja sebesar 148%. Bila
dibandingkan dengan tahun 2010, realisasi DBH sub sector minerba pabum tahun 2011 juga
mengalami peningkatan sebesar 19,3%.
Secara rinci DBH sub sector Minerba pabum, sejak tahun 2009 sampai dengan 2011 dapat
dilihat pada table berikut ini :
Tabel 5.42
Dana Bagi Hasil Sub Sektor Mineral Batubara
Sub Sektor 2009 2010
2011
Rencana Realisasi
Pertambangan umum (mineral dan
Batubara)
8.2 10.53 8,3 12,3
Pertambangan Panas Bumi 1.1 0.20
0,4 0,5
TOTAL 9.3 10.73 8.7 12.8
Grafik 5.26. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM
Grafik 5.27. Dana Bagi Hasil Sektor ESDM Tahun 2009 dan 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Dana bagi hasil sub sektor Minyak dan Gas Bumi
Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 27 PP No.55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
yang antara lain menyatakan bahwa Menteri Teknis menetapkan daerah penghasil dan
dasar penghitungan SDA paling lambat 60 hari sebelum tahun anggaran bersangkutan
setelah berkonsultasi dengan Kementerian Dalam Negeri serta hasil pembahasan RAPBN
2012 di Badan Anggaran DPR-RI, maka Ditjen Migas telah melaksanakan koordinasi
dengan instansi pusat terkait dalam rangka menyiapkan konsep lampiran SK MESDM
tentang Penetapan daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil
migas.
Dalam proses penyusunan usulan penetapan daerah penghasil migas, Ditjen Migas
berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat Perimbangan Keuangan
Kementerian Keuangan dan BPMIGAS terkait dengan asumsi lifting migas, ICP dan bagi
hasil SDA migas, dengan Kementerian Dalam Negeri terkait isu-isu penegasan batas
wilayah daerah khususnya daerah penghasil migas dan pemekaran daerah serta dengan
Kontraktor KKS terkait perkiraan angka lifting migas dan justifikasi produksi.
Adapun SK MESDM tentang penetapan daerah penghasil dan dasar penghitungan (lifting)
migas yang telah diterbitkan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
a. SK MESDM No. 0218 K/80/MEM/2011 tanggal 7 Februari 2011 tentang Penetapan daerah
penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil pertambangan umum,
pertambangan panas bumi, minyak bumi dan gas bumi untuk tahun 2011.
b. SK MESDM No. 2899 K/80/MEM/2011 tanggal 9 November 2011 tentang Perubahan atas
SKMESDM No. 0218 K/80/MEM/2011 tentang Penetapan daerah penghasil dan dasar
penghitungan bagian daerah penghasil pertambangan umum, pertambangan panas
bumi, minyak bumi dan gas bumi untuk tahun 2011
c. SK MESDM No. 2965 K/80/MEM/2011 tanggal 18 November 2011 tentang Penetapan
daerah penghasil dan dasar penghitungan bagian daerah penghasil pertambangan
umum, pertambangan panas bumi, minyak bumi dan gas bumi untuk tahun 2012.
SK MESDM tentang penetapan daerah penghasil dan dasar penghitungan lifting migas
yang telah diterbitkan tersebut selanjutnya disampaikan ke Kementerian Keuangan sebagai
dasar dalam penyusunan peraturan Menteri Keuangan untuk penetapan perkiraan dana
bagi hasil daerah SDA migasnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.43
Jumlah Daerah Penghasil Migas Tahun 2011 dan 2012
Pada tahun 2011, realisasi Dana Bagi hasil Sub Sector Migas sebesar Rp 28,1 Triliun, dimana
angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar Rp 34.9 Triliun, atau mencapai
80,5%. Namun jka dibandingkan dengan capaian di tahun 2010, realisasi peneriman DBH
tahun 2011 masih lebih tinggi atau mengalami peningkatan sebesar 12%.
Perbandingan DBH Sub sector Migas sejak Tahun 2009 sampai dengan 2011 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.44
Dana Bagi Hasil Sub Sektor Migas
Komoditi 2009 2010
2011
Rencana Realisasi
Minyak bumi 12.4 14.6 19.5 17.1
Gas bumi 9.8 10.5 15.4 11.9
TOTAL 22.2 25.1 34,9 28,1
Gambar 5.44. Daerah Penghasil Migas
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2. Corporate Social Responsibility (CSR ) Sektor ESDM
Di sektor energi dan sumber daya mineral, community development (comdev) adalah bagian dari
tanggung jawab korporat (Corporate Social Responsibility) yang merupakan komitmen bisnis
untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut berikut komunitas setempat (lokal) dan
masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Kegiatan comdev dilakukan antara lain melalui: Ekonomi (peningkatan pendapatan, perbaikan
jalan, sarana pertanian, pembangunan/perbaikan sarana ibadah), Pendidikan dan Kebudayaan
(kelompok usaha, pelatihan, perencanaan), Kesehatan (kesehatan terpadu, air bersih),
Lingkungan (penanaman bakau, reklamasi) dan lainnya (kegiatan sosial, penyuluhan,
pembangunan sarana olah raga).
Secara umum, CSR dilakukan antara lain berdasarkan Undang-undang No. 40/2007 tentang
Perseroan Terbatas, disamping UU lainnya seperti UU sektoral. Untuk sektor ESDM dasar
hukum sektoral antara lain UU Migas, UU Pertambangan Mineral dan Batubara dan Peraturan
Pelaksananya.
Untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selain kewajiban CSR, terdapat kewajiban lainnya
yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Hal tersebut diatur berdasarkan
Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan
Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Di dalam Permen tersebut dijelaskan bahwa
besarnya Program Kemitram (PK) yaitu max 2% dari penyisihan laba setelah pajak. Sedangkan
besarnya program Bina Lingkungan (BL) yaitu BL max 2% dari penyisihan laba setelah pajak.
Perbedaan PKBL dan CSR, yaitu: PKBL mengacu pada Permen BUMN No. 05 tahun 2001 dan
CSR mengacu pada UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dimana besarnya tidak
secara spesifik disebutkan pada UU tersebut. Terkait dengan sumber dananya, PKBL bersumber
dari profit sedangkan CSR bersumber dari operational budget. Sedangkan dari sisi pelaporan,
PKBL dilaporkan kepada Menteri BUMN sedangkan CSR dilaporkan ke Presiden Director dan
CEO.
Pada tahun 2011 realisasi dana Comdev dan CSR sektor ESDM yang digunakan untuk
pengembangan Masyarakat dan untuk mendukung kegiatan-kegiatan sangat penting di
masyarakat melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 106%, yaitu dari target 1,6 Triliun
realisasinya mencapai Rp 1,7 Triliun. Dana Comdev dan CSR ini berasal dari perusahaan
pertambangan umum, perusahaan migas dan perusahaan listrik.
Dana Comdev dan CSR ini selalu meningkat dari tahun ke tahun yang menunjukkan perhatian
yang berkelanjutan terhadap pengembangan kehidupan masyarakat.
Secara rinci, table di bawah ini memperlihatkan peningkatan dana Comdev dan CSR pada tahun
2009 sampai dengan 2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.45
Penggunaan Dana Comdev dan CSR Sektor ESDM
Corporate Social Responsibility (CSR) Sub Sektor Mineral dan batubara
Pada tahun 2011 ini, realisasi penggunaan dana CSR pada sub sector mineral, batubara, dan air
tanah adalah sebesar Rp 1.391 Milyar atau 116% bila dibandingkan dengan target sebesar 1.200
Milyar. Realisasi tahun 2011 ini juga jauh melebihi dari realisasi di tahun 2009 sebesar Rp 952
Milyar, atau terjadi peningkatan sebesar 46%. Dana CSR ini digunakan untuk kegiatan bagi hasil
daerah penghasil pertambangan umum; Pengelolaan air tanah; dan Pengembangan briket
batubara dan mineral.
Pada tahun 2011, secara rutin dilakukan kunjungan ke perusahaan, dalam rangka pembinaan
dan pengawasan pelaksanaan CD serta sebagai bahan evaluasi. Dari evaluasi tersebut,
Pelaksanan Program CD masih terdapat Kendala di dalam implementasinya, antara lain, belum
adanya aturan atau prosedur baku yang dapat menjadi acuan perusahaan untuk melakukan
kegiatan atau program CD, yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat sekitar
tambang. Upaya-upaya yg dilakukan antara lain, melakukan sosialisasi dan evaluasi terhadap
perusahaan PKK dan PKP2B didalam pelaksanaan CD dan menyusun Kepmen tentang
pelaksaan CD pada perusahaan tambang.
Tabel 5.46
Pertumbuhan Anggaran Community Development
Sub Sektor Mineral dan Batubara
No. Perusahaan
2009
(Rp Miliar)
2010
(Rp Miliar)
2011 (Rp Miliar)
Target Realisasi Capaian (%)
1. Perusahaan Migas
215.5 425.0 266 178 67%
2. Perusahaan Listrik 94.0 90.3 99 89 90%
3. Perusahaan
Pertambangan Umum
1,002.4 952.2 1.200 1.391 116%
TOTAL 1,311.9 1,467.5 1.565 1.658 106%
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pertumbuhan anggaran untuk community development mengalami pertumbuhan yang positif
sebesar 8%/tahun. Anggaran community development untuk BUMN dalam kurun waktu lima
tahun terakhir sebesar 127%. Anggaran community development untuk PKP2B dalam kurun
waktu lima tahun terakhir sebesar 16% dan Anggaran community development untuk KK dalam
kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 4%. Anggaran community development untuk tahun
2011 lebih rendah dari tahun 2010 dikarenakan data tahun 2011 belum semuanya masuk dan
ditjen minerba masih menginput data tersebut.
Program CSR yang dijalankan perusahaan, yaitu :
a. Hubungan Masyarakat, berupa Keagamaan, Sosial, Budaya dan Olahraga
b. Pelayanan Masyarakat, berupa Bantuan Bencana Alam dan Donasi/Charity/Filantropi
c. Pemberdayaan Masyarakat, berupa Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi dan Agriculture
d. Pengembangan Infrastruktur, berupa Sarana, seperti Sarana Ibadah, Sarana Umum, Sarana
Kesehatan, dll.
Corporate Social Responsibility (CSR) Subsektor Minyak dan Gas Bumi
Di sektor energi dan sumber daya mineral, community development (comdev) merupakan
bagian dari tanggung jawab korporat (corporat social responsibility) yang merupakan komitmen
bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut berikut komunitas setempat dan
masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Realisasi CSR subsektor Migas pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 178,4 Milyar, angka ini jauh
dibawah target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp 266,4 Miliar atau hanya mencapai 67%. Begitu
pula jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 menurun sangat drastis yaitu dari sebesar
Rp 425 Milyar menjadi Rp 178,4 Milyar.
Dana CSR sebesar Rp 178,4 Milyar ini digunakan untuk kerjasama PT Pertamina dengan KUD
dalam pengelolaan sumur tua;
Program Pembangunan
Jaringan Gas Bumi untuk
rumah tangga, transportasi
dan usaha kecil; dan
Pengembangan industri
penunjang migas dalam negeri.
Kegiatan comdev dilakukan
antara lain melalui kegiatan
ekonomi (peningkatan
Gambar 5.45. Pengelolaan Sumur Tua
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
pendapatan, perbaikan jalan, sarana pertanian, pembangunan/perbaikan sarana ibadah),
pendidikan dan kebudayaan (kelompok usaha, pelatihan, perencanaan), kesehatan (kesehatan
terpadu, air bersih), lingkungan (penanaman bakau, reklamasi) dan lainnya (kegiatan sosial,
penyuluhan, pembangu-nan sarana olah raga). Besarnya dana comdev sub sektor migas pada
tahun 2012 direncana-kan sebesar Rp 392,6 miliar.
Corporate Social Responsibility (CSR) Sub Sektor Kelistrikan dan pengembangan Energi Baru
Terbarukan (EBT)
Penggunaan dana CSR di Sub Sektor Kelistrikan dan pengembangan EBT pada tahun 2011
adalah sebesar Rp 89 Milyar, dibandingkan dengan realisasi di tahun 2010 Dana CSR untuk Sub
Sektor kelistrikan mengalami sedikit penurunan sebesar 1,4% yaitu dari Rp 90,3 Milyar ditahun
2010 menjadi Rp 89 Milyar di tahun 2011.
Dana CSR ini digunakan untuk pembangunan Listrik Pedesaan (PLTS, PLTB, PLTMH);
Memberikan kesempatan kepada UKM untuk pembangkitan energi terbarukan dengan
kapasitas 1 MW (Skala kecil) dan 1-10 MW (Skala menengah); membangun Desa Mandiri Energi
(DME); dan Pengembangan Bahan Bakar Nabati; serta Pengembangan Biomassa. Disamping
itu dana CSR ini juga digunakan untuk Ekonomi (peningkatan pendapatan, perbaikan jalan,
sarana pertanian, pembangunan/perbaikan sarana ibadah), Pendidikan dan Kebudayaan
(kelompok usaha, pelatihan, perencanaan), Kesehatan (kesehatan terpadu, air bersih),
Lingkungan (penanaman bakau, reklamasi) dan lainnya (kegiatan sosial, penyuluhan,
pembangunan sarana olah raga).
Grafik 5.28. Kegiatan CSR Sub Sektor Ketenagalistrikan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
3. Jumlah jaringan distribusi l istrik(kms) dan gardu distribusi l istrik.
Pembangunan daerah juga dilakukan melalui program listrik perdesaan (lisdes), yaitu melalui
pembangunan Gardu Distribusi dan Jaringan Distribusi. Pada tahun 2011, realisasi
pembangunan gardu distribusi tercapai sesuai dengan target yaitu 369,6 MVA atau 100%.
Angka ini meningkat tajam bila dibandingkan dengan realisasi di tahun 2010, yaitu mencapai
800%.
Demikian pula dengan pembangunan jaringan distribusi, di tahun 2011 realisasi melebihi target,
yaitu sebesar 17.306 Kms atau 109,4%. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2010 juga
mengalami peningkatan yag sangat besar yaitu dari 5.674 Kms di tahun 2010 menjadi 17.306
Kms di tahun 2011 atau meningkat sebesar 300%.
Secara rinci target dan realisasi pembangunan gardu dan jaringan distribusi dapat dilhat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5.47
Pembangunan Gardu dan Jaringan Distribusi
Indikator Kinerja Satuan Realisasi 2010
2011
Target Realisasi Capaian (%)
1. Gardu Distribusi MVA 45 370 369,6 99,9%
2. Jaringan Distribusi Kms 5.674 15.813 17.306 109,4%
Gambar 5.46. Kegiatan CSR Sub Sektor Ketenagalistrikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
4. Desa Mandiri Energi
Desa Mandiri Energi (DME) adalah desa yang dapat menyediakan energi bagi desa itu sendiri
sehingga bisa membuka lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan menciptakan kegiatan-
kegiatan produktif. Desa Mandiri
Energi (DME) merupakan
terobosan dalam mendukung
diversifikasi energi dan
penyediaan energi daerah.
Desa Mandiri Energi (DME)
merupakan program yang baru
diluncurkan pada tahun 2007 dan
merupakan terobosan dalam
mendukung diversifikasi energi
dan penyediaan energi daerah
perdesaan. Program ini terdiri dari
DME berbasis Bahan Bakar Nabati
(BBN) dan non-BBN. DME
berbasis BBN antara lain menggunakan bahan baku energi jarak pagar, kelapa, sawit singkong
dan tebu. Sedangkan DME berbasis non-BBN memanfaatkan sumber energi terbarukan
setempat antara lain mikrohidro, angin, surya dan biomassa.
Pemenuhan kebutuhan sumber
energi mandiri bagi desa-desa di
Nusantara terus ditingkatkan agar
program ini memberikan manfaat
langsung berupa kemandirian energi
dan peningkatan ekonomi perdesaan
melalui pemberdayaan potensi
daerah.
Pada tahun 2011 direncanakan
pembangunan DME sebanyak 50
desa, yang terdiri dari 35 DME
berbasis non-BBN dan 15 DME
berbasis BBN. Sampai dengan akhir
Desember 2011, seluruh pembangunan DME tersebut dapat terselesaikan, bahkan sedikit
melebihi target, yaitu 51 DME karena adanya pengalihan jenis fisik dari PLT Mikrohidro menjadi
PLT Pikohidro (2 unit). Sehingga total DME yang telah dibangun sejak tahun 2009 sebanyak 191
DME.
Pembangunan DME tahun 2011 dilaksanakan di 17 Propinsi yang mencakup: DME berbasis
Singkong di 6 lokasi (5 propinsi), DME berbasis Nipah di 3 lokasi (2 propinsi), DME berbasis
Biomassa di 3 lokasi (1 propinsi), DME berbasis Biogas di 8 propinsi, DME berbasis PLTMH di 8
propinsi, DME berbasis PLT Pikohidro di 2 propinsi, DME yang menggunakan peralatan
kegiatan produktif sebanyak 9 propinsi.
Gambar 5.47. Unit Pengolah bioethanol kapasitas 400 l/hari Desa
Gandang Barat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah
Gambar 5.48. Unit Pengolah bioethanol kapasitas 400 l/hari Desa
Gandang Barat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
S
Secara rinci lokasi DME yang berhasil diwujudkan di tahun 2011 ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.48
Desa Mandiri Energi (DME) berbasis BBN
No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa
DME BERBASIS NIPAH
1 Kalimantan Barat Pontianak Mempawah Hilir Pasir
2 Riau Bengkalis Siak Kecil Lubuk Muda
3 Riau Bengkalis Bantan Pambang
DME BERBASIS BIOMASSA
4 Riau Indragiri Hilir Keritang Sencalang
5 Riau Siak Dayun Suka Mulya
6 Riau Indragiri Hilir Kempas Harapan Tani
DME BERBASIS SINGKONG
7 Jawa Tengah Boyolali Banyuono Cipangan
8 Jawa Barat Bekasi Tambun Selatan Sumber Jaya
9 Kalimantan Barat Kubu Raya Sei Raya Kel. Sei Raya
10 Kalimantan Tengah Pulang Pisau Maliku Gandang Barat
11 Sulawesi Barat Mamuju Utara Pasang Kayu Karya Bersama
12 Sulawesi Barat Mamuju Utara Babalamotu Polewali
DME BERBASIS BIOGAS
13 NTB Lombok Tengah Batu Keliang Utara Lantan
14 NTB Lombok Utara Tanjung Sigar & Tegal
15 NTB Lombok Barat Narmada Sesaot
16 NTB Lombok Timur Aikmel Kalijaga Timur
17 NTB Lombok Timur Selong Kelayu Jorong
18 Jawa Tengah Sragen Sambirejo sukorejo
19 Jawa Tengah Sragen Sambirejo Jambeyan
20 Jawa Tengah Sragen Sambirejo Jetis
21 Bali Bangli Kintamani Batur Selatan
Gambar 5.30. Peta Lokasi DME BBN dan Non BBN
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan danKonservasi Energi
EBTKEKESDM- 2011
Riau
3lokasi
Riau
1lokasi
Kalteng
1lokasi
Sulut
1lokasi
DMEBBN (SINGKONG)
PETA SEBARAN DME BBN 2011
Kalbar
1lokasi
Kalbar
1lokasi
Sulbar
1 lokasi
DMEBBN(NIPAH)
DMEBBN(BIOMAS)
DMEIMPLEMENTASI
BIOGAS RT
Jabar
1lokasi
Jateng
1lokasi
NTB
1lokasi
DIY
1lokasi
Riau
2lokasi
Kementerian Energi danSumberDayaMineral
DirektoratJenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
EBTKE KESDM-2011
Sumut
Lampung
Jatim NTB
Kalteng
Kalsel
Sulut
Gorontalo
Sulteng
DMEPLTMH
PETA SEBARAN DME NON BBN 2011
NTT
Jabar
Sulsel
Sultra
Papua
Riau
Maluku
Kalbar
Bengkulu
DMEARUSLAUT
PENGADAAN DAN
PEMASANGAN
PERALATAN PRODUKTIF
NTT
Sumut
Lampung
2 lokasi
Sumsel
Bangka
Belitung
Jabar
Jateng
Sulteng
Sulbar
NTB
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa
22 Lampung Metro Metro Selaras Rejomulyo
23 Lampung Lampung Barat Ngambur Pekon Gedong Cahaya
24 Lampung Pesawaran Padang Cermin Pesawaran Indah
25 Lampung Tanggamus Air Naningan Sinar Jawa
26 Jawa Barat Sumedang Pamulihan Haurgombong
27 Jawa Barat Ciamis Purwadadi Karangpaningal
28 DIY Sleman Cangkringan Umbulharjo
29 NTT Sumba Barat Daya Laura Lete Kendo
30 NTT Sumba Barat Daya Kodi Utara Bukambero
31 NTT Sumba Barat Daya Kodi Utara Rama dana
Tabel 5.49
Desa Mandiri Energi (DME) berbasis Non BBN
No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa
1 PLTMH Dulamayo, Gorontalo Gorontalo Telaga Dulamayo
2 PLTMH Harumandala, Ciamis,
Jawa Barat
Ciamis Cigugur Harumandala
3 PLTMH Tumbang Lapan, Gunung
Mas, Kalteng
Gunung Mas Tumbang Miri Tumbang Lapan
4 PLTMH Nirmala, Ngada, NTT Ngada Golewa Nirmala
5 PLTMH Tetebatu, Lombok Timur,
NTB
Lombok
Timur
Sikur Tetebatu
6 PLTMH Laine, Sangihe, Sulawesi
Utara
Sangihe Manganituv Selatan Laine
7 PLTMH Lamontoli, Morowali,
Sulawesi Tengah
Morowali Bungku Selatan Lamontoli
8 PLTMH Hasinggahan, Samosir,
Sumatera Utara
Samosir Sianjur Mula-Mula Hasinggahan
9 Peralatan Produktif di Sumatera
Utara
Tapanuli
Selatan
Saipar Dolok Hole Huta Tonga Turunan
10 Peralatan Produktif di Jawa Tengah Pekalongan Petungkriono Tlogopakis
11 Peralatan Produktif di Sulawesi
Barat
Mamasa Sumarorong Batanguru
12 Peralatan Produktif di Lampung
(Lokasi di Kab. Lampung Utara)
Lampung
Utara
Tanjung Raja Sukasari
13 Peralatan Produktif di Sumatera
Selatan
Muara Enim Semendo Darat
Tengah
Rekimai Jaya
14 Peralatan Produktif di Bangka
Belitung
Bangka
tengah
Lubuk Besar Perlang
15 Peralatan Produktif di Nusa
Tenggara Barat
Lombok
Barat
Lingsar Murpeji, Desa Dasan
Geria
16 PLT Pikohidro Wanarata,
Banjarnegara di Jawa Tengah
Banjarnegara Susukan Dusun Wanarata, Desa
Gumelem Kulon
17 PLT Pikohidro Jombok,
Banjarnegara di Jawa Tengah
Banjarnegara Punggelan Dusun Jombok, Desa
Petuguran
18 Peralatan Produktif di Dusun
Gringging, Kecamatan
Banjarnegara Pagedongan Dusun Gringging, Desa
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No Provinsi Kabupaten Kecamatan Desa
Pagedongan, Jawa Tengah Pesangkalan
19 Peralatan Produktif di Dusun
Wanarata, Kecamatan Susukan,
Jawa Tengah
Banjarnegara Susukan Dusun Wanarata, Desa
Gumelem Kulon
20 Peralatan Produktif di Dusun
Jombok, Kecamatan Punggelan,
Jawa Tengah
Banjarnegara Punggelan Dusun Jombok, Desa
Petuguran
5. Jumlah sumur bor daerah sul it air.
Program pembangunan daerah lainnya, yang bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah
program penyediaan air bersih melalui pemboran air tanah. Program tersebut dilakukan sejak
tahun 1995 melalui pendanaan dari APBN. Sejak dimulainya program pengeboran air tanah
tersebut, lebih dari satu juta jiwa telah menikmati ketersediaan air bersih ini.
Pada tahun 2011 Kementerian ESDM menargetkan sebanyak 260 lokasi titik bor yang dapat
direalisasikan, yang terdiri dari 255 titik/lokasi pemboran air sumur dalam dan 5 titik/lokasi
pemboran sumur pantau, untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah sulit air. Pelaksanaan
kegiatan pem-boran tersebut menghasikan total debit air sebesar 2.256,12 liter/jam dengan
peruntukan sebanyak 626.700 Jiwa didaerah sulit air/desa tertinggal.
Dengan demikian, selama periode 1995 sampai dengan 2011 ini, total pemboran air tanah yang
telah dilakukan sebanyak 784 titik yang tersebar di seluruh Indonesia dengan peruntukan bagi
sekitar 1,8 juta jiwa. Perkembangan jumlah titik bor air tanah dan masyarakat yang dapat
menikmati air bersih sejak tahun 1995
Jumlah lokasi Lokasi 100 255 255 784
Jumlah peruntukan Jiwa 251.200 626.700 626.700 1.807.673
Uraian Satuan
2011
Realisasi Rencana Realisasi
Kumulatif
s.d. Des 2011
2010
Tabel 5.50
Jumlah Lokasi Pengeboran Air TanahTahun 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
sampai dengan 2011, seperti grafik di bawah ini.
Lokasi Jumlah
1. Banten
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Jawa Timur
5. D.I Yogyakarta
6. Nagroe Aceh Darusalam
7. Sumatera Barat
8. Sumatera Utara
9. Riau
10. Kepulauan Riau
11. Sumatera Selatan
12. Jambi
13. Lampung
14. Nusa Tenggara Barat
15. Nusa Tanggara Timur
16. Kalimantan Barat
17. Kalimantan Selatan
18. Kalimantan Timur
19. Sulawesi Selatan
20. Sulawesi Tenggara
21. Sulawesi Barat
22. Maluku Utara
23. Maluku
24. Papua
25. Papua Barat
16 lokasi
20 lokasi
44 lokasi
38 lokasi
15 lokasi
7 lokasi
4 lokasi
11 lokasi
6 lokasi
2 lokasi
7 lokasi
1 lokasi
12 lokasi
14 lokasi
26 lokasi
8 lokasi
1 lokasi
2 lokasi
6 lokasi
4 lokasi
1 lokasi
1 lokasi
1 lokasi
6 lokasi
2 lokasi
DKI Jakarta (lokasi sumur
pantau)
5 Lokasi
0
50
100
150
200
250
300
6 6 6
14
5 3 3 2
24
34
28
61
72
139
26
100
255
J
U
M
L
A
H

P
E
N
G
E
B
O
R
A
N
Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah
Tabel 5.51
Lokasi Pemboran Air Tanah
Tahun 2011
Grafik 5.29. Jumlah Titik Pengeboran Air Tanah
Grafik 5.30. Jumlah Masyarakat yang Dapat Menikmati Air
Bersih
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Grafik 5.25. Kebijakan dan Volume BBM bersubsidi
(KEBIJAKAN DAN VOLUME)
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM
No JENIS BBM TAHAP I TAHAP II TAHAP III
TAHAP IV
(2010?)
1 M. Tanah S S S S
2 Premium S S S NS
3 M. Solar S S S NS
4 M. Diesel S S N S N S
5 M. Bakar S S NS NS
6 Avtur S NS NS NS
7 Avgas S NS NS NS
No JENIS BBM TAHAP I TAHAP II TAHAP III
TAHAP IV
(2010?)
1 M. Tanah S S S S
2 Premium S S S NS
3 M. Solar S S S NS
4 M. Diesel S S N S N S
5 M. Bakar S S NS NS
6 Avtur S NS NS NS
7 Avgas S NS NS NS
S = Subsidi
NS = Non Subsidi
2009
VOLUME BBM BERSUBSIDI
2006 2009 2010 ( ?)
BBM Non -Subsidi
BBM Subsidi
BBM bersubsidi:
100.000 kL
M. Tanah
60
40
20
0
J
u
t
a

K
L
VOLUME BBM BERSUBSIDI
2006 2009 2010 ( ?)
BBM Non -Subsidi
BBM Subsidi
BBM bersubsidi:
100.000 kL
M. Tanah
60
40
20
0
J
u
t
a

K
L
BBM -SUBSIDI (KEBIJAKAN DAN VOLUME)
Tujuan V : Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik
Sebagaimana diketahui subsidi energi yang terdiri dari subsidi untuk BBM/LPG dan listrik masih
diterapkan dalam rangka mendukung daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian.
Besarnya subsidi BBM/LPG bervariasi tiap tahunnya, tergantung dari kuantitas konsumsi dan
fluktuasi harga minyak. Adapun subsidi untuk LPG dimulai saat diterapkannya program konversi
minyak tanah ke LPG tahun 2007.
Dalam rangka diversifikasi energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM
dengan persentase tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan,
Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga
dicampurkan dengan BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan
minyak solar dan bioetanol dengan bensin Premium.
Kebijakan subsidi BBM yang terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak tanah dan Solar
dilaksanakan secara bertahap, dimana saat ini jumlah dan jenis BBM yang disubsidi semakin
sedikit yaitu minyak tanah, bensin, premium, dan solar. Volume minyak tanah bersubsidi mulai
dikurangi tiap tahunnya seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG.
Selain itu, pengawasan
peruntukan minyak tanah terus
membaik dengan adanya kartu
kendali minyak tanah. Adapun
dalam rangka jaminan pasokan
BBM, untuk wilayah yang telah
dilakukan konversi minyak
tanah ke LPG, minyak tanah
tetap dijual dengan harga
keekonomian.
Pelaksanaan pendistribusian
BBM bersubsidi dilaksanakan
oleh PT Pertamina selaku
badan usaha yang
mendapatkan Penugasan
Penyediaan dan Pendistribusian
BBM bersubsidi (Public Service
Obligation/PSO), dan untuk tahun 2010 dan 2011, PT AKR Corporindo dan PT Petronas Indonesia
ikut mendampingi PT Pertamina dalam menyalurkan BBM bersubsidi untuk beberapa wilayah di
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
luar Jawa Bali meskipun dengan volume yang kecil.
Terkait dengan subsidi LPG, sampai dengan bulan Juli 2010 telah dibagikan sebanyak 45,6 juta
paket perdana kepada rumah tangga dan usaha mikro. Sampai dengan akhir 2010, telah
diprogramkan untuk membagikan sebanyak 52,9 juta paket perdana. Sedangkan untuk tahun
2011 direncanakan akan didistribusikan sebanyak 3,82 juta paket perdana.
Di sub sektor ketenaga-listrikan, dilaksanakan pengelompokan pelanggan dimana untuk
pelanggan kelompok Sosial (S-1 sampai dengan S-3), Rumah Tangga (R-1 dan R-2), Bisnis (B-1
sampai dengan B-3 ), Industri (I-1 sampai dengan I-4), Pemerintah (P-1 dan P-2), berlaku harga
jual di bawah harga Biaya Pokok Produksi (BPP), artinya hampir seluruh pelanggan listrik masih
mendapatkan subsidi.
Dalam rangka mengurangi beban subsidi BBM dan Listrik, ditetapkan 1 (satu) sasaran dalam
tahun 2010, yaitu sebagai berikut:
Sasaran 9. Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan Listrik
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.52
Indikator Sasaran 9
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah subsidi BBM, BBN dan LPG Rp Triliun 129,7 168,2 70,3%
Ribu KL 40,49 41,42 97,7%
2. Jumlah subsidi Listrik Rp Triliun 65,6 93,3 57,8%
Salah satu hasil akhir yang ingin dicapai oleh Kementerian ESDM adalah berkurangnya subsidi
BBM dan listrik guna mengurangi beban APBN. Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada
tahun 2011 ini realisasi subsidi energi yang terdiri dari BBM, LPG dan listrik keseluruhannya
masih di bawah target yang ditetapkan. Perkembangan besarnya subsidi energi selama 6 tahun
terakhir, terlihat pada grafik dibawah ini.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
1. Subsidi BBM & LPG
Sebagaimana diketahui, bahwa BBM bersubsidi terdiri dari 3 jenis; yaitu Premium, Minyak
tanah dan Solar. Kuota volume BBM bersubsidi 2011 berdasarkan APBN 2011 dialokasikan
sebesar 38,59 juta Kilo Liter (KL) dan mengalami perubahan berdasarkan APBN-P 2011
menjadi 40,49 juta KL.
Pelaksanaan pendistribusian BBM bersubsidi dilaksanakan oleh PT Pertamina selaku badan
usaha yang mendapatkan Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian BBM bersubsidi
(Public Service Obligation/PSO), dan untuk tahun 2010 dan 2011, PT AKR Corporindo dan PT
Petronas Indonesia ikut mendampingi PT Pertamina dalam menyalurkan BBM bersubsidi
untuk beberapa wilayah di luar Jawa Bali meskipun dengan volume yang kecil. Sebagai
gambaran, untuk tahun 2011 dari kuota BBM bersubsidi sebesar 40,49 juta kilo liter, PT AKR
mendapat alokasi untuk mendistribusikan BBM bersubsidi sebesar 0,25% dan Petronas
sebesar 0,05%, selebihnya sebesar 99,69% didistribusikan oleh PT Pertamina.
Realisasi volume BBM bersubsidi s.d. November 2011 sebesar 38 juta KL dan sampai dengan
akhir Desember 2011 diperkirakan mencapai lebih dari 41 juta KL.
Over kuota terjadi pada jenis BBM Premium dan Solar berturut-turut sekitar 3% dan 0,1%
yang disebabkan antara lain karena pertumbuhan jumlah kendaraan di atas rata-rata,
tingginya harga minyak dunia yang menyebabkan disparitas harga BBM bersubsidi dengan
non-subsidi sehingga memicu konsumen bermigrasi dari BBM non-subsidi ke BBM
bersubsidi dan penyalahgunaan BBM utamanya ke industri. Sedangkan untuk minyak tanah,
telah berhasil dilakukan penghematan konsumsi sebesar 3,4% dari kuota APBN-P. Hal
Grafik 5.31. Perkembangan Subsidi BBM/LPG dan Listrik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
tersebut utamanya karena berhasilnya program konversi minyak tanah ke LPG.
Secara rinci, tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan realisasi subsidi energi tahun
2010 dengan tahun 2011.
U r a ia n 2 0 1 0
2 0 11
Ta r g e t R e a l i s a s i C a p a ia n
Vo l u m e B B M + B B N
( J u ta K i l o L i te r )
3 8 , 5 9 4 0 , 4 9 4 1 , 2 4 9 7 , 7 %
P re m i u m / B i o e th a n o l 2 3 , 1 9 2 4 , 5 4 2 5 , 3 3
9 6 , 8 %
K e r o s e n e 2 , 3 2 1 , 8 0 1 , 7 4
1 0 3 , 3 %
S o l a r/ B i o d i e s e l 1 3 , 0 8 1 4 , 1 5 1 4 , 1 7
9 9 , 9 %
I C P ( U S $ /b b l ) 8 0 9 5 1 1 1 , 8
S u b s i d i ( R p T r i l i u n ) 9 5 . 9 1 1 2 9 . 7 2 1 6 8 . 2 6 7 0 , 3 %
K u r s ( R p / 1 U S $ ) 9 . 2 5 0 8 7 0 0 8 . 7 3 4
Pada tahun 2011 realisasi subsidi energi sebesar Rp. 168,26 triliun atau melebihi dari kuota
yang ditargetkan sebesar Rp. 129,72 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2010, di
tahun 2011 ini jumlah subsidi energi mengalami kenaikan yang sangat besar yaitu mencapai
75%.
Untuk mengupayakan pendistribusian BBM tepat sasaran dan tepat volume dilakukan
upaya-upaya antara lain: Peningkatan pengawasan bersama aparat penegak hukum dan
Pemda, melakukan investigasi (capulbaket) di lapangan dan memberikan sanksi/penegakan
hukum terhadap APMS dan SPBU yang menyimpang, dan penguatan kelembagaan.
Tabel 5.37
Rencana dan Realisasi Volume BBM Bersubsidi
Grafik 5.32. Kuota dan Realisasi Konsumsi BBM PSO 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Selain itu, pada tanggal 19 Agustus 2011 telah dilakuan MoU atau Keputusan Bersama
antara Menteri ESDM dengan Menteri Dalam Negeri antara lain mencakup peran dan
tanggung jawab Pemda dalam perencanaan kebutuhan BBM bersubsidi dan pengawasan
pendistristribusiannya.
Pemerintah juga terus melakukan
sosialisasi dan himbauan kepada
masyarakat untuk tidak menggunakan
BBM bersubsidi, termasuk sosialisasi
volume BBM bersubsidi kepada masing-
masing Pemerintah Daerah
kabupaten/kota. Telah dilakukan
pembukaan outlet SPBU Non subsidi di 21
lokasi di DKI, Kalimantan, Sumatera dan
Sulawesi terutama di daerah yang berada
di jalur angkutan industri tambang dan
perkebunan.
Dalam rangka memantapkan persiapan
pelaksanaan pengaturan BBM bersubsidi,
pada tanggal 31 Maret 2011 dilakukan
sosialisasi untuk Kapolda/Kapolsek se-
Jabodetabek dan sekitarnya di
Kementerian ESDM. Pertemuan kali ini
dimaksudkan untuk lebih memantapkan
Gambar 5.49. Penandatanganan MoU Tentang Koordinasi Pelaksanaan Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Bidang ESDM
Gambar 5.50. Sosialisasi penggunaan alat kendali
(RFID) pada kendaraan angkutan umum, di
Terminal Bus Senen, 20 Oktober 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
pemahaman atas kebijakan pengaturan BBM bersubsidi, pola pengawasan dan
operasionalnya.
Dalam rangka implementasi program pengaturan BBM bersubsidi yang rencananya
dilaksanakan pada tahun 2012, dilakukan persiapan-persiapan antara lain:
Telah dilakukan Kajian pengaturan BBM bersubsidi yang dilakukan oleh konsorsium
Perguruan Tinggi (UGM, ITB, dan UI) yang hasilnya telah disampaikan kepada Komisi VII
DPR-RI pada Maret 2011.
Telah dibentuk 5 (lima) Pokja; yaitu: Pokja Penyiapan Infrastruktur, Pokja Pengawasan,
Pokja Sosialisasi, Pokja Regulasi, dan Pokja Sosial Ekonomi.
Sejak Desember 2010 Pemerintah secara rutin melakukan rapat koordinasi persiapan
pengaturan BBM bersubsidi dengan melibatkan Bappenas, Kemenkeu, Kemenhub,
Kemkominfo, Kemendagri, POLRI, beberapa Pemda, BPH Migas, PT Pertamina
(Persero).
Pada tahun 2011 ini dilaksanakan pemasangan alat kendali (Radio Frequency
Identification Device/RFID) pada sekitar 1.000 angkutan umum (Angkot) di Jakarta,
trayek Senen-Kampung Melayu. Uji coba RFID tersebut pertama kali dilakukan pada
tanggal 25 Agustus 2011 di SPBU Nomor 3413102 di daerah Matraman. Untuk tahun
2012 direncanakan pemasangan alat kendali untuk 30.000 kendaraan di beberapa kota
besar di Jawa Bali.
Pada tanggal 25 April 2011 KESDM melakukan Pelatihan Tenaga Penyuluh Lapangan
Pengaturan BBM Bersubsidi bagi
Supervisor SPBU di Wilayah Jakarta. Hal
tersebut dimaksudkan untuk lebih
memantapkan kemampuan petugas SPBU
sehingga dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat atau pengguna BBM
pada umumnya, mengenai jenis-jenis BBM
yang ada termasuk adanya BBM Bersubsidi
dan Non Subsidi dan pemanfaatan BBM
Bersubsidi serta penggunaan BBM sesuai
spesifikasi mesin kendaraan.
Gambar 5.51. Pelatihan Tenaga Penyuluh Lapangan Pengaturan
BBM Bersubsidi bagi Supervisor SPBU di Wilayah Jakarta
di KESDM 25 April 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Dalam rangka menuju pemanfaatan BBM subsidi yang tepat volume dan tepat sasaran, pada
tanggal 20 Oktober 2011 juga telah dilakukan Uji Coba Penggunaan Alat Kendali di Terminal
Bus Senen. Hal ini merupakan rangkaian kegiatan untuk persiapan pelaksanaan pengaturan
BBM bersubsidi dengan tujuan menguji kehandalan sistem alat kendali RFID (Radio Frequency
Identification) dan untuk memetakan
pola konsumsi BBM khususnya untuk
angkutan umum.
Uji coba ini rencananya akan
dilaksanakan dengan memasang RFID
Tag pada Mikrolet sejumlah 3.000 unit,
dan memasang perangkat alat di 4 SPBU
di Jakarta. Untuk tahap awal pada
tanggal 25 Agustus 2011, telah
dilaksanakan peresmian uji coba alat
kendali RFID di SPBU Nomor 3413102 di
daerah Matraman. Dalam rangka melanjutkan program konversi minyak tanah ke LPG,
berdasarkan APBN dan APBN-P tahun 2011 direncakanan isi ulang/refill LPG 3 kg sebesar 3,52
juta Metrik Ton. Realisasi distribusi isi ulang/refill sebesar 3,28 juta MT status November 2011 atau
mencapai 98,2% dari target. Program konversi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 ini,
telah berhasil mendistribusikan paket sebanyak 53.287.342 untuk rumah tangga, dan refill
sebesar 7.997 ribu MT. Nett penghematan setelah dikurangi biaya konversi s.d Juli 2011
mencapai Rp. 37,55 triliun.
Tabel 5.54
ProgramKonversi Minyak Tanah ke LPG
Uraian Satuan 2007 2008 2009 2010
2011
Akumulasi
APBN/
APBN-P
Realisasi
Distribusi
Paket
Perdana
Ribu
Paket
3.976 15.078 24.355 4.715 - - 53.287
Isi
Ulang/Refill
Ribu
MTon
21 547 1.767 2.714 3.522 3.283 7.997
Nett
Penghemata
n
Rp.
Triliun
37,55
Gambar 5.52. Uji coba pemasangan RFID sebagian dari
rangkaian program Pengaturan BBM bersubsidi, di SPBU
Nomor 3413102, daerah Matraman
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang
merupakan bahan bakar tidak terbarukan, dan beralih untuk pengembangan potensi Bahan
Bakar Nabati (BBN), Pemerintah melalui Perpres 5 Tahun 2006 menetapkan target penggunaan
BBN sebesar 5% dari total konsumsi energi pada tahun 2025.
Kemudian untuk mendukung Perpres 5 Tahun 2006 tersebut dan dalam rangka diversifikasi
energi, sejak tahun 2008 dilakukan pencampuran BBN dengan BBM dengan persentase
tertentu, sebagaimana Permen ESDM No. 32 Tahun 2008 Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata
Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain. BBN juga dicampurkan dengan
BBM bersubsidi, dimana untuk BBN jenis biodiesel dicampurkan dengan minyak solar dan
bioetanol dengan bensin Premium.
Prospek pengembangan bahan bakar nabati sangat memungkinkan, terutama karena potensi
ketersediaan lahan dan keanekaragaman bahan baku. Namun, untuk mengantisipasi harga
BBN yang terkadang lebih tinggi dibandingkan BBM, maka diperlukan subsidi BBN.
Berdasarkan APBN 2011 dan APBN-P 2011 dialokasikan subsidi BBN, sebagai berikut:
Bioetanol (1%) sebesar Rp 2.000/liter dengan kuota sebesar 4 ribu Kilo Liter , dan subsidi
sebesar Rp.8 miliar.
Biodiesel (5%) sebesar Rp. .2.000/liter dengan kuota sebesar 600 ribu Kilo Liter , dan
subsidi sebesar Rp. 1,3 triliun.
Gambar 5.53. Peta Program Konversi Minyak Tanah ke LPG
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Realisasi subsidi BBN untuk tahun 2011 mencapai Rp. 673,15 miliar dengan volume BBN
yang tersalurkan sebesar 336,6 ribu Kilo Liter atau 56% terhadap target tahun 2011.
Sedangkan produksi bioetanol belum dapat direalisasikan sama sekali karena harga indeks
pasar bioethanol terlalu rendah, sehingga tidak ada produsen yang memasok ke Pertamina.
Tabel 5.39
Subsidi BBN Tahun 2011 (Kilo Liter)
PRODUK
2011
APBN (KL) APBN-P (KL) Realisasi (KL)
Subsidi (Rp.
Miliar)
Bioethanol 4.000 4.000 -
-
Biodiesel 600.000 600.000 336.574 673,15
TOTAL 604.000 604.000 673,15
Jumlah subsidi BBM, BBN, dan LPG di tahun 2011 ini mencapai Rp 82,35 Triliun atau 107,4%
dari target yang ditetapkan. Hal tersebut disebabkan karena realisasi subsidi BBM, BBN dan
LPG yang jauh dibawah kuota akibat penguatan nilai kurs rupiah. Jika dibandingkan dengan
jumlah subsidi di tahun 2010, pada tahun 2011 ini jumlah subsidi mengalami peningkatan
yang hampir 2 kali lipat. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah konsumsi BBM akibat
bertambahnya jumlah kendaraan bermotor.
2. Subsidi Listrik
Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas, alokasi anggaran dan realisasi subsidi
listrik sangat berfluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya, komposisi subsidi listrik dari
total subsidi dalam APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab
berkurangnya ruang fiskal. Kenaikan harga bahan bakar yang melampaui harga normal
seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan pembengkakan subsidi yang cukup besar
sehingga menimbulkan risiko kerentanan fiscal sustainability.
Pada tahun 2011 ini realisasi subsidi listrik jauh diatas dari jumlah target yang ditetapkan
yaitu mencapai Rp 93,29 Triliun sedangkan targetnya adalah sebesar Rp 65,48 triliun.
Membengkaknya subsidi tahun 2011 ini disebabkan oleh karena beberapa hal, antara lain:
1. Naiknya ICP dari semula 95 USD/barrel menjadi 111 USD/Barrel, kurs semula Rp 8.700
menjadi Rp 8.734;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2. Target pasokan gas sebesar 320 TBTU diperkirakan hanya tercapai sebesar 284 TBTU;
3. Mundurnya COD beberapa PLTU Batubara program 10.000 MW Tahap I, repowering PLTU
Batubara reguler, dan menurunnya capacity factor, sehingga target semula pasokan
batubara sebesar 37 juta ton diperkirakan terealisasi 29 juta ton.
0
20
40
60
80
100
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
R
p

T
r
i
l
i
u
n
Perkembangan Subsidi Listrik Tahun 2005 - 2011
Alokasi
Realisasi
Dasar penghitungan subsidi listrik diilustrasikan seperti gambar di bawah ini:
Grafik 5.28. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi BBM
Gambar 5.55. Dasar Penghitungan Subsidi Listrik
Gambar 5.54. Perkembangan Target dan Realisasi Subsidi Listrik Tahun 2000-2010
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Grafik 5.33. Neraca Perdagangan Sektor ESDM
Tujuan VI : Terwujudnya Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus
Neraca Perdagangan dengan Mengurangi Impor
Sekitar 60% produksi minyak Indonesia dipasok untuk dalam negeri dan dan sisanya sebesar
40% untuk ekspor. Terkait Neraca Minyak Mentah Indonesia, saat ini ekspor sebesar 399 ribu
bph (61%) masih lebih besar dari impor sebesar 254 ribu bph (39%), atau ekspor lebih besar dari
impor (net exporter). Namun, jika impor BBM sebesar 418 ribu barel/hari juga diperhitungkan,
maka balance minyak berubah menjadi ekspor 399 ribu bph (37%) dan impor 672 bph (77%),
sehingga impor lebih besar daripada ekspor (net importer).
Dengan produksi minyak sebesar 945 ribu bph saat ini, sementara konsumsi dalam negeri
sebesar 1.038 ribu bph, maka impor BBM tetap diperlukan. Konsumsi terbesar terjadi pada
sektor transportasi (56%) dan diikuti oleh pembangkit listrik (18%), industri (13,5%) dan rumah
tangga (12,5%).
Sehubungan dengan resesi ekonomi global, dalam konteks perekonomian nasional,
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 ini masih positif, yaitu 5,5%. Pertumbuhan
ekonomi tersebut didukung oleh dominasi konsumsi domestik, belanja pemerintah yang lebih
tinggi, investasi yang relatif konstan dan pendapatan bersih ekspor (ekspor dikurangi impor)
yang masih positif.
Sektor ESDM selalu mencatatkan
surplus sejak tahun 2005 sampai
dengan 2009. Nilai impor per
tahun adalah antara 54 s.d. 64
persen dari nilai ekspornya,
sehingga neraca perdagangannya
selalu positif.
Pada tahun 2008, surplus dicapai
pada angka yaitu sebesar US$
17,9 miliar, dimana ekspornya
mencapai US$ 50,1 miliar dan
impornya US$ 32,2 miliar.
Demikian juga untuk tahun 2009 ini,
dimana dampak resesi global masih
kuat, meskipun nilai ekspor sektor ESDM menurun, namun nilai impornya juga menurun,
sehingga surplus masih dapat dipertahankan.
NERACA PERDAGANGAN SEKTOR ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Guna mewujudkan Peran Penting Sektor ESDM Dalam Peningkatan Surplus Neraca
Perdagangan dengan Mengurangi Impor, maka dalam tahun 2010 ditetapkan 1 (satu) sasaran
sebagai berikut:
Sasaran 10. Optimalnya Ekspor dan Impor Sektor ESDM
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 4 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Real isasi Capaian
1. Jumlah ekspor minyak mentah Juta barel 135 100,74 74,62%
2. Jumlah ekspor gas MMSCFD 4.153 4.468,2 107,6%
3. Jumlah impor BBM Juta KL 30,06 31,29 95,9%
4. Jumlah impor minyak mentah Juta Barel 90,04 91,48 98,4%
1. Jumlah ekspor minyak mentah
Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
domestik, namun sebagian diekspor karena spesifikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan
kilang dalam negeri.
Kilang minyak Indonesia dibangun pada saat produksi minyak Indonesia masih sekitar 1,5 juta
BOPD atau di atas kapasitas kilang (1,057 juta BOPD) dan masih dapat memenuhi konsumsi
dalam negeri. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa produksi minyak semakin
menurun dan dibawah kapasitas kilang dalam negeri. Sementara konsumsi meningkat namun
peningkatan kapasitas kilang sangat terbatas.
Realisasi ekspor minyak mentah pada tahun 2011 ini mencapai 100,74 juta barel atau lebih
rendah dari jumlah yang ditargetkan yaitu sebesar 135 juta barel atau 74,62%. Begitu pula jika
Tabel 5.56
Indikator Sasaran 10
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
dibandingkan dengan capaian pada tahun 2010, realisasi ekspor minyak mentah menurun
sebesar 20%, dimana pada tahun 2010 ekspor minyak mentah mencapai 121 juta barel.
Perkembangan ekspor minyak bumi ke berbagai negara sejak tahun 2004 sampai dengan
2011, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.41
Ekspor Minyak Bumi
Tahun
Jepang USA Korea Taiwan Singapura Lainnya
Total Ribu
Barel
Pangsa
Ribu
Barel
Pangsa
Ribu
Barel
Pangsa
Ribu
Barel
Pangsa
Ribu
Barel
Pangsa
Ribu
Barel
Pangsa
2004 52.040 29,1% 11.930 6,7% 42.111 23,5% 6.029 3,4% 8.761 4,9% 57.998 32,4% 178.869
2005 43.628 27,3% 6.256 3,9% 40.108 25,1% 2.639 1,7% 7.612 4,8% 59.459 37,2% 159.703
2006 42.203 26,4% 8.950 5,6% 23.723 14,9% 7.249 4,5% 5.480 3,4% 47.355 29,7% 134.960
2007 45.892 28,7% 4.464 2,8% 18.051 11,3% 3.779 2,4% 7.796 4,9% 55.286 34,6% 135.267
2008 37.724 23,6% 4.740 3,0% 12.289 7,7% 1.981 1,2% 15.083 9,4% 100.778 63,1% 134.872
2009 25.783 16,1% 5.264 3,3% 19.394 12,1% 2.160 1,4% 11.649 7,3% 69.032 43,2% 133.282
2010 23.407 19,3% 4.779 3,9% 17.607 14,6% 1.961 1,6% 10.576 8,7% 62.671 51,8% 121.000
2011* 36.823 36,6% 5.553 5,5% 11.366 11,3% 1.489 1,5% 10.012 9,9% 35.500 35,2% 100.744
Rata-rata
2004-2011
36.494 25,9% 5.263 4,3% 23.081 15,1% 3.590 2,2% 10.213 6,7% 61.010 40,9% 137.677
Sedangkan neraca minyak bumi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Produksi Mi nyak Real i sasi A
1. 098 1. 059 1. 005 954 979 949 945
( 1. 150) ( 1. 125) ( 1. 050) ( 1. 000) ( 1. 000) ( 960) ( 965)
Ekspor Mi nyak B
489 434 369 366 399 321 332
I mpor Mi nyak C
404 322 317 314 247 311 277
Ref i neri I nt ake D
1. 013 947 953 902 827 939 890
I mpor BBM E
339 451 355 410 422 382 407
Ekspor B B M F
177 119 103 120 31 112 8, 7
Per bedaaan Stati sti k G = ( D+E -F) ( H) 71 178 168 130 143 153 29
Penj ual an H
1. 103 1. 102 1. 038 1. 063 1. 075 1. 056 1. 259
Sumber: Di tj en Mi gas , di ol ah ol eh Pusdati n
MBOPD = Ri bu Barel Oi l per Day
Ket er angan:
1) HOMC (Hi gh Oct ane Mogas Component )
20
( 8 9 0 , 4 )
K i l an g
(K ap asi t a s
1 . 1 5 7 M B O P D )
Pasokan
BBM
(1.267,9)
Produksi
(945)
Ekspor
Minyak Bumi
(-331,5)
Ekspor
BBM
(- 8,7)
I mpor
Minyak Bumi
(276,9)
I mpor
BBM
(407,2)
Rumah Tangga
55,13 (4%)
I np ut L ai n ny a
1 )
(1 4 4 )
Pembangkit Listrik
111,3 (9%)
I ndustri
176, 6 (14%)
Transportasi
816,4 (65%)
BBM
(703,8)
Non BBM
(299,8)
Stok
(156,9)
Komersi al & Lai nnnya
100,1 (8%)
2. Jumlah ekspor gas bumi
Pasca diterbitkan UU Migas Nomor 22 tahun 2001, direncanakan alokasi gas bumi untuk
domestik mencapai 63,5%, sedangkan alokasi gas bumi untuk ekspor sebesar 36,5%. Hal ini
Gambar 5.56. Neraca Minyak Bumi/BBM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
menunjukkan bahwa pada tataran kebijakan dan perencanaan, upaya pengutamaan pasokan
gas bumi domestik sudah berjalan sangat baik. Meskipun saat ini kebijakan alokasi gas untuk
domestik sudah diprioritaskan, namun ekspor gas juga tetap diperlukan untuk mencapai skala
keekonomian dari suatu lapangan gas bumi, mengingat harga gas bumi domestik pada
umumnya lebih rendah dibandingkan untuk ekspor.
Realisasi ekspor gas bumi tahun 2011 menurun sebesar 7,8% bila dibandingkan dengan tahun
2010, yaitu dari sebesar 4.848 MMSCFD menjadi 4.468 MMSCFD yang berasal dari Gas pipa
sebesar 924,5 MMSCFD dan LNG sebesar 3.543,7 MMSCFD. Secara rinci produksi dan
pemanfaatan gas bumi dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
Tabel 5.58. Produksi dan Pemanfaatan Gas Bumi
MMSCFD (%)
PUPUK
615,3
7,3
KILANG
89,5
1,1
PET. KIMIA
93,5
1,1
KONDENSASI
12,8
0,2
LPG
38,0
0,5
PGN
752,7
8,9
PLN
721,4
8,6
KRAKATAU STEEL
51,6
0,6
INDUSTRI LAIN**
552,1
6,6
CITY GAS
0,20
0,002
PEMAKAIAN SENDIRI
544,6
6,5
SUB TOTAL DOMESTIK 3.471,9 41,2
FEED KILANG LNG 3.543,7 42,0
LPG - 0,0
GAS PIPA 924,5 11,0
SUB TOTAL EKSPOR 4.468,2 53,0
LOSSES
488,3
5,8
T O T A L 8.428,4 100
DOMESTIK
EKSPOR
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
HULU HILIR
Impor/Ekspor Produksi Pengolahan Pemakaian Domestik Penyaluran & Distribusi
Ekspor Gas
Ekspor LNG
915
Produksi
Flaring
506,6
LPG
1.041,7
(own use)
MINYAK
57,2
93,3
Minyak & Kondensat
945 MMBbl
Truk LPG
9.336
Impor LPG
LNG
3.911
= Custody Transfer Point (CTP)
192*
3.911
Rumah Tangga*
520 (92.9%)
Industri*
40 (7.1%)
Pupuk
618 (22.0%)
Pembangkit Listrik
737 (26,2%)
Distributor (PGN)
788 (28,0%)
-Komersial
-Industri
-RT
-Listrik
Petro Kimia
93 (3,3%)
Krakatau Steel
55 (1,9%)
Industri Lain
520 (18.5%)
2.810 Pipa Gas
Data 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Prosentase
Produksi Gas bumi 8.279 8.180 8.093 7.686 7.883 8.386 9.336 8.263 50,0
Pemakai an Domesti k 3.522 3.563 3.716 3.505 3.769 4.233 4.509 3.831 23,2
Ekspor 4.746 4.615 4.377 4.183 4.114 4.153 4.827 4.431 26,8
Gas Pipa 352 492 443 620 642 806 915 610 13,8
LNG 4.393 4.126 3.934 3.563 3.473 3.347 3.911 3.821 86,2
559*
3. Jumlah impor BBM
Realisasi impor BBM pada tahun 2011 mencapai 31,29 Juta KL, angka ini lebih tinggi dari
jumlah target yang ditetapkan yaitu sebesar 30,06 Juta KL, dengan demikian capai kinerja
mencapai 95,9%. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2010 juga masih lebih tinggi yaitu
mengalami kenaikan sebesar 20%. Ini menunjukkan bahwa konsumsi BBM di Indonesia relatif
masih tinggi sedangkan produksi BBM dalam negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan akan
BBM, sehingga ketergantungan terhadap impor BBM semakin lama semakin besar.
Tabel di bawah ini adalah perkembangan supply demand BBM di Indonesia selama 12 tahun
terakhir.
PRODUKSI IMPOR TOTAL
KONSUMSI DALAM
NEGERI
EKSPOR TOTAL
2000 42. 654. 625 16. 725. 175 59. 379. 800 55. 059. 335 55. 059. 335
2001 43. 680. 109 13. 760. 006 57. 440. 116 56. 855. 740 56. 855. 740
2002 43. 029. 258 16. 970. 455 59. 999. 714 57. 667. 388 57. 667. 388
2003 42. 520. 910 16. 896. 735 59. 417. 645 58. 361. 343 58. 361. 343
2004 43. 233. 064 19. 150. 684 62. 383. 748 62. 209. 235 62. 209. 235
2005 40. 991. 618 25. 848. 233 66. 839. 851 62. 534. 260 26. 483, 7 62. 560. 744
2006 38. 689. 741 20. 356. 241 59. 045. 982 58. 574. 788 153. 702, 7 58. 728. 491
2007 37. 552. 098 22. 906. 030 60. 458. 127 60. 717. 020 254. 416, 0 60. 971. 436
2008 38. 529. 142 23. 846. 535 62. 375. 677 60. 223. 609 284. 252, 4 60. 507. 861
2009 37. 940. 033 21. 985. 209 59. 925. 241 58. 277. 008 258. 638, 5 58. 535. 646
2010 37. 483. 960 26. 017. 420 63. 501. 380 62. 187. 080 504. 480, 0 62. 691. 560
2011 37. 483. 960 31. 290. 865 68. 774. 825 63. 188. 439 288. 838, 00 63. 477. 277
*Data Unaudi ted
Tabel 5. 59
Suppl y Demand BBM I ndonesi a
TAHUN
SUPPLY ( KL) DEMAND ( KL)
Gambar 5.57. Neraca Gas Bumi Tahun 2010
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
4. Jumlah impor minyak mentah
Produksi minyak mentah Indonesia terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
domestik, namun karena spesifikasinya tidak sesuai dengan kebutuhan kilang dalam negeri,
oleh karena itu untuk memenuhi kekurangan pasokan dalam negeri, dilakukan impor minyak
yang sesuai spesifikasi kilang minyak di Indonesia.
Realisasi impor minyak mentah pada tahun 2011 ini mencapai 91,48 Juta Barel, realisasi ini
lebih rendah dari capaian pada tahun 2010 yang sebesar 101,09 juta barel juta barel atau
mencapai 109,5%. Hal ini menunjukkan bahwa sedikit demi sedikit ketergantungan terhadap
impor minyak mentah mulai berkurang. Perkembangan impor minyak mentah secara rinci
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.60
Impor Minyak Bumi Berdasarkan Negara Asal
NEGARA 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 *)
SAUDI ARABIA 41.339.170 37.879.588 39.370.973 41.104.335 37.492.581 37.778.523 44.050.541 35.485.274
THAILAND 4.929.038 26.697.782 16.242.111 - 7.514.801 11.453.001 10.344.698 -
MALAYSIA 8.980.884 11.194.281 12.295.808 13.436.675 12.898.109 17.006.829 24.451.592 1.155.327
VIETNAM 8.365.693 10.795.674 9.620.135 10.044.660 611.002 - 616.988 285.098
AUSTRALIA 6.287.874 9.574.905 7.180.910 8.759.629 6.421.267 4.142.384 - -
BRUNEI 3.674.660 8.715.524 - - - - - 7.748.804
NIGERIA 29.393.837 8.596.294 6.076.856 - - - - 16.689.013
CHINA 10.594.779 7.317.693 19.221.220 23.046.601 24.039.812 12.835.025 7.644.040
LIBYA 3.646.681 6.821.381 - - - - -
ALGERIA 8.068.368 5.164.111 5.661.452 5.087.133 1.746.944 650.537 - 4.686.907
PAPUA N GUINEA 3.134.773 4.986.874 - 1.000.534 1.588.075 - -
RWANDA 1.938.925 4.500.062 993.838 2.023.181 2.624.360 4.547.772 1.988.948
YAMAN 1.939.917 2.380.711 - 2.441.466 4.306.231 10.772.645 655.341
ANGOLA 2.943.342 2.004.092 - - - - -
IRAN 1.888.712 1.860.618 601.649 3.295.556 - - -
AZERBAIJAN - - 1.037.908 5.992.414 9.089.452 999.276 - 19.505.368
SUDAN - - - - - - - 567.538
IRAK - - - - - - -
TURKEY 7.478.917 19.933.385 11.340.882
TOTAL VOLUME IMPOR 137.126.653 148.489.589 118.302.860 116.232.183 115.811.551 97.005.665 120.119.377 101.093.030 91.485.762
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tujuan VII : Terwujudnya Peningkatan Efek Berantai/ Ketenagakerjaan
Sektor ESDM berkontribusi secara nyata sebagai penggerak utama pembangunan melalui efek
berantai (Multiplier Effect). Disamping pembangunan daerah dan Pengembangan Masyarakat
(Community Development), efek berantai tersebut dapat diidentifikasi dari kegiatan pembukaan
lapangan kerja, peningkatan nilai tambah dan peningkatan kegiatan ekonomi.
Sektor ESDM memberikan dampak backward linkage dan forward linkage. Keberadaan industri
ESDM membentuk backward linkage, yaitu terciptanya industri yang mendukung kegiatan
industri ESDM tersebut. Contoh dari industri tersebut antara lain industri material dan
peralatan di Batam seperti pabrikasi pipa, platform, alat-alat berat dan lain-lain. Selain itu,
adanya industri ESDM juga menghidupkan forward linkage dimana industri lain seperti pabrik
pupuk, petrokimia, dan industri lainnya tumbuh dan berkembang karena keberadaan dan
operasi industri ESDM.
Kebutuhan sektor ESDM terhadap tenaga kerja terdidik dan trampil banyak sekali membuka
lapangan kerja, meskipun sifat dari industri ESDM adalah capital intensive atau memerlukan
modal besar untuk beroperasi, bukan labour intensive atau memerlukan jumlah tenaga yang
banyak sekali untuk memulai operasi industrinya. Upaya peningkatan keterampilan sumber
daya manusia sektor ESDM sangat didukung melalui kerjasama yang intensif antara
pemerintah dan industri.
Salah satu upaya nyata adalah Peningkatan Kualitas SDM Nasional dalam Kegiatan Usaha
Migas yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja migas tingkat terampil dan ahli
dalam negeri yang memiliki kualifikasi dengan pengakuan nasional dan internasional, dalam
rangka menjawab isu-isu strategis bidang migas, seperti: peningkatan cadangan dan produksi
migas nasional, pembangunan/peningkatan kapasitas sarana pengolahan, distribusi dan
transmisi migas, serta peningkatan jumlah dan kompetensi aparatur pusat maupun daerah di
bidang pengelolaan dan pengawasan kegiatan usaha migas.
Berdasarkan data yang terkumpul, telah terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja langsung
sebesar 167% dalam kurun waktu 3-4 tahun yaitu dari tahun 2005 sebesar 655 ribu tenaga kerja
menjadi 1,7 juta tenaga kerja pada tahun 2008. Angka ini belum termasuk tenaga kerja tidak
langsung yang terlibat dalam kegiatan pendukung. Namun demikian, akibat dampak resesi
global, pada tahun 2009 diperkirakan terjadi sedikit penurunan penyerapan tenaga kerja
langsung menjadi sekitar 1,6 juta tenaga kerja. Namun Dengan potensi yang sangat besar dan
perkembangan sektor ESDM, maka di tahun 2014 ditargetkan jumlah tenaga kerja yang
diserap sebanyak 3,3 juta tenaga kerja atau meningkat lebih dari dua kali lipat jumlah tenaga
yang terserap tahun 2009.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
KESDM juga berupaya terus membina dan mengembangkan kegiatan usaha penunjang migas
sebagai pilar pertumbuhan perekonomian nasional melalui langkah-langkah utama, yaitu,
keberpihakan kepada perusahaan nasional dengan memberikan preferensi, insentif, aliansi
strategis (kemitraan), serta proteksi; pengendalian impor barang operasi migas yang bertujuan
untuk pemberdayaan produksi dalam negeri, disamping untuk mendapatkan fasilitas bebas bea
masuk dan pajak dalam rangka impor (PDRI); penyusunan dan menerbitkan ADP (Apreciation of
Domestic Product) List, yang memuat perusahaan/pabrikan yang sudah mampu memproduksi
barang dan jasa dalam negeri sebagai acuan dalam pengadaan barang dan jasa di Kegiatan
Usaha Migas; mewajibkan minimum TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dalam setiap
pengadaan barang dan jasa dan penyiapan kebijakan untuk Perusahaan Migas Nasional yang
mendominasi pada industri migas.
Dalam rangka mewujudkan peningkatan Efek Berantai/ Ketenagakerjaan ditetapkan 4 (empat)
sasaran sebagai berikut:
Sasaran 11. Terwujudnya Penyerapan Tenaga Kerja
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.61
Indikator Kinerja Sasaran 11
No. Indikator Kinerja Satuan Target Real isasi Capaian
Jumlah Tenaga Kerja Sektor ESDM Orang 1.216.569 1.024.997 98,4%
1. Jumlah tenaga kerja sub sektor
migas
Orang 283.659 279.743 98.6%
2. Jumlah tenaga kerja sub sektor
Ketenagalistrikan
Orang 787.000 562,679 71.5%
3. Jumlah tenaga kerja sub sektor
pertambangan umum
Orang 145.910 182.575 125%
Pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja nasional yang berperan dalam berbagai kegiatan di sektor ESDM
adalah sebanyak 1.024.997 orang atau 98,4% dari target yang telah ditetapkan sebanyak
1.216.569 orang. Jumlah tenaga kerja ini terdiri dari tenaga kerja asing dan tenaga kerja nasional
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
dari tiga sub sektor yaitu sub sektor migas, ketenaglistrikan dan pertambangan umum.
Penjelasan rinci tentang capaian kinerja sasaran ini dijelaskan di bawah ini.
1. Jumlah tenaga kerja sub sektor migas
Realisasi penyerapan tenaga kerja pada sub sektor migas tahun 2011 adalah sebesar 279.743 orang
dari 283.659 orang yang ditargetkan atau capaiannya sebesar 98,6%. Dalam rangka menunjang
terwujudnya peningkatan efek berantai/ ketenagakerjaan, program yang telah dilaksanakan
pada tahun 2011 meliputi: program pembinaan dan pengawasan penggunaan TKA dan TKI di
subsektor migas yang bertujuan agar penggunaan TKA di subsektor migas dilaksanakan
secara efektif dan efisien dalam rangka alih teknologi kepada TKI. Hasil konsultasi teknis yang
dilaksanakan selama tahun 2011 adalah:
a. Rekomendasi RPTKA :
Telah diproses sebanyak 389 rekomendasi RPTKA, yang terdiri dari:
- Rekomendasi persetujuan sebanyak = 355 untuk 3211 posisi
- Rekomendasi penolakan sebanyak = 34 untuk 251 posisi.
b. Rekomendasi IMTA :
Telah di proses sebanyak 1166 rekomendasi IMTA, yang terdiri dari :
- Rekomendasi persetujuan IMTA = 1024 untuk 2424 Orang
- Rekomendasi penolakan IMTA = 142 untuk 251 Orang.
Berdasarkan hasil pemantauan, perbandingan jumlah tenaga kerja nasional (TKN) dan Tenaga
Kerja Asing sub sektor migas sejak tahun 2007 sampai dengan 2011, seperti table dan grafik
bawah ini
Tahun
Jumlah Tenaga Kerja
TKN TKA Jumlah
2007
2008
2009
2010
2011
290.379
286.770
275.908
291.455
276.532
2.018
2.105
3.088
4.270
3.211
292.497
288.368
278.996
295.725
279.743
Grafik 5.34. Tenaga Kerja Nasional dan Asing sub sektor
migas ESDM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Kekuatan tenaga kerja di Sub Sektor Migas per jenis kegiatan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 5.63
Kekuatan Tenaga Kerja Sub Sektor Migas per Jenis Kegiatan
2. Jumlah tenaga kerja sub sektor ketenagal istrikan
Pada tahun 2011 ini, realisasi penyerapan tenaga kerja sub sector ketenagalistrikan adalah
sebesar 562,679 orang atau sebesar 71,5% dari jumlah target yang ditetapkan sebanyak
787.000 orang. Jumlah tenaga kerja ini terdiri dari tenaga kerja asing dan tenaga kerja nasional
yang berasal dari 3 perusahaan pemberi kerja yaitu : PT PLN (Persero); Listrik swasta dan
usaha jasa penunjang tenaga listrik. Secara rinci jumlah tenaga kerja pada tiap-tiap
perusahaan tersaji dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5.64
Tenaga Kerja Sub Sektor Ketenagalistrikan Tahun 2010
No. Perusahaan/Pemberi Kerja Jumlah (orang)
1. PT PLN (Persero): 48,629
PT PLN (Persero) Holding 42,046
Anak perusahaan 6,583
2. Listrik swasta/Independent Power Producer (IPP) 14,050
3. Usaha jasa penunjang tenaga listrik 500,000
Total 562,679
UNIT KERJA
2011
WNI TKA %
Regulator 958 0 100
Kegiatan Hulu 27.416 1.137 4.15
Kegiatan Hilir 10.144 6 0.01
Jasa Penunjang 237.844 2.012 0.85
Kantor Perwakilan 145 56 38.62
Jumlah 276.532 3.211 1.44
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
3. Jumlah Tenaga Kerja Sub Sektor Mineral dan Batubara
Pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja pada subsektor pertambangan umum yang meliputi
Mineral dan Batubara telah melakukan evaluasi terhadap tenaga kerja yang bekerja di
perusahaan PKP2B dan Kontrak Karya. Dari data statistik, tren penyerapan tenaga kerja terus
meningkat, seperti terlihat pada grafik disamping.
Tabel 5.65
Perbandingan Tenaga Kerja Asing Dan Tenaga Kerja Lokal
Sub Sektor Mineral Batubara
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah tenaga kerja pada sub sector pertambangan umum pada
tahun 2011 ini meningkat sebesar 27% yaitu dari 144.084 orang di tahun 2010 menjadi 182.575
orang di tahun 2011.
Sasaran 12. Terwujudnya Pemberdayaan Nasional
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 3 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.66
Indikator Kinerja Sasaran 12
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Rasio tenaga kerja asing dengan
tenaga kerja nasional
Rasio 100 : 1 100 : 1 100%
Perusahaan
2009 2010 2011
TKI TKA TKI TKA TKI TKA
Kontrak
Karya
23.742 412 25.546 436 48.019 929
PKP2B 17.200 207 17.888 212 133.248 379
Sub
Kontraktor
89.567 375 99.633 369
Jumlah 130.509 994 143.067 1.017 181.267 1.308
131.503 144.084 182.575
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2. Persentase pemanfaatan barang dan
jasa dalam negeri pada usaha minyak
dan gas bumi
% 55 51 92,7%
3. Persentase Penggunaan Barang dan
Jasa Produksi dalam negeri dalam
pembangunan sub sektor Mineral dan
Batubara
% 41 60 146%
Terwujudnya pemberdayaan nasional dapat diukur melalui 3 indikator kinerja seperti yang
tercantum pada tabel di atas, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rasio tenaga kerja asing dengan tenaga kerja nasional
Realisasi penggunaan tenaga asing dengan penggunaan tenaga kerja nasional di Sektor ESDM
pada tahun 2009 sampai dengan 2011 ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5.67
Rasio Tenaga Kerja Nasional dan Tenaga Kerja Asing
Sub Sector 2009 2010 2011
TKN TKA TKN TKA TKN TKA
Migas 275.908 3.088 291.455 4.270 276.532 3.211
Pertambangan Umum 130.509 994 143.067 1.017 181.267 1.308
Jumlah 406.417 4082 434.522 5.287 457.799 4.519
Rasio 100 1 80 1 100 1
Dari tabeL di atas, terlihat perbandingan pemakaian TKN dan TKA antara tahun 2009 sampai
dengan 2011. Pada tahun 2009 penggunaan TKN terlihat jauh lebih banyak dibandingkan
dengan TKA dengan rasio 100 : 1. Pada tahun 2010, jumlah penggunaan TKN dan TKA
meningkat, namun penggunaan TKA meningkat lebih besar dibandingkan dengan penggunaan
TKN, sehingga rasio perbandingannya menjadi 80 :1. Kemudian pada tahun 2011 penggunaan
TKN kembali meningkat dibandingkan dengan penggunaan TKA dengan rasio 100 : 1, demikian
pula dengan penyerapan TKN meningkat 5% dibanding tahun 2010.
2. Persentase pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri pada usaha minyak dan gas bumi
Dalam rangka peningkatan pengawasan dan pembinaan untuk pengadaan barang dan jasa
barang operasi perminyakan di lingkungan industri perminyakan, dilakukan kegiatan
pengawasan pemanfaatan barang dan jasa teknologi dan rekayasa rancang bangun dalam
negeri pada industri migas dan pengendalian dan pemantauan impor barang operasi
perminyakan yang mendukung aktivitas penilaian dan penandasahan Rencana Impor Barang
Masterlist (RIB/Masterlist).
Selama tahun 2011 telah ditandasahkan Rencana Kebutuhan Barang Impor yang diajukan oleh
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Kontraktor KKS menjadi Rencana Impor Barang guna menunjang kegiatan operasi
perminyakan sesuai dengan kebutuhan operasi sebesar US$ 3,5 milyar, dengan status
barang sewa sebesar US$ 2,27 milyar dan barang bukan sewa sebesar US$ 1,24 milyar
dengan rincian dalam bentuk barang jadi, sebesar US$ 638,22 juta, dalam bentuk
Manufaktur Batam sebesar US$ 470,53 juta, dan dalam Fabrikasi Dalam Negeri sebesar
US$ 127,28 juta. Selanjutnya, hasil dari kegiatan verifikasi RKBI yang dilakukan memberikan
intervensi berupa quota impor sebesar US$ 15,48 Juta. Nilai sebesar ini merupakan nilai dari
barang impor yang dapat dicegah (tidak disetujui) dengan maksud agar dibelanjakan di dalam
negeri sesuai komitmen kontrak yang ada.
Tabel 5.68
Nilai Rencana Impor Barang Operasi Migas Dan Intervensi Verifikasi Rencana Kebutuhan
Barang Impor 2006-2011
URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
NILAI RKBI (Juta
USD)
1,847.47 3,119.00 1,922.00 4,733.72 3,420.95 5,781.38 3,732.40
Nilai RIB (Juta
USD)
1,394.02 2,689.00 2,068.00 3,379.82 2,536.30 4,742.29 3,503.78
Barang Impor 940.72 2,160.00 1,421.00 2,789.25 1,672.91 4,167.73 2,905.97
MFG BATAM
(Juta USD)
239.22 425.00 499.00 474.52 750.70 474.74 470.53
FAB LOKAL (Juta
USD)
214.08 104.00 148.00 116.05 112.69 99.82 127.28
ADP (Juta USD) 156.99 631.00 652.89 754.29 619.54 2.26 11.65
Kuota Impor (Juta
USD)
- - - - - 18.13 15,4
Berdasarkan data tersebut diatas, terlihat penurunan penggunaan barang operasi perminyakan
yang pengadaannya berasal dari luar negeri, hal ini karena adanya penurunan impor barang
sewa KKKS, sedangkan industri dalam negeri yaitu untuk barang-barang yang dimanufaktur di
Batam mengalami penurunan 0.8% dibandingkan tahun lalu dan fabrikasi di luar pulau Batam
mengalami peningkatan mencapai 27,5 % dari tahun lalu. Hal ini disebabkan karena
peningkatan pemanfaatan produk dalam negeri oleh KKKS. Tetapi secara keseluruhan terjadi
penurunan pemanfaatan penggunaan produk dalam negeri melalui mekanisme Rencana Impor
barang dari 57% tahun lalu saat ini hanya 51% dari target 55%. Dari hasil evaluasi, penurunan ini
diakibatkan :
- KKKS tidak percaya terhadap kualitas produksi dalam negeri
- Persyaratan lelang dalam hal spesifikasi barang KKKS, dimana spesifikasi tersebut tidak
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
dapat dipenuhi oleh produsen dalam negeri antara lain ukuran, jenis dan delivery.
3. Penggunaan Barang dan Jasa Produksi dalam negeri dalam pembangunan sektor
Pertambangan Umum
Penggunaan produksi dalam negeri untuk menggantikan barang impor tidak bisa dilakukan
sekaligus, namun perlu dilakukan upaya terus-menerus sejak sekarang agar target pencapaian
kandungan lokal secara maksimum dapat dicapai. Untuk menghasilkan produk yang tidak
kalah bersaing baik dalam segi kompetensi, mutu, harga dan jangka waktu penyerahan
barang/peralatan, maka dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi di bidang
pertambangan.
Penggunaan barang dan jasa dalam negeri ditujukan untuk menekan biaya produksi dan
menumbuhkan ekonomi lokal, Dengan meningkatkan pengunaan barang dan jasa dalam
negeri diharapkan industri pertambangan akan lebih banyak dapat menampung tenaga kerja.
Salah satu cara yang dilakukan dalam meningkatkan pemanfaatan barang dan jasa dalam
negeri, Ditjen Minerba menghimbau agar instansi terkait yang membawahi langsung
pembinaan industri produksi dalam negeri dapat menjalin kerjasama yang baik dalam upaya
peningkatan volume dan jenis produksi dalam negeri yang dipasok kedalam industri
pertambangan di Indonesia.
Di bawah ini adalah tabel pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri di subsektor mineral dan
batubara.
Grafik 5.35. Rencana kebutuhan barang impor
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Nilai RIB (Juta USD)
Barang Impor
MFG BATAM (Juta USD)
FAB LOKAL (Juta USD)
ADP (Juta USD)
Kuota Impor (Juta USD)
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.69
Tabel Pemanfaatan Barang dan Jasa Dalam Negeri
Jumlah penggunaan produk dalam negeri yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan sub
sektor mineral dan batubara telah mencapai 60%. Hal ini menunjukkan bahwa kwalitas produksi
dalam negeri tidak kalah baik dari barang impor, selain itu juga menunjukkan kepedulian usaha
industri untuk lebih menggunakan produk dalam negeri. Capaian kinerja pada tahun ini adalah
sebesar 146%, yaitu dari target sebesar 41% dapat direalisasikan sebesar 60%.
Perlu dijelaskan bahwa kebijakan penggunaan kandungan lokal bukan sebatas penggunaan sumber
daya manusia atau barang lokal, namun harus lebih luas dan besar. Maksudnya produsen dan
pasarnya harus dibawa ke Indonesia, sehingga multiplayer effect benar-benar dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia . Hal ini telah diamanatkan dalam UU No. 4 Tahun 2009
pasal 106 yang secara tegas menyebutkan bahwa perusahaan tambang harus mengutamakan
tenaga kerja, barang dan jasa dalam negeri.
Sasaran 13.Peningkatan Nilai Tambah
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 1 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.70
Indikator Kinerja Sasaran 13
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Persentase peningkatan kemampuan
nasional dalam merancang dan merakit
instalasi peralatan migas
% 65 65 100%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sektor ESDM berkontribusi secara nyata sebagai penggerak utama pembangunan melalui efek
berantai (Multiplier Effect). Disamping pembangunan daerah dan Pengembangan Masyarakat
(Community Development), efek berantai tersebut dapat diidentifikasi dari kegiatan pembukaan
lapangan kerja, peningkatan nilai tambah dan peningkatan kegiatan ekonomi.
Dalam rangka memberi peningkatan nilai tambah terhadap kemampuan nasional Sektor ESDM
melakukan pengembangan teknologi dalam bidang rekayasa (perancangan dan perakitan)
instalasi peralatan migas. Sebagaimana yang terlihat pada tabel diatas, bahwa untuk tahun 2010
target kinerja yang ditetapkan dapat dicapai seluruhnya atau 100%.
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM melalui Badan Litbang ESDM berhasil merealisasikan 1
buah paten di bidang minyak dan gas bumi yaitu Metode Formulasi Inhibitor Korosi dari Limbah
Industri Kelapa Sawit, dan 6 buah pilot plant yaitu: Pembuatan Surfaktan untuk Aplikasi
Pendesakan Minyak dengan Injeksi Kimia (Lanjutan); Aplikasi Nanoteknologi dan Bioengineering
untuk Peningkatan Perolehan Minyak; Studi Pengembangan Formula Pelumas Industri;
Percontohan Tabung ANG untuk Rumah Tangga; Pengembangan Teknologi Ultrasonography
Untuk Aplikasi Industri Bidang Migas; dan Rancang Bangun Adsorben Komponen Korosif Gas
Bumi.
Beberapa buah pilot plant dibidang migas diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Teknologi Ultrasonography Untuk Aplikasi Industri Bidang Migas
Tujuan kegiatan adalah menentukan desain dan prototype peralatan well inspection berbasis
teknologi Ultrasonography.
Pada penelitian tahap I ini sistem yang telah berhasil direkayasa adalah bagian dari sistem
yang lebih lengkap dengan range jarak efektif 6 cm ke dinding, temperatur sensor yang sudah
diuji adalah 30 150 degC, dan untuk kemampuan tekanan yang diijinkan terhadap sensor
masih tekanan atmosfer.
Subsistem ini telah
menunjukkan bahwa
pantulan dinding sumur dapat
dideteksi dan dikonversi
menjadi data digital. Setelah
itu pantulan harus diusahakan
agar tidak hanya pada satu
titik tetapi dapat dibuat pada
ratusan bahkan ribuan titik
(pixel) yang mewakili dinding
sumur. Untuk pantulan
vertikal harus dengan sensor
Gambar 5.58. Diagram rencana pengembangan alat.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
dengan frekuensi yang lebih tinggi dan kemampuan jarak lebih jauh. Sensor yang ada
dimensinya masih terlalu besar sehingga belum memenuhi syarat untuk skala lapangan
.Untuk pemilihan bahan sampai tahun -1 ini masih pada bahan tahan karat stainless steel.
Dengan penguasaan teknologi Ultrasonography ini di harapkan akan memecahkan salah satu
masalah penurunan produksi migas nasional dan memberikan manfaat bagi pemerintah
untuk meningkatkan produksi minyak nasional dan pengembangan SDM di bidang Migas.
2. Rekayasa Instrumentasi Geofisika
Pada tahun pertama Rekayasa Instrumentasi Geofisika (log NMR) telah berhasil
menyelesaikan prototipe alat yang dapat dipakai untuk logging NMR di sumur tiruan.
Prototipe terdiri dari sensor dan alat-alat pendukungnya yang cukup banyak. Prototipe sudah
berfungsi pada skala laboratorium dan skala sumur tiruan terbukti dengan telah dapat
direkamnya longitudinal polarization time (T1) dan transversal. Pencapaian ini masih perlu
penyempurnaan lagi agar alat dapat dipakai untuk melakukan logging di sumur migas yang
sebenarnya. Kegiatan rekayasa telah mampu berinteraksi dengan partikel elementer yang
sangat kecil yakni proton yang ukurannya jauh lebih kecil dari pada atom dan menampilkan
perilaku gerakan mekanik yang terjadi akibat interaksi itu. Pengujian di sumur migas masih
terkendala oleh masalah mekanik yang penyelesaiannya tidak dapat dalam waktu singkat.
Masalah tersebut di antaranya adalah belum cocoknya sambungan kabel logging dengan
kabel yang menerima sinyal dari sensor, diameter NMR probe yang dirancang untuk sumur
migas sehingga tidak cocok untuk sumur CBM yang ukurannya lebih kecil. Penyelesaiannya
adalah dengan membubut
lagi tube sambungan
kabel atau memesan tube
tersebut dari luar negeri
(import).
Kegiatan yang dilakukan
adalah melanjutkan proses
dewatering pada kelima
sumur uji CBM untuk
dapat memproduksikan
gas metana; melakukan
optimasi produksi dan
kinerja pompa;
pengukuran terhadap kualitas air yang terproduksi terutama kandungan unsur logam beratnya
dan salinitas airnya; memanfaatkan gas terproduksi untuk dapat menghasilkan listrik dengan
melakukan pemasangan kompresor, genset, dan panel instalasi listrik.
Grafik 5.36. Hasil pengukuran T1 dan T2 secara digital di sumur tiruan
pada 120 kedalaman yang berbeda. Level kedalaman a, b, c, d dan e
diambil sebagai contoh uji
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pelaksanaan pemasangan dan dewatering dengan pompa Progressing Cavity Pump (PCP) telah
selesai dilakukan dan gas metana batubara telah mulai berproduksi kembali sumur CBM 3 dan
4 akan tetapi sumur CBM 5 belum ada tanda-tanda gas akan keluar.
Tidak lamanya umur elastomer pompa disebabkan karena runtuhan karat pada tubing dan
kontaminasi dengan gas metana dalam jumlah banyak. Air yang dihasilkan pada kegiatan
dewatering di masing-masing sumur berkisar antara 8 10 bbl/hari.
Setelah dilakukan kerja ulang, gas mulai keluar kembali pada sumur CBM 3 setelah 17 hari
dewatering sekitar 0.176 MScf/hari dan sumur CBM 4 setelah 10 hari dewatering dengan
produksi gasnya baru mencapai 0.194 Mscf/hari, dimana produksi sebelumnya bisa mencapai
10 MScf/hari.
Pemanfaatan gas untuk kelistrikan sudah dilakukan di sumur CBM 3 dan 4 dengan memasang
generator berkapasitas 12 KVA dan listrik yang dihasilkan sementara ini dipergunakan untuk
penerangan lokasi. Air hasil dewatering dari kelima sumur CBM dikatagorikan kedalam jenis
tawar hampir payau, dengan kandungan cloride (Cl
-
) berkisar 400 - 1200 ppm. Hasil analisa
kimia unsur-unsur logam berat yang terkandung di dalam air CBM dapat dikatakan bahwa
kandungan unsur logam berat masih di bawah ambang batas yang dipersyaratkan dalam PP
No 85 tahun 1999 dari Menteri Lingkungan Hidup.
Gambar 5.59. CBM 4 dan Hasil Produksi Gasnya
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
3. Aplikasi Nanoteknologi dan Bioengineering untuk Peningkatan Perolehan Minyak;
Tujuan kegiatan adalah untuk mendapatkan data IFT (Inter Facial Tension) pepfactant dengan
minyak bumi, mengetahui apa yang berperan menentukan nilai IFT, dan mendapatkan
masukan untuk perancangan peptida surfaktan baru dengan kemampuan unggul
(IFT,stabilitas, dll) untuk peningkatan perolehan
minyak bumi hingga 70%.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh
10 sintesis peptida, karakterisasi kemurnian dan
struktur sekunder peptida pada 10 kondisi. Dan
karakteristik stabilitas suhu pada 5 kondisi dan
karakteristik integritas peptida terhadap perbedaan
konsentrasi dan pemotongan prolease pada 2
kondisi.
Sasaran 14. Peningkatan industri jasa (backward linkage) dan industri yang berbahan
baku dari sektor ESDM, antara lain pupuk (forward linkage)
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 2 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.71
Indikator Kinerja Sasaran 14
No.
Indikator Kinerja
Satuan Target Real isasi Capaian
1.
Peningkatan industri jasa penunjang
Jumlah industri jasa penunjang Migas Perusahaan 950 1239 97.5%
Jumlah industri jasa penunjang
ketenagalistrikan
Perusahaan 680 624 96%
Jumlah industri jasa penunjang mineral
dan batubara
Perusahaan 650 670 103%
2. Terpenuhinya bahan baku industri pupuk
Persentase pemenuhan bahan baku
industri pupuk
% 100 92.2 92.2%
Gambar 5.60. Alat Analisis CBM
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Grafik 5.37. Jumlah Surat Keterangan Terdaftar Migas Tahun 2011
1. Peningkatan industri jasa penunjang
Salah satu unsur penting dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi adalah adanya usaha
penunjang minyak dan gas bumi. Usaha penunjang migas berperan penting dalam berbagai
kegiatan usaha minyak dan gas bumi dari sektor hulu hingga hilir. Dengan demikian
keberadaannya sangat penting bagi berbagai pihak yang terkait, termasuk investor pada sub
sektor minyak dan gas bumi.
Besarnya tingkat kebutuhan usaha penunjang migas nasional diharapkan dapat dimanfaatkan
secara optimal sehingga dapat memberikan efek berantai (multiplier effect) bagi kegiatan
perekonomian dalam negeri.
Hal tersebut tentunya memerlukan pengelolaan dan pembinaan terhadap badan usaha
penunjang migas secara transparan, terbuka dan adil dengan lebih berpihak pada usaha jasa
penunjang migas dalam negeri yang secara teknis memenuhi persyaratan modal, kompetensi
dan kualifikasi. sehingga dapat menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna dan penyedia
barang dan jasa dalam hak dan kewajiban.
Bentuk pembinaan usaha penunjang migas yang dilakukan oleh Ditjen Migas adalah dengan
surat keterangan terdaftar yang diberikan kepada badan usaha penunjang migas yang kompeten
dan berkualifikasi serta memenuhi persyaratan teknis dan nonteknis.
Jumlah industri jasa penunjang mineral dan batubara
Usaha Jasa Pertambangan adalah jenis usaha yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan
dan/atau bagian kegiatan usaha pertambangan. Penyelenggaraan usaha jasa pertambangan
bertujuan untuk: a) menunjang kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan usaha
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
pertambangan; b) mewujudkan tertib penyelenggaraan usaha jasa pertambangan darn
meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c)
mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lokal dalam usaha pertambangan
melalui usaha jasa pertambangan dengan mewujudkan kekuatan ekonomi potensial menjadi
ekonomi riil.
Usaha jasa pertambangan dikelompokkan menjadi :
1. Usaha Jasa Pertambangan, yaitu usaha jasa yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan
dan/atau bagian kegiatan usaha pertambangan
2. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti, yaitu usaha jasa selain usaha jasa pertambangan yang
memberikan pelayanan jasa dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan meliputi:
bidang-bidang di luar usaha jasa pertambangan
Ijin yang dikeluarkan untuk usaha jasa ada dua bentuk yaitu Ijin Usaha Jasa Pertambangan
(IUJP) untuk usaha jasa pertambangan; dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) untuk usaha
jasa pertambangn non inti. Dari permohonan yang dievaluasi pasca terbit Peraturan Menteri
ESDM Nomor 28 Tahun 2009 sekitar 62 % merupakan IUJP dan sebesar 38 % merupakan SKT.
Persentase Bidang Perusahaan Jasa yang masuk pasca terbit Peraturan Menteri ESDM Nomor
28 Tahun 2009, sebagai berikut :
- Tertinggi adalah bidang penambangan & pengangkutan (35 %)
- Terendah adalah bidang pengolahan dan pemurnian (1 %)
- Lain lain: konstruksi (24 %); penyelidikan umum, explorasi & studi kelayakan (20 %);
lingkungan pertambangan, pascatambang & reklamasi (12 %); dan keselamatan &
kesehatan Kerja (7 %).
Jumlah industri jasa penunjang sub sektor mineral dan batubara tahun 2011 ini melampaui
batas dari target yang telah ditetapkan yaitu dari 650 perusahaan industri jasa yang
ditargetkan, realisasinya adalah sebnayak 670 perusahaan industri jasa, atau capaian kinerja
adalah sebesar 103%.
2. Terpenuhinya bahan baku industri pupuk
Isu yang penting dalam rencana pengembangan pabrik pupuk adalah jaminan ketersediaan dan
kontinuitas pasokan bahan baku dalam periode yang panjang. Bahan baku pabrik pupuk urea
yang paling efisien selama ini adalah gas bumi. Sebagai alternatif pertama bahan baku
diupayakan akan menggunakan gas bumi dengan jaminan pasokan paling tidak selama 20
tahun. Untuk itu perlu diadakan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam mengupayakan
sumber-sumber gas yang diprioritaskan sebagai bahan baku pupuk.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pemanfaatan gas bumi sangat tergantung pada tersedianya infrastruktur gas bumi yang dapat
digunakan untuk mengalirkan gas bumi dari lapangan kepada konsumen gas bumi atau yang
menghubungkan sumber-sumber gas bumi dengan pasar (konsumen). Sejauh ini perkembangan
jaringan pipa gas di Indonesia bersifat piecemeal, suatu jalur pipa baru dibangun apabila terjadi
transaksi pengiriman gas ke konsumen besar, yang kemudian diikuti oleh terbentuknya pasar di
daerah yang dilewati jalur pipa.
Untuk pemanfaatan gas bumi Indonesia yang optimal dibutuhkan suatu jaringan pipa transmisi dan
distribusi gas bumi yang terpadu yang menghubungkan multi produsen dan multi konsumen.
Namun, untuk membangun jaringan pipa gas terpadu tersebut diperlukan dana yang sangat
besar, sedangkan dana yang dimiliki Pemerintah sangat terbatas. Karena itu Pemerintah
mendorong pemanfaatan gas bumi pada mulut tambang, dalam hal ini industri yang merupakan
konsumen gas bumi dibangun disekitar lokasi cadangan gas bumi. Pembangunan industri dekat
dengan sumber gas bumi akan mengurangi biaya yang diperlukan untuk pembangunan
infrastruktur yang diperlukan untuk mengalirkan gas bumi, sehingga dapat menekan harga
gas bumi yang harus dibeli oleh konsumen. Permasalahan yang dihadapi oleh pabrik pupuk
adalah sebagai berikut:
a. Umur pabrik yang tua sudah di atas 30 tahun, dimana pada saat ini pemakaian gas
buminya 25% lebih tinggi dibandingkan dengan pabrik-pabrik yang menggunakan
teknologi baru yang hemat energi.
b. Penggantian peralatan dalam jumlah besar akan menyebabkan membesarnya biaya
investasi dan operasional; peralatan yang tidak diganti, memiliki potensi yang besar
terjadi kerusakan secara tiba-tiba yang dapat menyebabkan turunnya on stream days
yang meningkatkan biaya pemeliharaan dan menurunkan keandalan pabrik.
c. Suku cadang peralatan sulit diperoleh di pasaran dan jika bisa dipenuhi oleh vendor
maka harganya akan sangat mahal.
d. Sebagian besar pabrik pupuk yang menggunakan bahan baku gas bumi belum
mendapatkan alokasi jumlah gas yang cukup dalam jangka panjang.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan gas untuk industri pupuk, Pemerintah mengeluarkan
Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk, dimana Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral diinstruksikan untuk memprioritaskan alokasi pemenuhan
kebutuhan gas bumi untuk bahan baku dan energi industri pupuk. Revitalisasi tersebut
diprioritaskan terhadap pabrik yang sudah berumur di atas 25 tahun dan menggunakan energi
30 MMBTU/ton Urea. Revitalisasi tersebut meliputi penggantian 5 (lima) pabrik pupuk yang
sudah berusia tua yaitu pabrik Pupuk Sriwidjaja (Pusri) II, III dan IV, pabrik Pupuk Kalimantan
Timur (PKT) 1 dan pabrik Pupuk Kujang Cikampek (PKC) 1A, serta pembangunan 1 (satu) pabrik
urea ammonia baru Petrokimia Gresik (PKG) II PT.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Status pasokan gas untuk pabrik pupuk baik yang eksisting maupun untuk rencana revitalisasi
pabrik pupuk tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pupuk Sriwidjaja
Pabrik Pusri IB, III dan IV yang kontrak gasnya berakhir pada tahun 2012 akan dialokasikan
gas dari Pertamina EP sebesar 166 MMSCFD dan dari Pertagas sebesar 14 MMSCFD selama
5 tahun sampai dengan 2017.
Revitalisasi Pusri IIB dibutuhkan gas sebesar 63 MMSCFD (45 MMSCFD berasal dari
pengalihan gas Pusri II mulai tahun 2015 dan dilakukannya konversi bahan bakar gas
dengan batubara sebesar 18 MMSCFD).
Revitalisasi Pusri IIIB dan IVB (gabungan menjadi Pusri IIIB) kebutuhan gasnya sebesar 70
MMSCFD, Pusri mengharapkan sumber gasnya berasal dari lapangan-lapangan gas di
Sumatera bagian Selatan atau melalui gasifikasi batubara di Tanjung Api Api.
b. Pupuk Kujang Cikampek
Pasokan gas untuk PKC IB yang dipasok dari Pertamina EP dimana kontraknya berakhir
tahun 2011, sudah ada PJBG antara PKC dan Pertamina EP untuk pasokan gas sebesar 39
MMSCFD mulai tahun 2012-2016. Sedangkan PHE ONJW sebesar 57MMCSFD
Untuk revitalisasi PKC IC sebagai pengganti PKC 1A, dimana berdasarkan rapat yang telah
dilakukan antara Ditjen Migas, Ditjen Industri Kimia Dasar, BPMIGAS, PT Pertamina EP dan
PKC pada tanggal 28 Juli 2011, dianjurkan kepada PKC untuk dapat melakukan pendekatan
langsung kepada Pertamina EP Cepu (PEPC) sebagai operator Lapangan Jambaran-Tiung
Biru, terhadap kemungkinan pengembangan lapangan gas lain di sekitar Blok Cepu dan
upside potential dari lapangan Kedung Keris dan Alas Tua
c. Pupuk Kalimantan Timur
Telah ditandatanganinya Natural Gas Sale and Purchase Agreement (NGSPA) antara PKT
dengan Pearl Oil dan KKKS Blok Mahakam pada tanggal 20 Juni 2011 untuk volume gas
sebesar 84.800 MMBTU/hari ( 80 MMSCFD) selama 10 tahun mulai tahun 2012 sampai
dengan tahun 2021.
Pasokan gas untuk PKT-1 / 5 sebesar 84.800 MMBTU/hari, dimulai tanggal 1 Januari 2012
sampai dengan 31 Desember 2021 (untuk PKT-1 sampai dengan Desember 2013 dan PKT-5
mulai Januari 2014 sampai dengan Desember 2021).
Alokasi pasokan gas dari 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012 dipasok oleh
KKKS Mahakam, sedangkan mulai 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2021 dipasok oleh
KKKS Sebuku. KKKS Sebuku mengalami decline period mulai tahun 2017.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
d. Petrokimia Gresik
Telah ditandatanganinya Memorandum of Agreement (MoA) antara PKG dengan Mobil Cepu
Ltd. untuk pabrik PKG II dengan volume gas sebesar 85 MMSCFD, dimana saat ini masih
dilakukan pembahasan untuk perpanjangan masa berlaku MoA tersebut.
e. Pupuk Iskandar Muda
Pasokan gas untuk PIMtahun 2011 dialokasikan setara dengan 7 kargo LNG sampai dengan
21 Desember 2011, dimana 3 kargo dari ExxonMobil Oil Indonesia (EMOI) dan sebanyak 4
kargo dipasok dari Bontang melalui mekanisme Cargo Loading Agreement (CLA).
Pada tanggal 15 Desember 2011 telah dilakukan rapat pembahasan pasokan gas untuk PIM
tahun 2012, dimana alokasi gas untuk tahun 2012 adalah 8 kargo (7 kargo berasal dari
Bontang dan 1 kargo dari ExxonMobil Oil indonesia (EMOI)).
Dikarenakan pasokan gas untuk PIM tahun 2011 akan habis per tanggal 21 Desember 2011,
maka 1 kargo pada butir b ditarik ke Desember 2011 dan akan dipasok oleh Mahakam PSC.
Mengingat bahwa PIM adalah BUMN yang mendapat penugasan untuk memasok pupuk
urea bersubsidi bagi petani di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Daratan dan
Riau Kepulauan, maka Pemerintah memutuskan bahwa harga gas tersebut pada butir c
disesuaikan dengan harga 2 kargo terakhir untuk PIM yaitu US$ 8/MMBTU.
5.4. Capaian Kinerja Sasaran Penunjang
Selain sasaran-sasaran utama yang telah dikemukakan di atas, Kementerian ESDM juga
mempunyai sasaran penunjang yang tidak kalah pentingnya dengan sasaran utama dalam
rangka mewujudkan tujuan serta visi misi yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2010 dan 2014. Sasaran-sasaran penunjang
tersebut adalah sebagai berikut :
Sasaran 1 : Terwujudnya pengaturan & pengawasan penyediaan dan pendistribusian
bahan bakar minyak dan pengangkutan gas bumi melalui pipa yang
optimal.
Dalam rangka mewujudkan pengaturan dan pengawasan penyediaan dan pendistribusian bahan
bakar minyak dan pengangkutan gas bumi melalui pipa yang optimal, Kementerian ESDM
menetapkan indikator kinerja seperti tersebut ada tabel diatas. Adapun Pengaturan Dan
Pengawasan Penyediaan Dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi
Melalui Pipa dilaksanakan oleh Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) yang dibentuk
berdasarkan UU No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan Pemerintah
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Nomor : 67 Tahun 2002, tugas pokok Badan Pengatur adalah melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan penyediaan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan pengangkutan Gas Bumi melalui
pipa, dalam suatu pengaturan agar ketersediaan dan distribusi BBM yang ditetapkan Pemerintah
dapat terjamin di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta meningkatkan
pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri. Fungsi BPH Migas adalah melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan penyediaan dan pendsitribusian bahan bakar minyak dan pengangkutan
gas bumi melalui pipa, dalam suatu pengaturan agar ketersediaan dan distribusi bahan bakar
minyak yang ditetapkan pemerintah dapat terjamin di seluruh wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) serta meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 21 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah Badan Usaha yang mendaftarkan
Nomor Registrasi Usaha (NRU) dari BPH
Migas
Badan Usaha 10 13 130
2. Jumlah pengawasan Badan Usaha Niaga
Umum dan terbatas pemegang izin usaha
penyediaan dan pendistribusian BBM Non
PSO
Badan Usaha 54 64 119
3. Jumlah pengawasan terhadap penugasan
Badan Usaha untuk penyediaan dan
pendistribusian Jenis BBM Tertentu (BBM
Subsidi)
Pengawasan 8 11 230
4. Jumlah Pengelolaan Sistem Informasi
Direktorat BBM dalam rangka
pengawasan penyediaan dan
pendistribusian BBM
Sistem Informasi
(IT)
4 5 125
5. Jumlah rekomendasi/pertimbangan untuk
penetapan kebijakan/penugasan
Rekomendasi/
Pertimbangan
Penetapan
4 3 75
6. Jumlah rancangan peraturan/juklak &
juknis untuk penyediaan dan
pendistribusian BBM Nasional
Rancangan/Juklak
dan Juknis
6 3 50
Tabel 5.72
Indikator Kinerja Sasaran 1 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
7. Jumlah daerah yang telah
mengembangkan sistem pengawasan
pendistribusian tertutup jenis BBM tertentu
secara bertahap
Provinsi 8 0 0
8. Jumlah pemberian Hak Khusus pada
kegiatan usaha Gas Bumi melalui Pipa
Ruas Transmisi
Pipa Dedicated hilir
4
7
5
15
182
9. Jumlah Badan Usaha yang telah
melakukan penetapan pengaturan akses
(Access Arrangement) pengangkutan gas
bumi melalui pipa
Badan Usaha 4 2 50
10. Jumlah penetapan akun pengaturan
Badan Usaha
Peraturan 1 1 100
11. Jumlah penetapan tarif pengangkutan gas
bumi melalui pipa
4 Badan Usaha 4 2 50
12. Jumlah penetapan harga gas bumi untuk
Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil
Badan Usaha 6 4 67
13. Jumlah Pembangunan Ruas Transmisi
Gas Bumi
Badan Usaha 2 2 100
14. Jumlah Pembangunan Pipa Dedicated
Hilir
Badan Usaha 5 2 40
15. Jumlah Pembangunan Jaringan Pipa Gas
Kota
Badan Usaha 4 4 100
16. Jumlah Volume Gas Bumi yang
diniagakan Melalui Pipa
MMSCF 680.229,4 679.580,7 99,9
17. Jumlah Volume Gas Bumi yang diangkut
Melalui Pipa
Juta MBTU 103.842,9 108.695,5 104,7
18. Jumlah laporan pertanggungjawaban
administrative
Laporan 10 10 100
19. Jumlah regulasi yang disusun Regulasi 2 2 100
20. Jumlah sarana dan prasarana yang
memenuhi standar
Paket 1 1 100
21. Jumlah penarikan iuran dari Badan Usaha Milyar 436 783 180
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Uraian/penjelasan singkat tentang capaian indikator kinerja pada tabel di atas, adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah Badan Usaha yang mendaftarkan Nomor Registrasi Usaha (NRU) dari BPH Migas
Setiap Badan Usaha yang akan melakukan kegiatan di bidang usaha hilir harus mengajukan
Nomor Registrasi Usaha (NRU) kepada BPH Migas sesuai dengan Peraturan BPH Migas No.
08/P/BPH Migas/X/2005 tanggal 10 Oktober 2005 tentang Kewajiban Pendaftaran Bagi
Badan Usaha yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Bahan Bakar Minyak.
Sampai dengan bulan Desember tahun 2011, jumlah Izin Usaha Bidang Hilir Minyak Bumi
yang telah diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sekitar 414 Izin
usaha, terdiri dari :
- 8 Izin Usaha Pengolahan;
- 10 Izin Usaha Pengolahan Sementara;
- 55 Izin Usaha Niaga Umum;
- 93 Izin Usaha Niaga Terbatas;
- 225 Izin Usaha Pengangkutan;
- 23 Izin Usaha Penyimpanan.
Dari jumlah tersebut diatas, Badan Usaha yang telah mengajukan dan memperoleh Nomor
Registrasi Usaha (NRU) sebanyak 103 Badan Usaha.
Pada tahun 2011 ini, telah diterbitkan 13 buah NRU bagi Badan Usaha yang telah
mengajukan NRU, jumlah ini melampaui jumlah target yang ditetapkan yaitu sebanyak 10
NRU, dengan demikian capaian kinerja untuk indikator ini adalah 130%. 13 NRU yang telah
terbit pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1. PT Humpuss Intermoda Transportasi, Tbk (NRU Izin Usaha Pengangkutan)
2. PT Gresik Distribution Terminal (NRU Izin Usaha Penyimpanan)
3. PT Buma Niaga Perkasa (NRU Izin Usaha Niaga Umum)
4. PT Dovechem Maspion Terminal (NRU Izin Usaha Penyimpanan)
5. PT Mandiri Berkah Energi (NRU Izin Usaha Niaga Terbatas)
6. PT Odessey Shipping Lines (NRU Izin Usaha Pengangkutan)
7. PT Patra Buana Putra (NRU Izin Usaha Niaga Terbatas)
8. PT Permata Buana Putra (NRU Izin Usaha Pengangkutan)
9. PT Anugrah Aldhi Persada (NRU Izin Usaha Niaga Terbatas)
10. PT Adhimix Precast Indonesia (NRU Izin Usaha Niaga Terbatas)
11. PT Surya Parna Niaga (NRU Izin Usaha Niaga Umum)
12. PT Cosmic Pekanbaru (NRU Izin Usaha Niaga Umum)
13. PT Green Gold Alam Indonesia (NRU Izin Usaha Niaga Terbatas)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2. Jumlah pengawasan Badan Usaha Niaga Umum dan terbatas pemegang izin usaha
penyediaan dan pendistribusian BBM Non PSO
BPH Migas memiliki tugas melakukan pengaturan dan pengawasan ketersediaan dan
pendistribusian BBM di seluruh wilayah NKRI. Kegiatan pengawasan yang dilakukan meliputi
pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian BBM yang dilakukan oleh Badan
Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Umum dan Izin Usaha Niaga Terbatas. Pada tahun 2011,
Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Niaga Umum dan Izin Usaha Niaga Terbatas
mentargetkan pengawasan kepada 54 Badan Usaha, namun kegiatan pengawasan yang
berhasil dilaksanakan adalah sebanyak 64 Badan Usaha, atau capaian kinerja sebesar 119%.
Selain itu, BPH Migas telah melakukan monitoring dan pengawasan terhadap kegiatan
penyediaan dan pendistribusian BBM Non-PSO terhadap 103 (seratus tiga) Badan Usaha.
Realisasi penjualan BBM Non-PSO Januari-September tahun 2011 mencapai 21,02 juta KL,
atau rata-rata sebesar 2,34 juta KL/Bulan. Hampir sebanyak 73,45 % penyediaan dan
pendistribusian BBM Non-PSO dilakukan oleh PT PERTAMINA, sedangkan sisanya dilakukan
oleh Badan-Badan Usaha lainnya, dengan komposisi sebagai berikut:
Tabel 5.73
Realisasi Penjualan BBM Non PSO
Nama Badan Usaha
Realisasi Penjualan BBM Non
PSO tahun 2011 (Januari-
September)
Rata-Rata Realisasi
Penjualan BBM Non PSO
Perbulan
(Juta Kilo Liter) ( % ) (Juta Kilo Liter/Bulan)
PT Pertamina 15,44 73,45 1,72
Badan Usaha Badan Usaha
Lain
5,58 24,06 0,62
Total BBM Non PSO 21,02 100 2,34
3. Jumlah pengawasan terhadap penugasan Badan Usaha untuk penyediaan dan
pendistribusian Jenis BBM Tertentu (BBM Subsidi).
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan BBM bersubsidi, BPH Migas
melakukan pengawasan terhadap Badan Usaha yang ditugaskan untuk penyediaan dan
pendistribusian jenis BBM bersubsidi Indonesia (Bensin Premium, Minyak Tanah, dan Minyak
Solar). Badan Usaha tersebut adalah PT Pertamina, PT AKR Corporindo Tbk, dan PT
Petronas Niaga.
Realisasi kegiatan pengawasan yang telah dilakukan selama tahun 2011 berjumlah 11 jenis
pengawasan dari 5 jenis pengawasan yang ditargetkan, hal ini merupakan sebuah prestasi,
dimana terlihat kegigihan BPH Migas dalam hal penyediaan dan pendistribusian BBM bagi
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
mastayakat. 11 jenis pengawasan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan kegiatan penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu
(Bersubsidi/PSO),
2. Monitoring dan evaluasi pendistribusian sistem tertutup Jenis BBM Tertentu (BBM
Bersubsidi) dengan alat kendali di Kepulauan Riau (Pulau Bintan, Pulau Batam) dan Pulau
Bangka-Belitung,
3. Monitoring penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu pada Hari Besar Nasional,
4. Monitoring penerimaan dan pengeluaran Jenis BBM Tertentu di setiap rantai pasok untuk
mengantisipasi kelangkaan,
5. Pengawasan pendistribusian Jenis BBM Tertentu untuk transportasi laut,
6. Pengawasan penyaluran JBT di APMS dalam rangka pengamanan kebijakan satu harga,
7. Pengawasan dan evaluasi penyaluran Jenis BBM Tertentu (Bersubsidi) di wilayah
perbatasan,
8. Monitoring ketahanan stok dalam rangka menjaga ketersediaan BBM,
9. Monitoring penyediaan BBM dari produk kilang dalam negeri,
10. Pengawasan operasional pendistribusian BBM Berusbidi Badan Usaha P3JBT,
11. Monitoring dan evaluasi kegiatan pengembangan pengawasan sistem pendistribusian
tertutup Jenis BBM Tertentu (Bersubsidi) untuk transportasi laut.
Hasil pengawasan:
PT Pertamina masih memegang peran terbesar dengan kuota sebesar 99,69% dari total
kuota nasional APBN-P tahun 2011 sebesar 40,494 juta KL.
Kuota volume Jenis BBM Tertentu sesuai dengan APBN-P Tahun 2011 dan Realisasi
penjualan Jenis BBM Tertentu Periode Januari s.d Desember Tahun 2011 adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.74 Kuota BBM Tertentu
Jenis BBM
Tertentu
Volume Berdasarkan
Kuota APBNP-2011
Realisasi Tahun 2011
(Januari Desember)
(Juta KL)
Rata-Rata
(Juta KL/Bulan)
(Juta KL)
Rata-Rata
(Juta KL/Bulan)
Premium 24,539 2,045 25,527 2,127
Minyak Tanah 1,800 0,150 1,696 0,141
Minyak Solar 14,155 1,180 14,563 1,213
Total 40,494 3,375 41,786 4,481
Keterangan :
- Realisasi s/d Desember 2011 PT Pertamina (Jan-Sep 2011 Verified, Oktober-Desember 2011 realisasi MySAP)
- Realisasi s/d Desember 2011 Badan Usaha Pendamping (Jan-Sep 2011 Verified, Oktober-Desember 2011
Prognosa)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Berdasarkan realisasi volume pendistribusian Jenis BBM Tertentu rata-rata perbulan mulai
Januari sampai dengan Desember 2011 yaitu sebesar 4,481 juta KL/Bulan. Total realisasi Jenis
BBM Tertentu Januari sampai dengan Desember Tahun 2011 sebesar 41,786 Juta KL telah
melebihi kuota sejumlah 1,292 juta KL atau sebesar 3,2% dari Kuota Januari sampai dengan
Desember 2011 yang sejumlah 40,494 juta KL.
Berdasarkan tabel realisasi Januari - Desember 2011 di atas, nampak bahwa volume
penjualan Jenis BBM Tertentu tahun 2011 mengalami overkuota. Untuk jenis Bensin
Premium terdapat overkuota sebesar 4%, sementara untuk jenis Minyak Solar mengalami
overkuota sebesar 2,9%.
Dalam rangka membenahi payung hukum terhadap pengendalian penggunaan BBM
bersubsidi, maka mutlak diperlukan segera perubahan Perpres No. 55 tahun 2005 jo Perpres
No. 9 tahun 2006 tentang Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri yang terdiri atas Bensin
Premium, Kerosin (minyak tanah) dan Minyak Solar. Pada materi perubahan Perpres
tersebut diatas diatur ketentuan penggunaan yang boleh membeli BBM bersubsidi secara
jelas. Untuk pelaksanaannya secara operasional BPH Migas perlu diberi payung hukum untuk
mengatur pengendalian volume BBM bersubsidi untuk masing-masing pengguna,
disesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan Pemerintah.
4. Jumlah Pengelolaan Sistem Informasi Direktorat BBM dalam rangka pengawasan
penyediaan dan pendistribusian BBM
Dalam rangka memudahkan dalam hal pengawasan penyediaan dan pendistribusian BBM,
BPH Migas membuat suatu sistem informasi, dimana data-data penyediaan dan
pendistribusian BBM dapat dengan mudah dilihat, karena data selalu up date. Pada tahun
ini, sebanyak 5 buah sistem informasi berhasil di wujudkan dari 4 buah sistem informasi yang
ditargetkan. Secara rinci sistem informasi yang dapat di wujudkan adalahebagai berikut:
1. Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Sistem Tertutup Jenis BBM Tertentu (BBM
Bersubsidi) dengan alat kendali di Kepulauan Riau (Pulau Bintan dan Pulau Batam) dan
Bangka Belitung,
2. Pelaksanaan kegiatan registrasi Badan Usaha dan pengawasan kegiatan Badan usaha
pemilik NRU,
3. Monitoring penerimaan dan pengeluaran Jenis BBM Tertentu di setiap rantai pasok untuk
mengantisipasi kelangkaan,
4. Pengawasan pendistribusian Jenis BBM Tertentu untuk Transportasi Laut,
5. Monitoring dan pengelolaan kegiatan Teknologi Informasi Direktorat BBM dalam rangka
pengawasan pendistribusian BBM.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
5. Jumlah rekomendasi/pertimbangan untuk penetapan kebijakan/penugasan
Rekomendasi/pertimbangan sangat diperlukan didalam menetapkan kebijakan/penugasan,
oleh karena itu ditahun ini BPH Migas menjadikan rekomendasi untuk penetapan
kebijakan/penugasan sebagai salah satu indikator dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Rekomendasi yang dihasilkan tahun 2011 ini sebanyak 3 buah rekomendasi dari
target sebanyak 4 buah. Dengan kata lain capaian kinerja ini adalah sebesar 75%.
Rekomenadsi yang berhasil diwujudkan adalah sebagai berikut:
1. Penilaian kinerja Badan Usaha Pelaksana Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian
Jenis BBM Tertentu.
2. Perencanaan kuota volume Jenis BBM Tertentu di setiap Kabupaten/Kota seluruh
wilayah NKRI tahun 2012.
3. Persiapan pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu (P3JBT)
tahun 2012.
6. Jumlah rancangan peraturan/juklak & juknis untuk penyediaan dan pendistribusian BBM
Nasional
Salah satu kinerja yang tidak kalah penting adalah terwujudnya rancangan peraturan/juklak
dan juknis untuk penyediaan dan pendistribusian BBM nasional, tahun ini dari 6 buah
rancangan peraturan yang ditargetkan, hanya 3 buah rancangan peraturan yang dapat
direalisasikan, yaitu :
1. Peraturan tentang Penetapan WDN bagi Badan Usaha Pelaksana P3JBT (Penugasan
Penyediaan dan Pendistribusian Jenis BBM Tertentu),
2. Pedoman Penyediaan dan Pendistribusian JBT pada daerah yang belum terdapat
penyalur,
3. Juklak/juknis/SOP pengawasan penyediaan dan pendistribusian Jenis BBM Tertentu
7. Jumlah daerah yang telah mengembangkan sistem pengawasan pendistribusian
tertutup jenis BBM tertentu secara bertahap
Pengembangan sistem pengawasan pendistribusian Jenis BBM Tertentu secara bertahap
belum dapat direalisasikan. Untuk kegiatan Intensifikasi pengembangan pengawasan sistem
pendistribusian tertutup Jenis BBM Tertentu (Bersubsidi) untuk transportasi darat di Pulau
Bintan dan Pulau Batam Provinsi Kepulauan Riau dan Intensifikasi pengembangan
pengawasan sistem pendistribusian tertutup Jenis BBM Tertentu (Bersubsidi) untuk
transportasi darat di Pulau Bangka dan Belitung Provinsi Bangka-Belitung tidak terlaksana
karena gagalnya proses seleksi penyedia jasa kegiatan tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pada tahun ini ditargetkan kegiatan Intensifikasi Pengembangan Pengawasan Sistem
Pendistribusian Tertutup Jenis BBM Tertentu (Bersubsidi) untuk transportasi laut dilakukan
pada wilayah WDN I Sumatera, wilayah WDN II Jawa Bali, wilayah WDN III.1 Kalimantan,
wilayah WDN III.2 Sulawesi, Maluku dan Papua, dan wilayah WDN IV NTB dan NTT, namun
tidak selesai dilaksanakan dimana rata-rata pencapaian kegiatan sebesar 27%.
8. Jumlah pemberian Hak Khusus pada kegiatan usaha Gas Bumi melalui Pipa
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004, Hak Khusus adalah hak yang diberikan
Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi
Melalui Pipa pada Ruas Transmisi dan/atau pada Wilayah Jaringan Distribusi berdasarkan
lelang.
Selanjutnya dalam Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 19 Tahun
2010, Hak Khusus di bedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu :
Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Ruas Transmisi tertentu adalah
hak yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan
Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Ruas Transmisi tertentu berdasarkan lelang.
Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Wilayah Jaringan Distribusi
tertentu adalah hak yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk
mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Wilayah Jaringan DIstribusi
tertentu berdasarkan lelang.
Hak Khusus Niaga Gas Bumi Melalui Pipa Dedicated Hilir adalah hak yang diberikan
Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan Pengangkutan Gas Bumi
Melalui Pipa pada Pipa Dedicated Hilir pada Wilayah Niaga Tertentu tidak berdasarkan
lelang.
Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa Pada Pipa Dedicated Hilir adalah hak
yang diberikan Badan Pengatur kepada Badan Usaha untuk mengoperasikan
Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Pipa Dedicated Hilir pada Wilayah Niaga
Tertentu tidak berdasarkan lelang.
Dalam rangka mencapai terwujudnya pengaturan & pengawasan pengangkutan gas yang
optimal, dilakukan pemberian Hak Khusus Kegiatan Usaha Gas Bumi Melalui Pipa yang
sekaligus menjadi indikator kinerja keberhasilan. Ditargetkan 4 Ruas transmisi dan 7 Pipa
dedicated hilir dapat dicapai di tahun 2011 ini, namun pada realisasinya dapat melebihi target
sebesar 182%, yaitu dengan realisasi 20 Ruas transmisi dan 15 Pipa dedicated hilir.
Adapun rincian pemberian Hak Khusus kepada Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha
Gas Bumi melalui pipa tahun 2011 adalah sebagai berikut :
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
PT Pertamina Gas, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Gas Bumi Nomor 242/KD/BPH Migas/Kom/II/2011 tanggal 9 Pebruari 2011 tentang
Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir Ruas pipa Pondok
Tengah - Tegal Gede di Kabupaten Bekasi;
PT Pertiwi Nusantara Resources, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur
Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 243/KD/BPH Migas/Kom/II/2011 tanggal 9 Pebruari 2011
tentang Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir Ruas pipa
Kandang Haur Timur - Hot Tap Pipa PT Pertagas KM 37 di Kabupaten Indramayu;
PT Mitra Energy Buana, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak
dan Gas Bumi Nomor 245/KD/BPH Migas/Kom/IV/2011 tanggal 11 April 2011 tentang
Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir ruas pipa GMS PT
Pertagas PLTG Keramasan - PT Sunan Rubber, KP 0.7 - PT REMCO dan Metering KM 3 PT
Pertagas - PT Hok Tong di Palembang;
PT Energasindo Heksa Karya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir
Minyak dan Gas Bumi Nomor 249/KD/BPH Migas/Kom/VII/2011 tanggal 20 Juli 2011
tentang Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir dari Tempino
Kecil - Payo Selincah di Jambi;
PT Energasindo Heksa Karya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir
Minyak dan Gas Bumi Nomor 250/KD/BPH Migas/Kom/VII/2011 tanggal 20 Juli 2011
tentang Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dari Tempino Kecil -
Payo Selincah di Jambi;
PT PGN (Persero) Tbk, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak
dan Gas Bumi Nomor 260/KD/BPH Migas/Kom/IX/2011 tanggal 7 September 2011 tentang
Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedicated hilir pada 10 (sepuluh)
Wilayah Distribusi antara lain Distribusi Palembang, Distribusi Tangerang Serang
Cilegon Anyer, Distribusi Jakarta, Distribusi Bogor, Distribusi Bekasi, Distribusi Karawang -
Purwakarta - Subang, Distribusi Cirebon, Distribusi Medan - Binjai - Deli Serdang, Distribusi
Batam dan Distribusi Pekanbaru.
PT Mitra Energi Buana, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak
dan Gas Bumi Nomor 266/KT/BPH Migas/Kom/XII/2011 tanggal 9 Desember 2011 tentang
Pemberian Hak Khusus Niaga Gas Bumi melalui pipa dedcated hilir dari Tie Point LBCV
Musi 2 PT Pertamina Gas (Ruas Simpang Y - Pusri pipa diameter 14") sampai dengan PT
Aneka Bumi Pratama di Palembang;
PT Majuko Utama Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir
Minyak dan Gas Bumi Nomor 267/KT/BPH Migas/Kom/XII/2011 tanggal 9 Desember 2011
tentang Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dari MS PT
Pertamina Cilegon, PT Chandra Asri Petrochemical dan PT Dong Jin di Cilegon;
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan
Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 268/KT/BPH Migas/Kom/XII/2011 tanggal 9
Desember 2011 tentang Pemberian Hak Khusus Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa Pada
Ruas Transmisi Wampu - Belawan, Pantai Pakam Timur - Hamparan Perak dan Hamparan
Perak - Paya Pasir di Sumatera Utara.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
9. Jumlah Badan Usaha yang telah melakukan penetapan pengaturan akses (Access
Arrangement) pengangkutan gas bumi melalui pipa.
Badan Usaha yang telah mendapatkan Hak Khusus dari BPH Migas mempunyai kewajiban
untuk menerapkan open access terhadap fasilitas pengangkutan Gas Bumi yang dimilikinya
dengan tujuan agar penggunaan fasilitas tersebut menjadi lebih optimal dengan memberikan
spare capacity fasilitas yang belum dipakai sepenuhnya kepada pihak ketiga.
Pemanfaatan Bersama Fasilitas Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa atau yang dikenal
dengan Pengaturan Akses adalah suatu aturan yang memuat tentang hak dan kewajiban
transporter dan penggunaan pipa. Dalam Pengaturan Akses tersebut juga menerangkan
aturan yang menyangkut mekanisme bagaimana pihak ketiga dapat mengakses fasilitas
perpipaan milik transporter dan aturan-aturan lainnya seperti aturan yang berkaitan dengan
aspek teknis maupun legal. Mengingat bahwa fasilitas pengangkutan adalah milik Badan
Usaha Transporter, maka Pengaturan Akses pada dasarnya dibuat oleh Badan Usaha
Transporter, namun demikian agar suatu Pengaturan Akses memiliki jiwa etika bisnis yang
wajar, sehat dan transparan, maka BPH Migas berwenang untuk memberikan masukan-
masukan terhadap Pengaturan Akses yang dibuat oleh Badan Usaha Transporter. Secara
ringkas dinyatakan bahwa Pengaturan Akses adalah aturan yang dibuat oleh Badan Usaha
Transporter yang mana dalam mekanisme pembuatannya mengacu kepada petunjuk
pelaksanaan pembuatan Pengaturan Akses yang dikeluarkan oleh BPH Migas. Suatu
Pengaturan Akses secara legal dapat digunakan apabila Pengaturan Akses tersebut telah
disetujui dan ditetapkan oleh BPH Migas.
Kegiatan Penetapan Pengaturan Akses kepada Badan Usaha mencapai target 50%yaitu dari 4
Badan Usaha yang ditargetkan telah melakukan penetapan pengaturan akses (Access
Arrangement) pengangkutan gas bumi melalui pipa, hanya 2 Badan Usaha yang dapat
direalisasikan. Adapun persetujuan terhadap Pengaturan Akses (Access Arrangement) kepada
Badan Usaha oleh BPH Migas adalah :
PT Transportasi Gas Indonesia untuk Ruas Transmisi Grissik - Batas Negara Singapura
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor
261/AA/BPH Migas/Kom/IX/2011 tanggal 7 September 2011.
PT PGN (Persero) Tbk, untuk ruas pipa di Sumatera Utara berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 268/AA/BPH
Migas/Kom/XII/2011 tanggal 9 Desember 2011.
Pada saat ini BPH Migas sedang melakukan pembahasan dalam rangka penyusunan draft
Access Arrangement untuk beberapa ruas yang dioperasikan Badan Usaha, antara lain :
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Access Arrangement untuk Ruas Transmisi Grissik Duri yang dioperasikan oleh PT
Transportasi Gas Indonesia. Status saat ini menunggu penetapan oleh Komite BPH
Migas;
Access Arrangement untuk Ruas Tempino Kecil PLN Payo Selincah yang dioperasikan
oleh PT Energasindo Heksa Karya. Status saat ini sedang dilakukan pembahasan antara
Direktorat Gas Bumi dengan PT Energasindo Heksa Karya;
Access Arrangement untuk Ruas Transmisi Kepodang Tambak Lorok yang dioperasikan
oleh PT Bakrie & Brothers Tbk. Status saat ini menunggu keputusan Pemerintah
mengenai status pipa Kepodang - Tambak Lorok yang sebelumnya merupakan dedicated
hulu menjadi open access.
10. Jumlah penetapan tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa
Tarif adalah biaya yang dipungut sehubungan dengan jasa Pengangkutan Gas Bumi Melalui
Pipa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001, Peraturan Pemerintah Nomor 67
Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004, Badan Pengatur (BPH Migas)
mempunyai tugas yang meliputi pengaturan, penetapan dan pengawasan Tarif
pengangkutan Gas Bumi melalui pipa. Dalam menetapkan Tarif, BPH Migas menggunakan
prinsip tekno-ekonomi dan mempertimbangkan perhitungan keekonomian dari Badan
Usaha, kepentingan pemakai dan konsumen, hal ini agar tidak merugikan dan memberatkan
Badan Usaha dan konsumen, maka dalam menetapkan Tarif, Badan Pengatur wajib
memperhatikan kepentingan pemilik Gas Bumi, pemilik pipa dan konsumen.
Capaian kinerja ini terealisasi 50%dari target yang ditetapkan, yaitu dari 4 Badan Usaha yang
ditargetkan hanya 2 yang dapat direalisasikan. Penetapkan Tarif Pengangkutan Gas Bumi
melalui pipa yang dapat direalisasikan yaitu :
a. Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa pada ruas transmisi Wampu -
Belawan, Pantai Pakam Timur - Hamparan Perak dan Hamparan Perak - Paya Pasir di
Sumatera Utara kepada PT Perusahaan Gas Negaran (Persero) Tbk, berdasarkan
Keputusan Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor : 270/Tarif/BPH
Migas/Kom/ XII/2011 tanggal 27 Desember 2011.
b. Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa pada ruas transmisi Tempino Kecil
- Payo Selincah kepada PT Energasindo Heksa Karya berdasarkan Keputusan Kepala
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor: 264/Tarif/BPH Migas/Kom/XII/2011
tanggal 9 Desember 2011.
Saat ini sedang dilakukan evaluasi penetapan 2 (dua) Tarif Pengangkutan Gas Bumi pada
ruas transmisi lainnya, yaitu :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
a. Ruas pipa transmisi Gas Bumi SSWJ 1 milik PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk,
permohonan pengajuan usulan Tarif dalam proses evaluasi dan pembahasan oleh
BPH Migas. Terhadap usulan tersebut telah dilakukan verifikasi aset oleh lembaga
jasa penilai dan verifikasi volume.
b. Ruas pipa transmisi Gas Bumi Grissik - Duri milik PT Transportasi Gas Indonesia.
Permohonan pengajuan usulan Tarif telah dievaluasi oleh BPH Migas, namun karena
sesuatu hal PT Transportasi Gas Indonesia mencabut permohonan usulan Tarif
tersebut.
11. Jumlah penetapan harga gas bumi untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001, Peraturan
Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004, salah
satu tugas Badan Pengatur (BPH Migas) adalah pengaturan, penetapan dan pengawasan
mengenai harga Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil. BPH Migas dalam
menetapkan harga Gas Bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil mempertimbangkan
nilai keekonomian dari Badan Usaha serta kemampuan dan daya beli masyarakat, dengan
arti lain bahwa penetapan harga Gas Bumi oleh BPH Migas mempertimbangkan aspek teknis
dan ekonomis atas penyediaan Gas Bumi serta sesuai dengan kebijakan harga yang
ditetapkan Pemerintah.
Pada tahun 2011, BPH Migas telah menerbitkan Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan
Gas Bumi Nomor 22/P/BPH Migas/X/2011 tanggal 19 Juli 2011 tentang Penetapan Harga Gas
Bumi Untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil sebagai revisi/perubahan atas Peraturan
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor: 03/P/BPH Migas/I/2005 tanggal 15
Januari 2005. Hal ini tidak terlepas dari adanya kebijakan Pemerintah untuk
mengembangkan jaringan distribusi gas baru untuk skenario pembangunan Kota Gas (gas
cluster) melalui mekanisme lelang bagi operator, dimana harga jual gas yang diterapkan
wajib mendapatkan persetujuan dari BPH Migas. Revisi atas peraturan ini yaitu dengan
menambahkan komponen-komponen biaya pembentuk harga gas dan sumber-sumber
investasi baru (baik yang dibangun Badan Usaha maupun Pemerintah) dalam rangka
mendorong pengembangan pembangunan infrastruktur baru.
Dalam Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor: 22/P/BPH Migas/X/2011
disebutkan bahwa penetapan dan penerapan harga Gas Bumi oleh BPH Migas digolongkan
menjadi beberapa kriteria tertentu berdasarkan pada kegiatan untuk keperluan komersil dan
non komersil dengan mengacu kepada volume pemakaian per bulan pelanggan.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tahun ini ditargetkan 6 wilayah yang sudah ditetapkan Harga Gas Bumi untuk Rumah
Tangga dan Pelanggan Kecil, namun yang dapat direalisasikan sebanyak 4 wilayah atau
dengan kata lain capaian kinerja mencapai 67%. Wilayah tersebut adalah:
1. Kota Palembang kepada PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya, berdasarkan
Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor : 20/P/BPH Migas/II/2011
tanggal 9 Pebruari 2011 tentang Harga Jual Gas Bumi Melalui Pipa untuk Konsumen
Rumah Tangga di Wilayah Jaringan Distribusi di Kota Palembang (Cluster Lorok Pakjo
dan Cluster Siring Agung). Adapun Harga Jual Gas Bumi yang ditetapkan adalah :
Rumah Tangga 1 (RT-1) meliputi Rumah Susun, Rumah Sederhana, Rumah Sangat
Sederhana dan sejenis ditetapkan sebesar Rp 2.250/m
3
;
Rumah Tangga 2 (RT-2) meliputi Rumah Menengah, Rumah Mewah, Apartemen dan
sejenis ditetapkan sebesar Rp 2.710/m
3
.
2. Kota Tarakan kepada Perusda Tarakan, berdasarkan Peraturan Badan Pengatur Hilir
Minyak dan Gas Bumi Nomor : 23/P/BPH Migas/VII/2011 tanggal 19 Juli 2011 tentang
Harga Jual Gas Bumi untuk Pelanggan Rumah Tangga Pada Jaringan Pipa Distribusi di
Kota Tarakan. Harga Jual Gas Bumi yang yang ditetapkan adalah sebesar Rp 2.802/m
3
.
3. Kota Depok kepada PT Jabar Energi, berdasarkan Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak
dan Gas Bumi Nomor : 24/P/BPH Migas/VII/2011 tanggal 19 Juli 2011 tentang Harga Jual
Gas Bumi untuk Pelanggan Rumah Tangga Pada Jaringan Pipa Distribusi di Kota Depok
(Kelurahan Beji dan Kelurahan Beji Timur). Harga Jual Gas Bumi yang ditetapkan adalah
sebesar Rp 2.790/m
3
.
4. Kota Bekasi kepada PT Sinergi Patriot Bekasi, berdasarkan Peraturan Badan Pengatur
Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor : 25/P/BPH Migas/XII/2011 tanggal 9 Desember 2011
tentang Harga Jual Gas Bumi melalui pipa PT Sinergi Patriot Bekasi untuk Konsumen
Rumah Tangga pada Jaringan Pipa Distribusi di Perumahan Bumi Bekasi Baru, Kelurahan
Bojong Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Harga Jual Gas Bumi yang ditetapkan adalah sebesar
Rp 2.773/m
3
.
Permohonan usulan Harga Jual Gas Bumi PT Petrogas Jatim Utama untuk jaringan Gas
Bumi di Kota Surabaya dan Sidoarjo yang dibangun oleh Direktorat Jenderal Migas saat
ini masih dalam tahap evaluasi dan pembahasan. Hal ini dikarenakan pengusulan harga
oleh Badan Usaha sudah pada akhir tahun dan skema yang diusulkan tidak sesuai dengan
Peraturan BPH Migas Nomor : 22/P/BPH Migas/X/2011.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
12. Jumlah Pembangunan Ruas Transmisi Gas Bumi
Dalam rangka Peningkatan Pengembangan Infrastruktur Jaringan Pipa Gas Bumi, BPH Migas
melaksanakan kegiatan lelang pembangunan ruas transmisi gas bumi, pada tahun ini 2
Badan Usaha berhasil melaksanakan pembangunan ruas transmisi gas bumi tersebut, atau
capaian 100%.
BPH Migas pada tahun 2006 telah melaksanakan lelang ruas transmisi Gas Bumi yaitu Gresik
- Semarang, Cirebon - Semarang dan Bontang - Semarang. Perkembangan rencana proyek
pembangunan ruas transmsi Gresik - Semarang yang dilaksanakan oleh PT Pertagas, saat ini
sedang dalam proses memperoleh izin dan FEED.
Untuk ruas transmisi Bontang (Kalimantan Timur) - Semarang (Jawa Tengah) / Kalija yang
dimenangkan oleh PT Bakrie & Brothers Tbk, BPH Migas telah mengusulkan pembangunan
pipa secara bertahap dengan membangun ruas transmisi Kepodang - Tambak Lorok sebagai
bagian dari Kalija kepada Menteri ESDM. Namun sampai saat ini masih menunggu
Keputusan Menteri ESDM mengenai perubahan status pipa yang semula dedicated hulu
menjadi pipa Open Access pada Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi
Nasional. Saat ini PT Bakrie & Brothers Tbk telah menyiapkan Access Arrangement ruas
transmisi Kepodang - Tambak Lorok, revisi AMDAL dan FEED. Untuk ruas Cirebon -
Semarang masih menunggu kepastian pasokan gas (LNG) melalui Floating Storage Receiving
Unit (FSRU) Jawa Tengah dan kepastian penyerapan gas oleh PLN sebagai "anchor buyer".
13. Jumlah Pembangunan Pipa Dedicated Hil ir
Sebagai upaya peningkatan pemanfaatan Gas Bumi di dalam negeri, saat ini dibangun 5
(lima) ruas pipa dedicated hilir sesuai dengan target yang telah ditetapkan, yaitu :
1. PT Surya Cipta Internusa untuk ruas pipa dari GRE Pertamina Gas - Kawasan Industri
Maspion dan Jaringan Distribusi ke Konsumen di Wilayah Gresik, Jawa Timur sepanjang
15.000 meter;
2. PT Bayu Buana Gemilang untuk ruas pipa dari Tandes - Perak sepanjang 7.139 meter dan
ruas pipa dari Waru - Platinum Karangpilang sepajang 6.300 meter;
3. PT Mitra Energy Buana untuk ruas dari Tie Point LBCV Musi 2 PT Pertamina Gas (Ruas
Simpang Y - Pusri pipa diameter 14") sampai dengan PT Aneka Bumi Pratama di
Palembang;
4. PT Inti Daya Latu Prima unuk ruas dari Tie in jalur pipa gas dari MRS Panaran ke MRS
IDLP di Simpang Kabil diameter 12 inch sepanjang 800 meter dan dari MRS IDLP ke PT
Dale Energy diameter 12 inch sepanjang 800 meter;
5. PT Sadikun Niagamas Raya di Gresik, Jawa Timur.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
14. Jumlah Pembangunan Jaringan Pipa Gas Kota
Salah satu tugas dan fungsi BPH Migas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi adalah meningkatkan pemanfaatan
Gas Bumi di dalam negeri. Beranjak dari fungsi tersebut, maka sejak tahun 2007 BPH Migas
telah melakukan studi kelayakan teknis dan ekonomis pembangunan kota gas di beberapa
wilayah yang memiliki potensial sumber pasokan gas bumi, baik berupa lapangan gas
maupun wilayah yang dilewati pipa transmisi dan/atau distribusi Gas Bumi. Studi kelayakan
teknis dan ekonomis pembangunan kota gas tersebut dalam rangka meningkatkan
pemenuhan kebutuhan energi bagi masyarakat, khususnya pada sektor rumah tangga.
Pembangunan jaringan distribusi Gas Bumi untuk rumah tangga menjadi salah satu program
prioritas nasional yang bertujuan untuk diversifikasi energi, penyediaan energi bersih, aman
dan murah serta program komplementer konversi minyak tanah ke LPG guna meminimalkan
penggunaan Minyak Bumi. Di sisi Pemerintah, melalui program ini diharapkan dapat
mengurangi penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar sehingga mengurangi beban
subsidi, penghematan APBN untuk BBM.
Pembangunan infrastruktur jaringan Gas Bumi untuk rumah tangga membutuhkan biaya
yang besar, di sisi lain keuntungan/margin yang diperoleh kecil sehingga Badan Usaha tidak
tertarik membangun. Melihat kondisi demikian, maka Pemerintah melalui dana APBN
merealisasikan Pembangunan jaringan Gas Bumi tersebut sebagai stimulus untuk
mewujudkan Kota Gas.
Pada tahun 2011 ini, jumlah wilayah yang direncanakan akan dibangunan jaringan pipa gas
kota adalah 4 wilayah dan seluruhnya dapat direalisasikan yaitu tahun 2011 di Bontang,
Sengkang, Sidoarjo (Tahap II) dan Palembang (Tahap II).
Adapun wilayah/kota yang telah dilakukan studi pembentukan kota gas antara lain Blora,
Tarakan, Samarinda, Balikpapan, Bontang, Sorong, Lhokseumawe, Jambi, Prabumulih,
Semarang, Subang, Bojonegoro, Bangkalan, Tenggarong, Wajo, Pekanbaru, Bandar
Lampung, Muara Enim, Cilegon, Lhoksukon, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur,
Musi Banyu Asin, Banyu Asin, Metro Lampung, Indramayu dan Luwuk Banggai.
Hasil studi kelayakan teknis dan ekonomis pembangunan kota gas tersebut selanjutnya
ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Migas untuk dilaksanakan Kajian Front End
Engineering Design Consctruction (FEED) dan Detail Engineering Desing Constrtuction (DEDC)
serta pelaksanaan pembangunannya. Adanya keterbatasan anggaran Pemerintah
menyebabkan realisasi pembangunan jaringan gas tidak dapat dilaksanakan secara cepat.
Beberapa wilayah/kota telah direalisasikan pembangunan jaringan gas antara lain tahun
2009 di kota Surabaya dan Palembang, tahun 2010 di kota Prabumulih, Bekasi, Depok,
Sidoarjo dan Tarakan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
15. Jumlah Volume Gas Bumi yang diniagakan Melalui Pipa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 dinyatakan bahwa pembiayaan
operasional Badan Pengatur (BPH Migas) bersumber dari Iuran Badan Usaha yang diaturnya.
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2006 tentang Besaran dan
Penggunaan Iuran Badan Usaha dalam Kegiatan Usaha Penyediaan dan Pendistribusian
Bahan Bakar Minyak dan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa dinyatakan bahwa Badan
Usaha yang wajib membayar Iuran adalah Badan Usaha yang melakukan kegiatan
pengangkutan Gas Bumi melalui pipa, yaitu:
Badan Usaha pemegang Izin Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (transporter)
pada Ruas Transmisi dan/atau Wilayah Jaringan Distribusi yang telah memiliki Hak
Khusus dari BPH Migas.
Badan Usaha pemegang Izin Usaha Niaga dengan Fasilitas (trader yang memiliki fasilitas)
yang telah memiliki Hak Khusus dari BPH Migas.
Besaran Iuran yang wajib dibayar oleh Badan Usaha yang melakukan Kegiatan Usaha
Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa pada Ruas Transmisi dan/atau pada Wilayah Jaringan
Distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) didasarkan pada perkalian jumlah
volume Gas Bumi yang diangkut melalui pipa per tahun dengan persentase dari tarif
pengangkutan Gas Bumi per seribu standard kaki kubik sebagai berikut :
Tabel 5.75
Besaran Persentase Tarif Pengangkutan Gas Bumi
terhadap volume Gas Bumi yang diangkut
Volume Gas Bumi Yang Diangkut
Melalui Pipa
Besaran Persentase Dari Tarif Pengangkutan
Gas Bumi Per Seribu Standard Kaki Kubik
Sampai dengan 100 (seratus) Miliar
Standard Kaki Kubik per tahun
3 % (tiga per seratus)
Di atas 100 (seratus) Miliar Standard Kaki
Kubik per tahun
2 % (dua per seratus)
Kemudian besaran Iuran yang wajib dibayar oleh Badan Usaha yang melakukan kegiatan
usaha Niaga Gas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) didasarkan pada
perkalian jumlah volume Gas Bumi yang dijual per tahun dengan 3 0/00 (tiga per seribu) dari
harga jual Gas Bumi per seribu standard kaki kubik.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Grafik 5.38. Realisasi Volume Penjualan Gas
Bumi Melalui Pipa
Tabel 5.76
Realisasi Volume Gas Bumi Yang Niagakan
Setiap Badan Usaha
BADAN USAHA NIAGA VOLUME PENJUALAN (MMBTU)
PT. PGN (Persero) Tbk 136,348,360.55
PT. Bayu Buana Gemilang 7,315,724.84
PT. Banten Inti Gasindo 1,270,047.73
PT. Energasindo Heksa Karya 8,028,237.19
PT. Odira Energy Persada 5,085,311.91
PT. Sadikun Niagamas Raya 1,316,172.05
PT. Mitra Energi Buana 668,046.28
PT. Krakatau Daya Listrik 520,837.10
PT. Pelangi Cakrawala Losarang 756,217.81
PT. Pertiwi Nusantara Resources 154,691.34
Total 161,463,646.81
Dalam Pasal 11 dan Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2006, Badan
Usaha wajib menyampaikan kepada BPH
Migas rencana volume dan laporan realisasi
volume Gas Bumi yang diangkut melalui
pipa setiap triwulan. Pada tahun 2011,
realisasi volume Gas Bumi yang diniagakan
Badan Usaha yang melakukan kegiatan
usaha Gas Bumi melalui pipa sampai dengan
Triwulan III Tahun 2011 sebesar
161.463.646,81 MMBTU dengan rincian sebagaimana terlihat dalam tabel di atas.
16. Jumlah Volume Gas Bumi yang diangkut Melalui Pipa
Pada tahun 2011 pada triwulan III, realisasi volume pengangkutan sebesar 1.021.704.119,57
MSCF. Angka ini naik 1,37% dari volume pengangkutan sebelumnya pada triwulan yang
sama yaitu sebesar 1.007.844.002 MMSCF. Rincian volume pengangkutan Gas Bumi melalui
pipa setiap badan usaha adalah :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
GrafikRencana VS Realisasi Iuran Badan Usaha
Tahun 2006 s.d 2012
0
100
200
300
400
500
600
700
800
TH. 2006 TH. 2007 TH. 2008 TH. 2009 TH. 2010 TH. 2011 TH.2012*
Rencana
Realisasi
*) Perkiraan PenerimaanIuran BPH Migastahun2012
Dalam Milyar Rupiah
17. Jumlah penarikan iuran dari Badan Usaha
Salah satu tugas pokok dan fungsi Sekretariat BPH Migas adalah penarikan iuran dari Badan
Usaha, iuran ini merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pada tahun anggaran
2011 ini realisasi penerimaan iuran dari Badan Usaha melampui target dengan capaian
sebesar180%, yaitu dari target sebesar Rp 463 miliar dan realisasi sebesar Rp. 783 miliar.
Sasaran 2 : Pengungkapan Potensi Geologi Indonesia Untuk Kesejahteraan dan
Perlindungan Masyarakat.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 20 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator kinerja
BADAN USAHA
PENGANGKUTAN
VOLUME
PENGANGKUTAN
(MSCF)
PT Pertamina Gas (Pertagas) 793.405.608,12
PT Transportasi Gas Indonesia 219.802.136,10
PT PGN (Persero) Tbk 8.496.375,36
Total 1.021.704.119,57
Tabel 5.59
Realisasi volume pengangkutan Gas Bumi melalui
pipa Setiap Badan Usaha
Grafik 5.39. Rencana dan Realisasi Penerimaan
Iuran Badan Usaha
Grafik 5.40. Rencana dan Realisasi Penerimaan Iuran
Badan Usaha tahun 2006 - 2012.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1.
Jumlah peta geologi yang dihasilkan dan digunakan Peta 905 996 110%
2.
Jumlah lokasi penelitian/pemetaan cekungan sedimen Lokasi 4 3 75%
3.
Jumlah sumur bor daerah sulit air Titik Bor 255 255 90%
4.
Rekomendasi Teknis Penataan Ruang berbasis Geologi Rekomendasi 100 95 95%
5.
Jumlah usulan rekomendasi WKP, WUP, dan WPN Rekomendasi 68 71 104%
6.
Jumlah wilayah keprospekan, potensi, dan status
sumber daya geologi (panas bumi, batubara, CBM,
Gambut, Bitumen padat, dan mineral)
Wilayah 75 71 95%
7.
Jumlah rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi Rekomendasi 109 296 272%
8.
Jumlah gunung api yang dipantau untuk kegiatan
gunungapi aktif tipe A dari Pos Pengamatan Gunung Api
GA dipantau
melalui pos PGA
GA dipantau
melalui 10 regional
center
68
37
68
37
100%
100%
9.
Jumlah kawasan karst terpetakan pada skala 1:50.000 Kawan 2 2 100%
10.
Jumlah lokasi yang telah dilakukan penyelidikan kondisi
geologi teknik geodinamik dan infrastruktur
Lokasi 13 13 100%
11.
Jumlah lokasi yang telah dilakukan pemetaan geologi
lingkungan kawasan pertambangan untuk tata ruang
pada skala 1:100.000
Lokasi 7 7 100%
12.
Jumlah lokasi yang dilakukan pemetaan geologi
lingkungan untuk tata ruang pada skala 1:100.000
Lokasi 13 13 100%
13.
Jumlah layanan informasi publik melalui Museum
Kegeologian
Pengunjung 500.000 441.344 88%
14.
Jumlah lokasi pemetaan kawasan rawan bencana
gunung api, peta geologi gunung api, peta zona
kerentananan gerakan tanah, peta mikrozonasi, peta
KRB gempa bumi, peta KRB tsunami dan peta risiko
gempabumi/tsunami, gerakan tanah dan gunungapi .
Laporan / Peta 59 59 100%
15.
Tersedianya informasi peringatan dini bencana
gunungapi dan bencana geologi lainnya
Laporan dan
informasi
peringatan dini
27 60 222%
16.
Jumlah informasi Penelitian Dan Mitigasi Bencana
Gunungapi, Gempabumi, Tsunami, Gerakan Tanah
Laporan 39 41 105%
Tabel 5.78
Indikator Kinerja Sasaran 2 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
17.
Jumlah sosialisasi, publikasi, pameran, pelatihan
kebencanaan dan penyusunan rencana kontinjensi
Dokumen 11 11 100%
18.
Tersusunnya Pedoman Mitigasi Bencana Gunung Api
dan Pedoman Mitigasi Gerakan Tanah, Gempa Bumi
dan Tsunami
Dokumen 9 9 100%
19.
Jumlah peta geofisika bersistem dan bertema yang
dihasilkan dan digunakan
line km 100.000 49.000 49%
20.
Jumlah kegiatan pengembangan museum geologi
sebagai geo-edukasi dan destinasi geo-wisata
Kegiatan /
Terbitan
16 17 106%
1. Jumlah peta geologi yang dihasilkan dan digunakan
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM mentargetkan sebanyak 905 lembar peta geologi yang
akan dihasilkan dan digunakan, namun pada realisasinya kinerja ini dapat melampaui target
yang ditetapkan yaitu sebanyak 996 atau capaian kinerja mencapai 110%. Rincian peta-peta
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan penelitian yang dilakukan di Pulau Kalimantan berhasil menghasilkan sebanyak
747 lembar peta dari 740 lembar peta yang ditargetkan. Metode yang dilakukan dalam
penelitian ini berbasis interpretasi penginderaan jauh(remote sensing) dengan skala
1:50.000. Di bawah ini adalah lokasi penelitian pemetaan geologi berbasis penginderaan
jauh dan hasil kegiatan interpretasi secara keseluruhan di lokasi penelitian Pulau Kalimantan.
Kegiatan Penelitian dan mitigasi bencana gunung api, gempa bumi, tsunami dan gerakan tanah
menghasilkan 41 peta.
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 61 1. . L Lo ok ka as si i P Pe en ne el l i i t ti i a an n P Pe em me et ta aa an n G Ge eo ol l o og gi i
B Be er rb ba as si i s s P Pe en ng gi i n nd de er ra aa an n J Ja au uh h T Ta ah hu un n 2 20 01 11 1
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 62 2. . H Ha as si il l I In nt te er rp pr re et ta as si i P Pe em me et ta aa an n G Ge eo ol l o og gi i
B Be er rb ba as si i s s P Pe en ng gi i n nd de er ra aa an n J Ja au uh h
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
b. Peta terbit KRB, peta Zona Resiko dan peta tematik lainnya seperti jalur pengungsian dan
sebagainya sebanyak 19 peta.
c. Kegiatan pemetaan kawasan rawan bencana gunung api, peta geologi gunung api, peta
zona kerentananan gerakan tanah, peta mikrozonasi, peta KRB gempa bumi, peta KRB
tsunami dan peta risiko gempabumi/tsunami, gerakan tanah dan gunungapi menghasilkan
59 peta.
d. Kegiatan Pemetaan kawasan kars yang dipetakan pada skala 1:50.000 menghasilkan 2 peta.
e. Kegiatan penyelidikan kondisi geologi teknik geodinamik dan infra struktur menghasilkan
13 peta.
f. Kegiatan pemetaan geologi lingkungan kawasan pertambangan untuk tata ruang pada
skala 1:100.000 menghasilkan 7 peta.
g. Pemetaan geologi lingkungan untuk tata ruang pada skala 1:100.000 menghasilkan 13 peta.
h. Pemetaan Penataan Ruang berbasis geologi menghasilkan 95 peta.
2. Jumlah lokasi penelitian/pemetaan cekungan sedimen
Jumlah lokasi penelitiaan/pemetaan cekungan sedimen yang meliputi kegiatan stratigrafi,
sedimentologi, struktur geologi, gaya berat, magnet, dan analisa secara laboratorium dan
geofisika ditargetkan pada tahun 2011 ini adalah sebanyak 4 lokasi cekungan sedimen, namun
yang dapat direalisasikan adalah 3 lokasi wilayah cekungan di Pulau Sulawesi yaitu :
1. Cekungan Kendari- Muna-Buton, Sulawesi Tenggara
Dilihat dari aspek sistem petroleumnya, di daerah penelitian sangat sulit mencari jenis
batuan Tersier yang bertindak sebagia batuan induk, karena hampir semuanya tersusun
oleh batugamping, batu napal, maupun konglomerat yang tidak mungkin sebagai penghasil
minyak.
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 63 3. . L Lo ok ka as si i P Pe en ne el l i i t ti i a an n C Ce ek ku un ng ga an n K Ke en nd da ar ri i - -M Mu un na a- - B Bu ut tt to on n, , S Su ul la aw we es si i T Te en ng gg ga ar ra a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2. Cekungan Luwuk-Banggai, Sulawesi Tengah
Dari pola-pola kontur anomaly magnet regional, dibagian barat daerah penelitian secara
regional mengindikasikan adanya pola struktur sesar yang berarah barat laut tenggara.
Sedangkan dibagian Selatan nilai anomaly magnet relatif tidak berubah, yaitu berkisar -200
nT dan makin ke Utara nilai anomaly magnet relatif semakin naik dengan nilai bervariasi.
Perubahan nilai magnetik dari selatan keutara tersebut, dapat mengindikasikan bahwa
struktur sesar secara regional relatif berarah Barat-Timur.
3. Cekungan Wokam, Kep. Aru, Maluku
Secara administratif Kepulauan Wokam termasuk pada Kabupaten Kepulauan Aru. Dari
hasil penelitian gaya berat, batas cekungan Wokam diduga berada di bagian tengah
peta Kep. Aru (P. Wokam) yang dibatasi nilai kontur anomali antara +100 s/d +200 nT
membentuk pola cekungan dan kemungkinan cekungan sedimen lebih berkembang
kearah utara. Dengan geomorfologi yang terdiri dari, perbukitan rendah bertopografi
karst, dataran dengan karst lorong di beberapa tempat dan rawa.
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 64 4. . L Lo ok ka as si i P Pe en ne el l i i t ti i a an n C Ce ek ku un ng ga an n L Lu uw wu uk k- -B Ba an ng gg ga ai i , , S Su ul l a aw we es si i T Te en ng ga ah h
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 65 5. . L Lo ok ka as si i P Pe en ne el l i i t ti i a an n C Ce ek ku un ng ga an n W Wo ok ka am m, , K Ke ep p A Ar ru u M Ma al l u uk ku u
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
3. Rekomendasi Teknis Penataan Ruang berbasis Geologi
Kegiatan penyelidikan geologi lingkungan wilayah perkotaan, regional, pesisir dan pulau-
pulau kecil, pertambangan, kawasan karst, kawasan cagar alam geologi dan untuk seluruh
hasil penyelidikan tersebut adalah berupa rekomendasi kesesuaian peruntukan lahan yang
dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Pada Tahun anggaran 2011 ini sebanyak 100 rekomendasi ditargetkan dalam penataan ruang
berbasis geologi, pada realisasinya, 5 kegiatan Penataan Ruang belum dapat direalisasikan
dikarenakan terbatasnya sumber daya manusia di PAG untuk mengerjakan kegiatan ini.
Kegiatan tersebut ialah penataan ruang untuk kawasan rawan tsunami, pemetaan zona
kerentanan gerakan tanah, penyelidikan potensi air tanah dan konfigurasi akuifer dan
pemetaan kawasan rawan bencana gunung api di Pulau Lombok.Sementara untuk kegiatan
inventarisasi geologi lingkungan pascabencana geologi untuk evaluasi penataan ruang tidak
dilakukan karena pada tahun anggaran 2011 tidak terjadi bencana geologi.
4. Jumlah usulan rekomendasi WKP, WUP, dan WPN
Usulan rekomendasi WKP, WUP, dan WPN yang ditargetkan pada tahun 2011 ini adalah
sebanyak 68 rekomendasi dan terealisasi sebanyak 71 rekomendasi, atau capaian kinerja ini
sebesar 104%. Rincian rekomendasi yang terealisasi adalah sebagai berikut :
a. Usulan rekomendasi WKP panas bumi
No. Nama WKP Propinsi Potensi (MWe)
1. Arjuno Welirang Jawa Timur 200
2. Candi Umbul - Telomoyo Jawa Tengah 92
3. Bora Pulu Sulawesi Tengah 123
4. Gunung Lawu Jawa Tengah dan Jawa Timur 195
5. Kepahiang Bengkulu 180
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 66 6. . P Pe et ta a U Us su ul l a an n W WK KP P P Pa an na as s B Bu um mi i T Ta ah hu un n 2 20 01 11 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
b. Usulan rekomendasi WUP dan 1 usulan rekomendasi WPN mineral logam
No Pulau WUP WPN
1 Sumatera 10 -
2 Jawa 2 -
3 Nusa Tenggara 3 -
4 Sulawesi 9 -
5 Maluku 3 -
6 Papua 3 1
Total 30 1
c. Usulan rekomendasi WUP dan 1 usulan rekomendasi WPN batubara
No Pulau WUP WPN
1 Sumatera 10 -
2 Kalimantan 13 1
3 Papua 7 -
Total 30 1
d. Usulan rekomendasi WKP CBM.
No Usulan WK CBM Wilayah/ Propinsi
1 Muara Tebo Jambi
2 Kota Tengah Jambi dan Sumatera Selatan
3 Tanjung - Tabalong Kalimantan Selatan
4 Tamiang Layang, Barito Timur Kalimantan Selatan
5. Jumlah wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya geologi (panas bumi,
batubara, CBM, Gambut, Bitumen padat, dan mineral)
Kegiatan Pengungkapan potensi sumber daya geologi menghasilkan wilayah keprospekan,
potensi, dan status sumber daya geologi (Panas Bumi, Batubara, CBM, Gambut, Bitumen
Padat, dan Migas), pada tahun ini dari target sebanyak 75 wilayah kepropekan, tercapai 92%
atau sebanyak 69 wilayah keprospekan, yaitu :
a. 22 wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya panas bumi, yang mencakup
penambahan 3 rekomendasi daerah keprospekan baru sumber daya panas bumi;
rekomendasi peningkatan status sumber daya yang terdapat 7 wilayah/daerah panas bumi,
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
mengalami peningkatan status sumber daya hipotetik menjadi cadangan terduga yaitu
pada daerah yang dilakukan survei terpadu geologi, geokimia dan geofisika panas bumi;
peningkatan kualitas data aliran panas pada 3 rekomendasi wilayah keprospekan panas
bumi, peningkatan kualitas data bawah permukaan pada 7 rekomendasi wilayah
keprospekan, potensi sumber daya panas bumi sesuai hasil survei magnetotellurik, dan
rekomendasi peningkatan kualitas data pada 2 wilayah keprospekan panas bumi dengan
survei landaian suhu panas bumi.
Pada kegiatan survei pendahuluan geologi dan geokimia panas bumi menghasilkan:
rekomendasi penambahan daerah keprospekan baru potensi panas bumisebanyak 9 daerah
prospek pada 3 wilayah keprospekan, yaitu: di wilayah Kalimantan Timur sebanyak 4 lokasi
(Sebakis, Sajau, Semolon, dan Mengkausar), Pulau Wetar-Maluku sebanyak 4 lokasi
(Warmong, Esulit, Lurang, dan Karbubu), dan Sulawesi Tengah sebanyak 1 lokasi (Ranang-
Kasimbar). Ada penambahan sumber daya spekulatif sebesar 115 MWe yang berasal dari
lokasi-lokasi di atas, kecuali untuk daerah Ranang-Kasimbar yang langsung dilakukan survei
terpadu pada tahun 2011 ini, memberikan potensi sebesar 10 MWe pada kelas cadangan
terduga.
Dengan demikian terdapat peningkatan status potensi panas bumi hasil dari survei terpadu
di atas, yaitu sebesar 180 MWe pada kelas Cadangan Terduga dan 227 MWe pada kelas
Sumber Daya Hipotetis. Perbandingan penambahan daerah prospek baru peningkatan
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 67 7. . P Pe et ta a L Lo ok ka as si i P Pe en ne em mu ua an n T Te er rb ba ar ru u P Pa an na as s B Bu um mi i H Ha as si il l S Su ur rv ve ei i P Pe en nd da ah hu ul l u ua an n 2 20 01 11 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
status potensi panas bumi dan Perbandingan Status Tahapan Penyelidikan Potensi Panas
Bumi 2008- 2011 dapat dilihat dalam grafik dibawah ini ini:
b. 15 wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber energy fosil
Rekomendasi keprospekan potensi sumber energi fosil Tahun 2011 terdiri dari 9 buah
rekomendasi wilayah keprospekan (terdiri dari 6 rekomendasi wilayah hasil Penyelidikan
pendahuluan, 2 rekomendasi wilayah penyelidikan batubara bersistem dan 1 rekomendasi
wilayah kegiatan pengeboran) dan 6 buah rekomendasi keprospekan potensi sumber daya
gambut, Bitumen Padat dan Migas (terdiri dari: 1 rekomendasi wilayah keprospekan sumber
daya gambut; dan 5 rekomendasi wilayah keprospekan, potensi dan status sumber daya
bitumen padat).
c. 22 wilayah keprospekan, potensi, dan status sumber daya mineral
Kegiatan inventarisasi, prospeksi dan eksplorasi mineral dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
mineral logam dan mineral non logam.
Mineral logam. Tahun 2011 inventarisasi, prospeksi dan eksplorasi mineral logam
terlaksana sebanyak 12 lokasi atau (92,3%) dari target 13 wilayah keprospekan, dengan
keluaran/output 12 rekomendasi wilayah keprospekan mineral logam, yang terdiri dari
kegiatan: Eksplorasi Umum Logam Jarang di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara;
Eksplorasi Umum Endapan Timah di Daerah Bangka Utara, Kabupaten Bangka Barat dan
Kabupaten Bangka, Bangka Belitung; Survey Geokimia Logam di Provinsi Sumatera Barat;
Prospeksi Pasir Besi di Kabupaten Lampung Barat, Lampung, Prospeksi Mineral Logam di
Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur; Prospeksi Endapan Mangan di Kabupaten
Dompu, Nusa Tenggara Barat; Prospeksi Logam Emas di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera
Selatan, Maluku Utara; Prospeksi Logam Emas di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara
G Gr ra af fi i k k 5 5. .4 41 1. . P Pe er rb ba an nd di i n ng ga an n J Je en ni i s s K Ke eg gi i a at ta an n d da an n S St ta at tu us s T Ta ah ha ap pa an n P Pe en ny ye el l i i d di i k ka an n
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Barat; Inventarisasi Mineral Logam di Kabupaten Jayapura, Papua, Inventarisasi Mineral
Logam di Kabupaten Kepulauan SITARO, Sulawesi Utara.
Mineral non logam. Tahun 2011 inventarisasi, prospeksi dan eksplorasi mineral non logam
terlaksana sebanyak 8 lokasi atau 100%, dari target 8 wilayah keprospekan, dengan
keluaran 8 rekomendasi wilayah keprospekan mineral non logam pada kegiatan: Eksplorasi
Umum Endapan Dolomit di Kabupaten Karo, Sumatera Utara; Prospeksi Bahan Baku Semen
di Kabupaten Kaimana, Papua Barat; Prospeksi Endapan Fosfat di Kabupaten Timor Tengah
Selatan, Nusa Tenggara Timur Inventarisasi Mineral Non Logam di Kabupaten Siak, Riau;
Inventarisasi Mineral Non Logam di Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Sufiori, Papua.
Inventarisasi Mineral Non Logam di Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Aceh Barat, Aceh;
Penelitian Batuan Ultrabasa untuk bahan baku pupuk di Kabupaten Halmahera Timur,
Maluku Utara; Penelitian Agromineral di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
d. 8 wilayah keprospekan, pemanfatan potensi, jenis bahan galian lain/mineral ikutan dan nilai
tambah keekonomian sumber daya geologi dan 2 wilayah/daerah zona bahaya dan sebaran
unsur-unsur
Kegiatan Penelitian dan Penyelidikan Konservasi Sumber Daya Geologi tahun 2011
terlaksana sebanyak 10 wilayah dengan keluaran 8 wilayah keprospekan, optimasi
pemanfatan potensi dan nilai tambah keekonomiansumber daya geologi dan 2
wilayah/daerah zona bahaya dan sebaran unsur-unsur yang berbahaya bagi kesehatan
lingkungan masyarakat
Penelitian dan Penyelidikan Konservasi Sumber Daya Geologi tahun 2011 dilakukan di
daerah Nabire-Papua; Konawe-Sulawesi Tenggara, Minahasa Utara-Sulawesi Utara;
Polewali Mandar-Sulawesi Barat; Halmahera selatan-Maluku Utara; Kapuas-Kalimantan
Tengah; Lingga-Kep. Riau; Garut-Jawa Barat.
Penelitian konservasi ini dilakukan sebagai upaya untuk mendorong pemanfaatan secara
optimal atas potensi sumber daya geologi, bahan galian mineral dan batubara termasuk
bahan galian lain dan mineral ikutan di wilayah usaha pertambangan, daerah bekas
tambang, PETI, Pertambangan Skala Kecil, Daerah Mud Vulkano dan mineral ikutan pada
daerah panas bumi.
6. Jumlah rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi
Mulai Tahun 2011 ini, Kementerian ESDM melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Badan Geologi memberikan rekomendasi teknis kepada pemerintah daerah berkaitan
perubahan aktivitas gunung api, kejadian gempa bumi dan gerakan tanah. Informasi perubahan
status dan tingkat aktivitas serta rekomendasi teknis antisipasi bencana gunung api
disampaikan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan instansi terkait
lainnya. Himbauan untuk meningkatkan kewaspadaan juga diberikan kepada Pemerintah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Daerah yang wilayahnya memiliki gunung api dan ramai dikunjungi wisatawan maupun pendaki
terutama pada peringatan Kemerdekaan RI, Hari Raya Lebaran, Natal dan Tahun Baru.
Berdasarkan hal tersebut diatas, jumlah rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi dijadikan
salah satu indikator keberhasilan penunjang yang tidak kalah penting. Dari target sebanyak 109
rekomendasi yang ditetapkan, dapat direalisasikan sebanyak 296 rekomendasi, atau capaian
kinerja melebihi dari target yaitu sebesar 271%.
Uraian capaian indikator kinerja yang melampaui target tersebut yaitu : kegiatan tanggap
darurat bencana gempabumi, tsunami, gerakan tanah dan gunung api, penyelidikan pasca
gerakan tanah serta kegiatan pemberian tanggapan dan rekomendasi teknis kejadian gerakan
tanah (82 gerakan tanah) dan tanggapan gempa bumi dengan skala lebih dari 5 SR (114 gempa
bumi) serta rekomendasi teknis ketika gunung api mengalami peningkatan status (21 gunung
api) sehingga harus ditanggapi dan diberikan rekomendasi teknis walaupun tidak menimbulkan
korban jiwa tetapi hal ini dilaksanakan untuk meredam kepanikan masyarakat.
Kejadian gerakan tanah pada tahun 2011 tidak sebanyak kejadian gerakan tanah pada tahun
2010 hal ini disebabkan karena curah hujan pada tahun 2011 mengalami penurunan, demikian
juga kejadian gempa bumi dan letusan gunung api pada tahun 2011 dampaknya tidak separah
kejadian gempa bumi dan letusan gunung api tahun 2010.
Tabel 5.79
Status Kegiatan Gunung Api Tahun 2011
No. Nama Gunungapi Status Sejak
1 G. Lokon Siaga 24 Juli 2011
2 G. Karangetang Siaga 08 Agustus 2011
3 G. Papandayan Siaga 13 Agustus 2011
4 G. Anak Krakatau Siaga 30 September 2011
5 G. Gamalama Siaga 04 Desember 2011
6 G. Ijen Siaga 18 Desember 2011
7 G. Gamkonora Waspada 03 Mei 2011
8 G. Dieng Waspada 10 Juni 2011
9 G. Bromo Waspada 13 Juni 2011
10 G. Marapi Waspada 03 Agustus 2011
11 G. Lewotobi Perempuan Waspada 31 Agustus 2011
12 G. Soputan Waspada 08 September 2011
13 G. Ibu Waspada 08 September 2011
14 G. Lewotobi Laki-Laki Waspada 22 September 2011
15 G. Tambora Waspada 09 Oktober 2011
16 G. Anak Ranakah Waspada 22 Oktober 2011
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No. Nama Gunungapi Status Sejak
17 G. Sundoro Waspada 05 Desember 2011
18 G. Sinabung Waspada 07 Oktober 2010
19 G. Kerinci Waspada 09 September 2010
20 G. Talang Waspada 17 April 2010
21 G. Sangeang Api Waspada 04 Juni 2009
22 G. Semeru Waspada 16 Juli 2009
23 G. Dukono Waspada 13 Juni 2008
7. Jumlah gunung api yang dipantau untuk kegiatan gunungapi aktif tipe A dari Pos
Pengamatan Gunung Api
Kegiatan di bidang kegeologian yang tidak kalah penting adalah pemantauan kegiatan gunung
api yang dipantau melalui Pos PGA dan dipantau melalui 10 regional center, pada tahun ini dari
target sebanyak 68 gunung api aktif yang akan dipantau melalui Pos PGA, seluruhnya dapat
direalisasikan, atau capai kinerja sebesar 100 %. Demikian pula gunung api yang dipantau
melalui Regional Center (10 Regional Center) sebanyak 37 gunung api terealisasi 100%. Seluruh
data kegempaan tersebut ditransmisikan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di
Bandung melalui VSAT, khusus untuk Gunung Api Anak Krakatau data kegempaan ditransfer
melalui VSAT tanpa melalui Regional Center. Transmisi data deformasi (tilt dan GPS) dari
beberapa gunung api ke PVMBG melalui sistem SMS dan VSAT. Data tilt yang terpantau
melalui sistem SMS meliputi Gunung Api Talang, Gunung Api Merapi, Gunung Api
Kelud,Gunung Api Batur, dan Gunung Api Anak Krakatau. Sedangkan data GPS Gunung Api
Lokon terkirim melalui sistem VSAT. Transmisi data gas dari Gunung Api Dieng dan Gunung Api
Merapi dilakukan melalui sistem SMS.
G Gr ra af fi i k k 5 5. .4 42 2. . K Ke ej j a ad di i a an n G Ge er ra ak ka an n T Ta an na ah h P Pa ad da a T Ta ah hu un n 2 20 01 11 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.62
Gunung Api Yang Dapat Dipantau Langsung Dari Kantor PVMBG
Melalui Sistem VSAT
No. Regional Center Gunung Api yang terpantau
1 Tomohon G. Karangetang, G. Ruang, G. Tangkoko, G. Lokon, G. Mahawu,
G. Soputan, G.Awu.
2 Semeru G. Semeru, G. Bromo, dan G. Lamongan
3 Batur G. Batur dan G. Agung
4 Guntur G. Guntur, G. Galunggung, G. Papandayan, dan G. Ciremai
5 Bukiitinggi G. Tandikat, G. Marapi dan G. Talang
6 Iya, Ende G. Iya, G. Rokatenda, G. Kelimutu
7 Inerie, Bajawa G. Inerie, G. Inelika, G. Ebulobo
8 Lewotolo G. Lewotolo, G. Ileboleng, G. Sirung, G. Iliwerung
9 Ternate G. Gamalama, G. Kie Besi, G. Dukono, G. Gamkonora, G. Ibu
10 Egon, Maumere G. Egon, G. Lewotobi, G. Lereboleng
8. Jumlah kawasan karst terpetakan pada skala 1:50.000
Kawasan karst yang berhasil dipetakan pada skala 1 : 50.000 adalah sebanyak 2 kawasan,
hal ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada tahun 2011 ini.
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 68 8. . T Tr ra an ns sm mi is si i D Da at ta a A Ak kt ti iv vi it ta as s G Gu un nu un ng g A Ap pi i M Me el l a al l u ui i R Re eg gi i o on na al l C Ce en nt te er r
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
9. Jumlah lokasi yang telah dilakukan penyelidikan kondisi geologi teknik geodinamik dan
infrastruktur.
Pada tahun 2011 telah berhasil dilakukan penyelidikan kondisi geologi teknik geodinamik
dan infrastruktur sebanyak 13 lokasi, capaian ini sesuai dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya, atau dengan kata lain capaian kinerja adalah 100%.
10. Jumlah lokasi yang telah dilakukan pemetaan geologi lingkungan kawasan
pertambangan untuk tata ruang pada skala 1:100.000
Kementerian ESDM melalui Badan Geologi pada tahun anggaran 2011 telah melaksanakan
kegiatan Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan sebanyak 7 lokasi,
berikut adalah rincian lokasi kegiatan:
1. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Mamuju Utara, Provinsi
Sulawesi Barat.
2. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan PertambanganPohuwatu, Provinsi Gorontalo.
3. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Soppeng, Provinsi Sulawesi
Selatan.
4. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan PertambanganKapuas, Provinsi Kalimantan
Tengah.
5. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Tapanuli Utara, Provinsi
Sumatera Utara.
6. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Bima, Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
7. Penyelidikan Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan Semarang, Propinsi Jawa
Tengah.
11. Jumlah lokasi yang dilakukan pemetaan geologi lingkungan untuk tata ruang pada skala
1:100.000
Pada tahun anggaran 2011 ini juga telah dilaksanakan pemetaan geologi lingkungan tata
ruang skala 1 : 100.000 sebanyak 13 lokasi, yang terdiri dari 4 kegiatan yaitu:
a. Kegiatan inventarisasi geologi lingkungan tata ruang di 6 lokasi yaitu: Wilayah Sumatera;
Kalimantan; Sulawesi; Bali dan Nusa Tenggara; Maluku dan Papua; Jawa.
b. Kegiatan Spatial Planning on Lombok Island-Cooperation with Georisk di Pulau Lombok
bekerjasama dengan Georisk sebanyak 4 lokasi yaitu : Makrozonasi dan Mikrozonasi
Bencana Gempa Bumi, Mataram, Nusa Tenggara Barat; Inventarsi Sumber Daya Mineral,
Lombok Barat; Pemetaan Geologi Teknik, Nusa Tenggara Barat; dan Penataan Ruang
Berbasis Geologi, Lombok Timur.
c. Kegiatan Penataan Ruang Pascabencana Geologi yaitu berupa Kajian Geologi Lingkungan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
terhadap Banjir di Bandung Selatan.
d. Kegiatan Monitoring Geologi Lingkungan sebanyak 2 lokasi untuk Monitoring Perubahan
Fungsi Ruang Akibat Kerusakan Lingkungan Geologi, Lumpur Sidoarjo di Jawa Timur.
12. Jumlah layanan informasi publik melalui Museum Kegeologian
Sebagai salah satu kinerja pelayanan kepada masyarakat, indikator yang digunakan adalah
mengukur seberapa banyak masyarakat yang mengunjungi museum geologi yang terletak
di Bandung, Jawa Barat. Pada tahun ini jumlah pengunjung melebihi dari target yang telah
ditetapkan, yaitu dari target sebanyak 425.000 pengunjung, terealisasi sebanyak 441.344
pengunjung atau capaian kinerja sebesar 103,8%. Hal ini karena adanya penambahan jumlah
koleksi museum geologi dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat mengenai
informasi kegeologian, informasi tersebut tidak hanya diperlukan oleh instansi yang
berhubungan dengan bidang kegeologian tetapi juga menarik bagi kalangan masyarakat.
13. Jumlah lokasi pemetaan kawasan rawan bencana gunung api, peta geologi gunung api,
peta zona kerentananan gerakan tanah, peta mikrozonasi, peta KRB gempa bumi, peta
KRB tsunami dan peta risiko
gempabumi/tsunami, gerakan tanah dan
gunungapi
Kondisi geologi Indonesia dengan faktor-
faktor geologi, klimatologi yang sangat
dominan menjadikan beberapa wilayah
Indonesia rawan akan bencana alam
gunungapi, gerakan tanah dan
gempabumi dan tsunami. Saat ini bencana
G Gr ra af fi i k k 5 5. .4 43 3. . J Ju um ml la ah h P Pe en ng gu un nj j u un ng g M Mu us se eu um m K Ke eg ge eo ol l o og gi i a an n
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
tersebut belum dapat diprediksi kapan dan dimana terjadinya, tetapi dengan melakukan
pemetaan kawasan rawan bencana dapat dilakukakan identifikasi di daerah yang berpotensi
terjadi bencana jika terjadi letusan gunungapi, gempabumi/tsunami dan gerakan tanah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Kementerian ESDM melaksanakan Kegiatan pemetaan
kawasan rawan bencana gunung api, peta geologi gunung api, peta zona kerentananan
gerakan tanah, peta mikrozonasi, peta krb gempa bumi, peta krb tsunami dan peta risiko
gempabumi/tsunami, gerakan tanah dan gunung api yang pada tahun 2011 menghasilkan
peta kawasan rawan bencana dan
pemetaan/analisis risiko gunungapi dan
bencana geologi lainnya sebanyak 59
lembar peta, dengan demikian target yang
telah ditetapkan dapat terealisasi sebesar
100 %. Adapun peta-peta tersebut
digunakan sebagai peta dasar dalam
analisis risiko bencana dan digunakannya
peta-peta tersebut ke dalam penataan
ruang dan wilayah atau evaluasi tata ruang
dan wilayah berbasis bencana geologi.
Pemetaan/analisis risiko sangat diperlukan untuk mengetahui risiko dan kerugian yang
mungkin terjadi jika terjadi bencana geologi baik gunungapi, gempabumi/tsunami maupun
gerakan tanah. Dengan analisis risiko tersebut dapat disiapkan langkah-langkah
kesiapsiagaan baik melalui penanggulangan struktural maupun peningkatan kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana gerakat dalam menghadapi bencana geologi.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana harus menjadi perhatian yang sangat penting, kemudian pada
pasal 40 ayat 3 disebutkan Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
yang menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko bencana sebagai bagian dari
usaha penanggulangan bencana sesuai dengan kewenangannya. Hal ini juga didukung
dengan adanya serta UU No. 26 TH 2007 tentang penataan ruang. Rencana Aksi Nasional
Tahun 2006 yang diluncurkan oleh BAPPENAS tentang Pengurangan Risiko Bencana.
14. Tersedianya informasi peringatan dini bencana gunungapi dan bencana geologi lainnya
Informasi peringatan dini gunungapi dilakukan melalui analisis aktivitas gunungapi dan
perubahan status dari normal-waspada-siaga-awas serta perubahan tingkatan status
gunungapi, ini dilakukan untuk memberi informasi atau peringatan sedini mungkin tentang
aktivitas gunungapi.
Grafik 5.45. Kejadian Gerakan Tanah peningkatan
status gunungapi di Indonesia Tahun 2011
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Realisasi capaian kinerja kegiatan ini melampaui target yang ditetapkan, yaitu sebesar
222%. Semula target yang ditetapkan adalah 27 informasi, dan yang terealisasi adalah 60
informasi. Terlampauinya target kegiatan ini karena semula kegiatan peringatan dini
gunungapi yang direncanakan adalah di 10 lokasi, namun ditahun berjalan terjadi perubahan
status dari gunung api di Indonesia, sebanyak 21 gunung api menunjukkan perubahan
aktivitas. Di samping itu, juga ada penambahan kegiatan berupa peringatan dini potensi
terjadi gerakan tanah di seluruh provinsi di Indonesia pada setiap bulan. Jika dilihat akurasi
kegiatan, maka akurasi dari pembuatan peta peringatan dini perlu di tingkatkan karena
lokasi gerakan tanah masih terjadi pada peta prakiraan terjadi gerakan tanah di zona
menengah (19 kejadian atau 23 %) dan zona potensi gerakan tanah rendah (2 kejadian atau
3 %).
15. Jumlah informasi Penelitian Dan Mitigasi Bencana Gunungapi, Gempabumi, Tsunami,
Gerakan Tanah.
Capaian kinerja kegiatan penelitian dan mitigasi bencana gunungapi, gempabumi/tsunami
dan gerakan tanah ini pada tahun 2011 melebihi target yang ditetapkan yaitu dari target
sebesar 39 informasi, terealisasi sebanyak 41 informasi atau tercapai 105%. Realisasi
melebihi target karena adanya kegiatan tambahan berupa penyelidikan gas/lumpur di
G Ga am mb ba ar r 5 5. .6 69 9. . S Si i s st te em m P Pe em ma an nt ta au ua an n G Gu un nu un ng g A Ap pi i d di i I In nd do on ne es si ia a M Me el l a al l u ui i R Re eg gi i o on na al l C Ce en nt te er r
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Danau Ranau (Sumatera Selatan) dan Bitung (Sulawesi Utara), dimana saat itu muncul gas
yang membuat masyarakat panik sehingga perlu dilakukan penyelidikan.
Informasi yang dihasilkan dari kegiatan Penelitian Dan Mitigasi Bencana Gunungapi,
Gempabumi, Tsunami, Gerakan Tanah, antara lain :
a. Informasi geofisika gunungapi di G. Inelika (NTT), G. Gede (Jawa Barat), G. Sundoro -
Sumbing (Jawa Tengah), G. Mahawu (Sulawesi Utara), dan G. Soputan (Sulawesi Utara);
b. Informasi deformasi gunungapi di G. Lewotobi (NTT), G. Kelimutu (NTT), G. Papandayan
(Jawa Barat), dan G. Awu (Sulawesi Utara);
c. Informasi Geokimia Gunungapi di G. Guntur (Jawa Barat), G. Salak (Jawa Barat), G.
Kelimutu (NTT), dan G. Sirung (NTT);
d. Informasi gunungapi di Sinabung (Sumatera Utara), G. Lokon (Sulawesi Utara), dan G.
Semeru (Jawa Timur), Penelitian Kaldera G. Batur, Penelitian Tephra Gunung Sinabung;
e. Informasi semburan lumpur/gas dilaksanakan di Sidoarjo (Jawa Timur), danau Ranau
(Sumatera Selatan) dan Bitung (Sulawesi Utara); Pemodelan bahaya tsunami lampung
dan cilacap, pemodelan bahaya lahar di G. Bromo, G. Merapi dan G. Karangetang,
Evaluasi modeling abu Gunung Gede dan G. Cermei;
f. Informasi Bencana Gempabumi di Sungai Penuh, Tarutung dan Gorontalo;
g. Informasi Tsunamigenik di Pantai Barat Sumut, Teluk Bima dan Seram;
h. Informasi Kestabilan Lereng dan Penyelidikan Banjir Bandang/Debris Flow di Nagreg,
Krui Liwa, Manggarai, NTT dan Palu-Donggala;
i. Informasi gerakan tanah di Sumedang dan Karanganyar;
j. Informasi gerakan tanah di Cipanas dan Cipularang. Kegiatan penelitian dan mitigasi
tersebut bertujuan untuk memperlengkap database kebencanaan geologi serta berguna
dalam pengambilan keputusan meningkatkan aktivitas status gunung api.
16. Jumlah sosialisasi, publikasi, pameran, pelatihan kebencanaan dan penyusunan rencana
kontinjensi
Capaian kinerja kegiatan sosialisasi, publikasi, pameran, pelatihan kebencanaan dan
penyusunan rencana kontinjensi pada tahun 2011 ini sesuai dengan target 100%. Kegiatan
tersebut meliputi pelatihan penanggulangan bencana geologi di Bangli (Bali), Guci (Jawa
Tengah), Probolinggo (Jawa Timur) dan Bantul (DIY), Seminar/ Workshop Kebencanaan
Geologi di Bandung Barat dan Yogyakarta; Pameran mitigasi bencana geologi di Jakarta,
Manado, Tangerang, IDEC (Jakarta) dan di Yogyakarta; Penerbitan Buletin dan Jurnal
Bencana Geologi; Pembuatan Dokumentasi dan pengumpulan Bahan Informasi di G.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Bromo, G. Merapi, G. Rinjani dan G. Karangetang. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah mengenai kebencanaan geologi
sehingga dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menghadapi ancaman bencana geologi.
17. Tersusunnya Pedoman Mitigasi Bencana Gunung Api dan Pedoman Mitigasi Gerakan
Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami
Penyusunan Pedoman Mitigasi Bencana Gunung Api dan Pedoman Mitigasi Gerakan Tanah,
Gempa Bumi dan Tsunami merupakan kegiatan prioritas dalam mitigasi bencana geologi
yang bertujuan untuk memberikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dan penyusunan
dokumen sebagai antisipasi atau bagian dari kesiapsiagaan pemerintah daerah jika terjadi
bencana geologi.
Kegiatan penyusunan pedoman mitigasi bencana gunung api, gerakan tanah, gempa bumi
dan tsunami pada tahun 2011 ini sesuai target yaitu 9 pedoman Mitigasi Bencana Gunung
Api dan Pedoman Mitigasi Gerakan Tanah, Gempa Bumi dan Tsunami atau capaian kinerja
sebesar 100%.
Rincian 9 pedoman tersebut adalah sebagai berikut: Standar penyusunan peta gerakan
tanah (revisi); SNI legenda gerakan tanah (Revisi); Standar Operasional Prosedure Analisis
Risiko Bencana Geologi; Pedoman Rencana Kontijensi Gunungapi, Gempabumi, Tsunami
Dan Gerakan Tanah; serta 4 Dokumen Rencana Kontijensi di Kabupaten Ponorogo (Jawa
Timur), Kabupaten Banyumas (Jawa Tengah), Gunung Talang (Sumbar), Banyuwangi (Jawa
Timur) dan Bandung Barat (Jawa Barat).
18. Jumlah peta geofisika bersistem dan bertema yang dihasilkan dan digunakan
Pelaksanaan pemetaan geofisika pada tahun ini belum dapat mencapai target line km yang
diharapkan. Dari target 100.000 line km yang ditetapkan, hanya terealisasi 49.000 line km
yang dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yaitu : terputusnya suplai
avtur dari pertamina jayapura karena keterlambatan kedatangan kapal tanker; terbatasnya
muatan cargo dari sentani ke wamena untuk membawa avtur karena muatan lebih
mengutamakan terlebih dahulu sembako; terjadinya insiden yang mengatasnamakan
masyarakat baliem di bandara wamena yang melarang helycopter terbang di wilayah
mereka; serta cuaca di pegunungan wamena yang tidak menguntungkan sering tertutup
awan, faktor ini yang paling besar menghambat pekerjaan, security officer melarang pindah
base operasi dengan alasan keselamatan personil sehingga memperlambat pekerjaan; dan
keterlambatan dirjen wilhan untuk mengirimkan security officer.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
19. Jumlah kegiatan pengembangan museum geologi sebagai geo-edukasi dan destinasi
geo-wisata
Pada tahun 2011 ini Jumlah kegiatan pengembangan museum geologi sebagai geo-edukasi
dan destinasi geo-wisata yang berhasil dilaksanakan adalah sebanyak 17 kegiatan, capaian
ini melebihi target sebanyak 16 kegiatan, atau capaian kinerja mencapai 106%.
Sasaran 3 : Pemfasilitasian Yang Efektif Dan Efisien Untuk Menunjang Ketahanan
Energi Nasional.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 6 indikator kinerja sasaran yang dikembangkan
dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator kinerja sasaran beserta target,
realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah laporan bahan perumusan dan
perancangan kebijakan energi lintas sektor
dan daerah
Laporan 12 12 100%
2. Jumlah laporan bahan penetapan RUEN
dan asistensi RUED
Laporan 8 8 100%
3. Jumlah laporan persidangan DEN, hubungan
masyarakat dan Keprotokolan
Laporan 10 10 100%
4. Jumlah bahan penetapan langkah -langkah
penanggulangan kondisi krisis dan darurat
energi
Laporan 6 6 100%
5. Persentase rekomendasi lokasi dan besaran
(volume) cadangan penyangga energi
Laporan 3 3 100%
6. Jumlah laporan pengawasan pelaksanaan
atas pelaksanaan kebijakan energi yang
bersifat lintas sektor
Laporan 8 8 100%
Secara keseluruhan kinerja untuk mencapai sasaran mewujudkan pemfasilitasian yang efektif dan efisien
untuk menunjang Ketahanan Energi Nasional dapat direalisasikan dengan capaian kineja 100%.
Tabel 5.81
Indikator Kinerja Sasaran 3 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sasaran 4 : Perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 10 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah dokumen perencanaan yang sinergis Dokumen 3 3 100%
2. Jumlah dokumen kesepakatan kerja sama
yang dilaksanakan untuk mendukung prioritas
rencana strategis
Dokumen 5 5 100%
3. Pencapaian kinerja KESDM sesuai target % 100 94,8 94,8%
4. Persentase anggaran KESDM yang digunakan
untuk menunjang Prioritas nasional
% 52 47,84 92%
5. Persentase Penyajian LK tepat waktu (e.g
hari,minggu,dll)
% 100 100 100%
6. Opini BPK terhadap LK Jenis opini WTP WTP 100%
7. Prosentase efisiensi dan efektifitas pengelolaan
keuangan KESDM
% 90 60,3 67%
8. Jumlah SOP yang dikembangkan SOP 150 218 145,3%
9. Jumlah rancangan peraturan perUUan sektor
ESDM yang diselesaikan
Buah 25 22 88%
10. Jumlah bantuan hukum dan kasus yang
dimenangkan dan diselesaikan
Kasus 4 14 350%
11. Rasio berita negatif dan positif % 5 : 11 5 : 11 100%
12. Persentase penghapusan BMN yang
dipindahtangan-kan kepada pihak ketiga
% 75 100 133%
Tabel 5.82
Indikator Kinerja Sasaran 4 Penunjang
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Uraian capaian kinerja masing-masing indikator kinerja sebagaimana tabel di atas, dijabarkan
sebagai berikut:
1. Jumlah dokumen perencanaan yang sinergis
Terciptanya sinergi dalam dokumen perencanaan merupakan tugas manajemen yang tidak
mudah untuk dilaksanakan, apalagi jika mencakup sumber-sumber daya yang banyak dan
beragam. Dokumen perencanaan strategis yang telah berhasil disusun pada tahun 2011 ini oleh
Kementerian ESDM berjumlah 3 dokumen, yaitu : Review Renstra KESDM 2010-2014;
Dokumen Rencana Kerja Kementerian ESDM dan Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran
KESDM. Ketiga dokumen tersebut merupakan rangkaian dokumen perencanaan yang
saling terkait satu dengan lainnya serta selaras, dan merupakan acuan untuk pelaksanaan
kegiatan seluruh unit kerja dalam lingkungan organisasi KESDM. Sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja, keseluruhan target kinerja tersebut dapat dicapai atau dengan nilai
capaian sebesar 100%.
2. Persentase dokumen kesepakatan kerja sama yang dilaksanakan untuk mendukung
prioritas rencana strategis
Salah satu kinerja sasaran penunjang yang tidak kalah penting adalah adanya dokumen
kesepakatan kerjasama dalam dan luar negeri yang berhasil ditandantangani dalam ranka
peningkatan invstasi di sektor energi dan sumber daya mineral. Pada tahun 2011 ini dari 5 buah
nota kesepahaman yang ditargetkan akan ditandatangani berhasil direalisasikan seluruhnya.
Dengan demikian capaian kinerja adalah 100%. Sebanyak 5 buah dokumen nota kesepahaman
(MOU) telah ditandatangani dan diimplementasikanadalah sebagai berikut:
1. Memorandum of Understanding (MoU) between The Ministry of Energy and Mineral
Resources of the Republic of Indonesia and The Ministry of Petroleum and Natural Gas of
the Republic of India on Cooperation in the Field of Oil and Gas yang ditandatangani pada
tanggal 25 Januari 2011 di New Delhi, India;
2. MoU antara Badan Geologi dan The China Geological Survey of the Ministry of Land and
Resources of the People's Republik of China (CGS) Concerning Scientific and Technical
Cooperation in The Field of Geoscience yang ditandatangani pada tanggal 18 Maret 2011
di Beijing, RRT;
3. Persetujuan antara Pemerintah RI dan Pemerintah Republik Perancis mengenai Kerja
Sama Energi dan Sumber Daya Mineral yang ditandatangani pada tanggal 1 Juli
2011di Jakarta;
4. Letter of Intent between The Ministry of Energy and Mineral Resources of the Republic of
Indonesia and he Minister of Economy of The Republic of Poland on Cooperation in The
Field of Energy and Mineral Resources yang ditandatangani pada tanggal 26 September
2011 di Jakarta;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
5. Letter of Intent antara Badan Geologi dan Department of Geology and Minerals The
Ministry of Natural Resources and Environment of The Lao Peoples Democratic Republic on
Cooperation in The Filed of Geology and Minerals yang ditandatangani pada 26 Desember
2011 di Vientiane, Laos.
3. Pencapaian kinerja KESDM sesuai target
Kinerja sektor ESDM secara umum dapat dinilai dari capaian indikator kinerja sektor ESDM yang
mencakup antara lain asumsi makro sektor ESDM yang meliputi harga minyak, lifting minyak
bumi, volume BBM bersubsidi, subsidi BBN dan volume LPG bersubsidi, selain itu juga dinilai dari
capaian strategis yang meliputi penerimaan sektor ESDM, subsidi energi, investasi, pasokan
energi dan mineral, dan pembangunan daerah (Dana Bagi Hasil dan Community Development).
Selain itu, capaian kinerja sektor ESDM juga dapat terlihat dari kegiatan atau capaian-capaian
pembangunan yang berhasil dilaksanakan selama tahun berjalan seperti pembangunan
infrastruktur, penandatangangan kontrak-kontrak ESDM, penyelesaian permasalahan, dan
prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.
Kementerian ESDM mentargetkan pencapaian kinerja secara keseluruhan di tahun 2011 adalah
sebesar 100%. Bila dibandingkan dengan targetnya capaian kinerja KESDM mencapai 94,8%,
namun jika dibandingkan capaian kinerja di tahun 2010 adalah sebesar 94,7%. Rincian capaian
kinerja tahun 2011 sesuai aspek tugas dan fungsi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
G Ga am mb ba ar r 5 5. .7 70 0. . C Ca ap pa ai ia an n K Ki i n ne er rj ja a S Se ek kt to or r E ES SD DM M T Ta ah hu un n 2 20 01 11 1
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.83
CAPAIAN KINERJA KESDM
TAHUN 2011
No. Uraian Satuan
2010 2011
% Capaian
thd 2011
% Capaian
thd 2010
Realisasi
Target
APBN-P
Realisasi
CAPAIAN KINERJA KESDM (ASUMSI MAKRO DAN CAPAIAN
STRATEGIS)
94,8 94,7
ASUMSI MAKRO 96,56 94,15
1.
Harga minyak mentah
Indonesia (ICP)
US$/barel 78,07 95 111,8 117,68 143,20
2.
Produksi/Lifting Minyak
Bumi
MBOPD 945 945 902 95,45 95,45
3.
Volume BBM + BBN
bersubsidi
Juta KL 38,23 40,49 41,24 101,85 107,87
Premium/Bioethanol 22,93 24,54 25,33 103,22 110,47
Kerosene 2,35 1,8 1,74 96,67 74,04
Solar/Biodiesel 12,95 14,15 13,89 98,16 107,26
4.
Subsidi Bahan Bakar
Nabati (BBN)
Rp./liter 100 100
Tambahan Subsidi
Biodiesel
2.000 2.000 2.000 100 100
Tambahan Subsidi
Bioethanol
2.000 2.000 2.000 100 100
5. Volume LPG bersubsidi Juta Ton 2,71 3,52 3,28 106,82 78,97
6. Subsidi Listrik Triliun Rp 58,11 65,5 93,29 57,57 39,46
CAPAIAN STRATEGIS 93,04 95,25
1.
Total Penerimaan
Negara Sektor ESDM
Rp Triliun 285,6 324,34 352,15 109 123
Jumlah penerimaan
negara sub sektor
migas
Rp Triliun 217,2 249,59 278,39 109 115
Jumlah penerimaan
negara subsektor
pertambangan umum
(mineral, batubara)
Rp Triliun 66,5 73,53 77,39 116 116
Jumlah penerimaan
negara dari subsector
Rp Triliun 0,4 0,35 0,55 155 115
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No. Uraian Satuan
2010 2011
% Capaian
thd 2011
% Capaian
thd 2010
Realisasi
Target
APBN-P
Realisasi
energi bari terbarukan
Jumlah Penerimaan
lain-lain (Balitbang,
Badiklat, BPH Migas)
Rp Triliun 1,5 0,86 1,76 206 127
2.
Subsidi Energi 133,2 195,3 261,5 66,10 3,68
Jumlah subsidi BBM,
BBN dan LPG
Rp Triliun 92,.5 129,7 168,2 70,3 18,16
Jumlah subsidi Listrik Rp Triliun 40,7 65,6 93,3 57,8 0
3.
Jumlah Investasi Sektor
ESDM :
US$
Miliar
22,1 30,4 27,1 89 123
Jumlah Investasi sub
sektor migas
US$ Miliar 13,7 16.8 18,7 111 137
Jumlah Investasi
bidang
ketenagalistrikan
US$ Miliar 5,0 9.7 4,9 51 100
Jumlah investasi sub
sektor mineral dan
batubara
US$ Miliar 3,2 3,4 3,4 107 107
Jumlah Investasi
bidang energi baru
terbarukan
US$ Miliar 0,3 0,5 0,1 12 20
4.
Pasokan energi dan
mineral
96,5 99,8
Produksi minyak bumi MBOPD 945 945 902 95 95,35
Produksi gas bumi MBOEPD 1.590 1.534 1.516 99 95,45
Produksi batubara Juta Ton 270 327 293 89 108,52
Rasio elektrifikasi % 67,15 70,4 70,4 100 104,84
Jumlah Kapasitas
pembangkit listrik
MW 33.923 37.884 37.353 98,6 110,11
Produksi mineral
oTembaga Ton 878.377 665.158 618.297 93 70,39
oEmas Kg 10.535 102.562 78.148 76 74,76
oPerak Kg 278.781 278.431 223.078 80 80,02
oNi + Co in matte Ton 77.186 70.500 70.936 100,6 91,90
oTimah Ton 49.496 75.000 60.002 80 121,23
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
No. Uraian Satuan
2010 2011
% Capaian
thd 2011
% Capaian
thd 2010
Realisasi
Target
APBN-P
Realisasi
oBijih nikel Ton 7.522.759 8.500.000 8.522.128 100,2 113,28
oFerronikel Ni 18.688 18,000 19.990 111 106,97
oBauksit Mt 15.699.741 10.000.000 10.887.659 109 69,35
oBijih besi Mt 3.865.385 5.000.000 5.215.391 104 134,93
oGranit M
3
2.343.133 2.500.000 2.810.148 112 119,93
5
Pembangunan Daerah 104,6 126,8
Jumlah dana bagi hasil
sektor ESDM
Rp Triliun 35,8 43,6 40,9 94 114.25
oJumlah dana bagi
hasil subsektor Migas
Rp Triliun 25,1 33,9 28,1 84 112
oJumlah dana bagi
hasil subsektor
Mineral dan batubara
Rp Triliun 10,5 8,3 12,3 148,19 117,14
oJumlah dana bagi
hasil subsektor panas
bumi
Rp Triliun 0,2 0,4 0,5 125 250
Jumlah CSR (Comdev)
sektor ESDM
Rp Miliar 2.298 1.565 1.658 105,94 72,14
oJumlah CSR
subsektor Minerba
Pabum
Rp Miliar 1.783 1,266 1.651 130,41 92,60
oJumlah CSR
subsektor Listrik dan
Pemanfaatan Energi
Rp Miliar 90,3 99 89 89,90 98,56
oJumlah CSR
subsektor Migas
Rp Miliar 425 266 178 66,92 41,88
Jumlah desa mandiri
energi (DME)
DME 50 50 51 102 102
Jumlah sumur bor
daerah sulit air
Titik Bor 100 255 255 100 255
Penjelasan tentang faktor penyebab dan langkah-langkah ke depan dari capaian kinerja di atas
telah diuraikan pada tujuan dan sasaran yang terkait dengan masing-masing indikator kinerja.
4. Persentase penggunaan anggaran KESDM yang menunjang Prioritas nasional
Anggaran KESDM yang dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dimaksudkan untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
program nasional yang tercantum dalam RKP. Sesuai dengan penetpan kinerja yang telah
ditetapkan di awal tahun, tahun 2011 ini ditargetkan bahwa 52% dari total anggaran yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
ada digunakan untuk kegiatan sesuai prioritas nasional, namun yang berhasil dicapai tahun
2011 ini adalah sebesar 47,84%, sehingga capaian kinerja mencapai 92% dari yang
ditargetkan. Hasil capaian kinerja ini memberikan implikasi bahwa lebih dari 50% anggaran
KESDM digunakan untuk berbagai kegiatan yang bukan sebagai kegiatan prioritas dalam
RKP Tahun 2010. Sebagaio konsekuensi dari kondisi ini, maka perlu dilakukan penajaman
fokus program/kegiatan dalam tahun tahun mendatang yang mengacu pada prioritas
nasional dalam RKP.
5. Persentase Penyajian LK tepat waktu (e.g hari,minggu,dll)
Indikator sasaran ini digunakan untuk menggambarkan pertanggungjawaban APBN melalui
proses akuntansi yang telah dilaksanakan dengan tepat waktu, transparan dan akuntabel
dengan asumsi bahwa ketika suatu Laporan Keuangan disajikan tepat pada waktunya maka
dapat dikatakan prinsip transparansi dan akuntabilitas telah berjalan dengan baik karena
Laporan Keuangan yang benar idealnya harus memenuhi dua prinsip tersebut. Di tahun 2011,
persentase penyajian laporan keuangan tepat waktu mencapai target 100%.
6. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan
Salah satu komitmen utama pemerintah yang dituangkan dalam RPJM 2004-2009 adalah
perwujudan pemerintahan yang baik (Good Governance). Keberhasilan hal ini dapat
digambarkan melalui berbagai indikator antara lain dalam pengelolaan keuangan negara.
Sejalan dengan hal ini salah satu sasaran stratejik yang ingin dicapai oleh KESDM adalah
terwujudnya laporan keuangan yang kredibel, yang diukur melalui opini hasil audit laporan
keuangan oleh auditor external (BPK).
Tahun 2011 ini, Kementerian ESDM berhasil mewujudkan target capaian kinerja yaitu hasil
opini BPK terhadap pengelolaan keuangan dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Hasil ini tidak terlepas dari kerja keras unit pengelolaan keuangan di KESDM.
Perlu dijelaskan bahwa capaian kinerja ini merupakan jawaban atau penyelesaian atas
berbagai permasalahan pengelolaan keuangan selama ini, diantaranya: (1) Pencatatan dan
pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sumber Daya Alam Pertambangan
Umum sudah tertangani dengan baik; (2) Seluruh pengelolmpokan jenis belanja pada saat
penganggaran telah sesuai dengan kegiatan yang dilakukan; dan (3) Pencatatan dan
pelaporan aset tetap juga telah memadai. Diharapkan di masa mendatang ukuran
kredibilitas laporan keuangan yang telah tercapai ini dapat terus dipertahankan.
7. Prosentase efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan KESDM
Pagu anggaran KESDM Tahun 2011 sebesar Rp. 15,24 triliun yang terdiri dari pagu KESDM
murni sebesar Rp. 6,05 trilun dan pagu yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) untuk
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
kegiatan Ikitring dan Lisdes sebesar Rp. 9,20 triliun. Realisasi anggaran KESDM murni
sekitar 70,1%, namun apabila dilihat dari total realisasi KESDM murni dan PT PLN (Persero)
mencapai 60,3%. Secara rinci realisasi anggaran Kementerian ESDM per Unit Eselon I dan
PT PLN (Persero), dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.84
Realisasi Anggaran Kementerian ESDM
( M ilia r R p . ) %
I . 6 . 0 4 9 ,0 4 . 2 3 8 , 0 7 0 , 1 % 6 .4 7 2
1 S e tj e n 1 . 0 7 5 ,9 9 5 9 , 2 8 9 ,2 % 8 5 8 ,0
2 Itj e n 1 1 5 ,4 9 2 , 5 8 0 ,1 % 1 2 8 ,7
3 D J M ig a s 8 0 2 ,6 7 2 7 , 4 9 0 ,6 % 8 5 6 ,8
4 D J K e te n a g a list r i ka n 1 3 8 ,5 1 0 9 , 9 7 9 ,3 % 2 1 1 ,3 1
5 D J M in e r b a 4 0 0 ,4 2 2 5 ,8 5 6 ,4 % 4 0 6 ,6
6 D J E B T K E 9 4 7 ,4 1 9 6 , 9 2 0 ,8 % 1 . 3 2 0 ,3
7 B a litb a n g 7 3 9 ,5 5 4 9 , 4 7 4 ,3 % 6 7 2 ,0
8 B a d ikl a t 6 6 7 ,5 5 1 1 , 7 7 6 ,7 % 7 0 6 ,5
9 B a d a n G e o l o g i 8 7 3 ,6 6 8 6 , 7 7 8 ,6 % 9 7 1 ,0
1 0 B P H M ig a s 2 3 5 ,9 1 3 4 , 3 5 6 ,9 % 2 6 8 ,9
1 1 S e tj e n D E N 5 2 ,3 4 4 , 4 8 4 ,9 % 7 1 ,8
I I . 9 . 1 9 6 ,6 4 . 9 6 2 , 4 5 4 , 0 % 9 . 1 8 2 ,7
1 . Iki tr in g 6 . 0 2 3 ,6 1 . 9 8 3 , 7 3 2 ,9 %
2 . L isd e s 3 . 1 7 3 ,0 2 . 9 7 8 , 7 9 3 ,9 %
1 5 . 2 4 5 ,6 9 . 2 0 0 , 5 6 0 , 3 % 1 5 .6 5 5 T O T A L K E S D M & P T P L N ( I + I I )
P A G U
A N G G A R A N
T A 2 0 1 2
K E S D M
P T P L N ( P e r s e r o )
U N IT N O
R E A L I S A S I
S . d 3 1 D e s . 2 0 1 1
P A G U
D E F IN IT I F
T A 2 0 1 1
Penyebab realisasi anggaran KESDM dan PT PLN masih belum sesuai target, antara lain:
Izin Multiyears Contract proyek-proyek Ikitring baru disetujui pada akhir tahun 2011.
Persetujuan Pemanfaatan Penghematan sebesar 10% dari DIPA tahun 2011 dari
Kementerian Keuangan baru terbit (termasuk pemasangan PLTS pada Ditjen. EBTKE).
Pagu Blokir (*) yang besar Rp. 2,98 triliun, memerlukan proses pembukaan blokir yang
lama sehingga proses pelaksanaan kegiatan terlambat.
Realisasi belanja bersumber PNBP terkendala oleh sistem dimana diharuskan adanya
setoran penerimaan terlebih dahulu, baru dapat dicairkan.
Transisi ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah dari Perpres No. 80 ke 54
menyebabkan terlambatnya proses pengadaan barang dan jasa, karena peserta
memerlukan waktu mempelajari terlebih dahulu.
Belum terealisasinya anggaran Penjelasan terkait realisasi anggaran KESDM:
Izin Multiyears Contract proyek-proyek Ikitring belum disetujui
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Persetujuan Pemanfaatan Penghematan sebesar 10% dari DIPA tahun 2011 dari
Kementerian Keuangan baru terbit (termasuk pemasangan PLTS pada Ditjen. EBTKE).
Pagu Blokir (*) yang besar di awal tahun anggaran sebesar Rp2.979.354.806.000,-
memerlukan proses pembukaan blokir yang lama sehingga proses pelaksanaan
kegiatan terlambat.
Realisasi belanja bersumber PNBP terkendala oleh sistem dimana diharuskan adanya
setoran penerimaan terlebih dahulu, baru dapat dicairkan.
Transisi ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah dari Perpres 80 ke 54
menyebabkan terlambatnya proses pengadaan barang dan jasa, karena peserta
memerlukan waktu mempelajari terlebih dahulu.
Keterlambatan pelaksanaan disebabkan besarnya blokir, keharusan penyetoran terlebih
dahulu untuk sumber dana PNBP serta masih transisinya pelaksanaan e-proc disamping
sebagian besar barang masih impor dan memerlukan proses fabrikasi menyebabkan
perilaku penyerapan/pelaksanaan anggaran belanja modal di KESDM berpola S-Curve.
8. Jumlah StandardOperating Procedure (SOP) yang dikembangkan
Indikator kinerja ini merupakan indikator tambahan dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintah yang baik. SOP sangatlah diperlukan sebagai pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsi. Selain itu juga sebagai alat
penilaian kinerja berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural yang
sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan. Bila seluruh pekerjaan dilakukan sesuai SOP, diharapkan dapat terwujud
komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja dalam rangka memastikan
bahwa semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang
dilakukan oleh seluruh satuan unit kerja dalam organisasi berjalan secara efisien dan
efektif, konsisten, standar dan sistematis.
Pada tahun 2011 sebanyak 218 buah SOP telah diselesaikan dan diantaranya 64 buah SOP
telah disahkan yaitu SOP Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas sebanyak 52 SOP; SOP
Sekretariat Jenderal sebnyak 4 SOP ; dan 8 Buah SOP Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional (DEN), sedangan 154 buah SOP Badan Geologi telah selesai namun belum
disahkan. Jumlah ini jauh melampaui batas target yaitu sebanyak 150 buah SOP. Dengan
demikian capaian kinerja ini adalah sebesar 145,3%.
9. Jumlah rancangan peraturan perUUan sektor ESDM yang diselesaikan
Jumlah rancangan peraturan per-UU-an sektor ESDM yang dapat diselesaikan di tahun ini
sebanyak 22 buah. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan
pada awal tahun sebanyak 25 buah. Dengan demikian capaian kinerja untuk mencapai
indikator sasaran ini sebesar 88%. Peraturan perUndang-Undangan yang dapat
diselesaikan di tahun 2011 sebanyak 22 buah dapat diuraikan sebagai berikut:
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.85
Peraturan PerUndang-Undangan
NO NOMOR/TANGGAL TENTANG
Peraturan /Keputusan Presiden
1. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2011
tanggal 7 Februari 2011
Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara
2. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011
Tanggal 13 September 2011
Penetapan Cekungan Air Tanah
Peraturan Menteri
1. 01 Tahun 2011, 7 Januari 2011
Berita Negara Nomor 4
Pedoman Teknis Pembongkaran Instalasi Lepas Pantai
Minyak dan Gas Bumi
2. 02 Tahun 2011, 16 Februari 2011
Berita Negara Nomor 73
Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) Untuk Melakukan Pembelian Tenaga Listrik
Dari Pembangkit Listrik tenaga Panas Bumi dan Harga
Patokan Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT perusahaan
Listrik Negara (Persero) Dari Pembangkit Listrik tenaga
Panas Bumi
3. 03 Tahun 2011, 18 Februari 2011
Berita Negara Nomor 77
Pengelolaan Kilang Minyak Bumi Dalam Rangka
Pendidikan dan Pelatihan, Dan Pengelolaan Fasilitas
Lube Oil Blending Plant Dalam Rangka Penelitian dan
Pengembangan
4. 04 Tahun 2011, 24 Februari 2011
Berita Negara Nomor 90
Penghargaan Energi
5. Peraturan Bersama MESDM dan Mendagri
05 Tahun 2011, 8 April 2011
Berita Negara Nomor 223
Pembinaan dan Pengawasan Pendistribusian Tertutup
Liquified Petroleum Gas Tertentu di Daerah
6. 06 Tahun 2011, 19 April 2011
Berita Negara Nomor 227
Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi Untuk Lampu
Swabalast
7. 07 Tahun 2011, 11 Mei 2011
Berita Negara Nomor 287
Kode Etik dan Tata Tertib Dewan Energi Nasional
8. 08 Tahun 2011, 13 Mei 2011
Berita Negara Nomor 290
Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Listrik Perdesaan Tahun Anggaran 2011
9. 09 Tahun 2011, 13 Mei 2011
Berita Negara Nomor 291
Ketentuan Pelaksanaan Tarif Tenaga Listrik Yang
Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara
10. 10 Tahun 2011, 3 Agustus 2011
Berita Negara Nomor 467
Penetapan dan Pemberlakuan Standar Latih Kompetensi
Tenaga Teknik Ketenagalistrikan Bidang Pembangkitan
Tenaga Listrik Sub Bidang Operasi dan Sub Bidang
Pemeliharaan
11. 11 Tahun 2011, 3 Agustus 2011 Pedoman Akreditasi Lembaga Penyelenggara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
NO NOMOR/TANGGAL TENTANG
Peraturan /Keputusan Presiden
Berita Negara Nomor 468 Pendidikan dan Pelatihan Sektor Energi dan Sumber
Daya Mineral
12. 12 Tahun 2011, 11 Agustus 2011
Berita Negara Nomor 487
Tata Cara Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan dan
Sistem Informasi Wilayah Pertambangan Minerba.
13. 13 Tahun 2011, 11 Agustus 2011
Berita Negara Nomor 488
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
14. 14 Tahun 2011, 11 Agustus 2011
Berita Negara Nomor 565
Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang
Energi dan Sumber Daya Mineral Kepada Gubernur
Sebagai Wakil Pemerintah Dalam Rangka
Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2011
15. 15 Tahun 2011, 9 September 2011
Berita Negara Nomor 566
Pedoman Mitigasi Bencana Gunungapi, Gerakan Tanah,
Gempabumi, dan Tsunami
16. 16 Tahun 2011, 1 November 2011
Berita Negara Nomor 685
Kegiatan Penyaluran Bahan Bakar Minyak
17. 17 Tahun 2011, 21 Desember 2011
Berita Negara Nomor 863
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di Lingkungan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
18. 18 Tahun 2011, 21 Desember 2011
Berita Negara Nomor 864
Jadwal Retensi Arsip Substantif Minyak dan Gas Bumi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
19. 19 Tahun 2011, 28 Desember 2011
Berita Negara Nomor 921
Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 2052 K/40/MEM/2001
tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik
Ketenagalistrikan
20. 20 Tahun 2011, 28 Desember 2011
Berita Negara Nomor 922
Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 1273 K/30/MEM/2002
tentang Komisi Akreditasi Kompetensi Ketenagalistrikan
10. Jumlah bantuan hukum dan kasus yang dimenangkan dan diselesaikan
Selama tahun 2011 Kementerian ESDM berhasil menyelesaikan dan memenangkan
sebanyak 14 perkara/kasus khusus untuk kasus yang telah diputuskan dan masih bergulir
didalam maupun diluar pengadilan. Angka tersebut jauh melebihi dari angka yang
ditargetkan sebanyak 4 kasus. Dengan demikian capaian kinerja ini mencapai 350%.
Meskipun capaian kinerja tahun 2011 tercapai melebihi target, namun masih terdapat
kendala-kendala dalam penyelesaian kasus-kasus tersebut, diantaranya adalah:
Lamanya penyelesaian kasus dikarenakan harus hadirnya para pihak yang berperkara;
Kurang koperatifnya pihak-pihak yang diperlukan dalam penyelesaian kasus;
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Proses penyelesaian kasus di pengadilan sangat tergantung kepada kebijakan majelis
hakim yang memeriksa perkara, baik dari penentuan jadwal sidang maupun pengeluaran
putusan pengadilan;
Kurangnya sumber daya manusia untuk menangani banyaknya perkara yang masuk.
11. Rasio berita negatif, netral dan positif
Dalam rangka meningkatkan citra (image) suatu organisasi kepada masyarakat salah satunya
adalah melalui berbagai pemberitaanoleh media massa baik berita negatif maupun yang postifi.
Pemberitaan ini dikelompokkan menjadi kategori, yaitu: berita negatif dan positif. Oleh karena
itu indikator ini dijadikan salah satu ukuran keberhasilan Kementerian ESDM dalam
mempertahan citra tersebut kepada masyarakat.
Secara keseluruhan capaian kinerja rasio berita negatif, netral dan positif Kementerian ESDM
pada tahun 2011 tercapai sesuai dengan target yaitu 100%, dengan komposisi:
Tabel 5.66
Rasio Berita Positif, Negatif dan Netral
Jenis Berita Satuan Target Realisasi Capaian
Negatif % 5 5
100%
Netral % 84 84
100%
Positif % 11 11 100%
Adapun Pemberitaan negatif di tahun 2011 yang fenomenal, diantaranya tentang:
1. KenaikanTarif Dasar Listrik (TDL) untuk sektor Industri.
2. Pemerintah dianggap lamban dalam mengambil keputusan untuk meringankan beban
subsidi, sementara harga minyak dunia semakin tinggi.
3. Ketidakjelasan Perpanjangan Kontrak Blok West Madura Offshore (WMO).
4. Lifting minyak yang tidak tercapai
5. Penolakan BP Migas terkait Keputusan Pergantian tiga Deputi BP Migas yang tidak
sesuai dengan usulan BP Migas
6. Disparitas harga antara BBM bersubsidi dan non subsidi menyebabkan penyelundupan
dan penyelewengan penggunaan komoditas tersebut semakin marak.
7. Minimnya dan tidak adanya kepastian pasokan gas bagi industri dalam negeri.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sedangkan pemberitaan positif di tahun 2011 antara lain:
1. Meningkatnya investasi sektor Mineral dan Batubara.
2. Kepastian Pasokan gas bagi industri di dalam negeri. Hal ini dipastikan Usai
penandatanganan MoU antara PGN dan Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB).
3. Pemerintah mewajibkan PLN membeli listrik dari pembangkit listrik tenaga panas
bumi dengan harga ditetapkan maksimal 9,7 sen dollar AS per kwh. Kewajiban tersebut
tertuang dalam peraturan menteri ESDM No 2/2011.
4. Rencana PT PLN (Persero) untuk meningkatkan rata-rata rasio elektrifikasi di kawasan
timur Indonesia (KTI) melalui pemanfaatan tenaga surya.
5. Ditandatanganinya proyek-proyek di bidang minyak dan gas bumi pada tahun 2011.
6. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berjanji tidak meningkatkan
kuota ekspor gas ke luar negeri. pemerintah berencana untuk meningkatkan porsi PT
PLN menggunakan gas, dimaksudkan agar PT PLN dapat berkompetitif lebih baik.
7. Target peningkatan porsi penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) pada tahun
2025 dari 17% menjadi 25%, sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap
energi fosil.
8. Penugasan pembelian tenaga listrik yang bersumber dari pembangkit panas bumi
kepada PT. PLN (Persero) dan persetujuan harga jual tenaga listrik kepada pihak
swasta.
9. Keputusan untuk percepatan realisasi pengiriman gas bumi ke Singapura dari lapangan
Gajah Baru di West Natuna sesuai gas sale agreement (GSA) dan pengiriman ke dalam
negeri sebesar 40 juta kaki kubik per hari melalui mekanisme Swap untuk PLN.
10. Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Koordinasi dan Percepatan Perizinan
Pengusahaan Panas Bumi pada Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Lindung dan
Kawasan Konservasi.
Dalam rangka mendorong pemberitaan positif di media perlu dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Meningkatkan hubungan baik dengan media massa melalui program media gathering
atau media relation yang disertai dengan penjelasan terhadap isu-isu aktual di Sektor
ESDM.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2. Menjembatani media massa untuk bertemu dengan pejabat di Kementerian ESDM
terkait dengan isu yang sedang berkembang agar masyarakat mendapatkan gambaran
yang utuh.
3. Meningkatkan frekuensi penyebaran informasi berkaitan dengan capaian yang telah
berhasil dilakukan Kementerian ESDM melalui media massa.
12. Persentase penghapusan Barang Milik Negara (BMN) yang dipindahtangankan kepada
pihak ketiga
Indikator kinerja ini juga merupakan indikator tambahan dalam mewujudkan tata kelola
pemerintah yang baik. Pada tahun 2011 ini dalam rangka penghapusan Barang Milik
Negara telah diterbitkan Surat Keputusan (SK) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
tentang Penghapusan Barang Milik Negara sebanyak 66 SK, yaitu 20 buah SK berasal dari
usulan unit utama/satker KESDM dan 46 SK berasal dari usulan Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS). Jumlah tersebut telah sesuai dengan yang ditargetkan. Sehingga capaian
kinerja mencapai 100%.
Sasaran 5 : Perwujudan KESDM Yang Bersih, Akuntabel Dan Transparan.
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 12 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Penyelesaian kasus atas
kewajiban penyetoran kepada
kas negara
Rp
US
33.625.839.669,5
2.342
390.577.928 1,162 %
2. Persentase penyelesaian LHP
dan MHP tepat waktu
LHP/ MHP 165 144 87.27%
3. Persentase rekomendasi yang
tuntas ditindaklanjuti dalam
waktu 6 (enam) bulan
% 55
4. Jumlah pengaduan masyarakat
yang selesai ditindak lanjuti
Pengaduan 14 14 100%
Tabel 5.87
Indikator Kinerja Sasaran 5 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
5. Indeks kepuasan unit eselon I
atas pelaksanaan
pendampingan dan konsultasi
Unit Es. I 9 0 0%
6. Jumlah pelaksanaan PKPT Obrik 165 163 98,8%
7. Persentase Pegawai Itjen yang
mentaati ketentuan jam kerja
% 100 100 100%
8. Jumlah review laporan
keuangan
Laporan 9 12 133,3%
9. Jumlah pemantauan tindaklanjut
hasil pemeriksaan
Obrik 165 118 71,5%
10. Jumlah realisasi anggaran Rp 115.436.600.000 84.018.579.759 73%
Penjelasan dari masing-masing indikator kinerja di atas sebagai berikut:
1. Penyelesaian kasus atas kewajiban penyetoran kepada kas negara.
Penyelesaian kasus atas kewajiban penyetoran kepada kas negara merupakan parameter
yang terukur dalam mewujudkan ketertiban administrasi dan ketaatan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku (2K) dan terciptanya efisiensi, efektivitas dan
keekonomian (3 E) dalam setiap pelaksanaan tugas dan pengelolaan sumber daya dalam
penyelesaian kasus yang berpotensi merugikan negara dan uang negara yang diselamatkan.
Sepanjang tahun 2011 kembali terjadi peningkatan temuan kasus yang berpotensi
merugikan negara menjadi 89 dengan rincian 85 kasus yang kewajiban penyetoran kepada
negara dan 4 kasus yang merugikan negara. pada tahun 2011 dari target sebesar
Rp33.625.839.669,5 dan $2.342 telah direalisasikan sebesar Rp390.577.928. atau sebesar
1,162 %. Pencapaian realisasi 1,162 % disebabkan berbagai situasi di intern unit-unit terkait
dimana proses pelaksanaan rekomendasi yang diberikan oleh para auditor dari Inspektorat
Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tidak dapat ditindak lanjuti oleh unit
terkait dalam jangka waktu tahun anggaran 2011.
2. Persentase penyelesaian LHP dan MHP tepat waktu
Terselenggaranya Pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan dan pembangunan secara
lancar dan tepat sasaran merupakan hasil yang ingin dicapai oleh seluruh unit/satuan kerja di
lingkungan KESDM, dan merupakan tugas Inspektorat Jenderal untuk mengawal atau
mendampingiagar terwujud good governance di lingkungan KESDM.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pencapaian hasil dapat diwujudkan dengan Penyelesaian LHP/MHP yang tepat waktu. Hasil
pemeriksaan LHP/MHP tersebut akan tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan
Memorandum Hasil Pemeriksaan (MHP) yang wajib diserahkan tepat waktu. Pada tahun
2011 Inspektorat Jenderal merencanakan melakukan pemeriksaan kepada 165 Obrik di
lingkungan ESDM, yang berhasil direalisasikan sampai dengan bulan November 2011 adalah
144 LHP/MHP dari realisasi PKPT 163 Obrik, sekitar 19 LHP/MHP belum terbit, belum
diterbitkan LHP/MHP karena proses penerbitan masih terkendala pada Obrik. Realisasi
LHP/MHP adalah 87,27%.
3. Jumlah pengaduan masyarakat yang selesai ditindak lanjuti.
Terselenggaranya sistem pengawasan dan sistem informasi pengawasan yang berdayaguna
juga harus didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yaitu tampak dari
kemampuan dalam memproses pengaduan masyarakat. Pada tahun ini, jumlah pemantauan
pengaduan masyarakat yang ditargetkan dapat diproses/ditindaklanjuti adalah sebanyak 14
pengaduan. Inspektorat Jenderal mampu merealisasikan target tersebut yaitu sebanyak 14
obyek pemeriksaan atau sebesar 100%.
4. Indeks Kepuasan unit Eselon I atas pelaksanaan pendampingan dan konsultasi
(partnering dan consulting.
Penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pertanggungjawaban dilaksanakan secara tertib,
terkendali, serta efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan sistem pengendalian internal
pemerintah yang handal dan dilandasi oleh rasa tanggung jawab sehingga member
keyakinan bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat
mencapai tujuannya secara efisien dan efektif.
Sistem pengendali internal adalah proses yang integral berupa tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif, efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara terhadap peraturan perundang-
undangan.
Kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan ditahun 2011 ini, disebabkan Inspektorat Jenderal
belum melakukan survei pada unit-unit Eselon I di KESDM, namun akan dilaksanakan oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di tahun 2012.
5. Jumlah pelaksanaan PKPT
Tujuan yang ingin dicapai oleh seluruh unit/satuan kerja di lingkungan KESDM, dan
merupakan tugas Inspektorat Jenderal untuk mengawal atau mendampingi agar terwujud
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
good governance di lingkungan KESDM adalah terselenggaranya pelaksanaan tugas dan
fungsi pemerintahan dan pembangunan secara lancar dan tepat sasaran.
Pencapaian hasil dapat diwujudkan dengan realisasi pelaksanaan Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat Jenderal, Penyelesaian LHP/MHP yang tepat
waktu, Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan Pemantauan pengaduan
masyarakat yang telah diproses/ditindak lanjuti. Pencapaian sasaran terhitung dalam 1 (satu)
tahun anggaran 2011. PKPT menjadi panduan Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan
pengawasan,didalamnya terbagi dan terjadwal setiap Obyek Pemeriksaan (Obrik) yang akan
diperiksa dan sesuai dengan kewenangan masing-masing keinspekturan. Hasil pemeriksaan
tersebut akan tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Memorandum Hasil
Pemeriksaan (MHP) yang wajib diserahkan tepat waktu. Pada tahun 2011 Inspektorat
Jenderal merencanakan melakukan pemeriksaan kepada 165 Obrik di lingkungan ESDM,
yang berhasil direalisasikan sampai dengan bulan November 2011 adalah 163 Obrik yaitu
sebesar 98,78 %, hal ini dikarenakan beberapa obyek pemeriksaan di lingkungan KESDM
yang telah direncanakan untuk diperiksa ternyata membutuhkan waktu ekstra, agar
pemeriksaan berjalan efektif maka beberapa unit tersebut direncanakan ulang pada tahun
2012.
6. Persentase Pegawai Itjen yang mentaati ketentuan jam kerja.
Berdasarkan ketentuan jam kerja yang berlaku, jam kerja pegawai Itjen hari senin s.d. kamis
adalah pukul 07:30 s.d. 16:00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12:00 s.d. 13:00 WIB
sedangkan khusus hari jumat adalah pukul 07:30 s.d. 16:30 WIB dengan waktu istirahat pukul
11:30 s.d. 13:00 WIB. Untuk hari sabtu dan minggu atau hari libur nasional adalah hari libur,
kecuali karena ditugaskan secara kedinasan.Pegawai Inspektorat Jenderal yang mentaati
jam kerja berjumlah 211 orang. Artinya, bahwa jumlah Pegawai Inspektorat Jenderal yang
mentaati jam kerja mencapai 100%. Ini merupakan bukti pegawai Itjen dalam ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Penetapan indikator kinerja Jumlah pegawai Inspektorat Jenderal KESDM yang mentaati jam
kerja diitujukan untuk mengukur ketaatan pegawai terhadap peraturan perundang
undangan. Penetapan indikator ini juga mewujudkan aspek dalam rangka mewujudkan
reformasi birokrasi yaitu penegakan disiplin dan untuk mewujudkan PNS yang handal,
profesional, dan bermoral. Indikator tersebut diharapkan dapat mendorong PNS untuk lebih
produktif berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.
Indikator tersebut tidak berhubungan dengan sasaran-sasaran strategis yang ditetapkan oleh
Eselon I untuk mencapai sasaran instansi/organisasi. Indikator ini lebih sesuai jika
dihubungkan dengan sasaran strategis Eselon II (Sekretaris Inspektorat Jenderal).
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
7. Jumlah review laporan keuangan
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 tahun
2010 pasal 545, dimana salah satu fungsi Inspektorat Jenderal adalah menyusun laporan
hasil pengawasan di lingkungan Kementerian ESDM, maka menghitung jumlah review
laporan keuangan dijadikan salah satu indikator keberhasilan Inspektorat Jenderal, hal ini
bertujuan untuk memberikan keyakinan akurasi, keandalan, keabsahan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan sebelum disampaikan oleh menteri/pimpinan lembaga
kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. Review oleh Itjen pada kementerian
negara/lembaga tidak membatasi tugas pemeriksaan/pengawasan oleh lembaga
pemeriksa/pengawas lainnya sesuai dengan tugas kewenangannya. Reviu tidak memberikan
dasar untuk menyatakan pendapat seperti dalam audit, karena dalam review tidak
mencakup suatu pemahaman atas pengendalian intern, penetapan resiko pengendalian,
pengujian catatan akuntansi dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan
dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan atau
konfirmasi dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilakukan dalam audit. Pada tahun 2011
dari target 9 unit ternyata realisasi yang di capai adalah 12 unit , atau 66,67%. Angka 66, 67 %
dicapai dengan menggunakan rumus dua kali target dikurang realisasi dibagi target dan di
kali seratuspersen.
Hal ini disebabkan banyaknya unit kerja yang pada kenyataan dilapangan membutuhkan
sebuah review laporan keuangan untuk memberikan akuntabilitas laporan keuangan
sebelum laporan keuangan tersebut dilaporkan kepada pimpinan.
Dari target 9 laporan yang akan direview pada tahun 2011 ini, terealisasi sebanyak 12 laporan
atau capainya kinerja adalah sebesar 113,3%
8. Jumlah pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan
Proses setelah LHP/MHP terbit, adalah melakukan pemantauan hasil pemeriksaan minimal
30 hari setelah terbitnya LHP/MHP untuk mengevaluasi dan menindaklanjuti rekomendasi-
rekomendasi tim pemeriksa terhadap Obrik yang bersangkutan, LHP dan MHP yang
ditindaklanjuti sampai dengan bulan Desember sebanyak 118 obyek pemeriksaan atau
sebesar 71.5%, hal ini dikarenakan selain melakukan pemantauan hasil pemeriksaan tahun
anggaran 2011, Inspektorat Jenderal juga melakukan pemantauan atas hasil pemeriksaan
pada akhir tahun 2010.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
9. Jumlah realisasi anggaran
Pada tahun 2011 ini target Inspektorat Jenderal dalam hal penyerapan anggaran adalah
sebesar 100% atau Rp 115.436.600.000,-. Namun dalam pelaksanaannya terealisasi sebesar
73% atau Rp.84.018.579.759,-. Tidak terserapnya anggaran sesuai target disebabkan karena
beberapa sub kegiatan tidak dapat direalisasikan dengan pertimbangan realisasi prioritas
kegiatan pada tahun anggaran 2011 dan Itjen berusaha lebih efisien dan ekonomis.
Sasaran 6 : Perwujudan Kualitas Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Sektor
Energi Dan Sumber Daya Mineral
Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian 7 indikator kinerja sasaran yang
dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun 2011. Indikator
kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel berikut:
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1.
Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Kegiatan 158 162 102,5
2.
Jumlah Usulan Paten dan Hak Cipta Usulan Paten/Paten 6 6 100%
3.
Jumlah Makalah Ilmiah yang Dipublikasikan Pada Jurnal
baik di tingkat Nasional maupun Internasional dan
Laporan Ilmiah
Makalah 96 140 145,8%
4.
Jumlah Masukan/Rekomendasi Kebijakan Masukan/
Rekomendasi
43 43 100%
5.
Jumlah Pilot Plant/Demo Plant/Rancangan
Produk/Formula/ Rancang Bangun Penerapan
Teknologi Unggulan bidang Energi dan Sumber
Daya Mineral
Pilot Plant/Demo
Plant/Rancangan/Ra
ncang Bangun
31 31 100%
6.
Jumlah peta potensi geologi kelautan Peta 9 9 100%
7.
Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
kegiatan Jasa Penelitian dan Pengembangan
terhadap target APBN yang ditetapkan
Miliar Rp 57,85 47,138 81,4%
Tabel 5.88
Indikator Kinerja Sasaran 6 Penunjang
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM menetapkan 7 indikator kinerja beserta targetnya
seperti yang tertera pada tabel diatas untuk mengukur seberapa besar kinerja yang dapat
tercapai di bidang kelitbangan. Capaian kinerja di Bidang kelitbangan tahun 2011, secara rinci
diuraikan sebagai berikut :
1. Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Bidang Kelitbangan Kementerian ESDM di tahun 2011 ini melaksanakan Kegiatan penelitian dan
pengembangan dengan target 158 kegiatan, namun pada realisasinya dapat di laksanakan
sebanyak 162 kegiatan atau capaian kinerja indikator ini adalah sebesar 102,5%. Realisasi yang
melampaui target ini karena adanya efisiensi anggaran, yang kemudian dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan lainnya.
Diantara 162 kegiatan tersebut, terdapat hasil litbang unggulan, diantaranya adalah:
a. Bidang Minyak dan Gas Bumi:
1) Kajian Proyek Percontohan Penemuan Cadangan Tight Shale Gas Reservoir;
Kegiatan yang dilakukan merupakan kajian dan identifikasi potensi tight shale gas
reservoir yang terdapat di Cekungan Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan dengan
maksud untuk menemukan daerah-daerah prospek untuk dilakukan pemboran. Kegiatan
meliputi survey geologi lapangan dan evaluasi petroleum system. Hasil kegiatan berupa
peta-peta bawah permukaan yang mengindikasikan terperangkapnya gas pada batuan
prospek shale-gas.
Formasi yang prospek mengandung Shale
Gas di daerah Sumatra Utara adalah
batuan shale dari Formasi Bampo, Formasi
Belumai dan Formasi Baong.
Formasi Bampo menunjukkan kualitas
berpotensi shale gas yang baik, dengan
komposisi mineralogi yang cukup rapuh
dengan tingkat kerapuhan (BI) yaitu 0.70 -
0.74, mengandung material organik yang
sedang dengan TOC 0.76 - 0.84% dengan
tingkat kematangan mencapai matang
(Tmax 425
o
C & 440
o
C). Faktor yang
memperkecil kualitas adalah tingginya
kandungan smectite yang cukup besar (10 -
15%) yang mengakibatkan batuan dapat
Gambar 5.71. Sebaran Formasi Baong Top
Matang (milisekon)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
mengembang akibat terkena air yang nantinya akan menyumbat pori rekahan pada saat
fracturing.
Formasi Baong secara umum menunjukkan kualitas berpotensi shale gas cukup baik,
dicirikan oleh litologi yang umumnya batulempung, didominasi oleh kuarsa, lempung dan
kalsit, mengandung TOC cukup tinggi (0.63 - 1.4%) dengan tingkat kematangan
umumnya dikategorikan sebagai mendekati matang (Tmax 426 - 437
o
C), dan tingkat
kerapuhan yang cukup rapuh hingga rapuh sebesar 0.52 hingga 0.78. Pada beberapa
tempat kualitas Formasi Baong kurang baik dikarenakan tingginya kandungan smectite
(10 - 15%) yang mengakibatkan batuan dapat mengembang akibat terkena air yang
nantinya akan menyumbat pori rekahan pada saat Fracturing.
2) Pengembangan Tight Sand Reservoir dan Stratigraphic Trap Lapangan Migas Sumatera
Selatan
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan tambahan cadangan migas pada daerah
prospek dan lead yang terdapat pada lapangan Migas Sumatera Selatan.
Hasil pemetaan geologi bawah permukaan dan analisis perangkap stratigrafi trap
ditemukan beberapa kawasan prospek baru siap bor yang dihasilkan dari perangkap
stratigrafi trap sejumlah 5 (lima) kawasan prospek dengan luas area 26,886,220 m
2
, dan 2
(dua) kawasan prospek yang berasal dari tight sand reservoir dari batupasir Formasi
Talang Akar seluas 7,716,250 m
2
.
Gambar 5.72. Identifikasi Prospek Formasi Talang Akar
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
3) Kaji Ulang Data Geoscience Untuk Peningkatan Kualitas Informasi Wilayah Kerja Baru
Migas
Kegiatan dilakukan dengan menganalisis petroleum system, perhitungan sumberdaya
migas serta memberikan rekomendasi blok sebagai masukan/rekomendasi kebijakan
tentang hasil kaji ulang wilayah kerja migas.
Kaji ulang data geoscience bertujuan untuk meningkatkan penjualan Wilayah Kerja
Migas baru sehingga meningkatkan penerimaan devisa negara. Kaji ulang dilakukan
melalui tinjauan model dan evolusi tektonik cekungan, konsep sedimentologi dan
stratigrafi serta petroleum sistem dalam masing-masing wilayah kajian.
Setelah dilakukan kaji ulang, maka direkomendasikan beberapa blok untuk ditawarkan
kembali dengan melaksanakan tindak lanjut. Blok dimaksud antara lain Blok Arafura,
Blok South Bulungan, dan Blok Jangeru seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.89
Blok yang Direkomendasikan Untuk Ditawarkan Kembali
NAMA
BLOK
CEKUNGA
N
TIPE
CEKUNGAN
DATA PETROLEUM
GEOLOGI DAN
KEEKONOMIAN
TINDAK LANJUT
KUANTITAS KUALITAS
Arafura Aru Foreland Spasi
seismik
20 50 km
Nav.
Balancing
mistie.
sumur
referensi pd
setting geol
berbeda.
Keberadaan SR
blm meyakinkan
(fase gas lewat
matang). Migrasi
sblm terbentuk
perangkap
Pemetaan
paleogeografi dan
fasies.Pemodelan
dgn sumur
terdekat.Pemetaan
gravity konfigurasi
detail.
South
Bulungan
Tarakan Transtention
Transpression
4 Sumur, 2
dry Bbrp line
seis.
Sedang jelek Di bagian. Utara
masih
menjanjikan,
namun kurang
ekonomis.
Pemetaan Lead &
Prospek dan
penghitungan
Resource
Assesment.
Jangeru Lariang Extension
Basin Rift
Divergent
Tdk ada
sumur &
data seismik
- Play Neogen (Up.
Mios Pliosen).
Play Paleogen
memungkinkan
Pemetaan top
struktur Play
Neogen &
Paleogen dibuat
Lead & Prosp.
b. Bidang Mineral dan Batubara
1) Optimasi Proses Prototype Plant Coal Water Fuel
Tujuan kegiatan adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan CWF untuk
mendapatkan data optimum proses pembuatan CWF dengan batubara hasil upgrading
pada skala prototype plant, serta mendapatkan kontruksi burner dan tungku pembakar
CWF sebagai pengganti burner BBM.
Dari hasil percobaan optimasi pembuatan dan pembakaran CWF. dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
a. Proses penyalaan awal dibutuhkan pemanasan ruang bakar hingga mencapai 500-
600
o
C untuk dapat memasukkan CWF kedalam ruangan bakar harus dengan
pengaturan putaran motor pada frekuensi 7 Hz dengan kapasitas 35-45 kg/jam CWF.
b. Untuk dapat terjadinya pengkabutan dibutuhkan udara tekan 2.5 -3 bar
c. Pembakaran CWF yang terbaik dengan menggunakan spray burner 3 temperatur
tungku dapat mencapai >1121
o
C. Dalam proses ini masih terjadi sumbatan akan
tetapi relatif lama + dikarenakan adanya radiasi panas pada burner sehingga ada
sebagian CWF yang mengering yang dapat menyebabkan sumbatan.
2) Pengembangan Cold Model Fluidized Bed
Hasil yang dicapai adalah modifikasi desain distributor yang telah dilakukan
menghasilkan kinerja alat cold model fluidized bed yang lebih baik, di mana loopseal
dapat berfungsi mensirkulasikan pasir dengan baik. Hasil uji coba menunjukkan bahwa
kondisi bubbling dan circulating fluidization dapat tercapai, pasir dapat tersirkulasi
dengan baik pada laju alir udara ke riser sebesar 6 m/s.
Pasir dapat tersirkulasi dengan baik, namun laju sirkulasi pasir belum dapat ditentukan
disebabkan desain alat cold model fluidized bed belum sempurna. Pembagian loopseal
menjadi 2 bagian yaitu supply dan recyclechamber menyebabkan pasir tertumpuk di
recycle chamber dan riser, sehingga pasir tidak dapat tersirkulasi dengan sempurna.
Hasil gasifikasi batubara dengan pereaksi oksigen menunjukkan batubara Wara
menghasilkan komposisi gas H2 tertinggi, sementara komposisi gas CO untuk ketiga
batubara hampir tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengaruh pereaksi terhadap
komposisi gas terlihat sangat signifikan pada batubara PKN.
Grafik 5.46. Temperatur ruang bakar dengan menggunakan spray
burner 3
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Tabel 5.90
Perbandingan Komposisi Gas Produk Gasifikasi Batubara Penerapan dan
PKN Dengan Pereaksi Oksigen dan Oksigen/Steam
Batubara Pereaksi CO H2 CO2 CH4 C2H4 C2H6
Peranap Oksigen 33,6 17,5 34,6 12,5 0,7 1,1
Oksigen/steam 36,0 16,5 27,8 16,5 1,3 1,9
PKN Oksigen 34,6 9,4 43,3 11,0 0,7 0,9
Oksigen/steam 19,9 43,3 26,9 8,8 0,6 0,5
3) Pengembangan Proses Upgrading Batubara Peringkat Rendah (CDB)
Kegiatan pengembangan CDB pada tahun 2011 ini adalah menyiapkan peralatan
pulverized coal burner (tungku pembakaran batubara bubuk) dan rotary dryer sebagai
bagian dari peralat pilot plant CDB yang akan dibangun secara bertahap sampai dengan
tahun 2013. Pada kegiatan tahun 2011 ini juga dibahas mengenai beberapa teknologi
upgrading batubara dan keekonomian upgrading/pengeringan batubara dibandingkan
dengan blending batubara.
Kajian dibuat dengan tujuan mengetahui hambatan-hambatan teknis yang
menyebabkan penerapan teknologi pengeringan batubara di Indonesia masih belum
komersial dan memberikan usulan tentang upaya yang harus dilakukan untuk
mempercepat komersialisasi teknologi tersebut.
Pada tahun 2011 telah dilakukan desain, fabrikasi, konstruksi dan modifikasi pulverized
burner dan rotary dryer. Komponen alat pulverized burner terdiri dari screew feeder,
blower, ruang pembakaran dan
ruang pengenceran gas buang.
Ruang pengenceran gas buang
diperlukan untuk menurunkan
suhu gas buang dari pulverized
burner yang semula 900
o
C
menjadi sekitar 500
o
C. Gas buang
dengan suhu ini diperkirakan
cukup rendah untuk dipakai
sebagai energi pengeringan
batubara.
Gambar 5.73. Uji Coba Pembakaran Dalam Ruang
Bakar (Burner)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Kegiatan pengembangan pilot plant CDB ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut:
a. Identifikasi peralatan yang akan dipakai
b. Pembuatan Burner
c. Instalasi Peralatan Pilot Plant
d. Instalasi Peralatan Pilot Plant CDB
Hasil uji coba peralatan CDB menunjukkan burner telah berfungsi dengan baik begitu
juga rotary dryer tetapi aliran panas dari burner ke rotary dryer tidak berfungsi optimal.
Dugaan sementara adalah kapasitas exhauster kurang besar sehingga perlu dilakukan
modifikasi lanjutan yang akan dilakukan pada tahun anggaran 2012.
c. Bidang Ketenagalistikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
1) Pengembangan Peta Potensi Energi Baru Terbarukan Indonesia
Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan menyiapkan data dan informasi mengenai
potensi energi terbarukan dan menyajikannya dalam bentuk database berbasis peta
yang dapat diakses melalui website P3TKEBTKE, yang kegiatannya meliputi
pembuatan/pembangunan peta potensi energi terbarukan Indonesia dan membangun
database potensi energi terbarukan Indonesia berbasis peta (Peta Potensi EBT).
Database ini nantinya akan dapat diakses melalui website P3TKEBTKE,
menginventarisasi data hasil studi potensi EBT yang telah dilakukan oleh P3TKEBTKE
untuk komoditas energi angin, mikrohidro, biomasa, panas bumi dan surya, melakukan
studi potensi energi angin, mikrohidro dan biomassa untuk melengkapi data pada
daerah prospek yang belum memiliki data potensi. Database ini diolah dengan
menggunakan software WMS.8.3. Selain itu, diperlukan pula Arc Gis desktop 10, peta
digital, global mapper 12xx trial TOP, anemomoter dan perlengkapannya serta menara
ukur potensi angin.
Hal-hal yang telah dicapai dalam kegiatan tahun 2011 adalah instalasi alat ukur
kecepatan dan arah angin mulai awal Oktober 2011 di Desa Tegalsiwalan, Kec.
Tegalsiwalan, Kab. Probolinggo dengan hasil analisis data tgl 11 okt 12 nov 2011
menunjukkan arah angin dominan dari selatan dan hasil analisis data tgl 11 okt 12 nov
2011 menunjukkan kecepatan rata-rata pada 3 (tiga) ketinggian yang berbeda,
kecepatan rata-rata pada 20 m adalah 4.27 m/s, kecepatan rata-rata pada 30 m adalah
5.29 m/s dan kecepatan rata-rata pada 50 m adalah 6.55 m/s.
Selain itu dilakukan perbaikan existing sistem pengukur kecepatan dan arah angin. Di
Lokasi Tahuna, Sulawesi Utara, perbaikan sistem telah dilakukan dengan melakukan
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
penggantian data logger dan pemasangan PV modul untuk memastikan kontinuitas
suplai daya ke data logger. Di lokasi Lembeh, Sulawesi Utara, sistem memerlukan
perbaikan yaitu penggantian data logger.
Dari pengukuran kecepatan angin sesaat yang dilakukan di dua lokasi, yaitu Kabupaten
Serdang Bedagai, Sumatera Utara dan Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku
direkomendasikan pemasangan sistem pengukuran angin untuk mengetahui kecepatan
dan arah angin tahunan.
Hasil studi verifikasi data potensi mikrohidro di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi
Barat adalah PLTMH Kunyik berkapasitas 22,5 kW dan PLTMH Kurrak berkapasitas 15
kW. Sedangkan di Kabupaten Nagekeo, NTT adalah PLTMH Bela berkapasitas 16 kW,
PLTMH Mulakoli berkapasitas 28 kW, dan PLTMH Wolokisa berkapasitas 26 kW.
Verifikasi data dilakukan untuk pengukuran potensi biomassa di Kabupaten Serdang
Bedagai, Sumatera Utara dan Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku.
2) Pilot Project PLTG Landfill Kapasitas 10 Kw Di TPA Bengkala Singaraja Bali
Tujuan kegiatan ini adalah terbangunnya Pilot Project PLTG Landfill 10 kw. Sebagai salah
satu upaya dalam penyediaan energi menggunakan sumber energi setempat, khususnya
sumber energi terbarukan, termasuk pengelolaan dan pemanfaatan sampah yang
memanfaatkan gas metan untuk bahan bakar pembangkit. Lokasi kegiatan di TPA
Bengkala Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Pembangunan pilot project ini sedang berlangsung. Problema yang sering dihadapi oleh
PLTG Sampah adalah kontinuitas produksi gas metan. Kajian teknologi gasifikasi antara
sanitary landfill dan landfill cell termasuk eksplorasi dan eksploitasi gas landfill
menunjukkan bahwa komposisi gas metan rata-rata di TPA Bengkala pada semua sumur
(12 sumur) di Blok 2 adalah sebesar 33.88 persen, sedangkan rata-rata pada 6 sumur
(tidak termasuk 6 sumur yang telah di-release) adalah sebesar 48.35 %. Dengan
mempertimbangkan produktivitas dan komposisi gasnya yang tidak stabil dan
tercampurnya gas-gas lain yang tidak dapat terbakar serta nilai kalor spesifik gas
sampah yang rendah maka digunakan teknologi organic rankine cycle (ORC) dalam
sistem pembangkit listrik.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
d. Bidang Geologi Kelautan
1) Penelitian Potensi Energi Arus Laut sebagai EBT di Perairan Selat Molo, NTT
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa daerah ini cukup potensial dan memenuhi
syarat untuk penempatan turbin pembangkit listrik tenaga arus. Kedalaman maksimum
16 50 meter.
Berdasarkan distribusi harga kecepatan arus dari hasil pengukuran arus mobile
kecepatan arus rata-rata yang terukur 0,9 2,74 m/detik dengan kecepatan maksimum
yang terukur 4,95 m/detik. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran arus stasioner
menunjukkan , kecepatan arus tertinggi terjadi pada saat kondisi air pasang dan kondisi
air surut. Sedangkan kecepatan arus terendah terjadi pada saat kondisi air pasang
maksimum dan surut minimum (slack) dengan kecepatan maksimum yang terukur 1,85
m/detik.
Dalam penelitian dilakukan pengamatan terhadap distribusi data arah dan kecepatan
angin.
Tabel 5.71
Distribusi Kecepatan Arus Line-000
Kedalaman (m)
Kecepatan Arus
Minimum (m/s)
Kecepatan Arus
Maksimum (m/s)
Kecepatan Arus Rata-rata
(m/s)
2,75 1,51 3,15 2,34
3,75 1,57 3,02 2,35
4,75 1,6 3,25 2,39
5,75 1,77 3,56 2,42
6,75 1,76 3,1 2,41
7,75 0,46 3,22 2,42
Scrubber dan
Separator
Turbin
Kondensor
Gambar 5.74. Peralatan pendukung pilot project
Generator Boiler Panel
Kontrol
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
8,75 1,39 3,06 2,36
9,75 1,38 3,98 2,43
10,75 1,38 3,77 2,39
11,75 1,68 4,95 2,47
12,75 1,44 3,47 2,41
13,75 1,46 4,78 2,54
14,75 1,65 3,50 2,46
15,75 0,33 4,02 2,49
16.75 1,2 3,63 2,51
17,75 1,32 3,35 2,61
18,75 1,58 4,22 2,74
19,75 1,67 3,81 2,64
20,75 1,01 4,06 2,53
2) Kajian Indikasi Potensi Energi OTEC di Sulawesi Utara
Tujuan kajian adalah mendapatkan informasi data mengenai potensi energi samudera
yang dapat diberdayakan menjadi pembangkit listrik terutama di daerah-daerah yang
pertumbuhan ekonominya baik yang minim mendapatkan pasokan listrik.
Dari hasil kajian ini a diperoleh zona yang berpotensi untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut yang disesuaikan dengan data kependudukan di daerah yang menjadi
penempatan sistem OTEC tersebut.
Daerah kajian termasuk kedalam perairan terbuka yang mempunyai kedalaman laut
yang cukup dalam sehingga sangat cocok untuk penempatan sistem OTEC. Dari hasil
analisis data sekunder nilai T di seluruh wilayah Indonesia pada tiap musim berubah-
ubah, namun perubahan tersebut tidak terlalu jauh yang terlihat pada musim barat
(Desember, Januari, Februari).Pada musim timur (Juni, Juli, Agustus) terlihat bahwa
daerah di bagian selatan Jawa dan Laut Banda nilai T mengalami penurunan drastis.
Hal ini dikarenakan terjadinya upwelling di perairan Laut Banda dan selatan jawa.
Sementara di perairan Teluk Tomini dan Laut Sulawesi Utara T mengalami penurunan
sedikit, akan tetapi masih diatas 20. Hasil analisis ini menunjukan bahwa daerah kajian
sangat berpotensi untuk diban
gun sistem OTEC.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
2. Jumlah usulan paten dan hak cipta
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM melalui Badan Litbang ESDM berhasil merealisasikan
usulan paten dan hak cipta yang telah ditargetkan yaitu 6 buah paten di bidang minyak dan gas
bumi sebanyak 1 buah paten, mineral dan batubara sebanyak 2 buah paten, bidang
ketenagalistrikan sebanyak 1 buah paten, serta 3 buah hak cipta di bidang geologi kelautan.
Rincian paten/hak cipta yang dapat direalisasikan di tahun 2011 ini adalah sebagai berikut:
a) Bidang Minyak dan Gas Bumi
Usulan paten di bidang minyak dan gas bumi adalah Metode Formulasi Inhibitor Korosi dari
Limbah Industri Kelapa Sawit.
b) Bidang Mineral dan Batubara
Usulan paten dan hak cipta tahun 2011 di bidang mineral dan batubara kepada Direktorat
Hak kekayaan Intetelektual sebanyak 2 usulan, yaitu:
Gambar 5.75. Nilai T pada Musim Barat di Kedalaman 600 m, (Aghina drr 2011)
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
1. Pembakar Siklon Gasifikasi (Gasification Cyclone Burner)
2. Kokas pengecoran dari batubara non coking Indonesia
c) Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
Usulan paten dan hak cipta di bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan
Konservasi Energi adalah keluarnya usulan paten Komposisi Material Pelat Bipolar Fuel Cell
dengan nomor permohonan P00201100177 tanggal 23 Maret 2011.
d) Bidang Geologi Kelautan
Usulan paten dan hak cipta di bidang geologi kelautan kepada Direktorat Hak kekayaan
Intelektual sebanyak 3 usulan, yaitu:
1. Usulan HAKI Buku Katalog Foraminifera Perairan Indonesia
2. Usulan HAKI Buku Mineral Philipsit di Tinggian ROO - Samudera Hindia
3. Usulan HAKI Rancang Bangun Radio Link Telemetri Data Multiplex
3. Makalah Ilmiah yang dipublikasikan Melalui Jurnal baik di tingkat Nasional maupun
Internasional dan Laporan Ilmiah.
Jumlah Makalah yang berhasil dipublikasikan di tahun 2011 ini melebihi dari target yang
cukup tinggi hingga mencapai 145,8%, yaitu dari 96 makalah yang ditargetkan, terealisasi
sebanyak 140 makalah. Topik makalah ini terdiri dari makalah di bidang minyak dan gas bumi,
Mineral dan batubra, Ketenagalistrikan dan energi baru, serta bidang geologi. Rincian dari 140
makalah tersebut adalah sebagai berikut :
a). Bidang Minyak dan Gas Bumi
Makalah ilmiah bidang Minyak dan Gas Bumi dimuat dalam Lembaran Publikasi Minyak dan
Gas Bumi LEMIGAS Volume 45 Nomor 1 3 Tahun 2011 dan Scientific Contribution Oil
and Gas Volume 34 Nomor 1 - 3 Tahun 2011. Makalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meramu Bensin Ramah Lingkungan Dengan Pemanfaatan Butanol
2. Penanggulangan Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Di Area Kilang (Refinary Unit)
Menggunakan Teknik Bios
3. Potensi Pengembangan CNG Darat (Terestial CNG) di Indonesia
4. Pembuatan Bahan Bakar Minyak Solar 48 Bertitik Nyala Minimum 55 C dan 52 C Melalui
Cutting Distillation
5. Rancang Bangun Adsorben Mercuri Removal
6. Evaluasi Metode Estimasi Viskositas Kinematik Campuran Biner Base Oil Dan Aditif
Viscocity Modifiers (VMs)
7. Cadangan Strategis Minyak untuk Keamanan Energi Indonesia
8. Analisis Tingkat Penguapan pada Minyak Lumas Transmisi
9. Pemanfaatan Bakteri Thiobacillus Thioparus untuk Mendegradasi Kandungan Sulfur dalam
Gas Alam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
10. Penggunaan Infra Red Oil Analyser Untuk Memantau Kondisi Minyak Lumas Mesin Diesel
11. Rancangan Dasar Perhitungan Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Karbon pada
Struktur Baja Anjungan Minyak di Lingkungan Air Laut
12. Potensi Pengembangan EOR untuk Peningkatan Produksi Minyak Indonesia
13.Geologi Pengideraan Jauh dalam Studi Evaluasi Lahan Migas di Cekungan Kutei Atas
Bagian Utara
14.Injeksi Surfaktan Polimer dengan Pola Quartered Five Sport pada Reservoir Minyak
15.Efek Berat Molekul Polietilen Glikol (PEG) pada Membran Solusa Asetat terhadap
Selektifitas Pemisahan Gas CO
2
/CH
4
16. Pemodelan Sekuestrasi Gas CO
2
pada Saline Aquifer dengan Mekanisme Perubahan Fase
dan Alterasi Mineral
17.Gas Alam untuk Bahan Bakar Gas dan Bahan Baku Petrokimia
18. Pemilihan Umpan Kilang Berdasarkan Pendekatan Jenis Minyak Bumi dan Yield Distilasi
19. Efisiensi Katalitik Konverter Dalam Mengurangi Emisi Karbon Monooksida dan Unburn
Hydrocarbon pada Bahan Bakar Bensin 88
20.Oksidasi Katalitik Karbon Monosikda pada Katalis Pt-Zeolit Alam Berpromotor Serium
21. Pengujian Kinerja Terbatas Minyak Solar Bertitik Nyala 55
o
C pada Multicylinder Test
Bench
22.Fluida Incompressible Sebagai Penyalur Tenaga dalam Sistem Hidrolik Tertutup
23. Perbandingan Biaya pada Teknik-Teknik Remediasi Tanah Tercemar Minyak Bumi
24.Pengaruh Mutu Bahan Bakar Diesel terhadap Pembentukan Emisi Partikulat Pada
Kendaraan Bermotor
25.Upaya Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Bangunan Hijau
26.Prediksi Jumlah Emisi CO
2
dari Kegiatan Transportasi Khusus Kereta Api dan Upaya yang
Bisa Dilakukan untuk Mengurangi Emisi
27.Kelayakan Pemanfaatan Gas Metana Batubara Untuk Pembangkit Listrik
28.Prediksi Kecepatan Gelombang S (Shear Wave) dengan Batas Hashin Sthrikman
Menggunakan Metoda Lee
29.Analisis Potensi Sumber Daya Hidrokarbon Cekungan Upper Kutai Bagian Selatan
Kalimantan Timur
30. Membangun Sistem Informasi Mikroba dan Nutrisi Potensial untuk Meor berbasis Database
31.Pengaruh Penambahan Aditif MX-1 dalam Minyak Solar 48 terhadap Perubahan Sifat-Sifat
Fisika/Kimia Utama dan Kinerja Mesin
32. Analisa Kerusakan Komponen Mesin Diesel Melalui Uji Fisika Kimia Minyak Lumas API CF-4
33. Development of Wright Blending Method in Viscocity Estimation of Liquid-Binary Mixture of
Base Oil and Olefin Copolymers (OCPs)
34.Tehnology Challenges in Indonesia Oil and Gas Development
35.Irreducible Water Saturation and ITS Governing Factors: Characteristics of Some
Sandstones in Western Indonesia
36. Reduction of Bacteria Cells Viability in Injection Water Using Ammonium Chloride
37.Environmental Study On Co2 Storage In The Deep Sea: An Overview
38. CO
2
Storage Capacity Estimation of Depleted Oil and Gas Reservoirs in Indonesia
39. The Effect of Biocides Addition Againts Morphology any Size Distribution of Bacteria Cells
in Injection Water
40.The Jurassic-Cretaceous Paleogeography of The Sula Area, North Maluku
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
41.Oxidation Stability Improvement For Jatropha Biodiesel To Meet The International
Standard For Automotive Applications
42.Extraction of Naphthenic Acid from Indonesian Crude Oils by Methanol-Ammonium
Solution
43. Oligocene Palynological Zonation Scheme From East Java Sea
44.Rock Wettability Characteristics of Some Indonesian Limestones
45.Risks Analysis of Carbon Dioxide Storage in Geological Formations
46.Polymer Properties Determination For Designing Chemical Flooding
47.The Imprortance of Litho-Facies Distinection in Determining The Most Representative
Cementation Factors for Well-Log Evaluation: An Old Issue Persistently Neglected
48.Ranking of Indonesia Sedimentary Basin and Storage Capacity Estimates For CO2
Geological Storage
49.A Review of Biodiesel Development in Indonesia: Current Status, Future Potential And Its
Impact on The Environment
50.Characterization of Thermal Precipilator in Smoke Collector by Using Particle Counter
51.Comparison Valve Deposit Formed on Diesel Engine Caused by Biodiesel and Petroleum
Diesel Fuel
b) Bidang Mineral dan Batubara
Makalah Ilmiah ini dimuat dalam Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 7 Nomor 1-
4 Tahun 2011, Indonesian Mining Journal Volume 14 Nomor 1-3 Tahun 2011 , Jurnal Badiklat.
Makalah dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Peluang dan tantangan Peningkatan Nilai tambah Batubara
2. Analisis Dampak Profitabilitas Pengusahaan Batubara Kalori Rendah terhdap Rencana
Penurunan Biaya DHBP bagi Pengusaha dan Pemerintah
3. Karakterisasi Mineral Ampas Pengolahan Bijih Emas Pongkor
4. Pembuatan bahan Refraktori Alumina dari Residu Bauksit
5. Penggunaan Metode Statistik K-Means Clustering pada Analisis Peruntukan Lahan Usaha
TambangBerbasis Sistem Informasi Geografi
6. Estimasi Biomassa Hutan Sekunder dan Daerah Reklamasi Menggunakan Teknologi
Inderaja dan Sistem Informasi Geografi
7. Kelayakan Usaha Pembuatan Batako, Paving Block dan Bata Merah Berbahan Baku Limbah
Hasil Pembakaran Batubara
8. Evaluasi Sistem Otomatisasi Pencadangan Wilayah Pertambangan Berbasis Sistem
Informasi Geografis di Dinas Pertambangan dan Energi Kota Kupang
9. Produksi, Konsumsi Semen dan Bahan Bakunya di Indonesia Periode 1997 2009 dan
Prospeknya 2010 2015
10. Runtunan Stratigrafi Sedimen Holosen Keterkaitannya dengan Kasiterit di Lepas Pantai
Tenggara P. Singkep, Kepulauan Riau
11. Eliminasi Oksida Besi dari Kaolin Nagreg dengan Metode Pemisahan Cairan-Cairan
12. Pembuatan dan Pembakaran CWF dari Batubara Hasil Proses Upgrading
13. Prospek Pengembangan Usaha Pembuatan Briket Batubara di Sumatera Barat Guna
Mengatasi Kelangkaan Minyak Tanah (Analisis Supply, Demand dan Finansial)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
14. Biooksidasi Galium Sulfida Menggunakan Kultur Campuran Acidithiobacillus Ferrooxidans
dan A. Thiooxidans
15. Analisis Stabilitas Tanggul, Desain Rawa dan Lereng Tambang untuk Mendukung Operasi
Penambangan
16. Controll of Illegal Mining (PETI) in Indonesia: Policy and Program
17. Improvement of Low Rank Coal Properties by Various Upgrading Processess
18. Production of Activated Carbon from Subbituminous Coal Using Rotary Kiln and Cyclone
Burner
19. Toxicology Test on Coal Ash from Asam-Asam Coal Fired Power Plant, Tanah Laut South
Kalimantan
20. De-Zincing of LeadCopper Sulphide Minerals Flotation
21. Mineralogical Characters of Karang Paningal Epithermal Vein Deposits, West Java
22. Geologic Aspects Controlling Maceral and Mineral Matter Content of Satui Coals - South
Kalimantan
23. The Effect of Hydrogen Pressure on the Preparation of Artificial Caking Coal for Coke Binder
24. Extraction of Pottasium from Feldspar and Leucite by Two Different Activation Methods:
Mechanical Activation (Milling) and High Temperature Activation (Roasting)
25. Structural Changes of Pomalaa Lateritic Ore due to Coal-Based Magnetizing Roasting
26. Upgrading Of Indonesias Bauxite By Washing Method
27. The Effect Of Bokashi Bottom Ash (Coal Combustion Waste) Dosage On The Growth And
The Heavy Metal Pb Content Of Vetiver Grass (Vetiveria Zizanioides)
28. Preliminary Study Of Particle Size Measurement Of Fine Phosphate Rocks Using Dynamic
Light Scattering Method
29. Leaching Of Lead From Anode Slime By Ammonium Acetate Solution
30. Effects Of Temperature And Nutrient Feed Onthe Production Of Oxalic Acid By Aspergillus
Niger
c) Bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
Makalah Ilmiah di bidang Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi
dimuat dalam Majalah Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan diterbitkan 2 kali dalam 1
tahun, yaitu di bulan Juni dan Desember. Judul-judul makalah tersebut yaitu:
1. Metode Penentuan Nilai Frekuensi Dan Nilai Kapasitor Minimum Generator Induksi Phasa
Tiga Berpenguatan Sendiri
2. Micro-Grid PLTS Untuk Menjaga Kualitas Daya Industri
3. Analisis Kandungan Energi Fluida Panas Bumi Entalpi
4. Dampak Biologis Limbah Bahang Terhadap Biota Perairan Di Sekitar Pembangkit Listrik
Tenaga Uap Suralaya
5. Boiler Mini Tekanan Rendah Berbahan Bakar Sampah Perkebunan Untuk Pembangkit Listrik
6. Perhitungan Emisi Biodiesel Dari Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar Untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel
7. Pengaruh Konsentrasi Ion Bikarbonat Larutan Penjerab Terhadap Efisiensi Penjerab Sistem
Bio-FGD PLTU Batubara
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
8. Penentuan Debit Andalan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Dengan Metode Turc And
Solomon (Studi Kasus: PLTMH Puppuring, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar,
Provinsi Sulawesi Barat)
9. Prospek Pemanfaatan Biogas Dari Pengolahan Air Limbah Industri Tapioka
10. Karakteristik Asam Lemak Mikroalga Untuk Produksi Biodiesel
Sedangkan laporan ilmiahnya, yaitu:
1. Perancangan dan pembuatan sel tunam berbahan dasar polimer
2. Penelitian dan pengembangan Energi Angin untuk pembangkit listrik tenaga angin kapasitas
menengah
3. Penelitian dan pengembangan teknologi reservoir panas bumi
4. Penelitian dan pengembangan mikroalgae sebagai bahan baku biodisel
5. Pengembangan sistem gasifikasi biomasa untuk gas bakar dan gas sintesis
6. Optimasi proses fermentasi limbah industri tapioka sebagai sumber biogas
7. Analisis kinerja sistem photovoltaic (PV) mikrogrid
8. Kajian pemanfaatan energi arus laut sebagai pembangkit listrik tenaga arus laut
9. Penelitian dan pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi
10. Penelitian dan pengembangan jaringan distribusi sistem terisolasi
11. Uji kinerja electronic load controller pada pembangkit listrik mikro hidro
12. Penelitian dan pengembangan teknologi solar tracker pada PLTS
13. Kajian konsumsi energi pemanfaat tenaga listrik
14. Pemanfaatan gas metan dari sanitary landfill untuk bahan bakar dan pembangkit listrik
15. Penelitian boiler mini tekanan rendah berbahan biomasa sebagai pembangkit listrik dan
pengering hasil pertanian/perkebunan
d) Bidang Geologi Kelautan
Makalah Ilmiah di bidang geologi kelautan dimuat dalam Jurnal Geologi Kelautan Nomor 1 2
Tahun 2011 dan Bulletin of The Marine Geology Nomor 1 -2 Tahun 2011 Judul-judul makalah
tersebut yaitu:
1. Fenomena Sediment Cloud di Perairan Tanjung Pontang, Banten
2. Abrasi Pantai dan Pendangkalan Kolam Pelabuhan Jetty Pertamina, Balongan Indramayu
melalui Analisis Arus Pasang Surut, Angin, dan Gelombang
3. Morfologi Dasar Laut Kaitannya dengan Proses Abrasi Pantai di Perairan Pulau Marore,
Sulawesi Utara
4. Penggunaan Metode Analisis Sinyal dalam Interpretasi Data Magnet di Perairan Selat Sunda
untuk Menentukan Arah dan Posisi Pipa Bawah Laut
5. Tinjauan Aspek-aspek Pembangunan yang Mempengaruhi Dampak Lingkungan Kawasan
Pesisir dan Laut
6. Pola Sebaran Gas Charged Sediment Dasar Laut di Perairan Sidoarjo, Jawa Timur
7. Kajian Identifikasi Infrastruktur Jaringan Pipa Migas Bawah Laut di Perairan Sebelah Utara
Provinsi Banten
8. Model 2D Pengaruh Gaya Horisontal Arus Pada Pemecah Gelombang di TPI Pancer Jawa
Timur
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
9. Pola Anomali Magnet Lokal dari Aplikasi Trend Surface Analysis (TSA) pada Pemetaan
Geologi Kelautan Bersistem di Perairan Selat Malaka Sumatera Utara
10. Foraminifera Perairan Balikpapan, Kalimantan Timur: Lingkungan Pengendapan dan
Pengaruhnya
11. Identification of Hard Rock Based on Shallow Seismic Interpretation and SPT Test for
Foundation of Bridge at Balang Island, Balikpapan Bay, East Kalimantan
12. Lihostratigraphic and Sedminetological Significants of Deepening Marine Sediments of the
Sambipitu Formation Gunung Kidul Residence, Yogyakarta
13. Abnormal Microfaunal Shells as Early Warning Indicator of Enviromental Changes
Surrounding Berau Delta, East Kalimantan
14. Fault Pattern and Active Deformation of Outer Arc Ridge of Northwest of Simeuleu Island,
Aceh, Indonesia
15. Abrasion Wave Obstructs Tourism Development in Coastal Regions of Binuanagen, Lebak-
Banten
16. The Influence of Sea-Level Changes on Sea-Bottom Morphology of Singkawang Waters West
Kalimantan Based on Analyses of Bathymetric and Seismic Data
17. Diagenetics Features of Paleo Lagoonal Reef of Tacipi Area, South Celebes
18. Sedimentation Rate Based on Oceanographic Parameters Reviews in Estuary of Kapuas,
Central Kalimantan
19. The Characteristic of Surficial Sediment Based on The Heavy Mineral Content at
Karangasem, East Bali Waters, Bali Province
20. Sand Distribution Modeling of Middle Miocene Reservoir of "East Tarakan a Field" in Eastern
Part of Tarakan Island, East Kalimantan
4. Jumlah masukan/rekomendasi kebijakan
Jumlah rekomendasi kebijakan yang ditargetkan oleh Kementerian ESDM , pada tahun 2011
adalah sebanyak 43 rekomendasi. Seluruh rekomendasi yang diragetkan dapat direaliasikan
atau dengan nilai capaian sebesar 100%. Rincian realisasi masukan/rekomendasi kebijakan
tahun 2010 adalah seperti diuraikan di bawah ini:
a) Bidang Minyak dan Gas Bumi
1. Pengembangan Basis Data Potensi CBM Di Indonesia (Cekungan Kutai)
2. Proyek Percontohan Penemuan Cadangan Tight Shale Gas Reservoir
3. Evaluasi Lahan Migas Cekungan Spermonde, Sulawesi Selatan
4. Pengembangan Tight Sand Reservoir dan Stratigraphic Trap Lapangan Migas Sumatra
Selatan
5. Penanganan Air Terproduksi Hasil Dewatering Sumur-Sumur CBM Di Sumatera Selatan
6. Konversi Katalitik Limbah Plastik Menjadi Senyawa Fraksi Gasoline
7. Pengaruh Kegiatan Industri Migas Terhadap Sumber Daya Hayati Perairan
8. Emisi CO2 Disektor Energi
9. Peningkatan Kualitas Biodiesel Dengan Pengembangan Teknologi Proses Pengolahan
Produksi Biodiesel
10. Pemanfaatan Mikroalga Untuk Reduksi CO2 Dengan Energi Alternatif Sebagai Hasil
Sampingnya
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
11. Studi Aplikasi dan Pengembangan Kinerja Bahan Bakar Alternatif Biofuel untuk
Transportasi, Industri dan Rumah Tangga
12. Studi Hubungan Kandungan Oksigenat dan Oksegen dalam Bensin untuk Pengembangan
Spesifikasi
13. Evaluasi Lahan Migas Daerah Barakan, Maluku
14. Kegiatan Evaluasi Model Fiskal Pengembangan "Coal Bed Methane" (CBM)
15. Dampak Kenaikan Harga BBM dan LPG Terhadap Struktur Perekonomian Indonesia
16. Penelitian Model Teknik Desorpsi Gas Metana Batubara
17. Kajian Survey Pengumpulan Data dlam Rangka Verifikasi Komponen-Komponen Harga LPG
PSO
18. Kaji Ulang Data Geoscience Untuk Peningkatan Kualitas Informasi Wilayah Kerja Baru
Migas
19. Koordinasi Tim Perubahan Iklim
20. Screening EOR Injeksi CO2 Lapangan -Lapangan di Cekungan Sumatra Selatan
21. Pengembangan Infrastruktur SPBG Daughter untuk Konversi BBG Angkutan Kota di
Jakarta Selatan
b) Bidang Mineral dan Batubara
1. PNT Mineral
2. PNT Batubara
3. Batubara untuk Listrik
4. Tindak lanjut laporan gugus tugas renegosiasi KK/PKP2B dan PNT
5. Evaluasi dan penilaian pelaksanaan konservasi dan diverifikasi energi pada balitbang ESDM
6. Evaluasi studi kelayakan peningkatan produksi batubara PT. Mahakam Sumberdaya di
Ditjen Minerba
7. Evaluasi studi revisi studi kelayakan PT. Karya Bumi Baratama Ditjen Minerba
8. Evaluasi studi revisi studi kelayakan PT. Riau Bara Harum Ditjen Minerba
9. Evaluasi studi revisi studi kelayakan PT. Yamabumi palaka Ditjen Minerba
10. Evaluasi studi kelayakan peningkatan produksi batubara PT. Bangun Banua Persada
Kalimantan di Ditjen Minerba
11. Evaluasi revisi studi kelayakan blok Musirawas PT. Karya Bumi Baratama di Ditjen Minerba
12. Evaluasi revisi studi kelayakan produksi batubara PT. Tanjung Alam Jaya di Ditjen Minerba
13. Evaluasi revisi studi kelayakan produksi batubara PT. Borneo Indobara di Ditjen Minerba
c) Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
1. Pengembangan sistem gasifikasi biomasa untuk gas bakar dan gas sintesis
2. Kajian konsumsi energi pemanfaat tenaga listrik
3. Studi pembebanan Lampu Hemat Energi Terhadap Kualitas Daya
d) Bidang Geologi Kelautan
Potensi ESDM Dasar Laut di Landas Kontinen Indonesia di Luar 200 Mil Laut di Perairan Aceh
Barat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.76. Diagram rencana pengembangan alat
5. Jumlah pilot plant dan demo plant atau rancangan produk rancang bangun penerapan
teknologi unggulan bidang energi dan sumber daya mineral.
Pada tahun 2011 ini, Kementerian ESDM mentargetkan 31 pilot plant dari berbagai bidang, target
tersebut seluruhnya dapat direalisasikan atau dengan kata lain capaian kinerja adalah sesuai target
sebesar 100%. Rincian dari 31 pilot pnat masing-masing bidang adalah sebagai berikut:
a) Bidang Minyak dan Gas Bumi
1. Pembuatan Surfaktan untuk Aplikasi Pendesakan Minyak dengan Injeksi Kimia (Lanjutan)
2. Aplikasi Nanoteknologi dan Bioengineering untuk Peningkatan Perolehan Minyak
3. Studi Pengembangan Formula Pelumas Industri
4. Percontohan Tabung ANG untuk Rumah Tangga
5. Pengembangan Teknologi Ultrasonography Untuk Aplikasi Industri Bidang Migas
6. Rancang Bangun Adsorben Komponen Korosif Gas Bumi
Contoh salah satu pilot plant yang berhasil di laksanakan adalah Pengembangan Teknologi
Ultrasonography Untuk Aplikasi Industri Bidang Migas sebagai berikut:
Tujuan kegiatan adalah menentukan desain dan prototype peralatan well inspection
berbasis teknologi Ultrasonography.
Pada penelitian tahap I ini
sistem yang telah berhasil
direkayasa adalah bagian dari
sistem yang lebih lengkap
dengan range jarak efektif 6
cm ke dinding, temperatur
sensor yang sudah diuji adalah
30 150 degC, dan untuk
kemampuan tekanan yang
diijinkan terhadap sensor
masih tekanan atmosfer.
Subsistem ini telah
menunjukkan bahwa pantulan
dinding sumur dapat dideteksi
dan dikonversi menjadi
data digital. Setelah itu
pantulan harus diusahakan agar tidak hanya pada satu titik tetapi dapat dibuat pada
ratusan bahkan ribuan titik (pixel) yang mewakili dinding sumur. Untuk pantulan vertikal
harus dengan sensor dengan frekuensi yang lebih tinggi dan kemampuan jarak lebih jauh.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sensor yang ada dimensinya masih terlalu besar sehingga belum memenuhi syarat untuk
skala lapangan .Untuk pemilihan bahan sampai tahun -1 ini masih pada bahan tahan karat
stainless steel.
Dengan penguasaan teknologi Ultrasonography ini di harapkan akan memecahkan salah
satu masalah penurunan produksi migas nasional dan memberikan manfaat bagi
pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak nasional dan pengembangan SDM di
bidang Migas.
b) Bidang Mineral dan Batubara
1. Pengembangan Proses UBC Skala Pilot Sebagai Pendukung Operasional Proses UBC Skala
Percontohan & Persiapan UBC Skala Komersial;
2. Percontohan Pengolahan Zeolit dan Bentonit, Jawa Barat;
3. Percontohan Pembuatan Pupuk Majemuk Skala Pilot Plant (lanjutan);
4. Percontohan Aplikasi Proses Upgrading Bauksit dan Tailing, Pencucian Bauksit, Jawa
Barat;
5. Percontohan Penelitian Pengolahan Emas dengan Sianidasi dan Cil Adsorption Skala Plitot
Plant.
6. Pengembangan Prototype Plant Kokas Dengan Bahan Bakar Batubara;
7. Optimasi Produksi Karbon Aktif Berbasis Batubara;
8. Pengembangan Proses UBC Skala Pilot Sebagai Pendukung Operasional Proses UBC Skala
Percontohan & Persiapan UBC Skala Komersial;
9. Pengembangan Konveyor Nyumatik Terintegrasi Dengan Preheated Udara Pembakar
Untuk Pembakar Siklon.
10. Rancang Bangun Otomatisasi Sistem Pengambilan Data "Pumping Test"
11. Rekayasa borholle wall imaging system untuk penentuan struktur batuan
12. Rekayasa dan Rancang Bangun Peralatan Otomatisasi untuk Mendukung Efisiensi &
Keselamatan Kerja
13. Rancangan Alat Untuk Mendeteksi Gas Metana Pada Tambang Batubara Bawah Tanah
Dengan Teknologi Sinar Infra-Merah
Contoh salah satu pilot plant yang berhasil di laksanakan adalah Prototipe Pembakar Siklon
Dengan Integrasi Konveyor Nyumatik Dan Pembakar Preheated Pengelolaan Abu
Tujuan kegiatan adalah meningkatkan kinerja pembakar siklon dengan didukung konveyor
nyumatik dan sistem kontrol abu sehingga meminimalkan kendala penanganan buangan
abu dan meningkatkan pangsa pasar dari pembakar siklon.
Efisiensi energi dari teknik konveyor nyumatik telah dapat ditingkatkan lagi menjadi 2,67%
dibanding percobaan sebelumnya yang baru mencapai 0,49%. Hal ini terutama disebabkan
telah dilakukan peningkatan efisiensi energi transpor dari peniup udara antara, yaitu yang
posisinya antara pengumpan dan peniup udara pada pembakar siklon. Peningkatan
efisiensi energi ini berdasarkan pada fungsi peniup udara antara ini yang hanya bertugas
memindahkan tepung batubara, tidak ukut berugas untuk memasukkan tepung batubara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.77. Setting Prototipe Pembakar Siklon yang Terintegrasi dengan Sistem Konveyor Nyumatik
ke dalam pembakar siklon yang memerlukan energi yang besar karena tepung batubara
harus masuk secara tangensial dan berpusar beberapa kali dalam silinder siklon.
Dengan telah berhasilnya disusun rangkaian konveyor nyumatik ini maka pengintegrasian
gilingan ke dalam sistem menjadi lebih mudah dilakukan karena dalam gilingan yang
digunakan terdapat kompartemen peniup yang tugasnya meniup keluar butir-butir
batubara yang telah tergiling halus sampai -30 mesh. Selanjutnya tepung batubara ini
diterima peniup udara antara yang akan mengestafetkan tepung tersebut ke peniup udara
antara selanjutnya menuju ke pembakar siklon.
Dengan diintegrasikannya gilingan ini maka industri tidak perlu lagi menangani tepung
batubara yang cukup merepotkan karena masalah debunya. Jadi industri dapat langsung
menggunakan batubara curah yang dapat diumpankan ke gilingan dan selanjutnya dapat
ditranspor dari jarak jauh menuju unit pembakar siklon dalam ruang pabrik.
c) Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan
1. Perancangan dan pembuatan sel tunam berbahan dasar polimer (PEMFC)
2. Integrasi Sistem PLT Angin skala 100 kW
3. Pengembangan mikroalgae sebagai bahan baku biodiesel
4. Rancangan detail pembangunan gasifikasi biomasa tipe circulating fluidized bed
5. Pengembangan Peta Potensi EBT di Indonesia
6. Pembuatan Cetak Biru Desain PLTP Sistem Binari
7. Pengembangan Solar Tracker
8. Optimalisasi Kinerja Grid Connection dengan Multilevel Inverter
9. Pengembangan sistem gasifikasi biomasa untuk gas bakar dan gas sintesis
Berikut salah satu pilot plant/rancang bangun tersebut:
Rancangan Detail Pembangunan Gasifikasi Biomasa Tipe Circulating Fluidized Bed
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Gambar 5.78. Konfigurasi Sistem Gasifikasi Biomasa Circulating Fluidized Bed
Uji kinerja gasifikasi biomasa di Purwakarta telah dapat dioperasikan dengan bahan baku
arang batok, serbuk gergaji, dan sekam padi, dan sudah dapat menghasilkan gas yang
mampu bakar selama 5 jam serta telah dihasilkan rancangan sistem gasifikasi tipe
circulating fluidized bed kapasitas 100 kg dalam rangka pengembangan gasifikasi biomassa
untuk produksi gas sntesis.
Kegiatan perancangan teknis unit gasifikasi biomassa untuk gas sintesis tipe circulating
fluidized bed kapasitas 100 kg/jam umpan biomassa berupa gambar detail desain gasifikasi
circulating fluidized bed, layout dan isometric layout peralatan, proses
perhitungan/pemilihan peralatan, data dukung berupa price list dari peralatan-peralatan
yang akan digunakan membangun unit-unit yang tercantum dalam desain tersebut. Pada
Error! Reference source not found. berikut adalah konfigursi peralatan tersebut.
d) Bidang Geologi Kelautan
1. Rancang Bangun Sistem Peralatan Pengambilan Foram Plankton
2. Rancang Bangun Pengatur Gulungan Streamer
3. Rancang Bangun Float Tracking
Berikut salah satu pilot plant/rancang bangun tersebut:
Rancang Bangun Sistem Peralatan Pengambilan Foram Plankton
Pengambilan plankton pada rancang bangun ini menggunakan metoda sampling secara
miring (obelique) dengan tujuan untuk mendapatkan sampel plankton yang terperangkap
dari berbagai lapisan air. Konstruksi plankton nets dengan double nets bertujuan untuk
mendapatkan sample yang lebih banyak dan backup nets. Pengembangan ke depan dengan
penambahan flowmeter dengan tujuan ketelitian pengukuran jumlah air tersaring dengan
mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
6. Jumlah peta geologi kelautan
Kementerian ESDM ditahun 2011 ini menetapkan target pembuatan peta geologi kelautan
sebanyak 9buah peta, seluruh peta dapat direalisasikan atau capaian kinerja sebesar 100%. Jumlah
9 peta tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Peta geologi kelautan yang dihasilkan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1215 (Selat Karimata)
2. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1315 (Pontianak)
3. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1812 (Kota Baru)
4. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1316 (Singkawang)
5. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 1412 (Matua)
6. Peta Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut Perairan Lembar 0817-0818 (Bagansiapiapi)
7. Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1312 (Laut Jawa)
8. Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1412 (Matua)
9. Peta Anomali Magnet Total Perairan Lembar 1312 (Tg. Puting)
7. Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) kegiatan Jasa Penelitian dan
Pengembangan terhadap target APBN yang ditetapkan
Indikator kinerja output
untuk pencapaian sasaran
ini yaitu Penerimaan
Negara Bukan Pajak
(PNBP). Realisasi
Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) sebesar Rp
Rp. 47.138.657.927,- (sekitar
76%) dari rencana Rp.
57.850.867.000,- yang
berasal dari pendapatan
jasa teknologi, dengan
rincian sebagai berikut:
1) P3TMB tekMIRA : Rp. 1.964.835.050,-
2) P3TMGB LEMIGAS : Rp. 45.129.799.217,-
3) P3TKEBTKE : Rp. 44.023.660,-
Grafik 5.47. Realisasi PNBP di lingkungan Badan Litbang ESDM
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Sasaran 7 : Perwujudan Sumber Daya Manusia Sektor ESDM Yang Profesional, Berdaya
Saing Tinggi Dan Bermoral
Keberhasilan dan/atau tidak tercapainya target sasaran ini diukur melalui pencapaian 8 indikator
kinerja sasaran yang dikembangkan dari indikator kinerja program/kegiatan rencana kinerja tahun
2011. Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam tabel
berikut :
No. Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian
1. Jumlah penyelenggaraan diklat dalam
setahun
Diklat 545 613 112,47
2. Jumlah jenis diklat sektor ESDM yang
diselenggarakan
Jenis 14 14 100,00
3. Jumlah peserta diklat yang selesai
mengikuti diklat di Badan Diklat ESDM
Orang 14.625 12.894 88,16
4. Jumlah lulusan pendidikan formal tingkat
Diploma I, II, III, dan IV PTK AKA Migas
Orang 250 248 99,20
5. Jumlah SDM yang ditingkatkan
kemampuannya
Orang 2.379 3.000 126,10
6. Jumlah NSPK yang ditetapkan dan
diberlakukan
NSPK 636 803 126,26
7. Jumlah Lembaga Diklat Pemerintah/Profesi
(LDP) yang terakreditasi sebagai
penyelenggara Diklat Teknis
LDP 8 9 112,50
8. Jumlah sarana diklat yang terakreditasi
standar mutu
Unit 8 8 100,00
9. Jumlah kerjasama diklat yang
diimplementasikan
Buah 133 143 107,52
10. Jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan Terbitan 17 6 35,29
Tabel 5.92
Indikator Kinerja Sasaran 7 Penunjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
1. Jumlah penyelenggaraan diklat dalam setahun
Realisasi penyelenggaraan diklat pada tahun 2011 melebihi target dengan capaian sebesar
110,9%, hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah diklat untuk Aparatur yang cukup
tinggi yaitu mencapai 233 diklat serta diklat untuk industri/masyarakat sebanyak 192 diklat.
2. Jumlah jenis diklat sektor ESDM yang diselenggarakan
Pada tahun 2011 ini realisasi diklat yang diselenggarakan sesuai dengan target 100%.
3. Jumlah peserta diklat pada Badan Diklat ESDM
Jumlah peserta diklat bidang ESDM yang selesai mengikuti diklat yaitu sebanyak 12.894
orang peserta dari target sebanyak 14.625 orang peserta, atau capaian kinerja adalah
88,16%. Tidak tercapainya target disebabkan karena beberapa peserta diklat tidak
memenuhi persyaratan. Sehingga kelebihan anggaran dimanfaatkan ke program diklat lain.
4. Jumlah lulusan pendidikan formal tingkat Diploma I, II, III, dan IV
Jumlah lulusan pendidikan formal pada PTK AKA Migas pada tahun 2011 ini sebanyak 248
orang mahasiswa, jumlah ini sedikit dibawah dari jumlah yang ditargetkan yaitu 250 orang
mahasiswa, atau capaian kinerja sebesar 99,2%
5. Jumlah SDM yang ditingkatkan kemampuannya
Pada tahun 2011 ini, jumlah SDM yang ditingkatkan kemampuannya melalui penyertaan
diklat, pemagangan, bimbingan teknis, forum komunikasi, forum konsensus,
seminar/workshop melebihi dari target sebesar 26,10%, yaitu dari target 2.379 orang,
tereralisasi sebanyak 3000 orang. Hal ini terjadi karena tingginya kegiatan penyertaan diklat
pada pelatihan/kursus, seminar, workshop, dan sejenisnya baik di dalam maupun diluar
negeri.
6. Jumlah NSPK (Standar, Pedoman, Bahan Ajar) diklat
Capaian NSPK (standar, pedoman, bahan ajar) adalah sebesar 126,26%. Peningkatan ini
terjadi karena intensitas penyusunan NSPK oleh Pusdiklat pada tahun 2011 meningkat,
khususnya NSPK diklat untuk bidang minyak dan gas bumi, serta geologi yang melebihi
target yang direncanakan.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
7. Jumlah Lembaga Diklat Pemerintah/Profesi (LDP) yang terakreditasi sebagai
penyelenggara Diklat Teknis
Realisasi akreditasi Lembaga Diklat Pemerintah/Profesi di tahun 2011 ini adalah berjumlah 9
LDPdari target 8 LDP atau sebesar 112,5%. Capaian realisasi tahun ini berada jauh diatas
capaian tahun 2010 yang hanya mencapai 31%. Hal ini disebabkan karena telah
beroperasinya Komite Akreditasi LDP sektor ESDM, sehingga program akreditasi LDP untuk
LDP selain lembaga diklat di lingkungan KESDM sudah dapat dilakukan. Tidak seperti di
tahun sebelumnya dimana belum beroperasinya Komite Akreditasi LDP sektor ESDM
karena peraturan perundang-undangan pendukungnya belum ditetapkannya. Akreditasi
yang direalisasikan tahun ini yaitu proses akreditasi baru dan/atau re-akreditasi Pusdiklat
Migas (manajemen mutu/ISO) dan Pusdiklat Mineral dan Batubara (untuk diklat manajemen
oleh Lembaga Administrasi Negara/LAN).
8. Jumlah sarana diklat yang terakreditasi standar mutu
Demikian pula dengan sarana diklat yang terakreditasi tahun ini secara keseluruhan dapat
mencapai target 100%, karena seluruh sarana yang dimiliki oleh seluruh unit kerja di
Badiklat ESDM telah memenuhi syarat untuk diakreditasi.
9. Jumlah kerjasama Diklat yang diimplementasikan
Jumlah kerja sama diklat yang diimplemantasikan pada tahun ini adalah sebanyak 143 buah
dari 133 buah yang ditargetkan, atau sebesar 107,52%. Seluruh kegiatan kerjasama diklat
baik di dalam maupun di luar negeri dapat diiimplementasikan dengan mitra kerja.
10. Jumlah karya ilmiah yang dipublikasikan
Jumlah karya ilmiah yang berhasil dipublikasikan pada tahun ini adalah sebanyak 6 buah
karya ilmiah dari target sebanyak 17 buah karya ilmiah atau hanya tercapai 35,3%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
5.5. Akuntabilitas Keuangan
Anggaran dan realisasi belanja dalam mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2011, adalah sebagai berikut:
Tabel 5.93
Realisasi Anggaran KESDM Tahun 2011
Per Unit kerja Eselon I
No Program
Pagu
Anggaran
Realisasi %
1 Sekretariat Jenderal 1.144.326 791.410 67,83
2 Inspektorat Jenderal 115.437 84.060 72,80
3 BPH Migas 235.913 134.122 56,85
4 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 802.619 675.794 84,20
5 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan 372.222 110.863 29,78
6 Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan
dan Konservasi Energi
947.407 180.547 19.06
7 Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. 400.380 223.170.470 55,74
8 Badan Penelitian Dan Pengembangan
Energi Dan Sumber Daya Mineral
739.465 547.427 74,03
9 Badan Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur
Energi Dan Sumber Daya Mineral
667.462 534.818 80,13
10 Badan Geologi 873.592 676.450 77,43
11 Sekeratariat Jenderal Dewan Energi
Nasional
52.307 45.682 87,33
TOTAL KESDM
6.351.130 4.004.343 70,1
PT PLN Persero
a. Ikitring 6023,6 1.983,7 32,9
b. Lisdes 3,173 2.978,7 93,9
Total PLN 9.196,6 4.962,4 54,0
Total KESDM+PLN 15.245,6 9.200,5 60,3
Pagu anggaran KESDM tahun 2011 sebesar Rp. 15,2 triliun yang terdiri dari pagu KESDM murni
sebesar Rp. 6,3 trilun dan pagu yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) untuk kegiatan Ikitring
dan Lisdes sebesar Rp. 9,2 triliun. Realisasi anggaran KESDM murni sekitar 70,1%, namun
apabila dilihat dari total realisasi KESDM murni dan PT PLN (Persero) mencapai 60,3%.
Realisasi anggaran belanja tahun 2011 sebesar Rp 9.200,5 Miliar digunakan untuk membiayai
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
12 program. Realisasi anggaran per program KESDM selama periode tahun 2011 dapat dirinci
sebagai berikut:
Tabel 5.94
Realisasi Anggaran KESDM Tahun 2011
Per Program
No Program
Pagu
Anggaran
Realisasi %
1 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya KESDM
895.190 628.268 70,18
2 Peningkatan Sarana Dan Prasarana
Aparatur KESDM
249.136 163.142 65,48
3 Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur Negara Kementerian Energi Dan
Sumber Daya Mineral
115.437 84.060 72,80
4 Pengaturan Dan Pengawasan Penyediaan
Dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak
Dan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa
235.913 134.122 56,85
5 Pengelolaan Dan Penyediaan Minyak Dan
Gas Bumi
802.619 675.794 84,20
6 Pengelolaan Ketenagalistrikan 372.222 110.863 29,78
7 Pengelolaan Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi
947.407 180.547 19.06
8 Pembinaan Dan Pengusahaan Mineral dan
Batubara.
400.380 223.170.470 55,74
9 Penelitian Dan Pengembangan Energi Dan
Sumber Daya Mineral
739.465 547.427 74,03
10 Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur Energi
Dan Sumber Daya Mineral
667.462 534.818 80,13
11 Penelitian, Mitigasi Dan Pelayanan Geologi 873.592 676.450 77,43
12 Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Dewan Energi
Nasional
52.307 45.682 87,33
TOTAL 6.351.130 4.004.343 70,1
Penyebab realisasi anggaran KESDM dan PT PLN masih belum sesuai target, antara lain:
Izin Multiyears Contract proyek-proyek Ikitring baru disetujui pada akhir tahun 2011.
Persetujuan Pemanfaatan Penghematan sebesar 10% dari DIPA tahun 2011 dari Kementerian
Keuangan baru terbit (termasuk pemasangan PLTS pada Ditjen. EBTKE).
Pagu Blokir (*) yang besar Rp. 2,98 triliun, memerlukan proses pembukaan blokir yang lama
sehingga proses pelaksanaan kegiatan terlambat.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
Realisasi belanja bersumber PNBP terkendala oleh sistem dimana diharuskan adanya setoran
penerimaan terlebih dahulu, baru dapat dicairkan.
Transisi ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah dari Perpres No. 80 ke 54
menyebabkan terlambatnya proses pengadaan barang dan jasa, karena peserta memerlukan
waktu mempelajari terlebih dahulu
Keterlambatan pelaksanaan disebabkan besarnya blokir, keharusan penyetoran terlebih dahulu
untuk sumber dana PNBP serta masih transisinya pelaksanaan e-proc disamping sebagian besar
barang masih impor dan memerlukan proses fabrikasi menyebabkan perilaku
penyerapan/pelaksanaan anggaran belanja modal di KESDM berpola S-Curve.
t a E y k S a D R M n aa u r n te tu ah k Kesej
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah ( LAKIP ) KESDM Tahun 2011
P
E
N
G
U
K
U
R
A
N

P
E
N
C
A
P
A
I
A
N

S
A
S
A
R
A
N
K
E
M
E
N
T
E
R
I
A
N
E
N
E
R
G
I

D
A
N

S
U
M
B
E
R

D
A
Y
A

M
I
N
E
R
A
L
T
A
H
U
N

2
0
1
1
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
S
A
S
A
R
A
N

S
T
R
A
T
E
G
I
S
1
.
M
e
n
i
n
g
k
a
t
n
y
a

k
e
m
a
m
p
u
a
n

p
a
s
o
k
a
n

e
n
e
r
g
i

u
n
t
u
k

d
o
m
e
s
t
i
k
9
6
,
7
5
P
r
o
d
u
k
s
i

m
i
n
y
a
k

b
u
m
i
M
B
O
P
D
9
4
5
9
0
2
9
5
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
P
r
o
d
u
k
s
i

g
a
s

b
u
m
i
M
B
O
E
P
D
1
.
5
3
4
1
.
5
1
6
9
9
P
r
o
d
u
k
s
i

C
B
M
M
B
O
E
P
D
0
0
-
P
r
o
d
u
k
s
i

b
a
t
u
b
a
r
a
J
u
t
a

T
o
n
3
2
7
2
9
3
8
9
D
i
t
j
e
n

M
i
n
e
r
b
a
p
a
b
u
m
P
a
s
o
k
a
n

b
a
t
u
b
a
r
a

u
n
t
u
k

k
e
b
u
t
u
h
a
n

d
a
l
a
m

n
e
g
e
r
i
J
u
t
a

T
o
n
7
9

6
5
8
2
P
r
o
d
u
k
s
i

m
i
n
e
r
a
l

T
e
m
b
a
g
a
T
o
n
6
6
5
.
1
5
8
6
1
8
.
2
9
7

9
3

E
m
a
s
K
g
1
0
2
.
5
6
2
7
8
.
1
4
8

7
6

P
e
r
a
k
K
g
2
7
8
.
4
3
1
2
2
3
.
0
7
8

8
0

N
i

+

C
o

i
n

m
a
t
t
e
T
o
n
7
0
.
5
0
0
7
0
.
9
3
6

1
0
0
,
6

T
i
m
a
h
T
o
n
7
5
.
0
0
0
6
0
.
0
0
2

8
0

B
i
j
i
h

n
i
k
e
l
T
o
n
8
.
5
0
0
.
0
0
0
8
.
5
2
2
.
1
2
8

1
0
0
,
2

F
e
r
r
o
n
i
k
e
l
N
i
1
8
,
0
0
0
1
9
.
9
9
0

1
1
1

B
a
u
k
s
i
t
M
t
1
0
.
0
0
0
.
0
0
0
1
0
.
8
8
7
.
6
5
9

1
0
9

B
i
j
i
h

b
e
s
i
M
t
5
.
0
0
0
.
0
0
0
5
.
2
1
5
.
3
9
1

1
0
4

G
r
a
n
i
t
M
3
2
.
5
0
0
.
0
0
0
2
.
8
1
0
.
1
4
8

1
1
2
P
r
o
d
u
k
s
i

B
B
M
J
u
t
a

K
L
3
6
,
5
3
7
,
2
3
1
0
2
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
P
r
o
d
u
k
s
i

L
P
G
J
u
t
a

T
o
n
2
2
,
3
2
1
1
6
P
r
o
d
u
k
s
i

L
N
G
J
u
t
a

T
o
n
2
3
.
2
9
2
1
.
9
7
9
4
P
r
o
d
u
k
s
i

L
N
G
J
u
t
a

T
o
n
2
4
,
1
2
2
4
,
1
0
9
9
.
9
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
2
.
M
e
n
i
n
g
k
a
t
n
y
a

k
e
m
a
m
p
u
a
n

p
a
s
o
k
a
n

b
a
h
a
n

b
a
k
u

u
n
t
u
k

d
o
m
e
s
t
i
k
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

P
e
m
e
n
u
h
a
n

K
e
b
u
t
u
h
a
n

B
a
h
a
n

B
a
k
u
P
u
p
u
k

D
a
n

P
e
t
r
o
k
i
m
i
a
%
1
0
0
9
2
.
2
9
2
.
2
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
3
.
M
e
n
i
n
g
k
a
t
n
y
a

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

b
e
r
b
a
g
a
i

s
u
m
b
e
r

e
n
e
r
g
i

d
a
l
a
m

r
a
n
g
k
a

d
i
v
e
r
s
i
f
i
k
a
s
i

e
n
e
r
g
i
1
0
0
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
D
i
t
e
j
e
n

E
B
T
K
E
P
a
n
g
s
a

e
n
e
r
g
i

p
r
i
m
e
r

u
n
t
u
k

p
e
m
b
a
n
g
k
i
t
l
i
s
t
r
i
k
%
9
5
,
2
4
9
5
,
2
2
9
9
,
9
P
a
n
g
s
a

M
i
n
y
a
k

B
u
m
i
%
1
2
1
9
1
5
8
,
3
P
a
n
g
s
a

G
a
s

B
u
m
i
%
3
0
2
6
8
6
,
7
P
a
n
g
s
a

b
a
t
u
b
a
r
a
%
4
9
4
6
9
3
,
9
P
a
n
g
s
a

p
a
n
a
s

b
u
m
i
%
4
,
2
4
4
,
2
2
9
9
,
5
P
a
n
g
s
a

e
n
e
r
g
i

b
a
r
u

t
e
r
b
a
r
u
k
a
n

l
a
i
n
n
y
a
%
7
,
0
8
7
,
0
8
1
0
0
P
a
n
g
s
a

T
e
n
a
g
a

A
i
r
%
7
7
1
0
0
P
a
n
g
s
a

B
i
o

D
i
e
s
e
l
B
i
o

E
n
e
r
g
i
%
0
,
0
8
0
,
0
8
1
0
0
4
.
M
e
n
i
n
g
k
a
t
n
y
a

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r

e
n
e
r
g
i

d
a
n

m
i
n
e
r
a
l
1
0
1
,
5
4
J
u
m
l
a
h

S
a
m
b
u
n
g
a
n

R
u
m
a
h

(
S
R
)

y
a
n
g

t
e
r
p
a
s
a
n
g
/
t
e
r
a
l
i
r
i

j
a
r
i
n
g
a
n

g
a
s

b
u
m
i

(
g
a
s

k
o
t
a
)

u
n
t
u
k

r
u
m
a
h

t
a
n
g
g
a
S
R
1
6
.
0
0
0
1
8
.
7
1
4
1
1
7
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
R
a
s
i
o

e
l
e
k
t
r
i
f
i
k
a
s
i
%
7
0
,
4
7
0
,
4
1
0
0
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
J
u
m
l
a
h

K
a
p
a
s
i
t
a
s

p
e
m
b
a
n
g
k
i
t

l
i
s
t
r
i
k
M
W
3
7
.
8
8
4
3
7
.
3
5
3
9
8
,
6
J
u
m
l
a
h

K
a
p
a
s
i
t
a
s
P
e
m
b
a
n
g
k
i
t

L
i
s
t
r
i
k

T
e
n
a
g
a

P
a
n
a
s
b
u
m
i

(
P
L
T
P
)
M
W
1
.
2
0
9
1
.
2
2
6
,
1
1
0
1
,
4
D
i
t
j
e
n

E
B
T
K
E
J
u
m
l
a
h

l
o
k
a
s
i

f
a
s
i
l
i
t
a
s

p
e
m
b
a
n
g
k
i
t

E
n
e
r
g
i

B
a
r
u

T
e
r
b
a
r
u
k
a
n

(
E
B
T
)
L
o
k
a
s
i
4
.
6
0
1
4
.
1
7
5
9
0
,
7
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
5
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

e
f
i
s
i
e
n
s
i

p
e
m
a
k
a
i
a
n

d
a
n

p
e
n
g
o
l
a
h
a
n

e
n
e
r
g
i
8
5
,
1
3
E
l
a
s
t
i
s
i
t
a
s

E
n
e
r
g
i
%
1
,
6
1
.
6
8
8
.
9
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
P
e
n
u
r
u
n
a
n

e
m
i
s
i

C
O
2
%
5
.
9
7

(
*
)
8
1
.
3
5
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
6
.
M
e
n
i
n
g
k
a
t
n
y
a

i
n
v
e
s
t
a
s
i

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M
J
u
m
l
a
h

I
n
v
e
s
t
a
s
i

S
e
k
t
o
r

E
S
D
M

:
U
S
$

J
u
t
a
3
0
.
4
2
9
2
7
.
1
1
1

8
9

J
u
m
l
a
h

I
n
v
e
s
t
a
s
i

s
u
b

s
e
k
t
o
r

m
i
g
a
s
U
S
$

J
u
t
a
1
6
.
8
5
4

1
8
.
6
9
6

1
1
1
%
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s

J
u
m
l
a
h

I
n
v
e
s
t
a
s
i

b
i
d
a
n
g

k
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
U
S
$

J
u
t
a
9
.
7
3
9
4
.
9
4
8
5
1
%
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n

J
u
m
l
a
h

i
n
v
e
s
t
a
s
i

s
u
b

s
e
k
t
o
r

m
i
n
e
r
a
l
d
a
n
b
a
t
u
b
a
r
a
U
S
$

J
u
t
a
3
.
2
0
0
3
.
4
1
2
1
0
7
D
i
t
j
e
n

M
i
n
e
r
b
a
p
a
b
u
m

J
u
m
l
a
h

I
n
v
e
s
t
a
s
i

b
i
d
a
n
g

e
n
e
r
g
i

b
a
r
u

t
e
r
b
a
r
u
k
a
n
U
S
$

J
u
t
a
4
6
3
5
5
1
2
D
i
t
j
e
n

E
B
T
K
E
7
.
T
e
r
w
u
j
u
d
n
y
a

p
e
r
a
n

p
e
n
t
i
n
g

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M

d
a
l
a
m

p
e
n
e
r
i
m
a
a
n

n
e
g
a
r
a
T
o
t
a
l

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

N
e
g
a
r
a

S
e
k
t
o
r

E
S
D
M
R
p

T
r
i
l
i
u
n
3
2
4
,
3
4

3
5
2
,
1
5

1
0
9

J
u
m
l
a
h

p
e
n
e
r
i
m
a
a
n

n
e
g
a
r
a
s
u
b

s
e
k
t
o
r

m
i
g
a
s
R
p

T
r
i
l
i
u
n
2
4
9
,
5
9
2
7
8
,
3
9
1
0
9
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s

J
u
m
l
a
h

p
e
n
e
r
i
m
a
a
n

n
e
g
a
r
a

s
u
b
s
e
k
t
o
r

p
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n

u
m
u
m

(
m
i
n
e
r
a
l
,

b
a
t
u
b
a
r
a
)
R
p

T
r
i
l
i
u
n
7
3
,
5
3
7
7
,
3
9
1
1
6
D
i
t
j
e
n

M
i
n
e
r
b
a

J
u
m
l
a
h

p
e
n
e
r
i
m
a
a
n

n
e
g
a
r
a

d
a
r
i

s
u
b
s
e
c
t
o
r
e
n
e
r
g
i

b
a
r
i

t
e
r
b
a
r
u
k
a
n
R
p

T
r
i
l
i
u
n
0
,
3
5
0
,
5
5
1
5
5
D
i
t
j
e
n

E
B
T
K
E

J
u
m
l
a
h

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

l
a
i
n
-
l
a
i
n

(
B
a
l
i
t
b
a
n
g
,

B
a
d
i
k
l
a
t
,

B
P
H

M
i
g
a
s
)
R
p

T
r
i
l
i
u
n
0
,
8
6

1
,
7
6

2
0
6
B
a
l
i
t
b
a
n
g
,

B
a
d
i
k
l
a
t
,

B
P
H

M
i
g
a
s
8
.
T
e
r
w
u
j
u
d
n
y
a

p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

p
e
r
a
n

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M

d
a
l
a
m

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

d
a
e
r
a
h
1
0
3
,
6
6
D
i
t
j
e
n

M
i
n
e
r
b
a
p
a
b
u
m
D
i
t
j
e
n
M
i
g
a
s
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
D
i
t
j
e
n

E
B
T
K
E
J
u
m
l
a
h

d
a
n
a

b
a
g
i

h
a
s
i
l

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M
R
p

T
r
i
l
i
u
n
4
3
,
6
4
0
,
9
9
4

J
u
m
l
a
h

d
a
n
a

b
a
g
i

h
a
s
i
l

s
u
b
s
e
k
t
o
r
M
i
g
a
s
R
p

T
r
i
l
i
u
n
3
4
,
9
2
8
,
1
8
0
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r

J
u
m
l
a
h

d
a
n
a

b
a
g
i

h
a
s
i
l

s
u
b
s
e
k
t
o
r

M
i
n
e
r
a
l

d
a
n

b
a
t
u
b
a
r
a
R
p

T
r
i
l
i
u
n
8
,
3
1
2
,
3
1
4
8

J
u
m
l
a
h

d
a
n
a

b
a
g
i

h
a
s
i
l

s
u
b
s
e
k
t
o
r

p
a
n
a
s

b
u
m
i
R
p

T
r
i
l
i
u
n
0
,
4
0
,
5
1
2
8
J
u
m
l
a
h


C
S
R

s
e
c
t
o
r

E
S
D
M
R
p

M
i
l
i
a
r
1
.
5
6
5
1
.
6
5
8
1
0
6

J
u
m
l
a
h


C
S
R

s
u
b
s
e
k
t
o
r

M
i
n
e
r
b
a

P
a
b
u
m
R
p

M
i
l
i
a
r
1
.
2
0
0
1
.
3
9
1
1
1
6

J
u
m
l
a
h


C
S
R

s
u
b
s
e
k
t
o
r

L
i
s
t
r
i
k

d
a
n

P
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

E
n
e
r
g
i
R
p

M
i
l
i
a
r
9
9
8
9
9
0

J
u
m
l
a
h


C
S
R

s
u
b
s
e
k
t
o
r

M
i
g
a
s
R
p

M
i
l
i
a
r
2
6
6
1
7
8
6
7
J
u
m
l
a
h

j
a
r
i
n
g
a
n

d
i
s
t
r
i
b
u
s
i

l
i
s
t
r
i
k
(
k
m
s
)

d
a
n

g
a
r
d
u

d
i
s
t
r
i
b
u
s
i

l
i
s
t
r
i
k
K
m
s
/
M
V
A
1
5
.
8
1
3
/




3
7
0
1
7
.
3
0
6
/




3
6
9
,
6
1
0
4
,
6
5
J
u
m
l
a
h

d
e
s
a

m
a
n
d
i
r
i

e
n
e
r
g
i


(
D
M
E
)
D
M
E
5
0
5
1
1
0
2
J
u
m
l
a
h

s
u
m
u
r

b
o
r

d
a
e
r
a
h

s
u
l
i
t

a
i
r
T
i
t
i
k

B
o
r
2
5
5
2
6
0
1
0
2
9
.
T
e
r
w
u
j
u
d
n
y
a

p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n

b
e
b
a
n

s
u
b
s
i
d
i

B
B
M

d
a
n

L
i
s
t
r
i
k
6
4
,
0
5
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
J
u
m
l
a
h

s
u
b
s
i
d
i


B
B
M
,

B
B
N
d
a
n

L
P
G
R
p

T
r
i
l
i
u
n
1
2
9
,
7
1
6
8
,
2
7
0
,
3
R
i
b
u

K
L
4
0
,
4
9
4
1
,
4
2
9
7
,
7
J
u
m
l
a
h

s
u
b
s
i
d
i

L
i
s
t
r
i
k
R
p

T
r
i
l
i
u
n
6
5
,
6
9
3
,
3
5
7
,
8
1
0
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

p
e
r
a
n

p
e
n
t
i
n
g

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M

d
a
l
a
m

p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

s
u
r
p
l
u
s

n
e
r
a
c
a

p
e
r
d
a
g
a
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

m
e
n
g
u
r
a
n
g
i

i
m
p
o
r
9
4
,
1
3
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
J
u
m
l
a
h

e
k
s
p
o
r

m
i
n
y
a
k

m
e
n
t
a
h
J
u
t
a

b
a
r
e
l
1
3
5
1
0
0
,
7
4
7
4
,
6
2
J
u
m
l
a
h

e
k
s
p
o
r

g
a
s
M
M
S
C
F
D
4
.
1
5
3

4
.
4
6
8
,
2
1
0
7
,
6
J
u
m
l
a
h

i
m
p
o
r

B
B
M
J
u
t
a

K
L
3
0
,
0
6
3
1
,
2
9
9
5
,
9
J
u
m
l
a
h

i
m
p
o
r

m
i
n
y
a
k

m
e
n
t
a
h
J
u
t
a

B
a
r
e
l
9
0
,
0
4
9
1
,
4
8
9
8
,
4
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
1
1
.
T
e
r
w
u
j
u
d
n
y
a

p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

t
e
n
a
g
a

k
e
r
j
a
J
u
m
l
a
h

T
e
n
a
g
a

K
e
r
j
a

S
e
k
t
o
r

E
S
D
M
O
r
a
n
g
1
.
2
1
6
.
5
6
9
1
.
0
2
4
.
9
9
7
9
8
,
3
6
D
i
t
j
e
n

M
i
n
e
r
b
a
a
b
u
m
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
J
u
m
l
a
h

t
e
n
a
g
a

k
e
r
j
a

s
u
b

s
e
k
t
o
r

m
i
g
a
s
O
r
a
n
g
2
8
3
.
6
5
9
2
7
9
.
7
4
3
9
8
.
6
J
u
m
l
a
h

t
e
n
a
g
a

k
e
r
j
a

s
u
b

s
e
k
t
o
r

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
O
r
a
n
g
7
8
7
.
0
0
0
5
6
2
,
6
7
9
7
1
.
5
J
u
m
l
a
h

t
e
n
a
g
a

k
e
r
j
a

s
u
b

s
e
k
t
o
r

p
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n

u
m
u
m
O
r
a
n
g
1
4
5
.
9
1
0
1
8
2
.
5
7
5

1
2
5
1
2
.
T
e
r
w
u
j
u
d
n
y
a
p
e
m
b
e
r
d
a
y
a
a
n

n
a
s
i
o
n
a
l
1
1
2
,
9
D
i
t
j
e
n

M
i
n
e
r
b
a
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
R
a
s
i
o

t
e
n
a
g
a

k
e
r
j
a

a
s
i
n
g

d
e
n
g
a
n

t
e
n
a
g
a

k
e
r
j
a

n
a
s
i
o
n
a
l
R
a
s
i
o
1
0
0

:

1
1
0
0
:

1
1
0
0
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

p
e
m
a
n
f
a
a
t
a
n

b
a
r
a
n
g

d
a
n

j
a
s
a

d
a
l
a
m

n
e
g
e
r
i


p
a
d
a

u
s
a
h
a

m
i
n
y
a
k

d
a
n

g
a
s

b
u
m
i
%
5
5
5
1
9
2
,
7
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
g
g
u
n
a
a
n

B
a
r
a
n
g

d
a
n

J
a
s
a

P
r
o
d
u
k
s
i

d
a
l
a
m

n
e
g
e
r
i

d
a
l
a
m

p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

s
u
b

s
e
k
t
o
r

M
i
n
e
r
a
l

d
a
n

B
a
t
u
b
a
r
a
%
4
1
6
0
1
4
6
1
3
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

n
i
l
a
i

t
a
m
b
a
h
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

k
e
m
a
m
p
u
a
n

n
a
s
i
o
n
a
l

d
a
l
a
m

m
e
r
a
n
c
a
n
g

d
a
n

m
e
r
a
k
i
t

i
n
s
t
a
l
a
s
i

p
e
r
a
l
a
t
a
n

m
i
g
a
s
%
6
5
6
5
1
0
0
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
1
4
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

i
n
d
u
s
t
r
i

j
a
s
a

(
b
a
c
k
w
a
r
d

l
i
n
k
a
g
e
)
d
a
n

i
n
d
u
s
t
r
i

y
a
n
g

b
e
r
b
a
h
a
n

b
a
k
u

d
a
r
i

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M
,

a
n
t
a
r
a

l
a
i
n

p
u
p
u
k

(
f
o
r
w
a
r
d

l
i
n
k
a
g
e
)
:
9
5
,
5
D
i
t
j
e
n

M
i
n
e
r
b
a
a
b
u
m
D
i
t
j
e
n

M
i
g
a
s
D
i
t
j
e
n

K
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

i
n
d
u
s
t
r
i

j
a
s
a

p
e
n
u
n
j
a
n
g
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n

i
n
d
u
s
t
r
i

j
a
s
a

p
e
n
u
n
j
a
n
g
P
e
r
u
s
a
h
a
a
n
1
2
7
0
1
2
3
9
9
7
.
5
%

J
u
m
l
a
h

i
n
d
u
s
t
r
i

j
a
s
a

p
e
n
u
n
j
a
n
g

M
i
g
a
s
P
e
r
u
s
a
h
a
a
n
9
5
0
1
2
3
9
9
7
.
5
%
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r

J
u
m
l
a
h

i
n
d
u
s
t
r
i

j
a
s
a

p
e
n
u
n
j
a
n
g

k
e
t
e
n
a
g
a
l
i
s
t
r
i
k
a
n
P
e
r
u
s
a
h
a
a
n
6
8
0
6
2
4

9
6
%

J
u
m
l
a
h

i
n
d
u
s
t
r
i

j
a
s
a

p
e
n
u
n
j
a
n
g

m
i
n
e
r
a
l

d
a
n

b
a
t
u
b
a
r
a
P
e
r
u
s
a
h
a
a
n
6
5
0
6
7
0
1
0
3
%
T
e
r
p
e
n
u
h
i
n
y
a

b
a
h
a
n

b
a
k
u

i
n
d
u
s
t
r
i

p
u
p
u
k
T
e
r
p
e
n
u
h
i
n
y
a

b
a
h
a
n

b
a
k
u

i
n
d
u
s
t
r
i

p
u
p
u
k
9
2
,
2

P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

p
e
m
e
n
u
h
a
n

b
a
h
a
n

b
a
k
u

i
n
d
u
s
t
r
i

p
u
p
u
k
%
1
0
0
9
2
.
2
9
2
.
2
%
S
A
S
A
R
A
N

P
E
N
U
N
J
A
N
G
1
5
.
T
e
r
w
u
j
u
d
n
y
a

p
e
n
g
a
t
u
r
a
n

&

p
e
n
g
a
w
a
s
a
n

p
e
n
y
e
d
i
a
a
n

d
a
n

p
e
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
a
n

b
a
h
a
n

b
a
k
a
r

m
i
n
y
a
k

d
a
n

p
e
n
g
a
n
g
k
u
t
a
n

g
a
s

b
u
m
i

m
e
l
a
l
u
i

p
i
p
a

y
a
n
g

o
p
t
i
m
a
l
J
u
m
l
a
h

B
a
d
a
n

U
s
a
h
a

y
a
n
g

m
e
n
d
a
f
t
a
r
k
a
n

N
o
m
o
r

R
e
g
i
s
t
r
a
s
i

U
s
a
h
a

(
N
R
U
)

d
a
r
i

B
P
H

M
i
g
a
s
B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
1
0
1
3
1
3
0
B
P
H

M
i
g
a
s
J
u
m
l
a
h

p
e
n
g
a
w
a
s
a
n

B
a
d
a
n

U
s
a
h
a

N
i
a
g
a

U
m
u
m

d
a
n

t
e
r
b
a
t
a
s

p
e
m
e
g
a
n
g

i
z
i
n

u
s
a
h
a

p
e
n
y
e
d
i
a
a
n

d
a
n

p
e
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
a
n

B
B
M

N
o
n

P
S
O
B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
5
4
6
4
1
1
9
J
u
m
l
a
h

p
e
n
g
a
w
a
s
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p


p
e
n
u
g
a
s
a
n

B
a
d
a
n

U
s
a
h
a

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
d
i
a
a
n

d
a
n

p
e
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
a
n

J
e
n
i
s

B
B
M

T
e
r
t
e
n
t
u
(
B
B
M

S
u
b
s
i
d
i
)
P
e
n
g
a
w
a
s
a
n
8
1
1
2
3
0
J
u
m
l
a
h

P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

S
i
s
t
e
m

I
n
f
o
r
m
a
s
i

D
i
r
e
k
t
o
r
a
t

B
B
M

d
a
l
a
m

r
a
n
g
k
a

p
e
n
g
a
w
a
s
a
n

p
e
n
y
e
d
i
a
a
n

d
a
n

p
e
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
a
n

B
B
M
S
i
s
t
e
m

I
n
f
o
r
m
a
s
i

(
I
T
)
4
5
1
2
5
J
u
m
l
a
h

r
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i
/
p
e
r
t
i
m
b
a
n
g
a
n

u
n
t
u
k

p
e
n
e
t
a
p
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n
/
p
e
n
u
g
a
s
a
n
R
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i
/

P
e
r
t
i
m
b
a
n
g
a
n

P
e
n
e
t
a
p
a
n
4
3
7
5
J
u
m
l
a
h

r
a
n
c
a
n
g
a
n

p
e
r
a
t
u
r
a
n
/
j
u
k
l
a
k

&

j
u
k
n
i
s

u
n
t
u
k

p
e
n
y
e
d
i
a
a
n

d
a
n

p
e
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
a
n

B
B
M

N
a
s
i
o
n
a
l
R
a
n
c
a
n
g
a
n
/
J
u
k
l
a
k

d
a
n

J
u
k
n
i
s
6
3
5
0
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
J
u
m
l
a
h

d
a
e
r
a
h

y
a
n
g

t
e
l
a
h

m
e
n
g
e
m
b
a
n
g
k
a
n

s
i
s
t
e
m

p
e
n
g
a
w
a
s
a
n

p
e
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
a
n

t
e
r
t
u
t
u
p

j
e
n
i
s

B
B
M

t
e
r
t
e
n
t
u

s
e
c
a
r
a

b
e
r
t
a
h
a
p
P
r
o
v
i
n
s
i
8
0
0
J
u
m
l
a
h

p
e
m
b
e
r
i
a
n

H
a
k

K
h
u
s
u
s

p
a
d
a

k
e
g
i
a
t
a
n

u
s
a
h
a

G
a
s

B
u
m
i

m
e
l
a
l
u
i

P
i
p
a
R
u
a
s

T
r
a
n
s
m
i
s
i
P
i
p
a

D
e
d
i
c
a
t
e
d

h
i
l
i
r
47
5
1
5
1
8
2
J
u
m
l
a
h

B
a
d
a
n

U
s
a
h
a

y
a
n
g

t
e
l
a
h

m
e
l
a
k
u
k
a
n

p
e
n
e
t
a
p
a
n

p
e
n
g
a
t
u
r
a
n

a
k
s
e
s

(
A
c
c
e
s
s

A
r
r
a
n
g
e
m
e
n
t
)
p
e
n
g
a
n
g
k
u
t
a
n

g
a
s

b
u
m
i

m
e
l
a
l
u
i

p
i
p
a
B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
4
2
5
0
J
u
m
l
a
h

p
e
n
e
t
a
p
a
n

a
k
u
n

p
e
n
g
a
t
u
r
a
n

B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
P
e
r
a
t
u
r
a
n
1
1
1
0
0
J
u
m
l
a
h

p
e
n
e
t
a
p
a
n

t
a
r
i
f

p
e
n
g
a
n
g
k
u
t
a
n

g
a
s

b
u
m
i

m
e
l
a
l
u
i

p
i
p
a
4

B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
4
2
5
0
J
u
m
l
a
h

p
e
n
e
t
a
p
a
n

h
a
r
g
a

g
a
s

b
u
m
i

u
n
t
u
k

R
u
m
a
h

T
a
n
g
g
a

d
a
n

P
e
l
a
n
g
g
a
n

K
e
c
i
l
B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
6
4
6
7
J
u
m
l
a
h

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

R
u
a
s

T
r
a
n
s
m
i
s
i

G
a
s

B
u
m
i
B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
2
2
1
0
0
J
u
m
l
a
h

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

P
i
p
a

D
e
d
i
c
a
t
e
d

H
i
l
i
r
B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
5
2
4
0
J
u
m
l
a
h

P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n

J
a
r
i
n
g
a
n

P
i
p
a

G
a
s

K
o
t
a
B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
4
4
1
0
0
J
u
m
l
a
h

V
o
l
u
m
e

G
a
s

B
u
m
i

y
a
n
g

d
i
n
i
a
g
a
k
a
n

M
e
l
a
l
u
i

P
i
p
a
M
M
S
C
F
6
8
0
.
2
2
9
,
4
6
7
9
.
5
8
0
,
7
9
9
,
9
J
u
m
l
a
h

V
o
l
u
m
e

G
a
s

B
u
m
i

y
a
n
g

d
i
a
n
g
k
u
t

M
e
l
a
l
u
i

P
i
p
a
J
u
t
a

M
B
T
U
1
0
3
.
8
4
2
,
9
1
0
8
.
6
9
5
,
5
1
0
4
,
7
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
J
u
m
l
a
h

l
a
p
o
r
a
n

p
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
a
n

a
d
m
i
n
i
s
t
r
a
t
i
v
e
L
a
p
o
r
a
n
1
0
1
0
1
0
0
J
u
m
l
a
h

r
e
g
u
l
a
s
i

y
a
n
g

d
i
s
u
s
u
n
R
e
g
u
l
a
s
i
2
2
1
0
0
J
u
m
l
a
h

s
a
r
a
n
a

d
a
n

p
r
a
s
a
r
a
n
a

y
a
n
g

m
e
m
e
n
u
h
i

s
t
a
n
d
a
r
P
a
k
e
t
1
1
1
0
0
J
u
m
l
a
h

p
e
n
a
r
i
k
a
n

i
u
r
a
n

d
a
r
i

B
a
d
a
n

U
s
a
h
a
M
i
l
y
a
r
4
3
6
7
8
3
1
8
0
1
6
.
P
e
n
g
u
n
g
k
a
p
a
n

p
o
t
e
n
s
i

g
e
o
l
o
g
i

I
n
d
o
n
e
s
i
a

u
n
t
u
k

k
e
s
e
j
a
h
-
t
e
r
a
a
n

d
a
n

p
e
r
l
i
n
d
u
n
g
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
J
u
m
l
a
h

p
e
t
a

g
e
o
l
o
g
i

y
a
n
g

d
i
h
a
s
i
l
k
a
n

d
a
n

d
i
g
u
n
a
k
a
n
P
e
t
a
9
0
5
9
9
6
1
1
0
B
a
d
a
n

G
e
o
l
o
g
i
J
u
m
l
a
h

l
o
k
a
s
i

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n
/
p
e
m
e
t
a
a
n

c
e
k
u
n
g
a
n

s
e
d
i
m
e
n
L
o
k
a
s
i
4
3
7
5
J
u
m
l
a
h

s
u
m
u
r

b
o
r

d
a
e
r
a
h

s
u
l
i
t

a
i
r
T
i
t
i
k

B
o
r
2
5
5
2
5
5
9
0
R
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i

T
e
k
n
i
s

P
e
n
a
t
a
a
n

R
u
a
n
g

b
e
r
b
a
s
i
s

G
e
o
l
o
g
i
R
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i
1
0
0
9
5
9
5
J
u
m
l
a
h

u
s
u
l
a
n

r
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i

W
K
P
,

W
U
P
,

d
a
n

W
P
N
R
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i
6
8
7
1
1
0
4
J
u
m
l
a
h


w
i
l
a
y
a
h

k
e
p
r
o
s
p
e
k
a
n
,

p
o
t
e
n
s
i
,

d
a
n

s
t
a
t
u
s

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

g
e
o
l
o
g
i

(
p
a
n
a
s

b
u
m
i
,

b
a
t
u
b
a
r
a
,

C
B
M
,

G
a
m
b
u
t
,

B
i
t
u
m
e
n

p
a
d
a
t
,

d
a
n

m
i
n
e
r
a
l
)
W
i
l
a
y
a
h
7
5
7
1
9
5
J
u
m
l
a
h

r
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i

t
e
k
n
i
s

m
i
t
i
g
a
s
i

b
e
n
c
a
n
a

g
e
o
l
o
g
i
R
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i
1
0
9
2
9
6
2
7
2
J
u
m
l
a
h

g
u
n
u
n
g

a
p
i

y
a
n
g

d
i
p
a
n
t
a
u

u
n
t
u
k

k
e
g
i
a
t
a
n

g
u
n
u
n
g
a
p
i

a
k
t
i
f

t
i
p
e

A

d
a
r
i

P
o
s

P
e
n
g
a
m
a
t
a
n

G
u
n
u
n
g

A
p
i
G
A

d
i
p
a
n
t
a
u
m
e
l
a
l
u
i

p
o
s

P
G
A
G
A

d
i
p
a
n
t
a
u

m
e
l
a
l
u
i

1
0

r
e
g
i
o
n
a
l

c
e
n
t
e
r
6
8
3
7
6
8
3
7
1
0
0
1
0
0
J
u
m
l
a
h

k
a
w
a
s
a
n

k
a
r
s
t

t
e
r
p
e
t
a
k
a
n

p
a
d
a

s
k
a
l
a

1
:
5
0
.
0
0
0
K
a
w
a
n
2
2
1
0
0
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
J
u
m
l
a
h

l
o
k
a
s
i

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i
l
a
k
u
k
a
n

p
e
n
y
e
l
i
d
i
k
a
n

k
o
n
d
i
s
i

g
e
o
l
o
g
i

t
e
k
n
i
k

g
e
o
d
i
n
a
m
i
k

d
a
n

i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r
L
o
k
a
s
i
1
3
1
3
1
0
0
J
u
m
l
a
h

l
o
k
a
s
i

y
a
n
g

t
e
l
a
h

d
i
l
a
k
u
k
a
n

p
e
m
e
t
a
a
n

g
e
o
l
o
g
i

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

k
a
w
a
s
a
n

p
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n

u
n
t
u
k

t
a
t
a

r
u
a
n
g

p
a
d
a

s
k
a
l
a

1
:
1
0
0
.
0
0
0
L
o
k
a
s
i
7
7
1
0
0
J
u
m
l
a
h

l
o
k
a
s
i

y
a
n
g

d
i
l
a
k
u
k
a
n

p
e
m
e
t
a
a
n

g
e
o
l
o
g
i

l
i
n
g
k
u
n
g
a
n

u
n
t
u
k

t
a
t
a

r
u
a
n
g

p
a
d
a

s
k
a
l
a

1
:
1
0
0
.
0
0
0
L
o
k
a
s
i
1
3
1
3
1
0
0
J
u
m
l
a
h

l
a
y
a
n
a
n

i
n
f
o
r
m
a
s
i

p
u
b
l
i
k

m
e
l
a
l
u
i

M
u
s
e
u
m

K
e
g
e
o
l
o
g
i
a
n
P
e
n
g
u
n
j
u
n
g
5
0
0
.
0
0
0
4
4
1
.
3
4
4
8
8
J
u
m
l
a
h

l
o
k
a
s
i

p
e
m
e
t
a
a
n

k
a
w
a
s
a
n

r
a
w
a
n

b
e
n
c
a
n
a

g
u
n
u
n
g

a
p
i
,

p
e
t
a

g
e
o
l
o
g
i

g
u
n
u
n
g

a
p
i
,

p
e
t
a

z
o
n
a

k
e
r
e
n
t
a
n
a
n
a
n

g
e
r
a
k
a
n

t
a
n
a
h
,

p
e
t
a

m
i
k
r
o
z
o
n
a
s
i
,

p
e
t
a

K
R
B

g
e
m
p
a

b
u
m
i
,

p
e
t
a

K
R
B

t
s
u
n
a
m
i

d
a
n

p
e
t
a

r
i
s
i
k
o

g
e
m
p
a
b
u
m
i
/
t
s
u
n
a
m
i
,

g
e
r
a
k
a
n

t
a
n
a
h

d
a
n

g
u
n
u
n
g
a
p
i

.
L
a
p
o
r
a
n

/

P
e
t
a
5
9
5
9
1
0
0
T
e
r
s
e
d
i
a
n
y
a

i
n
f
o
r
m
a
s
i

p
e
r
i
n
g
a
t
a
n

d
i
n
i

b
e
n
c
a
n
a

g
u
n
u
n
g
a
p
i

d
a
n

b
e
n
c
a
n
a

g
e
o
l
o
g
i

l
a
i
n
n
y
a
L
a
p
o
r
a
n

d
a
n

i
n
f
o
r
m
a
s
i

p
e
r
i
n
g
a
t
a
n

d
i
n
i
2
7
6
0
2
2
2
J
u
m
l
a
h

i
n
f
o
r
m
a
s
i

P
e
n
e
l
i
t
i
a
n

D
a
n

M
i
t
i
g
a
s
i

B
e
n
c
a
n
a

G
u
n
u
n
g
a
p
i
,

G
e
m
p
a
b
u
m
i
,

T
s
u
n
a
m
i
,

G
e
r
a
k
a
n

T
a
n
a
h
L
a
p
o
r
a
n
3
9
4
1
1
0
5
J
u
m
l
a
h

s
o
s
i
a
l
i
s
a
s
i
,

p
u
b
l
i
k
a
s
i
,

p
a
m
e
r
a
n
,

p
e
l
a
t
i
h
a
n

k
e
b
e
n
c
a
n
a
a
n

d
a
n

p
e
n
y
u
s
u
n
a
n

r
e
n
c
a
n
a

k
o
n
t
i
n
j
e
n
s
i
D
o
k
u
m
e
n
1
1
1
1
1
0
0
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
T
e
r
s
u
s
u
n
n
y
a

P
e
d
o
m
a
n

M
i
t
i
g
a
s
i

B
e
n
c
a
n
a

G
u
n
u
n
g

A
p
i

d
a
n

P
e
d
o
m
a
n

M
i
t
i
g
a
s
i

G
e
r
a
k
a
n

T
a
n
a
h
,

G
e
m
p
a

B
u
m
i

d
a
n

T
s
u
n
a
m
i
D
o
k
u
m
e
n
9
9
1
0
0
J
u
m
l
a
h

p
e
t
a

g
e
o
f
i
s
i
k
a

b
e
r
s
i
s
t
e
m

d
a
n

b
e
r
t
e
m
a

y
a
n
g

d
i
h
a
s
i
l
k
a
n

d
a
n

d
i
g
u
n
a
k
a
n
l
i
n
e

k
m
1
0
0
.
0
0
0
4
9
.
0
0
0
4
9
J
u
m
l
a
h

k
e
g
i
a
t
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

m
u
s
e
u
m

g
e
o
l
o
g
i

s
e
b
a
g
a
i

g
e
o
-
e
d
u
k
a
s
i

d
a
n

d
e
s
t
i
n
a
s
i

g
e
o
-
w
i
s
a
t
a
K
e
g
i
a
t
a
n

/

T
e
r
b
i
t
a
n
1
6
1
7
1
0
6
1
7
.
P
e
m
f
a
s
i
l
i
t
a
s
i
a
n
y
a
n
g

e
f
e
k
t
i
f

d
a
n

e
f
i
s
i
e
n

u
n
t
u
k

m
e
n
u
n
j
a
n
g

k
e
t
a
h
a
n
a
n

e
n
e
r
g
i

n
a
s
i
o
n
a
l
.
J
u
m
l
a
h

l
a
p
o
r
a
n

b
a
h
a
n

p
e
r
u
m
u
s
a
n


d
a
n

p
e
r
a
n
c
a
n
g
a
n

k
e
b
i
j
a
k
a
n

e
n
e
r
g
i

l
i
n
t
a
s

s
e
k
t
o
r

d
a
n

d
a
e
r
a
h
L
a
p
o
r
a
n
1
2
1
2
1
0
0
S
e
t
j
e
n

D
e
w
a
n

E
n
e
r
g
i

N
a
s
i
o
n
a
l
J
u
m
l
a
h

l
a
p
o
r
a
n

b
a
h
a
n


p
e
n
e
t
a
p
a
n

R
U
E
N

d
a
n

a
s
i
s
t
e
n
s
i

R
U
E
D
L
a
p
o
r
a
n
8
8
2
4
.
2
J
u
m
l
a
h

l
a
p
o
r
a
n

p
e
r
s
i
d
a
n
g
a
n

D
E
N
,

h
u
b
u
n
g
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

d
a
n

K
e
p
r
o
t
o
k
o
l
a
n
L
a
p
o
r
a
n
1
0
1
0
0
J
u
m
l
a
h

b
a
h
a
n

p
e
n
e
t
a
p
a
n

l
a
n
g
k
a
h

-
l
a
n
g
k
a
h

p
e
n
a
n
g
g
u
l
a
n
g
a
n

k
o
n
d
i
s
i

k
r
i
s
i
s

d
a
n

d
a
r
u
r
a
t

e
n
e
r
g
i
L
a
p
o
r
a
n
6
6
3
9
.
4
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

r
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i

l
o
k
a
s
i

d
a
n

b
e
s
a
r
a
n

(
v
o
l
u
m
e
)

c
a
d
a
n
g
a
n

p
e
n
y
a
n
g
g
a

e
n
e
r
g
i
L
a
p
o
r
a
n
3
3
1
0
0
1
8
.
P
e
r
w
u
j
u
d
a
n
t
a
t
a

k
e
l
o
l
a

p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n

y
a
n
g

b
a
i
k
J
u
m
l
a
h

d
o
k
u
m
e
n

p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n

y
a
n
g

s
i
n
e
r
g
i
s
D
o
k
u
m
e
n
3
3
1
0
0
S
e
k
r
e
t
a
r
i
a
t

J
e
n
d
e
r
a
l
J
u
m
l
a
h

d
o
k
u
m
e
n

k
e
s
e
p
a
k
a
t
a
n

k
e
r
j
a

s
a
m
a

y
a
n
g

d
i
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
d
u
k
u
n
g

p
r
i
o
r
i
t
a
s

r
e
n
c
a
n
a

s
t
r
a
t
e
g
i
s
D
o
k
u
m
e
n
5
5
1
0
0
P
e
n
c
a
p
a
i
a
n

k
i
n
e
r
j
a

K
E
S
D
M

s
e
s
u
a
i

t
a
r
g
e
t
%
1
0
0
9
4
,
8
9
4
,
8
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

a
n
g
g
a
r
a
n

K
E
S
D
M

y
a
n
g

d
i
g
u
n
a
k
a
n

u
n
t
u
k

m
e
n
u
n
j
a
n
g

P
r
i
o
r
i
t
a
s

n
a
s
i
o
n
a
l
%
5
2
4
7
,
8
4
9
2
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
y
a
j
i
a
n

L
K

t
e
p
a
t

w
a
k
t
u

(
e
.
g

h
a
r
i
,
m
i
n
g
g
u
,
d
l
l
)
%
1
0
0
1
0
0
1
0
0
O
p
i
n
i

B
P
K

t
e
r
h
a
d
a
p

L
K
J
e
n
i
s

o
p
i
n
i
W
T
P
W
T
P
1
0
0
P
r
o
s
e
n
t
a
s
e

e
f
i
s
i
e
n
s
i

d
a
n

e
f
e
k
t
i
f
i
t
a
s

p
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n


K
E
S
D
M
%
9
0
6
0
,
3
6
7
J
u
m
l
a
h

S
O
P

y
a
n
g

d
i
k
e
m
b
a
n
g
k
a
n
S
O
P
1
5
0
2
1
8
1
4
5
,
3
J
u
m
l
a
h

r
a
n
c
a
n
g
a
n

p
e
r
a
t
u
r
a
n

p
e
r
U
U
a
n

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M

y
a
n
g

d
i
s
e
l
e
s
a
i
k
a
n
B
u
a
h
2
5
2
2
8
8
J
u
m
l
a
h

b
a
n
t
u
a
n

h
u
k
u
m

d
a
n

k
a
s
u
s

y
a
n
g

d
i
m
e
n
a
n
g
k
a
n

d
a
n

d
i
s
e
l
e
s
a
i
k
a
n
K
a
s
u
s
4
1
4
3
5
0
R
a
s
i
o

b
e
r
i
t
a

n
e
g
a
t
i
f
d
a
n

p
o
s
i
t
i
f
%
5
:
1
1
5
:

1
1
1
0
0
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

p
e
n
g
h
a
p
u
s
a
n

B
M
N
y
a
n
g

d
i
p
i
n
d
a
h
t
a
n
g
a
n
-
k
a
n

k
e
p
a
d
a

p
i
h
a
k

k
e
t
i
g
a
%
7
5
1
0
0
1
3
3
1
9
.
P
e
r
w
u
j
u
d
a
n

K
E
S
D
M

y
a
n
g

b
e
r
s
i
h
,

a
k
u
n
t
a
b
e
l

d
a
n

t
r
a
n
s
p
a
r
a
n
P
e
n
y
e
l
e
s
a
i
a
n

k
a
s
u
s

a
t
a
s

k
e
w
a
j
i
b
a
n

p
e
n
y
e
t
o
r
a
n

k
e
p
a
d
a

k
a
s

n
e
g
a
r
a
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

p
e
n
y
e
l
e
s
a
i
a
n

L
H
P
d
a
n

M
H
P

t
e
p
a
t

w
a
k
t
u
R
p
U
S
3
3
.
6
2
5
.
8
3
9
.
6
6
9
,
5
2
.
3
4
2
3
9
0
.
5
7
7
.
9
2
8
1
,
1
6
2

I
n
s
p
e
k
t
o
r
a
t

J
e
n
d
e
r
a
l
L
H
P
/

M
H
P
1
6
5
1
4
4
8
7
.
2
7
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

r
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i

y
a
n
g

t
u
n
t
a
s

d
i
t
i
n
d
a
k
l
a
n
j
u
t
i

d
a
l
a
m

w
a
k
t
u

6

(
e
n
a
m
)


b
u
l
a
n
%
5
5
J
u
m
l
a
h
p
e
n
g
a
d
u
a
n

m
a
s
y
a
r
a
k
a
t

y
a
n
g

s
e
l
e
s
a
i

d
i
t
i
n
d
a
k

l
a
n
j
u
t
i
P
e
n
g
a
d
u
a
n
1
4
1
4
1
0
0
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
I
n
d
e
k
s

k
e
p
u
a
s
a
n

u
n
i
t

e
s
e
l
o
n

I

a
t
a
s

p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

p
e
n
d
a
m
p
i
n
g
a
n

d
a
n

k
o
n
s
u
l
t
a
s
i
U
n
i
t

E
s
.

I
9
0
0
J
u
m
l
a
h

p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n

P
K
P
T
O
b
r
i
k
1
6
5
1
6
3
9
8
,
8
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

P
e
g
a
w
a
i

I
t
j
e
n

y
a
n
g

m
e
n
t
a
a
t
i

k
e
t
e
n
t
u
a
n

j
a
m

k
e
r
j
a
%
1
0
0
1
0
0
1
0
0
J
u
m
l
a
h

r
e
v
i
e
w

l
a
p
o
r
a
n

k
e
u
a
n
g
a
n
L
a
p
o
r
a
n
9
1
2
1
3
3
,
3
J
u
m
l
a
h

p
e
m
a
n
t
a
u
a
n

t
i
n
d
a
k
l
a
n
j
u
t

h
a
s
i
l

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
O
b
r
i
k
1
6
5
1
1
8
7
1
,
5
J
u
m
l
a
h

r
e
a
l
i
s
a
s
i

a
n
g
g
a
r
a
n
R
p
1
1
5
.
4
3
6
.
6
0
0
.
0
0
0
8
4
.
0
1
8
.
5
7
9
.
7
5
9
7
3
2
0
.
P
e
r
w
u
j
u
d
a
n
k
u
a
l
i
t
a
s

p
e
n
e
l
i
t
i
a
n

d
a
n

p
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

t
e
k
n
o
l
o
g
i

s
e
k
t
o
r

e
n
e
r
g
i

d
a
n

s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

m
i
n
e
r
a
l
J
u
m
l
a
h

K
e
g
i
a
t
a
n

P
e
n
e
l
i
t
i
a
n

d
a
n

P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n
K
e
g
i
a
t
a
n
1
5
8
1
6
2
1
0
2
,
5
B
a
l
i
t
b
a
n
g

E
S
D
M
J
u
m
l
a
h

U
s
u
l
a
n

P
a
t
e
n

d
a
n

H
a
k

C
i
p
t
a
U
s
u
l
a
n

P
a
t
e
n
/
P
a
t
e
n
6
6
1
0
0
J
u
m
l
a
h

M
a
k
a
l
a
h

I
l
m
i
a
h

y
a
n
g

D
i
p
u
b
l
i
k
a
s
i
k
a
n

P
a
d
a

J
u
r
n
a
l

b
a
i
k


d
i

t
i
n
g
k
a
t

N
a
s
i
o
n
a
l

m
a
u
p
u
n

I
n
t
e
r
n
a
s
i
o
n
a
l

d
a
n

L
a
p
o
r
a
n

I
l
m
i
a
h
M
a
k
a
l
a
h
9
6
1
4
0
1
4
5
,
8
J
u
m
l
a
h

M
a
s
u
k
a
n
/
R
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i

K
e
b
i
j
a
k
a
n
M
a
s
u
k
a
n
/

R
e
k
o
m
e
n
d
a
s
i
4
3
4
3
1
0
0
J
u
m
l
a
h

P
i
l
o
t

P
l
a
n
t
/
D
e
m
o

P
l
a
n
t
/
R
a
n
c
a
n
g
a
n

P
r
o
d
u
k
/
F
o
r
m
u
l
a
/

R
a
n
c
a
n
g

B
a
n
g
u
n

P
e
n
e
r
a
p
a
n

T
e
k
n
o
l
o
g
i

U
n
g
g
u
l
a
n

b
i
d
a
n
g

E
n
e
r
g
i

d
a
n

S
u
m
b
e
r

D
a
y
a

M
i
n
e
r
a
l
P
i
l
o
t

P
l
a
n
t
/
D
e
m
o

P
l
a
n
t
/
R
a
n
c
a
n
g
a
n
/
R
a
n
c
a
n
g

B
a
n
g
u
n
3
1
3
1
1
0
0
J
u
m
l
a
h

p
e
t
a

p
o
t
e
n
s
i

g
e
o
l
o
g
i

k
e
l
a
u
t
a
n
P
e
t
a
9
9
1
0
0
N
o
.
S
a
s
a
r
a
n
S
a
t
u
a
n
T
a
r
g
e
t
R
e
a
l
i
s
a
s
i
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e

P
e
n
c
a
p
a
i
a
n
(
%
)
P
e
n
a
n
g
g
u
n
g

J
a
w
a
b
U
r
a
i
a
n
I
n
d
i
k
a
t
o
r
J
u
m
l
a
h

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n


N
e
g
a
r
a

B
u
k
a
n

P
a
j
a
k

(
P
N
B
P
)

k
e
g
i
a
t
a
n

J
a
s
a

P
e
n
e
l
i
t
i
a
n

d
a
n

P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n

t
e
r
h
a
d
a
p

t
a
r
g
e
t


A
P
B
N

y
a
n
g

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n
M
i
l
i
a
r

R
p
5
7
,
8
5
4
7
,
1
3
8
8
1
,
4
2
1
.
P
e
r
w
u
j
u
d
a
n
s
u
m
b
e
r

d
a
y
a

m
a
n
u
s
i
a

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M

y
a
n
g

p
r
o
f
e
s
i
o
n
a
l
,

b
e
r
d
a
y
a

s
a
i
n
g

t
i
n
g
g
i

d
a
n

b
e
r
m
o
r
a
l
J
u
m
l
a
h

p
e
n
y
e
l
e
n
g
g
a
r
a
a
n

d
i
k
l
a
t

d
a
l
a
m

s
e
t
a
h
u
n
D
i
k
l
a
t
5
4
5
6
1
3
1
1
2
,
4
7
B
a
d
i
k
l
a
t

E
S
D
M
J
u
m
l
a
h

j
e
n
i
s

d
i
k
l
a
t

s
e
k
t
o
r

E
S
D
M

y
a
n
g

d
i
s
e
l
e
n
g
g
a
r
a
k
a
n
J
e
n
i
s
1
4
1
4
1
0
0
,
0
0
J
u
m
l
a
h

p
e
s
e
r
t
a

d
i
k
l
a
t
y
a
n
g

s
e
l
e
s
a
i

m
e
n
g
i
k
u
t
i

d
i
k
l
a
t

d
i

B
a
d
a
n

D
i
k
l
a
t

E
S
D
M
O
r
a
n
g
1
4
.
6
2
5
1
2
.
8
9
4
8
8
,
1
6
J
u
m
l
a
h

l
u
l
u
s
a
n

p
e
n
d
i
d
i
k
a
n

f
o
r
m
a
l

t
i
n
g
k
a
t

D
i
p
l
o
m
a

I
,

I
I
,

I
I
I
,

d
a
n

I
V

P
T
K
A
K
A
M
i
g
a
s
O
r
a
n
g
2
5
0
2
4
8
9
9
,
2
0
J
u
m
l
a
h

S
D
M

y
a
n
g

d
i
t
i
n
g
k
a
t
k
a
n

k
e
m
a
m
p
u
a
n
n
y
a
O
r
a
n
g
2
.
3
7
9
3
.
0
0
0
1
2
6
,
1
0
J
u
m
l
a
h

N
S
P
K

y
a
n
g

d
i
t
e
t
a
p
k
a
n

d
a
n

d
i
b
e
r
l
a
k
u
k
a
n
N
S
P
K
6
3
6
8
0
3

1
2
6
,
2
6
J
u
m
l
a
h

L
e
m
b
a
g
a

D
i
k
l
a
t

P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
/
P
r
o
f
e
s
i
(
L
D
P
)
y
a
n
g

t
e
r
a
k
r
e
d
i
t
a
s
i

s
e
b
a
g
a
i

p
e
n
y
e
l
e
n
g
g
a
r
a

D
i
k
l
a
t

T
e
k
n
i
s
L
D
P
8
9
1
1
2
,
5
0
J
u
m
l
a
h

s
a
r
a
n
a

d
i
k
l
a
t

y
a
n
g

t
e
r
a
k
r
e
d
i
t
a
s
i

s
t
a
n
d
a
r

m
u
t
u
U
n
i
t
8
8
1
0
0
,
0
0
J
u
m
l
a
h

k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
i
k
l
a
t

y
a
n
g

d
i
i
m
p
l
e
m
e
n
t
a
s
i
k
a
n
B
u
a
h
1
3
3
1
4
3
1
0
7
,
5
2
J
u
m
l
a
h

k
a
r
y
a

i
l
m
i
a
h

y
a
n
g

d
i
p
u
b
l
i
k
a
s
i
k
a
n
T
e
r
b
i
t
a
n
1
7
6
3
5
,
2
9

Anda mungkin juga menyukai